SUMBANGAN FILSAFAT HUKUM TERHADAP ILMU PERUNDANG-UNDANGAN
1. ALIRAN HUKUM ALAM Hukum Alam dipandang dari sisi sebagai : • Substansi : Hukum Alam yang baik adalah hukum yang secara kodrati berisi tentang perlindungan hak-hak yang paling mendasar yaitu hak asasi manusia (HAM). • Metode : Pembentukan hukum hendaknya harus memperhatikan hal-hal yg paling mendasar yaitu hak asasi manusia (HAM). • Sumbangan aliran Hukum Alam adalah : Memberikan pedoman terkait substansi perundang-undangan yang baik dan mendasar yakni harus memperhatikan hak asasi manusia. 2. ALIRAN POSITIVISME HUKUM :
1. Hukum adalah perintah penguasa dlm bentuk Undang Undang - ‘law
as decision of souverenity 2. Tidak ada hukum di luar Undang Undang 3. Hukum itu harus yuridis, harus dibersihkan dari anasir-anasir non yuridis (Teori Hukum Murni – Hans Kelsen). 4. Sifat hukum : logis, konsisten & tertutup
• Aliran Positivisme Hukum memberikan sumbangan yang sangat besar
bagi perkembangan Ilmu Perundang-undangan, dan pembentukan hukum, tetapi sifatnya monodisipliner dan tertutup. 3. ALIRAN SEJARAH HUKUM (Historical Jurisprudence)
• Aliran Sejarah Hukum :
1. Setiap bangsa memiliki volksgeist sendiri-sendiri; 2. Volksgeist ini yg mrpk sumber dari living law 3. Hukum itu tidak dibuat melainkan tumbuh, berkembang bersamaan dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat. 4. Pusat perkembangan hukum bukan pada Undang Undang atau keputusan hakim melainkan ada pada gejala sosial melalui kasus- kasus konkrit.
• Dengan lahir dan berkembangnya aliran Sejarah Hukum, maka
pertumbuhan dan perkembangan Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak dibutuhkan dalam membentuk sistem hukum. 4. TEORI PEMBANGUNAN HUKUM NASIONAL a. Membangun sistem hukum melalui perundang-undangan dan menumbuhkan kesadaran akan arti pentingnya living law b. Persoalan hukum netral versus persoalan hukum berpihak. c. Perundang-undangan menduduki posisi yang strategis bagi negara yang sedang membangun sistem hukum
• Prioritas pembangunan hukum ada pada hukum netral, persoalan hukum
netral sebagai berikut : a. Mempercepat proses unifikasi hukum dan kodifikasi hukum b. Memperkuat penegakan hukum yang konsisten c. Membangun budaya hukum d. Memperkecil terjadinya multitafsir e. Memperkuat integrasi bagi negara yg struktur masyarakat plural. 5. Konsep Pembangunan Hukum di Indonesia a. Teori Hukum Pembangunan – Mochtar Kusumaatmadja • Hukum sebagai ‘sarana’ (instrument) bukan sebagai ‘alat’ (tool) sebagaimana pandangan Roscuo Pound (law as a tool of social engineering) • Bertitik tolak dari ketertiban dan keteraturan, yang mutlak diperlukan dalam usaha pembangunan dan pembaharuan. • Hukum dalam arti norma diharapkan dapat mengarahkan kegiatan manusia ke arah yang dikehendaki oleh pembangunan dan pembaharuan itu. • Oleh karena itu diperlukan sarana berupa peraturan hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat (living law). • Pengertian hukum sebagai ‘sarana’ lebih luas dari hokum sebagai ‘alat’ karena: – Di Indonesia peranan perundang-undangan dalam proses pembaharuan hokum lebih menonjol, jika dibandingkan dengan di Amerika Serikat yang menempatkan yurisprudensi (khususnya putusan the Supreme Court) pada tempat yang lebih tinggi. – Konsep hokum sbg ‘alat’ akan mengakibatkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan penerapan ‘legisme’ sebagaimana pernah diadakan pada zaman Hindia Belanda, dan di Indonesia ada sikap yang menunjukkan kepekaan masyarakat untuk menolak penerapan konsep seperti itu – Apabila hokum di sini termasuk juga hokum internasional, maka konsep hukum sbg sarana perubahan masyarakat sudah diterapkan jauh sebelum konsep ini diterima secara resmi sbg landasan kebijakan hokum nasional. • Fungsi hukum yang konservatif yakni memelihara ketertiban dan keteraturan dlm masyarakat tetap diperlukan guna memelihara dan mempertahankan hasil-hasil yang telah dicapai, tetapi dalam masyarakat yang sedang membangun – masyarakat yang sedang berubah cepat – hukum juga harus dapat membantu proses perubahan masyarakat itu. • Dua dimensi filsafat hukum yang hendak dicapai dalam teori hukum pembangunan : 1. ketertiban atau keteraturan dalam rangka pembaharuan dan pembangunan dipandang mutlak adanya; 2. hukum dlm kaidah atau peraturan hokum memang dapat berfungsi sebagai alat pengatur atau sarana pembanguan dlm arti penyaluran arah kegiatan manusia yang dikehendaki ke arah pembaharuan • Menurut Prof. Mochtar, Hukum : suatu perangkat kaidah dan asas-asas yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat mencakup pula lembaga (institutions) dan proses (process) yang diperlukan untuk mewujudkan hukum itu dalam kenyataan. • Empat komponen Hukum : 1. kaedah, 2.asas, 3. lembaga, 4. proses, diarahkan untuk pembinaan/pembaharuan hukum tertulis dan dilanjutkan pada hokum tidak tertulis (yurisprudensi). • Dalam teori pembangunan hukum nasional ditemukan beberapa dimensi diantaranya : – Dimensi pemeliharaan -- untuk mencegah kekosongan hukum – Dimensi pembaharuan -- menyempurnakan hokum nasional – Dimensi penciptaan, -- menciptakan hokum yg sblmnya tidak ada – Dimensi pelaksanaan -- memberlakukan UU b. Teori Hukum Progresif – Satjipto Rahardjo • Teori Hukum Progresif lahir dari gagasan Prof. Satjipto Rahardjo yang galau dengan keadaan cara penyelenggaran hukum di Indonesia, dimana hampir sama sekali tidak ada terobosan yang cerdas menghadapi masa transisi orde baru. • Lebih memperihatinkan hukum tidak saja dijalankan sebagai rutinitas belaka (business as usual), tetapi juga dipermainkan seperti barang dagangan (business like). • Pemikiran hukum perlu kembali pada filosofi dasarnya, yaitu hukum untuk manusia. Manusia menjadi penentu dan titik orientasi hukum. Hukum bertugas melayani manusia bukan sebaliknya. Mutu hukum ditentukan oleh kemampuannya untuk mengabdi pada kesejahteraan manusia. • Hukum progresip menganut ideologi hukum yang pro-keadilan dan hukum yang pro-rakyat. • Bagi hukum progresif, proses perubahan tidak lagi berpusat pada peraturan, tetapi pada kreativitas pelaku hukum dalam ruang dan waktu yang tepat, dengan melakukan pemaknaan yang kreatif terhadap peraturan yang ada, tanpa harus menunggu perubahan peraturan (changing the law). Peraturan buruk tidak harus menjadi penghalang untuk menghadirkan keadilan untuk rakyat, karena mereka dapat melakukan interpretasi yang baru thd suatu peraturan. • Pembaharuan yang ditawarkan hukum progresif butuh sokongan kerangka keyakinan baru dan didasarkan pada tiga pertimbangan : 1. Hukum progresif berusaha menolak keberadaan status quo manakala keadaan tersebut menimbulkan dekadensi status korup dan semangat merugikan kepentingan rakyat. 2. Dalam hukum progresif melekat semangat ‘perlawanan’ dan ‘pemberontakan’ untuk mengakiri kelumpuhan hukum melalui aksi kreatif dan inovatif para pelaku hukum. 3. Kehadiran contoh model akan dapat menyatukan kekuatan- kekuatan hukum progresif pada satu platform aksi, karena model selalu menyediakan 3 (tiga)perangkat lunak yang dibutuhkan yakni : a. landasan ideologis dan filosofis, b. masalah yang diperjuangkan, c. metode dan prosedur yang tepat dan efektif.
• Dewasa ini banyak kalangan menilai bahwa hukum yang berlaku di
Indonesia hari ini dirasa sangat dipengaruhi oleh transaksi politik. Kepentingan kelompok politik yang dominan lebih berpengaruh ketimbang kepentingan publik.