Anda di halaman 1dari 4

LEGALITAS HUKUM ISLAM DAN PERADILAN AGAMA

1. Teori Receptie in Complexu


Dikemukan oleh Lodewijk Christian can de Berg (1854-1927)
“Bagi orang Islam berlaku penuh Hukum Islam
 Teori ini dangkat dari kenyataan bahwa sebelum VOC berkuasa itu di Indonesia
banyak sekali kerajaan kerajaan Islam yang dimana disana juga terdapat Peradilan
Agama
 Teori ini muncul sebagai prinsip bahwa Hukum Islam itu bagi Orang Islam
berlaku Hukum Islam
 “Bahwa bagi rakyat pribumi atau rakyat jajahan berlaku hukum agamnya tyang
berada di dalam lingkungan hidupnya”
 Kemudian Van De Berg mengkonsepkan ini kedalam Stb. 1882 No.152
“Bahwa bagi rakyat peibumi atau rakyat jajahan berlaku hukum agamnya yang
berada di dalam lingkungan hidupnya”
 Jadi hukum yang berlaku bagi orang pribumi di Indonesia adalah Hukum
Islam.
 Jadi berdasarkan teori ini apabila ada sengketa maka berlaku Hukum Agama
yang berlaku di negara tersebut.
 REGLEMENT OP HET BELEID DER REGERING VAN
NEDERLANDSCH INDIE (RR) Stb. 1885 No.2
 Pasal 75 ayat (3)
“Oleh hakim Indonesia hendaklah diberikan undnag-undang Agama
(godsdientige wetten) dan kebiasaan penduduk Indonesia”
 Pasal 78 ayat (2)
“Dalam hal terjadi perkara perdata diantara sesame orang Indonesia atau
dengan mereka yang dipersamakana maka mereka tunduk pada putusan hakim
atau kepala masyarakat mereka menurut undang-undang agama dst”.

2. Teori Receptie
Dikemukakan oleh Snouck Hurgronje (1857-1936) kemudian dikembangkan oleh C.
Van Vollenhoven dan Ter Haar.
“Bagi rakyat pribumi berlaku Hukum Adat. Hukum Islam berlaku kalau norma Hukum
Islam telah diterima oleh masyarakat sebagai Hukum Adat”
 Jadi dalam teori ini Hukum Islam mulai sedikit dikesampingkan
 Agar orang-orang prbumi agar jangan sampai memegang ajaran Hukum Islam
 Agar menarik orang pribumi ke budaya Eropa.
 Berbagai kebijakan yang dilakukan oleh Snouck Hurgronje:
1. Dalam kegiatan keagamaan, pemerintah Hindia Belanda hendaknya
memberikan kebebasan secara jujur dan secara penuh tanpa syarat bagi
orang-orang Islam untuk melaksanakan ajaran agamanya.
2. Dalam bidang kemasyarkatan, Pemerintah Hindia Belanda hendaknya
menghormati adat istiadat dan kebiasaan rakyat yang berlaku dengan
membuka jalan yang dapat menunut taraf hidup rakyat jajahan kepada
suatu kemajuan yang tenang kea rah mendekati pemerintah Hindia
Belanda dengan memberikan bantuan kepada mereka yang menempuh
jalan ini.
3. Dalam bidang ketatanegaraan Indonesia, mencegah tujuan yang
dapat membawa atau menghubungkan Gerakan islamisme yanhg
mempunyai tujuan untuk mencari kekuatan dalam hubungan
menghadapi Hindia Belanda terhadap rakyat bangsa Timur

 Kemudian Eksistensi Teori Receptie dikukuhkan Pasal 134 IS


“Bagi orang pribumi kalua hukum mereka menghendaki, diberlakukan
Hukum Islam selama hukum itu telah diterima oleh masyarakat Hukum Adat”
 Jadi intinya selama Hukum Islam tidak diterima oleh masyarakat
maka Hukum Islam tidak dapat diterapkan.

 Kebijakan Pemerintah Hindia Belanda Selanjutnya:


1. Sama sekali tidak memasukkan masalah hudud dan qishash dalam
bidang hukum Pidana. Hukum Pidana yang diberlakukan diambil
langsung dari WvS dari Nederland yang diberlakukan sejak Januari
1919.
2. Dibidang tata negara, ajaran agama Islam dihancurkan sama sekali.
3. Memperkuat berlakunya hukum muamalah yang menyangkut hukum
perkawinan dan hukum kewarisan yaitu:
A. Menanggalkan wewenang PA di Jawa, Madura, dan Kalimantan
untuk mengadili perkara waris.
B. Memberi wewenang memeriksa perkara waris kepasa landraad
(Pengadilan Negeri).

3. Teori Receptie Exit


 Dikemukakan oleh Hazairin
 “Walaupun aturan peralihan menyatakan bahwa hukum yang lama masih berlaku
selama jiwanya tidak bertentangan dengan UUD 1945, seluruh pertauran perundang-
undangan Pemerintah Hindia Belanda yang berdasarkan ajaran teori Receptie tidak
berlaku lagi”.
 Berdasarkan teori Hazarin dapat dinyatakan:
1) Teori Receptie telah patah, tidak berlaku dan exit dari tata negara Indonesia
sejak kemerdekaan tahun 1945
2) sesuai dengan Pasal 29 ayat (1), Negara RI wajib membentuk hukum nasional
Indonesia yang bahnnya adalah hukum agama.
Mengembalikan kembali hukum agama
3) Hukum agama yang masuk dan menjadi hukum nasional Indonesia itu bukan
hanya hukum islam saja tetapi juga.

4. Teori Receptio a Contrario


Dicetuskan oleh Sayuti Thalib tahun 1980:
a) Bagi orang Islam berlaku Hukum Islam
b) Hal tersebut sesuai dengan keyakina dan cita-cita batin dan moralnya
c) Hukum adat berlaku bagi orang Islam kalau tidak bertentangan dengan agama Islam
dan Hukum Islam (Kebalikan dari teori Receptie)
 Bagaimana kedudukan Hukum Islam dengan kondisi sekarang yang masih
memberlakukan Hukum Adat
 Jadi hukum adat tetap ada dikarenakan , hanya saja di dua teori terakhir
tersebut Hukum Agama tetap diberlakukan meskipun ada hukum adat.

Wewenang Pengadilan Agama dan Penyelesaian Ekonomi Syariah di Indonesia

Sejarah Pengadilan Agama


 Pengadilan agama sebenarnya merupakan instansi yang cukup tua, dimana pengadilan
ini sudah ada sejak munculnya kerajaan Islam seperti Kerajaan Samudera Pasai, Aceh,
Demak, dll.
 Pada saat itu Peradilan Agama tidak hanya mengurus perkara pribadi saja (nikah, talak,
rujuk(, tetapi juga perdata dan hukum pidana. Pada masa ini, pengadilan dilaksnakan
oleh Sultan dan Menterinya.
 Pada tahun 1982, dikeluarkan penetapan raja Belanda yang dimuat dalam Stb. 1882
No. 152 tentang pengadilan agama yang dinamakan Priesterrraad.
 Pengadilan tsb menetapkan perkara yang masuk adalah perkara: pernikahan,
perceraian, mahar, nafkah, keabsahan anak, perwalian, kewarisan, hibah, wakaf,
shadaqah, dan Baitul mal yang semuanya erta dengan agama islam.
 Pada masa itu, pengadilan agama tidak mempunyai daya paksa. Apabila salah satu
pihak yang bersengketa tidak mau tunduk atas putusan pengadilan agama, maka
keputusan itu baru dapat dijalankan jika diberi kekuatan lebih dulu oleh landraad
(Pengadilan Negeri)
 Sering kali ketua landraad tidak bersedia memberi kekuatan atas pengadilan agama,
bahkan ia membuat putusan baru yang berbeda dengan putusan pengadilan agama
 Pengadilan seperti tidak punya taring/ tidak bisa melaksanakan putusannya, dikarenakan
kesemuanya harus berdasarkan keputusan pengadilan negeri.
 Pada tahun 1937, pemerintah Hindia Belanda mengumumkan adanya peralihan
wewenang perkawa waris Islam dari Pengadilan Agama ke Pengadilan Negeri.
 Setelah kemerdekaan , UU yang mengatur tentang Pengadilan Agama baru diundangkan
pada Tahun 1989 yakni UU no. 7 tahun 1989
 Dalam UU ini kewenang pengandilan agama untuk mengadili waris dikembalikan. Jadi
semua perkara waris orang Islam adalah Kompetensi absolut dari Pengadilan Agama.

UU No 7/1989

UU No. 3/2006
 Didalam UU No. 7 Tahun 1989 hanya mengadili perkara perkawinan, waris, hibah,
wakaf, zakat, infaq dan shadaqah. Sedangkan dalam UU No. 7 Tahun 1989 ada tambahan
yakni mengadili: Ekonomi Syariah.
 Penjelasan UU No. 7/1989
Didalam penjelasan UU ini ada kalimat:
“Para pihak sebelum berperkara dapat mempertimbangkan untuk memilih hukum apa
yang akan dipergunakan dalam pembagian warisan”
- Kalimat tersebut berarti memberikan alternatif bagi para pihak yang berperkara untuk
memilih hukum mana yang akan dipakai. Apakah pengadilan agama atau pengadilan
negeri
- Kalimat tsb kemudian dihapuskan setelahnya

Anda mungkin juga menyukai