Anda di halaman 1dari 5

RAHASIA BANK

Rahasia Bank merupakan suatu sistem perbankan yang memberikan batasan-batasan terhadap
pihak-pihak tertentu untuk dapat melakukan akses terhadap sistem dalam suatu perbankan pihak-
pihak tertentu tersebut dapat dikatakan merupakan pihak yang memiliki hubungan langsung
dengan perbankan (nasabah atau bank) ataupun pihak lain yang memiliki kepentingan secara
tidak langsung terhadap perbankan tersebut, tetapi perannya sangat penting untuk pelindungan
masyarakat akibat perbuatan perbankan ataupun nasabah bank, seperti penegak hukum,
pengadilan, dan pihak tertentu yang diberikan kewenangan oleh peraturan perundangundangan.
Sistem perbankan tersebut juga membuat hal-hal yang dapat dikategorikan sebagai rahasia bank
maupun yang bukan rahasia bank.

A. SEJARAH RAHASIA BANK

Rahasia bank awalnya lahir dari hubungan kontraktual antara nasabah dan perbankan. Dalam
sistem common law mengambil contoh dalam kasus Tournier vs Union Bank of England
[1924], pengadilan menempatkan 4 (empat) kualifikasi kapan rahasia bank dibuka:

a. disclosure under compulsion of law;


b. disclosure arising from a duty of public;
c. disclosure to protect the bank interest; dan
d. disclosure by the express or implied consent of the customer.

Kasus ini merupakan cikal bakal adanya rezim rahasia bank di Eropa, dalam hal ini
diharuskan bagi bank untuk tidak mengungkapkan keadaan keuangan nasabah bank yang
bersangkutan kepada pihak lain, tetapi pada saat itu tidak semua, setuju dengan leading case
dalam rahasia bank tersebut sehingga pengaturannya belum dilakukan secara nasional di
Inggris.

Perkembangan regulasi rahasia bank sangat berkembang di negara Swiss pada tahun 1934
telah mengeluarkan regulasi tentang rahasia bank dalam Swiss Banking Act, dengan regulasi
ini maka seluruh uang yang disimpan di negara Swiss dijamin kerahasiaannya sehingga tidak
semua pihak dapat menerima informasi tentang dana nasabah dalam perbankan tersebut
bahkan dana-dana yang diyakini berasal dari suatu tindak pidana, misalnya pencucian uang
maupun tindak pidana lainnya tidak secara otomatis negara korban dapat menerima informasi
dana nasabah tersebut apalagi mengambil (consification) dana tersebut. Prinsip rahasia bank
yang digunakan di Swiss, yaitu kerahasiaan dilindungi oleh undang-undang, dengan hukum
yang berlaku di negara Swiss membatasi secara tegas batasan-batasan informasi yang dapat
dibagikan kepada pihak ketiga, termasuk petugas perpajakan, pemerintah negara lain ataupun
juga kepada pemerintah Swiss sendiri kecuali atas perintah dari pengadilan Swiss. Pada
tahun 2009 atas desakan dan tekanan dari negara-negara yang tergabung dalam G20 dan
OECD, pemerintah Swiss mengumumkan akan menghapus pengetatan rahasia bank khusus
untuk kepentingan kejahatan perpajakan yang dilakukan terhadap negara asing yang dananya
disimpan di bank Swiss.

Amerika Serikat (USA) memiliki regulasi rahasia bank dalam US Bank Secrecy Act 1970
(BSA), regulasi tentang pelaporan transaksi lembaga keuangan kepada pemerintah untuk
mencegah dan mengawasi tindak pidana pencucian uang. Khususnya untuk mencatat
transaksi perbankan dengan menggunakan uang tunai yang nilai transaksinya di atas
US$10.000.000 dan melaporkan transaksi yang mencurigakan dari kegiatan pencucian uang,
penghindaran pajak, atau kegiatan tindak pidana lainnya. Pada tahun 2001 kembali
pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan USA Patriot Act, mengatur pembaharuan
ketentuan perbankan di Amerika Serikat untuk membatasi sistem rahasia bank. Hal ini tidak
terlepas dari pendanaan terorisme sehingga diwajibkan bagi bank untuk tidak melayani
perbankan yang dikirim dari luar negeri dan memastikan apakah nasabah tersebut warga
negara Amerika atau tidak, jika tidak maka mereka harus menyebutkan kepentingan dan
alasan-alasan pengiriman uang baik ke dalam dan luar negara Amerika Serikat.

Negara-negara yang menganut sistem rahasia bank yang ketat, seperti Swiss, Austria,
Luxembourg banyak dijadikan tujuan penyimpanan terhadap penghindaran pajak dari
negara-negara lain, baik dari Eropa, Amerika, Afrika, maupun Asia sehingga mereka
menekan untuk tidak menerapkan terlalu ketat terhadap sistem rahasia bank yang dapat
digunakan oleh pelaku tindak pidana dari negara lain untuk menyimpan uangnya di negara
tersebut. Pada tahun 2013 Presiden Swiss sendiri pernah mengkritik terhadap rahasia bank di
negara Swiss dengan mendeklarasikan sebagai “perbandingan” dengan „medical
confidentiality’ (kerahasiaan catatan medik).
B. TEORI RAHASIA BANK

Ada anggapan sebahagian orang bahwa kerahasiaan bank bisa merugikan masyarakat,
nasabah nakal bisa berlindung pada ketentuan rahasia bank, kerahasiaan bank harus dibuka
untuk kepentingan para penitip dana dan sebagainya. Sedangkan di pihak lain menghendaki
dan menegaskan bahwa bank harus memegang teguh rahasia bank karena masyarakat hanya
akan mempercayakan uangnya pada bank atau memanfaatkan jasa bank apabila dari pihak
bank ada jaminan bahwa pengetahuan bank tentang simpanan dan keadaan keuangan nasabah
tidak akan disalahgunakan. Dengan demikian, terdapat 2 bentuk teori rahasia bank yang
diterapkan di masingmasing negara.

1. Teori Rahasia Bank yang Bersifat Mutlak (Absolute Theory)


Menurut teori ini bank mempunyai kewajiban untuk menyimpan rahasia atau keterangan-
keterangan mengenai nasabahnya yang diketahui bank karena kegiatan usahanya dalam
keadaan apa pun juga, dalam keadaan biasa atau dalam keadaan luar biasa. Teori ini
semangat menonjolkan kepentingan individu, sehingga kepentingan negara dan
masyarakat sering terabaikan.

2. Teori Rahasia Bank yang Bersifat Relatif


Menurut teori ini bank diperbolehkan membuka rahasia atau memberi keterangan
mengenai nasabahnya, jika untuk kepentingan yang mendesak, misalnya untuk
kepentingan negara atau kepentingan hukum. Teori ini banyak dianut oleh bank-bank di
banyak negara di dunia, termasuk di Indonesia. Adanya pengecualian dalam ketentuan
rahasia bank memungkinkan untuk kepentingan tertentu suatu badan atau instansi
diperbolehkan meminta keterangan atau data tentang keadaan keuangan nasabah yang
bersangkutan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Tidak ada suatu negara di dunia yang memiliki ketentuan rahasia bank yang bersifat mutlak,
selalu ada pengecualian yang biasanya dikaitkan dengan kepentingan yang lebih besar seperti
demi kepentingan umum. Dalam pengaturan rahasia bank ini terdapat dua ajaran yang
berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, yakni pendapat yang menganggap rahasia
bank tersebut "bersifat mutlak" dan pendapat yang "bersifat relatif". Pendapat yang
menyatakan rahasia bank bersifat mutlak mendasarkan pertimbangan bahwa keterangan
tentang nasabah dan keadaan keuangannya harus dirahasiakan dalam segala situasi dan
kondisi tanpa kecuali. Sebaliknya yang berpendapat bahwa rahasia bank bersifat relatif
menganut paham bahwa keterangan tentang nasabah dan keadaan keuangannya harus
dirahasiakan dalam batas-batas tertentu dan terdapat kemungkinan untuk menerobosnya
dengan alasan yang khusus seperti untuk kepentingan umum. Di kebanyakan negara terdapat
alasan untuk membuka rahasia bank karena ketentuan hukum yang mewajibkannya seperti
panggilan atau penggeledahan pihak yang berwajib, atau demi mencegah terjadinya tindak
pidana, serta adanya panggilan Grand Jury (Yunus Husien, 2010:118).

Perlindungan yang diberikan bagi nasabah penyimpan sebagaimana yang disebutkan di atas
sebenarnya masih kurang memadai karena sifatnya yang hanya menyangkut perlindungan
atas informasi, bukan perlindungan yang menyangkut segi risiko finansial. Apabila bank
mengalami kebangkrutan yang akan mengancam kemungkinan pengembalian simpanan
kepada para nasabah maka ketentuan yang berlaku saat ini hanya mengatur bahwa asuransi
simpanan untuk masing-masing nasabah penyimpan maksimum sebesar Rp2.000.000.000
(dua miliar rupiah) dari keseluruhan simpanannya yang ada di bank tertentu. Itu pun jika
bank tempat nasabah menyimpan dana mengikuti program penjaminan simpanan yang
ditetapkan oleh pemerintah.

Pada umumnya, setiap negara memberlakukan sistem rahasia bank secara ketat dan fleksibel
sebagaimana negara Swiss, Austria, Luxemburg, dan Singapura ada juga negara-negara yang
fleksibel dalam penerapan rahasia bank, termasuk salah satunya adalah Indonesia. Pada
umumnya, negara yang menganut rahasia bank secara ketat, tidak akan memberikan
keterangan sehubungan dengan nasabahnya, baik identitas, jumlah dana, maupun asal usul
uang dana simpanannya dengan alasan apapun juga di luar dari putusan pengadilan yang
telah memerintahkan untuk memberikan kepada pihak yang berwajib, hal ini pun harus atas
perintah pengadilan di mana bank tersebut berkedudukan. Kedudukan individu nasabah
sangat diutamakan dengan mengabaikan kepentingan umum dan negara sekalipun.
Sedangkan dalam sistem perbankan fleksibel dalam rahasia bank, dapat memberikan
keterangan kepada pihak ketiga jika dalam keadaan mendesak, bahkan dalam saat proses
penyidikan dan penuntutan bank dapat memberikan informasi sehubungan dengan nasabah
dan simpanannya kepada kepolisian dan atau kejaksaan sehubungan dengan dana
nasabahnya, hal ini tentu lebih mengutamakan kepentingan negara dalam rangka penelusuran
asal usul dana yang disangkakan berasal dari suatu tindak pidana.

Tugas Mahasiswa

1. Deskripsikan Rahasia Bank Menurut Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia


dengan menggunakan formula 5W1H (dibuat dalam bentuk PPT)
2. Sesuai dengan Teori tentang Rahasia Bank yang telah diuraikan di atas, maka Indonesia
menganut teori yang mana? (sertakan dasar hukumnya)

Anda mungkin juga menyukai