Anda di halaman 1dari 25

MODUL 7

KEGIATAN BELAJAR I
MEREK

A. Deskripsi singkat

Pada kegiatan belajar pekank etujuh ini peserta kuliah akan

mempelajari tentang merek, baik itu sejarahnya, prlindungan hukum serta

gugatan dan sanksi atas pelanggaran hak merek.

B. Relevansi

Dengan menguasai materi kuiah ini mahasiswa diharapkan mampu

untuk menguraikan tentang sejarah, perlindungan merek dan cara-cara

penyelesaian secara keperdataan dan pidana atas pelaanggaran hak

merek.

C. Capaian pembelajaran

1. Uraian

a. Pengertian Merek dan Indikasi Geografis

Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa

gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2

(dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi

dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan atau

jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan

perdagangan barang dan/ atau jasa.

1
Pengertian merek sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor

20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indokasi Geografis ini meengalami

perkembangan yang berarti, karena pengertian merek sebelumnya

sebagaimana ditur dala Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang

Merek tidak mengarur tentang merek yang berupa suara dan hologram,

demikian pula tentang merek dalam bentuk 3 (tiga) dimensi.

Merek, sebagai tanda pembeda ini dikenal dua macam, yakni merek

yang dibunakan pada barang yang diperdagangkan dan merek yang

dibunakan pada jasa yang diperdagangkan, hanya saja istilah yang

digunakan terhadap merek yang digunakan pada barang yang

diperdagangkan adalah merek dagang, padahal seharusnya adalah merek

barang untuk diperbandingkan dengan merek jasa.

Penggunaan istilah merek dagang ini sebenarnya kurang tepat,

karena merek dagang ini dapat digunakan merek dagang atas barang dan

merek dagang atas jasa. Oleh karena merek dagang telah digunakan secar

resmi dalam undang-undang, maka di bawah ini akan dikemukakan

pengertian tentang merek dagang dan merek jasa.

Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang

diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara

bersama-sarna atau badan hukum untuk membedakan dengan barang

sejenis lainnya.

Dengan demikian, dapat iketahui bahwa merek dagang ini digunakan

untuk membedakan antara barang yang satu dengan barang yang lainnya

2
yang sejenis atau satu kelas, yang biasanya diproduksi oleh pelaku usaha

lain pula. Walaupun tidak tertutup kenungkinan satu pelaku usaha

memproduksi barang yang sejenis atau sekelas dengan merek yang

berbeda.

Merek Jasa adalah Merek yang digunakan pada jasa yang

diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara

bersarna-sarna atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa sejenis

lainnya.

Kalau pengertian merek jasa ini jelas bahwa digunakan untuk

membedakan dengan jasa lainnya yang sejenis.Di samping merek yang

digunakan secara perorangan, dimungkinkan pula adanya merek yang

digunakan secara kolektif, yang dikenal dengan merek kolektif.

Merek Kolektif adalah Merek yang digunakan pada barang dan/atau

jasa dengan karakteristik yang sama mengenai sifat, ciri umum, dan mutu

barang atau jasa serta pengawasannya yang akan diperdagangkan oleh

beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk

membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.

Dengan adanya merek yang telah terdaftar, baik itu merek dagang,

merek jasa maupun merek kolektif maka akan memberikan hak kepada

pihak yang mendaftarkan merek tersebut untuk menggunakan merek atau

memberi izin kepada orang lain untuk menggunakannya.

Pendaftaran atas suatu merek akan mmberikan perlindungan hukum

kepada pihak yang mendaftarkan, sehingga pihak lain tidak bebas untuk

3
menggunakan merek tersebut tanpa izin dari pemiliknya (pihak yang

mendaftar, atau pemegang hak atas merek.

Hak atas Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara

kepada pemilik Merek yang terdaftar untuk jangka waktu tertentu dengan

menggunakan sendiri Merek tersebut atau mernberikan izin kepada pihak

lain untuk menggunakannya.

Di samping merek, dalam undang-undang merek yang baru diatur

pula secara lengkap tentang indikasi geografis, yang dalam undang-undang

lama hanya diatur secara sepintas, karena memang undang undang yang

lama hanya merupakan undang-undang merek. Hal ini berbeda dari

undang-undang yang baru yang memang merupakan Undang-undang

Merek dan Indikasi Geografis.

Indikasi Geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal

suatu barang dan/atau produk yang karena faktor lingkungan geografis

termasuk faktor alam, faktor manusia atau kornbinasi dari kedua faktor

tersebut memberikan reputasi, kualitas, dan karakteristik tertentu pada

barang dan/atau produk yang dihasilkan.

Berbeda dari merek barang atau jasa yang kualitas barang atau

jasanya ditentukan oleh produsen atau pelaku usaha yang

memproduksinya, pada indikasi geografis kualitas barang ditentukan dari

mana barang tersebut berasal.

Indikasi geografis yang terdaftar memberikan pula hak kepada

pemiliknya secara bersama-sama untuk menggunakan indikasi geografis

4
yang terdaftar. Di katakan bersama-sama karena indikasi geografis ini tidak

bersifat perorangan melainkan milik bersama.

Hak atas Indikasi Geografis adalah hak eksklusif yang diberikan oleh

negara kepada pemegang hak Indikasi Geografis yang terdaftar, selama

reputasi, kualitas, dan karakteristik yang menjadi dasar diberikannya

pelindungan atas Indikasi Geografis tersebut masih ada.

Indikasi geografis ini akan dibahas secara lengkap pada bagian lain

yang memang dikhuuskan pada pembahasan Indikasi geografis.

b. Sejarah Perkembangan Merek1

Sejarah merek dapat ditelusuri bahkan mungkin berabad-abad

sebelum Masehi. Sejak zaman kuno, misalnya periode Minoan, orang

sudah memberikan tanda untuk barang-barang miliknya, hewan bahkan

manusia. Di era yang sama bangsa Mesir sudah menerakan namanya

untuk batu bata yang dibuat atas perintah Raja. 2 Perundang-undangan

tentang Merek dimulai dari Statute of Parma yang sudah mulai

memfungsikan merek sebagai pembeda untuk produk berupa pisau,

pedang, atau barang dari produk tembaga lainnya.3

1
Rahmi Jened, 2015, Hukum Merek (Trade Mark Law) Dalam Era Global dan Integrasi Ekonomi,
Prenadamedia Group, Jakarta, hal.1-4
2
Ibid, dikutip dari Spyros M. Maniatis, Historical Aspects of Trademark, Bahan Ajar
pada Pelatihan dalam Rangka Kerja Sama Masyarakat Uni Eropa dan Asia di Bidang Hak
Kekayaan Intelektual (European Community and ASEAN Intellectual Property Rights
Co-operation Programme - ECAP Il), European Patent Office (EPO) bekerja sama dengan
St. Queen Mary University, London, Maret 2005, h. 1.
3
Ibid., dikutip dari Rahmi Jened, Hak Kekayaan Intelektual Penyalahgunaan Hak
Eksklusif, Airlangga University Press, Surabaya, 2007 (selanjutnya disebut Rahmi Jened l),
h. 159.

5
Penggunaan merek dagang dalam pengertian yang kita kenal

sekarang ini mulai dikenal tidak lama setelah Revolusi Industri pada

pertengahan abad XVIII. Pada saat itu sistem produksi yang berasal dari

abad pertengahan yang lebih mengutamakan keterampilan kerja tangan,

berubah secara radikal sebagai akibat digunakannya mesin-mesin dengan

kapasitas produksi yang tinggi. Akibatnya terkumpullah hasil produksi

dalam unit-unit yang besar dan membutuhkan sistem distribusi baru guna

penyaluran barang-barang tersebut dalam masyarakat.

Bersamaan dengan berkembangnya industri, berkembang pula

penggunaan iklan untuk memperkenalkan produk. sejalan berkembang dan

meningkatnya penggunaan iklan, maka meningkat pula penggunaan merek

dalam fungsinya yang modern, yaitu tanda pengenal akan asal atau sumber
4
produsen dari yang bersangkutan. Pada masa itu, telah dikenal

penggunaan merek perniagaan (marques de commerce, trademark, merk)

dalam pengerti. an sendiri sebagai tandingan merek perusahaan (marques

de fabrique, manufacturer's mark, fabrieksmereken). Asal muasal

perbedaan ini karena di Perancis pada waktu itu merek dari pedagang sutra

lebih penting daripada merek yang berasal dari perusahaan kain sutranya,

sehingga para pedagang sutra yang bersangkutan merasa berkepentingan

untuk dapat menggunakan atau melindungi merek mereka, seperti halnya

para pengusaha pabrik dengan merek perusahaannya.

4
Ibid. Dikutip dari Gunawan Suryomurcito, "Perlindungan Merek", Makalah pada
Pelatihan HKI himpunan Masyarakat Kerja Sama Fakultas Hukum Universitas Airlangga
dengan Per HKI Indonesia (IIPS), Surabaya 7-26 AgustUS 2000, h. 5-7

6
Pembedaan ini kemudian diakui secara resmi dalam hukum

Perancis pada 1857. Pembedaan itu juga dianut oleh banyak negara di

dunia, termasuk di Inggris pada 1962, Amerika Serikat pada 1870 dan

1876, sedangkan di Belanda tertuang dalam Merkenwet 1893.5

Dari sejarah perkembangannya, diketahui bahwa hukum merek yang

berkembang pada pertengahan abad XIX, sebagai bagian dari hukum yang

mengatur masalah persaingan curang dan pemalsuan barang. Norma

dasar perlindungan merek bahwa tidak ada seorang pun berhak

menawarkan barangnya kepada masyarakat seolah-olah sebagai barang

pengusaha lainnya, yaitu dengan menggunakan merek yang sama yang

dikenal oleh masyarakat sebagai merek pengusaha lainnya. Lambat laun

perlindungan diberikan sebagai suatu pengakuan bahwa merek tersebut

sebagai milik dari orang yang telah memakainya sebagai tanda pengenal

dari barang-barangnya dan untuk membedakannya dari barang-barang lain

yang tidak menggunakan merek tersebut. Pengakuan tersebut didasarkan

pada pengenalan atau pengetahuan masyarakat bahwa merek dagang itu

berfungsi sebagai Ciri pembeda. Pengenalan tersebut mendorong

masyarakat untuk membeli barang yang memakai merek tertentu itu,

5
Ibid. Dikutip dari Gunawan Suryomurcito, "Perlindungan Merek", Makalah pada
Pelatihan HKI himpunan Masyarakat Kerja Sama Fakultas Hukum Universitas Airlangga
dengan Per HKI Indonesia (IIPS), Surabaya 7-26 AgustUS 2000, h. 5-7

7
sehingga menjadikannya sebagai objek hak milik dari pemilik merek yang

bersangkutan.6

c. Perlindungan Hukum atas Merek

Untuk mendapatkan perlundungan hukum atas merek, maka merek

tersebut harus didaftarkan. Akan tetapi tidak semua merek yang

dimohonkan pendaftarannya pasti diterima, karena dalam beberpa hal ada

merek tertentu yang tidak dapat didaftarkan dan ada pula yang ditolak

pendaftarannya. Hal tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Berdasarkan Pasal 20 UUMIG bahwa merek tidak dapat didaftar jika:

1. bertentangan dengan ideologi negara, peraturan

perundang-undangan, moralitas, agama, kesusilaan, atau ketertiban

umum;

2. sama dengan, berkaitan dengan, atau hanya menyebut barang

dan/atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya;

3. memuat unsur yang dapat menyesatkan masyarakat tentang asal,

kualitas, jenis, ukuran, macam, tujuan penggunaan barang dan/atau

jasa yang dimohonkan pendaftarannya atau merupakan nama

varietas tanaman yang dilindungi untuk barang dan/atau jasa yang

sejenis;

6
Ibid., sebagaimana dikutip dari Rahmi Jened, Implikasi Persetujuan TRIPs Bagi
Perlindungan Merek di Indonesia, Yuridika, Surabaya, 2000 (selanjutnya disebut Rahmi
Jened Il), h. 1.

8
4. memuat keterangan yang tidak sesuai dengan kualitas, manfaat,

atau khasiat dari barang dan/atau jasa yang diproduksi;

5. tidak memiliki daya pembeda; dan/atau

6. merupakan nama umum dan/atau lambang milik umum.

Di samping merek yang tidak dapat didaftar Pasal 21 UUMIG juga

menentukan tentang merek yang ditolak pendaftarannya, yaitu sebagai

berikut:

1. Permohonan ditolak jika Merek tersebut mempunyai persamaan

pada pokoknya atau keseluruhannya dengan:

a. Merek terdaftar milik pihak lain atau dimohonkan lebih dahulu

oleh pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;

b. Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa

sejenis;

c. Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa tidak

sejenis yang memenuhi persyaratan tertentu; atau

d. Indikasi Geografis terdaftar.

2. Permohonan ditolak jika Merek tersebut:

a. merupakan atau menyerupai nama atau singkatan nama orang

terkenal, foto, atau nama badan hukum yang dimiliki orang lain,

kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak;

9
b. merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama,

bendera, lambang atau simbol atau emblem suatu negara, atau

lembaga nasional maupun internasional, kecuali atas

persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang; atau

c. merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel

resmi yang digunakan oleh negara atau lembaga Pemerintah,

kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang.

3. Permohonan ditolak jika diajukan oleh Pemohon yang beriktikad

tidak baik.

Pasal 21 UUMIG menjanjikan bahwa, ketentuan lebih lanjut

mengenai penolakan Permohonan Merek sebagaimana dimaksud pada

angka 1 huruf a sampai dengan huruf c diatur dengan Peraturan Menteri.

Sedangkan Pasal 22 UUMIG menentukan bahwa Terhadap Merek terdaftar

yang kemudian menjadi nama generik, setiap Orang dapat mengajukan

Permohonan Merek dengan menggunakan nama generik dimaksud dengan

tambahan kata lain sepanjang ada unsur pembeda.

Hal tersebut imaksudkan untuk memberi ksempatan kepada orang

lain untuk mendaftarkan suatu istilah yang sudah dikenal luas dalam

masyarakat untuk dijadikan merek sepanjang memiliki unsur pembeda

dengan merek yang sudah ada sebelumnya, yaitu dengan memberi

tambahan kata.

10
Perbedaan pokok antara merek yang tidak dapat didaftar dan merek

yang ditolak pendaftarannya adalah bahea merek yang tidak dapat didaftar

karena dapat merugikan masyarakat sedangakan merek yang ditolak

karena merugikan pihak tertentu.

Di samping pendaftaran merek secara nasional, dapat pula

dilakukan pendaftaran merek secara internasional, yaqng berupa:

a. Permohonan yang berasal dari Indonesia ditujukan ke biro

internasional melalui Menteri; atau

b. Permohonan yang ditujukan ke Indonesia sebagai salah satu

negara tujuan yang diterima oleh Menteri dari biro internasional.

Permohonan pendaftaran Merek internasional sebagaimana dimaksud

pada huruf a hanya dapat dimohonkan oleh:

a. Pemohon yang memiliki kewarganegaraan Indonesia;

b. Pemohon yang memiliki domisili atau tempat kedudukan hukum

di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; atau

c. Pemohon yang memiliki kegiatan usaha industri atau komersial

yang nyata di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Di samping itu, Pemohon sebagaimana dimaksud telah mengajukan

Permohonan atau memiliki pendaftaran Merek di Indonesia sebagai dasar

Permohonan pendaftaran Merek internasional.

11
Peraturan lebih lanjuat mengenai pendaftaran Merek internasional

berdasarkan Protocol Relating to the Madrid Agreement Concerning the

International Registration of Marks diatur dengan Peraturan Pemerintah.

d. Jangka waktu Perlindungan Merek

Perdasarkan Pasal 35 UUMIG, Merek terdaftar mendapat

pelindungan hukum untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak Tanggal

Penerimaan permohonan pendaftaran merek, dan jangka waktu tersebut

masih dapat diperpanjang 6 (enambulan sebelum berakhirnya sampai 6

(enam bulan setelah berakhirnya jangka waktu perlindungan. Walaupun

demikian, apabila permohonan perpanjangan dilakukan stelah berakhirnya

jangka waktu perlindungan, maka biaya perpanjangannya mnjadi 2 (dua)

kali lipat dari biaya yang seharusnya dibayar jika permohonannya

perpanjangannya dilakukan sebelum berakhir, karena permohonan yang

dilakukan setelah berakhirnya jangka waktu perlindungan dikenakan denda

sebesar biaya perpanjangan.

Persyaratan untuk dapat disetujuinya permohonan perpanjangan

jangka waktu perlindungan merek adalah pemohon harus melampirkan

pernyataan bahwa:

1. Merek yang bersangkutan masih digunakan pada barang atau jasa

sebagaimana dicantumkan dalam sertifikat Merek tersebut; dan

12
2. barang atau jasa sebagaimana dimaksud masih diproduksi dan/atau

diperdagangkan.

Bagi pemohon yang permohonan pendaftaran maupun permohonan

perpanjangan perlindungan mereknya ditolak, maka disediakan upaya

hukum banding.

Berbeda dari perpanjangan merek pada umumnya, perpanjangan

Merek terdaftar yang berupa logo atau lambang perusahaan atau badan

hukum, tidak memerlukan prosedur seperti yang telah disebutkan, akan

tetapi cukup dengan melakukan pembayaran biaya perpanjangan Merek

terdaftar dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya jangka

waktu pelindungan bagi Merek terdaftar, sepanjang tidak terjadi sengketa

terhadap perpanjangan Merek dimaksud. Sedangkan apabila terjadi

sengketa, maka, penetapan pendaftaran permohonan perpanjangan Merek

ditetapkan setelah memiliki putusan yang berkekuatan hukum tetap.

Bagi pemohon yang permohonan pendaftaran maupun permohonan

perpanjangan perlindungan mereknya ditolak, maka disediakan upaya

hukum banding, jika permohonan banding ditolak juga maka pemohon

dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan niaga, dan putusan

pengadilan niaga pun masih dapat diajukan kasasi.

13
e. Pengalihan dan Lisensi atas Merek

Berdasarkan Pasal 41 UUMIG, kepemilikan hak atas merek terdaftar

dapat terjadi karena beralih atau dialihkan, yaitu karena:

1. pewarisan;

2. wasiat;

3. wakaf;

4. hibah;

5. perjanjian; atau

6. sebab lain yang dibenarkan oleh ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Disebut beralih kalau perpindahan hak atas merek bersebut terjadi

karena hukum, yaitu karena pewarisan, sedangkan kalau dialihkan, terjadi

karena melalui perbuatan hukum tertentu. Dengan demikian perpindahan

hak kepemilikan atas merek terdaftar hanya beralih karena pewarisan,

sedangkan perpindahan lainnya terjadi karena dialihkan.

Untuk pengalihan hak atas merek terdaftar, bagi pemilik merek yang

memiliki lebih satu merek terdaftar yang memiliki lebih dari satu merek

terdaftar dan memilik persamaan pada pooknya atau keseluruhannya untuk

barang atau jasa sejenis hanya dapat dilakukan jika semua Merek terdaftar

tersebut dialihkan kepada pihak yang sama.

14
Pengalihan hak atas merek dapatpula dilakukan pada saat proses

permohonan pendaftaran, dan pengalihan hak atas merek terdaftar disertai

dengan dokemen pendukungnya serta simohonkan pencatatannya kepada

menteri dan diumumkan dalam berita resmi merek. Sebagai konsekuensi

dari tidak dicatatkannnya peralihan hak atas merek pada kementerian

adalah tidak berakibat hukum kepada pihak ketiga.

Selain pengalihan hak atas merek terdaftar, dimungkinkan pula untuk

mengizinkan penggunaannya kepa pihak lain atau yang lebih dikenal

dengan istilah lisensi.

Pemilik Merek terdaftar dapat memberikan Lisensi kepada pihak lain

untuk menggunakan Merek tersebut baik sebagian maupun seluruh jenis

barang dan/atau jasa, dan Perjanjian Lisensi berlaku di seluruh wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia, tapi tetap dapat menggunakan

sendiri atau memberikan Lisensi kepada pihak ketiga untuk menggunakan

Merek tersebut kecuali bila diperjanjikan lain.

Sama halnya dengan pengalihan hak, lisensi juga harus dicatatkan,

diumumkan dengan konekuensi, tidak berakibat hukum bagi pihak ketiga

jika tidak dicatatkan

Perjanjian Lisensi dilarang memuat ketentuan baik yang langsung

maupun tidak langsung yang menimbulkan akibat yang merugikan

perekonomian Indonesia atau memuat pembatasan yang menghambat

15
kemampuan bangsa Indonesia dalam menguasai dan mengembangkan

teknologi.

Penggunaan Merek terdaftar di wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia oleh penerima Lisensi dianggap sama dengan penggunaan

Merek tersebut di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia oleh

pemilik Merek. Hal ini penting untuk ditegaskan karena dapat berdampak

bagi penghapusan merek jika dalam waktu tertentu merek tersebut tidak

digunakan.

f. Gugatan atas Pelanggaran Merek dan Tata Cara Pelaksanaan

Putusan

Pemilik Merek terdaftar dan/atau penerima Lisensi Merek terdaftar

atau pemilik merek terkenal (berdasarkan putusan pengadilan) dapat

mengajukan gugatan melalui pengadilan niaga terhadap pihak lain yang

secara tanpa hak menggunakan Merek yang mempunyai persamaan pada

pokoknya atau keseluruhannya untuk barang dan/atau jasa yang sejenis

berupa:

1. gugatan ganti rugi; dan/atau

2. penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan

penggunaan Merek tersebut.

Dalam Pasal 84 UUMIG ditentukan bahhwa selama masih dalam

pemeriksaan dan untuk mencegah kerugian yang lebih besar, pemilik

16
Merek dan/atau penerima Lisensi selaku penggugat dapat mengajukan

permohonan kepada hakim untuk menghentikan kegiatan produksi,

peredaran, dan/atau perdagangan barang dan/atau jasa yang

menggunakan Merek tersebut secara tanpa hak, dalam hal tergugat dituntut

menyerahkan barang yang menggunakan Merek secara tanpa hak, hakim

dapat memerintahkan penyerahan barang atau nilai barang tersebut

dilaksanakan setelah putusan pengadilan mempunyai kekuatan hukum

tetap.

Dalam hal terjadi gugatan atas pelanggaran merek, tata cara

pengajuannya melalui pengadilan niaga diatur dalam Pasal 85 UUMIG, di

mana putusan pengadilan niaga tersebut hanya dapat diajukan kasasi, dan

terhadap putusan kasasi tersebut masih dapat diajukan peninjauan kembali

sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini berarti putusan

pengadilan niaga yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap maupun

putusan kasasi dapat diajukan peninjauan kembali. Tata caca mana berlaku

juga dalam gugatan pelanggaran atas Indiksi geografis.

Pelaksanaan pembatalan berdasarkan putusan pengadilan dilakukan

setelah Menteri menerima salinan resmi putusan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek, yang

pengaturannya lebih lanjut melalui Peraturan Pemerintah.

Pembatalan atau penghapusan pendaftaran Merek dilakukan oleh

Menteri dengan mencoret Merek yang bersangkutan dengan memberi

17
catatan tentang alasan dan tanggal pembatalan atau penghapusan tersebut,

serta diberitahukan secara tertulis kepada pemilik Merek atau Kuasanya

dengan menyebutkan alasan pembatalan atau penghapusan dan

penegasan bahwa sejak tanggal pencoretan, sertifikat Merek yang

bersangkutan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Berdasarkan Pasal 93 UUMIG, selain penyelesaian gugatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 para pihak dapat menyelesaikan

sengketa melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa.

g. Penetapan Sementara Pengadilan

Berdasarkan bukti permulaan yang cukup, pemilik Merek terdaftar

yang haknya dirugikan dapat meminta hakim Pengadilan Niaga untuk

menerbitkan surat penetapan sementara tentang:

1. pencegahan masuknya barang yang diduga hasil pelanggaran Hak

atas Merek ke jalur perdagangan;

2. penyimpanan alat bukti yang berkaitan dengan pelanggaran Hak

atas Merek tersebut;

3. pengamanan dan pencegahan hilangnya barang bukti oleh

pelanggar; dan/atau

4. penghentian pelanggaran guna mencegah kerugian yang lebih

besar.

18
Permohonan penetapan sementara diajukan secara tertulis kepada

Pengadilan Niaga dalam wilayah hukum tempat terjadinya pelanggaran

Merek dengan persyaratan sebagai berikut:

1. melampirkan bukti kepemilikan Merek;

2. melampirkan bukti adanya petunjuk awal yang kuat terjadinya

pelanggaran Merek;

3. melampirkan keterangan yang jelas mengenai barang dan/atau

dokumen yang diminta, dicari, dikumpulkan, dan diamankan untuk

keperluan pembuktian; dan

4. menyerahkan jaminan berupa uang tunai dan/atau jaminan bank

sebanding dengan nilai barang yang akan dikenai penetapan

sementara.

Dalam hal permohonan penetapan sementara dikabulkan, hakim

Pengadilan Niaga menerbitkan surat penetapan sementara

pengadilan,yang diberitahukan kepada pihak yang dikenai tindakan

penetapan sementara pengadilan dalam waktu paling lama 1x24 (satu kali

dua puluh empat) jam, sedangkan jika permohonan penetapan sementara

ditolak, hakim Pengadilan Niaga memberitahukan penolakan tersebut

kepada pemohon penetapan sementara dengan disertai alasannya.

Setelah mendengarkan keterangan serta bukti dari pihak yang dikenai

penetapan sementara, maka dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari

terhitung sejak tanggal diterbitkannya surat penetapan sementara, hakim

19
Pengadilan Niaga harus memutuskan untuk menguatkan atau

membatalkan penetapan sementara pengadilan.

Dalam hal penetapan sementara pengadilan dikuatkan maka:

1. uang jaminan yang telah dibayarkan harus dikembalikan

kepada pemohon penetapan;

2. pemohon penetapan dapat mengajukan gugatan ganti rugi

atas pelanggaran Merek; dan/atau

3. pemohon penetapan dapat melaporkan pelanggaran Merek

kepada pejabat penyidik Kepolisian Negara Republik

Indonesia atau pejabat penyidik pegawai negeri sipil.

Dalam hal penetapan sementara pengadilan dibatalkan, uang jaminan

yang telah dibayarkan harus segera diserahkan kepada pihak yang dikenai

penetapan sementara sebagai ganti rugi akibat penetapan sementara

tersebut.

h. Penyidikan

Penyidikan atas dugaan pelanggaran UU merek dapat dilakukan oleh

penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia maupun penyidik pegawai

negeri sipil dengan kewenangan sebagai berikut:

1. pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan

berkenaan dengan tindak pidana di bidang Merek;

20
2. pemeriksaan terhadap Orang yang diduga melakukan tindak

pidana di bidang Merek;

3. permintaan keterangan dan barang bukti dari Orang

sehubungan dengan tindak pidana di bidang Merek;

4. pemeriksaan atas pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain

berkenaan dengan tindak pidana di bidang Merek;

5. penggeledahan dan pemeriksaan di tempat yang diduga

terdapat barang bukti, pembukuan, pencatatan, dan dokumen

lain yang berkenaan dengan tindak pidana di bidang Merek;

6. penyitaan terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang

dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang

Merek;

7. permintaan keterangan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas

penyidikan tindak pidana di bidang Merek;

8. permintaan bantuan kepada instansi terkait untuk melakukan

penangkapan, penahanan, penetapan daftar pencarian orang,

dan pencegahan terhadap pelaku tindak pidana di bidang

Merek; dan

9. penghentian penyidikan jika tidak terdapat cukup bukti adanya

tindak pidana di bidang Merek.

Walaupun diberikn kwenangan penydikan, namun dalam melakukan

penyidikan, pejabat penyidik pegawai negeri sipil dapat meminta bantuan

pejabat penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk kelancaran

21
penyidikan. Demikian pula penyidik pegawai negeri sipil memberitahukan

dimulainya penyidikan kepada penuntut umum dengan tembusan kepada

pejabat penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Hasil penyidikan yang telah dilakukan oleh pejabat penyidik pegawai

negeri sipil disampaikan kepada penuntut umum melalui pejabat penyidik

Kepolisian Negara Republik Indonesia.

i. Ketentuan Pidana

Ketentuan pidana atas pelanggaran merek, diatur dalam Pasal 100 UUMIG,

yang menentukan bahwa Setiap Orang yang dengan tanpa hak

menggunakan Merek yang sama pada keseluruhannya dengan Merek

terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang

diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara

paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak

Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah). Sedangkan jika memiliki

persamaan pada pokoknya dengan Merek terdaftar milik pihak lain

untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4

(empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua

miliar rupiah). Apabila jenis barangnya mengakibatkan gangguan

kesehatan, gangguan lingkungan hidup, dan/atau kematian manusia,

dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun

dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

22
Di samping yang mempunyai persamaan dengan merek terdaftar,

pelanggaran juga dapat terjadi karena merek tersebut mempunyai

persamaan dengan indikasi gegrafis. Hal tersebut diatur dalam Pasal 101

UUMIG yang menentukan bahwa Setiap Orang yang dengan tanpa hak

menggunakan tanda yang mempunyai persamaan pada keseluruhan

dengan Indikasi Geografis milik pihak lain untuk barang dan/atau produk

yang sama atau sejenis dengan barang dan/atau produk yang terdaftar,

dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau

denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).Sedangkan

apabila tanda yang digunakan mempunyai persamaan pada pokoknya

dengan Indikasi Geografis milik pihak lain untuk barang dan/atau produk

yang sama atau sejenis dengan barang dan/atau produk yang terdaftar,

dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau

denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

Pelanggaran atas merek terdaftar ini tidak hanya dilskukan oleh

pemilik merek yang mempunyai persamaan keseluruhannya atau pada

pokoknya terhadap merek terdaftar atau indikasi geografis yang terdaftar,

tapi juga terhadap orang yang memperdagangkan barang dan/atau jasa

yang diketahui atau patut diduga mengetahui bahwa barang dan/atau jasa

dan/atau produk tersebut merupakan hasil tindak pidana sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 100 dan Pasal 101 UUMIK dipidana dengan pidana

kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak

Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). Hal tersebut diatur dalam pasal

23
102 UUMIG. Akan tetapi tindak pidana pelanggaran UUMIG tersebut

merupakan delik aduan.

2. Latihan
Dalam latihan ini, mahasiswa peserta mata kuliah diharapkan
menjawab soal berikut:
1. jelaskan sejarah merek dan indikasi geografis?
2. jelaskan ruang lingkup merek dan indikasi geografis?
3. Jelaskan jangka waktu perlindungan merek dan indikasi geografis ?
4. Jelaskan sanksi yang dapat diberikan terhadap pelanggaran merek?

3. Rangkuman
Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa

gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2

(dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi

dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan atau

jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan

perdagangan barang dan/ atau jasa.

Perdasarkan Pasal 35 UUMIG, Merek terdaftar mendapat

pelindungan hukum untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak Tanggal

Penerimaan permohonan pendaftaran merek, dan jangka waktu tersebut

masih dapat diperpanjang 6 (enambulan sebelum berakhirnya sampai 6

(enam bulan setelah berakhirnya jangka waktu perlindungan

24
4. Pustaka
 Rahmi Jened, Implikasi Persetujuan TRIPs Bagi Perlindungan Merek
di Indonesia, Yuridika, Surabaya, 2000 (selanjutnya disebut Rahmi
Jened Il), h. 1.

 Rahmi Jened, Hak Kekayaan Intelektual Penyalahgunaan Hak


Eksklusif, Airlangga University Press, Surabaya, 2007 (selanjutnya
disebut Rahmi Jened l), h. 159.

 Rahmi Jened, 2015, Hukum Merek (Trade Mark Law) Dalam Era
Global dan Integrasi Ekonomi, Prenadamedia Group, Jakarta,
hal.1-4

 Spyros M. Maniatis, Historical Aspects of Trademark, Bahan Ajar


pada Pelatihan dalam Rangka Kerja Sama Masyarakat Uni Eropa
dan Asia di Bidang Hak Kekayaan Intelektual (European Community
and ASEAN Intellectual Property Rights Co-operation Programme -
ECAP Il), European Patent Office (EPO) bekerja sama dengan St.
Queen Mary University, London, Maret 2005, h. 1.

 Gunawan Suryomurcito, "Perlindungan Merek", Makalah pada


Pelatihan HKI himpunan Masyarakat Kerja Sama Fakultas Hukum
Universitas Airlangga dengan Per HKI Indonesia (IIPS), Surabaya
7-26 AgustUS 2000, h. 5-7

D.Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Jika saudara telah menjawab tes formatif dengan baik, bandingkan
jawaban Saudara dengan kunci jawaban. Jika hasil perhitungan
menunjukkan Saudara telah mencapai tingkat penguasaan sama atau
lebih besar dari 80% maka Saudara dipersilakan untuk meneruskan ke
kegiatan belajar berikutnya.
Untuk mengetahui persentase penguasaan materi pada kegiatan belajar
6 ini maka Saudara menghitung dengan menggunakan rumus:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟


x 100% = 0 %
𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑆𝑜𝑎𝑙

25

Anda mungkin juga menyukai