Anda di halaman 1dari 77

PERBUATAN MELAWAN HUKUM (ONRECHTMATIGEDAAD)

TERHADAP SENGKETA KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH


(Studi Putusan Pengadilan Negeri Marisa Nomor: 11/Pdt.G/2019/PN.Mar)

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat


Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh:
AWALULKHAIRI SANTOSA PUTRA
C 100 217 412

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan

Dewan Penguji Skripsi Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Diajukan Oleh:

AWALULKHAIRI SANTOSA PUTRA

C100217412

Dosen Pembimbing

(Dr. Rizka , S.Ag., M.H)

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diterima dan disahkan oleh

Dewan Penguji Skripsi Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada :

Hari :

Tanggal :

Dewan Penguji:

1. Dr. Rizka , S.Ag., M.H ( )


(Ketua Dewan Penguji)

2. Syaifuddin Zuhdi, S.HI., M.HI ( )


(Anggota I Dewan Penguji)

3. Dr. Arief Budiono, S.H., M.H ( )


(Anggota II Dewan Penguji)

Mengetahui
Dekan Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Surakarta

iii
(Prof. Dr. Kelik wardinoto, S.H., M.H)
NIDN. 00261226801

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Awalulkhairi Santosa Putra

NIM : C100217412

Alamat : Jl. Cuwiri II No.09, Makamhaji Kartasura

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

memperoleh gelar akademik baik di Universitas Muhammadiyah

Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.

2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dari riset saya sndiri, tanpa

bantuan pihak lain Kecuali Dosen Pembimbing Skripsi.

3. Dalam Karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis

atau di publikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas,

dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebut nama pengarang

dan judul buku aslinya dan di cantumkan dalam daftar Pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apa bila dikemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka

saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar

iv
akademik yang telah saya peroleh dari karya tulis saya ini, serta sanksi

lainya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Surakarta, Desember 2022

Penulis,

Awalulkhairi Santosa Putra

C 100217412

MOTTO

“Janganlah Engkau Bersedih Sesungguhnya Allah Bersama kita”

(QS. At-Taubah: 40)

“Never Say Never”

(Awalulkhairi Santosa Putra)

v
HALAMAN

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, rejeki, serta sehat bagi

penulis sehingga medaptkan kelancaran dan dapat menyelesaikan skripsi

ini

2. Orang tua saya tercinta yang selalu memperjuangkan dan memberikan

bekal yang terbaik untuk anaknya. Skripsi ini sebagai bukti tanggung

vi
jawab saya kepada orang tua dan bukti perjuangan orang tua saya tidak

sia-sia.

3. Teman-teman Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

Angkatan 2015.

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillah puji syukur atass kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

vii
skripsi yang berjudul “PERBUATAN MELAWAN HUKUM

(ONRECHTMATIGEDAAD) TERHADAP SENGKETA KEPEMILIKAN

HAK ATAS TANAH” Sholawat serta salam tetap tercurahkan pada junjungan

kita Nabi Muhammad SAW yang senantiasa memberi jalan untuk terang untuk

kita semua.

Skripsi ini disusun sebagai persyaratan untuk mencapai derajat Sarjana

Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi ini

dapat penulis selesaikan bukan ata usaha dan doa penulisi saja melainkan berkat

doa dan dukungan dari lingkup penulis. Pleh karena itu, penulis mengucapkan

terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sofyan Arif, M.Si selaku Rektor Fakultas Hukum

Muhammadiyah Surakarta.

2. Bapak Prof. Dr Kelik Wardiono, S.H., M.H selaku Dekan Fakultas Hukum

Muhammadiyah Surakarta.

3. Bapak Andria Luhur Prakoso, S.H.,M.Kn selaku Ketua Prodi Fakultas

Hukum Muhammadiyah Surakarta.

4. Ibu Dr. Rizka, S. Ag., M.H selaku Dosen Pembimbing penulis yang

dengan sabar selalu memberi arahan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Staf Tata Usaha Fakultas Hukum Muhammadiyah

Surakarta yang selalu sabar dalam memberikan segala informasi yang

dibutuhkan oleh penulis selama kuliah.

viii
6. Kedua Orang tua serta keluarga yang telah memberikan doa, dukungan,

semangat, dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.

7. Sonia Lewinsky yang telah menemani saya dalam berproses dan memberi

semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. M. Zaki yang telah yang selalu membantu, memberi motivasi, serta arahan

penulis dalam pembuatan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat Angjatan 2015 saya yang telah memberi motivasi,

dukungan, semangat, serta nasehat sehingga penulis dapat meyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

Wassalamu’alaikum WR. Wb

Surakarta, Desember 2022

Penulis

Awalulkhairi Santosa Putra

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

PERNYATAAN ............................................................................................... iv

MOTTO ....................................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

ABSTRAK ....................................................................................................... xi

ABSTRACT ..................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................ 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah......................................... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................ 4

D. Kerangka Pemikiran................................................................ 5

E. Metode Penelitian.................................................................... 7

F. Sistematika Skripsi.................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 10

A. Tinjauan Umum Tentang Perbuatan Melawan Hukum............ 10

B. Tinjauan Umum Tentang Jual Beli Tanah di Bawah Tangan 16

C. Tinjauan Umum Tentang Hak Milik Atas Tanah..................... 20

D. Tinjauan Umum Tentang Sengketa Tanah............................... 23

x
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................. 27

A. Unsur Perbuatan Melawan Hukum (Onrechtmatigedaad)

dalam Putusan Nomor 11/Pdt.G/2019/PN.Mar....................... 27

B. Pertimbangan Hukum Pengadilan dalam Putusan Nomor:

11/Pdt.G/2019/ PN Mar Serta Jual Beli dalam Kepemilikan

Hak Atas Tanah tersebut Sah dan Mempunyai Kekuatan

Hukum yang Mengikat............................................................ 36

BAB IV PENUTUP..................................................................................... 45

A. Kesimpulan............................................................................... 45

B. Saran ........................................................................................ 47

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 48

xi
Abstrak

Dalam perkara soal tanah, sering kali dikaitkan dengan perkara perdata yang

masuk dalam bidang perbuatan melawan hukum (Onrechtmatigedaad), Pasal

1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer). Melihat Putusan

mengenai perbuatan melawan hukum dalam hal sengketa tanah berdasarkan

Putusan Pengadilan Marisa Nomor: 11/Pdt.G/2019/PN Mar, hakim Pengadilan

Negeri Marisa memutus bahwa Tergugat telah melakukan Perbuatan Melawan

Hukum terhadap hak atas tanah yang dimiliki oleh Penggugat. Riset ini

menggunakan metode pendekatan yuridis normatif yang sumber data utamanya

adalah data sekunder yakni norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan

perundang-undangan dan putusan pengadilan serta norma-norma hukum yang ada

di dalam masyarakat. Dari riset ini diperoleh hasil bahwa penulis menguraikan

unsur-unsur dari setiap perbuatan melawan hukum dalam Pasal 1365 KUHPerdata

dari kasus perkara nomor: 11/Pdt.G/2019/PN.Mar. Maka benar bahwa Tergugat

telah terpenuhi semua unsur dalam melakukan perbuatan melawan hukum. Bahwa

menurut Majelis Hakim dalam pertimbangan hukumnya perjanjian jual beli

dibawah tangan terhadap hak atas tanah sah dan memiliki kekuatan hukum yang

mengikat sepanjang perjanjian tersebut dilakukan dengan cara terang dan tunai

yang disaksikan dan diketahui oleh kepada Desa. Sehingga kepemilikan hak atas

tanah milik Pengguat sah menjadi miliknya.

Kata Kunci: Perbuatan Melawan Hukum, Hak Milik, Sengketa Tanah

xii
Abstract

In cases involving land, it is often associated with civil cases that fall into the field

of unlawful acts (Onrechtmatigedaad), Article 1365 of the Indonesian Civil Code

(KUHPer). Seeing the decision regarding unlawful acts in terms of land disputes

based on the Marisa Court Decision Number: 11/Pdt.G/2019/PN Mar, the Marisa

District Court judge ruled that the Defendant had committed an Unlawful Act

against the land rights owned by the Plaintiff. This study uses a normative

juridical approach with the main data source being secondary data, namely legal

norms contained in laws and regulations and court decisions as well as legal

norms in society. From this research, the results were obtained that the author

described the elements of each unlawful act in Article 1365 of the Civil Code

from case number: 11/Pdt.G/2019/PN.Mar. So it is true that Defendant has

fulfilled all the elements in committing an unlawful act. Whereas according to the

xiii
Panel of Judges in their legal considerations the private sale and purchase

agreement on land rights is legal and has binding legal force as long as the

agreement is carried out in a clear and cash manner which is witnessed and known

by the Village. So that the ownership of land rights belonging to the plaintiff

legally becomes his.

Keywords: Act againts the law, rights of ownership, land dispute

xiv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah sebuah yang berlandaskan dengan hukum atau

sering dikenal sebagai negara hukum. Hal ini tersirat pada Pasal 1 ayat (3) jo.

Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 (UUD 1945) yang menjelaskan bahwa segala warga negara bersamaan

kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung

hukum. Ketentuan itu pula menekankan sebuah kewajiban tanpa terkecuali

dan kembali ditegaskan pada Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 yang menjamin

hak dari setiap warga masyarakat atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan

kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.

Hukum adalah himpunan peraturan yang di susun serta di ciptkan oleh negara

atau pemerintah secara resmi melalui perwakilan negara yaitu lembaga atau

institusi resmi atau institusi hukum untuk mengatur tingkah laku manusia

dalam masayarakat, bersifat memaksa dan memiliki sanksi yang harus

dipenuhi oleh masyarakat.1

Konsekuensi wajib Indonesia sebagai negara hukum maka apabila terdapat


i i i i i i i i i

perbuatan yang bertentangan atas konstitusi sebagai dasar hukum yang paling
i i i i i i i i

hakiki maka menjadi seuah perbuatan yang melanggar. Negara hukum


i i i i i i i

merupakan sebuah konsep yang memiliki paradigma berupa negara beserta


i i i i i i i

elemennya yaitu pemerintah tidak diperbolehkan melakukan sesuatu hanya


i i i i i i i i

1
Meri M Imun, Handayani, Irwan Hadi, Rudy Hidana, Anna Yulianna, Diana Haiti, Zuardin Arif,
Slamet Yuswanto, Sapto Hermawan, Rospita Adelina Siregar, nandang Ihwanudin, Muchtar
Anshary Hamid Labetubun, 2020, Etika Profesi Dan Aspek Hukum Bidang Kesehatan, Bandung:
Widina Bhakti Persada, hal 11.
2

pada kekuasaannya saja, melainkan harus didasari pada norma atau peraturan i i i i i i i

baik undang-undang sebagai aturan teknis dari UUD 1945 ataupun UUD
i i i i i i i i i i i i i

1945itu sendiri.2 i i i i

Atas dasar konsep negara hukum maka negara harus berperan aktif dalam i i i i

segala ranah kehiduan masyarakatnya sesuai yang di amanahkan oleh Undang- i i i i i i

Undang Dasar Negara Republik Indonesia untuk kesejahteraan umum.


i i i i i i i i i

Perwujudan agar terwujudnya kesejahteraan umum yaitu adanya lembaga


i i i i i i i i

pengadilan, dalam pengadilan terdapat hakim yang berfungsi untuk i i i i i i i

memeriksa mengadili dan memutus suatu sengketa atau perkara.


i i i i i i i i

Atas dasar kebutuhan terhadap tanah yang ti nggi, negara memberikan i i i i i

suatu jaminan serta perlindungan terhadap hak warga negara tersebu t untuk
i i i i i i i i

mendapatkan, mempunyai, dan menikmati hak milik atas tanah. Hal tersebut i i i i i i i

dibuktikan dengan pengaturan yang ada pada konstitusi. Sehingga ketika


i i i i i i i i i

berbicara mengenai soal hak atas tanah tidak jarang menimbulkan


i i i i i

permasalahan antara para pihak. Hak atas tanah merupakan sebuah hak yang i i i

memberi wewenang kepada pemilik hak untuk menggunakan tanah tersebut i i i i i i i

secara seutuhnya atau diartikan sebagai pemilik hak berhak untuk menguasai, i i i i i i i i i i i i

menggunakan, atau mengambil manfaat dari tanah yang ia miliki tersebut.3


i i i i i i i i i

Tanah yang memiliki banyak manfaat penting bagi kehidupan membuat i i i i i i i i

manusia memiliki hasrat untuk dapat memiliki dan menguasai tanah. Upaya
i i i i i i i i i i i i i

guna memnuhi hasrat tersebut dapat dilakukan melalui banyak cara dan cara
i i i i i i i i

yang paling sering dilakukan atau memiliki dasar yang kuat adalah melalui i i i i i i i i i i i

2
I Wayan Nanda D, Zainab Ompu Jainah, Anggalana, “Perbuatan Melawan Hukum Dalam
Sengketa Tanah Lapangan Bola Kab. Lampung Selatan (Studi Putusan Nomor: 17/pdt.g/2020/PN
Kla)”, Maqasidi, Vol. 1, No. 2 (2021) hal. 112
3
Urip Santoso, 2005, Hukum Agraria dan Hak-Hak Atas Tanah, Jakarta: Media, hal. 82
3

jual beli. Dengan cara jual beli, pemilik tanah beralih dari satu pihak ke pihak
i i i i i i i i i i i

lain. i

Dalam perkara soal tanah, sering kali dikaitkan dengan perkara perdata i i i i

yang masuk dalam bidang perbuatan melawan hukum (Onrechtmatigedaad),


i i i i i i

Pasal 1365 KUHPer mengatur bahwa apabila terdapat suatu perbuatan yang i i i i i i

menimbulkan kerugian pada orang lain, maka si pembuat perbuatan tersebut


i i i i i i i i i

wajib memberikan ganti rugi kepada yang dirugikan akan adanya perbuatan
i i i i i i i i i

tersebut. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) merupakan rangkaian norma-norma


i i i i i i i

hukum yang mengatur mengenai hubungan hukum antara satu subyek dengan
i i i i i i i i i i

subyek lain, dengan menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan.4


i i i i i

Sengketa tanah yang kemudian disebut sengketa adalah sebuah i i i i i

perselisihan pertanahan antara orang perseorangan, badan hu kum, atau


i i i i i

lembaga yang tidak berdampak luas. Sehingga dapat dikatakan bahwa sebuah i i i i i

sengketa tanah adalah sebuah perselisihan antara perseorangan atau lembaga i i i i

terkait tanah.. Sengketa tanah banyak terjadi di Indonesia, hal ini disebabkan
i i i i i i i i

karena tanah jumlah luasan tanah yang sedikit atau tidak bertambah namun i i i i i i i

secara bersamaan jumlah manusia setiap hari selalu meningkat. Oleh sebab i i i i i i i

itu, persoalan mengenai sengketa tanag jumlahnya kan terus meningkat seiring
i i i i i i i i

pertambahan jumlah manusia itu sendiri serta dikarenakan kepentingan orang


i i i i i i i i i

perseorangan maupun badan hukum terkait tanah yang akan digunakan.5 i i i i i i i

4
Rizky Reza Pahlevi, Zulfi Diane Zaini, Recca Ayu Hapsari, “Analisis Perbuatan Melawan Hukum
(Onrechtmatigedaad) Terhadap Sengketa Kepemilikan Hak Atas Tanah”, Pagaruyuang Law
Journal, Vol. 5, No.1, (Juli 2021), hal. 18
5
Sholih Mu’adi, 2010, Penyelesaian Sengketa Hak Atas Tanah Perkebunan Dengan Cara Litigasi
dan Non Litigasi, Jakarta: Prestasi Pustakaraya, hal. 7
4

Berbagai ragam sengketa hak atas tanah, baik terkait sengketa perebutan
i i i i

hak, sengketa status tanah maupun bentuk sengketa lainnya. Dari aspek i i i i i i

subyek hukum pun sengketa tersebut akan melibatkan banyak pihak


i i i i i i i

diantaranta masyarakat, pemerintah, institusi lain non pemerintah dan


i i i i i i i i

jumlahnya akan terus meningkat.6 menurut Rusmandi Murad sengketa tanah


i i i i i i i i

ialah “sebuah permasalahan yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang
i i i i i i i

merasa dirugikan pihak-pihak tersebut atas pemanfaatan dan penguasaan hak


i i i i i i i

atas tanahnya, kemudian diselesaikan dapat melalui dua cara yaitu melalui i i i i i i i i i i i

musyawarah atau melalui pengadilan”.7


i i i i i

Melihat Putusan mengenai perbuatan melawan hukum dalam hal sengketa


i i i i i i i

tanah berdasarkan Putusan Pengadilan Marisa Nomor: 11/Pdt.G/2019/PN Mar, i i i i

hakim Pengadilan Negeri Marisa memutus bahwa Tergugat telah melakukan


i i i i i i i i

Perbuatan Melawan Hukum terhadap hak atas tanah yang di miliki oleh
i i i i i i i

Penggugat. Majelis Hakim dalam menjatuhkan putusan perdata ini tentunya


i i i i i i i i i

telah memeriksa fakta-fakta di persidangan melalui surat, keterangan saksi i i i i i i i

yang dihadirkan di persidangan. Setelah Majelis Hakim mempertimbangkan


i i i i i i i

fakta-fakta yang hadir dipersidangan disertai dengan adanya alat bukti maka i i i i i i i

majelis hakim memutuskan bahwa Tergugat telah melakukan perbuatan


i i i i i i i

melawan hukum dalam hal sengketa tanah. i i

Sesuai dengan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
i i i i i i i i i i

mengadakan riset yang berjudul “ PERBUATAN MELAWAN HUKUM i i i i i i

(ONRECHTMATIGEDAAD) TERHADAP SENGKETA KEPEMILIKAN i i i

6
Rizky Reza Pahlevi, Zulfi Diane Zaini, Recca Ayu Hapsari, Op.Cit., hal. 20
7
Rusmandi Murad, 1991, Penyelesaian Sengketa Hukum Atas Tanah, Bandung: Alumni, hal. 2
5

HAK ATAS TANAH (STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI MARISA i i i i i i i

NOMOR: 11/PDT.G/2019/PN.MAR)”

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah digunakan untuk lebih memfokuskan riset kepada i i i i i i i

pokok permasalahan secara spesifik. Dalam riset mengenai perbuatan i i i i i

melawan hukum terhadap sengketa kepemilikan hak atas tanah ini penulis
i i i i i i i i

akan membatasi masalah hanya terbatas kepada ruang lingkup unsur sifat i i i i i i i

melawan hukum (Onrechtmatigedaad) dan menganalisis pertimbangan


i i i i i i

majelis hakim mengenai kepemilikan hak atas tanah tersebut apakah sah
i i i i i i

dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat dalam Putusan i i i i i i i i

Pengadilan Negeri Marisa Nomor: 11/Pdt.G/2019/PN Mar.


i i i

2. Rumusan Masalah
i i

Dengan penjelasan yang digambarkan pada latar belakang serta i

pembatasan masalah yang menjadi batasan penulis dalam riset ini, maka i i i i i i

rumusan masalah dalam riset ini antara lain:


i i i i i i

a. Bagaiman perbuatan melawan hukum (Onrechtmatigedaad) itu


i i i i i i i

ditunjukkan dalam Putusan Nomor: 11/Pdt.G/2019/PN Mar?


i i i i i

b. Bagaimana pertimbangan hukum pengadilan dalam Putusan Nomor:


i i i i i i i

11/Pdt.G/2019/PN Mar dan apakah jual beli dalam kepemilikan hak i i i i

atas tanah tersebut sah dan mempunyai kekuatan hukum yang i i i i i i

mengikat? i
6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Riset
i i i

Untuk i i mengetahui i i unsur


i i perbuatan i melawan hukum i i

(Onrechtmatigedaad) yang menjadi landasan dalam Putusan tersebut, dan


i i i i i

untuk mengetahui pertimbangan hukum pengadilan dalam Putusan


i i i i i i i i i i

tersebut serta mengetahui apakah jual beli dalam kepemilikan hak atas
i i i i i i i

tanah tersebut sah dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat.


i i i i i i i

2. Manfaat riset i

Berdasarkan uraian di atas, maka manfaat yang diharapkan dalam riset i i i i i

hukum ini adalah


i i i i

a) Manfaat Teoritis i i

1) Riset ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi


i i i i i i i

masyarakat mengenai analisis yuridis terhadap mengetahui i i i i i i i i

unsur perbuatan melawan hukum (Onrechtmatigedaad) yang


i i i i i i

menjadi i landasan dalam Putusan i i tersebut, i dan untuk i i

mengetahui pertimbangan hukum pengadilan dalam Putusan i i i i i i i i

Nomor: 11/Pdt.G/2019/PN Mar, serta mengetahui apakah jual i i i

beli dalam kepemilikan hak atas tanah tersebut sah dan


i i i i

mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. i i i i i i

2) Menjadi rujukan bagi peneliti selanjutnya, dan memberikan i i i i i i i i

pengetahuan serta pemikiran yang bermanfaat di bidang ilmu i i i i i i i

hukum yang berkaitan dengan mengetahui unsur perbuatan


i i i i i i i i

melawan hukum (Onrechtmatigedaad), dan melihat sisi apakah i i i i i i


7

jual beli dalam kepemilikan hak atas tanah tersebu t sah dan
i i i i i

mempunyai kekuatan hukum yang mengikat.


i i i i i i

b) Manfaat Praktis i

1) Memberikan pengetahuan bagi penulis untuk menjawab pokok


i i i i i i i

permasalahan yang dikaji i i

2) Mengembangkan pola pikir dan penalaran yang terukur dan i i i i

sistematis bagi peneliti dalam membuat karya tulis.


i i i i i i i i

D. Kerangka Pemikiran

Putusan Pengadilan Negeri Marisa No. 11/Pdt.G/2019/PN Mar

Perbuatan Melawan Hukum dalam KUHPer:

Unsur Perbuatan Melawan Segi


HukumHukum jual beli dalam kepemilikan tanah yang menjadi sengketa
8

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas bahwa perbuatan melawan hukum i i i i i i

yang dilakukan tergugat diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata. Melihat pada
i i i i i i i

Putusan Nomor: 11/Pdt.G/2019/PN Mar, dimana tergugat terbukti melakukan


i i i i i i i

perbuatan melawan hukum karena menganggap jual beli yang dilakukan oleh
i i i i i i i

Penggugat dengan Turut tergugat adalah tidak sah dan tidak memilki kekuatan
i i i i i i i i i

hukum yang mengikat. Sehingga ganti kerugian yang dijanjikan oleh tergugat
i i i i i i i i i i

karena tanah yang dimiliki penggugat akan terkena dampak luapan air dari i i i i i i i i

proyek pemerintah berupa pembuatan bendung dan jaringan irigasi randangan i i i i i i i i

ditunda dibayarkan oleh tergugat kepada penggugat.


i i i i i

Perbuatan melawan hukum (Onrechtmatigedaad) menurut Pasal 1365


i i i i i i

KUHPerdata adalah “tiap perbuatan yang menimbulkan kerugian pada orang


i i i i i i i

lain, mewajibkan orang yang bersalah menimbulkan kerugian itu, mengganti


i i i i i i i i i

kerugian tersebut”. Berdasarkan rumusan Pasal ini, kita dapat mengetahui


i i i i i i i i i i

bahwa suatu perbuatan dapat dikatakan melawan hukum apabila memenuhi


i i i i i i i i i

empat unsur berikut:8 i i i i

1. Perbuatan ini harus melawan hukum (Onrechtmatigedaad); i i i i i i i

2. Perbuatan itu harus menimbulkan kerugian; i i i i i i i i

3. Perbuatan itu harus dilakukan dengan kesalahan; i i i i i i

4. Antara perbuatan dan kerugian yang timbul harus ada hubungan i i i i i i i i

kausal. i

Salah satu saja dari unsur-unsur ini tidak terpenuhi, mana perbuatan itui i i i i i i i i i i i i i

tidak dapat dikatakan perbuatan melawan hukum.


i i i i i

8
Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum Perdata Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, hal.
3-4
9

Dalam perbuatan melawan hukum. Teori “Schutznorm” atau disebut juga i i i i i i i i i

dengan ajaran “relativitas” berasal dari hukum Jerman, yang dibawa ke negeri i i i i i i i

Belanda oleh Gelein Vitringa. Kata “schutz” secara harfiah berarti i i i i i i

“perlindungan”. Sehingga dengan istilah “Schutznorm” ini mengajarkan


i i i i i i i i

bahwa agar seseorang dapat dimintakan pertanggungjawabannya karena telah i i i

melakukan perbuatan melawan hukum (Pasal 1365 KUHPerdata), maka tidak


i i i i i i

cukup hanya menunjukkan adanya hubungan kausal antara perbuatan yang


i i i i i i i i

dilakukan dengan kerugian yang timbul. Akan tetapi, perlu juga ditunjukkan
i i i i i i i i i i i i

bahwa norma atau peraturan yang dilanggar tersebut dibuat memang untuk i i i i i i i i

melindungi (schutz) terhadap kepentingan korban yang dilanggar.9


i i i i i i

Prof. Wirjono Prodjodikoro menjelaskan jika “dikarenakan KUHPerdata i i i i i

tidak memberikan indikasi tentang berlaku atau tidaknya teori Schutznorm,


i i i i i i i i i i

maka majelis hakim tidak diwajibkan atau bahkan diperbolehkan untuk tidak i i i i i i i i i i

menerapkan teori ini”. Hakim diperbolehkan menggunakan teori ini pada i i i i i i i i i

kasus-kasus tertentu saja yang menjadi salah satu dari beberapa alternatif alat
i i i i i i i

penolong dalam mewadahi eksistensi unsur keadilan dalam putusannya yang i i i i i i i i

menyangkut dengan perbuatan melawan hukum.10 i i i i

Kemudian unsur-unsur pokok dalam perjanjian jual beli adalah barang dan
i i i i i i i i i

harga, sesuai dengan asas konsensualisme (kesepakatan). Sifat dari konsensual


i i i i i i i

jual beli tersebut ditegaskan dalam Pasal 1458 KUHPerdata yang berbunyi:
i i i i i i i

“Jual beli dianggap sudah terjadi antara kedua belah pihak seketika setelahnta
i i i i i i i i

9
Munir Fuady, 2013, Perbuatan Melawan Hukum: Pendekatan Kontemporer, Bandung: Citra
Aditya Bakti, hal. 14
10
Wirjono Prodjodikoro, 2000, Perbuatan Melanggar Hukum, Bandung: Mandar Maju, hal. 16
10

mereka mencapai sepakat tentang barang dan harga, meskipun barang itu i i i i i

belum diserahkan maupun harganya belum dibayar”


i i i i i i

E. Metode Penelitian

Riset hukum adalah sebuah upaya untuk menemukan aturan, prinsip-


i i i i i i i i i i i

prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum yang kemudian memiliki


i i i i i i i i i i i i i i i

tujuan untuk melahirkan sebuah argumentasi, teori atau konsep baru sebagai
i i i i i i i i i i i i

preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi:11


i i i i i

Sebuah riset dibutuhkan sebuah metode sebagai dasar pedoman melakukan


i i i i i i i i

riset serta berguna untuk memperoleh hasil riset yang baik. Metode riset
i i i i i i i i

haruslah tepat agar menciptakan hasil riset yang baik. Dalam riset ini metode
i i i i i i i i

riset yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut:


i i i i i i i i

1. Jenis Riset i i

Riset ini menggunakan jenis riset yuridis normatif yaitu sebuah riset
i i i i i i i i i i i i i i

yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan i i i i

perundang-undangan dan putusan pengadilan serta norma-norma hukum


i i i i i i i

yang ada di dalam masyarakat.12 Dalam riset ini penulis akan i i i i i i

mendeskripsikan i i mengenai i perbuatan i melawan hukumi i

(Onrechtmatigedaad) terhadap sengketa kepemilikan hak atas tanah (studi i i i i i

kasus Pengadilan Negeri Marisa Nomor: 11/Pdt.G/2019/PN Mar)


i i i i

2. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang diterapkan penulis dalam riset adalah metode i i i i

riset hukum doktrinal mengambil unsur perbuatan melawan hukum


i i i i i i i i i i

11
Peter Mahmud Marzuki, 2007, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, hal. 25.
12
Zainuddin Ali, 2016, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, hal 105.
11

(Onrechtmatigedaad) melalui produk hukum berupa putusan pengadilan i i i i i i i i i i

dan peraturan perundang-undangan i i i

3. Sumber Data i

Sumber data yang digunakan penulis dalam melakukan riset ini adalah
i i i i i i i i i

sebagai berikut: i i i

Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh penulis melalui bahan
i i i i i i

pustaka13, karena riset ini mengkaji putusan pengadilan yaitu Pengadilan


i i i i i i i i i i i

Negeri Marisa Nomor: 11/Pdt.G/2019/PN Mar sehingga data riset ini


i i i i i i

adalah data sekunder yang terdiri dari: i i i i

a) Bahan Hukum Primer: i i i

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)


i i i i i i

2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar


i i i i

Pokok-Pokok Agraria i

b) Bahan Hukum Sekunder i i i

Bahan-bahan yang memberikan penjelasan terhadap bahan i

hukum primer, yang berupa literatur-literatur, jurnal dan sumber


i i i i i i i i i i

dari web yang relevan dengan masalah riset


i i

c) Bahan Hukum Tersier i i i

Bahan hukum yang menunjang bahan-bahan sekunder seperti i i i i i

kamus hukum atau black law dictionar


i i i i i i

4. Metode Pengumpulan Data i i

Riset ini menggunakan studi kepustakaan yang bersumber pada peraturan


i i i i i i i i i

perundang-undangan, buku-buku, dokumen resmi, publikasi, dan hasil


i i i i i i i i i i i i

13
Ibid, hal. 23.
12

riset.14 Penulis akan mencari, mencatat, mengintervensi dan mempelajari


i i i i i i i

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berkaitan dengan perbuatan


i i i i i i i

melawan hukum (Onrechtmatigedaad) i i i

5. Metode Analisis Data i i

Metode yang digunakan penulis melakukan analisis data adalah i i i i i i i

metode deduktif yaitu menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang


i i i i i i i i i i

bersifat umum terhadap permasalahan konkret yang sedang dihadapi.15


i i i i i

F. Sistematika Skripsi

Sistematika merupakan sebuah gambaran atau struktur dalam sebuah riset


i i i i i i i i i

yang bertujuan untuk memberikan gambaran dari sebuah riset yang dilakukan.
i i i i i i i i i i

Adapun sistematika dalam riset ini dapat digambarkan sebagai berikut :


i i i i i i i i i i

BAB I i PENDAHULUAN i i

Dalam BAB I riset ini akan dijelaskan terlebih dahulu i i i i i i i i

dalam sub-bab pendahuluan yang berupa latar belakang i i i i

permasalahan yang diteliti, kemudian akan dijelaskan i i i i i i

mengenai pembatasan masalah dari riset beserta rumusan


i i i i i

masalah, tujuan, manfaat riset, kerangka berfikir, metode i i i i i

riset serta sistematika skripsi.


i i i i i

BAB II i i TINJAUAN PUSTAKA i i i

Dalam BAB II terdiri dari Tinjauan Pustaka. Tinjauan i i i i i i i i i i

Pustaka mengurainkan mengenai tinjauan umum tentang


i i i i i i i i

14
Ibid, hal. 107
15
Johnny Ibrahim,2007, Teori & Metodelogi Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayumedia
Publishing, hal.104
13

Unsur Perbuatan Melawan Hukum (Onrechtmatigedaad),


i i i i i i

tinjauan umum tentang jual beli, tinjauan umum tentang hak


i i i i i i i i i i

atas tanah, dan tinjauan umum tenang sengketa tanah i i i i

BAB III
i i i HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN i i i

Pada BAB III akan terdiri dari sub-bab hasil riset serta i i i i i i i i i

pembahasan. Dalam sub-bab hasil riset dan pembahasan i i i

penulis akan mendeskripsikan, membahas dan menganalisa


i i i i i

masalah yang diangkat dengan menggunakan teori-teori i i i i

dari kajian pustaka.


i i i

BAB IV
i PENUTUP i i

Pada BAB IV terdiri dari sub-bab penutup. Dalam i i i i i i i

sub-bab penutup penulis akan memberikan sebuah simpulan


i i i i i i i i i

dari hasil riset serta pembahasan yang telah dilakukan


i i i i i

dimana kemudian penulis akan memberikan saran kepada


i i i i i i

pihak yang berkaitan dalam penulisan skripsi ini.


i i i i i i i i
14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Perbuatan Melawan Hukum

Hukum berfungsi sebgai icon dalam proses penyelesian masalah atau


i i i i i i i i

pertikaian diantara masyarakat maupun yang bermasalah dengan negara,


i i i i i

sehingga dapat mengiringi masyarakat yang sifatnya selalu dinamis


i i i i i i i i

(berkembang). secara garis besar fungsi hukum sebagai: i i i i i i

1) Sebagai Alat Ketertiban Dan Keteraturan Msayarakat


i i i

Hal ini digambarkan karena sifat dan watak hukum yang memberi
i i i i i i i

pedoman dan petunjuk tentang bagaimana berperilaku di dalam i i i i i i

masyarakat. Menunjukkan mana yang baik dan mana yang tercela i i i

melalui normanya yang mengatur pemerintah-pemerintah ataupun


i i i i i i i

larangan-larangan sedemikian rupa, sehingga warga masyarakat diberi i i i i i i

petunjuk untuk bertingkah laku.16 17


i i i i i i

2) Sebagai Sarana Mewujudkan Keadilan Sosial Lahir Dan Batin


i i i i i i i

Hukum dengan sifat dan wataknya yang antara lai n memiliki daya
i i i i i i i

mengikat baik fisik maupun psikologis. Bias menjatuhkan hukuman


i i i i i i i i i i i i

nyata dan takut berbuat yang merupakan kekangan. Daya mengikat i i i i

dan bila perlu memaksa, ini adalah watak hukum yang bias menangani
i i i i i i i i

16
Soedjono Dirjosisworo, 2010, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Raja Grafindo, hal 155.
17
Ibid, hal 155.

10
15

kasus- kasus nyata dan memberi keadilan, harus membayar dan


i i i i i

sebagaimana , sedemikian rupa, sehingga dapat mewujudkan i i i i i i i

keadilan.18 i

3) Sebagai Penggerak Pembangunan i i

Daya mengikat dan memaksa dari hukum dapat digunakan atau i i i i i i i

didayagunakan untuk menggerakkan pembangunan. Disini hukum


i i i i i i i i i i

dijadikan alat untuk membawa masyarakat kea rah yang lebih maju.
i i i i i i

dalam kaitan hukum sebagai pembangunan fungsi hukum dalam i i i i i i i i i

pembangunan i

a) Hukum sebagai pemelihara ketertiban dan kemanan


i i i i i

b) Hukum sebagai sarana pembangunan i i i i

c) Hukum sebagai sarana penegak keadilan i i i i

d) Hukum sebagai sarana pendidikan masyakat.19 i i i i i

Dalam system hukum di Indonesia terdapat terdapat bidang-bidang hukum i i i i i i i i i

untuk tercapaianya tujuan diatas, salah satunya adalah hukum perdata. Dalam
i i i i i i i i i

system hukum Hukum perdata memberikan sebuah metode apabila seseorang


i i i i i i i

atau sebuah lembaga memiliki perselisihan kepentingan secara perdata yaitu


i i i i i i i i i i

melalui gugatan keperdataan. Dalam hukum perdata, terdapat dua jenis


i i i i i i i

gugatan yang familiar yaitu gugatan wanprestasi dan gugatan perbuatan


i i i i i i i i i

melawan hukum. Gugatan wanprestasi seringkali atau pada dasarnya didasari


i i i i i i i i i

atas sebuah kesepakatan atau perjanjianj antara pihak yang melakukan


i i i i i

perjanjian. Sedangkan, gugatan perbuatan melawan hukum terjadi apabila


i i i i i i i

18
19
Mukhlish dan Zaini, “Fungsi Hukum Prespektif Filsafat Hukum”, Jurnal Fundamental Justice,
Volume 2, Nomor 2, (September 2021), hal 96.
16

antara para pihak yang berseteru tidak memiliki hubungan perjanjian. Oleh i i i i i i i i i

karena itu, hukum menjamin perlindungan hukum kepada pihak yang


i i i i i i i i i i

dirugikan.20
i i i

Perbuatan melawan hukum adalah suatu pebuatan atau tidak berbuat


i i i i i i i i i

sesuatu yang kemudian memberikan akibat atau dampak berupa timbulnya


i i i i i i i i i i

kerugian bagi orang lain. Sudah menjadi suatu kewajiban bagi si pembuat
i i i i i i i i i i i i

kerugian tersebut untuk memberikan ganti rugi atau setiap orang yang
i i i i i i i i i i i

mengalami kerugian dapat meminta ganti rugi.21 Menurut Soebekti dan


i i i i i i i i i i

Tjitrosudibio “perbuatan melawan hukum adalah setiap perbuatan melanggar


i i i i i i i i i

hukum akan membawa suatu kerugian kepada orang oleh karenanya


i i i i i i

diwajibkan menggantikan kerugian tersebut kepada orang yang dirugikan.”


i i i i i i i i i

Sedangkan menurut Code Napoleon “perbuatan melawan hukum adalah i i i i i

bahwa setiap perbuatan yang melawan hukum yang membawa kerugian i i i i i i

kepada orang lain menyebabkan orang karena salahnya menerbitkan kerugian i i i i

mengganti kerugian tersebut”.22 i i i i

Secara klasik, yang dimaksud dengan “perbuatan” dalam istilah perbuatan i i i i i i i

melawan hukum adalah:23 i i

1. Nonfeasance atau suatu perbuatan untuk tidak berbuat sesuatu i i i i i i i i i i

sebagaimana yang diharuskan hukum; i i i i i

20
Frisca, LBH “Pengayoman” Universitas Katolik Parahyangan, 2021, Apakah itu Perbuatan
Melawan Hukum?, Diakses melalui https://lbhpengayoman.unpar.ac.id/apakah-itu-
perbuatan-melawan-hukum/, pada tanggal 21 Agustus 2022 Pukul 13.39 WIB
21
Rachmat Setiawan, 1982, Tinjauan Elementer Perbuatan Melanggar Hukum, Bandung: Alumni,
hal. 7
22
Tesis Hukum, 2014, Pengertian Perbuatan Melawan Hukum Menurut Para Ahli, Diakses
melalui http://tesishukum.com/pengertian-perbuatan-melawan-hukum-menurut-
para-ahli/, pada tanggal 21 Agustus 2022, pukul 13.45 WIB
23
Indah Sari, “Perbuatan Melawan Hukum (PMH) Dalam Hukum Pidana dan Hukum Perdata”,
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara, Vol. 11, No. 1 (September 2020), hal. 65
17

2. Misfeasance atau sebuah tindakan yang dilakukan secara salah,


i i i i i i

yangmana tindakan tersebut merupakan kewajibannya; i i i i

3. Malfeasance atau suatu tindakan yang dilakukan namun sejatinya si i i i i i i i i i

pembuat tidak berhak untuk melakukan. i i i i i

Mulai sekitar tahun 1919 di Belanda, maupun di Indonesia, perbuatan


i i i i i i i i i i i

melawan hukum telah dicirikan secara menyeluruh, yang meliputi salah satu
i i i i i i i i i i i

kegiatan yang menyertainya: 1) perbuatan yang melanggar hak orang lain; 2)


i i i i

tindakan yang bertentangan dengan komitmen sah mereka sendiri; 3)


i i i i

perbuatan yang bertentangan dengan kebaikan; 4) perilaku yang bertentangan


i i i i

dengan hubungan sosial yang baik atau diperlukan. Penjelasan untuk masing-
i i i i i i i i i i

masing kategori tersebut sebagai berikut:24


i i i i i i

1. Tindakan yang bertentangan dengan hak orang lain


i i

2. tindakan yang bertentangan dengan tanggung jawab hukum mereka


i i i i

sendiri i i

3. Tindakan yang tidak sesuai dengan asusila


i i i i i i

4. Tindakan yang bertentangan dengan hubungan sosial yang baik atau


i i i i i i

kehati-hatian i i

Onrechtmatige daad adalah istilah Belanda untuk perbuatan melawan i i i i i i

hukum, sedangkan torf adalah istilah bahasa Inggris. Dalam bahasa Indonesia,
i i i i i i i i

onrect adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh subjek hukum, dan setiap i i i i i i i i i

perbuatan subjek hukum mempunyai akibat hukum. Sementara "torf"


i i i i i i i i i

sebenarnya menyiratkan kesalahan, namun dalam bidang hukum serting i i i i i i

diartikan sebagai kesalahan perdata yang bukan berasal dari wanprestasi


i i i i i i

24
Munir Fuady, 2005, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer, Bandung: PT. Citra
Adiya Bakti, hal. 6-9
18

kontrak.25 Sedangkan yang dimaksud dengan perbuatan melawan hukum, i i i i i

Pasal 1365 KUHPer menjelaskan bahwa: i

“Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang


i i i i i i

lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,


i i i i i i i

mengganti kerugian tersebut” i i i i

Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1365 KUHPer maka suatu pebuatan
i i i i i i i

melawan hukum haruslah mengandung unsur-unsur sebagai berikut: i i i i i i i i i i i

1. Adanya suatu perbuatan i i i

2. Perbuatan tersebut melawan hukum i i i i

3. Adanya kesalahan dari pihak pelaku i i i

4. Adanya kerugian bagi korban i i i

5. Hubungan klausul antara Perbuatan dengan Kerugian


i i i i i i i

Istilah lain yang dipergunakan untuk menyebut istilah perbuatan melawan


i i i i i i i i i i i

hukum selain “al-fi’lu al-dharar adalah al-‘udwân yang melahirkan dhamân


i i i i i i i

al-‘udwan (satisfacion guarantee of trespass) atau juga al-taqshîr (perbuatan


i i i i i i i

ceroboh) yang melahirkan mas’ûliyyah al-taqshîriyyah dan juga ‘amal ghar i i i i

al-masyrû”. Dengan demikian, i i perbuatan i melawan hukum i i dapat

didefinisikan sebagai perbuatan yang tidak sesuai dengan ketentuan undang-


i i i i i i i i i i i

undang yang merugikan pihak lain dan melahirkan tanggung jawab (dhamân)
i i i i i i i

bagi pelakunya.26 i i

25
Wirjono Prodjodikoro, 2000, Perbuatan Melanggar Hukum Dipandang dari Sudut Hukum
Perdata, Yogyakarta: Mandar Maju, hal. 7
26
Panji Adam Agus Putra, 2021, Konsep Perbuatan Melawan Hukum Perspektif Hukum Ekonomi
Syariah, Gorontalo Law Review Vol.4, No. 1.
19

B. Tinjauan Umum Tentang Jual Beli Tanah di Bawah Tangan

Dalam hal jual beli tanah dari bunyi Pasal 1457 KUHPerdata : i i i i i i

“Jual beli adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu
i i i i i i i i

mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak ain


i i i i i i i i i

membayar harga yang telah dijanjikan” i i

Menurut M. Yahya Harahap yang dimaksud dengan jual beli adalah “suatu
i i i i i i i i

kesepakatan yang mengikat pihak penjual dengan berjanji memberikan i i i i i

sesuatu barang/ benda (zaak) dimana pihak lain yang bertindak sebagai
i i i i i i i

pembeli mengikatkan dirinya dengan berjanji akan membayarnya”.27


i i i i i

Pasal 1457 KUHPerdata menjelaskan bahwa suatu jual beli dalam hukum i i i i i i i

perdata hanya dikenal/dianut jual beli yang bersifat obligatoir. Obligatoir i i i i i i i i i i

dalam hal ini diartikan sebagai perjanjian jual beli baru meletakkan hak dan
i i i i i i i i i

kewajiban timbal balik antar pihak, atau secara singkat jual beli yang dikenal
i i i i i i i i i

atau dalam hukum keperdataan belum memindahkan hak milik akantetapi hak
i i i i i i i i

milik akan berpindah degan dilakukan pelepasan atau levering.28 Sedangkan


i i i i i i i

pada pasal 1458 KUHPerdata menjelaskan mengenai jual beli benda tidak i i i i i

bergerak. Pasal tersebut menjelaskan bahwa pada benda ti dak bergerak jual i i i

beli telah dinyatakan terjadi meski terhadap benda tersebut belum diserahkan
i i i i i i i

atau harganya belum dibayar. Terkait pemindahan hak masih dibutuhkan


i i i i i i i i i

27
M. Yahya Harahap, 1996, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Cetakan Kedua, Bandung: Alumni, hal.
6
28
Soedharyo Soimin, 2004, Status Hak dan Pembebasan Tanah, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 86
20

suatu perbuatan hukum lain yang berupa penyerahan dimana mengenai cara
i i i i i i i i i

penyerahan tersebut ditetapkan dengan suatu peraturan lain. i i i i i i

Dari penjelasan tersebut diatas, dalam hukum perdata jual beli tanah dapat
i i i i i i i

dibedakan kedalam 2 bagian, yaitu mengenai perjanjian jual belinya


i i i i i i i i

kemudian mengenai penyerahan haknya. Dari kedua bagian tersebut terpisah


i i i i i i i i

satu dengan lainnya. Oleh sebab itu, meskipun terhadap perjanjian jual beli
i i i i i i i i i

sudah selesai dilakukan yang biasanya dibuktikan dengan akta notaris, akan
i i i i i i i i i

tetapi jika penyerahan haknya belum dilakukan, maka status tanah tersebut
i i i i i i i

masih tetap hak milik penjual. Jual beli tanah yang dikenal pada hukum adat
i i i i i i i i i

dan UUPA memiliki kesamaan pengertian, berdasarkan Pasal 5 UUPA maka


i i i i i i i i

definisi jual beli tanah hak milik adalah definisi jual beli menurut norma
i i i i i i i i i i i i i i

adat.29

Pada norma adat perbuatan peralihan hak atau jual beli tanah itu wajib i i i i i i i i

dilakukan di saksikan kepala adat yang bertindak sebagai pejabat yang


i i i i i i

mengemban ketertiban dan sahnya peralihan hak itu, sehingga peralihan hak i i i i i i

dan pembayaran harga itu dilakukan secara sah. Jual beli tanah merupakan i i i i i i i

peralihan hak atas tanah yang jelas dan tunai. serentak.30


i i i

Dalam proses jual beli tanah pada hukum adat sering menjadi pembahasan i i i i i i

mengenai keikutsertaan kepala adat/kepala desa. Terkait i i i i keikutsertanya


i i

kepala adat/kepala desa dalam jual beli hak atas tanah pada hukum adat, i i i i

Mahkamah Agung dalam Yurisprudensinya tanggal 13 Desember 1958 No. i i i i i

4/K/RUP/1958 menyatakan bahwa keikutsertanya kepala Desa/kepala adat


i i i

29
Adrian Sutedi, 2010, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya Edisi 1, Jakarta: Sinar
Grafika, hal. 149
30
Ibid, hal. 72
21

merupakan sebuah keharusan. Hal ini dikarenakan keikutsertaan tersebut


i i i i i i i i i

merupakan sebagai sebuah syarat mutlak yang diatur oleh hukum adat.
i i i i i i i i

Sehingga proses jual beli atas tanah dianggap sah apabila ada percampuran
i i i i i i

kepala Desa atau kesaksian kepala Desa itu sebagai sebuah keyakinan yang i i i i i i i

kuat. “Dalam putusan Mahkamah Agung tanggal 12 Juni 1975 No.


i i i i i i

952/K/SIP/1975 menurut pertimbangannya yang sah, jual beli sesuai aturan


i i i i i i i i i

baku adalah penting jika dilakukan dengan cara yang benar dan rill serta
i i i i i i

dilihat dan diketahui oleh Kepala Adat. Putusan MA tersebut sejalan dengan
i i i i i i i i

prinsip hukum adat. Apabila jual beli tersebut tidak dilakukan di hadapan
i i i i i i i i i i i i

Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), Jual beli tetap sah karena UUPA i i i i i

berdasarkan hukum adat, dan pengertian jual beli UUPA menggunakan asas i i i i i i i i

hukum adat yang konkrit dan nyata.”31


i i i

“Sistem konkrit atau tunai, yang mengacu pada peralihan hak atas tanah
i i i i i i i

secara serentak segera setelah pembeli menerima pembayaran atas tanah i i

tersebut, digunakan dalam hukum adat untuk jual beli hak atas tanah.
i i i i i i i i i

Demikian pula, sesuai dengan hukum adat, pertemuan kehendak harus


i i i i i i i i i

dikonkretkan dengan menyerahkan uang muka agar dapat mengikat secara


i i i i

hukum. Sesuai dengan hukum adat, tanah telah diserahkan kepada pembeli
i i i i i i i i

bersamaan dengan penyerahan pada saat transaksi jual beli hak atas tanah i i i

dilakukan di atas atau tanpa kertas meterai dan harus dibubuhi cap yang
i i i i i i i i i i

dibuat oleh para pihak sebelumnya. kepala desa yang bersangkutan.”32


i i i i i

31
Prancisca Romana Dwi Hastuti, “Keabsahan Jual Beli Hak Atas Tanah di Bawah Tangan di Desa
Patihan Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen (Tinjauan Beberapa Kasus Terkait di Pengadilan
Negeri di Surakarta)”, Jurnal Repertorium, Vol. II, No. 2 (Juli-Desember 2015) hal. 121
32
Ibid
22

Adapun jual beli yang dilakukan secara di bawah tangan sebagaimana


i i i i i i i

yang dimaksud oleh Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 tahun 1997 tentang
i i i i i

pendaftaran tanah, adalah suatu proses hukum dimana penjual dan pembeli i i i i i i i

membuat surat jual beli tanah dengan meterai cukup dan disahkan kepala
i i i i i i i i

adat, kepala desa, atau lurah untuk mengalihkan hak atas tanah. Sedangkan i i i i i

tanah yang diperjualbelikan adalah tanah yang sebelumnya dimiliki oleh hak i i i i i i i i

ulayat, yaitu tanah yang dimiliki oleh masyarakat hukum adat sebelum UUPA
i i i i i i i i i i i i

diundangkan atau tanah tersebut belum bersertifikat, misalnya masih letter C


i i i i i i i i i

dan belum dikonversi, oleh sebab itu dinormakan dalam hukum adat.
i i i i i i i i

Meskipun tanah yang menjadi suatu objek jual beli tidak mempunyai alat
i i i i i i i i i i

bukti lain untuk dibuktikan selain sebuah surat jual beli di bawah tangan,
i i i i i i i i i i i i i i

akan tetapi dengan dikeluarkannya PP No. 24 tahun 1997, maka tanah i i i i

tersebut tetap dapat didaftarkan sepanjang syarat-syarat materiil dalam jual


i i i i i

beli terpenuhi antara lain 1) Syarat umum bagi sahnya suatu tindakan hukum
i i i i i i i i i i i i

(Pasal 1320 KUHPerdata); 2) Pembeli telah terpenuh syaratnya sebagai i i i i

pemegang hak atas tanahnya; 3) Ti dak melanggar aturan Landreform; 4. i i

Dilakukan secara tunai, terang, dan nyata (Putusan MA 655/K/SIP/1979).33


i i i i i i i

Sehingga ketika suatu saat terjadi sengketa maka Surat keterangan jual beli
i i i i i i i i

tanah bawah tanah dapat digunakan sebagai bukti tertulis untuk melawan i i i i i i i i i

perjanjian jual beli jika terjadi perselisihan. Surat Edaran Mahkamah Agung
i i i i i i i i i

No. 4 Tahun 2016 mendefinisikan pembeli beritikad baik sesuai dengan i i i i i i i i i i

kesepakatan kamar perdata tanggal 9 Oktober 2014 hu ruf a yang telah i i

33
Ibid, hal. 123
23

disempurnakan sebagai berikut. Pembeli yang beritikad baik kemudian


i i i i i i i i i i i

mendapat perlindungan hukum jika memenuhi kriteria. i i i i i i i i i

Kriteria pembeli yang beritikad baik yang perlu dilindungi berdasarkan


i i i i i i i i i i i

Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata adalah sebagai berikut i i i i

1. menyelesaikan jual beli objek tanah sesuai dengan prosedur hukum, i i i i i i i i

dokumen, dan peraturan. i i

2. Meneliti hal-hal yang berkaitan dengan obyek tanah yang diperjanjikan


i i i i i

dengan hati-hati.. i i

C. Tinjauan Umum Tentang Hak Milik Atas Tanah

Tanah merupakan faktor yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup i i i i i i

semua mahluk hidup yang tinggal dibuni. Selain berfungsi sebagai tempat
i i i i i i i i i i i i

tinggal manusia, tanah juga dijadikan sebagai salah satu bentuk investasi yang
i i i i i i i i i i i

menjanjikan . Hal ini dikarenakan semakin banyak populasi manusia yang


i i i i i i i i i

tidak diimbangi dengan luas lahan yang ada. Mayoritas manusia pada masa
i i i i i i i i

sekarang selalu ingin memperoleh tujuan yang diinginkan, baik itu i i i i i i i i i i i

menggunakan itikad baik maupun itikad yang tidak baik. Untuk itu
i i i i i i i i i i i i i i

dibutuhkan adanya suatu peraturan hukum guna mencegah timbulnya


i i i i i i i i i i i

masalah yang semakin kompleks.34 i

Tanah adalah lapisan permukaan atau lapisan bumi yang di atas sekali.35 i i i i i i i i

Yang dimaksud dengan “permukaan bumi” adalah bagian dari bumi dalam
i i i i i i i i i

34
Pupi Eva Rahma Wahyuningsih, Ana Silviana, Herni Widanarti, , “Arti Penting Pendaftaran
Tanah Dalam Rangka Perlindungan Hukum Kepemilikan Sertipikat Hak Atas Tanah Bagi Pemilik
Tanah (Studi Di Desa Kalicilik Kabupaten Demak)”, Diponegoro Law Journal. Vol. 1.No. 4. 2012.
35
Muhammad Hatta, 2005, Hukum Tanah Nasional dalam Perspektif Negara Kesatuan,
Yogyakarta: Penerbit Media Abadi, hal. 24
24

lingkup agraria. Tanah yang dimaksud di sini hanya mengatur satu aspek
i i i i i i i i i i

tanah—tanah dalam pengertian hukum yang disebut hak—bukan mengatur i i i i i i i

seluruh aspek tanah.36 Hak atas tanah adalah hak yang terbatas atas sebagi an
i i i

permukaan bumi yang diukur panjang dan lebarnya. Selanjutnya, yang


i i i i i i i

diklaim dengan hak atas tanah adalah tanah, dalam arti an bagian tertentu dari
i i i i i i

permukaan dunia. Akan tetapi, kewenangan untuk memanfaatkan sumber hak


i i i i i i i

tersebut meliputi pemanfaatan sebagian dari bumi di bawahnya, serta air dan
i i i i i i i i i i

ruang di atasnya.”37
i i

Orang perseorangan, baik warga negara Indonesia maupun warga negara i i i i i

asing, kelompok orang secara keseluruhan, dan badan hukum, baik swasta
i i i i i i

maupun umum, dapat diberikan hak atas tanah akibat penguasaan negara atas
i i i i i i i i

tanah. Pemegang hak atas tanah memiliki dua wewenang atas tanahnya, i i i i

yaitu:38 i i

1. Wewenang Umum i i

“Pemegang hak atas tanah mempunyai kekuasaan umum, artinya dapat i i i i i i

menggunakan tanah yang meliputi bumi dan air serta ruang angkasa di
i i i i i i i i i

atasnya”.

2. Wewenang Khusus i i

“Kekuasaan khusus: pemegang hak atas tanah mempunyai wewenang


i i i i i

untuk menggunakan tanahnya sesuai dengan jenis hak atas tanah yang
i i i i i i

36
Urip Santoso, 2012, Hukum Agraria: Kajian Komprehensif, Jakarta: Kencana Prenamedia
Group, hal. 9
37
Urip Santoso, 2010, Pendaftaran Tanah dan Peralihan Hak Atas Tanah, Jakarta: Kencana
Prenamedia Group: hal. 49
38
Soedikno Mertokusumo, 1988, Hukum dan Politik Agraria, Jakarta: Karunika Universitas
Terbuka, hal. 4
25

dimilikinya. Misalnya, penguasaan atas tanah dengan hak milik pribadi


i i i i i i i i i i

dapat digunakan untuk pertanian dan/atau bangunan gedung; Hak i i i i i i i i

Guna Bangunan dapat digunakan untuk mendirikan bangunan.”


i i i i i i i i i

Berkaitan dengan Pasal 20 UUPA, pengertian hak milik dalam Pasal 20


i i i i i i

ayat 1 UUPA adalah “hak turun-temurun, terkuat dan terlengkap yang dapat
i i i i i i i

dimiliki seseorang atas tanah”. Pasal 6 UPA menyatakan bahwa setiap hak
i i i i i i

atas tanah memiliki tujuan sosial. Fakta bahwa hak milik ini adalah yang i i i i i i i i i i

terkuat dan terlengkap di sini tidak berarti bahwa hak tersebut tidak dapat
i i i i i i i i

dilanggar, tidak terbatas, atau tidak dapat diganggu gugat. Hal ini
i i i i i i i i i

dimaksudkan untuk memisahkannya dari hak-hak atas tanah perorangan


i i i i i i

lainnya. Dengan kata lain, hak kepemilikan adalah yang paling kuat dan
i i i i i i

komprehensif dari semua hak atas tanah. sehingga pemiliknya bisa i i i i i i i

mendapatkan uangnya kembali dari siapa pun yang memiliki barang tersebut. i i i i i i i i i

Selama perbuatannya tidak bertentangan dengan hukum atau melanggar hak i i i i i

atau kepentingan orang lain, maka seseorang yang memiliki hak milik dapat
i i i i i i i i

berbuat semaunya terhadap harta miliknya.39


i i i i

Menurut Pasal 22 UUPA Hak milik ada antara lain karena: 1) karena
i i i i i i i

perintah pemerintah; 2) menurut hukum adat; 3) karena undang-undang.


i i i i i i i i

Akibat hukum terjadinya hak milik ini menimbulkan hubungan hukum antara
i i i i i i i i i i i i i i

subjek dan bidang-bidang tanah tertentu yang isi, sifat-sifatnya, dan sifat-
i i i i i i i i i

sifatnya sebagaimana diuraikan di atas. Tanah ini sebelumnya berstatus tanah


i i i i i i i i i i

negara atau hak atas tanah lainnya. Tanah yang bersangkutan hanya dapat i i i

39
Eddy Ruchiyat, 2006, Politik Pertanahan Nasional Sampai Orde Baru, Bandung: PT. Alumni,
hal. 45
26

dianggap sebagai tanah pribadi setelah hak milik ada. Baru dengan terjadinya
i i i i i i i i

hak milik itu tanah yang bersangkutan berstatus tanah hak milik.40
i i i i i i i i

1. Terjadinya hak milik karena beralihnya dari subjek lain i i i i i i i

Seseorang memperoleh tanah dari subjek lain yang semua sudah i i i i i

berstatus tanah hak milik, misalnya karena jual-beli. i i i i i i

2. Terjadinya hak milik menurut Hukum Adat i i i i i i i

Menurut Pasal 22 UUPA hal ini harus diatur dengan Peraturan


i i i i i i i i i i

Pemerintah supaya tidak terjadi hal-hal yang merugikan kepentingan i i i i i i i

umum dan negara. Dalam Hal ini sudah ada Peraturan Pemerintah
i i i i i i i

Nomor 18 Tahun 2021 tentang Hak Pengelolaan, Hak Atas Tanah, i

Satuan Rumah Susun, dan Pendaftaran Tanah. Menurut Pasal 22


i i i i i i

UUPA, “pembukaan hutan yang merupakan bagian dari tanah adat


i i i i i i i

suatu masyarakat hukum adat biasanya mengakibatkan terjadinya hak


i i i i i i i

atas tanah.” Dalam bentuk kerusakan tanah, erosi, pengikisan, dan i i i i i

sebagainya, pembukaan hutan yang tidak teratur dapat menimbulkan i i i i i i i

akibat yang sangat merugikan kepentingan umum dan negara.


i i i i i i

Kemudian, Pasal 5 ayat 2 PP No. 18 Tahun 2021 menjelaskan bahwa


i i i

“masyarakat hukum adat yang menguasai tanah ulayat telah diakui i i i i i i i i

dan didirikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang i i i i i i i i

meliputi lembaga-lembaga di lingkungan penguasa adatnya, wilayah


i i i i i i i i

hukum adatnya, lembaga atau perangkat hukum yang masih diikuti.”


i i i i i i i i i i

3. Terjadinya Hak Milik karena Penetapan Pemerintah i i i i

40
Ibid, hal 46
27

Hak milik yang oleh UUPA dikatakan terjadi karena Penetapan


i i i i i i

Pemerintah itu diberikan oleh instansi yang berwenang menurut cara


i i i i i i i i i

dan syarat sesuai dengan peraturan.41 i i i

Budi Harsono yang mendefinisikan hak milik sebagai hak turun-temurun


i i i i i i i i i i i i

dan memberikan kewenangan untuk menggunakannya untuk kepentingan i i i i i i i

apapun dan kapanpun selama tidak ada larangan khusus, mengatakan bahwa
i i i i i

hak milik adalah hak turun-temurun.42 Istilah "turun-temurun" mengacu pada


i i i i i i i i i i i i i

kemungkinan bahwa suatu hak akan berpindah dari satu generasi ke generasi
i i i i i i i i i

berikutnya menurut derajatnya, hilang, atau diperoleh kembali dengan


i i i i i i i i

perubahan pemilikan..43 Adapun hak milik dapat hapus karena beberapa


i i i i i i i

alasan, hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 27 U UPA yaitu: 1) karena
i i i i i i i i

pencabutan hak berdasarkan Pasal 18 u ntuk kepentingan umum; 2) karena


i i i i i i

penyerahan dengan sukarela oleh pemiliknya; 3) karena ditelantarkan; 4) i i i i

karena adanya kawin campur dan kepemilikan yang dimiliki warga negara i i i i i i i i

asing; 5) tanahnya musnah.


i i

D. Tinjauan Umum Tentang Sengketa Tanah

Sengketa tanah sudah berlangsung lama, dari era Orde Lama hingga Orde i i i i

Baru hingga era reformasi dan sekarang. Kualitas dan kuantitas sengketa
i i i i i i i

tanah merupakan permasalahan yang selalu dihadapi oleh masyarakat dalam


i i i i

kehidupannya. Sifat klasik dari sengketa atau konflik pertanahan yang


i i i i i i i

41
Ibid, hal. 48
42
Boedi Harsono, 1999, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan UU Pokok Agraria,
Jakarta: Djambatan Boedi, hal. 292
43
A.P. Parlindungan, 1986, Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria, Bandung: Alumni, hal
65
28

berlangsung bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun dan selalu ada,i i i i i i i i

menjadikan hal tersebut sebagai masalah yang terus-menerus. Konflik dan


i i i i i i

perselisihan atas tanah adalah jenis masalah yang rumit dan beragam.44
i i i i i

Rusmadi Murad mengatakan bahwa sengketa hak atas tanah antara lai n:
i i i i

Dengan harapan memperoleh penyelesaian secara administratif sesuai dengan i i i i i i

peraturan yang berlaku, pengaduan yang diajukan oleh pihak (orang atau
i i i i i i i

badan) yang berisi keberatan dan tuntutan hak atas tanah, bai k mengenai i i i i i i

status tanah, prioritas, dan kepemilikan, menyebabkan munculnya sengketa


i i i i i i i

hukum.”45
i i

Untuk memahami sengketa tanah, diperlukan dua istilah yang berkaitan—


i i i i i i i i i

sengketa tanah dan konflik tanah. Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun i i i

2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan i i

secara jelas membedakan kedua istilah tersebut, padahal keduanya merupakan i i i i i i

kasus pertanahan. Berikut ini dijelaskan dalam butir 2 Pasal 1:


i i i i i i i i

“Sengketa tanah, disebut juga perselisihan, adalah perselisihan mengenai i i i i i i i i

tanah antara orang pribadi, badan hukum, atau lembaga yang tidak i i i i i i

menimbulkan akibat yang berarti bagi masyarakat atau politik. Sengketa


i i i i i i i i

tanah, atau sengketa untuk singkatnya, adalah sengketa tanah antara i i i i

individu, kelompok, organisasi, badan hukum, atau lembaga yang memiliki


i i i i i i i i i i i i

kecenderungan atau berdampak luas pada sosial politik”. i i i i i i

44
Sumarto, Penanganan dan Penyelesaian Konflik Pertanahan dengan Prinsip Win-Win Solution
oleh Badan Pertanahan nasional RI, Disampaikan pada Diklat Direktorat Konflik Pertanahan
Kemendagri RI tanggal 19 September, 2012. Hal. 2.
45
Rusmadi Murad, 1999, Penyelesaian Sengketa Hukum Atas Tanah, Bandung: Alumni, hal. 22-
23.
29

Petunjuk Teknis Nomor 01/JUKNIS/D.V/2007 tentang Pemetaan Masalah


i i i i i

dan Akar Masalah Pertanahan, disebutkan bahwa : “Perbedaan nilai, i i i i

kepentingan, pendapat, dan/atau persepsi antara individu dan/atau badan


i i i i i i i i

hukum (swasta atau publik) mengenai status penguasaan, pemilikan,


i i i i i i i i i i

penggunaan, atau pemanfaatan bidang tanah tertentu oleh pihak tertentu, atau
i i i i i i i

status keputusan yang dibuat oleh Tata Usaha Negara mengenai penguasaan,
i i i i i i i i

pemilikan, dan penggunaan atau pemanfaatan bidang-bidang tanah tertentu


i i i i i i i

disebut sengketa. sedangkan konflik : nilai, kepentingan, pendapat, dan


i i i i i i

persepsi antara warga negara atau kelompok masyarakat dan badan hu kum
i i i i

(swasta atau publik), komunitas, dan komunitas mengenai status penguasaan, i i i i i i i i i i

kepemilikan, dan penggunaan atau pemanfaatan bidang atau bidang tanah


i i i i i i i

tertentu oleh pihak tertentu, serta pertimbangan politik, ekonomi, dan sosial
i i i i i i i i

budaya”. i

Penyelesaian sengketa alternatif, juga dikenal sebagai penyelesaian i i i i i i

sengketa non-litigasi, adalah penyelesaian di luar pengadilan. Penyelesaian i i i i i i i i

sengketa alternatif, atau ADR, adalah metode penyelesai an sengketa di mana i i i i

para pihak yang bersengketa mencapai kesepakatan (konsensus) sendiri atau


i i i i i i

dengan bantuan pihak ketiga yang netral. i i i

Strategi penyelesaian perselisihan yang dikenal sebagai penyelesaian non-


i i i i i i i

litigasi
i i i didasarkan i pada gagasan untuk i i menemukan i solusi i i yang

menguntungkan kedua belah pihak dengan bekerja sama dan dengan i tikad
i i i i i i

baik. Proses penyelesaian masalah dilakukan secara tertutup, memastikan


i i i i i i i

kerahasiaan para pihak dan mempercepat proses. Karena bersifat menang-


i i i
30

kalah, tidak tanggap, relatif lamban, dan seringkali terbuka untuk umum,
i i i i i i i i i

penyelesaian litigasi sering mengakibatkan munculnya masalah baru.46


i i i i i i i i i

Para pihak yang bersengketa tidak melalui proses hukum formal ketika
i i i i i i i

menyelesaikan sengketa di luar pengadilan; sebaliknya, mereka hanya


i i i i i

menyampaikan kasus mereka kepada pihak ketiga untuk diselesaikan. Karena


i i i i i i i i

para pihak yang berkepentingan untuk menyelesaikan sengketa di luar


i i i i i i i

pengadilan melakukannya atas kehendak sendiri. Jika dilihat dalam Undang-


i i i i i i i i

Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian


i i i i i

Sengketa, Pasal 1 butir 10 disebutkan bahwa penyelesaian sengketa diluar i i i i i i i

pengadilan dapat dilakukan dengan cara : konsultasi, negosiasi, mediasi,


i i i i i i i i i

konsiliasi atau penilaian ahli.47


i i i i i i i

Penyelesaian atau perdamaian adalah kesepahaman kedua belah pihak atas


i i i i i

persoalan mengakhiri suatu perdebatan, bukan kerukunan dalam hal pada i i i i i i i

hakekatnya salah satu pihak menyerah dan mengakui sepenuhnya setiap i i i i i i

permintaan pihak yang berkonflik. Demikian pula, jika dua pihak


i i i i i i i i i

mengajukan penyelesaian kasus ke arbitrase, tidak akan ada perdamaian.


i i i i i i

Syarat formal dari suatu putusan perdamaian sebagaimana tersebut dalam i i i i i i i i

Pasal 1851 KUH perdata, pasa 130 HIR,dan Pasal 154 R.Bg dapat i i

dikemukakan sebagai berikut “a. Adanya persetujuan kedua belah pihak b.


i i i i i i i i i

Mengakhiri sengketa c. Perdamaian atas sengketa yang telah ada d. Bentuk


i i i i

perdamian harus tertulis”.48 Pasal 130 Herzien Inlandsch Reglement


i i i i i i

46
Frans Hendra Winarta, 2012, Hukum Penyelesaian Sengketa Arbitrase Nasional Indonesia dan
Internasional, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 9-28.
47
Sophar Maru Hutagalung, 2012, Praktik Peradilan Perdata dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa, Jakarta : Sinar Grafika, hal. 312.
48
Abdul Manan, 2005, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, Jakarta:
Kencana, Cet-3, hal. 154.
31

(HIR) menjelaskan putusan perdamaian sebagai sebuah upaya Pengadilan


i i i i i i i i

negeri dengan dibantu ketua akan berusaha mendamaikan para pihak jika
i i i i i i i i

mereka hadir pada hari yang ditentukan. Jika rekonsiliasi semacam itu
i i i i i i i i i i

dimungkinkan, sebuah surat (akta) ditulis tentang hal itu di persidangan, yang
i i i i i i i i i i i i

menyatakan bahwa kedua belah pihak akan dihukum sesuai dengan i i i i i i i

kesepakatan. Surat ini akan diberlakukan sebagai keputusan biasa.


i i i i i i i i i
32

BAB III

HASIL RISET DAN PEMBAHASAN

A. Unsur Perbuatan Melawan Hukum (Onrechtmatigedaad) dalam Putusan

Nomor 11/Pdt.G/2019/PN.Mar

Gugatan yang dapat diajukan dalam hukum perdata ada dua macam, yaitu
i i i i i i i i

yang berdasarkan perjanjian dan yang berdasarkan perbuatan melawan hukum. i i i i

Pada kenyataannya, gugatan perbuatan melawan hukum terjadi ketika pihak-


i i i i i i i

pihak yang berkonflik tidak memiliki hubungan berdasarkan kesepakatan.


i i i i i i i i

Konsekuensinya, hukum menjamin keamanan yang sah bagi pihak yang


i i i i i i i

dirugikan.49
i i i

Guna i memahami i bagaimana i unsur i i perbuatan i melawan hukumi i

(Onrechtmatigedaad) penulis fokus meneliti sengketa kepemilikan hak atas


i i i i i i i i

tanah yang telah berkekuatan hukum tetap yakni, dalam Putusan Nomor i i i i i i

11/Pdt.G/2019/PN.Mar yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim pada tanggal 15 i i i i

November 2019, isi putusannya sebagai berikut: i i i i i i i

1. Identitas Para Pihak


i i i

Penggungat

Nama : Suroso i

Umur
i i : 36 Tahun i

Pekerjaan : Petani/Pekebun i i

Agama : Islam i

49
Frisca, LBH “Pengayoman” Universitas Katolik Parahyangan, 2021, Apakah itu Perbuatan
Melawan Hukum?, Diakses melalui https://lbhpengayoman.unpar.ac.id/apakah-itu-
perbuatan-melawan-hukum/, pada tanggal 21 Agustus 2022 Pukul 13.39 WIB

27
33

Kewarganegaraan : Indonesia i i

Tempat Tinggal i : Dusun Suka Jaya Desa Panca i i i

Karsa I i Kecamatan Taluditi i i i

Kabupaten Pohuwato i i

Tergugat

Nama : Pemerintah Republik Indonesia i i i i i

Cq. Kepala Badan Pertanahan

Nasional di Jakarta Cq. Kepala i i

Kantor Wilayah i Badan

27 Pertanahan Nasional i Provinsi i i

Gorontalo di Gorontalo i

Turut Tergugat

Nama : Gunisah i i

Pekerjaan : Petani/Pekebun i i

Tempat Tinggal i : Desa Panca Karsa I Kecamatan i

Taludi Kabupaten Pohuwato i i i i

2. Duduk Perkara
i i

Bahwa awal mulanya Penggugat mengikuti orang tua pada tahun 1982
i i i i i i i

untuk mengikuti program Pemerintah Pusat berupa perpindahan


i i i i i i i i i

penduduk/Transmigrasi dan ditempatkan dahulu Desa Motohulu


i i i i i i i i i

Kecamatan Marisa Provinsi Sulawesi Utara sekarang Desa Pancakarsa


i i i i i i

I Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Bahwa


i i i i i i i i
34

setelah sekian lama berada di tempat daerah tranmigrasi, Penggugat i i i i i

membeli sebidang tanah yang beserta tanaman yang berada di atasnya


i i i

dari Turut Tergugat dengan luas 10.000M2 (sepuluh ribu meter


i i i i i i i i i

persegi) dengan harga Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) yang


i i i i i i

terletak di Dusun Suka Jaya Desa Panca Karsa I Kecamatan Taludi i i i i i i i

Kabupaten Pohuwato dengan batas-batas sebagai berikut:


i i i i i

Utara
i : 200 M berbatasan dengan tanak milik Jumani i i i i

Timur i i : 50 M berbatasan dengan kuala/sungai i i i

Selatan : 200 M berbatasan dengan kuala/sungai i i i

Barat : 50 M berbatasan dengan tanah milik Jumani i i i i

Bahwa Penggugat membeli tanah Turut Tergugat tersebut berdasarkan i i i i i i

surat keterangan penguasaan tanah dari Kepala Desa Panca Karsa I


i i i i

dengan nomor: 363/PK-I/SKPT/TLDT/VIII/2016 tanggal 08 Agustus i i i i i i

2016. Sehingga dengan adanya jual beli/ peralihan hak tersebut kepada i i i i i

Penggugat maka jelas tanah tersebut secara sah menurut hukum telah
i i i i i i

menjadi milik dari Penggugat untuk dikuasai. Kemudian tanah tersebut


i i i i i i i i i i i i i

diolah oleh Penggugat untuk lahan pertanian tanpa ada gangguan atau
i i i i i i i

keberatan dari pihak lain. Setelah lahan yang selama ini Penggugat i i i i i i

gunakan untuk pertanian tersebut tiba-tiba diumumkan oleh Tergugat


i i i i i i i i i i i

akan terkena dampak luapan air dari proyek dari Pemerintah berupa i i i i i i

pembuatan bendung dan jaringan irigasi radangan dan akan dilakukan


i i i i i i i i

ganti rugi oleh Pemerintah.


i i i i

Bahwa setlah Pengumuman tersebut pada tahun 2016 Tergugat telah i i i i i

melakukan pematokan tanah-tanah yang akan terkena dampak dari


i i
35

proyek tersebut maka secara otomatis tanah tersebut sudah tidak dapat i i i i i

lagi digunakan Penggugat. Setelah dilakukan verifikasi oleh Tergugat


i i i i i i i i i i

pada tahun 2017 telah mengumumkan kepada sejumlah warga yang i i i i

tanahnya terkena dampak proyek mengumumkan kepada sejumlah i i i

warga yang tanahnya terkena dampak proyek bendu ngan termasuk i i

milik Penggugat jumlah dan besaran ganti rugi yang akan dibayarkan
i i i i i i i i

atas tanah tersebut dimana pengumuman tersebut dihadiri oleh para i i i i i i i i

Pejabat tinggi daerah. Kemudian di tahun yang sama Penggugat i i i i i i i

beserta teman-temannya diundang untuk musyawarah untuk penetapan i i i i i i i

hara ganti rugi dan Penggugat beserta teman-temannya tidak keberatan i i i i i

asalkan pembayaran ganti rugi tersebut segera terealisasi, akan tetapi i i i i i i i

Tergugat menyampaikan pembayaran tersebut akan dibayarkan setelah


i i i i

ada petunjuk dari BPN Pusat dan para pemilik tanah diminta untuk
i i i i i i i i i i

menunggu. i i

Bahwa sekitar diakhir tahun 2018, para pemilik tanah mendapat kabar i i i i i i

jika dana tersebut belum dapat dibayarkan karena menurut Tergugat


i i i i i i i

tanah para pemilik tersebut masih dalam sengketa dalam hal masalah i i i i

hak kepemilikan atas tanah tersebut belum jelas sedangkan dana yang i i i i

akan dibayarkan telah dititip di Pengadilan. Bahwa masalah


i i i i i i

kepemilikan tanah tersebut menurut Penggugat sudah jelas, akan tetapi


i i i i i i i i

Tergugat mengatakan bahwa para pemilik tanah tersebut bermasalah


i i i i

mengenai surat jual beli/peralihan hak dari Turut Tergugat kepadai i i i i i i i i

Penggugat. Bahwa akibatnya Penggugat sangat keberatan dan


i i i

dirugikan sekali karena ganti rugi atas tanah tersebut belum dapat
i i i i i i i i i
36

dibayarkan oleh karena Tergugat tidak akan mengeluarkan surat


i i i i i

pengantar pengambilan ganti rugi di Pengadilan Negeri Marisa atas i i i i i i i i

tanah tersebut setelah melalui proses validasi kecuali ada putusan dari
i i i i i i i i i i

Pengadilan mengenai status kepemilikan yang sah menurut hukum.


i i i i i i i i i

3. Putusan Hakim
i i i

a) Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian i i i i i i

b) Menyatakan sebidang tanah yang beserta tanaman yang berada i

diatasnya dari Turut Tergugat dengan luas 10.000 M2 (sepuluh ribu


i i i i i i i i i i

meter persegi) dengan harga Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) i i i i i i

yang terletak di Dusun Suka Jaya Desa Panca Karsa I Kecamatan i i i i i

Taludi Kabupaten Pohuwato dengan batas-batas sebagai berikut:


i i i i i i i

Utara : 200 M berbatasan dengan tanak milik Jumani


i i i i i

Timur : 50 M berbatasan dengan kuala/sungai


i i i i i

Selatan: 200 M berbatasan dengan kuala/sungai i i i

Barat : 50 M berbatasan dengan tanah milik Jumani i i i i

Adalah tanah milik Penggugat i i i

c) Menyatakan jual beli antara Penggugat dan Turut Tergugat adalah i i i i i i

sah dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat i i i i i i

d) Menyatakan Tergugat telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum i i i i i

e) Menghukum Turut Tergugat untuk tunduk dan patuh terhadap


i i i i i i i i i i

putusan dalam perkara ini


i i i i

f) Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara ini sejumlah


i i i i i i i i i

Rp 5.078.000,- (lima juta tujuh puluh delapan ribu rupiah) i i i i i i i i i i

g) Menolak gugatan Penggugat selain dan selebihnya i i i i


37

h) Memerintahkan agar terdakwa tetap dalam tahanan i

Bahwa untuk menjawab unsur perbuatan melawan hukum mana yang i i i i i i i

ditujukkan pada putusan Nomor: 11/Pdt.G/2019/PN.Mar. Penulis perlu


i i i i i i i i

menjelaskan terlebih dahulu pengertian dari Perbuatan Melawan Hukum i i i i i i i i

dalam hukum perdata. Bahwa perbuatan melawan hukum diatur dalam Pasal
i i i i i i i

1365 KUHPerdata yang menjelaskan “tiap perbuata yang menimbulkan i i i i i

kerugian pada orang lain mewajibkan orang yang bersalah menimbulkan


i i i i i i

kerugian itu mengganti kerugian tersebut”


i i i i i i i i

Kemudian menurut Soebekti dan Tjitrosudibio perbuatan melawan hukum


i i i i i i i i i i i i

adalah “setiap perbuatan melanggar hukum akan membawa suatu kerugian i i i i i i i i

kepada orang oleh karenanya diwajibkan menggantikan kerugian tersebut i i i i i i

kepada orang yang dirugikan”. Sedangkan menurut Code Napoleon i i i i i

“perbuatan melawan hukum adalah bahwa setiap perbuatan yang melawan


i i i i i

hukum yang membawa kerugian kepada orang lain menyebabkan orang


i i i i i

karena salahnya menerbitkan kerugian mengganti kerugian tersebut”.50 i i i i i i i

Penulis akan menguraikan Perbutan melawan Hukum dari Tergugat yang


i i i i i i i i i

ditujukkan dalam putusan nomor: 11/Pdt.G/2019/PN.Mar dengan menjelaskan


i i i i i

setiap unsur pada Pasal 1365 KUHPer beserta dilengkapi penjelasan secara
i i i i i i

lebih mendalam mengenai unsur perbuatan menurut ahli hukum.


i i i i i i i i i i

Dalam Putusan nomor: 11/Pdt.G/2019/PN.Mar menjelaskan bahwa i i

Tergugat menjanjikan kepada Penggugat akan memberikan biaya ganti rugi


i i i i i i i i

atas tanah Penggugat yang terkena dampak luapan air dari proyek pemerintah i i i i i

50
Tesis Hukum, 2014, Pengertian Perbuatan Melawan Hukum Menurut Para Ahli, Diakses
melalui http://tesishukum.com/pengertian-perbuatan-melawan-hukum-menurut-
para-ahli/, pada tanggal 21 Agustus 2022, pukul 13.45 WIB
38

berupa pembuatan bendung dan jaringan irigasi randangan. Namun setelah


i i i i i i i i

lewat 1 tahun sejak janji yang disampaikan oleh Tergugat, biaya ganti i i i i i i i

kerugian tersebut belum dibayarkan kepada Penggugat dengan alasan tanah


i i i i i i

milik Penggugat masih dalam sengketa dalam hal masalah hak kepemi likan
i i i i i i

yang belum jelas. Tergugat beranggapan bahwa proses jual beli dibawahi i i i i

tangan hak atas tanah antara Penggu gat dengan Turut Tergugat tidak sah. i i i i i

Dengan demikian Penggugat merasa dirugikan karena janji dari Tergugat i i i i i i i i i

untuk membayar biaya ganti kerugian tersebut belum dibayarkan kepada


i i i i i i i i i

Penggugat. i

Kemudian mengapa Tergugat dalam putusannya dapat dikatakan sebagai


i i i i i i i

subjek yang melakukan perbuatan melawan hukum? Penulis terlebih dahulu


i i i i i i i i i i

menjelaskan secara klasik, yang dimaksud dengan “perbuatan” dalam istilah i i i i i i

perbuatan melawan hukum adalah:51


i i i

1. Nonfeasance atau suatu tindakan untuk tidak berbuat sesuatu yang i i i i i i i i i i

diwajibkan oleh hukum;


i i i i

2. Misfeasance atau tindakan yang dilakukan secara salah, yangmana


i i i i i

suatu tindakan tersebut merupakan kewajibannya;


i i i i i i

3. Malfeasance atau suatu tindakan yang dilakukan padahal si pembuat i i i i i i i i

tidak berhak untuk melakukannya.


i i i i

Disini perbuatan Tergugat masuk kategoti dalam istilah perbuatan


i i i i i i i i i i

Misfeasance, yakni tindakan yang dilakukan secara salah, yangmana suatu


i i i i i i i

tindakan tersebut merupakan kewajibannya. Dimana pada awalnya Tergugat


i i i i i i

sudah berjanji akan memberikan biaya ganti rugi atas tanah Penggugat yang
i i i i i i i i

51
Indah Sari, “Perbuatan Melawan Hukum (PMH) Dalam Hukum Pidana dan Hukum Perdata”,
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara, Vol. 11, No. 1 (September 2020), hal. 65
39

terkena dampak proyek dari Pemerintah. Namun kenyataannya justru biaya i i i i i i

ganti kerugian tersebut ditangguhkan. Hal ini apabila dilihat dalam suatu
i i i i i i i i i i i i i

perjanjian sudah menjadi kewajiban Tergugat untuk segera memberi biaya


i i i i i i i i i

ganti rugi tersebut, karena dari perjanjian tersebut telah terpenuhi syarat sah
i i i i i i i i i

perjanjian yang ada di dalam Pasal 1320 KUHPerdata yakni 1) Sepakat; 2)


i i i i

Cakap; 3) objeknya jelas; 4) Causa yang halal dalam hal ini tidak bertentangan i i i i

dalam peraturan perundang-undangan. Dari keempat syarat sah perjanjian i i i i i

tersebut tidak ada yang menyimpangi.


i i i i

Selanjutnya Penulis akan menguraikan unsur-unsur perbuatan melawan


i i i i i i i i i i

hukum dalam Pasal 1365 KUHPerdata dikaitkan perbuatan dari Terdakwa.


i i i i i i i

Unsur-unsur sebagai berikut:


i i i i i i i

1. Adanya suatu perbuatan i i i

Suatu perbuatan melawan hukum diawali oleh suatu perbuatan dari si


i i i i i i i i i i i i

pelakunya. Secara umum disepakati bahwa perbuatan dalam hal ini i i i i i i i i

berarti melakukan sesuatu (dalam arti aktif) atau tidak melakukan i i i i i i i i i

sesuatu (dalam arti pasif). Misalnya, dia tidak melakukan sesuatu


i i i i i i i i i i

meskipun secara hukum diwajibkan untuk melakukannya oleh hukum


i i i i i i i i i i i

yang berlaku.52 i

Dilihat dalam kasus tanah sengketa diatas, bahwa Tergugat telah


i i i i i

menangguhkan biaya ganti rugi yang akan diberikan kepada i i i i i i i

Penggugat. Dimana alasan Tergugat menangguhkan biaya ganti rugi i i i i i i i i

tersebut karena Tergugat menilai jika kepimilikan hak atas tanah i i i i i i i i

52
Munir Fuady, 2005, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer, Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, hal. 10
40

Penggugat tidak sah. Sehingga Tergugat memilih untuk tidak


i i i i i i i i i

memberikan biaya ganti rugi atas tanah sengketa tersebut.


i i i i i i

2. Perbuatan tersebut melawan hukum


i i i i

Sejak tahun 1919 unsur melawan hukum ini diartikan dalam arti yang i i i i i i i i i i

seluas-luasnya, yakni meliputi hal-hal sebagai berikut:53


i i i i i i i i i

a) Perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain i i

Maksudnya hak orang lain disini adalah hak-hak yang diakui oleh
i i i i i i i i

hukum hak-hak pribadi; hak-hak kekayaan; hak atas kebebasan;


i i i i

hak atas kehormatan dan nama baik i

Dalam perkara sengketa tanah diatas menjelaskan bahwa disini hak i i i i

pribadi dan hak kekayaan dari si Penggugat tidak diperoleh dari si


i i i i i i i i i

Tergugat padahal tanah Penggugat sudah terdampak luapan air


i i i i i

proyek dari Pemerintah berupa pembuatan bendung dan jaringan i i i i i i

irigasi radangan
i i i

b) Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri


i i i i i i

“bahwa perbuatan itu bertentangan dengan kewajiban hukum orang i i i i i i

tersebut (rechtsplicht). Yang dimaksud dengan “kewajiban hukum” i i i i i i i

(rechtsplicht) adalah bahwa seseorang diwajibkan oleh undang- i i i i

undang, baik tertulis maupun tidak tertulis. Akibatnya tidak hanya


i i i i i i i i i i i

bertentangan dengan hukum tertulis (wettelijk plicht), tetapi juga i i i i i i i i

bertentangan dengan hak hukum orang lain (wettelijk recht).” i i i i

Hal ini diperlihatkan dalam perkara sengketa tanah di atas bahwa


i i i i i

Tergugat i tidak
i melaksanakan kewajibannya i dalam hal
53
Indah Sari, “Perbuatan Melawan Hukum (PMH) dalam Hukum Pidana dan Hukum Perdata”,
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara, Vol. 11, No. 1 (September 2020) hal. 65
41

menangguhkan i untuk i i membayar ganti i kerugian i i sehingga i

Penggugat merasa dirugikan i i i i

3. Adanya kesalahan dari pihak perilaku i i i i

Apabila suatu perbuatan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut, maka


i i i i i i i i i

dapat dipertanggungjawabkan secara hukum karena menurut undang-


i i i i i i i

undang dianggap mengandung kesalahan.


i i i

a) Adanya unsur kesengajaan, disini Tergugat sengaja belum i i i i i i i

membayar kerugian yang diderita Penggugat karena Tergugat i i i i i i

menganggap kepemilikan atas tanah milik Penggugat tidak sah. i i i i i i

Padahal Penggugat pun sudah memberikan bukti atas kepemilikan i i i i i i i i

hak atas tanah miliknya, meski kepemilikan hak atas tanah tersebut i i i i i i

belum memiliki sertifikat. i i i i i i

b) Tidak adanya alasan pembenar atau alasan pemaaf seperti keadaan


i i i

overmacht, membela diri, tidak waras, dan lain-lain. Di dalam i i i i i i

perkara sengekta tanah diatas Tergugat jelas tidak memiliki alasan i i i i i i

pembenar dan alasan pemaaf. Sehi ngga dapat dikatakan bahwa i i

perbuatan Tergugat dalam kategori adanya kesalahan dari


i i i i

perbuatan perilaku terpenuhi. i i i i i

4. Adanya kerugian bagi korban i i i

Kerugian dalam perbuatan melawan hukum disamping kerugian


i i i i i i i i i

materiil, yurisprudensi juga mengakui konsep kerugian immateriil


i i i i i i i i i i i i i i

yang juga akan dinilai dengan uang.


i i i i i

Bahwa adanya kerugian yang ditimbulkan dari perkara ini adalah tanah i i i i i i i i

Penggugat yang selama ini Penggugat gunakan untuk lahan pertanian


i i i i i i i i
42

diumumkan oleh Tergugat akan terkena dampak luapan air dari proyek
i i i i i i i

pemerintah bendung dan jaringan irigasi Randangan dan akan


i i i i i i

dilakukan penggantian ganti rugi dari Pemerintah. Namun kerugian


i i i i i i i i i i i

tersebut belum dibayarkan kepada Penggugat karena Tergugat menilai


i i i i i i i

tanah milik Penggugat adalah tanah sengketa. Penggugat sudah i i i i i

menjelaskan bahwa tanah miliknya adalah kepemilikan yang sah dan i i i i

jual beli atas tanah tersebut juga sah. Sehingga kerugian dari
i i i i i i i i

Penggugat adalah biaya tersebut ditangguhkan oleh Tergugat.


i i i i i i

5. Hubungan Klausul antar Perbuatan dengan Kerugian


i i i i i i i

Hubungan kausal antara perbuatan yang dilakukan dengan kemalangan


i i i i i i

yang ditimbulkannya juga merupakan keadaan demonstrasi yang i i i i i i

haram. Faktanya, hanya "fakta", atau apa yang sebenarnya terjadi, i i

yang menentukan kausalitas. Asalkan kerugian (akibat) tidak akan i i i i i i i

pernah terjadi tanpa adanya sebab, maka setiap penyebab yang i i

menimbulkan kerugian dapat menjadi penyebab faktual.


i i i i i i

Dari hubungan klausul antara perbuatan dengan kerugian dalam


i i i i i i i i

perkara sengketa tanah diatas jelas, bahwa perbuatan Tergugat yang i i i

tidak membayar ganti kerugian atas tanah Penggugat yang terkena


i i i i i

dampak proyek dari Pemerintah belum dibayarkan/ditangguhkan oleh i i i i i i

Tergugat. i

Sehingga setelah penulis menguraikan unsur-unsur dari setiap perbuatan


i i i i i i i i i i i i

melawan hukum dalam Pasal 1365 KUHPerdata dari kasus perkara nomor:
i i i i i

11/Pdt.G/2019/PN.Mar. Maka benar bahwa Tergugat telah terpenuhi semua i i i i

unsur dalam melakukan perbuatan melawan hukum.


i i i i i i
43

Pada hakikatnya yang harus dilakukan oleh setiap individu dalam


i i i i i i i i i

bermuamalah menurut prinsip dasar hukum ekonomi syariah adalah lâ dharar


i i i i i i i i i

wa lâ dhirâr, artinya syariat Islam melarang adanya perbuatan bahaya dan


i i i i i

yang membahayakan. Hal ini berdasarkan keterangan Rasulullah Saw yang i i i i

diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang berbunyi: “Bahwasannya Rasulullah


i i i i i i i

Saw bersabda: tidak boleh memudaratkan oleh lain dan tidak boleh i i i i

dimudaratkan” (HR. Ahmad).


i i

Al-Quran surah Al-Baqarah (2): 194 mnjelaskan terkai t dengan perbuatan


i i i i

melawan hukum yaitu: i i i i

‫”َالَّش ْهُر اْلَحَر اُم ِبالَّش ْهِر اْلَحَر اِم َو اْلُحُرٰم ُت ِقَص اٌۗص َفَمِن اْع َتٰد ى َع َلْيُك ْم َفاْعَتُد ْو ا َع َلْيِه ِبِم ْثِل َم ا اْعَت ٰد ى‬

“ ١٩٤ ‫َع َلْيُك ْم ۖ َو اَّتُقوا َهّٰللا َو اْعَلُم ْٓو ا َاَّن َهّٰللا َم َع اْلُم َّتِقْيَن‬

“Artinya: Bulan haram dengan bulan haram dan (terhadap) sesuatu yang
i i i i i

dihormati berlaku (hukum) kisas. Oleh sebab itu, siapa yang menyerang
i i i i i i i i i

kamu, seranglah setimpal dengan serangannya terhadapmu. Bertakwalah


i i i

kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah bersama orang-orang yang i i

bertakwa”

Bahwa apabila melihat korelasi perbuatan melawan hukum dalam segi


i i i i i i i

hukum negara dengan hukum islam sejatinya perbuatan yang merugikan itu
i i i i i i i i i i i

tidak diperbolehkan, artinya sama saja telah mendzolimi orang lain.


i i i i i i
44

B. Pertimbangan Hukum Pengadilan dalam Putusan Nomor:

11/Pdt.G/2019/ PN Mar Serta Jual Beli dalam Kepemilikan Hak Atas

Tanah tersebut Sah dan Mempunyai Kekuatan Hukum yang Mengikat

Tanah adalah lapisan permukaan atau lapisan bumi yang di atas sekali.54 i i i i i i i i

Jika melihat dari lingkup agraria, tanah diartikan sebagai sebuah bagian dari
i i i i i i i i i i i i

bumi, yang dikenal sebagai permukaan bumi. Namun dalam hal ini ytang
i i i i i i i i i i

dimaksudkan dari tanah tidak mengatur tanah dalam segala aspeknya,


i i i i i

akantetapi hanya mengatur salah satu aspek saja berupa hak atau hanya dalam
i i i i i

arti yuridis.55 i i i i

Pasal 22 UUPA menjelaskan bahwa hak milik terjadi dikarenakan 1) i i i i i i

menurut hukum adat; 2) karena Penetapan Pemeri ntah; 3) karena Undang-


i i i i i i

undang. Akibat dari terjadinya hak milik tersebut, timbullah hubungan hukum
i i i i i i i i i i i i i

antara subjek dengan bidang tanah tertentu yang isi, sifat, dan ciri-cirinya
i i i i i i i i i i

sebagaimana penjelasan di atas, tanah yang sebelumnya berstatus tanah


i i i i

negara atau tanah hak lain, maka dengan terjadinya hak milik itu tanah yang
i i i i i i i

bersangkutan berstatus tanah hak milik.56 i i i i

Untuk memahami sengketa tanah, diperlukan dua istilah yang berkaitan—


i i i i i i i i i

sengketa tanah dan konflik tanah. Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun i i i

2011 tentang tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus i i

Pertanahan secara jelas membedakan kedua istilah tersebut, padahal keduanya i i i i i

merupakan kasus pertanahan. Dijelaskan dalam butir 2 Pasal 1 bahwa:


i i i i i

54
Muhammad Hatta, 2005, Hukum Tanah Nasional dalam Perspektif Negara Kesatuan,
Yogyakarta: Penerbit Media Abadi, hal. 24
55
Urip Santoso, 2012, Hukum Agraria: Kajian Komprehensif, Jakarta: Kencana Prenamedia
Group, hal. 9
56
Ibid, hal 46
45

Sengketa tanah, disebut juga perselisihan, adalah perselisihan mengenai tanah i i i i i i i i

antara orang pribadi, badan hukum, atau lembaga yang tidak mempunyai i i i i i i i i

pengaruh yang berarti terhadap masyarakat atau politik. Sengketa pertanahan,


i i i i i

atau disingkat konflik, adalah sengketa pertanahan antara i ndividu, kelompok,


i i i i i i i i

organisasi, badan hukum, atau lembaga yang bertendensi atau berdampak luas
i i i i i i i i

pada bidang sosial politik. i i i i

Bahwa menurut Majelis Hakim dalam pertimbangannya dimana i i i i i i

Penggugat mampu membuktikan dan memberi keyakinan jika Penggugat


i i i i i i i i

adalah subjek pemilik atas objek sengketa tanah di buktikan dengan adanya
i i i i i i

surat keterangan jual beli tanah dibawah tangan, surat keterangan penguasaan
i i i i i i

tanah, kuitansi jual beli tanah, serta saksi-saksi yang dihadirkan Penggugat
i i i i i i i i i i

dengan demikian menurut Majelis Hakim memutuskan bahwa menyatakan i i i i i i i i

sebidang tanah dengan luas 10.000M2 adalah milik Penggugat, menyatakan


i i i i i

jual beli antara Penggugat dan Turut Tergugat adalah sah dan berharga serta
i i i i i i

mempunyai kekuatan hukum yang mengikat; menyatakan semua surat-surat


i i i i i i i i i

atas kepemilika tanah tersebut adalah sah dan mempunyai kekuatan hukum i i i i i i i i

yang mengikat; menyatakan Tergugat melakukan perbuatan melawan hukum. i i i i i i

Sehingga kemudian yang menjadi pertanyaan adalah apakah jual beli


i i i i i i

kepemilikan hak atas tanah dibawah tangan tersebut sah dan mempunyai
i i i i i i

kekuatan hukum yang mengikat? Penulis akan mencoba menguraikan


i i i i i i i i

berdasarkan pertimbangan dalam kasus perkara nomor 11/Pdr.G/2019/ PN i i

Mar yang kemudian dikorelasikan dengan beberapa aturan dan yurisprudensi i i i i i i i i i

sebagai pembanding. i i
46

Bahwa Menurut Hukum Perdata, jual beli adalah salah satu macam i i i i i i i

perjanjian/perikatan yang termuat dalam buku III KUHPerdata tentang


i i i i i i i i i

perikatan. Dalam hal jual beli tanah dari bunyi Pasal 1457 KUHPerdata :
i i i i i i i

“Jual beli adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu
i i i i i i i i

mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak ain


i i i i i i i i i

membayar harga yang telah dijanjikan” i i

M. Yahya Harahap menjelaskan, yang dimaksud dengan “jual beli” adalah i i i i

suatu perjanjian dimana pihak yang satu mengikat pihak yang lain dengan
i i i i i i i i i

berjanji akan membayar harga dan penjual dengan berjanji akan menyerahkan
i i i

sesuatu (zaak).57 i i

Pasal 1457 KUHPerdata, menjelaskan bahwa suatu jual beli dalam hukum i i i i i i i

perdata hanya dikenal/dianut jual beli yang bersifat obligatoir. Obligatoir i i i i i i i i i i

dalam hal ini diartikan sebagai perjanjian jual beli baru meletakkan hak dan i i i i i i i i i

kewajiban timbal balik antara kedua belah pihak, atau secara singkat jual beli
i i i i i i i i i

yang dikenal atau dianut dalam hukum perdata belum memindahkan hak
i i i i i i i i

milik akantetapi hak milik baru berpindah degan dilakukan penyerahan atau
i i i i i i i i i i

levering.58 Sedangkan pada pasal 1458 KUHPerdata menjelaskan mengenai


i i i

jual beli benda tidak bergerak. Pasal tersebut menjelaskan bahwa pada benda
i i i i

tidak bergerak jual beli telah dianggap terjadi meskipun terhadap benda
i i i i i i i

tersebut belum diserahkan atau harganya belum dibayar. Terkait pemindahan


i i i i i i i i

57
Mersetyawati C. M. Lamber, “Legalitas Transaksi Penjualan Melalui Internet Ditinjau dari
Hukum Perdata”, Lex Privatum, Vol. 6, No. 8 (2018), hal. 110
58
Soedharyo Soimin, 2004, Status Hak dan Pembebasan Tanah, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 86
47

hak masih dibutuhkan suatu perbuatan hukum lain yang berupa penyerahan
i i i i i i i i i i i

dimana mengenai cara penyerahan tersebut ditetapkan dengan suatu peraturan


i i i i i i i

lain. i

Dari penjelasan tersebut diatas, dalam hukum perdata jual beli tanah dapat
i i i i i i i

dibedakan kedalam 2 bagian, yaitu mengenai perjanjian jual belinya


i i i i i i i i

kemudian mengenai penyerahan haknya. Dari kedua bagian tersebut terpisah


i i i i i i i i

satu dengan lainnya. Oleh sebab itu, meskipun terhadap perjanjian jual beli
i i i i i i i i i

sudah selesai dilakukan yang biasanya dibuktikan dengan akta notaris, akan
i i i i i i i i i

tetapi jika penyerahan haknya belum dilakukan, maka status tanah tersebut
i i i i i i i

masih tetap hak milik penjual. Jual beli tanah yang dikenal pada hukum adat
i i i i i i i i i

dan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) mempunyai pengertian yang


i i i i i i i i

sama, berdasarkan Pasal 5 UUPA maka pengertian jual beli tanah hak milik i i i i i i i

adalah pengertian jual beli menurut hukum adat.59 i i i i i i i

Menurut hukum adat jual beli tanah adalah suatu pemindahan hak atas
i i i i i i i i i

tanah yang bersifat terang dan tunai, terang berarti perbuatan pemidahan hak i i i i i i

tersebut harus dilakukan di hadapan kepala adat, yang berperan sebagai


i i i i i i

pejabat yang menanggung keteraturan dan sahnya perbuatan pemindahan hak i i i i

tersebut, sehingga pemindahan hak dan pembayaran harganya dilakukan


i i i i i

secara serentak.60

Dalam proses jual beli tanah pada hukum adat sering menjadi pembahasan i i i i i i

mengenai keikutsertaan kepala adat/kepala desa. Terkait


i i i i keikutsertanya i i

kepala adat/kepala desa dalam jual beli hak atas tanah pada hukum adat, i i i i

59
Adrian Sutedi, 2010, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya Edisi 1, Jakarta: Sinar
Grafika, hal. 149
60
Ibid, hal. 72
48

Mahkamah Agung dalam Yurisprudensinya tanggal 13 Desember 1958 No. i i i i i

4/K/RUP/1958 menyatakan bahwa keikutsertanya kepala Desa/kepala adat


i i i

merupakan sebuah keharusan. Hal ini dikarenakan keikutsertaan tersebut


i i i i i i i i i

merupakan sebagai sebuah syarat mutlak yang diatur oleh hukum adat.
i i i i i i i i

Sehingga proses jual beli atas tanah dianggap sah apabila ada percampuran
i i i i i i

kepala Desa atau kesaksian kepala Desa itu sebagai sebuah keyakinan yang i i i i i i i

kuat. i

“Dalam putusan Mahkamah Agung tanggal 12 Juni 1975 No. i i i i i

952/K/SIP/1975 menurut pertimbangannya yang sah, jual beli sesuai aturan


i i i i i i i i i

baku adalah penting jika dilakukan dengan cara yang benar dan rill serta
i i i i i i

dilihat dan diketahui oleh Kepala Adat. Putusan MA tersebut sejalan dengan
i i i i i i i i

prinsip hukum adat. Apabila jual beli tersebut tidak dilakukan di hadapan
i i i i i i i i i i i i

Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), Jual beli tetap sah karena UUPA i i i i i

berdasarkan hukum adat, dan pengertian jual beli UUPA menggunakan asas i i i i i i i i

hukum adat yang konkrit dan nyata.”61


i i i

“Sistem konkrit atau tunai, yang mengacu pada peralihan hak atas tanah
i i i i i i i

secara serentak segera setelah pembeli menerima pembayaran atas tanah i i

tersebut, digunakan dalam hukum adat untuk jual beli hak atas tanah.
i i i i i i i i i

Demikian pula, sesuai dengan hukum adat, pertemuan kehendak harus


i i i i i i i i i

dikonkretkan dengan menyerahkan uang muka agar dapat mengikat secara


i i i i

hukum. Sesuai dengan hukum adat, tanah telah diserahkan kepada pembeli
i i i i i i i i

bersamaan dengan penyerahan pada saat transaksi jual beli hak atas tanah i i i

61
Prancisca Romana Dwi Hastuti, “Keabsahan Jual Beli Hak Atas Tanah di Bawah Tangan di Desa
Patihan Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen (Tinjauan Beberapa Kasus Terkait di Pengadilan
Negeri di Surakarta)”, Jurnal Repertorium, Vol. II, No. 2 (Juli-Desember 2015) hal. 121
49

dilakukan di atas atau tanpa kertas meterai dan harus dibubuhi cap yang
i i i i i i i i i i

dibuat oleh para pihak sebelumnya. kepala desa yang bersangkutan.62


i i i i i

Bahwa apabila melihat perkara sengketa tanah diatas, dari fakta i i i i

persidangan dan bukti yang dihadirkan oleh Penggugat dalam persidangan


i i i i i i i

dengan dikorelasikan dengan peraturan perundang-undangan maupun i i i i i i i

yurisprudensi, maka Perjanjian jual beli hak atas tanah dibawah tangan adalah
i i i i i i i i

sah dan memiliki kekuatan hukum yang mengikat. i i i i i i i

Jual beli dibawah tangan yang dilakukan oleh Penggugat dan Turut
i i i i i i i i

Tergugat dilakukan dengan cara riil dan tunai. Riil dan tunai dalam perkara
i i i i i i i i i i i

sengketa tanah diatas adalah bahwa jual beli tersebut dibuatkan kuitansi i i i i i i i i i

pembelian tanah milik Turut Tergugat. Selain riil dan tunai perjanjian jual beli
i i i i i i i i i i i i i i

tersebut harus disaksikan serta diketahui oleh Kepala Desa. Dalam perkara
i i i i i i i

sengketa tanah diatas, setelah Penggugat dan Turut Tergugat sepakat dan telah i i i i i

dibuatkannya kuitansi jual beli tanah. Penggugat dan Turut Tergugat datang
i i i i i i i i i i i

ke Kantor Desa untuk melaporkan jual beli tersebut sehingga Kepala Desa i i i i i i

membuat surat keterangan jual beli. i i i i

Bahkan Kepala Desa mengetahui asal muasal tanah yang dibeli oleh i i i i i

Penggugat. Bahwa Kepala Desa mengetahui jika Turut Tergugat menguasai


i i i i i i i i i

tanah yang dibeli Penggugat sejak tahun 2000. Kepala Desa juga mengetahui i i i i i i i

jika Turut Tergugat membeli tanah tersebut dari A. Senal, dan A. Senal sendiri
i i i i i i i i i

memiliki surat keterangan kepemilikan dan penguasaan tanah.


i i i i i i i

Sehingga menurut hukum adat jual beli tanah dibawah tangan dinyatakan
i i i i i i i i i

sah karena bermula perjanjian jual beli antara Penggugat dan Turut Tergugat i i i i i i i i

62
Ibid
50

yang kemudian setelah itu dihadiri oleh Kepala Desa yang berperan sebagai
i i i i i i i i

pejabat yang menanggung keteraturan dan sahnya perbuatan pemindahan hak i i i i

tersebut. Hal ini dikuatkan dengan adanya yurisprudensi Mahkamah Agung


i i i i i i i i i i

No. 4/K/RUP/1958 menyatakan bahwa keikutsertanya kepala Desa/kepala i i i

adat merupakan sebuah keharusan. Hal ini dikarenakan keikutsertaan tersebut


i i i i i i i i i

merupakan sebagai sebuah syarat mutlak yang diatur oleh hukum adat.
i i i i i i i i

Sehingga proses jual beli atas tanah dianggap sah apabila ada percampuran
i i i i i i

kepala Desa atau kesaksian kepala Desa itu sebagai sebuah keyakinan yang i i i i i i i

kuat. Bahwa di dalam fakta persidangan Penggugat mengadirkan Kepala


i i i i i

Desa sebagai saksi, dan kepala Desa tersebut membenarkan peristiwa hukum i i i i i i i

yang dilakukan antara Penggugat dan Turut Tergugat.


i i i i i i

Bahwa apabila kita melihat dalam pertimbangan Majelis Hakim dalam i i i i i i

putusan perkara nomor 11/Pdr.G/2019/ PN Mar terkait perjanjian jual beli


i i i i i i

dibawah tangan terhadap hak atas tanah. Majeli s Hakim dalam Pertimbangan
i i i i

hukumnya menyampaikan di dalam hukum perdata dikenal dengan asas jual


i i i i i i i i

beli yakni terang dan tunai yang memiliki makna “terang” yang apabi la
i i i i i i i i

dilakukan oleh kedua belah pihak yakni antara Penggugat sebagai Pembeli
i i i i i i i i

dan Turut Tergugat sebagai penjual yang telah mempunyai kesepakatan dalam
i i i i i i i

perjanjian jual belinya, kemudian makna “tunai” apabila telah dilakukan


i i i i i i i i i i

pembayaran yang mana pembayaran tersebut bisa dilakukan secara dibayar i i i i i

lunas atau baru dibayar sebagian sebagaimana yang telah diperjanjikan.


i i i i i i i i

Dalam hal ini penyerahan uang dari Penggugat kepada Turut Tergugat ebagai i i i i i i i i i

suatu bentuk “tunai” kemudian ditindaklanjuti dengan surat keterangan beli


i i i i i i i i i i i i i
51

tanag berdasarkan bukti yang dihadirkan pada persidangan sebagai suatu i i i i i i i i

bentuk “terang” i

Bahwa menurut i i Majelis i Hakim i dalam pertimbangan i hukumnya i i

menjelaskan persyaratan jual beli dalam hukum adat yaitu terang dan tunai i i i i i i i i

serta menurut Yurisprudensi Mahkamah Agung dalam putusannya nomor i i i i i i i i i

655/K/Sip/ 1979 tertanggal 22 Juli 1980 yang menyatakan “dengan telah


i i i

terjadinya jual beli antara penjual dengan pembeli yang diketahui kepala
i i i i i i i i

kampung yang bersangkutan dan dihadiri oleh orang dua saksi, serta
i i i i i i i

diterimanya harga pembelian oleh penjual, maka jual beli sudah sah menurut
i i i i i i i i i

hukum, sekalipun belum dilaksanakan dihadapan PPAT”


i i i i i i i

Bahwa terdapat korelasi antara Perkara putusan nomor 11/Pdr.G/2019/ PN i i i

Mar dengan peraturan perundang-undangan yurisprudensi Mahkamah Agung i i i i i i i i

lainnya yang pada intinya perjanjian jual beli dibawah tangan terhadap hak
i i i i i i i

atas tanah sah dan memiliki kekuatan hukum yang mengikat sepanjang i i i i i i i

perjanjian tersebut dilakukan dengan cara terang dan tunai yang disaksikan
i i i i i i i i

dan diketahui oleh kepada Desa. Sehingga kepemilikan hak atas tanah milik
i i i i i i i i

Pengguat sah menjadi miliknya. i i i i

Bahwa sebetulnya Mahkamah Agung juga memberikan perlindungan i i i i i i

hukum kepada pembeli dalam hal jual beli tanah yang beritikad baik. Dalam
i i i i i i i i

hal ini tertuang dalam Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 tahun 2016
i i i i i i

yang membahas mengenai pengertian pembeli beritikad baik sebagaimana i i i i i i i

tercantum dalam kesepakatan kamar perdata tanggal 9 Oktober 2014 hu ruf a


i i i

yang disempurnakan sebagai berikut, “melakukan jual beli atas objek tanah
i i i i i i i i

tersebut dengan taat cara/prosedur dan dokumen yang sah sebagaimana telah
i i i i
52

ditentukan peraturan perundang-undangan yang salah satunya menyebutkan


i i i i i i i

pembelian terhadap tanah milik adat/yang belum terdaftar yang dilaksanakan


i i i i i

menurut ketentuan hukum adat yaitu: 1) dilakukan secara tunai dan terang
i i i i i i i i i i i

(dihadapan/diketahui Kepala Desa/Lurah setempat); 2) Didahului dengan


i i i i i i i i i

riset mengenai status tanah objek jual beli dan berdasarkan riset tersebut
i i i i i i i

menunjukkan bahwa tanah objek jual beli adalah milik penjual”.


i i i i i i i

Dengan demikian peristiwa hukum yang dilakukan Penggugat dan Turut i i i i i i i i i i i

Tergugat merupakan pihak-pihak yang beritikad baik dan berhak untuk


i i i i i i i i i

diberikan perlindungan, terkhusus untuk Penggugat sebagai pihak yang


i i i i i i i i i i i

dirugikan oleh Tergugat.


i i i i

Bahwa jual beli yang dilakukan secara di bawah tangan sebagaimana yang i i i i i i

dimaksud oleh Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 tahun 1997 tentang


i i i i i

pendaftaran tanah, adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh penjual dan i i i i i i

pembeli dengan maksud untuk memindahkan hak atas tanah dengan cara
i i i i i

membuat surat jual beli tanah dengan materai secukupnya dan telah kepala
i i i i i i i

adat atau kepala Desa atau Lurah. Sedangkan objek dari jual beli itu sendiri
i i i i i i i i i i

adalah tanah bekas hak milik adat, yaitu tanah-tanah yang dulu dimiliki oleh i i i i i i i i i i

masyarakat pribumi sebelum berlakunya UUPA atau tanah tersebut belum i i i i i i i i i i

bersertifikat, misalnya masih letter C dan belum dikonversi, sehingga diatur


i i i i i i i i i i

menurut Hukum Adat. i i i i

Meskipun tanah yang dijadikan objek jual beli tidak memiliki alat bukti
i i i i i i i i i i i i

lain selain surat jual beli yang dibuat secara di bawah tangan, tetapi dengan
i i i i i i i i i

dikeluarkannya PP No. 24 tahun 1997, maka tanah tersebut tetap dapat


i i i i

didaftarkan sepanjang syarat-syarat materiil dalam jual beli terpenuhi antara


i i i i i i i
53

lain 1) Syarat-syarat umum bagi sahnya suatu perbuatan hukum (Pasal 1320
i i i i i i i i i

KUHPerdata); 2) Pembeli memenuhi syarat bagi pemegang hak atas


i i i i i

tanahnya; 3) Tidak dilanggar ketentuan Landreform; 4. Dilakukan secara i i i i i

tunai, terang, dan nyata (Putusan MA 655/K/SIP/1979).63 Dalam hal ini


i i i i i i i

sejatinya Penggugat dapat bermohon kepada Tergugat/ Badan Pertanahan


i i i

Nasional Gorontalo untuk penerbitan sertifikat yang awalnya belum


i i i i i i i

bersertifikat sepanjang syarat-syarat materiil dalam jual beli diatas terpenuhi.


i i i i i i i i i

Dan syarat tersebut dapat dipenuhi semua oleh Penggugat dan semestinya i i i i i i i

Tergugat sebagai pihak yang kalah dalam perkara ini segera memberikan
i i i i i i

biaya ganti kerugian kepada Penggugat dan membantu Penggugat untuk


i i i i i i i i i

segera menerbitkan sertifikat hak milik atas tanah milik Penggugat. i i i i i i i i

Orang perseorangan, baik warga negara Indonesia maupun warga negara i i i i i

asing, kelompok orang secara keseluruhan, dan badan hukum, baik swasta
i i i i i i

maupun umum, dapat diberikan hak atas tanah akibat penguasaan negara atas
i i i i i i i i

tanah. Pemegang hak atas tanah memiliki dua wewenang atas tanahnya, i i i i

yaitu:64 i i

1. Wewenang Umum i i

“Pemegang hak atas tanah mempunyai kekuasaan umum, artinya dapat i i i i i i

menggunakan tanah yang meliputi bumi dan air serta ruang angkasa di
i i i i i i i i i

atasnya. Kewenangan ini hanya diperlukan untuk kepentingan yang i i i i i i i

berhubungan langsung dengan penggunaan tanah dalam batas-batas


i i i i

63
Ibid, hal. 123
64
Urip Santoso, “Kewenangan Pemerintah Daerah terhadap Hak Penguasaan Atas Tanah”, Jurnal
Dinamika Hukum, Vol. 12, No. 1 (2012), hal. 193
54

yang ditetapkan oleh UUPA dan peraturan perundang-undangan


i i i i i i

lainnya.”
i

2. Wewenang Khusus i i

“Kekuasaan khusus: pemegang hak atas tanah mempu nyai wewenang


i i i i i

untuk menggunakan tanahnya sesuai dengan jenis hak atas tanah yang
i i i i i i

dimilikinya. Misalnya, penguasaan atas tanah dengan hak mi lik


i i i i i i i i

pribadi dapat digunakan untuk pertanian dan/atau bangunan gedung;


i i i i i i i i i i

Hak Guna Bangunan dapat digunakan untuk mendirikan bangunan.”


i i i i i i i i i

Bahwa dengan sahnya kepemilikan hak atas tanah milik Penggugat, i i i i i

Penggugat berhak untuk memanfaatkan tanah tersebut sesuai apa yang ingin
i i i i i i i i

Penggugat lakukan seperti digunakan untuk kepentingan pertanian seperti


i i i i i i i i i i

duduk perkara diatas yang menjelaskan setelah Penggugat membeli tanah dari
i i i i i i

Turut Tergugat
i i i
55

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil riset dan pembahasan mengenai perbuatan melawan i i i i

hukum (Onrechtmatigedaad) Terhadap Sengketa Kepemilikan Hak Atas Tanah


i i i i i

(Studi Putusan Pengadilan Negeri Marisa Nomor: 11/Pdt.G/2019/PN.Mar)


i i i i i i i

yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan


i i i i i i

sebagai berikut: i i i

1. Unsur Perbuatan Melawan Hukum (Onrechtmatigedaad) dalam

Putusan Nomor 11/Pdt.G/2019/PN.Mar

Bahwa terkait i unsur


i i perbuatan i melawan hukumi i

(onrechtmatigedaad) yang ditunjukkan dalam putusan nomor: i i i i i i

11/Pdt.G/2019/PN.Mar akan penulis jabarkan. Bahwa perbuatan i i i

melawan hukum i i dalam hukum i i perdata diatur i i dalam Pasal

1365KUHPerdata i yang menyatakan “tiap i perbuatan i yang

menimbulkan kerugian pada orang lain, mewajibkan orang yang


i i i i i i

bersalah menimbulkan kerugian itu, mengganti kerugian itu” i i i i i i i i i i i

Sehingga apabila ditinjau secara lebih mendalam unsur perbuatan


i i i i i i i i i

melawan hukum dalam Pasal 1365 KUHPerdata dibagi menjadi 4 i i i i i i

unsur yakni, 1) perbuatan ini harus melawan hukum; 2) perbuatan itu


i i i i i i i i i i i i

harus menimbulkan kerugian; 3) perbuatan itu harus dilakukan dengan


i i i i i i i i i i i

kesalahan; 4) antara perbuatan dan kerugian yang timbul harus ada i i i i i i

hubungan sebab akibat. Salah satu saja dari unsur-unsur diatas tidak
i i i i i i i i i i i

45
56

terpenuhi, mana perbuatan itu tidak dapat dikatakan perbuatan


i i i i i i i i

melawan hukum. i i

Sehingga setelah penulis menguraikan unsur-unsur dari setiap


i i i i i i i i i i i

perbuatan melawan hukum dalam Pasal 1365 KUHPerdata dari kasus


i i i i i i

perkara nomor: 11/Pdt.G/2019/PN.Mar. Maka benar bahwa Tergu gat i

telah terpenuhi semua unsur dalam melakukan perbuatan melawan i i i i i i i

hukum.
i i

Pada hakikatnya yang harus dilakukan oleh setiap individu dalam i i i i i i i i i

bermuamalah menurut prinsip dasar hukum ekonomi syariah adalah lâ


i i i i i i i i i

dharar wa lâ dhirâr, artinya syariat Islam melarang adanya perbuatan i i i i i

bahaya dan yang membahayakan. Hal ini berdasarkan keterangan i i

Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang berbunyi:


i i i i i i i

“Bahwasannya Rasulullah Saw bersabda: tidak boleh memudaratkan i i i i

oleh lain dan tidak boleh dimudaratkan” (HR. Ahmad).


i i i i

Bahwa apabila melihat korelasi perbuatan melawan hukum dalam i i i i i i

segi hukum negara dengan hukum islam sejatinya perbuatan yang


i i i i i i i i

merugikan itu tidak diperbolehkan, artinya sama saja telah mendzolimi


i i i i i i i i i

orang lain i

2. Pertimbangan Hukum Pengadilan dalam Putusan Nomor:

11/Pdt.G/2019/PN Mar Serta Jual Beli dalam Kepemilikan Hak

Atas Tanah Tersebut Sah dan Mempunyai Kekuatan Hukum yang

Mengikat

Bahwa menurut Majelis Hakim dalam pertimbangannya dimana i i i i i i

Penggugat mampu membuktikan dan memberi keyakinan jika


i i i i i i i
57

Penggugat adalah subjek pemilik atas objek sengketa tanah di buktikan


i i i i i i i

dengan adanya surat keterangan jual beli tanah dibawah tangan, surat i i i i i

keterangan penguasaan tanah, kuitansi jual beli tanah, serta saksi-saksi i i i i i i i i

yang dihadirkan Penggugat dengan demikian menurut Majelis Hakim


i i i i i i i i i

memutuskan bahwa menyatakan sebidang tanah dengan luas


i i i i

10.000M2 adalah milik Penggugat, menyatakan jual beli antara i i i i i

Penggugat dan Turut Tergugat adalah sah dan berharga serta


i i i i

mempunyai kekuatan hukum yang mengikat; menyatakan semua surat-


i i i i i i i i

surat atas kepemilika tanah tersebut adalah sah dan mempunyai


i i i i i i

kekuatan hukum yang mengikat; menyatakan Tergugat melakukan


i i i i i i

perbuatan melawan hukum. i i i

Bahwa menurut Majelis Hakim dalam pertimbangan hukumnya i i i i i i i

menjelaskan persyaratan jual beli dalam hukum adat yaitu terang dan i i i i i i

tunai
i i serta menurut Yurisprudensi i i i i i i Mahkamah Agung i dalam

putusannya nomor 655/K/Sip/ 1979 tertanggal 22 Juli 1980 yang


i i i i i

menyatakan “dengan telah terjadinya jual beli antara penjual dengan i i i i

pembeli yang diketahui kepala kampung yang bersangkutan dan


i i i i i i

dihadiri oleh orang dua saksi, serta diterimanya harga pembelian oleh
i i i i i i i i

penjual, maka jual beli sudah sah menurut hukum, sekalipun belum
i i i i i i i i i i i

dilaksanakan dihadapan PPAT”


i i

pada intinya perjanjian jual beli dibawah tangan terhadap hak atas
i i i i i i

tanah sah dan memiliki kekuatan hukum yang mengikat sepanjang i i i i i i i

perjanjian tersebut dilakukan dengan cara terang dan tu nai yang


i i i i i i
58

disaksikan dan diketahui oleh kepada Desa. Sehingga kepemilikan hak


i i i i i i i i

atas tanah milik Pengguat sah menjadi miliknya i i i i i i

B. Saran

Penulis dalam riset ini memberikan saran-saran yang diharapkan dapat


i i i i i i i

bermanfaat kepada Badan Pertanahan Nasional khususnya provinsi Gorontalo i i i i i

perlu memberikan penyuluhan kepada masyarakat bahwa kedepannya apabi la


i i i i i

ingin menjual atau membeli sebidang tanah alangkah lebih baik apabila
i i i i i i i i i

transaksi jual beli tanah tersebut dilakukan dengan mengikuti peraturan


i i i i i i i i i i

perundang-undangan yang berlaku, yaitu melaksanakan proses jual beli tanah


i i i i i i i

yang harus dilakukan dihadapan pejabat yang berwenang dalam hal i ni adalah
i i i i i i

Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Sehingga transaksi jual beli tanah yangi i i i i

dilakukan memiliki kepastian hukum dan perlindungan hukum yang kuat,


i i i i i i i i i i i i i

serta mengurangi timbulnya risiko di kemudian hari.


i i i i i i i i i i
59

Daftar Pustaka

Buku:
i i

Arif Zuardin, Meri M Imun, Handayani, Irwan Hadi, Rudy Hidana, Anna
i i i i i i i i i i i

Yulianna, Diana Haiti, Slamet Yuswanto, Sapto Hermawan, Rospita


i i i i i i i

Adelina i Siregar,
i nandang Ihwanudin,
i i i Muchtar Anshary
i Hamid i

Labetubun, 2020, Etika Profesi Dan Aspek Hukum Bidang Kesehatan,


i i i i i i i

Bandung: Widina Bhakti Persada i i i i

Dirjosisworo Soedjono, 2010, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Raja Grafindo


i i i i i i i

Santoso, Urip, 2005, Hukum Agraria dan Hak-Hak Atas Tanah, Jakarta: i i i i i

Media i

Mu’adi, Sholih, 2010, Penyelesaian Sengketa Hak Atas Tanah Perkebunan


i i i i i

Dengan Cara Litigasi dan Non Litigasi, Jakarta: Prestasi Pustakaraya i i i i i i i i

Murad, Rusmandi, 1991, Penyelesaian Sengketa Hukum Atas Tanah,


i i i i i i

Bandung: Alumni i i i

Muhammad, Abdulkadir, 2000, Hukum Perdata Indonesia, Bandung: PT. Citra


i i i i i i i i i

Aditya Bakti i i

Fuady, Munir, 2013, Perbuatan Melawan Hukum: Pendekatan Kontemporer,


i i i i i i

Bandung: Citra Aditya Bakti i i i i

Prodjodikoro, Wirjono, 2000, Perbuatan Melanggar Hukum, Bandung:


i i i i i i

Mandar Maju i

Marzuki, Peter Mahmud, 2007, Riset Hukum, Jakarta: Kencana


i i i i i i

Ibrahim, Johnny,2007, Teori & Metodelogi Riset Hukum Normatif, Malang:


i i i i i i i i

Bayumedia Publishing i i i i i

48
60

Ali, Zainuddin, 2016, Metode Riset Hukum, Jakarta: Sinar Grafika


i i i i i i i i i

Fuady Munir, 2005, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer,


i i i i i i

Bandung: PT. Citra Aditya Bakti i i i i

Prodjodikoro, Wirjono, 2000, Perbuatan Melanggar Hukum Dipandang dari


i i i i i i i

Sudut Hukum Perdata, Yogyakarta: Mandar Maju


i i i i i

Soimin, Soedharyo, 2004, Status Hak dan Pembebasan Tanah, Jakarta: Sinar
i i i i

Grafika i

Sutedi, Adrian, 2010, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya Edi si 1,
i i i i i i

Jakarta: Sinar Grafika i i

Hatta, Muhammad, 2005, Hukum Tanah Nasional dalam Perspektif Negara i i i i i

Kesatuan, Yogyakarta: Penerbit Media Abadi i i i i

Santoso, Urip, 2012, Hukum Agraria: Kajian Komprehensif, Jakarta: Kencana i i i i i i i

Prenamedia Group i i

Santoso, Urip, 2010, Pendaftaran Tanah dan Peralihan Hak Atas Tanah, i i i

Jakarta: Kencana Prenamedia Group i i

Ruchiyat, Eddy, 2006, Politik Pertanahan Nasional Sampai Orde Baru,


i i i i i i i

Bandung: PT. Alumni i i i

Winarta, Frans Hendra, 2012, Hukum Penyelesaian Sengketa Arbitrase


i i i i i

Nasional Indonesia dan Internasional, Jakarta: Sinar Grafika


i i i i i i i

Hutagalung, Sophar Maru, 2012, Praktik Peradilan Perdata dan Alternatif


i i i i i i

Penyelesaian Sengketa, Jakarta : Sinar Grafika i i i

Manan, Abdul, 2005, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan i i i i i i

Peradilan Agama, Jakarta: Kencana, Cet-3 i

Karya Ilmiah: i i
61

D, I Wayan Nanda, Zainab Ompu Jainah, Anggalana, 2021, Perbuatan


i i i i i

Melawan Hukum Dalam Sengketa Tanah Lapangan Bola Kab. Lampung i i i

Selatan (Studi Putusan Nomor: 17/pdt.g/2020/PN Kla), Maqasidi, Vol. 1, i i i i i i

No. 2

Pahlevi, Rizky Reza, Zulfi Diane Zaini, Recca Ayu Hapsari, 2021, Analisis
i i i i i i i i i i i

Perbuatan Melawan Hukum (Onrechtmatigedaad) Terhadap Sengketa


i i i i

Kepemilikan Hak Atas Tanah, Pagaruyuang Law Journal, Vol. 5, No.1


i i i i i

Sari, Indah, 2020, Perbuatan Melawan Hukum (PMH) Dalam Hukum Pidana
i i i i i i i i

dan Hukum Perdata, Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara, Vol. 11, No. 1
i i i i i i i i

Pupi Eva Rahma Wahyuningsih, Ana Silviana, Herni Widanarti, , “Arti


i i i i i i i i i i i

Penting Pendaftaran Tanah Dalam Rangka Perlindungan Hukum


i i i i i

Kepemilikan Sertipikat Hak Atas Tanah Bagi Pemilik Tanah (Studi Di


i i i i i i i i i i

Desa Kalicilik Kabupaten Demak)”, Diponegoro Law Journal. Vol. 1.No. i i i i i i

Putra, Panji Adam Agus, 2021, Konsep Perbuatan Melawan Hukum


i i i i i i

Perspektif Hukum Ekonomi Syariah, Gorontalo Law Review Vol.4, No. 1 i i i i i i

Lamber, Mersetyawati C. M., 2018 Legalitas Transaksi Penjualan Melalui i i i i i i

Internet Ditinjau dari Hukum Perdata, Lex Privatum, Vol. 6, No. 8


i i i i i i i i i

Hastuti, Prancisca Romana Dwi, 2015, Keabsahan Jual Beli Hak Atas Tanah
i i i i i i

di Bawah Tangan di Desa Patihan Kecamatan Sidoharjo Kabupaten


i i i i i

Sragen (Tinjauan Beberapa Kasus Terkait di Pengadilan Negeri di i i i i i i i i

Surakarta), Jurnal Repertorium, Vol. II, No. 2


i i i i i i

Santoso, Urip, 2012, Kewenangan Pemerintah Daerah terhadap Hak i i i

Penguasaan Atas Tanah, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 12, No. 1


i i i i i i
62

Sari, Indah, 2017, Hak-Hak Atas Tanah Dalam Sistem Hukum Pertanahan di
i i i i i i

Indonesia Menurut Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA), Jurnal


i i i i i i i i i i

Mitra Manajemen, Vol. 9, No. 1


i

Sari, Ni Luh Ariningsih, I Made Suradana, Awaludin, 2021, Implikasi Hukum


i i i i i i i i i i i i i i i

Pura Sebagai Badan Hukum Keagamaan yang Dapat Memiliki Hak


i i i i i i i

Milik Atas Tanah (Kajian Terhadap PP No 38 Tahun 1963 Tentang


i i i i

Penunjukkan Badan-Badan Hukum Yang Dapat Memiliki Hak Atas


i i i i i i i

Tanah, Jurnal Ganec Swara, Vol. 15, No. 2 i

Hardiningsih, 2006, Analisis Pertanggungjawaban Kepala Desa Dalam


i i i i i i

Rangka Pendaftaran Konversi Bekas Hak Milik Adat (Studi di Wilayah i i i i i i i

Kecamatan Tanah Sereal Kotamadya Bogor), Jurnal Hukum & i i i

Pembangunan, Vol. 36 No 4 i

Zaini dan Mukhlish, “Fungsi Hukum Prespektif Filsafat Hukum”, Jurnal


i i i i i i i i i i i i i

Fundamental Justice, Volume 2, Nomor 2


i i i i

Artikel:
i

Aries, Albert, Hukum Online.com, 2013 Perbuatan Melawan Hukum dalam


i i i i i i i

Hukum i i Perdata dan Hukum i i Pidana,


i diakses i

melaluihttps://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5142a156995
i i i i i i i i i

12/perbuatan-melawan-hukum-dalam-hukum-perdata-dan-hukum-pidana/ i i i i i i i i

, pada tanggal 27 Maret 2021 pukul 21.48 WB i i


63

Pramesti, Tri Jata Ayu, Hukum Online, Daya Paksa dan Pembelaan Terpaksa
i i i i i i

Sebagai i Alasan Penghapusan i Pidana, i diakses


i melalui i i

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt51bd53f7b6b00/ i i i i i i i

daya-paksa-dan-pembelaan-terpaksa-sebagai-alasan-penghapus-pidana/ , i i i

pada tanggal 19 April 2021 pukul 04.03 WIB i i i i

Frisca, LBH “Pengayoman” Universitas Katolik Parahyangan, 2021, Apakah


i i i i i

itu
i i Perbuatan i Melawan Hukum?,
i i Diakses i melalui i i

https://lbhpengayoman.unpar.ac.id/apakah-itu-perbuatan-melawan- i i i i i

hukum/ , pada tanggal 21 Agustus 2022 pukul 13.39 WIB


i i i i i i i

Sugali, Sugali & Rekan, Gugatan Perdata Melawan Hukum, Diakses Melalui
i i i i i i i i i i

https://sugalilawyer.com/gugatan-perdata-perbuatan-melawan-hukum/
i i i i i i ,

pada tanggal 21 Agustus 2022 pukul 22.30 WIB i i i i i

Tesis Hukum, 2014, Pengertian Perbuatan Melawan Hukum Menurut Para


i i i i i i i i i

Ahli, i Diakses i melalui i i http://tesishukum.com/pengertian-perbuatan- i i i i i

melawan-hukum-menurut-para-ahli/, pada tanggal 21 Agustus 2022,


i i i i i i i

pukul 13.45 WIB


i i i

Anda mungkin juga menyukai