A. Pengantar
Paradigma budaya hukum etika bisnis sebagai materi pokok mata kuliah etika bisnis
bagi mahasiswa semester II Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Unwira dapat
menimbulkan berbagai pikiran dan pertanyaan terutama pikiran dan pertanyaan dari
mahasiswa . Salah satu pertanyaan kunci yang harus dijawab pada bagian ini adalah : apa
sesungguhnya paradigma budaya, hukum terkait dinamika etika bisnis modern saat ini.
Ada sejumlah kata kunci perlu diketahui dan dipahami terlebih dahulu isinya sebagai
landasan untuk memahami keseluruhan materi perkuliahan.
B. Paradigma
Secara etimologis “paradigma” dalam bahasa Inggris “paradigm” dari kata bahasa
Yunani “paradigm” “para” artinya disamping, disebelah dan kata dekynai yang artinya
memperlihatkan, yang berarti model, contoh, ideal.
Paradigma dipahami penulis sebagai suatu cara pandang tentang suatu kerangka berpikir
berdasarkan gagasan-gagasan, ide-ide tertentu dari berbagai aliran yang tumbuh dan
berkembang seiring dengan kemajuan jaman dalam segala dimensi kehidupan manusia
(Kornelis Bria 2013, 39).
Paradigma menurut Thomas S. Kuhn adalah suatu asumsi dasar dan asumsi teoritis
yang umum (merupakan sumber nilai) sehingga menjadi sumber hukum, metode serta
penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menetukan sifat, ciri, serta karakter
ilmu pengetahuan itu sendiri.
Thomas S. Kuhn berpendapat bahwa perkembangan atau kemajuan ilmiah bersifat
revolusioner, bukan kumulatif sebagaimana anggapan sebelumnya. Revolusi ilmiah itu
pertama-tama menyentuh wilayah paradigma, yaitu cara pandang terhadap dunia dan
contoh prestasi atau praktek ilmiah konkrit (Surajiyo : 2009; 157).
Menurut Kuhn cara kerja paradigma dan terjadinya revolusi ilmiah dapat
digambarkan kedalam tahap-tahap sebagai berikut :
Tahap pertama, paradigma ini membimbing dan mensyaratkan aktivitas ilmiah dalam
masa ilmu normal(normal science). Disini para ilmuwan berkesempatan menjabarkan
dan mengembangkan paradigma sebagai model ilmiah yang digelutinya secara rinci dan
mendalam. Pada tahap ini para ilmuwan menemukan berbagai fenomena yang tak dapat
diterangkan dengan paradigma yang dipergunakan pedoman aktivitas ilmiahnya yang
mengakibatkan anomali. Anomali adalah suatu keadaan yang memperlihatkan adanya
ketidak cocokan antara kenyataan (fenomena) dengan paradigma yang dipakai.
Tahap kedua, adanya penumpukan anomali menimbulkan krisis kepercayaan dari
para ilmuwan terhadap paradigma (model) para ilmuwan mulai keluar dari jalur ilmu
normal.
Tahap ketiga, para ilmuwan bisa kembali lagi pada cara-cara ilmiah yang sama
dengan memperluas dan mengembangun suatu paradigma tandingan yang dipandang
(dinilai) bisa memecahkan masalah dan membimbing aktivitas ilmiah berikut .
Jadi berdasarkan isi uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga
tahap paradigma yakni paradigma dalam masa normal science (ilmu normal) paradigma
tahap anomali dan paradigma baru yang mengakibatkan revolusi ilmiah.
Istilah ilmiah paradigma berkembang dalam berbagai bidang kehidupan serta ilmu
pengetahuan lain misalnya politik, hukum, ekonomi, budaya dan etika. Dalam masalah
yang populer istilah atau kata atau pengertian, “paradigma” berkembang menjadi
terminologi yang mengandung arti (konotasi) pengertian sumber nilai, kerangka pikir
orientasi dasar, sumber asas serta arah dan tujuan dari suatu perkembangan perubahan,
serta proses dalam suatu bidang tertentu termasuk dalam bidang pembangunan, reformasi
maupun dalam bidang pendidikan (Kaelan dalam Surajiyo, 2009, 158-159).