TUGAS AKHIR
Oleh:
i
ABSTRACT
The purpose of this study is to determine the suitability of the implementation of the
accounting system for cash expenditures in the Medan City Land Office with Regulation
of the Minister of Finance of the Republic of Indonesia No 190/PMK.05/2012. Data are
analyzed by using descriptive method. Data collection techniques are done through
interview and documentation techniques. The findings show that the cash expenditures
accounting system applied at the Medan City Land Office has been in accordance with
the Regulation of the Minister of Finance of the Republic of Indonesia No
190/PMK.05/2012.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan
karunia-Nya sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat
pada waktunya. Tugas akhir ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan program Diploma 3 Jurusan Akuntansi Program Studi
Akuntansi Politeknik Negeri Medan.
iii
Tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis berharap
adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi terwujudnya penulisan
yang baik dan benar. Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
dan dapat menambah wawasan serta informasi yang berguna bagi pembaca.
iv
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN
ABSTRAK ................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................... ii
v
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 13
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 13
3.1.1 Lokasi Penelitian ........................................................................... 13
3.1.2 Waktu Penelitian ........................................................................... 13
3.2 Jenis Data .............................................................................................. 14
3.3 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 14
3.4 Metode Pengolahan Data ...................................................................... 15
vi
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 39
LAMPIRAN ............................................................................................... 39
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Lambang Badan Pertanahan Nasional ............................... 20
Gambar 4.2 Butir Padi ........................................................................... 20
Gambar 4.3 Lingkaran Bumi ................................................................. 21
Gambar 4.4 Gelombang Hijau dan Biru ................................................ 21
Gambar 4.5 Sumbu ................................................................................ 21
Gambar 4.6 Bangunan Gedung dan Pohon ........................................... 22
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kota Medan ........ 41
Lampiran 2 Kwitansi Pembayaran ........................................................ 42
Lampiran 3 Surat Peritah Pembayaran.................................................. 43
Lampiran 4 Surat Perintah Membayar .................................................. 44
Lampiran 5 Surat Perintah Pencairan Dana .......................................... 45
Lampiran 6 Surat Kesediaan Dosen Pembimbing Utama .................... 46
Lampiran 7 Surat Kesediaan Dosen Pembimbing Pendamping ........... 47
Lampiran 8 Kartu Bimbingan Dosen Pembimbing Utama ................... 48
Lampiran 9 Kartu Bimbingan Dosen Pembimbing Pendamping.......... 49
Lampiran 10 Surat Kesediaan Menjadi Ketua Sidang ............................ 50
Lampiran 11 Surat Kesediaan Menjadi Ketua Penguji Sidang ............... 51
Lampiran 12 Surat Kesediaan Menjadi Anggota Penguji Sidang........... 52
Lampiran 13 Pernyataan Bebas Revisi Ketua Sidang .......................... 53
Lampiran 14 Pernyataan Bebas Revisi Ketua Penguji ......................... 54
Lampiran 15 Pernyataan Bebas Revisi Anggota Penguji ....................... 55
Lampiran 16 Formulir Bebas Revisi Penguji .......................................... 56
Lampiran 17 Biodata Mahasiswa ....................................................... ….57
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
Secara umum kas merupakan harta lancar perusahaan yang menarik dan mudah
diselewengkan. Hal itu karena banyaknya transaksi yang berkaitan dengan
pengeluaran kas. “Kas merupakan alat pertukaran yang dimiliki perusahaan dan
siap digunakan dalam transaksi perusahaan, setiap saat diinginkan.” (Rudianto,
2012:188)
Selain itu kas lebih mudah menjadi objek pencurian dibandingkan jenis aset yang
lainnya karena kebanyakan aset harus dikonversikan terlebih dahulu ke kas agar
dapat diuangkan. Untuk menjaga kas dari penyelewengan, maka diperlukan
sebuah sistem untuk mengawasi perputaran kas yang dilakukan
perusahaan/instansi. Perlu penerapan sistem pengeluaran kas yang baik sehingga
pengeluaran kas yang dilakukan oleh perusahaan dapat diawasi dan sesuai dengan
anggaran yang ada.
1
2
kegiatan perusahaan/intansi berasal dari APBN. APBN berisi daftar sistematis dan
terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu
tahun anggaran. Bendahara pengeluaran harus memiliki gambaran mengenai
berapa yang akan dikeluarkan untuk pembelanjaan setiap kegiatan sehingga
penyelewengan tidak terjadi dengan mudah. Salah satu contoh penyelewengan
pengeluaran kas yang terjadi di Sulawesi Tenggara.
Tim kejaksaan Negeri Kolaka, Sulawesi Tenggara, menetapkan dua orang sebagai
tersangka dalam dugaan penyelewengan dana kas RS Benyamin Ghuluh senilai
kurang lebih Rp 5 miliar. Sekitar 10 kali transaksi antara YS, mantan bendahara
rumah sakit dan SH, pimpinan PT BBM yang bergerak di bidang pengadaan obat-
obatan dan barang habis pakai dengan jumlah Rp 3,5 miliar. Namun tidak sesuai
dengan prosedur yang berlaku dan tidak ada kontrak kerjasama. Hanya dibuktikan
dengan kuitansi yang bertanda tangan YS dan SH, Dirut rumah sakit tidak ada.
Kebocoran anggaran sebesar Rp 3,5 miliar di rumah sakit ini ditemukan oleh
Badan Pemeriksaan Keuangan Sulawesi Tenggara. Secara tertulis, pihak rumah
sakit menunjukkan adanya dana tersimpan Rp 5 miliar. Setelah diminta untuk
menunjukkannya, pihak rumah sakit tidak dapat membuktikan. BPK
menyebutkan, temuan mereka adalah sekitar Rp 5 miliar. Namun Direktur RS
Benyamin Ghuluh yang telah dipecat, Asis Amin, mengatakan temuannya hanya
Rp 3,5 miliar. “Bukan 5 miliar, tapi hanya Rp 3,5 miliar,” kata Asis. (Kompas, 21
Juni 2016)
Agar tidak terjadi penyelewengan kas seperti kasus di atas maka diperlukan sistem
akuntansi pengeluaran kas yang baik. Pengeluaran kas harus dilaksanakan secara
efektif dan efisien agar tidak terjadi pemborosan anggaran. Oleh karena itu,
diperlukan suatu sistem yang memadai untuk dapat mengawasi pengeluaran kas
sehingga penyelewengan dan kecurangan dapat dihindarkan atau ditekan sekecil
mungkin.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis memilih Kantor Pertanahan Kota Medan
sebagai objek penelitian dalam menyusun laporan tugas akhir dengan memilih
3
judul tugas akhir yaitu “Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Pada Kantor
Pertanahan Kota Medan”.
2. Bagi Perusahaan
Perusahaan dapat menggunakan hasil penelitian tugas akhir ini sebagai
penilaian dan data masukkan untuk dapat mengukur, mengevaluasi dan bahan
acuan peninjauan ulang mengenai akuntansi pengeluaran kas pada Kantor
Pertanahan Kota Medan.
3. Bagi Pembaca
Sebagai bahan referensi bagi penulis selanjutnya khususnya tugas akhir
mengenai sistem akuntansi pengeluaran kas.
4
“Sistem adalah rangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling
berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai tujuan. Sistem memiliki
subsistem yang melakukan fungsi khusus untuk mendukung sistem.” (Romney
dan Steinbart, 2015:3)
“Sistem adalah kumpulan elemen yang saling berkaitan dan bekerja sama dalam
melakukan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan”. (Sujarweni, 2019:1)
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sistem terdiri dari
bagian bagian yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk melakukan
kegiatan dalam mencapai tujuan tertentu.
“Akuntansi sebagai suatu sistem dengan input data/informasi dan output berupa
informasi dan output berupa informasi dan laporan keuangan yang bermanfaat
bagi pengguna internal maupun eksternal entitas”. (Martani dkk, 2014 : 4)
5
6
“Kas merupakan aset yang paling likuid karena dapat digunakan untuk membayar
kewajiban perusahaan.” (Martani dkk, 2012:180)
“Kas adalah segala sesuatu (baik yang berbentuk uang atau bukan) yang dapat
tersedia dengan segera dan diterima sebagai alat pelunasan kewajiban pada nilai
nominalnya.” (Soermarso, 2009:296)
“Sistem akuntansi adalah sebuah ikhtisar yang terdiri dari catatan manual atau
komputerisasi transaksi keuangan untuk tujuan rekaman, mengkategorikan,
menganalisis dan melaporkan informasi manajemen keuangan yang tepat waktu.
Sistem akuntansi adalah metode dan prosedur untuk mencatat dan melaporkan
7
informasi keuangan yang disediakan bagi perusahaan atau suatu entitas bisnis.”
(Sibarani dan Sihar, 2015:6)
6. Bendahara Pengeluaran
Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan
mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan Belanja Negara dalam
pelaksanaan APBN pada kantor/Satker Kementerian Negara/Lembaga.
4. Penerbitan SP2D
KPPN menerbitkan SP2D setelah penelitian dan pengujian telah
memenuhi syarat. Pencairan dana berdasarkan SP2D dilakukan melalui
transfer dana dari Kas Negara pada bank operasional kepada rekening
pihak penerima yang ditunjuk pada SP2D.
2. Penilaian resiko
Pengendalian intern harus memberikan penilaian atas risiko yang dihadapi
unit organisasi baik dari luar maupun dari dalam.Penilaian risiko terdiri
dari
1) Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan penilaian risiko.
2) Penilaian risiko sebagaimana dimaksud adalah identifikasi risiko dan
analisis risiko.
3) Dalam rangka penelitian risiko sebagaimana dimaksud pimpinan
instansi pemerintahan menetapkan tujuan instansi pemerintah, dan
tujuan pada tingkatan kegiatan.
3. Kegiatan Pengendalian
1) Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan
pengendalian sesuai dengan ukuran, kompreksitas, dan sifat dari tugas
dan fungsi Instansi Pemerintah yang bersangkutan.
2) Penyelenggaraan kegiatan pengendalian sebagaimana dimaksud
sekurang-kurangnya memiliki karakteristik sebagai berikut:
(1) Kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok Instansi
Pemerintah.
(2) Kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian
risiko.
(3) Kegiatan pengendalian intern yang dipilih disesuaikan dengan
Sifat khusus Instansi Pemerintah.
(4) Kebijakan dan prosedur harus ditetapkan secara tertulis.
(5) Prosedur yang telah ditetapkan harus dilaksanakan sesuai yang
ditetapkan secara tertulis.
(6) Kegiatan pengendalian dievaluasi secara teratur untuk
memastikan bahwa kegiatan tersebut masih sesuai dan berfungsi
seperti yang diharapkan.
5. Pemantauan
1) Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan pemantauan Sistem
Pengendalian Intern
2) Pemantauan Sistem Pengendalian Intern yang dimaksud dilaksanakan
melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi, terpisah, dan tindak lanjut
rekomendasi hasil audit dan reviuw lainnya.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Tabel 3.1
Waktu Kegiatan Penulisan Tugas Akhir
13
14
2. Data Sekunder
“Data sekunder merupakan data yang didapat dari catatan, buku, majalah,
berupa laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, artikel,
buku-buku sebagai teori, majalah dan lain sebagainya” (Sujarweni, 2019:74).
Penelitian ini menggunakan data primer berupa hasil wawancara terkait akuntansi
pengeluaran kas yang dilakukan oleh perusahaan. Selain itu data sekunder juga
digunakan berupa sejarah perusahaan, profil perusahaan serta dokumen-
dokumen yang terkait topik pembahasan. Narasumber utama dalam penelitian ini
adalah bendahara pengeluaran pada bagian keuangan Kantor Pertanahan Kota
Medan.
2. Dokumentasi
“Teknik dokumentasi adalah metode pengumpulan data secara fakta dan data
tersimpan dalam bentuk dokumntasi, sebagian data berbentuk surat, catatan,
harian, arsip, foto, hasil rapat, jurnal, kegiatan dan sebagainya” (Sujarweni
2019:33).
Pada tahun 1993 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 1993, tugas
Kepala Badan Pertanahan Nasional kini dirangkap oleh Menteri Negara Agraria.
Kedua lembaga tersebut dipimpin oleh satu orang sebagai Menteri Negara
Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional. Dalam pelaksanaan tugasnya, Kantor
Menteri Negara Agraria berkonsentrasi merumuskan kebijakan yang bersifat
koordinasi, sedangkan Badan Pertanahan Nasional lebih berkonsentrasi pada hal-
hal yang bersifat operasional.
Pada tahun 1994, Menteri Negara Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional
menerbitkan Keputusan Menteni Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 5 Tahun 1994, tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Staf
Kantor Menteri Negara Agraria.
Pada tahun 1988 merupakan tonggak bersejarah karena saat itu terbit Keputusan
Presiden Nomor 26 Tahun 1988 tentang Badan Pertanahan Nasional, dan Badan
Pertanahan Nasional bertanggung jawab langsung dengan presiden.
1. Pada Tahun 1999 dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 154 Tahun 1999
tentang Perubahan Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1988. Kepala Badan
Pertanahan Nasional dirangkap oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
16
17
Pada tahun 2000, Badan Pertanahan Nasional beberapa kali mengalami perubahan
struktur organisasi. Keputusan Presiden Nomor 95 Tahun 2000 tentang Badan
Pertanahan Nasional mengubah struktur organisasi eselon satu di Badan
Pertanahan Nasional. Namun yang lebih mendasar adalah Keputusan Presiden
Nomor 10 Tahun 2001 tentang Pelaksanaan Otonomi Daerah Dibidang
Pertanahan. Disusul kemudian terbit Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, Dan Tata
Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, dan Keputusan Presiden Nomor 34
Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan memposisikan
BPN sebagai lembaga yang menangani kebijakan nasional di bidang pertanahan.
Pada 11 April 2006 terbit Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang
Badan Pertanahan Nasional yang menguatkan kelembagaan Badan Pertanahan
Nasional, di mana tugas yang diemban BPN RI juga menjadi semakin luas. BPN
RI bertanggung jawab langsung kepada Presiden, dan melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral, dengan
fungsi:
1. Perumusan kebijakan nasional di bidang pertanahan.
2. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanahan.
3. Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang pertanahan.
4. Pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang pertanahan
5. Penyelenggaraan dan pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaan di
bidang pertanahan.
6. Pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukurm.
7. Pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah, pelaksanaan penatagunaan
tanah, reformasi agraria dan penataan wilayah-wilayah khusus.
8. Penyiapan administrasi atas tanah yang dikuasai dan/atau milik negara/daerah
bekerja sama dengan Departemen Keuangan.
9. Pengawasan dan pengendalian penguasaan pemilikan tanah.
18
Pada 2 Oktober 2013 terbit Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2013 tentang
Badan Pertanahan Nasional yang mengatur fungsi Badan Pertanahan Nasional
sebagai berikut :
1. Penyusunan dan penetapan kebijakan nasional di bidang pertanahan.
2. Pelaksanaan koordinasi kebijakan, rencana program, kegiatan dan kerja sama
di bidang pertanahan.
3. Pelaksanaan koordinasi tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BPN RI.
4. Perumusan dan pelaksaan kebijakan di bidang survei, pengukuran dan
pemetaan.
5. Perumusan dan pelaksaan kebijakan di bidang penetapan hak tanah,
pendaftaran tanah, dan pemberdayaan masyarakat.
6. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengaturan, penataan dan
pengendaliaan kebijakan pertanahan.
7. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengadaan tanah bagi
pembangunan untuk kepentingan umum dan penetapan hak tanah instansi.
8. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengkajian dan penanganan
sengketa dan perkara pertanahan, pengawasan dan pembinaan fungsional atas
pelaksanaan tugas di bidang pertanahan.
9. Pelaksanaan pengkajian dan pengembangan hukum pertanahan.
10. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan.
11. Pelaksanaan pembinaan, pendidikan, pelatihan dan pengembangan sumber
daya manusia di bidang pertanahan.
1. Kemakmuran
2. Keadilan
3. Keberlanjutan
4. Harmoni Sosial
21
Gambar gelombang hijau dan biru. Hijau melambangkan lingkungan yang terjaga,
sedangkan biru melambangkan warna air. Memaknai tugas Kementrian ATR/BPN
yang berhubungan langsung dengan pemanfaatan ruang, tanah, udara dan air.
Gambar bangunan gedung dan pohon sebagai simbol kekuatan, tekad yang bulat,
keberlanjutan, dan sinergitas. Memaknai pelaksanaan serta konsisten dalam
menangani, menyelesaikan dan mengutamakan hak serta menuntaskan kewajiban
dengan penuh konsistensi, tertib, disiplin sesuai kebijakan yang berlaku. Lambang
ini juga bermakna penggunaan dan pemanfaatan tanah yang selaras sesuai dengan
tata ruang.
Adapun data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pegawai pada kantor
Badan Pertanahan Nasional Kota Medan yaitu:
4. Bendahara Pengeluaran
Bendahara Pengeluaran adalah orang yang bertanggung jawab untuk
menerima, membayarkan serta menatausahakan uang agar keperluan belanja
negara dalam pelaksanaan APBN pada kantor Badan Pertanahan Nasional.
Medan dengan dibuatnya diklat dan pelatihan baik itu keluar kota ataupun di
dalam instansi.
4) Struktur organisasi
Struktur organisasi pada Kantor Pertanahan Kota Medan menggunakan
struktur bagan. Pemberian tugas dan wewenang serta tanggungjawab
diberikan secara jelas. Struktur organisasi pada Kantor Pertanahan Kota
Medan yang menangani kas adalah bagian keuangan yang disebut sebagai
Pejabat Pembuat Komitmen dan bagian akuntansi yang disebut bendahara
pengeluaran.
2. Penilaian Resiko
Dalam melakukan penilaian resiko terhadap penyelewengan dan kecurangan
terhadap kas, maka Kantor Pertanahan Kota Medan melakukan hal sebagai
berikut:
1) Melakukan Rekonsiliasi Bank
2) Bukti pengeluaran kas harus ditandatangani oleh Kepala Bagian
Keuangan/PKK untuk menghindari kecurangan yang dilakukan oleh
pegawai, setiap bukti pengeluaran kas harus di stempel untuk menghindari
pembayaran ganda.
3) Adanya rekening bank Kantor Pertanahan Kota Medan yang memungkinkan
penyetoran setiap transaksi.
4) Bendahara pengeluaran kas menginput pengeluaran kas pada aplikasi
Sistem Laporan Bendahara Instansi (SiLaBI) dan harus berdasarkan bukti
30
pengeluaran kas yang telah diotorisasi oleh PPK. Kantor Pertanahan Kota
Medan harus melaporkan setiap pengeluaran kas ke KPPN setiap akhir
bulan melalui online dengan menggunakan aplikasi E-Rekon.
5) Bendahara pengeluaran kas menyimpan dana kas kecil pada brangkas yang
terkunci dan kunci tersebut tanggung jawab penuh serta hanya boleh
dipegang oleh bendahara pengeluaran.
3. KegiatanPengendalian
Prosedur dan pihak yang terkait merupakan salah satu dari komponen
pengendalian intern yaitu kegiatan pengendalian kepada setiap bidang atau
satuan kerja dapat diberikan uang persediaan. Dalam melaksanakan tugasnya
pemegang uang persediaan bertanggungjawab kepada bendahara pengeluaran.
Pengeluaran kas pada Kantor Pertanahan Kota Medan adalah pengeluaran kas
untuk uang persediaan.
5. Pemantauan
Audit eksternal melakukan pemantauan kerja seluruh bidang pada kantor
Pertanahan Kota Medan setiap tahunnya. Audit eksternal biasanya dilakukan
oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) sedangkan
audit internal biasanya dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia (BPN RI).
4.3 Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh, maka akan dibahas Sistem Akuntansi
Pengeluaran Kas pada Badan Pertanahan Nasional Kota Medan dengan
31
dalam hal sisa UP pada bendahara pengeluaran tidak cukup tersedia untuk
membiayai kegiatan yang sifatnya mendesak/tidak dapat ditunda
Kantor Pertanahan Kota Medan dalam proses pengeluaran kas pihak-pihak yang
terkait antara lain pegawai, Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat
Komitmen, Bendahara Pengeluaran, Petugas Pengelolaan Administrasi Belanja
Pegawai, Pejabat Penandatangan SPM.
Kantor Pertanahan Kota Medan dokumen sumber yang dijadikan dasar dalam
pencatatan transaksi belanja ini adalah sebagai berikut
1. Kwintansi
Kwintansi merupakan bukti pembayaran dari penerimaan sejumlah uang yang
ditandatangani oleh penerimanya dan diserahkan kepada bendahara.
Berikut ini adalah tabel perbandingan sistem akuntansi pengeluaran kas menurut
Peraturan Menteri Keuangan dan Kantor Pertanahan Kota Medan:
Tabel 4.1
Tabel Perbandingan Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas
Tabel 4.1
Perbandingan Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas
5.1 Simpulan
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan dianalisis maka dapat disimpulkan
bahwa penerapan sistem akuntansi pengeluaran kas pada Badan Pertanahan
Nasional Kota Medan telah sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia No. 190/PMK.05/2012.
5.2 Saran
Untuk meminimalisasi penyelewengan terhadap kas maka penulis mengusulkan
agar dilakukan pencatatan kedalam buku historis dan melakukan penjurnalan
sebagai verifikasi atas catatan yang dibuat bendahara pengeluaran agar laporan
atas penyelenggaraan pengeluaran kas dibuat dengan sebenar-benarnya tanpa ada
penyelewengan.
38
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Keuangan. 2012. Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2012/190~PMK.05~2012Per.HTM. Diakses
pada 11 Juli 2019 20:08
Renyowijoyo Muindro, 2013. Akuntansi Sektor Publik, Organisasi Non Laba, Edisi
ketiga, Jakarta:Penerbit Mitra Wacana Media.
Sibarani, Pirmadan Sihar Simamora. 2015. Sistem Informasi dan Pengendalian Internal.
Medan: BrataArdian.
Soemarso. 2009. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Salemba Empat
39
Sujarweni, V.Wiratna. 2019. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: PUSTAKA BARU
PRESS.
Warren, Carl S, Jamess M. Reeve dan Jonathan E. Duchac. 2015. Pengantar Akuntansi
Edisi Dua Puluh Lima. Jakarta: Salemba Empat
40
41
Demikianlah biodata ini saya buat dengan sebenarnya dengan penuh tanggung
jawab untuk dapat dipergunakan sesuai keperluan.
Christine R.F.Sinaga