Anda di halaman 1dari 46

MATERI KULIAH

1.GAMBARAN UMUM SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PERBANKAN DI INDONESIA


2.SUMBER DANA PERBANKAN
3.LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN
4.PERKEMBANGAN KETENTUAN RAHASIA BANK
5.ASPEK HUKUM
6.KEJAHATAN PERBANKAN
7.STUDI KASUS

OLEH :
Dr. JANUAR AGUNG SAPUTERA.SH.,MM.,MH.

DISAMPAIKAN PADA PERKULIAHAN HUKUM PERBANKAN


MAGISTER KENOTARIATAN UNIVERSITAS JAYABAYA JAKARTA
HUKUM PERBANKAN
SISTEM KEUANGAN INDONESIA

Sistem Lembaga Keuangan Bukan Bank Sistem Moneter/Perbankan

MONETER + SIST. PEMBAY ARAN


Lembaga Penjamin
OJK BANK INDONESIA
PENGATURAN DAN PENGAWASAN Simpanan
PERBANKAN : OJK

Modal Asuransi Dana Pasar Modal


Lembaga Pegadaian
Pensiun Bank Umum
Pembiayaan Ventur
a Bank Perkreditan
Rakyat
As. Dana Pensiun
PMV Bursa Efek
Leasing Kerugian Pemberi Kerja
Daerah
Perush. Efek
Factoring As.Jiwa Dana Pensiun Bank BUMN
PMV Reksa Dana
Nasiona Lembaga
Consumer As.Sosial Keuangan Bank BPD
Finance l
PMV Re- Bank Asing
Credit Card Patunga asuransi
Company n Bank Campuran
Broker
Asuransi
PENGERTIAN DAN JENIS BANK MENURUT UU NO.10 Tahun 1998
TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NO.7 TAHUN 1992
TENTANG PERBANKAN

• PERBANKAN
Segala sesuatu tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta
cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

• BANK
Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.

KLASIFIKASI BANK MENURUT FUNGSI


• Bank Sentral
• Bank Umum
• Bank Perkreditan Rakyat
BANK SENTRAL (BANK INDONESIA)

• UU No.23/1999 tanggal 17 Mei 1999 tentang Bank


Sentral, sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3
Tahun 2004 tentang Amandemen UU No. 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia.

-memberikan status dan kedudukan BI sebagai Bank


Sentral yang independen dan bebas dari campur tangan
pihak luar (termasuk pemerintah).

Kedudukan independen ini berarti:


• Bank Indonesia tidak sejajar dengan lembaga tinggi
negara.
• Bank Indonesia tidak sama dengan departemen.
• Bank Indonesia berada di luar pemerintah
• Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri kebijakan yang
dikeluarkan Bank Indonesia.
BANK SENTRAL (BANK INDONESIA)
Bank Indonesia juga berstatus sebagai:

• Badan hukum publik  Bank Indonesia menetapkan peraturan hukum yang


merupakan pelaksanaan undang-undang yang mengikat masyarakat.
• Badan hukum perdata  Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan atas nama
sendiri di dalam maupun di luar pengadilan.

Dalam kerangka ekonomi dan kesejahteraan bangsa, akuntabilitas kebijakan


Bank Indonesia harus diuji DPR dan BPK

Tugas Bank Indonesia adalah:


• Menjaga inflasi
• Mengawasi sistem pembayaran nasional
• Menjaga nilai tukar rupiah
KEWENANGAN BANK INDONESIA SEBELUM BERALIH KE OJK

KEWENANGAN MENGATUR DAN


MENGAWASI BANK

Kewenangan untuk
Kewenangan untuk
Kewenangan untuk Kewenangan untuk Mengenakan
memberi izin/
mengatur/ mengawasi/ sanksi/
Right to licence
Right to regulate Right to control Right to impose
sanction

1. Ps. 2; 8; 11; 15;


Ps. 6; 7; 16; 18-20; Ps. 29-35 Ps. 37; 37A; 46- 53
21-28; 32; 40;
26; 28; 41-42 UUBI UUPerbankan
42A
UU Perbankan
UUPerbankan;
2. Ps. 25 UUBI

TERHITUNG 1 JANUARI 2014 KEWENANGAN INI


BERALIH KE OJK (KECUALI TERKAIT DENGAN
MONETER DAN SISTEM PEMBAYARAN)
PENGAWASAN PERBANKAN

PENGAWASA
N
PERBANKAN

Pengawasan terhadap Kepatuhan/ Pengawasan terhadap Resiko/


Compliance Based Supervision Risk Based Supervision

1. Resiko Kredit;
2. Resiko Pasar;
3. Resiko Likuiditas;
4. Resiko Operasional;
5. Resiko Hukum;
6. Resiko Reputasi;
7. Resiko Strategik;dan
8. Resiko Kepatuhan.
PENGERTIAN BANK, BANK UMUM dan BPR

Menurut Joseph Sinkey


• Bank adalah “department store of finance” yang menyediakan berbagai jasa keuangan.

Menurut UU No.10 Tahun 1998 (Perubahan dari UU No.7 Tahun 1992)-


UU PERBANKAN.
• Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.

Menurut UU PERBANKAN, bank dapat dibedakan menjadi 2 :


o Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Bank Umum melaksanakan semua fungsi perbankan yaitu menghimpun dana,
menempatkan dana dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral. Dalam praktiknya
kegiatan usahanya juga ada yang murni berbasis bunga, murni berbasis syariah atau
campuran antara konvensional (sistem bunga) dengan syariah.
o Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Wilayah operasi terbatas diwilayah
tertentu mis kabupaten. BPR tidak boleh melakukan kliring. Kegiatan usahanya juga ada
yang berbasis bunga, berbasis syariah atau campuran antara konvensional (sistem bunga)
dengan syariah.
BANK UMUM
FUNGSI BANK UMUM
• Sebagai Bank Pencipta Uang Giral, yaitu bank yang diperkenankan menghimpun
dana masyarakat dalam bentuk giro, di samping simpanan lain (tabungan,
deposito berjangka, sertifikat deposito jangka pendek).
- Meningkatkan persyaratan modal minimum bagi bank
umum jadi 100 M (API)
- Mempertahankan persyaratan modal bank
baru Rp 3 triliun.(API)

KLASIFIKASI BERDASARKAN JENIS KEPEMILIKANNYA


• Bank BUMN (Badan Usaha Milik Negara), bank yang seluruh sahamnya dimiliki
pemerintah.
• Bank Pemerintah Daerah (BPD)
• Bank Swasta Nasional, berbadan hukum Indonesia, sebagian/seluruh modalnya
dimiliki WNI atau badan hukum Indonesia.
• Bank Asing : kantor cabang dari bank di luar Indonesia dan hanya dapat
beroperasi di Jakarta dan dapat membuka kantor cabang pembantu di beberapa
kota provinsi.
ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA

• LATAR BELAKANG

Industri perbankan nasional telah mengalami perkembangan pasang surut sejak beberapa
dekade terakhir ini. Krisis moneter tahun 1998 menimbulkan dampak negatif bagi industri
perbankan nasional yang ditandai dengan terkikisnya permodalan bank, meningkatnya non
performing loans (NPLs), dan penutupan beberapa bank. Untuk menyehatkan kembali industri
perbankan nasional, dan melanjutkan program restrukturisasi perbankan yang dicanangkan
sejak tahun 1998, maka diperlukan kebijakan yang dimaksudkan untuk menciptakan sistim
perbankan yang sehat, kuat dan efisien yang berguna dalam rangka mendorong pertumbuhan
ekonomi nasional.

• TUJUAN API

Pada tahun 2004, untuk mencegah berulangnya krisis perbankan seperti tahun
1997-1998, Bank Indonesia mengeluarkan API, yang secara terinci bertujuan:
- Menguatkan sistem perbankan nasional
- Meningkatkan kualitas manajemen dan operasional perbankan
- Program pengembangan infrastruktur perbankan
- Meningkatkan perlindungan nasabah.
Enam Pilar API
N1odal
Inti
(Rp
triliun)
Berdasarkan API (Arsitektur Perbankan
Indonesia), Sesuai Visi Bank
Indonesia, kategori bank terbagi
menjadi:
Kategori Jumlah Modal

Bank Internasional > Rp 50 triliun

Bank Nasional > Rp 10 triliun – Rp 50 triliun

Bank Fokus (Kegiatan Rp 100 milyar – Rp 10 triliun


Terfokus pd segmen tertentu
sesuai kapabilitas +
kompetensi)
Bank Perkreditan Rakyat dan < Rp 100 milyar
Bank dengan Kegiatan Usaha
Terbatas
OTORITAS JASA KEUANGAN

OJK :
 Lembaga yang Independen dan bebas dari campur tangan pihak lain,
yang punya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan,
pemeriksaan dan penyidikan sebagaimana diatur dalam UU No.21
Tahun 2011.
 Dipimpin oleh Dewan Komisioner yang bersifat kolektif dan kolegial.
Dewan Komisioner berjumlah 9 Orang dan ditetapkan dengan
Keputusan Presiden.
 menjalankan sistem pengaturan dan pengawasan terintegrasi
terhadap seluruh kegiatan didalam sektor jasa keuangan.
TUGAS OJK :
- Melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap
kegiatan jasa kuangan di sektor PERBANKAN, PASAR MODAL dan
sektor PERASURANSIAN, DANA PENSIUN, LEMBAGA PEMBIAYAAN
dan LEMBAGA JASA KEUANGAN LAINNYA
14
KEWENANGAN OJK TERKAIT DENGAN TUGAS PENGATURAN DAN PENGAWASAN

A. Pengaturan dan pengawasan mengenai :


1. Kelembagaan bank
2. Kesehatan bank
3. Aspek kehati-hatian bank.

B. Tugas pengaturan (Pasal 8 OJK) a.l. menetapkan berbagai bentuk


peraturan dan keputusan OJK
.
C. Tugas Pengawasan (Pasal 9 OJK) a.l. menetapkan kebijakan
operasional dan melaksanakan tugas pengawasan.

15
SUMBER DANA PERBANKAN

Simpanan (Ps.1 (5)):


Dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada Bank
berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam
bentuk Giro, Deposito, Sertifikat Deposito, Tabungan
dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu

Giro (Ps. 1 (6)) :


Simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah
pembayaran lainnya atau dengan pemindahbukuan ;
SUMBER DANA PERBANKAN

Deposito (Ps1.(7)) :
Simpanan yang penarikannya hanya
dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian nasabah
penyimpan dengan Bank;

Sertifikat Deposito (Ps1.(8)) :


Simpanan dalam bentuk Deposito
yang sertifi kat bukti
penyimpanannya
dapat dipindahtangankan;

Tabungan (Ps1.(9)) :
Simpanan yang penarikannya hanya
dapat dilakukan menurut syarat
tertentu yang disepakati, tetapi tidak
dapat ditarik dengan cek, bilyet giro
dan atau alat lainnya yang
dipersamakan dengan itu ;
SUMBER DANA PERBANKAN

Perbedaan :
GIRO TABUNGAN DEPOSITO

Penarikan : Dapat ditarik dapat dilakukan dapat ditarik jika


setiap saat setiap saat sdh jatuh
tempo
Sarana/ Cek, BG, Surat Slip Penarikan Bilyet Deposito
Warkat Perintah Transfer

Suku Paling rendah rendah lebih tinggi


Bunga (Jasa giro)
SUMBER DANA PERBANKAN
DEPOSITO SERTIFIKAT DEPOSITO

Atas nama Atas bawa/atas unjuk

Bunga dibayar Bunga dibayar dimuka


(diskonto)

Tidak dapat dapat dipindahtangankan

Lebih aman kurang aman


SUMBER DANA PERBANKAN

Sumber Dana Lainnya :

• Pinjaman antar Bank (Dalam Negeri)


• Pinjaman antar Bank (Luar Negeri – Off shore loan)
• Pinjaman Sub Ordinasi
• Pinjaman Pihak lainnya
• Pasar Modal – Go Public (Initial Public Offering-
• IPO)
• Issuing Bonds (Obligasi)
Pinjaman Bank Indonesia (Lender of the last
resort)
Perlindungan Dana Nasabah Perbankan

Direct / Explicit Protection Scheme :

• Pasal 37 B UU Perbankan
• Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

Indirect / Implicit Protection Scheme :

• Pembinaan & Pengawasan BI (Ps.29-37 UUP)


• PBI Transparansi Produk Bank & Penggunaan Data Pribadi
Nasabah (PBI 7/6/2005)
• PBI Laporan Pengaduan Nasabah
• UU Perlindungan Konsumen UU No. 8/1999
• KUHPerdata :Perbuatan Melawan Hukum (Ps.1365,1367)
&
Wanprestasi
PENYELESAIAN PENGADUAN NASABAH

• Bank harus memiliki unit kerja khusus yang menangani pengaduan.


• Bank harus memiliki kebijakan dan prosedur untuk menangani pengaduan.
• Jangka waktu penyelesaian pengaduan :
- Pengaduan lisan -- wajib diselesaikan dalam 2 hari kerja.
- Pengaduan tertulis wajib diselesaikan dalam 20 hari kerja.
Bank dapat memperpanjang jangka waktu tsb sampai dengan
paling lama 20 hari kerja
• Bank harus menatausahakan, menindaklanjuti dan memonitor
pengaduan
nasabah.
• Bank harus menyampaikan laporan penanganan dan
penyelesaian pengaduan
secara triwulanan kepada Bank Indonesia.
Pelaporan tersebut dilakukan paling lambat 1 bulan setelah
berakhirnya masa
laporan.
• Sanksi keterlambatan melaporkan berupa denda sebesar Rp. 1
juta per hari
MEDIASI PERBANKAN

• Sarana penyelesaian tuntutan finansial yang diajukan oleh


Nasabah atau Perwakilan Nasabah kepada penyelenggara
mediasi perbankan, setelah melalui proses penyelesaian
pengaduan oleh Bank sebagaimana diatur dalam Peraturan
Bank Indonesia tentang Penyelesaian Pengaduan
Nasabah.

• Mediasi di bidang perbankan dilakukan nantinya akan


dilakukan oleh lembaga mediasi perbankan independen
yang dibentuk asosiasi perbankan, selama masa peralihan,
fungsi Mediasi perbankan dilaksanakan oleh BI.
Pengaduan Nasabah & Mediasi Perbankan

PBI No. 7/7/PBI/2005

Tindak lanjut
Pengaduan penyelesaia Nasabah Ya
oleh nasabah Menerima Selesai
n oleh Bank
(2 HK atau 20 Keputusan Bank
HK)

Tidak

Ya
Pengajuan Mediasi Sepakat? Selesai
Sengketa Perbankan
(30 HK)

Tidak
Arbitrase/
Pengadilan
TRANSPARANSI INFORMASI PRODUK BANK DAN
PENGGUNAAN DATA PRIBADI NASABAH
INTI POKOK PENGATURAN
• Informasi mengenai produk bank harus menjelaskan secara berimbang manfaat, risiko
maupun biaya-biaya yang melekat pada suatu produk bank. Informasi mencakup :
a. Nama Produk Bank;
b. Jenis Produk Bank;
c. Manfaat dan risiko yang melekat pada Produk Bank;
d. Persyaratan dan tata cara penggunaan Produk Bank;
e. Biaya-biaya yang melekat pada Produk Bank;
f. Perhitungan bunga atau bagi hasil dan margin keuntungan;
g. Jangka waktu berlakunya Produk Bank; dan
h. Penerbit (issuer/originator) Produk Bank.
• Bank wajib memberikan informasi mengenai program penjaminan terhadap produk bank
yang terkait dengan penghimpunan dana.
• Bank wajib memberitahukan kepada nasabah setiap perubahan, penambahan dan atau
pengurangan pada karakteristik produk bank, paling lambat 7 hari kerja sebelum
berlakunya perubahan tersebut.
• Pemberian data pribadi oleh bank kepada pihak lain di luar bank untuk tujuan komersial
harus dengan ijin nasabah.
• Sanksi : Bank yang melanggar ketentuan di atas dikenakan sanksi administratif.
pelanggaran tsb dapat diperhitungkan dengan komponen penilaian tingkat kesehatan
bank pada aspek manajemen.
LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

LATAR BELAKANG

• Akhir Tahun 1997 : Likuidasi 16 Bank


• Tahun 1998 : Krisis Moneter dan Perbankan
-- Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
bank menurun -penarikan dana dari
masyarakat dalam jumlah yang signifikan (bank
runs)
• Keppres No.26 Tahun 1998
- tentang jaminan thd kewajiban
pembayaran Bank Umum
• Kepres No. 193 Tahun 1998
-Pemerintah telah memberikan jaminan atas semua kewajiban
- tentang jaminan
pembayaran bank thd kewajiban
(blanket guarantee)
pembayaran BPR
LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

LATAR BELAKANG

• Sejak 1998 s/d Feb 2004 Program Penjaminan dilaksanakan oleh


BPPN - menjamin kewajiban 52 bank yang beku operasi.
• BPPN berakhir 27 Februari 2004 BPPN berakhir dan
selanjutnya Program Penjaminan dilaksanakan oleh Menteri
Keuangan dengan membentuk unit pelaksana penjaminan
pemerintah (UP3).
• Program Penjaminan telah dapat menumbuhkan kepercayaan
namun demikian luasnya penjaminan telah membebani
anggaran negara dan menimbulkan moral hazard baik dari
pengelola bank (kurang hati-hati mengelola bank) maupun
masyarakat (tidak peduli kondisi keuangan bank karena semua
dijamin).
LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

LATAR BELAKANG

• Dasar hukum penjaminan : Keppres kurang tepat seharusnya Undang-undang


karena membebani anggaran negara.
• Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan sistem penjaminan terbatas dan
selanjutnya dikeluarkan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
yang mengamanatkan dibentuknya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sbg
pelaksana penjaminan dana masyarakat.
• Selanjutnya dikeluarkan UU No. 24 tahun 2004 tanggal 22 September 2004
tentang LPS.
• LPS beroperasi 22 September 2005.

CATATAN :

Sampai saat ini terdapat 72 negara yang telah mendirikan LPS. Beberapa
negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada dan Swedia bahkan telah
mendirikan lembaga penjaminan jauh sebelum krisis perbankan melanda Asia
Pasifik.
Negara di Asia yang telah mendirikan antara lain Filipina (1963), Korea
(1996). Setelah Indonesia, Malaysia dan Singapura juga akan mendirikan
lembaga penjaminan.
SALDO YANG DIJAMIN LPS

• SELURUHNYA (22-9-2005 s/d 21-3-2006)


• Maks Rp. 5 Milyar (22- 3-2006 s/d 21-9-2006)
• Maks Rp. 1 Milyar (22-9-2006 s/d 21 Maret 2007)
• Maks Rp. 100 Juta (sejak 22 Maret 2007 sd 13 Oktober 2008).
• Maks Rp. 2 M (Sejak 13 Oktober 2008)

KETENTUAN :

• Nilai yang dijamin adalah sesuai saldo pertanggal penutupan bank


• Saldo yang dijamin untuk tiap nasabah adalah hasil penjumlahan semua
simpanan nasabah dalam bank tersebut baik rekening tunggal maupun joint
account (dibagi pro rata antara saldo dengan jumlah pemilik rekening)
• Rekening yang secara tertulis diperuntukkan bagi kepentingan pihak lain
maka saldo rekening diperhitungkan sebagai saldo pihak lain tersebut
(beneficiary).
CONTOH PERHITUNGAN SIMPANAN YANG DIJAMIN

Nama Rekening Saldo per tanggal Pembagian Hak Simpanan


pencabutan izin

Asep Badu Cita

Asep 1,20 M 1, 20 M - -

Asep, Badu, Cita 3M 1M 1M 1M

Badu 1,40 M - 1,40 M -

Cita 1,80 M - - 1, 80 M

Asep qq Dona 80 Juta 80 Juta -

Jumlah Simpanan 7,48 M 2,28 M 2,4 M 2,8 M

Jumlah Simpanan yang 6,08 M 2M+ 2M 2M


dijamin 80 Juta

Jumlah Simpanan yang tidak 1,4 M 200 juta 400 Juta 800 juta
dijamin
PERKEMBANGAN KETENTUAN RAHASIA BANK

Definisi Rahasia Bank :


Pasal 1 ayat 28 UU No. 10/1998 ttg Perbankan
Rahasia Bank diatur dalam Ps. 40 – 45, 47, 47A
Rahasia Bank = Bank Secrecy; Financial Privacy,
Bank Confidentiality; Professional Secrecy.

Coverage Rahasia Bank :


Menurut UU No. 7/1992 meliputi Aktiva +
Passiva (luas)
Menurut UU No. 10/1998 hanya disisi Passiva –
Simpanan (sempit)

Subyek Rahasia Bank :


Pengurus Bank : Direksi & Komisaris
Pegawai Bank
Pihak Terafiliasi

Pengecualian Rahasia Bank


Yang diatur di dalam UU Perbankan
Yang diatur di luar UU Perbankan ( UU
Korupsi, UU TPPU, UU Terorisme, UU KPK)
KETENTUAN RAHASIA BANK
MENURUT UU PERBANKAN
Pasal 1 ayat 16 UU No. 7/1992 ttg
Perbankan
Rahasia Bank adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan bank
hal lain dari nasabah keuangan
yang dan hal-
menurut
kelaziman dunia perbankan wajib
dirahasiakan ;
Pasal 1 ayat 28 UU No. 10/1998 ttg
Perbankan
Rahasia Bank adalah segala sesuatu
yang
berhubungan dengan keterangan
mengenai nasabah penyimpan dan
simpanannya ;
Kewajiban
keteranganBank: merahasiakan
mengenai nasabah penyimpan
dan simpanannya kecuali dalam hal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41,
Pasal 41A, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44,
dan Pasal 44A
1. Pengecualian Ketentuan Rahasia Bank menurut
UU Perbankan
a. Untuk kepentingan perpajakan, Pimpinan Bank
Indonesia (BI) atas permintaan Menteri Keuangan
berwenang mengeluarkan perintah tertulis kepada
bank agar memberikan keterangan dan
memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta surat-
surat mengenai keadaankeuangan nasabah
penyimpan tertentu kepada pejabat pajak (pasal 41
ayat 1)

b. Untuk penyelesaian piutang bank yang sudah


diserahkan kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang
Negara/Panitia Urusan Piutang Negara, Pimpinan BI
memberikan izin kepada pejabat Badan Urusan Piutang
dan Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara
untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai
simpanan nasabah debitur. Izin diberikan atas
permintaan tertulis dari Kepala Badan Urusan Piutang
dan Lelang Negara/Ketua Panitia Urusan Piutang
Negara (pasal 41A ayat 1 dan 2)
Pengecualian Ketentuan Rahasia Bank menurut
UU Perbankan

c. Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana, Pimpinan BI


dapat memberikan izin kepada Polisi, Jaksa, atau Hakim untuk
memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan tersangka atau
terdakwa pada bank. Izin dimaksud diberikan secara tertulis atas
permintaan dari Kapolri, Jaksa Agung atau Ketua MA
(pasal 42 ayat 1 dan 2)
d. Atas permintaan, persetujuan, atau kuasa dari nasabah
penyimpan yang dibuat secara tertulis, bank wajib memberikan
keterangan mengenai simpanan nasabah penyimpan pada bank yang
bersangkutan kepada pihak yang ditunjuk oleh nasabah penyimpan
tersebut (pasal 44A ayat 1)
e.Dalam perkara perdata antara bank dengan nasabahnya, direksi bank
yang bersangkutan dapat menginformasikan kepada pengadilan
tentang keadaan keuangan nasabah yang bersangkutan dan
memberikan keterangan lain yang relevan dengan perkara tersebut
(pasal 43)
2. Pengecualian Ketentuan Rahasia Bank yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG:

- Tindak Pidana yang merupakan suatu rangkaian tindakan yang bertujuan


untuk menyembunyikan asal usul harta kekayaan yang diperoleh secara
ilegal. Proses tersebut merupakan tindak pidana pencucian uang menurut
UU.
• Untuk kepentingan pemeriksaan dalam perkara tindak pidana pencucian
uang maka penyidik, penuntut umum atau hakim berwenang untuk meminta
keterangan dari Penyedia Jasa Keuangan mengenai Harta Kekayaan setiap
orang yang telah dilaporkan oleh PPATK, tersangka, atau terdakwa (pasal 72
ayat 3);
• Permintaan keterangan harus diajukan secara tertulis dengan menyebutkan
secara jelas mengenai :
a.Nama dan jabatan penyidik, penuntut umum atau hakim;
b.Identitas setiap orang yang telah dilaporkan oleh PPATK, tersangka, atau
terdakwa
c.Tindak pidana yang disangkakan atau didakwakan dan
d.Tempat harta kekayaan berada (pasal 72 ayat 3)
2. Pengecualian Ketentuan Rahasia Bank yang diatur dalam Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang
• Surat permintaan untuk memperoleh keterangan harus ditandatangani oleh :
1. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia atau
Kepala Kepolisian Daerah dalam hal permintaan diajukan
oleh penyidik;
2 Pimpinan instansi atau lembagaatau komisi dalam hal permintaan diajukan oleh
selain penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.
3. Jaksa Agung Republik Indonesia atau Kepala
Kejaksaan Tinggi dalam hal permintaan diajukan oleh penuntut umum;
4. Hakim Ketua Majelis yang memeriksa perkara yang bersangkutan

• Penjelasan Pasal 72 ayat 5


Dalam hal Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Kepala Kepolisian
Daerah, atau Pimpinan instansi atau lembaga atau komisi atau Jaksa Agung Republik
Indonesia atau Kepala Kejaksaan Tinggi berhalangan, penandatanganan dapat
dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk.
3. Pengecualian Ketentuan Rahasia Bank yang diatur dalam Undang-
Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi

• Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berwenang meminta


keterangan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya
tentang keadaan keuangan tersangka atau terdakwa yang
sedang diperiksa (pasal 12 ayat 1c)
• Segala permintaan data, informasi, dan konfirmasi yang
dilakukan oleh KPK dilaksanakan dengan:
• menggunakan surat resmi KPK yang ditandatangani
oleh pejabat KPK serendah-rendahnya Deputi atau
Sekjen atas nama Pimpinan KPK atau
• dengan menugaskan pegawai KPK yang diberi perintah
berdasarkan Surat Perintah/Surat Tugas yang
ditandatangani oleh salah seorang pejabat KPK
tersebut di atas.
(berdasarkan surat dari Direktorat Penelitian dan Pengaturan
Perbankan BI No.7/84/DPNP/IDPnP tanggal 24 Februari 2005)
4. Pengecualian yang diatur dalam
UU TERORISME (UU 9/2013)

PEJABAT YANG DAPAT MEMBUKA :


1. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Kepala
Kepolisian Daerah (PENYIDIK)
2. Jaksa Agung Republik Indonesia atau KepalaKejaksaan
Tinggi (PENUNTUT UMUM).
3. Hakim Ketua Majelis yang memeriksa
perkara yang bersangkutan
5. Pengecualian Ketentuan Rahasia Bank yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 9 tahun 1994 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan terakhir diubah dengan
Undang-Undang Nomor 16 tahun 2000 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan)

“Apabila dalam menjalankan ketentuan peraturan


perundang-undangan perpajakan diperlukan keterangan
atau bukti dari bank, akuntan publik, notaris, konsultan
pajak, kantor administrasi dan pihak ketiga lainnya, yang
mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa
atau disidik atas permintaan tertulis dari Direktur Jenderal
Pajak, pihak-pihak tersebut wajib memberikan keterangan
atau bukti yang diminta.”
(pasal 35 ayat 1)
TINDAK PIDANA PERBANKAN
TINDAK PIDANA YANG BERKAITAN DENGAN
PENGHIMPUNAN DANA

Pasal 46 UU No. 10 Tahun 1998 (UU Perbankan) :

1. Barang siapa menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan tanpa
izin usaha dari Pimpinan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16,
diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dan paling
lama 15 (lima belas) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp.
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dan paling banyak Rp.
200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah).

2. Dalam hal kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh badan
hukum yang berbentuk perseroan terbatas, perserikatan, yayasan atau koperasi,
maka penuntutan terhadap badan-badan dimaksud dilakukan baik terhadap
mereka yang memberikan perintah melakukan perbuatan itu atau yang bertindak
sebagai pimpinan dalam perbuatan itu atau terhadap kedua-duanya.
TINDAK PIDANA TERKAIT DENGAN RAHASIA BANK
(Psl. 47 UU No. 10 Tahun 1998)

 Pihak-pihak yang tanpa ijin atau perintah BI memaksa pihak bank


atau pihak terafiliasi membocorkan rahasia bank, diancam pidana
penjara minimum 2 tahun dan maksimum 4 tahun dan denda min 10
M dan Maks 200 M.

 Anggota Dewan Komisaris, Direksi,pegawai bank atau pihak terafiliasi


yang membocorkan rahasia bank diancam pidana penjara Min 2
tahun dan Max 4 tahun dan denda Min 4 M dan Max 8 M.

 Anggota Dewan Komisaris, Direksi, pegawai bank yang dengan


sengaja tidak memberikan
keterangan yang wajib dipenuhi, diancam pidana penjara min
2
tahun dan maks7 tahun dan denda Min 4 M dan Max 15 M
TINDAK PIDANA YANG TERKAIT DENGAN PENGAWASAN BANK
Pasal 48 UU No.10 Tahun 1998
Anggota Dewan Komisaris, Direksi atau pegawai bank yang :
Dengan sengaja tidak memberikan keterangan yang wajib dipenuhi, diancam pidana penjara min 2
tahun dan max 10 tahun dan denda min Rp.5 M dan Max Rp. 100 M.
Yang lalai memberikan keterangan yang wajib dipenuhi dalam rangka pengawasan bank, diancam
pidana penjara min 1 tahun dan max 2 tahun dan denda min Rp.1 M dan maks Rp.200 M.

TINDAK PIDANA TERKAIT PIHAK TERAFILIASI


Pasal 50 UU No. 10 Tahun 1998
Pihak terafiliasi yang dengan sengaja tidak melaksanakan langkah-langkah yang
diperlukan untuk memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan dalam UU Perbankan
dan UU lainnya, diancam pidana penjara min.3 tahun dan max 8 tahun dan denda min
Rp. 5 M dan Max Rp. 100 M

TINDAK PIDANA TERKAIT PEMEGANG SAHAM


Pasal 50 A - UU No. 10 Tahun 1998

Pemegang saham yang dengan sengaja menyuruh Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai
bank untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan yang mengakibatkan bank tidak
melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan bank
terhadap UU Perbankan atau UU lainnya diancam dengan pidana penjara min.7 tahun dan
maks 15 tahun dan denda min Rp. 10 M dan Maks Rp.200 M.
SANKSI ADMINISTRATIF TERHADAP BANK
Pasal 52 UU No. 10 Tahun 1998
• Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana dalam UU Perbankan, BI dapat mengenakan
sanksi administratif kepada bank yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana
ditetapkan dalam UU Perbankan, atau BI dapat mencabut izin usaha bank ybs

• Sanksi administratif tersebut a.l. berupa denda uang, teguran tertulis, penurunan tingkat
kesehatan bank, larangan kliring, pembekuan kegiatan usaha tertentu atau seluruhnya,
pengurus diberhentikan sampai RUPS ditetapkan pengurus pengganti
oleh RUPS.

SANKSI ADMINISTRATIF TERHADAP PIHAK TERAFILIASI


Pasal 53 UU No. 10 Tahun 1998

• Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana terhadap pihak terafiliasi, BI dapat


menetapkan sanksi administratif kepada pihak terafiliasi yang tidak memenuhi
kewajiban sebagaimana ditetapkan dalam UU Perbankan, atau

• BI menyampaikan pertimbangan kepada instansi yang berwenang untuk


mencabut
ijin ybs.
KEWENANGAN BANK INDONESIA MENETAPKAN SANKSI
ADMINISTRATIF PASAL 52 AYAT (1) U.U NO. 10 TAHUN 1998
Dengan tidak mengurangi ketentuan Pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 47, Pasal 47A, Pasal 48, Pasal 49, Pasal dan Pasal 50A, Bank Indonesia
dapat menetapkan sanksi Administratif terhadap kepada Bank yang tidak
memenuhi kewajibannya sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang ini,
atau Pemimpin Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha Bank yang
bersangkutan.

PASAL 52 AYAT (2) Undang-undang Perbankan


Bank Indonesia dapat menetapkan sanksi administratif yaitu :
Denda Uang;
Teguran Tertulis;
Penururunan
Tingkat
Kesehatan Bank;
Larangan untuk turut serta dalam kegiatan kliring;
Pembekuan kegiatan usaha tertentu, baik untuk kantor
cabang tertentu maupun untuk Bank secara keseluruhan.
Pemberhentian Pengurus Bank dan selanjutnya menunjuk
mengangkat pengganti sementara sampai RUPS mengganti
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai