Anda di halaman 1dari 89

PROSEDUR PELAKSANAAN PENJUALAN

ASET SITAAN PERPAJAKAN


PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA SEMARANG SELATAN

TUGAS AKHIR
HALAMAN J
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Diploma III pada Program Diploma III
Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro

Disusun Oleh:

Vania Zerlinda Elisa Apsari


40010217060219

PROGRAM DIPLOMA III


SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
PROSEDUR PELAKSANAAN PENJUALAN
ASET SITAAN PERPAJAKAN
PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA SEMARANG SELATAN

TUGAS AKHIR
HALAMAN J
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Diploma III pada Program Diploma III
Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro

Disusun Oleh:

Vania Zerlinda Elisa Apsari


40010217060219

PROGRAM DIPLOMA III


SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020

i
HALAMAN PERSETUJUAN
TUGAS AKHIR

NAMA : VANIA ZERLINDA ELISA APSARI


NIM : 40010217060219
FAKULTAS : SEKOLAH VOKASI
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI
JUDUL TUGAS AKHIR: PROSEDUR PELAKSANAAN PENJUALAN
ASET SITAAN PERPAJAKAN PADA KANTOR
PELAYANAN PAJAK PRATAMA SEMARANG
SELATAN

Semarang, 10 Juni 2020


Dosen Pembimbing

Shiddiq Nur Rahardjo, SE M.Si, Akt.


NIP. 19720511200012 1 001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir yang berjudul ”PROSEDUR PELAKSANAAN
PENJUALAN ASET SITAAN PERPAJAKAN PADA KANTOR PELAYANAN
PAJAK PRATAMA SEMARANG SELATAN”.
Tugas Akhir ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dalam
menyelesaikan Program Diploma III Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro.
Penulis berharap Tugas Akhir ini dapat berguna sebagai penambahan wawasan dan
pengetahuan mengenai prosedur pelaksanaan penjualan aset sitaan perpajakan pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan.
Dalam penyusunan Tugas Akhir penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini
dapat terwujud berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik moril
maupun materiil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Budiyono, M.Si. selaku Dekan Sekolah Vokasi Universitas
Diponegoro Semarang.
2. Drs. H. Sudarno, M.Si, Ph.D, Akt. selaku Ketua Program Studi Diploma III
Akuntansi Universitas Diponegoro.
3. Hj. Siti Mutmainah, SE, M,Si, Akt. selaku Dosen Wali yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan selama perkuliahan dari awal
hingga akhir.
4. Shiddiq Nur Rahardjo, SE M,Si, Akt. selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan serta saran dalam penyusunan
Laporan Tugas Akhir.
5. Bp. Rachmawan selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang
Selatan.
6. Bp. Gofar Ismail, ST., M.Si. selaku Pembimbing Lapangan serta Kasubag
Umum dan Kepatuhan Internal di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

iii
Semarang Selatan yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan
dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Praktik (KKP).
7. Seluruh pegawai dan staff Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang
Selatan yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan bantuan dalam
pelaksanaan Kuliah Kerja Praktik (KKP).
8. Bapak dan Ibu dosen Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro yang telah
mendidik dan memberikan ilmu penulis.
9. Seluruh staff dan karyawan Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro yang
telah membantu selama proses perkuliahan.
10. Kedua orangtua dan adik (papa Saikhu, mama Eny dan adik Rafi) serta
seluruh keluarga besar yang senatiasa memberikan dukungan, semangat dan
tak henti-hentinya memberikan doa kepada penulis agar menjadi orang yang
lebih baik dan sukses kedepannya.
11. Sahabat – Sahabatku Titik, Dyah, Dian dan Inayah yang telah menemani
perjalananku selama perkuliahan.
12. Teman-teman satu bimbingan yang telah memberikan bantuan, informasi
dan saling memberikan motivasi dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir.
13. Teman-Teman seangkatan Diploma III Akuntansi angkatan 2017 yang telah
memberikan bantuan dan menemani perjalanan selama perkuliahan.
14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Tugas
Akhir.

iv
Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini belum sempurna dan
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis
akan menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.
Semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat dan memperluas wawasan bagi
para pembaca pada umumnya serta bagi mahasiswa Sekolah Vokasi Universitas
Diponegoro Semarang pada khususnya.

Semarang, 10 Juni 2020


Penulis

Vania Zerlinda Elisa Apsari

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Ruang Lingkup Penulisan ....................................................................... 3
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penulisan ............................................................ 4
1.3.1 Tujuan Penulisan ........................................................................... 4
1.3.2 Kegunaan Penulisan ...................................................................... 4
1.4 Cara Pengumpulan Data ......................................................................... 5
1.4.1 Data Penulisan ............................................................................... 5
1.4.2 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 6
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................. 8
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan .... 9
2.2 Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak ................................................. 11
2.2.1 Visi Direktorat Jenderal Pajak....................................................... 11
2.2.2 Misi Direktorat Jenderal Pajak ...................................................... 11
2.3 Visi, Misi, dan Motto Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan 11
2.3.1 Visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan ............. 11
2.3.2 Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan ............ 11
2.3.3 Motto Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan ......... 12
2.4 Nilai-Nilai Pelayanan dan Program Budaya Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Semarang Selatan .................................................................... 12

vi
2.5 Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang
Selatan..................................................................................................... 13
2.5.1 Tugas Pokok Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan 13
2.5.2 Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan ......... 14
2.6 Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan...... 15
2.7 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan 21
2.8 Keadaan Personalia Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan 23
2.8.1 Jumlah Pegawai Sesuai Jabatan .................................................... 23
2.8.2 Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan ....................................... 24
2.8.3 Jumlah Pegawai Sesuai Tingkat Pendidikan ................................. 24
2.9 Tugas dan Fungsi pada Setiap Seksi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Semarang Selatan.................................................................................... 25
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Prosedur .................................................................................................. 33
3.1.1 Pengertian Prosedur....................................................................... 33
3.1.2 Karakteristik Prosedur ................................................................... 33
3.2 Perpajakan Secara Umum ....................................................................... 34
3.2.1 Pengertian Pajak ............................................................................ 34
3.2.2 Ciri-Ciri Pajak ............................................................................... 34
3.2.3 Fungsi Pajak .................................................................................. 35
3.2.4 Jenis Pajak ..................................................................................... 36
3.2.5 Tata Cara Pemungutan Pajak ........................................................ 38
3.3 Dasar Hukum Pelaksanaan Lelang ......................................................... 41
3.4 Pengertian Lelang ................................................................................... 41
3.4.1 Prinsip Lelang ............................................................................... 41
3.4.2 Jenis Lelang ................................................................................... 43
3.5 Pihak-Pihak yang Berperan Dalam Pelaksanaan Lelang ........................ 44
3.6 Risalah Lelang ........................................................................................ 47
3.7 Waktu Pengumuman dan Pelaksanaan Lelang ....................................... 50
3.7.1 Waktu Pengumuman Lelang ......................................................... 50
3.7.2 Waktu Pelaksanaan Lelang ........................................................... 52

vii
3.8 Prosedur Pelaksanaan Lelang ................................................................. 52
3.8.1 Persiapan Lelang ........................................................................... 54
3.8.2 Penentuan Nilai Limit ................................................................... 56
3.8.3 Proses Pelaksanaan Lelang............................................................ 57
3.8.4 Pembatalan Lelang ........................................................................ 59
3.9 Biaya Penagihan Pajak atas Penjualan Secara Lelang ........................... 62
3.10 Akibat Lelang ......................................................................................... 62
3.11 Penjualan Barang yang Dikecualikan dari Lelang.................................. 63
3.12 Data Pelaksanaan Lelang Tahun 2019 di KPP Pratama Semarang Selatan 65
3.13 Kendala Dalam Pelaksanaan Lelang di KPP Pratama Semarang Selatan 66
3.14 Cara KPP Pratama Semarang Selatan Dalam Mengatasi Kendala Dalam
Pelaksanaan Lelang ............................................................................... 66
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 67
4.2 Saran ....................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Wilayah Kerja KPP Pratama Semarang Selatan .................. 15


Tabel 2.2 Jumlah Pegawai Sesuai Jabatan ........................................... 23
Tabel 2.3 Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan ............................. 24
Tabel 2.4 Jumlah Pegawai Sesuai Tingkat Pendidikan ....................... 25
Tabel 3.1 Data Pelaksanaan Lelang Pada Tahun 2019 Pada KPP Pratama
Semarang Selatan ................................................................. 65

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Wilayah Kerja KPP Pratama Semarang Selatan .................. 16


Gambar 2.2 Struktur Organisasi KPP Pratama Semarang Selatan .......... 22
Gambar 3.1 Alur dan Pelaksanaan Penagihan Pajak ............................... 53
Gambar 3.2 Alur Persiapan Lelang Hingga Pelaksanaan Lelang ............ 54

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permintaan Jadwal Waktu dan Tempat Pelelangan ... 71


Lampiran 2 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan .... 72
Lampiran 3 Surat Teguran ....................................................................... 73
Lampiran 4 Surat Paksa........................................................................... 74
Lampiran 5 Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan .............................. 75
Lampiran 6 Berita Acara Pelaksanaan Sita ............................................. 76
Lampiran 7 Standar Operasional Pemindahbukuan Barang Sitaan Berupa
Kekayaan Penanggung Pajak yang Disimpan di Bank ........ 77

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sekarang ini setiap negara sedang melakukan pembangunan secara
menyeluruh baik dari segi infrastruktur maupun pada sektor pelayanan
masyarakat tak terkecuali negara Indonesia. Untuk melaksanakan
pembangunan yang pesat dan menyeluruh dalam kehidupan nasional maka
diperlukan dukungan dan peran serta seluruh potensi masyarakat. Agar dalam
proses pembangunan selanjutnya dapat berjalan secara lancar diperlukan
adanya hubungan yang selaras, serasi dan berimbang antara pemerintah dan
seluruh masnyarakat. Pembangunan Nasional merupakan suatu
pembangunan yang terus berkelanjutan dan saling berkesinambungan yang
pada dasarnya dilakukan oleh seluruh masyarakat secara bersama-sama
dengan pemerintah.
Pada saat ini sebagai negara yang berkembang Indonesia tengah gencar-
gencarnya melaksanakan pembangunan di segala bidang baik ekonomi,
sosial, politik, hukum maupun bidang pendidikan dengan salah satu
tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, mencerdaskan
kehidupan bangsa secara adil dan makmur sebagaimana yang tercantum
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945. Untuk dapat mewujudkan tujuan dari Pembangunan Nasional tersebut
setiap negara perlu memperhatikan masalah pembiayaan. Salah satu usaha
yang dapat ditempuh pemerintah dalam mendapatkan pembiayaan yaitu
dengan memaksimalkan potensi pendapatan yang berasal dari negara
Indonesia sendiri yaitu salah satunya berasal dari pajak.
Menurut Rochmat Soemitro yang dikutip dalam buku karangan (Resmi,
2017) menyatakan bahwa Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat
jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Selain itu, menurut UU

1
2

Nomor 28 Tahun 2007 Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan dalam pembangunan
nasional yang berasal dari iuran masyarakat atas pendapatan yang
diperolehnya, oleh karena itu peran masyarakat dalam pembangunan nasional
harus terus ditumbuhkan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya membayar pajak walaupun nantinya manfaat dari
membayar pajak tidak dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat.
Disamping itu pajak merupakan sumber pendapatan asli negara yang
mempunyai potensi besar dalam mendukung seluruh program kerja suatu
pemerintah dalam melakukan suatu perubahan agar dimana semua tujuan
yang diharapkan pemerintah dapat tercapai, maka dari itu diperlukan suatu
penanganan dan perhatian yang menyeluruh dari segenap insan perpajakan
dalam memaksimalkan penerimaan negara yang belum mencapai potensi
maksimalnya. Untuk itu kita sebagai warga negara yang baik harus turut serta
ikut membantu apa yang menjadi tujuan bangsa Indonesia yang salah satunya
dengan ikut berpartisipasi dalam hal perpajakan seperti mempunyai
kesadaran untuk membayar pajak secara tepat dan benar. Apabila seluruh
warga negara mempunyai kesadaran untuk dapat menumbuhkan dan
meningkatkan penerimaan dari sektor pajak maka akan sangat berpengaruh
terhadap penerimaan negara dan seluruh tujuan negara akan dapat dicapai.
Sistem perpajakan di Indonesia telah mengalami beberapa kali
perubahan. Perubahan yang signifikan dalam hal perpajakan dapat dilihat
ketika terjadinya reformasi sistem perpajakan pada tahun 1983. Sejak saat itu,
sistem pemungutan pajak telah mengalami perubahan yang cukup signifikan
yaitu dari official assessment system menjadi self assessment system. Hal ini
disebabkan oleh pertumbuhan wajib pajak di Indonesia yang sangat pesat,
namun tidak sebanding lurus dengan jumlah sumber daya manusia yang
dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pajak. Berbeda dengan official assessment
3

system, dalam self assessment system wajib pajak diberikan kepercayaan


untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, melaporkan dan
mempertanggungjawabkan sendiri pajaknya.
Dengan adanya reformasi sistem perpajakan ini, diharapkan adanya
peningkatan kesadaran Wajib Pajak dalam membayar kewajiban
perpajakannnya. Namun dalam pelaksanaannya, masih banyak Wajib Pajak
yang belum memenuhi kewajiban perpajakannya dengan baik sehingga
timbul utang pajak. Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan berbagai
upaya untuk mengatasi hal ini, antara lain dengan adanya Undang-Undang
Nomor 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
sebagaimana telah dirubah dengan Undang-undang Nomor 19 tahun 2000.
Undang-Undang ini kemudian menjadi dasar untuk melakukan tindakan
penagihan aktif, antara lain pelaksanaan penagihan seketika dan sekaligus,
pemberitahuan surat paksa, pelaksanaan penyitaan serta pelaksanaan lelang
yang bertujuan untuk menjual barang milik wajib pajak untuk melunasi utang
pajaknya.
Lelang adalah tahap akhir dalam penagihan pajak. Proses lelang
dilakukan setelah proses penyitaan barang dari penanggung pajak. Apabila
utang pajak dan atau biaya penagihan pajak tidak dilunasi setelah
dilaksanakan penyitaan, pejabat berwenang melaksanakan penjualan secara
lelang terhadap barang yang disita melalui Kantor Lelang. Berdasarkan latar
belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan pengamatan dan penulisan Tugas Akhir dengan judul
”PROSEDUR PELAKSANAAN PENJUALAN ASET SITAAN
PERPAJAKAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
SEMARANG SELATAN”.

1.2 Ruang Lingkup Penulisan


Dalam penulisan Tugas Akhir, pembatasan ruang lingkup dalam
penulisan diharapkan dapat memberikan gambaran yang sebenarnya maupun
yang mendekati dengan keadaan yang sebenarnya. Berdasarkan latar
4

belakang yang telah diuraikan, maka yang dibahas dalam tugas akhir
meliputi:
1. Pengertian prosedur.
2. Pengertian pajak dan lelang.
3. Pihak-pihak yang berperan dalam pelaksanaan lelang.
4. Risalah lelang.
5. Waktu pengumuman dan pelaksanaan lelang.
6. Prosedur pelaksanaan lelang.
7. Akibat Lelang.
8. Penjualan barang sitaan yang dikecualikan dari lelang.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penulisan


1.3.1 Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan Tugas Akhir adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami dari prosedur pelaksanaan
penjualan aset sitaan perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Semarang Selatan.
2. Untuk membandingkan dan menerapkan teori yang didapatkan
dibangku perkuliahan dengan praktik yang dilaksanakan pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan.
3. Untuk mengetahui fungsi-fungsi kinerja yang terkait dalam
pelaksanaan penjualan aset sitaan perpajakan di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan.

1.3.2 Kegunaan Penulisan


Kegunaan dalam penulisan Tugas Akhir adalah sebagai berikut;
1. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan terutama mengenai
prosedur pelaksanaan penjualan aset sitaan perpajakan di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan. Serta mampu
5

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh saat berada di bangku


kuliah dengan praktik yang adapada dunia kerja sesungguhnya.
2. Bagi Universitas Diponegoro
Digunakan sebagai tambahan informasi dan referensi bagi
mahasiswa Universitas Diponegoro terutama mahasiswa jurusan
Akuntansi yang menyusun Tugas Akhir dan dapat menciptakan
hubungan kerjasama yang baik antara Universitas Diponegoro
dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan.
3. Bagi Perusahaan
Memberikan masukan sebagai pertimbangan dalam peningkatan
kemajuan perusahaan dan untuk memperkenalkan eksistensi
perusahaan kepada masyarakat.

1.4 Cara Pengumpulan Data


1.4.1 Data Penulisan
Data yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini
diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu data menurut sifatnya yang
meliputi data kualitatif dan data yang menurut sumbernya meliputi data
primer dan data sekunder.
1. Data Menurut Sifatnya
Data kualitatif merupakan data yang diukur secara tidak langsung
dan biasanya berupa informasi atau keterangan-keterangan
seperti ketrampilan, sikap, aktivitas, dan sebagainya. (Marzuki,
2000). Data kualitatif yang digunakan dalam penyusunan Tugas
Akhir ini adalah gambaran umum perusahaan yang meliputi
sejarah singkat berdirinya, letak geografis perusahaan, visi dan
misi, struktur organisasi dan lain sebagainya.
2. Data Menurut Sumbernya
Data menurut sumbernya, terdiri dari:
a. Data Primer
6

Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari


sumber aslinya baik wawancara, jejak pendapat dari
individu atau kelompok, maupun hasil observasi dari suatu
objek kejadian atau hasil pengujian. Menurut (Ikhsan,
2008), ”Data primer merupakan sumber data yang
diperoleh secara langsung dari sumber asli atau pihak
pertama”. Data primer yang digunakan untuk tugas akhir
ini, adalah data yang diperoleh langsung dari hasil
wawancara dengan pegawai instansi yang terkait, serta
memperoleh dan mempelajari data melalui dokumen dari
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data penelitian yang
diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui perantara
(Ikhsan, 2008). Dalam hal ini, data sekunder diperoleh
melalui buku-buku, mengumpulkan beberapa berkas
dokumen yang berhubungan dengan tema laporan serta
dokumen referensi pendukung lainnya.

1.4.2 Metode Pengumpulan Data


Penulis menggunakan beberapa metode untuk memperoleh data
yang relavan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, adapun
metode-metode yang digunakan antara lain:
1. Metode Pengamatan / Observasi
Observasi adalah suatu pengumpulan data yang diperoleh dari
pengamatan langsung kepada suatu objek yang diteliti (Keraf,
2011). Dalam hal ini data yang diperoleh penulis adalah dengan
melakukan pengamatan secara langsung kegiatan yang dilakukan
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan dan
observasi secara partisipan, pengamat (penulis) ikut menjadi
7

partisipan. Dengan keterlibatan pengamat akan menimbulkan


pengenalan yang baik atas situasi yang diteliti.
2. Metode Wawancara / Interview
Wawancara merupakan suatu cara untuk mengumpulkan data
dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada seorang
informan atau otoritas (ahli yang berwenang dalam suatu
masalah) (Keraf, 2011). Dalam hal ini pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara secara langsung dengan pegawai
pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan.
3. Studi Pustaka
Studi pustaka ini dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku
yang berhubungan dengan kegiatanh penelitian sebagai kerangka
teori dan perbandingan di laporan (Keraf, 2011). Metode ini
digunakan untuk menambah serta mendukung data yang telah
diperoleh melalui observasi dan wawancara. Selain itu untuk
menambah pengetahuan mengenai teori yang diperoleh melalui
buku, literature, dan dokumen-dokumen yang berhubungan
dengan objek penulisan dan topik bahasan.
8

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan Tugas Akhir ini merupakan suatu pola dalam
penulisan laporan, untuk memperoleh gambaran secara garis besar. Selain itu,
dengan adanya sistematika penulis dapat mempermudah pemahaman
pembahasan terhadap Laporan Tugas Akhir ini, maka penulis memberikan
gambaran garis besar yang terdapat dalam Laporan Tugas Akhir ini sebagai
berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah,
ruang lingkup penulisan, tujuan dan kegunaan penulisan, jenis
data penelitian, metode pengumpulan data, serta sistematika
penulisan.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai sejarah umum berdirinya
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan, visi dan misi
Direktorat Jenderal Pajak dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Semarang Selatan, tugas pokok dan fungsi serta struktur
organisasi.
BAB III PEMBAHASAN
Dalam bab ini menjelaskan dan memaparkan mengenai tinjauan
teori dan tinjauan praktik tentang hal-hal yang berkaitan dengan
prosedur pelaksanaan penjualan aset sitaan perpajakan.
BAB IV PENUTUP
Dalam bab ini dikemukakan ringkasan dan kesimpulan dari hasil
pembahasan pada tinjauan teori dan praktik oleh penulis
mengenai prosedur pelaksanaan penjualan aset sitaan perpajakan
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan.
BAB II
GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA SEMARANG SELATAN

2.1 Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan


Reformasi Birokrasi di tubuh Direktorat Jendral Pajak yang bergulir
sejak tahun 2002 membawa perubahan besar. Salah satunya adalah perubahan
bentuk organisasi. Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi
dan Bangunan dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidik Pajak melebur menjadi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP Pratama).
Sesuai dengan Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor KEP-
141/PJ/2007 tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja, dan saat mulai
beroperasinya Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Jawa Tengah I,
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II, dan Kantor
Wilayah Direktorat Jendral Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta, serta Kantor
Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi
Perpajakan di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Jawa
Tengah I, Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Jawa Tengah II, dan
Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta.
Direktur Direktorat Jendral Pajak menerapkan organisasi dan tata kerja
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama dan tata kerja Kantor Pelayanan,
Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2007 di
Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Jawa Tengah I, Kantor
Wilayah Direktorat Jendral Pajak Jawa Tengah II, dan Kantor Wilayah
Direktorat Jendral Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kantor Pelayanan Pajak atau yang disingkat KPP adalah unit kerja dari
Direktorat Jenderal Pajak yang melaksanakan pelayanan di bidang

9
10

perpajakan kepada masyarakat baik yang telah terdaftar sebagai wajib pajak
maupun belum, di dalam lingkup kerja Direktorat Jenderal Pajak
KPP mengelola pajak pusat, seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Bumi Bangunan sektor P3 (Perkebunan,
Perhutanna, Pertambangan), sedangkan Pajak Bumi dan Bangunan sektor P2
(Perkotaan dan Perdesaan), Pajak Reklame, dan Retribusi ditampung oleh
pemerintah daerah.
KPP Pratama Semarang Selatan adalah instansi vertikal Direktorat
Jendral Pajak yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Kepala Kantor Direktorat Jendral Pajak Jawa Tengah I. KPP Pratama
Semarang Selatan menjalankan 2 (dua) fungsi, yaitu:
a) Fungsi budgeter, menghimpun penerimaan negara.
b) Fungsi pengaturan atau regulated, melalui kebijakan-kebijakan
perpajakan.
KPP Pratama Semarang Selatan terbentuk pada tahun 2008 yang
berlokasi di Jalan Puri Anjasmoro Blok F1/12, Semarang 50144, Telepon :
(024) 7613601. Fax: (024) 7613606 dengan kode wilayah 508. Sejak
terbentuk tahun 2008, KPP Pratama Semarang Selatan siap memberikan
pelayanan, penyuluhan, serta melakukan pengawasan kepada Wajib Pajak
dalam rangka memenuhi kewajiban perpajakannya.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan di dukung dengan
adanya Ruang Pelayanan yang nyaman dan luas, Helpdesk dengan petugas
para Account Representative (AR) yang selalu siap memberikan layanan
konsultasi kepada wajib pajak mengenai informasi yang berkaitan dengan
perpajakan, Ruang Konsultasi, Ruang Rapat yang memiliki kapasitas 20
orang, Ruang Aula yang memiliki kapasitas 100 orang, layanan internet, dan
Ruang Nursery.
11

2.2 Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak


2.2.1 Visi Direktorat Jenderal Pajak
Menjadi Institusi Penghimpun Penerimaan Negara yang Terbaik
demi Menjamin Kedaulatan dan Kemandirian Negara.

2.2.2 Misi Direktorat Jenderal Pajak


Menjamin penyelenggaraan Negara yang berdaulat dan mandiri
dengan:
a. Mengumpulkan penerimaan berdasarkan kepatuhan pajak suka
rela yang tinggi dan penegakan hukum yang adil.
b. Pelayanan berbasis teknologi modern untuk kemudahan
pemenuhan kewajiban perpajakan.
c. Aparatur pajak yang berintegritas, kompeten dan profesional; dan
kompensasi yang kompetitif berbasis sistem manajemen kinerja.

2.3 Visi, Misi, dan Motto Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang
Selatan
2.3.1 Visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan
Menjadi Kantor Pelayanan Pajak Modern yang memberikan
pelayanan unggul berlandaskan Intergrasi dan Profesionalisme untuk
kepuasan tertinggi bagi seluruh stake holder.

2.3.2 Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan


Meningkatkan kepatuhan sukarela Wajib Pajak untuk
mengamankan penerimaan negara dengan memberikan pelayanan
terbaik.
12

2.3.3 Motto Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan


1. Jujur
Memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral, yang
diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten dan menepati
janji.
2. Inovatif
Mengembangkan metode kerja yang inovatif sehingga pekerjaan
dapat diselesaikan secara efektif dan efisien dalam koridor
Standard Operating Procedur (SOP) yang telah ditentukan.
3. Tanggap
Tanggap tehadap permasalahan perpajakan Wajib Pajak dan
sigap membantu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta
dalam batas-batas koridor etika yang diperkenankan.
4. Unggul
Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas secara
keseluruhan dengan hasil lebih baik dan lebih cepat serta
memiliki keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif
dibandingkan dengan pelayanan instansi lain.

2.4 Nilai – Nilai Pelayanan dan Program Budaya Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Semarang Selatan
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan sangat memegang
teguh nilai-nilai pelayanan. Nilai-nilai yang diterapkan KPP Pratama
Semarang Selatan berpacu pada nilai-nilai Kementerian Keuangan karena
Direktorat Jendral Pajak bernaung di bawah Kementerian Keuangan yaitu
sebagai berikut:
a. Integritas
Integritas adalah berfikir, berkata, berprilaku dan bertindak dengan baik
dan benar serta memegang kode etik dan prinsip-prinsip moral.
b. Profesional
13

Profesional adalah bekerja dengan tuntas dan akurat atas kompetensi


terbaik, penuh tanggungjawab serta komitmen yang tinggi.
c. Sinergi
Sinergi adalah memiliki komitmen untuk membangun dan memastikan
hubungan kerjasama internal yang produktif serta kemitraan yang
harmonis dengan para pemangku kepentingan, untuk menghasilkan
karya yang bermanfaat dan berkualitas.
d. Pelayanan
Pelayanan adalah memberikan pelayanan dengan sepenuh hati,
transparan, cepat, akurat dan mudah, guna memenuhi kepuasan
pemangku kepentingan.
e. Kesempurnaan
Kesempurnaan adalah berupaya melakukan perbaikan secara terus
menerus di segala bidang untuk menjadi dan memberikan yang terbaik.

2.5 Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang
Selatan
2.5.1 Tugas Pokok Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan
Berdasarkan Pasal 58 PMK Nomor 132/PMK.01/2006 tentang
Organsasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak
Tugas KPP Pratama Semarang Selatan adalah melakukan penyuluhan,
pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan,
Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak
Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
14

2.5.2 Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan


Berdasarkan Pasal 59 PMK Nomor 132/PMK.01/2006 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak
Fungsi KPP Pratama Semarang Selatan yaitu:
a. Pengumpulan , pencarian, dan pengolahan data, pengamatan
potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan
objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan
Bangunan.
b. Penetapan dan Penerbitan produk hukum perpajakan.
c. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan
dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta Penerimaan surat
lainnya.
d. Penyuluhan Perpajakan.
e. Pelaksanaan Registrasi Wajib Pajak.
f. Pelaksanaan Ekstensifikasi.
g. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
h. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.
i. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.
j. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.
k. Pelaksanaan Intensifikasi.
l. Pembetulan ketetapan pajak.
m. Pelaksanaan adminstrasi kantor.
15

2.6 Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan


KPP Pratama Semarang Selatan memiliki wilayah kerja 1 kecamatan
meliputi Kecamatan Semarang Selatan dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 2.1
Wilayah Kerja KPP Pratama Semarang Selatan

No. Kecamatan Semarang


Selatan (Meliputi Kelurahan)
1. Lamper Kidul
2. Lamper Tengah
3. Lamper Lor
4. Peterongan
5. Wonodri
6. Pleburan
7. Mugasari
8. Randusari
9. Barusari
10. Bulustalan
11. Semarang Selatan
Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Semarang Selatan, 2020.
16

Gambar 2.1
Wilayah Kerja KPP Pratama Semarang Selatan
Per Februari 2020

Kelurahan Barusari LEGENDA :


Perdagangan

Perkantoran

Pemukiman

Pendidikan

Fasum / Fasos

Luas Wilayah : ± 50 Ha
Jumlah WP : 2.224 Wajib Pajak

Kelurahan Bulustalan LEGENDA :


Perdagangan

Perkantoran

Pemukiman

Pendidikan

Fasum / Fasos

Luas Wilayah : ± 38 Ha
Jumlah WP : 1.542 Wajib Pajak

Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Semarang Selatan, 2020.
17

Kelurahan Lamper Kidul LEGENDA :

Perdagangan

Perkantoran

Pemukiman

Pendidikan

Fasum / Fasos
Luas Wilayah : ± 41 Ha
Jumlah WP : 1.893 Wajib Pajak

Kelurahan Lamper Lor LEGENDA :


Perdagangan

Perkantoran

Pemukiman

Pendidikan

Fasum / Fasos

Luas Wilayah : ± 33 Ha
Jumlah WP : 1.602 Wajib Pajak

Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Semarang Selatan, 2020.
18

Kelurahan Lamper Tengah LEGENDA :

Perdagangan

Perkantoran

Pemukiman

Pendidikan

Fasum / Fasos

Luas Wilayah : ± 70 Ha
Jumlah WP : 2.603 Wajib
Pajak

Kelurahan Mugasari LEGENDA :

Perdagangan

Perkantoran

Pemukiman

Pendidikan

Fasum / Fasos

Luas Wilayah : ± 70 Ha
Jumlah WP : 2.770 Wajib
Pajak

Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Semarang Selatan, 2020.
19

Kelurahan Peterongan LEGENDA :


Perdagangan

Perkantoran

Pemukiman

Pendidikan

Fasum / Fasos

Luas Wilayah : ± 51 Ha
Jumlah WP : 1.751 Wajib
Pajak

Kelurahan Pleburan LEGENDA :

Perdagangan

Perkantoran

Pemukiman

Pendidikan

Fasum / Fasos

Luas Wilayah : ± 80 Ha
Jumlah WP : 2.335 Wajib
Pajak

Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Semarang Selatan, 2020.
20

Kelurahan Randusari LEGENDA :


Perdagangan

Perkantoran

Pemukiman

Pendidikan

Fasum / Fasos

Luas Wilayah : ± 78 Ha
Jumlah WP : 1.631 Wajib
Pajak

Kelurahan Wonodri LEGENDA :

Perdagangan

Perkantoran

Pemukiman

Pendidikan

Fasum / Fasos

Luas Wilayah : ± 81 Ha
Jumlah WP : 3.245 Wajib
Pajak

Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Semarang Selatan, 2020.
21

2.7 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang


Selatan
Organisasi adalah sekelompok orang yang bekerja sama dalam
mencapai tujuan. Sukses atau tidaknya suatu lembaga akan tergantung pada
baik dan buruknya pengelolaan suatu oragnisasi. Dengan demikian sudah
merupakan keharusan bagi lembaga untuk menyusun organisasi-
organisasinya sedemikian rupa agar dalam organisasi itu sendiri terdapat
pembagian wewenang dan tanggung jawab yang jelas, sehingga dalam suatu
organisasi lembaga akan dapat menunjukkan suatu kerja sama yang baik
antara sesama pekerja.
1. Struktur organisasi merupakan gambaran secara sistematis mengenai
hubungan dan kerjasama kelompok orang dalam usaha mencapai tujuan
bersama. Melalui struktur organisasi akan diketahui tingkat kekuasaan,
garis wewenang dan tanggungjawab masing-masing pihak. Hal ini juga
bertujuan untuk mempermudah menempatkan seorang pegawai sesuai
dengan bidang yang mereka miliki.
2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan menggunakan
bentuk struktur dan organisasi garis dan staf. Kepala KPP Pratama
Semarang Selatan sebagai pemimpin tertinggi dan pemegang kendali
penuh terhadap kinerja KPP Pratama Semarang Selatan dibantu oleh
sembilan kepala seksi, satu kepala sub bagian dan satu kelompok
fungsional pemeriksaan pajak. Masing-masing seksi KPP Pratama
Semarang Selatan dikepalai oleh kepala seksi, yaitu yang memimpin
dan bertanggung jawab terhadap Kepala KPP Pratama Semarang
Selatan. Kepala seksi dibantu oleh staf pelaksana dalam menjalankan
tugasnya. Pekerjaan masing-masing staf saling berkait satu sama lain
sehingga mereka harus berkoordinasi agar tercipta kinerja yang lancar
dan hasil pekerjaan yang optimal.
3. Pembagian tugas di KPP Pratama Semarang Selatan dijalankan sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab menurut urutan terendah
sampai tertinggi, yaitu staf pelaksana bertanggungjawab kepada Kepala
22

Seksi dan semua Kepala Seksi bertanggungjawab kepada Kepala KPP


Pratama Semarang Selatan.
Berikut adalah gambar yang lebih jelas mengenai struktur organisasi
KPP Pratama Semarang Selatan :
Gambar 2.2
Struktur Organisasi KPP Pratama Semarang Selatan

KEPALA
KANTOR KPP PRATAMA
Rachmawan
KASUB UMUM/K.I
Gofar Ismail

KASI KASI PELAYANAN KASI PDI KASI PENAGIHAN KASI PEMERIKSAAN


EKSTENSIFIKA-
SI 1 Endah Eko Mustainah Ch. Galih Sri Mumpuni Paramita Surya Asmara
Martyaningsih
2
Adi Santoso

KASI WASKON I KASI WASKON II KASI WASKON III KASI WASKON IV


Aris Wikananto Felix Besta Morela Anggara Edi Pujianto Wibowo
Pamungkas Raharjo

KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL

SUPERVISOR
RAJA ELLIYAS
SIHITE

PEMERIKSA
PAJAK

R.YOENARKO W BRAHMANTYA BUDYA


AULIA RAHMAN HAKIM ALBERTUS P. TOTO S
HARIYADI
AGUNG NURCAHYO N

Sumber: Seksi Pengelohan Data dan Informasi KPP Pratama Semarang Selatan, 2020.
23

2.8 Keadaan Personalia Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang


Selatan
Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan
per Februari 2020 sebanyak 84 orang, dengan rincian jumlah pegawai
berdasarkan jabatan, golongan dan tingkatan pendidikan sebagai berikut:
2.8.1 Jumlah Pegawai Sesuai Jabatan
Berdasarkan tabel 2.2 jumlah pegawai sesuai jabatan pada KPP
Pratama Semarang Selatan dibagi menjadi sepuluh, dimulai dari jabatan
tertinggi yaitu Kepala Kantor hingga Operator Console Administrator
System. Jabatan pegawai terbanyak ada pada jabatan Account
Representative (AR) dan jabatan pelaksana yaitu masing-masing
sebanyak 27 untuk AR dan 33 untuk pegawai jabatan pelaksana. Untuk
jabatan Kepala kantor, Bendaharawan, Sekretaris dan Supervisior
masing-masing berjumlah satu pegawai. Lalu Kepala Seksi dan
Fungsional (Pemeriksa Pajak) masing-masing berjumlah 10 dan 6
pegawai. Sedangkan sisanya yaitu jurusita dan Operator Console
Administrator System terdapat 2 pegawai.

Tabel 2.2
Jumlah Pegawai Sesuai Jabatan

No. Jabatan Jumlah Pegawai


1. Kepala Kantor 1
2. Kepala Seksi 10
3. Bendaharawan 1
4. Sekretaris 1
5. Account Representative (AR) 27
6. Fungsional (Pemeriksa Pajak) 6
7. Supervisor 1
8. Juru Sita 2
9. Pelaksana 33
10. Operator Console Administrator Sistem 2
Jumlah 84
Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama SemarangSelatan, 2020.
24

2.8.2 Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan


Pada tabel 2.3 jumlah pegawai di KPP Pratama Semarang Selatan
dibagi berdasarkan Golongan I sampai dengan Golongan IV. Golongan
dengan jumlah pegawai terbanyak adalah Golongan III dengan jumlah
pegawai 45 orang. Kemudian untuk Golongan II dan Golongan IV
masing-masing berjumlah 31 dan 8 pegawai, sedangkan pegawai pada
Golongan I tidak ada.

Tabel 2.3
Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan

No. Golongan Jumlah Pegawai


1. Golongan I -
2. Golongan II 31
3. Golongan III 45
4. Golongan IV 8
Jumlah 84
Sumber : Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Semarang Selatan, 2020.

2.8.3 Jumlah Pegawai Sesuai Tingkat Pendidikan


Berdasarkan tabel 2.4 jumlah pegawai di KPP Pratama Semarang
Selatan berdasarkan tingkat pendidikan dibagi menjadi lima mulai dari
tingkat pendidikan terendah yaitu SMK dan SMA sampai dengan S-2.
Jumlah pegawai dengan tingkat pendidikan SMK dan SMA masing-
masing yaitu satu dan dua pegawai. Untuk lulusan D-I dan D-III
masing-masing berjumlah 15 dan 20 orang pegawai. Sedangkan untuk
tingkat pendidikan S-I dan S-II masing-masing berjumlah 34 dan 12
orang pegawai.
25

Tabel 2.4
Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan JumlahPegawai


1. S-2 12
2. S-1 34
3. D-III 20
4. D-I 15
5. SMA 2
6. SMK 1
Jumlah 84
Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Semarang Selatan, 2020.

2.9 Tugas dan Fungsi pada Setiap Seksi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Semarang Selatan
Sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Mentri Keuangan Nomor
62/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal
Direktorat Jendral Pajak masing-masing seksi mempunyai tugas sebagai
berikut:
1. Kepala Kantor
Uraian tugas :
a. Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan operasional
pelayanan perpajakan berdasarkan peraturan perundang-
undangan perpajakan untuk meningkatkan kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan.
b. Mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja Kantor
Pelayanan Pajak sebagai bahan penyusunan rencana strategi
Kantor Wilayah.
c. Mengkoordinasikan penyusunan rencana pengamanan
penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan
kegiatan ekonomi keuangan dan realisasi penerimaan tahun
lalu.
d. Mengkoordinasikan pelaksanaan tindak lanjut Nota
Kesepahaman (MOU) sesuai arahan Kepala Kantor Wilayah.
26

e. Mengkoordinasikan rencana pencarian data strategis dan


potensial dalam rangka instensifikasi/ekstensifikasi
perpajakan.
f. Mengkoordinasikan pelaksanaan pencarian data yang strategis
dan potensial dalam rangkain ekstensifikasi perpajakan.
g. Mengkoordinasikan pengolahan data yang sumber datanya
strategis dan potensial dalam rangka
intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.
h. Mengkoordinasikan pembuatan risalah perincian dasar
pengenaan pemotongan atau pemungutan pajak atas
permintaan wajib pajak berdasarkan hasil perhitungan
ketetapan pajak.
i. Mengkoordinasikan pengolahan data guna menyajikan
informasi perpajakan.
j. Mengkoordinasikan penyusunan monografi perpajakan.
k. Mengkoordinasikan pemantaun pelaporan dan pembayaran
masa dan tahunan PPh dan pembayaran masa PPN/PPnBM
untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak serta
mengendalikan pelaksanaan pemeriksaan pajak.

2. Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal


Uraian tugas :
a. Mengkoordinasikan tugas pelayanan kesekretariatan dengan
cara mengatur kegiatan tata usaha, kepegawaian, keuangan,
rumahtangga, pengelolaan kinerja pegawai, pemantauan
pengelolaan risiko, pemantauan kepatuhan terhadap kode etik
dan disiplin, tindak lanjut hasil pengawasan, penyusunan
rekomendasi perbaikan proses bisnis,dan perlengkapan untuk
menunjang kelancaran tugas Kantor PelayananPajak.
b. Membuat konsep rencana kerja sub bagian umum.
27

Sub BagianUmum dan Kepatuhan Internal terdiri atas 3 (tiga)


bagian, yaitu sebagai berikut :
1) Bagian Kepegawaian
Uraian tugas :
a. Melaksanakan urusan kepegawaian antara lain menata
usahakan surat masuk dan surat keluar, pengetikan,
penataan/penyusunan arsip dan dokumen serta
membantu urusan lapangan. Menyiapkan bahan
penyusunan konsep usulan calon peserta diklat.
b. Menyiapkan bahan penyusunan konsep usulan calon
peserta diklat.
c. Menyiapkan bahan penyusunan konsep usulan
pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)
menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
d. Menyiapkan bahan penyusunan konsep usulan kenaikan
pangkat pegawai golongan II/d kebawah sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
e. Membuat konsep Daftar Perencanaan Pembiayaan
Kantor Pelayanan Pajak.
f. Menyiapkan surat permintaan pembayaran/SSP sebagai
uang persediaan (UP) atau UP tambahan.

2) Bagian Keuangan
Uraian tugas :
a. Bertugas melaksanakan urusan pelayanan keuangan
dengan cara menyusun rencana kerja keuangan atau
menyusun Daftar Usulan Kegiatan dan memproses surat
permintaan pembayaran.
b. Membuat konsep surat pemberitahuan kenaikan gaji
berkala sesuai ketentuan yang berlaku.
28

c. Menyiapkan SPPR-LS sebagai pembayaran langsung


atas tagihan pihak ketiga.
d. Melaksanakan pengelolaan pembayaran gaji/rapel,
gaji/kekurangan, gaji dan mengupdate data daftar gaji
berdasarkan mutasi kepegawaian.

3) Bagian Rumah Tangga dan Pengelolaan BMN (Barang Milik


Negara)
Uraian tugas :
a. Melaksanakan urusan rumah tangga dan perlengkapan
kantor dengan cara merencanakan kebutuhan, mengatur
pengadaan,dan menyalurkan perlengkapan kantor serta
memelihara barang inventaris.
b. Membuat konsep perencanaan dan pengadaan alat
perlengkapan kantor/ATK/formulir sesuai dengan batas
kewenangannya berdasarkan rencana anggaran dalam
DIPA.
c. Melaksanakan penyimpanan dan pendistribusian alat
perlengkapan kantor.
d. Mencatat dan memberi kode klasifikasi lokasi inventaris
serta menyelenggarakan pembukuan inventaris kantor.
e. Menyusun konsep kompilasi laporan barang – barang
inventaris kantor.
f. Meneliti barang-barang inventaris kantor yang rusak dan
tidak terpakai lagi serta membuat konsep daftar usulan
penghapusan dan pemusnahannya.
g. Pengamanan dan Pemeliharaan BMN.
Pengamanan BMN :
a. Pengamanan Fisik yaitu memasang tanda kepemilikan.
b. Pengamanan Administrasi yaitu menghimpun, mencatat,
menyimpan dan menata usaha BMN.
29

Pemeliharaan BMN :
a. Memonitoring kondisi BMN.
b. Memonitoring kebutuhan BMN.
c. Memonitoring penghapusan BMN.

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)


Uraian tugas :
a. Melakukan pengumpulan, pencairan, dan pengolahan data.
b. Pengamatan Potensi Perpajakan.
c. Penyajian informasi perpajakan.
d. Perekaman dokumen perpajakan.
e. Urusan tata usaha penerimaan perpajakan.
f. Pelayanan dukungan teknis komputer.
g. Pemantauan e-SPT dan eFilling.
h. Penyiapan laporan kinerja.

4. Seksi Pelayanan
Uraian tugas :
a. Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum
perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas
perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan,
serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan,
pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta melakukan
kerjasama perpajakan.
b. Mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja Seksi
Pelayanan sebagai bahan penyusunan rencana kerja Kantor
Pelayanan Pajak.
c. Mengkoordinasikan penerimaan dan penatausahaan surat-
surat permohonan dari wajib pajak dan surat lainnya.
d. Mengkoordinasikan penyiapan pengambilan formulir SPT
Tahunan PPh berikut aplikasi elektronik SPT Tahunan PPh
30

oleh wajib pajak dan penatausahaan SPT Tahunan yang telah


diterima kembali serta penyediaan SPOP dan SSB dalam
rangka pengawasan kepatuhan wajib pajak.
e. Membimbing bawahan pada Seksi Pelayanan untuk
meningkatkan motivasi dan prestasi pegawai.
f. Mengkoordinasiakan penyusunan laporan berkala Seksi
Pelayanan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.

5. Seksi Penagihan
Uraian tugas :
a. Penatausahaan piutang pajak.
b. Penundaan angsuran tunggakan pajak.
c. Penagihan aktif.
d. Usulan penghapusan piutang pajak.
e. Penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.
f. Mempersiapkan teguran dan melakukan penagihan dengan
surat paksa.

6. Seksi Pemeriksaan
Uraian tugas :
a. Penyusunan rencana pemeriksaan.
b. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan.
c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak.
d. Administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

7. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan


Uraian tugas :
a. Pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi
perpajakan.
b. Pendataan objek dan subjek pajak.
c. Penilaian objek pajak.
31

d. Kegiatan ekstensifikasi objek pajak.


e. Pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek dalam
menunjang kinerja ekstensifikasi.

8. Seksi Pengawasan dan Kosultasi


Uraian Tugas :
a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan
wajib pajak.
b. Bimbingan dan Himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi
teknis perpajakan.
c. Penyusunan Profil wajib pajak.
d. Analisis kerja wajib pajak
e. Rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi.
f. Usulan pembetulan ketetapan pajak.
g. Evaluasi hasil banding.

Di KPP Pratama Semarang Selatan terdapat 4 Seksi Pengawasan dan


Konsultasi yaitu :
a) Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
b) Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
c) Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
d) Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
Pada PMK-79/PMK-01/2015 tentang Account Representative (AR)
pada KPP membuat pemisahan pada AR. Adapun tugas masing-masing
AR yaitu sebagai berikut :
1. AR yang menjalankan fungsi pelayanan dan konsultasi Wajib Pajak
(Waskon I) mempunyai tugas :
a. Melakukan proses penyelesaian permohonan Wajib Pajak.
b. Melakukan bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan
kepada Wajib Pajak.
32

c. Melakukan proses penyelesaian usulan pengurangan Pajak


Bumi dan Bangunan
2. AR yang menjalankan fungsi pengawasan dan penggalian potensi
Wajib Pajak (Waskon II,III,IV) mempunyai tugas :
a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan
Wajib Pajak.
b. Menyusun profil Wajib Pajak.
c. Menganalisis kinerja Wajib Pajak.
d. Rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka Intensifikasi dan
himbauan kepada Wajib Pajak.

9. Kelompok Jabatan Fungsional


Uraian tugas :
Pejabat fungsional pemeriksa :
Mempunyai tugas melakukan kegiatan pemeriksaan pajak baik
untuk jenis pemeriksaan khusus maupun pemeriksaan rutin sesuai
dengan jabatan masing-masing berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan berkoordinasi dengan seksi
pemeriksaan.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Prosedur
3.1.1 Pengertian Prosedur
Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikel biasanya
melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang
dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi
perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2001). Dari
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa prosedur adalah suatu
urutan langkah-langkah, dari serangkaian tahapan yang saling
berhubungan satu sama lain sebagai suatu cara atau metode dalam
melaksanakan ataupun menjalankan suatu aktivitas sesuai dengan
aturan yang berlaku untuk mencapai tujuan akhir. Prosedur yang ada
biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau lebih,
untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang
terjadi berulang-ulang dan prosedur juga bisa berlaku untuk kegiatan-
kegiatan di waktu yang akan datang.
Prosedur adalah faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan
tugas atau pekerjaan perkantoran. Prosedur kerja dibuat untuk
memperlancar setiap pekerjaan yang dilaksanakan oleh instansi atau
perusahaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan dan sasarannya
serta menunjang tercapainya efisiensi perusahaan dengan baik.

3.1.2 Karakteristik Prosedur


Berikut ini beberapa karakteristik prosedur sebagai berikut:
1. Prosedur menunjang tercapainya tujuan organisasi.
2. Prosedur mampu menciptakan adanya pengawasan yang baik dan
menggunakan biaya yang seminimal mungkin.
3. Prosedur menunjukan urutan-urutan yang logis dan sederhana.

33
34

3.2 Perpajakan Secara Umum


3.2.1 Pengertian Pajak
Definisi pajak menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut :
1. Menurut UU Nomor 28 Tahun 2007 yang merupakan Perubahan
Ketiga UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan menyatakan bahwa :
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
2. Menurut Rochmat Soemitro yang dikutip dalam buku karangan
(Resmi, 2017) menyatakan bahwa:
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat
jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.
Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak
merupakan iuran wajib kepada negara yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang yang terutang oleh yang wajib membayar
pajak menurut undang-undang untuk membiayai pengeluaran negara
dengan imbalan secara tidak langsung.

3.2.2 Ciri-Ciri Pajak


Dari beberapa definisi pajak yang telah dijelaskan diatas tersebut
dapat ditarik kesimpulan berikut ini :
1. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-
undang serta aturan pelaksanaannya.
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah.
35

3. Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun


pemerintah daerah.
4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah,
yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan
untuk membiayai public investment.

3.2.3 Fungsi Pajak


Menurut buku ” Perpajakan Teori dan Kasus ” (Resmi, 2017)
terdapat dua fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair (sumber keuangan
negara) dan fungsi regularend (pengatur).
1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan
salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai
pengeluaran, baik rutin maupun pembangunan.Sebagai sumber
keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang
sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut ditempuh
dengan cara ekstensifikasi dan intensifikasi pemungutan pajak
melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak.
2. Fungsi Regularend (Pengatur)
Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat
untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam
bidang social dan ekonomi serta mencapai tujuan-tujuan tertentu
di luar bidang keuangan. Berikut ini beberapa contoh penerapan
pajak sebagai fungsi pengatur.
1. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dikenakan
pada saat terjadi transaksi jual beli barang tergolong
mewah. Semakin mewah suatu barang, tarif pajaknya
semakin tinggi sehingga barang tersebut harganya semakin
mahal. Pengenaan pajak ini dimaksudkan agar rakyat tidak
berlomba-lomba untuk mengonsumsi barang mewah
(mengurangi gaya hidup mewah).
36

2. Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan,


dimaksudkan agar pihak yang memperoleh penghasilan
tinggi memberikan kontribusi (membayar pajak) yang
tinggi pula sehingga terjadi pemerataan pendapatan.
3. Tarif pajak ekspor sebesar 0%, dimaksudkan agar para
pengusaha terdorong mengekspor hasil produksinya di
pasar dunia sehingga memperbesar devisa negara.

3.2.4 Jenis Pajak


Menurut buku ” Perpajakan Teori dan Kasus ” (Resmi, 2017)
terdapat berbagai jenis pajak yang dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu pengelompokkan menurut golongan, menurut sifat, dan menurut
lembaga pemungutnya.
1. Menurut Golongan
Pajak dikelompokkan menjadi dua :
a. Pajak Langsung
Pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh
Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan
kepada orang lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi
beban Wajib Pajak yang bersangkutan.
Contoh: Pajak Penghasilan (PPh). PPh dibayar atau
ditanggung oleh pihak-pihak tertentu yang memperoleh
penghasilan tersebut.
b. Pajak Tidak Langsung
Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak
tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan,
peristiwa, atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya
pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN). PPN terjadi
karena terdapat pertambahan nilai terhadap barang atau
37

jasa. Pajak ini dibayarkan oleh produsen atau pihak yang


menjual barang, tetapi dapat dibebankan kepada konsumen
baik secara eksplisit maupun implisit (dimasukkan dalam
harga jual barang atau jasa).
2. Menurut Sifat
Pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, berikut ini
penjelasannya.
a. Pajak Subjektif
Pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan pribadi
Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan
keadaan subjeknya.
Contoh: Pajak Penghasilan (PPh). Dalam PPh terdapat
Subjek Pajak (Wajib Pajak) orang pribadi. Pengenaan PPh
untuk orang pribadi tersebut memperhatikan keadaan
pribadi Wajib Pajak (status perkawinan,banyaknya anak,
dan tanggungan lainnya). Keadaan pribadi Wajib Pajak
tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan besarnya
penghasilan tidak kena pajak.
b. Pajak Objektif
Pajak yang pengenaannya memperhatikan objeknya, baik
berupa benda, keadaan, perbuatan, maupun peristiwa yang
mengakibatkan timbunya kewajiban membayar pajak,
tanpa memperhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak (Wajib
Pajak) dan tempat tinggal.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan
atas Barang Mewah (PPnBM), serta Pajak Bumi dan
Bangunan.
3. Menurut Lembaga Pemungut
Pajak dikelompokkan menjadi dua, berikut ini penjelasannya.
a. Pajak Negara (Pajak Pusat)
38

Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan


untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya,
Contoh: PPh,PPN, dan PPnBM
b. Pajak Daerah
Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah, baik daerah
tingkat I (pajak provinsi) maupun tingkat II (pajak
kabupaten/kota), dan digunakan untuk membiayai rumah
tangga daerah masing-masing. Pajak Daerah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.
Contoh: Pajak Provinsi meliputi Pajak Kendaraan
Bermotor dan Kendaraan di atas Air, Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air, Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, serta Pajak
Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan. Pajak Kabupaten/Kota meliputi Pajak Hotel,
Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Bahan Galian
Golongan C, Pajak Parkir, Pajak Bumi dan Bangunan
Pedesaan dan Perkotaan, serta Bea Perolehan Ha katas
Tanah dan bangunan.

3.2.5 Tata Cara Pemungutan Pajak


Menurut buku ” Perpajakan Teori dan Kasus ” (Resmi, 2017) tata
cara pemungutan pajak terdiri atas stelsel pajak, asas pemungutan
pajak, dan sistem pemungutan pajak.
1. Stelsel Pajak, pemungutan pajak dapat dilakukan tiga stelsel,
berikut penjelasannya.
a. Stelsel Nyata (Riil). Stelsel ini menyatakan bahwa
pengenaan pajak didasarkan pada objek yang sesungguhnya
terjadi (untuk PPh, objeknya adalah penghasilan). Oleh
karena itu, pemungutan pajaknya baru dapat dilakukan pada
39

akhir tahun pajak, yaitu setelah semua penghasilan yang


sesungguhnya dalam suatu tahun pajak diketahui.
b. Stelsel Anggapan (Fiktif). Stelsel ini menyatakan bahwa
pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang
diatur oleh undang-undang.
c. Stelsel Campuran. Stelsel ini menyatakan bahwa
pengenaan pajak didasarkan pada kombinasi antara stelsel
nyata dan stelsel anggapan.
2. Asas Pemungutan Pajak
Terdapat tiga asas pemungutan pajak, berikut ini penjelasannya.
a. Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal )
Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan
pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat
tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari
dalam maupun luar negeri. Setiap Wajib Pajak yang
berdomisili atau bertempat tinggal di wilayah Indonesia
(Wajib Pajak dalam Negeri) dikenakan pajak atas seluruh
penghasilan yang diperolehnya, baik dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia.
b. Asas Sumber
Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan
pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa
memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak Setiap orang
yang memperoleh penghasilan dari Indonesia dikenakan
pajak atas penghasilan yang diperolehnya tadi.
c. Asas Kebangsaan
Asas. Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak
dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.
3. Sistem Pemungutan Pajak
Dalam memungut pajak dikenal beberapa sistem pemungutan,
yaitu :
40

a. Official Assessment System


Sistem Pemungutan pajak yang memberi kewenangan
aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak
yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku Dalam
sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan
memungut pajak sepenuhnya berada di tangan para aparatur
perpajakan. Dengan demikian, berhasil atau tidaknya
pelaksanaan pemungutan pajak banyak bergantung pada
aparatur perpajakan (peranan dominan ada pada aparatur
perpajakan).
b. Self Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib
Pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang
terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam
sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan
memungut pajak sepenuhnya berada di tangan Wajib Pajak.
Wajib Pajak dianggap mampu menghitung pajak,
memahami undang-undang perpajakan yang sedang
berlaku, mempunyai kejujuran yang tinggi, dan menyadari
akan arti pentingnya membayar pajak. Oleh karena itu,
Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar, melaporkan sendiri jumlah
pajak yang terutang dan mempertanggungjawabkan pajak
yang terutang.
c. With Holding System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan dengan
peraturan peundang-undangan perpajakan yang berlaku.
41

Penunjukkan pihak ketiga ini dilakukan sesuai peraturan


perundang-undangan perpajakan, keputusan presiden, dan
peraturan lainnya untuk memotong pajak, menyetor, dan
mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan yang
tersedia.

3.3 Dasar Hukum Pelaksanaan Lelang


Dasar Hukum Pelaksanaan Lelang adalah sebagai berikut:
1. UU Nomor 19 tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa
2. Peraturan Pemerintah Nomor 136 Tahun 2000 tentang Tata Cara
Penjualan Barang Sitaan yang Dikecualikan dari Penjualan secara
Lelang dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 106/PMK.06/2013 tentang
Perubahan atas Peraturan Meteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010
tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Lelang.

3.4 Pengertian Lelang


Lelang adalah bagian dari proses penagihan pajak dengan surat paksa
yang merupakan tahap terakhir dalam proses penagihan pajak. Proses lelang
dilakukan setelah proses penyitaan barang dari penanggung pajak. Apabila
utang pajak dan biaya penagihan pajak tidak dilunasi setelah dilaksanakan
penyitaan, maka pejabat berwenang melaksanakan penjualan secara lelang
terhadap barang yang disita melalui Kantor Lelang. Lelang barang sitaan
pajak ini merupakan salah satu jenis dari lelang eksekusi yaitu lelang eksekusi
pajak.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang
Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, lelang didefinisikan sebagai setiap
42

penjualan barang dimuka umum dengan cara penawaran harga secara lisan
dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli.
Selain itu dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
106/PMK.06/2013 definisi lelang adalah penjualan barang yang terbuka
untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang
semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang
didahului dengan Pengumuman Lelang.
Dapat disimpulkan Lelang merupakan penjualan barang yang terbuka
dimuka umum dengan cara penawaran harga baik secara lisan maupun tertulis
melalui usaha pengumpulan peminat (calon pembeli) yang didahului dengan
Pengumuman Lelang.
Lelang dilaksanakan terhadap barang sitaan pajak. Barang sitaan
tersebut dapat berupa:
a. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, deposito
berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu, obligasi saham, atau surat berharga lainnya,
piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain: dan atau
b. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan dan kapal dengan isi
kotor tertentu.
Namun demikian tidak seluruh barang sitaan pajak dapat dilelang,
barang sitaan yang tidak dapat dilelang diatur dalam Peratutan Pemerintah
Nomor 136 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Penjualan Barang Sitaan Yang
Dikecualikan Dari Penjualan Secara Lelang Dalam Rangka Penagihan Pajak
Dengan Surat Paksa.

3.4.1 Prinsip Lelang


Prinsip pelaksanaan lelang yang tercantum dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang adalah sebagai berikut:
43

1. Setiap pelaksanaan lelang harus dilakukan oleh dan/atau


dihadapan Pejabat Lelang kecuali ditentukan lain oleh Undang-
Undang atau Peraturan Pemerintah.
2. Lelang yang telah dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku, tidak
dapat dibatalkan.
3. Lelang dilaksanakan walaupun hanya diikuti oleh 1 (satu) orang
Peserta Lelang.
4. Dalam hal tidak ada peserta, lelang tetap dilaksanakan dan dibuat
Risalah Lelang dengan keterangan tidak ada penawaran.
5. Setiap pelaksanaan lelang dibuatkan Risalah Lelang.

3.4.2 Jenis Lelang


Jenis lelang yang tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang adalah
sebagai berikut:
1. Lelang Eksekusi
Lelang Eksekusi adalah lelang untuk melaksanakan putusan atau
penetapan pengadilan, dokumen-dokumen lain yang dipersamakan
dengan itu, dan/ atau melaksanakan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan. Dalam rangka membantu penegakkan hukum.
Beberapa contohnya sebagai berikut: Lelang Eksekusi Panitia
Urusan Piutang Negara (PUPN), Lelang Eksekusi Pengadilan, Lelang
Eksekusi Pajak, Lelang Eksekusi Harta Pailit, Lelang Eksekusi jaminan
Fidusia, Lelang Eksekusi Gadai.
2. Lelang Noneksekusi Wajib
Lelang Noneksekusi Wajib adalah lelang untuk melaksanakan
penjualan barang yang oleh peraturan perundang-undangan diharuskan
dijual secara lelang. Lelang Noneksekusi Wajib ini adalah lelang untuk
melaksanakan penjualan barang milik negara/daerah sebagaimana
dimaksud dalam UU Nomor 1 tahun 2004 Tentang Perbendaharaan
Negara atau Barang Milik Negara/Daerah.
44

3. Lelang Noneksekusi Sukarela


Lelang Noneksekusi Sukarela adalah lelang atas barang milik
swasta, perorangan, atau badan hukum/badan usaha yang dilelang
secara sukarela.
Salah satu contohnya yaitu Lelang Barang Milik Badan Usaha
Milik Negara/Daerah berbentuk persero.

3.5 Pihak – Pihak yang Berperan Dalam Pelaksanaan Lelang


1. Pejabat Lelang
Pejabat lelang adalah orang yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan diberi wewenang khusus untuk melaksanakan penjualan barang
secara lelang.
Pejabat lelang terdiri dari:
a. Pejabat Lelang Kelas I
Pejabat Lelang Kelas I berwenang melaksanakan lelang untuk semua
jenis lelang atas permohonan Penjual. Pejabat Lelang Kelas I ialah
pegawai Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang berwenang
melaksanakan Lelang Eksekusi, Lelang Noneksekusi Wajib, Lelang
Noneksekusi Sukarela.

b. Pejabat Lelang Kelas II


Pejabat Lelang Kelas II berwenang melaksanakan Leleng Noneksekusi
Sukarela atas permohonan Balai Lelang atau Penjual. Pejabat Lelang
Kelas II adalah Pejabat Lelang swasta yang berwenang melaksanakan
Lelang Noneksekusi Sukarela. Pejabat Lelang Kelas II sendiri hanya
memiliki kewenangan untuk melaksanakan Lelang Noneksekusi
Sukarela.
Terkait dengan penagihan pajak dengan surat paksa maka Pejabat
Lelang yang akan dibahas adalah Pejabat Lelang Kelas I yang berwenang
melaksanakan lelang untuk semua jenis lelang atas permohonan
penjual/pemilik barang. Selain itu, Pejabat Lelang Kelas I dapat
45

melaksanakan lelang atas permohonan balai lelang; meskipun di wilayah


kerjanya terdapat Pejabat Lelang Kelas II dan Pejabat Lelang Kelas I hanya
dapat melaksanakan lelang setelah mendapat surat tugas dari kepala KPKNL
Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 174/PMK.06/2010
Tentang Pejabat Lelang Kelas I, Pejabat Lelang Kelas I mempunyai
wewenang dan kewajiban.
Wewenang Pejabat Lelang Kelas I adalah sebagai berikut:
1. Menegur dan/atau mengeluarkan peserta dan/atau pengunjung
lelang, jika mengganggu jalannya pelaksanaan lelang dan/atau
melanggar tata tertib:
2. Menghentikan pelaksanaan lelang untuk sementara waktu,
apabila diperlukan dalam rangka menjaga ketertiban pelaksanaan
lelang:
3. Menolak melaksanakan lelang dalam hal tidak yakin akan
kebenaran formal berkas persyaratan lelang;
4. Melihat barang yang akan dilelang;
5. Meminta bantuan aparat keamanan apabila diperlukan;
6. Mengesahkan pembeli lelang: dan/atau
7. Membatalkan pengesahan pembeli lelang yang wanprestasi
dengan membuat pernyataan pembatalan.
Kewajiban Pejabat Lelang Kelas I adalah sebagai berikut:
1. Bertindak jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak dan menjaga
kepentingan pihak yang terkait;
2. Meneliti legalitas formal subjek dan objek lelang;
3. Membuat bagian Kepala Risalah Lelang sebelum pelaksanaan
lelang;
4. Membacakan bagian Kepala Risalah Lalang dihadapan peserta
lelang pada saat pelaksanaan lelang, kecuali dalam Lelang
Noneksekusi Sukarela yang dilakukan melalui internet;
5. Menjaga ketertiban pelaksanaan lelang;
46

6. Membuat Minuta Risalah Lelang (Minuta Risalah Lelang adalah


Asli Risalah Lelang berikut lampirannya, yang merupakan
dokumen atau arsip Negara);
7. Membuat Salinan Risalah Lelang (Salinan Risalah Lelang adalah
salinan kata demi kata dari seluruh Risalah Lelang), Kutipan
Risalah Lelang (Kutipan Risalah Lelang adalah kutipan kata demi
kata dari satu atau beberapa bagian Risalah Lelang) atau Grosse
Risalah Lelang (Grosse Risalah Lelang adalah salinan asli dari
Risalah Lelang yang berkepala ”Demi Keadilan Berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa”. sesuai peraturan perundang-
undangan:
8. Meminta dan meneliti keabsahan bukti pelunasan harga lelang,
Bea Lelang, Pajak Penghasilan Final, Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan/atau Bangunan, dan pungutan-pungutan lain yang
diatur sesuai peraturan perundang-undangan.
Fungsi Pejabat Lelang adalah sebagai berikut:
a. Peneliti dokumen persyaratan lelang.
b. Pemberi informasi lelang.
c. Pemimpin lelang dan
d. Pejabat Umum yaitu pejabat yang membuat akta otentik
berdasarkan undang-undang di wilayah kerjanya.

2. Pemandu lelang (Afslager)


Pemandu Lelang adalah orang yang membantu Pejabat Lelang
untuk menawarkan dan menjelaskan barang dalam suatu pelaksanaan.
Dalam pelaksanaan lelang, Pejabat Lelang dapat dibantu oleh
Pemandu Lelang. Pemandu Lelang dapat berasal dari Pegawai DJKN
atau dari luar pegawai DJKN. Pemandu Lelang diberitahukan secara
tertulis oleh Penjual atau Balai Lelang kepada Kepala KPKNL atau
Pejabat Lelang Kelas II paling lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum
pelaksanaan lelang.
47

3. Pengawas Lelang (Superintenden)


Pengawas Lelang adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh
Menteri untuk melakukan pembinaan dan pengawasan kepada pejabat
lelang.

4. Penjual
Penjual adalah orang, atau badan hukum/usaha atau instansi yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan atau perjanjian berwenang
untuk menjual barang secara lelang. Dalam Lelang Eksekusi Pajak pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan pihak penjual
adalah kepala seksi penagihan atau jurusita pajak.

5. Pembeli
Pembeli adalah orang atau badan hukum/badan usaha yang
mengajukan penawaran tertinggi dan disahkan sebagai pemenang
lelang oleh pejabat lelang. Pembeli dalam hal ini merupakan pemenang
lelang yang berasal dari Peserta Lelang (orang atau badan hukum/badan
usaha yang telah memenuhi syarat untuk mengikuti lelang.

3.6 Risalah Lelang


Risalah lelang adalah berita acara pelaksanaan lelang yang dibuat oleh
Pejabat Lelang yang merupakan akta otentik dan mempunyai kekuatan
pembuktian sempurna. Risalah Lelang dibuat oleh Pejabat Lelang dengan
bentuk ditentukan oleh peraturan, yaitu berbahasa Indonesia, dan diberi
nomor urut.
Risalah Lelang ini memberikan penyelesaian tuntas dari apa yang
dilelang sehingga dapat dipergunakan berbagai pihak tetapi tidak terbatas
pada pihak pembeli, penjual, pengawas lelang, ataupun kantor pelaksana
lelang serta kantor pertanahan.
Risalah Lelang terdiri dari:
48

1. Bagian Kepala;
2. Bagian Badan; dan
3. Bagian Kaki.
Berikut penjelasan:
1. Bagian Kepala Risalah Lelang paling kurang memuat:
a. Hari, tanggal dan jam lelang ditulis dengan huruf dan angka;
b. Nama lengkap dan tempat kedudukan Pejabat Lelang:
c. Nama/tanggal Surat Keputusan Pengangkatan Pejabat Lelang dan
nomor/tanggal surat tugas khusus untuk Pejabat Lelang Kelas I;
d. Nama lengkap, pekerjaan dan tempat kedudukan/domisili
Penjual;
e. Nomor/Tanggal surat permohonan lelang;
f. Tempat pelaksanaan lelang;
g. Sifat barang yang dilelang dan alasan barang tersebut dilelang;
h. Dalam hal yang dilelang berupa barang tidak bergerak berupa
tanah atau tanah dan bangunan harus disebutkan:
1. Status hak atau surat-surat lain yang menjelaskan bukti
kepemilikan;
2. SKT dari kantor pertanahan; dan
3. Keterangan lain yang membebani, apabila ada;
i. Dalam hal yang dilelang barang bergerak harus disebutkan
jumlah, jenis dan spesifikasi barang;
j. Cara pengumuman lelang yang telah dilaksanakan oleh penjual;
k. Cara penawaran lelang dan syarat-syarat lelang.

2. Bagian Badan Risalah Lelang paling kurang memuat:


a. Banyaknya penawaran lelang yang masuk dan sah;
b. Nama/merek/jenis/tipe dan jumlah barang yang dilelang;
c. Nama,pekerjaan dan alamat pembeli atas nama sendiri atau
sebagai kuasa atas nama orang lain;
49

d. Bank kreditor sebagai pembeli untuk orang atau badan


hukum/usaha yang akan ditunjuk namanya, dalam hal bank
kreditor sebagai Pembeli Lelang;
e. Harga Lelang dengan angka dan huruf; dan
f. Daftar barang yang laku terjual maupun yang ditahan disertai
dengan nilai, nama, dan alamat peserta lelang yang menawar
tertinggi.

3. Bagian Kaki Risalah Lelang paling kurang memuat:


a. Banyaknya barang yang ditawarkan/dilelang dengan angka dan
huruf;
b. Banyaknya barang yang laku/terjual dengan amgka dan huruf;
c. Jumlah harga barang yang telah terjual dengan angka dan huruf;
d. Jumlah harga barang yang ditahan dengan angka dan huruf;
e. Banyaknya dokumen/surat-surat yang dilampirkan pada Risalah
Lelang dengan angka dan huruf;
f. Jumlah perubahan yang dilakukan (catatan,tambahan,coretan
dengan penggantinya) maupun tidak adanya perubahan ditulis
dengan angka dan huruf; dan
g. Tanda tangan Pejabat Lelang dan Penjual/kuasa Penjual, dalam
hal lelang barang bergerak atau tanda tangan Pejabat Lelang,
Penjual/kuasa Penjual dan Pembeli/kuasa Pembeli. Dalam hal
lelang barang tidak bergerak.

Fungsi Risalah lelang yaitu sebagai berikut:


1. Sebagai akte jual beli bagi pembeli digunakan untuk balik nama
atau grosse Risalah Lelang sesuai kebutuhan.
2. Salinan Risalah Lelang bagi penjual digunakan untuk laporan
pelaksanaan lelang atau grosse Risalah Lelang sesuai kebutuhan.
Selain itu juga merupakan bukti bahwa penjual melaksanakan
penjualan sesuai dengan prosedur lelang.
50

3. Pengawas Lelang (Susperintenden) yaitu memperoleh Salinan


Risalah lelang digunakan untuk laporan pelaksanaan
lelang/kepentingan dinas.
4. Bagi Kantor Pertanahan atau Instansi berwenang dalam balik
nama kepemilikan hak objek lelang memperoleh Salinan Risalah
Lelang sesuai kebutuhan.

3.7 Waktu Pengumuman dan Pelaksanaan Lelang


3.7.1 Waktu Pengumuman Lelang
Penjualan secara lelang wajib didahului dengan Pengumuman
Lelang yang dilakukan oleh Penjual. Penjualan secara lelang terhadap
barang yang disita dilaksanakan paling singkat 14 (empat belas) hari
setelah pengumuman lelang melalui media massa. Pengumuman lelang
dilaksanakan paling singkat 14 (empat belas) hari setelah penyitaan.
Adapun fungsi dari pengumuman lelang adalah sebagai berikut:
1. Pemberitahuan kepada masyarakat tentang akan diadakannya
lelang dengan maksud untuk menghimpun peminat lelang dan
pemberitahuan kepada pihak yang berkepentingan.
2. Pengumuman lelang dilakukan setelah mendapat kepastian
tempat, hari, tanggal, dan jam lelang di Kantor Lelang.
Cara Pengumuman Lelang :
1. Sebelum Pengumuman Lelang dimulai di media massa pejabat
(yang berperan sebagai penjual) menulis surat kepada Kepala
Kantor Lelang di daerah setempat untuk meminta jadwal dan
tempat atau waktu kapan lelang akan dilaksanakan. Setelah itu.
Kepala Kantor Lelang mengumumkan lelang,melalui surat kabar
harian,selebaran atau tempelan yang mudah dibaca oleh umum
dan atau media elektronik, termasuk internet di wilayah kerja
kantor lelang tempat barang akan dijual (yang bersangkutan).
51

2. Pengumuman Lelang untuk barang bergerak dilakukan 1 (satu)


kali melalui surat kabar harian paling singkat 6 (enam) hari
sebelum pelaksanaan lelang.
3. Pengumuman Lelang untuk barang tidak bergerak atau barang
tidak bergerak yang dijual bersama-sama dengan barang bergerak
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
Pengumuman dilakukan 2 (dua) kali. Dengan jangka waktu antara
pengumuman pertama dan kedua sekurang-kurangnya 15 (lima
belas ) hari, serta diatur agar pengumuman kedua tidak jatuh di
hari libur/besar. Pengumuman pertama diperkenankan tidak
melalui surat kabar harian, tetapi dengan cara selebaran, tempelan
yang mudah dibaca oleh umum, dan/atau media elektronik
termasuk internet, namun demikian dalam hal dikehendaki oleh
Penjual,dapat dilakukan melalui surat kabar harian. Pengumuman
kedua harus dilakukan melalui surat kabar harian dan dilakukan
sekurang-kurangnya 14 (empat belas) hari sebelum pelaksanaan
lelang.
4. Pengumuman Lelang Eksekusi Pajak untuk barang bergerak
diumumkan paling singkat 14 (empat belas) hari sebelum hari
pelaksanaan lelang dengan ketentuan sebagai berikut:
Untuk pelaksanaan lelang dengan nilai limit keseluruhan
paling banyak Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dalam 1
(satu) kali lelang, pengumuman lelang dapat dilakukan 1 (satu)
kali melalui tempelan yang mudah dibaca oleh umum dan/atau
melalui media elektronik, namun tidak harus melalui media
massa. Apabila nilai limit keseluruhan lebih dari
Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dalam 1 (satu) kali
lelang, pengumuman lelang dilakukan 1 (satu) kali melalui surat
kabar harian.
Apabila Wajib Pajak/Penanggung Pajak melunasi utang-
utangnya serta membayar biaya pelaksanaannya sesudah
52

pengumuman lelang dimuat di surat kabar/media elektronik


dengan menyerahkan bukti-bukti pelunasanan tetapi sebelum
pelaksanaan lelang, maka pengumuman lelang itu dibatalkan
dengan memuat iklan pembatalan lelang dengan surat
kabar/media cetak/ media elektronik yang bersangkutan.

3.7.2 Waktu Pelaksanaan Lelang


Penjualan secara lelang terhadap barang yang disita dilaksanakan
paling singkat 14 (empat belas) hari setelah pengumuman lelang
melalui media massa. Dalam UU Nomor 93 Tahun 2000 pasal 21
Waktu Pelaksanaan Lelang ditetapkan oleh KPKNL atau Pejabat
Lelang Kelas II. Waktu Pelaksanaan Lelang dilakukan pada jam dan
hari kerja KPKNL. Dalam Lelang Eksekusi Pajak ini Waktu
Pelaksanaan Lelang ditetapkan oleh KPKNL.

3.8 Prosedur Pelaksanaan Lelang


Lelang diadakan apabila telah melampaui waktu 14 (empat belas) hari
sejak tanggal penyitaan yang didahului dengan adanya pengumuman lelang,
namun penanggung pajak belum melunasi utang pajak dan biaya penagihan
pajak, Pejabat berwenang melakukan penjualan barang sitaan, untuk
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak tersebut. Sebelum itu, akan
dijelaskan bagaimana proses penagihan pajak hingga pada dilaksanakan
lelang.
53

Berikut Alur dan Pelaksanaan Penagihan Pajak:

Gambar 3.1
Alur dan Pelaksanaan Penagihan Pajak

*STP
*SKPKB
2x24
*SKPKBT
7 hari 21 hari Surat jam
*SK Pembetulan Surat
*SK Keberatan Teguran Paksa
*Putusan Banding
Jatuh tempo
*Putusan
Peninjauan pembayaran 1 bulan
Kembali

Pencabutan Lunas
Sita SPMP
Penyitaan

Pelaksanaan 14 hari Pengumuman 14 hari


Lelang Lelang Tidak Lunas

Sumber: Seksi Penagihan KPP Pratama Semarang Selatan, 2020.

Surat Ketetapan Pajak setelah terbit akan jatuh tempo 1 (satu)


bulan. Setelah itu 7 (tujuh) hari akan diterbitkan (Surat Teguran Pajak).
Apabila selama 21 (dua puluh satu) hari penangung pajak tidak juga
membayar utang pajak beserta biaya penagihan maka akan diterbitkan
Surat Paksa. Dengan jangka waktu 2x24 jam belum juga bisa
membayar utang pajak beserta biaya penagihan pajak maka akan
diterbitkan SPMP (Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan) untuk
jurusita melakukan penyitaan terhadap barang-barang atau aset-aset
yang dimiliki oleh penanggung pajak. Selama penyitaan tersebut
dilakukan apabila wajib pajak atau penanggung pajak ini tidak bisa
juga membayar atau melunasi utang pajaknya maka selang 14 (empat
belas) hari akan dilakukan pengumuman lelang.
54

3.8.1 Persiapan Lelang

Gambar 3.2
Alur Persiapan Lelang Hingga Pelaksanaan Lelang

Lunas Pencabutan
Sita
SPMP
Penyitaan

14 hari Pengumuman 14 hari Pelaksanaan


Tidak Lunas Lelang Lelang

Persiapan
Pengumuman
Lelang

Barang Tidak Barang Bergerak


Bergerak 2x 1x

Sumber: Seksi Penagihan KPP Pratama Semarang Selatan, 2020.

Dalam UU Nomor 19 Tahun 2000 pasal 26 ayat 1 selang 14 hari


ini akan dilakukan persiapan-persiapan lelang sebelum pengumuman
lelang yang berbunyi ”Penjualan secara lelang terhadap barang yang
disita dilaksanakan paling singkat 14 (empat belas) hari setelah
pengumuman lelang melalui media massa”. Ketentuan ini dimaksudkan
untuk memberi kesempatan kepada penanggung pajak untuk melunasi
utang pajaknya sebelum pelelangan terhadap barang yang disita akan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan lelang.
Sebelum pengumuman lelang dimuat di media massa pejabat
menulis surat kepada kepala Kantor Lelang setempat untuk meminta
jadwal waktu dan tempat pelelangan yang akan diadakan. Namun perlu
digaris bawahi bahwa yang dimuat dalam media massa adalah untuk
barang-barang penanggung pajak yang nilainya itu lebih dari
Rp20.000.000 (dua puluh juta rupiah), jika kurang dari
Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) maka tidak perlu di muat di
media massa. Namun pengertian tidak harus diumumkan di media
55

massa misalnya dengan selembaran atau pengumuman yang


ditempelkan di tempat umum misalnya di Kantor Kelurahan atau di
depah papan pengumuman Kantor Pelayanan Pajak
Kemudian dalam pelelangan ini pejabat bertindak sebagai penjual
atas barang yang disita mengajukan permintaan lelang kepada Kantor
Lelang sebelum lelang dilaksanakan. Pejabat melakukasn permintaan
jadwal lelang dengan menggunakan formulir permintaan jadwal waktu
dan tempat pelelangan yang ditunjukkan kepada kepala Kantor Lelang
dengan dilampirkan berkas-berkas penyitaan.
1. Permintaan jadwal waktu dan tempat pelaksanaan pelelangan.
Pejabat melakukan permintaan jadwal lelang dengan
menggunakan formulir permintaan jadwal waktu dan tempat
pelelangan, ditujukan kepada kepala Kantor Lelang dengan
dilampiri berkas-berkas penyitaan. Berkas-berkas tersebut
dipersiapkan juru sita mengenai berkas-berkas penagihan yang
terdiri dari:
a. Salinan/fotokopi dari STP, STPPBB (Surat Tagihan Pajak
Pajak Bumi dan Banguanan), STB (Surat Tagihan Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, SKPKB,
SKPKBT, SK pembetulan, SK keberatan atau putusan
banding (apabila penanggung pajak melaksanakan atau
melakukan keberatan atau banding).
b. Salinan/fotocopy Surat Teguran.
c. Salinan/fotocopy Surat Paksa.
d. Salinan/fotocopy SPMP dan bukti bahwa barang sita telah
terdaftar.
e. Salinan/ fotocopy berita acara pelaksanaan sita.
f. Perincian jumlah tagihan pajak dan biaya penagihan pajak.
g. Bukti kepemilikan yang akan dilelang.
h. Seluruh surat yang di fotocopy harus dilegalisasi sebelum
dikumpulkan.
56

Setelah semua berkas sudah siap, maka semua berkas akan


diajukan kepada Kantor Lelang, kepada kepala Kantor Lelang untuk
permintaan jadwal pelaksanaan lelang.
Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010
pasal 17 berbunyi ”Penjual/pemilik barang dapat mengajukan syarat-
syarat lelang tambahan sebanyak tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan termasuk tetapi tidak terbatas pada :
a. Jangka waktu bagi peserta lelang untuk melihat, meneliti, secara
fisik barang yang dilelang.
b. Jangka waktu pengambilan barang oleh pembeli dan/atau
c. Jadwal penjelasan lelang kepada peserta lelang sebelum
pelaksanaan lelang (aanwijzing).
Syarat-syarat lelang tambahan dilampirkan dalam surat permohonan
lelang.

3.8.2 Penentuan Nilai Limit


Menurut UU Nomor 19 Tahun 2000, Nilai limit adalah harga
minimal barang yang akan dilelang dan ditetapkan oleh
Penjual/Pemilik. Penjual/Pemilik barang dalam menetapkan Nilai
Limit, berdasarkan:
a. Penilaian oleh Penilai; atau
b. Penaksiran oleh Penaksir/Tim Penaksir.
Penilai merupakan pihak yang melakukan penilaian secara
independent berdasarkan kompetensi yang dimilikinya. Penaksir/Tim
Penaksir merupakan pihak yang berasal dari instansi atau perusahaan
penjual, yang melakukan penaksiran berdasarkan metode yang dapat
dipertanggungjawabkan, termasuk kurator untuk benda seni dan benda
antik/kuno.
Dalam Eksekusi Pajak yang dilaksanakan di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Semarang Selatan penentuan Nilai Limit dilakukan
sacara Appraisal atau Penilaian dari KPKNL.
57

3.8.3 Proses Pelaksanaan Lelang


Pelaksanaan lelang adalah suatu bagian dalam proses pelelangan
setelah dilakukannya penagihan pajak. Penjualan secara lelang terhadap
barang yang disita dilaksanakan paling singkat 14 hari setelah
pengumuman lelang melalui media massa.
Pejabat yang bertindak sebagai penjual barang yang disita
mengajukan permohonan kepada Kantor Lelang sebelum pelaksanaan
lelang. Pejabat menentukan nilai limit dan diserahkan kepada pejabat
lelang selambat-lambatnya pada saat akan dimulainya pelaksanaan
lelang. Dalam Eksekusi Pajak yang dilaksanakan di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Semarang Selatan penentuan Nilai Limit dilakukan
sacara Appraisal atau Penilaian dari KPKNL.Nilai limit ini adalah nilai
minimal ataupun batas harga yang ditentukan terhadap suatu barang
yang akan dilelang. (pelelang ataupun orang yang akan membeli barang
ini minimal harus melewati nilai limit ini untuk dapat mendapatkan
barang tersebut.
Pejabat atau yang mewakilinya menghadiri pelaksanaan lelang
untuk melakukan beberapa kewenagan seperti:
1. Menentukan dilepas atau tidaknya barang yang dilelang apabila
harga penawaran yang diajukan calon pembeli lebih rendah dari
harga limit yang ditentukan.
2. Menandatangani asli risalah lelang.
(Kepala kantor, kepala seksi penagihan dan jurusita pajak,
termasuk istri keluarga sedarah semenda dalam keturunan garis lurus
serta anak angkat; tidak diperbolehkan membeli barang sitaan yang
dilelang).

Lelang tetap dapat dilaksanakan meskipun:


1. Wajib pajak sedang mengajukan keberatan, dan belum
memproleh keputusan keberatan. Lelang merupakan tindak lanjut
dari penagihan pajak dengan surat paksa yang kedudukannya
58

sama dengan keputusan pengadilan yang telah mempunyai


kekuatan hukum tetap, maka sekalipun wajib pajak mengajukan
keberatan dan belum memperoleh keputusan, lelang akan tetap
dapat dilaksanakan.
2. Wajib pajak/penanggung pajak tidak hadir. Apabila dalam
pelaksanaan lelang ini penanggung pajak nya tidak mau hadir
atau dikarenakan ada suatu halangan atau memang karena
penanggung pajaknya ini tidak hadir maka penguasaan barang
yang disita telah berpindah dari penanggung pajak kepada pejabat
maka, pejabat yang bersangkutan mempunyai wewenang penuh
untuk menjual barang yang telah disita mengingat penanggung
pajak yang memiliki barang yang telah disita telah diberitahukan
bahwa baramg yang disita akan dijual secara lelang pada waktu
yang telah ditentukan karena pada sebelum nya sudah diberitahu
oleh juru sita bahwa barang-barang yang telah disita ini akan
dijual pada waktu yang telah ditentukan. Maka tidak ada alasan
lagi bagi penanggung pajak untuk membatalkan lelangnya jadi
lelang tetap dapat dilaksanakan walaupun tanpa dihadiri oleh
penanggung pajak.

Lelang tidak dapat dilaksanakan dalam hal:


1. Wajib Pajak/Penanggung Pajak telah melunasi utang pajak dan
biaya penagihan pajak.
2. Terdapat putusan pengadilan yang kuat.
3. Objek lelang musnah.ataupun hilang.
Pejabat harus menghentikan pelaksanaan lelang meskipun barang
yang akan dilelang masih ada apabila hasil lelang sudah mencapai
jumlah yang cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang
pajak. Sisa barang dan kelebihan hasil lelang harus dikembalikan
kepada penanggung pajak paling lambat 3 hari setelah pelaksanaan
lelang. Penggunaan hasil lelang terlebih dahulu untuk membayar biaya
59

penagihan pajak dan sisanya untuk membayar utang pajak dari


Penanggung Pajak.
Biaya penagihan pajak ditambah 1% dari:
a. Hasil penjualan barang dikecualikan dari penjualan secara lelang.
b. Pokok lelang dari penjualan secara lelang.

3.8.4 Pembatalan Lelang


Pembatalan Lelang diatur pada PMK Nomor 27 tahun 2016
tentang petunjuk pelaksanaan lelang pada dasarnya lelang yang
dilakukan sesuai dengan ketentuan tidak dapat dibatalkan namun pada
PMK ini dijelaskan ada keadaan-keadaan yang dapat membatalkan
sebuah lelang yaitu sebelum pelaksanaan lelang dan setelah lelang
dimulai. Pada pasal 27 PMK Nomor 27 tahun 2016 lelang yang akan
dilaksanakan dapat dibatalkan dengan ketiga keadaan:
1. Atas permintaan penjual
Penjual yang dimaksud pada pasal ini adalah orang atau badan
hukum atau badan usaha atau instansi yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan berwenang untuk menjual barang secara
lelang.Pembatalan tersebut disampaikan secara tertulis dengan
alasan kepada pejabat lelang yang paling lambat disampaikan
sebelum lelang dimulai. Pejabat lelang mengumumkan
pembatalan lelang pada saat pelaksanaan lelang. Pembatalan atas
permintaan penjual terjadi apabila :
a. Penjual tidak melakukan pengumuman lelang
b. Penjual tidak hadir dalam pelaksanaan lelang dengan
kehadiran peserta lelang. Pembatalan oleh penjual dikenai
biaya lelang batal karena permintaan penjual yang diatur
pada peraturan pemerintah tentang jenis dan tarif yang akan
masuk kedalam penerimaan negara bukan pajak.
2. Karena adanya penetapan
3. Karena adanya putusan dari lembaga peradilan
60

Kedua diatas itu juga disampaikan secara tertulis dan


disampaikan kepada pejabat lelang sebelum lelang dilaksanakan.
Pejabat lelang atau penjual akan mengumumkan kepada peserta
lelang bahwa lelang dibatalkan pada saat lelang dilaksanakan.
Selain pembatalan lelang sebelum pelaksanaan diluar
keterangan pada pasal 27, pada pasal 30 pmk 27 tahun 2016 juga
ada beberapa penyebab lelang dibatalkan yaitu :
1. Surat keterangan tanah atau surat keterangan pendaftaran
tanah untuk pelaksanaan lelang tanah berupa tanah dan
bangunan belum ada. Dimana barang tersebut yang berupa
tanah atau tanah dan bangunan belum memiliki SKT atau
SKPT dari kantor pertanahan setempat, maka status
kepemilikan dari barang lelang tersebut dipertanyakan.
2. Barang yang dilelang dalam status sita pidana atau blokir
pidana dari instansi penyidik atau penuntut umum khusus
untuk lelang eksekusi. Seperti yang kita tahu pada pasal 19
UU Nomor 19 Tahun 2000 jurusita tidak dapat menyita
barang yang telah disita oleh pengadilan negeri atau instansi
yang berwenang.
3. Terdapat gugatan atas rencana pelaksanaan lelang eksekusi
pasal 6 UU Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-
benda yang berkait dengan tanah dari pihak lain selain dari
debitur atau tereksekusi suami atau istri debitur atau
tereksekusi yang terkait dengan kepemilikan objek lelang.
Jadi apabila objek lelang masih dalam kasus sengketa yaitu
atau gugatan atas kepemilikan maka lelang dibatalkan.
4. Barang yang akan di lelang dalam status sita jaminan atau
sita eksekusi atau sita pidana khusus untuk lelang
noneksekusi.
61

5. Tidak memenuhi legalitas formal subjek dan objek lelang.


Apabila subjek dan objek lelang tidak memenuhi syarat
maka lelang juga dibatalkan
6. Penjual tidak dapat memperlihatkan atau menyerahkan
dokumen asli kepemilikan barang kepada pejabat lelang,
maka barang lelang tersebut akan dipertanyakan apabila
dokumen aslinya tidak dapat ditunjukkan.
7. Pengumuman lelang yang dilaksanakan penjual tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan seperti yang kita
ketahui ada yang mengatur tentang ketentuan-ketentuan
pengumuman lelang apabila pengumuman lelang itu tidak
berdasarkan peraturan maka lelang akan dibatalkan.
8. Keadaan memaksa atau kahar dimana keadaan tersebut
berupa bencana alam atau keadaan-keadaan di luar kendali
manusia.
9. Terjadinya gangguan teknis yang tidak bisa ditanggulangi
pada pelaksanaan lelang tanpa kehadiran peserta.
Maksudnya apabila lelang itu dilaksanakan melalui aplikasi
lelang atau internet atau email dan terjadi gangguan server
atau gangguan lainnya yang menyebabkan lelang
dibatalkan.
10. Nilai limit yang dicantumkan dalam pengumuman lelang
tidak sesuai dengan surat penetetapan nilai limit yang
dibuat oleh penjual. Seperti yang kita ketahui sebelum
melakukan lelang maka penjual harus menentukan nilai
limit dari objek lelangnya yang berdasarkan hasil dari
penilaian independent atau dari tafsiran yang dapat
dipertanggungjawabkan.
11. Penjual tidak menguasai secara fisik barang bergerak yang
di lelang. Seperti yang kita ketahui objek lelang terlebih
dahulu disita sehingga dapat dikuasai untuk melaksanakan
62

lelang tapi apabila penjual tidak menguasai barang tersebut


maka lelang dibatalkan.

3.9 Biaya Penagihan Pajak atas Penjualan Secara Lelang


Dalam UU Nomor 19 Tahun 2000 berbunyi bahwa ”Biaya Penagihan
Pajak adalah biaya pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan
Penyitaan, Pengumuman Lelang, Pembatalan Lelang, Jasa Penilai dan biaya
lainnya sehubungan dengan penagihan pajak”.
Dalam hal penjualan secara lelang, biaya penagihan pajak
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dalam pasal 28 ditambah 1% (satu
persen) dari pokok lelang. Begitu juga hasil penjualan barang dikecualikan
dari penjualan secara lelang.

3.10 Akibat lelang


Ada 3 yaitu :
1. Hak penanggung pajak atas barang yang dilelang berpindah kepada
pembeli dan kepadanya diberikan Risalah lelang yang merupakan bukti
otentik sebagai dasar pendaftaran dan pengalihan hak, yang juga
memiliki kekuatan dan pembuktian yang sempurna.
2. Apabila setelah pelaksanaan lelang Wajip Pajak memperoleh keputusan
keberatan atau putusan banding yang mengakibatkan utang pajak
menjadi berkurang atau nihil sehingga menimbulkan kelebihan
pembayaran pajak, maka Wajib Pajak tidak dapat meminta atau tidak
berhak menuntut pengembalian barang yang telah dilelang.
3. Kepala kantor mengembalikan kelebihan pembayaran pajak dalam
bentuk uang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
UU Nomor 19 Tahun 2000 pasal 40 ayat 2 yang berbunyi pejabat
mengembalikan kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud di
dalam ayat 1 dalam bentuk uang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
63

3.11 Penjualan Barang Sitaan yang Dikecualikan dari Lelang


Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 136 Tahun 2000 Tentang
Penjualan Barang Sitaan Yang Dikecualikan Dari Penjualan Secara Lelang
Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa menyatakan Barang
Sitaan yang dikecualikan dari penjualan secara lelang berupa:
a. Uang Tunai;
b. Surat-surat berharga;
a. Kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada bank seperti
deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro atau
bentuk lain yang dipersamakan dengan itu;
b. Obligasi;
c. Saham;
d. Piutang;
e. Penyertaan modal; dan
f. Surat berharga lainnya.
c. Barang yang mudah rusak atau cepat busuk.
Apabila Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan biaya
penagihan pajak setelah 14 (empat belas) hari sejak penyitaan barang yang
penjualannya dikecualikan dari penjualan secara lelang, maka Pejabat segera
menggunakan, menjual, dan atau memindahbukukan barang sitaan untuk
pelunasan biaya penagihan pajak dan utang pajak. Sebelum jangka waktu 14
(empat belas) hari berakhir Penanggung Pajak dapat mengajukan
permohonan kepada Pejabat untuk menggunakan barang sitaan berupa uang
tunai, depotito berjangka, tabungan saldo rekening koran, giro atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu untuk pelunasan biaya penagihan
pajak dan utang pajak.
Penggunaan, penjualan dan atau pemindahbukuan dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
a. Uang tunai disetor ke kas negara;
b. Deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu dipindah-bukukan ke rekening
64

kas negara atau kas daerah atas permintaan Pejabat kepada bank yang
bersangkutan;
c. Obligasi saham, atau surat berharga lainnya:
a. Yang diperdagangkan di bursa efek, dijual oleh Pejabat melalui
bursa efek sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan
b. Yang tidak diperdagangkan di bursa efek langsung dijual oleh
Pejabat kepada pembeli;
d. Piutang yang hak menagihnya beralih kepada Pejabat berdasarkan
berita acara persetujuan pengalihan hak, dijual oleh Pejabat ke pembeli;
e. Penyertaan modal pada perusahaan lain yang penguasaannya beralih
kepada Pejabat berdasarkan akte persetujuan pengalihan hak, dijual
oleh Pejabat kepada pembeli;
f. Hasil penjualan barang sitaan disetor ke kas negara atau kas daerah.
65

3.12 Data Pelaksanaan Lelang Pada Tahun 2019 Pada KPP Pratama
Semarang Selatan

Tabel 3.1
Data Pelaksanaan Penjualan Aset Sitaan Perpajakan pada Tahun 2019

Jumlah Surat yang Diterbitkan


Surat Teguran Surat Paksa Surat Perintah Melaksanakan Pelaksanaan
Penyitaan (SPMP) Lelang
527 289 60 7x
Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi dan Seksi Penagihan KPP Pratama Semarang Selatan, 2020.

Dalam data diatas, menjelaskan bahwa Kantor Pelayanan Pajak


Pratama Semarang Selatan menerbitkan surat teguran sebanyak 527 (lima
ratus dua puluh tujuh), untuk surat paksa sebanyak 289 (dua ratus delapan
puluh sembilan), surat perintah melakanakan penyitaan sebanyak 60 (enam
puluh) dan pelaksanaan lelang sebanyak 7 kali pada tahun 2019.
Dalam pelaksanaan lelang pada tahun tersebut Kantor Pelayanan Pajak
menjual aset berupa 3 rekening dan 4 tanah dan bangunan (1 tanah dan 3 tanah
beserta bangunan ). Dalam Pelaksanaan Lelang, terdapat 3 rekening yang
terjual dan 4 tanah dan bangunan yang tidak terjual. Pada 3 rekening tersebut
merupakan penjualan barang sitaan yang dikecualikan dalam lelang.
Rekening tersebut merupakan hasil dari pemblokiran atau sita untuk melunasi
utang pajak dan biaya penagihan pajak penanggung pajak. Rekening tersebut
dipindahbukukan ke rekening kas negara atau kas daerah sesuai permintaan
pejabat kepada bank yang bersangkutan yang termasuk kegiatan penagihan
lelang yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 136 Tahun 2000
Tentang Penjualan Barang Sitaan Yang Dikecualikan Dari Penjualan Secara
Lelang Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
66

3.13 Kendala Dalam Pelaksanaan Lelang pada KPP Pratama Semarang


Selatan
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan dalam pelaksanaan
(lelang) penjualan aset sitaan perpajakan dalam praktiknya tidak menemukan
kendala dalam pelaksanaannya namun, dalam penjualan aset sitaan
perpajakan pada tahun 2019 terdapat aset yang tidak laku yang berjumlah 4
aset, berupa 1 tanah dan 3 tanah beserta bangunan.

3.14 Cara KPP Pratama Semarang Selatan Mengatasi Kendala Dalam


Pelaksanaan Lelang
Dalam mengatasi kendala akibat tidak laku barang yang di lelang
tersebut maka pihak Kantor Pelayanan Pajak tersebut melakukan lelang yang
ke -2 dengan menurunkan harga aset yang tidak laku tersebut.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian dari pembahasan diatas yang telah
dijelaskan mengenai Prosedur Pelaksanaan Penjualan Aset Sitaan Perpajakan
pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan, yang dijelaskan
pada bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan:
1. Lelang adalah bagian proses penagihan pajak dengan surat paksa, yang
merupakan tahap terakhir dalam proses penagihan pajak. Proses lelang
dilakukan setelah proses penyitaan barang dari penanggung pajak.
Apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak tidak dilunasi setelah
dilaksanakan penyitaan, maka pejabat yang berwenang melaksanakan
penjualan secara lelang terhadap barang yang disita melalui Kantor
Lelang.
2. Penjualan secara lelang wajib didahului dengan Pengumuman Lelang
yang dilakukan oleh penjual. Penjualan secara lelang terhadap barang
yang disita dilaksanakan paling singkat 14 (empat belas) hari setelah
pengumuman lelang melalui media massa. Pengumuman lelang
dilaksanakan paling singkat 14 (empat belas) hari setelah penyitaan.
3. Dalam Pelaksanaan Penjualan Aset Sitaan Perpajakan secara lelang
pada KPP Pratama Semarang Selatan pada tahun 2019 dijelaskan
bahwa terjadi pelaksanaan lelang sebanyak 7 kali. Aset Sitaan
Perpajakan tersebut berupa 3 rekening, 1 tanah dan 3 tanah beserta
bangunan. Yang dalam pelaksnaannya terdapat 3 aset yang terjual yaitu
berupa 3 rekening dan 4 aset yang tidak terjual berupa 1 tanah dan 3
tanah beserta bangunan.

67
68

4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat di atas, penulis memberikan
beberapa saran dan usulan yang dapat menjadi bahan pertimbangan bagi KPP
Pratama Semarang Selatan yaitu sebagai berikut:
1. Untuk dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar
pajak, pihak Kantor Pelayanan Pajak perlu meningkatkan penyuluhan
perpajakan untuk wajib pajak atau penanggung pajak. Mengingat
masih rendahnya kesadaran wajib pajak atau penanggung pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya, sehingga menimbulkan utang
pajak. Dengan peningkatan penyuluhan bermaksud untuk dapat
meminimalisir adanya utang pajak dan biaya penangihan pajak,
penyitaan aset wajib pajak, hingga pelaksanaan lelang aset wajib pajak,
yang dikarenakan wajib pajak atau penanggung pajak tidak melunasi
utang pajak dan biaya penagihan pajak yang ditanggungnya.
2. Selain itu juga Kantor Pelayanan Pajak juga dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat dengan adanya pelaksanaan seminar atau kelas
pajak baik secara langsung maupun secara online secara konsisten dan
terencana. Hal ini dimaksud dengan adanya pelaksanaan penyuluhan
secara konsisten dan terencana menjadikan masyarakat untuk lebih
memahami perpajakan sehingga dapat menumbuhkan kesadaran wajib
pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pajak. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Perubahan


Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan.
Direktorat Jenderal Pajak. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa.
Direktorat Jenderal Pajak. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-
04/PJ/2016 Tentang Surat, Daftar, Formulir, dan Laporan yang Digunakan
dalam Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
Kementerian Keuangan. Peraturan Pemerintah Nomor 136 Tahun 2000 Tentang
Tata Cara Penjualan Barang Sitaan yang Dikecualikan dari Penjualan
Secara Lelang dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
Kementerian Keuangan. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.
Kementerian Keuangan. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 106/PMK.06/2013
Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
93/PMK.06/2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.
Kementerian Keuangan. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 174/PMK.06/2010
Tentang Pejabat Lelang Kelas I.
Keraf, Gorys. 2011. Komposisi. Ende Flores: Nusa Indah.
Marzuki. 2000. Metodologi Riset. Yogyakarta: BPFE.
Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Resmi, Siti. 2017. Perpajakan: Teori dan Kasus Edisi: 10. Jakarta: Salemba Empat.

69
LAMPIRAN

70
Lampiran 1. Surat Permintaan Jadwal Waktu dan Tempat Pelelangan

71
Lampiran 2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan

72
Lampiran 3. Surat Teguran

73
Lampiran 4. Surat Paksa

74
Lampiran 5. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan

75
Lampiran 6. Berita Acara Pelaksanaan Sita

76
Lampiran 7. Standar Operasional Pemindahbukuan Barang Sitaan Berupa
Kekayaan Penanggung Pajak yang Disimpan di Bank

77

Anda mungkin juga menyukai