Anda di halaman 1dari 12

Haniah Ilhami

   Hukum Kewarisan Islam  


Materi Pembelajaran

1)Pengertian dan Landasan Hukum Kewarisan


Islam
2)Asas-Asas Hukum Kewarisan Islam
3)Unsur-Unsur Kewarisan Islam
4)Metode Penghitungan
5)Bagian Ahli Waris
6)Wasiat
7)Hibah
Hukum Kewarisan Islam

Sumber Hukum Kewarisan Islam


PENDAHULUAN

Pengertian Hukum Kewarisan Islam adalah hukum yang


mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta
peninggalan pewaris, menentukan siapa-siapa yang
berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya
masing-masing.

Kewenangan Ps 49 UU No. 3/2006:


PA Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus,
dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang
yang beragama Islam di bidang:
a. perkawinan;
b. waris;
c. wasiat;
d. hibah;
e. wakaf;
f. zakat;
g. infaq;
h. shadaqah; dan
i. ekonomi syari'ah.
Sumber Hukum
 Qs An Nisaa : 1, 7, 8, 11, 12, 33, 176
Al Quran  Qs Al Baqarah : 180, 233, 240
 Qs Al Anfal : 75
 Qs Al Ahzab : 4, 5, 6
 Qs Ath Thalaaq : 7

As Sunnah • Hadits Nabi dari Ibnu Abbas, riwayat Bukhari dan Muslim
Nabi SAW bersabda “Berikanlah bagian-bagian tertentu kepada orang-orang yang
berhak, sesudah itu sisanya untuk orang laki-laki yang lebih utama”.
• Hadits Nabi dari Jabir, riwayat Abu Daud, At Tarmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad :
“Berikan dua pertiga untuk dua anak Sa’ad, seperdelapan untuk jandanya dan yang
sisanya adalah untukmu (paman)”.
• Hadits Nabi dari Sa’ad ibn Waqas, riwayat Bukhari dan Muslim tentang batas
maksimal pelaksanaan wasiat. Jawab Rosul “sepertiga, sepertiga adalah banyak atau
besar, sungguh kamu jika meninggalkan ahli warismu dalam keadaan yang cukup
adalah lebih baik daripada meninggalkan mereka dalam keadaan miskin yang
meminta-minta kepada orang banyak”
Ijtihad

KHI  Salah satu metode Ijtihad adalah Ijma’ (kesepakatan semua mujtahid dalam
usaha menggali dan merumuskan hukum)
 KHI dapat dikatakan sebagai Ijma’ / kesepakatan para alim ulama
Indonesia (dalam lokakarya Alim Ulama Indonesia pada tgl 5 Januari 1988)
Hukum Waris Islam dalam Hukum Positif
Surat Edaran Biro Pengadilan Agama No. B/1/735 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 1957
Periode tahun Isi : Menganjurkan agar para Hakim Pengadilan Agama /
1958 Mahkamah Syar'iyah mempergunakan sebagai
pedoman 12 kitab fiqih berdasarkan mazhab Syafi’i
dalam memutus perkara

Instruksi Presiden No. 1 tahun 1991 tentang Kompilasi


Hukum Islam
Isi : Ketentuan dalam KHI digunakan sebagai pedoman
dalam menyelesaikan masalah-masalah di bidang
perkawinan, kewarisan, dan perwakafan
Periode tahun
1991 Keputusan Menteri Agama No. 154 tahun 1991 tentang
Pelaksanaan Inpres No. 1 tahun 1991
Isi : lingkungan Instansi dalam menyelesaikan masalah-
masalah di bidang Hukum Perkawinan, Kewarisan
dan Perwakafan sedapat mungkin menerapkan
Kompilasi Hukum Islam
SEMA No. 2 tahun 1994 tentang Pengertian 117 KHI pada
tanggal 28 Juni 1994
Periode pasca Isi : Memberi penjelasan atas penerapan ketentuan
tahun 1991 pasal 117 KHI bagi putusan hakim pengadilan
agama
Beberapa Yurisprudensi yang melengkapi ketentuan KHI
Fatwa Majelis Ulama Indonesia No. 5/MUNAS
VII/MUI/9/2005 tentang Kewarisan Beda Agama
Isi : a. Hukum waris Islam tidak memberikan hak
saling mewarisi antar orang‐orang yang
Periode tahun berbeda agama (antara muslim dengan
2005 non‐muslim);
b. Pemberian harta antar orang yang berbeda
agama hanya dapat dilakukan dalam bentuk
hibah, wasiat dan hadiah.
Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi
Periode tahun Peradilan Agama Edisi 2007 dan 2010
2007 s/d
sekarang Isi : Mengatur beberapa ketentuan hukum terapan
kewarisan Islam di Indonesia
Hukum Kewarisan Islam

Asas Hukum Kewarisan Islam


Prinsip Hukum Waris Islam

1. Bilateral/Parental Tidak membedakan laki-laki dan perempuan dari


segi keahliwarisan, sehingga tdk mengenal kerabat
dzawil arham.
Dasar Hukum: Pasal 174 KHI & Pasal 185 KHI

2. AW Langsung & AW Langsung= Pasal 174 KHI


AW Pengganti= Pasal 185 KHI
AW Pengganti

3. Ijbari Seseorang yang memiliki pertalian darah & atau


pertalian perkawinan langsung menjadi AW ketika
Pewaris meningga. Tidak ada hak untuk menolak
ataupun menerima
4. Individual • Harta dibagi pada masing-masing AW
• Kecuali:
- Harta warisan berupa tanah < 2 Ha
- Para AW sepakat tidak membagi Harta, tapi
membentuk usaha bersama yg masing2
memiliki saham sesuai proporsi bagian warisan
mereka

5. Keadilan • Bagian laki-laki & bagian perempuan adalah 2 : 1


• Kecuali para AW sepakat membagi sama rata
Berimbang setelah mereka mengetahui bagian masing2 yang
sebenarnya menurut hukum.

6. Waris Karena Peralihan hak kebendaan secara waris mewaris


berlaku setelah Pewaris meninggal dunia.
Kematian

Anda mungkin juga menyukai