Jamal Wiwoho
➢ Penalaran sebagai metode, metode atau cara mendapatkan kebenaran :
1. Penalaran : usaha memperoleh kebenaran/ atau proses berpikir untuk
menemukan kebenaran dengan menggunakan nalar (akal pikiran yang logis).
2. Nonpenalaran : Usaha memperoleh kebenaran dengan tidak menggunakan nalar
atau akal pikiran yang logis.
➢ Penalaran hukum : cara (hal) berpikir, menggunakan, mengembangkan atau
mengendalikan sesuatu masalah (di bidang) hukum dengan nalar.
➢ Perlunya penalaran hukum :
a. Kemampuan identifikasi dan analisis atas jawaban yang mempunyai nilai
kebenaran dalam sudut pandang tertentu;
b. Memetakan logika (hukum) yang digunakan;
c. Strategi pengembangan metodologi berpikir atau penelitian hukum.
Shidarta
➢ Penalaran hukum pada dasarnya adalah kegiatan berpikir secara problematis.
Kegiatan berpikir ini ada dalam wilayah penalaran praktis.
➢ Kegiatan berpikir problematis dari subjek hukum (manusia) sebagai makhluk individu
dan sosial di dalam lingkaran kebudayaannya.
➢ Penalaran hukum tidak tidak mencari penyelesaian di ruang terbuka tanpa batas.
➢ Ada tuntutan bagi penalaran hukum untuk menjamin stabilitas dan prediktabilitas
dari putusannya dengan mengacu kepada system hukum positif. (demi kepastian
1
hukum, sehingga putusan-putusan relatif terjaga komsistensinya (asas similia
similibus).
➢ Kegiatan berpikir ini adalah aktivitas terfokus yang hanya menyoroti problema yang
relevan dengan kepentingan (kedudukan dan peranan) para subjek hukum. Artinya,
problema hukum adalah problema kepentingan manusia sebagai makhluk berbudaya.
➢ Pada dasarnya semua subjek hukum mampu melakukan penalaran hukum ini.
➢ Aktivitas yang terfokus ini secara intens merupakan ladang bagi pengemban hukum,
lebih khusus lagi adalah para hakim sebagai pengambil keputusan (legal decision
maker) untuk kasus-kasus konkrit di lembaga yudikatif. (Penalaran hukum oleh
hakim, termasuk juga dalam proses pembentukan hukum).
➢ Pola-pola penalaran hukum dipengaruhi oleh sudut pandang dari subjek-subjek yang
melakukan kegiatan penalaran.
➢ Sudut pandang mencakup 2 kategori :
a. Dari aspek makro : sudut keluarga sistem hukum
b. Sudut pandang partisipan dan pengamat (Penstudi hukum).
2
Penstudi hukum :
➢ Sudut pandang partisipan : penstudi hukum dan pengemban hukum.
➢ Sudut pandang pengamat : penstudi hukum tapi bukan pengemban hukum.
➢ Pengembanan hukum adalah kegiatan manusia berkenaan dengan adanya dan
berlakunya hukum di masyarakat. (B. Arief Sidharta)
➢ Sudikno Mertokusumo : seorang sarjana hukum, khususnya hakim selayaknya
menguasai kemampuan menyelesaikan perkara, yang terdiri dari tiga kegiatan utama
yaitu merumuskan masalah hukum, memecahkannya dan mengambil
keputusan.