Anda di halaman 1dari 61

Kebijakan, dasar hukum, strategi

pencegahan dan penanganan


pelanggaran HAM pada anak, dan
tugas-tugas lembaga negara dalam
menangani kasus-kasus perlindungan
anak
Dosen Pengampu: Dr. (Phil) Sri Indah Pujiastuti, M.Pd
Materi yang dibahas
Kebijakan hukum (teori-teori kebijakan hukum: pengertian, tujuan,
1
asas, prinsip-prinsip, manfaat)
Dasar Hukum (UU perlindungan anak, hukum pidana, hukum
2
perdata, dan hukum internasional tentang perlindungan anak)
3 Strategi pencegahan dan penanganan pelanggaran HAM pada anak
Tugas-tugas lembaga negara dalam menangani kasus-kasus perlindungan
4 anak (MA, Kejagung, Kepolisian, Kemenkumham, Kemensos,
kemenagPP, KOMNAS Anak dan KPAI)
Kelompok 3

Astita Luki Mei


Ilham Sakri Alfaregi Dian Putri Redinanti Aprida
1112822022 1112822027 1112822028
01
Kebijakan hukum (teori-teori
kebijakan hukum: pengertian,
tujuan, asas, prinsip-prinsip,
manfaat)
1.1 Teori-Teori Kebijakan Hukum
B. Arief Sidharta “Teori Ilmu Hukum”
(1) Teori Hukum, (2) Hubungan Hukum dan Logika, dan (3)
Metodologi.

Ruang lingkup kajian Teori Hukum sebagai kelanjutan dari Algemeine


Rechtslehre (Ajaran Hukum Umum)

(i) analisis konsep-konsep dalam hukum (misalnya: perbuatan


hukum, kontrak, perikatan, perkawinan, perbuatan melawan
hukum, dsb.), (ii) analisis asas dan sistem hukum, (iii) Analisis
kaidah hukum dan keberlakuan kaidah hukum.
Bagan Ruang Lingkup Filsafat Hukum, Ilmu Hukum Dogmatik, dan Teori
Hukum; Suatu Tanda Pembeda (Marsono, 2019)

Komponen-Komponen Filsafat Hukum Ilmu Hukum Teori Hukum


Penanda (Dogmatic Hukum)

Sejarah Perkembangan Semenjak masa yunani Semenjak masa pasca Mulai abad 19
kuno abad pertengahan

Latar Belakang Mitologi Yunani dan Factor tidak konkretnya Menjembatani dua
eksistensi manusia (refleksi-spekulasi) pendekatan yaitu:
dengan alam filsafat hukum dalam pendekatan empiris dan
mengkaji hukum pendekatan normative
Bagan Ruang Lingkup Filsafat Hukum, Ilmu Hukum Dogmatik, dan Teori
Hukum; Suatu Tanda Pembeda (Marsono, 2019)

Komponen-Komponen Filsafat Hukum Ilmu Hukum (Dogmatic Teori Hukum


Penanda Hukum)

Metode Kajian Refleksi kritis dan analisis Metode yang normative, Multi disiplin
yang bersifat rasional- positivis dalam melakukan dengan
logis terhadap masalah- perumusan maupun menggunakan ilmu-
masalah umum dan penafsiran hukum ilmu lainya.
hukum (deduktif-logis)

Sifat Kajian Abstrak,kritis, etis, Positivis- prespektif- Gabungan sifat


spekulatif praktis (teori rasional) kajian hukum dan
filsafat hukum
Bagan Ruang Lingkup Filsafat Hukum, Ilmu Hukum Dogmatik, dan Teori
Hukum; Suatu Tanda Pembeda (Marsono, 2019)

Komponen-Komponen Filsafat Hukum Ilmu Hukum (Dogmatic Teori Hukum


Penanda Hukum)

Ruang Lingkup Kajian Meliputi bidang Interpretasi dan Meliputi diantaranya:


ontology, sistematisasi hukum bidang analisis yuridis,
epistemology, posistif yang berlaku ajaran metode ilmu
aksiologi, ideologi, disuatu Masyarakat atau hukum, metode
teologi, ajaran negara. dogmatic hukum dan
keilmuan hukum dan kritik ideologi hukum.
logika hukum
1.2 Pengertian Kebijakan Hukum
Secara terminologi kebijakan berasal dari istilah ”policy” (Inggris) atau
“politiek” (Belanda).

Hukum Politik menurut Sudarto (Harun & Wati, 2021)


a. Usaha untuk mewujudkan peraturan-peraturan yang baik sesuai dengan
keadaan dan situasi pada suatu saat.
b. Kebijakan dari negara melalui badan-badan yang berwenang untuk
menetapkan peraturan-peraturan yang dikehendaki yang diperkirakan bisa
digunakan untuk mengekspresikan apa yang terkandung dalam masyarakat dan
untuk mencapai apa yang dicita-citakan.
Kebijakan hukum pidana dilaksanakan melalui tahap-tahap konkretisasi/
operasionalisasi/ fungsionalisasi hukum pidana yang terdiri dari:

a. Kebijakan formulasi/ legislatif, yaitu tahap perumusan/penyusunan hukum


pidana.
b. Kebijakan aplikatif/ yudikatif, yaitu tahap penerapan hukum pidana.
c. Kebijakan administratif/ eksekutif, yaitu tahap pelaksanaan hukum pidana.
1.3 Tujuan Kebijakan Hukum
Hukum diperlukan agar kebijakan-kebijakan kenegaraan dan pemerintahan
dapat memperoleh bentuk resmi yang bersifat mengikat dan dapat dipaksakan
berlakunya untuk umum.

B.G. Peters mengidentifikasi beberapa tipe instrumen kebijakan, yakni:


hukum/undang-undang; pelayanan, uang; pajak; instrumen ekonomi; suasi
1.4 Asas-Asas Kebijakan Hukum
Asas-asas hukum:
● Absolut
● Undang-Undang tak bisa diganggu gugat
● Undang-undang tak bisa berlaku surut
● Konsensualisme
● Lex Specialis Derogat Legi Generalis
● Lex Superiori Derogat Legi Inferiori
● Lex Posteriori Derogat Legi Priori
● Pacta Sunt Servanda
● Pacta tertiis nec nocent nec prosunt
● Kebebasan berkontrak
● Percampuran
Asas-asas hukum:
● Nullum delictum, nulla poena sine lege praevia poenali
● Itikad baik
● Dapat dipindahtangankan
● Tiada pidana tanpa kesalahan
● Perlakuan yang berlainan terhadap benda bergerak dan tidak bergerak
● Good Governance
● Publiciteit
● Penafsiran secara analogis
● Rebus sic stantibus
● Asas kesadaran hukum
Asas-Asas yang Dianut Dalam Undang-Undang Dasar 1945

● Asas pembagian kekuasaan


● Asas kekeluargaan yang diatur dalam Pasal 33 ayat (1)
Undang-Undang Dasar 1945
● Asas kedaulatan rakyat
● Asas negara hukum berdasarkan prinsip Rule of Law
● Asas kewarganegaraan yang terdiri atas ius sanguinis dan ius
soli
Asas-Asas yang Dianut Dalam Hukum Tata Negara

● Asas ius sanguinis


● Asas ius soli
● Asas naturalisasi atau pewarganegaraan
● Asas bipatride
● Asas apatride
● Asas desentralisasi
● Asas dekonsentralisasi
● Asas welfare state atau negara kesejahteraan
● Asas medebewind
● Asas kendali dini atau prior restraint
● Asas non-lisensi
1.5 Prinsip-Prinsip Hukum
PRINSIP-PRINSIP HUKUM UMUM SEBAGAI SUMBER HUKUM INTERNASIONAL
Pasal 38 ayat (1) butir c Statuta Mahkamah Internasional “The General principles of Law
Recognized by Civilized Nations” (Prinsip-prinsip hukum umum yang diakui oleh bangsa-
bangsa yang beradab)

Tingkatan/Hierarkis prinsip-prinsip hukum umum yaitu meliputi

● Prinsip-prinsip hukum pada umumnya


● Prinsip-prinsip hukum dari pelbagai sistim hukum.
● Prinsip-prinsip hukum nasional pada umumnya
● Prinsip-prinsip hukum internasional pada umumnya
● Prinsip-prinsip hukum umum dari pelbagai cabang hukum internasional
1.6 Manfaat Hukum
● Sebagai sarana pengendali sosial. sebuah sistem yang
menerapkan aturan-aturan mengenai perilaku yang benar.
● Sebagai sarana untuk mengadakan perubahan pada masyarakat.
● Sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat.
● Sebagai sarana dalam mewujudkan keadilan sosial.
● Sebagai sarana dalam pergerakan pembangunan.
● Sebagai fungsi kritis, melakukan pengawasan baik pada aparatur
pengawas, aparatur pelaksana dan aparatur penegak hukum.
1.6 Manfaat Hukum
● Sebagai alat untuk mengikat anggota dalam masyarakat sehingga kelompok
jadi semakin erat eksistensinya.
● Sebagai alat untuk membersihkan masyarakat dari kasus yang mengganggu
masyarakat dengan cara memberikan sanksi baik pidana, perdata, administrasi
dan sanksi masyarakat.
● Sebagai alat untuk melakukan alokasi kewenangan dan putusan terhadap
badan pemerintahan.
● Sebagai alat stimulasi sosial. Hukum bukan alat yang hanya digunakan untuk
mengontrol masyarakat, namun juga meletakan dasar-dasar hukum yang bisa
menstimulasi dan memfasilitasi interaksi di antara masyarakat dengan tertib
dan adil.
Dasar Hukum (UU perlindungan
02 anak, hukum pidana, hukum
perdata, dan hukum internasional
tentang perlindungan anak)
2.1 Undang-Undang Perlindungan Anak

Undang-undang perlindungan anak diatur dalam UU No 23 Tahun 2002.

● BAB I Pasal 1 tentang Ketentuan Umum


● BAB II Pasal 2 & 3 tentang Asas dan Tujuan
● BAB III Pasal 4-19 tentang Hak dan Kewajiban Anak
● BAB IV tentang Kewajiban dan Tanggung Jawab. Pasal 20 Bagian
Kesatu (umum), Bagian Kedua Pasal 21-24 tentang Kewajiban dan
Tanggung Jawab Pemerintah, Bagian Ketiga Pasal 25 tentang
● Kewajiban dan Tanggung Jawab Masyarakat, Bagian Keempat Pasal
26 tentang Kewajiban dan Tanggung Jawab Keluarga dan Orang Tua.
2.1 Undang-Undang Perlindungan Anak
● BAB V tentang Kedudukan anak. Bagian kesatu tentang Identitas
Anak diatur dalam Pasal 27-28, Bagian Kedua Pasal 29 tentang Anak
yang Dilahirkan dari Perkawinan Campuran.
● BAB VI Pasal 30-32 tentang Kuasa Asuh
● BAB VII Pasal 33-36 tentang Perwalian
● BAB VIII tentang Pengasuhan dan Pengankatan Anak. Bagian kesatu
Pasal 37-38 mengatur tentang pengasuhan anak, Bagian kedua pasal
39-41 tentang pengangkatan anak
● BAB VIX tentang Penyelenggaraan Perlindungan. Bagian kesatu
pasal 42-43 tentang agama, Bagian kedua pasal 44-47 tentang
kesehatan, Bagian ketiga pasal 48-54 tentang Pendidikan, Bagian
keempat pasal 55-58 tentang sosial, Bagian kelima pasal 59-71
tentang perlindungan khusus
2.1 Undang-Undang Perlindungan Anak
● BAB X Pasal 72-73 tentang Peran Masyarakat.
● BAB XI Pasal 74-76 tentang Komisi Perlindungan Anak Indonesia
● BAB XII Pasal 77-90 tentang Ketentuan Pidana
● BAB XIII Pasal 91 tentang Ketentuan Peralihan
● BAB XIV Pasal 92-93 tentang Ketentuan Penutup.

Selanjutnya, diubah menjadi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun


2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak
2.2 Hukum Pidana
Sistem Peradilan Anak dijadikan pedoman bagi penegak
hukum untuk mengambil suatu keputusan yang bijak dalam
hal apakah penjatuhan sanksi pidana terhadap anak
merupakan keputusan yang tepat untuk kepentingan terbaik
bagi anak ataukah sebaliknya (Nugroho, 2017).

Pemidanaan terhadap anak lebih mengutamakan kepentingan


terbaik bagi anak. Ancaman pidana terhadap anak adalah ½
dari ancaman pidana orang dewasa kecuali tindak pidana
yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur
hidup, maka pidana yang dijatuhkan adalah pidana penjara
paling lama 10 tahun.
2.2 Hukum Pidana
Pemidanaan anak telah diatur dalam Undang-Undang No 11 tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Dalam mengutamakan pendekatan
keadilan restoratif baik dari tingkat penyidikan, penuntutan, maupun dalam
persidangan.
Di Indonesia sistem peradilan pidana anak menggunakan paradigma
restoratif yaitu mengutamakan keadilan restoratif.
paradigma restoratif (restorative paradigm), bahwa di dalam mencapai
tujuan penjatuhan sanksi, maka diikutsertakan korban untuk berhak aktif
terlibat dalam proses peradilan, indikator pencapaian tujuan penjatuhan
sanksi tercapai dengan dilihat apakah korban telah direstorasi, kepuasan
korban dan lain sebagainya. Kewajiban mengutamakan keadilan restoratif
tercantum dalam Pasal 5 Undang-Undang No. 11 tahun 2012.
2.2 Hukum Pidana
Indonesia sebagai negara yang telah ikut
meratifikasi Konvensi Hak-Hak Anak
(Convention on the Rights of the Child)
mempunyai kewajiban untuk memberikan
perlindungan khusus terhadap anak yang
berhadapan dengan hokum. Perlakuam khusus
tersebut terdapat dalam Pasal 64 Undang-
Undang Nomor 35 tahun 2014
2.3 Hukum Perdata
Hukum perdata, diberi arti: mengatur kepentingan/perlindungan antara orang
yang satu dengan orang yang lain.
Pasal 330 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, mengatakan orang belum
dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur 21 tahun dan tidak lebih
dahulu telah kawin.KUHPerdata membagi kedudukan anak menjadi :
a. Anak sah (echte kinderen)
b. Anak tidak sah atau anak luar kawin atau anak alami (onwettige, onechte,
natuurlijkw kinderen) dibedakan menjadi:
- Anak luar kawin yang bukan hasil perselingkuhan (overspelig) atau
sumbang (bloedschennis)
- Anak zinah (overspelige kinderen) dan sumbang (bloed sechennige
kinderen).
2.3 Hukum Perdata
Selain itu juga dikenal istilah anak adopsi, yaitu anak
yang diangkat oleh suami istri sebagai anak mereka
yang dianggap sebagai anak yang dilahirkan dari
perkawinan suami istri. Hukum perdata diatur dalam
KITAB UNDANG UNDANG HUKUM PERDATA
(Burgerlijk Wetboek voor Indonesie).
2.4 Hukum Internasional tentang
Perlindungan Anak
Hukum internasional telah berkembang pesat selama beberapa periode terakhir,
hal ini dapat dilihat sejak terbentuknya PBB, ketika aturan dan norma yang
mengatur kegiatan dilakukan di luar hukum bats-batas negara dikembangkan,
lalu muncullah berbagai perjanjian Internasional-bilateral, yang bersifat
regional atau multilateral yang dimana telah disepakati dan menjadi kebiasaan
internasional.
Perserikatan Bangsa-Bangsa menyusun perjanjian yang akan memberlakukan
prinsip- prinsip yang berkaitan dengan anak-anak yang diatur dalam Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia atau Declaration Of Human Rights.
2.4 Hukum Internasional tentang
Perlindungan Anak
Setelah melalui proses yang panjang, upaya perlindungan hak anak akhirnya
membuahkan hasil nyata, hal ini dapat dilihat dari di deklarasikanya Konvensi
Hak Anak pada tanggal 20 November 1989 secara bulat oleh Majelis Umum
PBB (Resolusi PBB No. 44/25 tanggal 5 Desember 1989). Mulai sejak di
deklarasikannya hal tersebut, anak-anak diseluruh dunia memperoleh perhatian
khusus dalam standar Internasional. Lalu, pada dasarnya, tujuan dibentuknya
sistem peradilan pidana anak dalam The Beijing Rules yang menyatakan Sistem
peradilan anak harus menekankan kesejahteraan anak dan harus menjamin
bahwa setiap reaksi terhadap pelaku anak harus selalu proporsional dengan
keadaan pelaku dan pelanggarannya
2.4 Hukum Internasional tentang
Perlindungan Anak
Convention on the Right of The Child atau Kovensi Hak Anak merupakan
sebuah perjanjian internasional yang menjabarkan mengenai hal-hal yang
menjadi dasar bagi penjaminan mengenai hak-hak anak diseluruh dunia, yang
dapat dilihat dalam Konvensi Hak Anak mengenai hak anak terdapat pada Asas
1, Asas 2, serta Asas 9.
Permasalahan anak yang bermasalah dengan hukum, baik dalam posisi sebagai
objek (viktim) maupun anak sebagai subjek (pelaku) tindak pidana, merupakan
permasalahan yang dihadapi semua negara. Atas dasar hal tersebut, Masyarakat
internasional melalui lembaga-lembaga yang berada di bawah United Nation
telah mengeluarkan berbagai instrument perlindungan terhadap anak yang
harus dijadikan acuan oleh seluruh negara.
2.4 Hukum Internasional tentang
Perlindungan Anak
Pengaturan Hak-Hak Anak dalam Konvensi Hak Anak (Convention of the
Right of the Child), disahkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 20
November 1989 dan mulai berlaku pada 2 September 1990. Konvensi Hak
Anak ini merupakan instrumen yang merumuskan prinsip-prinsip universal dan
norma hukum mengenai kedudukan anak, dan merupakan sebuah perjanjian
internasional hak asasi manusia. Negara anggota mempunyai kewajiban
membuat laporan (country report) kepada UNICEF yang dilaksanakan setelah
2 tahun negara yang bersangkutan meratifikasi Konvensi Hak Anak, laporan
rutin setelah hal itu dalam periode 5 tahun sekali.
03
Strategi pencegahan dan
penanganan pelanggaran HAM
pada anak
3.1 Bentuk Kekerasan pada Anak

Kekerasan Fisik Kekerasan Seksual


01 03

Kekerasan Psikis Kekerasan Sosial


02 04 (Penelantaran &
Eksploitasi)
3.2 Ruang Lingkup Terjadinya Kekerasan
terhadap Anak
Lingkungan
Rumah tangga Lingkungan sekolah
permukiman

Lingkungan pelayanan Sarana/ fasilitas


Daerah konflik
kesehatan umum

Daerah bencana Kegiatan ekonomi Kegiatan politik


3.3 Penyebab Tindak Kekerasan terhadap
Anak
Anggapan anak sebagai Anggapan anak sebagai
Ekonomi aset ekonomi hak pribadi

Rendahnya pemahaman
Bias gender dalam Gaya hidup konsumtif
orang tua /masyarakat
mengenai hak anak masyarakat Orang tua

Daerah bencana Kegiatan ekonomi Kegiatan politik


3.4 Dampak Kekerasan Terhadap Anak

01 Muculnya sikap
permisif 03 Munculnya sikap
agresif

02 Munculnya sikap
depresif 04 Munculnya sikap
destruktif
3.5 Pencegahan & Penanggulangan
Kekerasan terhadap Anak
Pencegahan kekerasan pada anak ini dapat dilakukan dengan diseminasi. Diseminasi
dapat dilakukan dalam bentuk seminar, workshop, melalui media, baik media cetak
maupun elektronik, dan dalam suasana apapun
Fungsi dari pencegahan ini:
1. mencegah timbulnya masalah kekerasan terhadap anak.
2. mencegah berkembang dan meluasnya masalah kekerasan terhadap
anak dalam masyarakat.
3. mencegah timbulnya atau kembalinya permasalahan kekerasan
terhadap anak.
3.6 Tindakan Pencegahan

1 2 3
Primer Sekunder Tersier
sasarannya adalah difokuskan kepada lebih ditekankan dalam
semua anggota para calon orang tua bentuk treatment
masyarakat sebelum
terjadinya tindakan
kekerasan
3.7 Pencegahan Pelanggaran HAM
terhadap Anak
● Pendidikan tentang Hak Asasi Manusia:

Sosialisasikan pemahaman tentang HAM kepada anak-anak sejak dini. Ini dapat
dilakukan melalui kurikulum sekolah yang mencakup pendidikan HAM.

● Penguatan Keluarga:

Dukung keluarga untuk menjadi lingkungan yang aman dan mendukung


pertumbuhan anak-anak. Ini dapat mencakup program dukungan keluarga,
pelatihan orang tua, dan layanan kesejahteraan anak.
3.7 Pencegahan Pelanggaran HAM
terhadap Anak
● Sistem Hukum yang Kuat:

Pastikan adanya sistem hukum yang efektif dalam melindungi anak-anak dari
pelanggaran HAM.

Dukung reformasi hukum yang memperkuat perlindungan anak-anak.

● Pendidikan Seksualitas yang Sehat:

Berikan pendidikan seksualitas yang sehat kepada anak-anak untuk membantu mereka
memahami tubuh mereka, hak-hak mereka, dan cara melindungi diri dari pelecehan
seksual.
3.7 Pencegahan Pelanggaran HAM
● Pemberdayaan Anak-anak:
terhadap Anak
Dorong partisipasi anak-anak dalam pengambilan keputusan yang memengaruhi hidup
mereka.
Ajarkan mereka tentang hak-hak mereka dan bagaimana mengkomunikasikan
ketidaknyamanan atau masalah kepada orang dewasa yang mereka percayai.
● Perlindungan Anak dalam Konflik dan Krisis:
Pastikan anak-anak yang terlibat dalam konflik atau krisis menerima perlindungan dan
perawatan yang memadai.
Dukung upaya kemanusiaan yang melibatkan penyediaan akses ke pendidikan,
perlindungan, dan perawatan medis bagi anak-anak yang terkena dampak konflik atau
krisis.
3.8 Penanganan Pelanggaran HAM
terhadap Anak
Konseling dan
Sistem Pengadilan Perlindungan
Dukungan
Anak Identitas
Psikologis

Kemitraan dengan
Reintegrasi dan Penyelidikan dan
LSM dan
Pemulihan Penuntutan
Masyarakat Sipil
Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam menangani anak yang mengalami
kekerasan

● Pastikan Keselamatan Anak


● Dengarkan dan Berbicara
● Dorong Ungkapkan Perasaan
● Jangan Memaksa Pengakuan
● Pecahkan Isolasi
● Beri Informasi Tentang Hak-hak Anak
● Laporkan Kepada Otoritas yang Sesuai
● Kerja Sama dengan Profesional
● Sarana Perawatan Kesehatan Mental
● Lindungi identitas
● Konsultasi dengan Keluarga dan Orang Tua
Tugas-tugas lembaga negara dalam
menangani kasus-kasus
04 perlindungan anak (MA, Kejagung,
Kepolisian, Kemenkumham,
Kemensos, kemenagPP, KOMNAS
Anak dan KPAI)
4.1 Mahkamah Agung

Fungsi utama Tugas Wewenang


● Kasasi ● Peninjauan Putusan Pengadilan ● Peninjauan Kasasi
● Interpretasi Hukum ● Interpretasi Hukum ● Pengujian Konstitusionalitas
● Penyelesaian Sengketa ● Konstitusionalitas ● Penetapan Yurisprudensi
● Penyelesaian Sengketa ● Penyelesaian Sengketa Antar
● Pengawasan Terhadap Keadilan Pemerintah
● Pengawasan dan Pengaturan ● Penyelesaian Sengketa Antar
Profesi Hukum Individu atau Entitas Hukum
● Menetapkan Aturan dan ● Pengawasan Terhadap Keadilan
Prosedur Pengadilan ● Menetapkan Aturan dan
Prosedur Pengadilan
4.2 Kejaksaan Agung
Di bidang pidana :
● melakukan penuntutan;
● melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap;
● melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana
pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat;
● melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang;
● melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan
tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya
dikoordinasikan dengan penyidik.
4.2 Kejaksaan Agung
Di Bidang Perdata
● peningkatan kesadaran hukum masyarakat;
● pengamanan kebijakan penegakan hukum;
● pengawasan peredaran barang cetakan;
● pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara;
● pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;
● penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal.
4.3 Kepolisian
Tugas kepolisian Berdasarkan Pasal 13 UU Nomor 2 Tahun 2002, tugas pokok
kepolisian adalah:
● Memelihara keamanan serta ketertiban masyarakat
● Menegakkan hukum
● Memberi perlindungan, pengayoman, serta pelayanan kepada masyarakat.
Peraturan Pelaksanaan Kekuasaan, Tugas, dan Wewenang Lembaga Negara Selanjutnya
dalam Pasal 14 UU Nomor 2 Tahun 2002.
Wewenang kepolisian Berdasarkan Pasal 15 ayat 1 UU Nomor 2 Tahun 2002.
Kewenangan polisi lainnya, tercantum dalam Pasal 15 ayat (2) UU Nomor 2 Tahun 2002
4.4 Kementerian Hukum dan HAM
Tugas :
"Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara."
Fungsi:
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia menyelenggarakan fungsi:

● perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peraturan perundang-


undangan, administrasi hukum umum, pemasyarakatan, keimigrasian, kekayaan
intelektual, dan hak asasi manusia;
● koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia;
Fungsi:

● pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian


Hukum dan Hak Asasi Manusia;
● pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia;
● pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia di daerah;
● pelaksanaan pembinaan hukum nasional;
● pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang hukum dan hak asasi manusia;
● pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang hukum dan hak asasi
manusia;
● pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional;
● pelaksanaan tugas pokok sampai ke daerah; dan
● pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
4.4 Kementerian Hukum dan HAM
Salah satu peran: Keberadaan Paralegal sebagai pemberi bantuan hukum diatur dalam
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 1 Tahun 2018 tentang
Paralegal Dalam Pemberian Bantuan Hukum, dengan memberikan berbagai bentuk
pendidikan dan pelatihan hukum bagi masyarakat miskin dan marjinal, sehingga mereka
memiliki kemampuan dan keterampilan dalam memperjuangkan hak-haknya, sekaligus
mampu memberikan layanan bantuan hukum di komunitas.
Melalui Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 10 Tahun 2020 tentang Syarat
Pemberian Asimilasi dan Hak Integrasi Bagi Narapidana dan Anak dalam Rangka
Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran Covid-19.
4.5 Kementerian Sosial
Tugas
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 110 tahun 2021 tentang
Kementerian Sosial. Berdasarkan Peraturan Presiden tersebut,
Kementerian Sosial mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang sosial untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara.
Fungsi
4.5 Kementerian Sosial
1. Perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial, jaminan
sosial,pemberdayaan sosial dan perlindungan sosial;
2. penetapan kriteria dan data fakir miskin, kelompok rentan, dan orang tidak mampu;
3. penetapan standar rehabilitasi sosial;
4. koordinasi pelaksanaan tugas, pem binaan, dan pemberian dukungan administrasi
kepadaseluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Sosial;
5. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian
Sosial;
6. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementeriapengawasan atas pelaksanaan
tugas di lingkungan Kementerian n Sosial;Sosial;
7. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan pelaksanaan
bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Sosial didaerah;
danKementerian Sosial didaerah; dan
8. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur pelaksanaan dukungan
yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian
Sosial.organisasi di lingkungan Kementerian Sosial.
4.5 Kementerian Sosial
Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) merupakan salah satu program yang
dikembangkan Kementerian Sosial dalam merespon permasalahan kesejateraan
sosial anak. Salah satu pelaksana program ini adalah Pekerja Sosial yaitu Satuan
Bakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos).
Sesuai data direktorat kesejahteraan sosial anak pada tahun 2014 Sakti Peksos
berjumlah 670 orang yang ditempatkan pada Dinas Sosial Kabupaten/Kota di
Indonesia.
Dalam hal penanganan anak, Sakti peksos mengatasi permasalahan anak dan
kekeluargaan serta mendayagunakan berbagai sumber baik pada tingkat individu,
keluarga, organisasi, maupun komunitas dan masyarakat.
4.6 Kementerian Agama
Kementerian Agama (Kemenag) memiliki peran penting dalam upaya
perlindungan anak, terutama dalam konteks agama dan pendidikan agama di
Indonesia. Peran lembaga Kemenag dalam menangani kasus perlindungan anak:
● Pengawasan Pendidikan Agama
● Penyelenggaraan Kurikulum Agama yang Aman dan Sesuai
● Penyuluhan kepada Orang Tua dan Masyarakat
● Pembinaan Keberagaman
● Pemberdayaan Masyarakat
● Penanganan Kasus-Kasus Pelanggaran
● Kerjasama dengan Lembaga Terkait
● Penyuluhan dan Edukasi
● Pendidikan Moral dan Etika
4.7 Komnas Anak
Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) adalah lembaga independen
di Indonesia yang memiliki peran utama dalam upaya perlindungan anak. Berikut
adalah peran Komnas Anak dalam menangani kasus perlindungan anak:
● Pengawasan dan Pemantauan
● Penyuluhan dan Advokasi
● Penerimaan dan Penanganan Pengaduan
● Penyelidikan dan Penelitian
● Advokasi Kebijakan
● Pemberian Rekomendasi
● Kerja Sama dengan Pihak Terkait
● Pengembangan Kesadaran Masyarakat
4.8 KPAI
Tugas KPAI Pada pasal 76 dijelaskan bahwa Komisi Perlindungan Anak
Indonesia bertugas:
1. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan perlindungan dan pemenuhan
Hak Anak;
2. memberikan masukan dan usulan dalam perumusan kebijakan tentang
penyelenggaraan Perlindungan Anak.
3. mengumpulkan data dan informasi mengenai Perlindungan Anak;
4. menerima dan melakukan penelaahan atas pengaduan Masyarakat mengenai
pelanggaran Hak Anak;
5. melakukan mediasi atas sengketa pelanggaran Hak Anak
6. melakukan kerja sama dengan lembaga yang dibentuk Masyarakat di bidang
Perlindungan Anak; dan
7. memberikan laporan kepada pihak berwajib tentang adanya dugaan
pelanggaran terhadap Undang-Undang ini.”
4.8 KPAI
Visi “Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang Andal, Profesional, Inovatif,
dan Berintegritas dalam Meningkatkan Sistem Pengawasan Penyelenggaraan
Perlindungan Anak Nasional yang Efektif dan Kredibel untuk mendukung
tercapaianya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan berkepribadian
berlandaskan Gotong Royong”
Misi : Untuk mencapai visi tersebut, KPAI telah menetapkan misi sebagai
berikut:
1. Meningkatkan Sistem Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pemenuhan Hak Anak Nasional.
2. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dalam melakukan pengawasan
penyelenggaran pembangunan perlindungan anak.
05 Analisis Video
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai