UU No.3 Tahun 1971 Tentang UU No. 31 Tahun 1999 Tentang UU No. 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan
Pemberantasan Tindak Pidana Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Korupsi Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
Pasal 1 Pasal 2 Pasal 1
Dihukum karena tindak pidana korupsi (1) Setiap orang yang secara melawan hukum Beberapa ketentuan dan penjelasan pasal dalam
ialah: melakukan perbuatan memperkaya diri Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
(1) a. barangsiapa dengan melawan sendiri atau orang lain atau suatu korporasi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi diubah
hukum melakukan perbuatan yang dapat merugikan keuangan negara sebagai berikut:
memperkaya diri sendiri atau orang lain, atau perekonomian negara, dipidana 1. Pasal 2 ayat (2) substansi tetap, penjelasan
atau suatu Badan, yang secara langsung penjara dengan penjara seumur hidup atau pasal diubah sehingga rumusannya
atau tidak langsung merugikan keuangan pidana penjara paling singkat 4 (empat) sebagaimana tercantum dalam penjelasan
negara dan atau perekonomian negara, tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun Pasal Demi Pasal angka 1 Undang-undang ini.
atau diketahui atau patut disangka dan denda paling sedikit Rp. Penjelasan:
olehnya bahwa perbuatan tersebut 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan Yang dimaksud dengan "keadaan tertentu" dalam
merugikan keuangan negara atau paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu ketentuan ini adalah keadaan yang dapat
perekonomian negara; milyar rupiah). dijadikan alasan pemberatan pidana bagi pelaku
(2) Dalam hal tindak pidana korupsi tindak pidana korupsi yaitu apabila tindak pidana
b. barangsiapa dengan tujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tersebut dilakukan terhadap dana-dana yang
menguntungkan diri sendiri atau orang dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana diperuntukkan bagi penanggulangan keadaan
lain atau suatu Badan, menyalahgunakan mati dapat dijatuhkan. bahaya, bencana alam nasional,
kewenangan, kesempatan atau sarana Penjelasan: penanggulangan akibat kerusuhan sosial yang
yang ada padanya karena jabatan atau Yang dimaksud dengan “keadaan tertentu” meluas, penanggulangan krisis ekonomi dan
kedudukan, yang secara langsung atau dalam ketentuan ini dimaksudkan sebagai moneter, dan pengulangan tindak pidana korupsi.
tidak langsung dapat merugikan pemberatan bagi pelaku tindak pidana korupsi 2. Ketentuan Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8,
keuangan negara atau perekonomian apabila tindak pidana tersebut dilakukan pada Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12,
negara; waktu negara dalam keadaan bahaya sesuai rumusannya diubah dengan tidak mengacu
dengan undang-undang yang berlaku, pada pasal-pasal dalam Kitab Undang-undang
c. barangsiapa melakukan kejahatan waktu terjadi bencana alam nasional, sebagai Hukum Pidana tetapi langsung menyebutkan
tercantum dalam Pasal-pasal 209, 210, pengulangan tindak pidana korupsi, atau pada unsur-unsur yang terdapat dalam masing-
387, 388, 415, 416, 417, 418, 419, 420, waktu negara dalam keadaan krisis ekonomi masing pasal Kitab Undangundang Hukum
423, dan 435 K.U.H.P.; dan moneter.
Pidana yang diacu, sehingga berbunyi sebagai
d. barangsiapa memberi hadiah atau janji Kata ‘dapat’ dibatalkan oleh Putusan MK berikut:
kepada pegawai negeri seperti dimaksud Nomor 25/PUU-XIV-2016.
dalam Pasal 2 dengan mengingat sesuatu
kekuasaan atau sesuatu wewenang yang AMAR PUTUSAN:
melekat pada jabatannya atau Mengadili,
kedudukannya atau oleh sipemberi 1. Mengabulkan permohonan para Pemohon
hadiah atau janji dianggap melekat pada untuk sebagian;
jabatan atau kedudukan itu; 2. Menyatakan kata “dapat” dalam Pasal 2
ayat (1) dan Pasal 3 Undang-Undang
e. barangsiapa tanpa alasan yang wajar, Nomor 31 Tahun 1999 tentang
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
setelah menerima pemberian atau janji sebagaimana diubah dengan Undang-
yang diberikan kepadanya, seperti yang Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
tersebut dalam Pasalpasal 418, 419 dan Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
420 K.U.H.P. tidak melaporkan 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
pemberian atau janji tersebut kepada Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara
yang berwajib. Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor
134, Tambahan Lembaran Negara
(2) barangsiapa melakukan percobaan Republik Indonesia Nomor 4150)
atau permufakatan untuk melakukan bertentangan dengan Undang-Undang
tindak pidana-tindak pidana tersebut Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
dalam ayat (1) a, b, c, d, e pasal ini. 1945 dan tidak mempunyai kekuatan
hukum mengikat.
Pasal 3
Setiap orang yang dengan tujuan
menguntungkan diri sendiri atau orang lain
atau suatu korporasi, menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan atau sarana yang
ada padanya karena jabatan atau kedudukan
yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, dipidana dengan pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama
20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling
sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
Pasal 4
Pengembalian kerugian keuangan negara atau
perekonomian negara tidak menghapuskan
dipidananya pelaku tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan
Pasal 3.
Pasal 5 Pasal 5
Setiap orang yang melakukan tindak pidana (1) Dipidana dengan pidana penjara paling
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 209 Kitab singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima)
Undang-undang Hukum Pidana, dipidana tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan
tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus
denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (Lima lima puluh juta rupiah) setiap orang yang:
puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
rupiah). pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan
maksud supaya pegawai negeri atau
penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak
berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang
bertentangan dengan kewajibannya; atau
Pasal 12 B
(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara dianggap pemberian suap,
apabila berhubungan dengan jabatannya dan
yang berlawanan dengan kewajiban atau
tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut: a.
yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah) atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi
tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh
penerima gratifikasi; b. yang nilainya kurang dari
Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah),
pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap
dilakukan oleh penuntut umum.
(2) Pidana bagi pegawai negeri atau
penyelenggara negara sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) adalah pidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 12 C
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 B ayat (1) tidak berlaku, jika penerima
melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Pasal 13
Setiap orang yang memberi hadiah atau janji
kepada pegawai negeri dengan mengingat
kekuasaan atau wewenang yang melekat pada
jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi
hadiah atau janji dianggap melekat pada
jabatan atau kedudukan tersebut, 6 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan atau denda paling banyak
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta
rupiah).