Anda di halaman 1dari 11

PLKH

LEGAL DRAFTING
Topik 4

SUMBANGAN FILSAFAT HUKUM TERHADAP ILMU PERUNDANG-UNDANGAN


1. ALIRAN HUKUM ALAM
Hukum Alam dipandang dari sisi sebagai :
• Substansi :
Hukum Alam yang baik adalah hukum yang secara kodrati berisi
tentang perlindungan hak-hak yang paling mendasar yaitu hak asasi
manusia (HAM).
• Metode :
Pembentukan hukum hendaknya harus memperhatikan hal-hal yg
paling mendasar yaitu hak asasi manusia (HAM).
• Sumbangan aliran Hukum Alam adalah :
Memberikan pedoman terkait substansi perundang-undangan yang
baik dan mendasar yakni harus memperhatikan hak asasi manusia.
2. ALIRAN POSITIVISME HUKUM :

1. Hukum adalah perintah penguasa dlm bentuk Undang Undang - ‘law


as decision of souverenity
2. Tidak ada hukum di luar Undang Undang
3. Hukum itu harus yuridis, harus dibersihkan dari anasir-anasir non
yuridis (Teori Hukum Murni – Hans Kelsen).
4. Sifat hukum : logis, konsisten & tertutup

• Aliran Positivisme Hukum memberikan sumbangan yang sangat besar


bagi perkembangan Ilmu Perundang-undangan, dan pembentukan
hukum, tetapi sifatnya monodisipliner dan tertutup.
3. ALIRAN SEJARAH HUKUM (Historical Jurisprudence)

• Aliran Sejarah Hukum :


1. Setiap bangsa memiliki volksgeist sendiri-sendiri;
2. Volksgeist ini yg mrpk sumber dari living law
3. Hukum itu tidak dibuat melainkan tumbuh, berkembang bersamaan
dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat.
4. Pusat perkembangan hukum bukan pada Undang Undang atau
keputusan hakim melainkan ada pada gejala sosial melalui kasus-
kasus konkrit.

• Dengan lahir dan berkembangnya aliran Sejarah Hukum, maka


pertumbuhan dan perkembangan Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan
mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak dibutuhkan dalam
membentuk sistem hukum.
4. TEORI PEMBANGUNAN HUKUM NASIONAL
a. Membangun sistem hukum melalui perundang-undangan dan
menumbuhkan kesadaran akan arti pentingnya living law
b. Persoalan hukum netral versus persoalan hukum berpihak.
c. Perundang-undangan menduduki posisi yang strategis bagi negara
yang sedang membangun sistem hukum

• Prioritas pembangunan hukum ada pada hukum netral, persoalan hukum


netral sebagai berikut :
a. Mempercepat proses unifikasi hukum dan kodifikasi hukum
b. Memperkuat penegakan hukum yang konsisten
c. Membangun budaya hukum
d. Memperkecil terjadinya multitafsir
e. Memperkuat integrasi bagi negara yg struktur masyarakat plural.
5. Konsep Pembangunan Hukum di Indonesia
a. Teori Hukum Pembangunan – Mochtar Kusumaatmadja
• Hukum sebagai ‘sarana’ (instrument) bukan sebagai ‘alat’ (tool)
sebagaimana pandangan Roscuo Pound (law as a tool of social
engineering)
• Bertitik tolak dari ketertiban dan keteraturan, yang mutlak diperlukan
dalam usaha pembangunan dan pembaharuan.
• Hukum dalam arti norma diharapkan dapat mengarahkan kegiatan
manusia ke arah yang dikehendaki oleh pembangunan dan
pembaharuan itu.
• Oleh karena itu diperlukan sarana berupa peraturan hukum yang sesuai dengan
hukum yang hidup dalam masyarakat (living law).
• Pengertian hukum sebagai ‘sarana’ lebih luas dari hokum sebagai ‘alat’ karena:
– Di Indonesia peranan perundang-undangan dalam proses pembaharuan
hokum lebih menonjol, jika dibandingkan dengan di Amerika Serikat yang
menempatkan yurisprudensi (khususnya putusan the Supreme Court) pada
tempat yang lebih tinggi.
– Konsep hokum sbg ‘alat’ akan mengakibatkan hasil yang tidak jauh berbeda
dengan penerapan ‘legisme’ sebagaimana pernah diadakan pada zaman
Hindia Belanda, dan di Indonesia ada sikap yang menunjukkan kepekaan
masyarakat untuk menolak penerapan konsep seperti itu
– Apabila hokum di sini termasuk juga hokum internasional, maka konsep
hukum sbg sarana perubahan masyarakat sudah diterapkan jauh sebelum
konsep ini diterima secara resmi sbg landasan kebijakan hokum nasional.
• Fungsi hukum yang konservatif yakni memelihara ketertiban dan
keteraturan dlm masyarakat tetap diperlukan guna memelihara dan
mempertahankan hasil-hasil yang telah dicapai, tetapi dalam masyarakat
yang sedang membangun – masyarakat yang sedang berubah cepat –
hukum juga harus dapat membantu proses perubahan masyarakat itu.
• Dua dimensi filsafat hukum yang hendak dicapai dalam teori hukum
pembangunan :
1. ketertiban atau keteraturan dalam rangka pembaharuan dan
pembangunan dipandang mutlak adanya;
2. hukum dlm kaidah atau peraturan hokum memang dapat
berfungsi sebagai alat pengatur atau sarana pembanguan dlm arti
penyaluran arah kegiatan manusia yang dikehendaki ke arah
pembaharuan
• Menurut Prof. Mochtar, Hukum : suatu perangkat kaidah dan asas-asas
yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat mencakup pula
lembaga (institutions) dan proses (process) yang diperlukan untuk
mewujudkan hukum itu dalam kenyataan.
• Empat komponen Hukum : 1. kaedah, 2.asas, 3. lembaga, 4. proses,
diarahkan untuk pembinaan/pembaharuan hukum tertulis dan dilanjutkan
pada hokum tidak tertulis (yurisprudensi).
• Dalam teori pembangunan hukum nasional ditemukan beberapa dimensi
diantaranya :
– Dimensi pemeliharaan -- untuk mencegah kekosongan hukum
– Dimensi pembaharuan -- menyempurnakan hokum nasional
– Dimensi penciptaan, -- menciptakan hokum yg sblmnya tidak ada
– Dimensi pelaksanaan -- memberlakukan UU
b. Teori Hukum Progresif – Satjipto Rahardjo
• Teori Hukum Progresif lahir dari gagasan Prof. Satjipto Rahardjo yang galau
dengan keadaan cara penyelenggaran hukum di Indonesia, dimana hampir
sama sekali tidak ada terobosan yang cerdas menghadapi masa transisi
orde baru.
• Lebih memperihatinkan hukum tidak saja dijalankan sebagai rutinitas
belaka (business as usual), tetapi juga dipermainkan seperti barang
dagangan (business like).
• Pemikiran hukum perlu kembali pada filosofi dasarnya, yaitu hukum untuk
manusia. Manusia menjadi penentu dan titik orientasi hukum. Hukum
bertugas melayani manusia bukan sebaliknya. Mutu hukum ditentukan
oleh kemampuannya untuk mengabdi pada kesejahteraan manusia.
• Hukum progresip menganut ideologi hukum yang pro-keadilan dan hukum
yang pro-rakyat.
• Bagi hukum progresif, proses perubahan tidak lagi berpusat pada peraturan,
tetapi pada kreativitas pelaku hukum dalam ruang dan waktu yang tepat, dengan
melakukan pemaknaan yang kreatif terhadap peraturan yang ada, tanpa harus
menunggu perubahan peraturan (changing the law). Peraturan buruk tidak
harus menjadi penghalang untuk menghadirkan keadilan untuk rakyat, karena
mereka dapat melakukan interpretasi yang baru thd suatu peraturan.
• Pembaharuan yang ditawarkan hukum progresif butuh sokongan kerangka
keyakinan baru dan didasarkan pada tiga pertimbangan :
1. Hukum progresif berusaha menolak keberadaan status quo manakala
keadaan tersebut menimbulkan dekadensi status korup dan semangat
merugikan kepentingan rakyat.
2. Dalam hukum progresif melekat semangat ‘perlawanan’ dan
‘pemberontakan’ untuk mengakiri kelumpuhan hukum melalui aksi kreatif
dan inovatif para pelaku hukum.
3. Kehadiran contoh model akan dapat menyatukan kekuatan-
kekuatan hukum progresif pada satu platform aksi, karena model
selalu menyediakan 3 (tiga)perangkat lunak yang dibutuhkan yakni :
a. landasan ideologis dan filosofis,
b. masalah yang diperjuangkan,
c. metode dan prosedur yang tepat dan efektif.

• Dewasa ini banyak kalangan menilai bahwa hukum yang berlaku di


Indonesia hari ini dirasa sangat dipengaruhi oleh transaksi politik.
Kepentingan kelompok politik yang dominan lebih berpengaruh
ketimbang kepentingan publik.

Anda mungkin juga menyukai