Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PRAKTIK PENDIDIKAN PROFESI NERS

PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


DI DESA TAMBAKSOGRA KECAMATAN SUMBANG
KABUPATEN BANYUMAS

Disusun Oleh:
1. Guruh Asmara Karnadinata 9. Semi Intan Maharani
2. Desy Eka Purwanti 10. Annisa Meilia Rizki Nugraheni
3. Restu Putri Madani 11. Dini Anggi Yanti
4. Muhammad Raihan 12. Warih Jati Anggoro
5. Nita Dwi Linda Feriany 13. Tri Haryanti
6. Nenden Nadila 14. Eliza Ananda Putri
7. Alfinia Wina Astuti 15. Elisyah Wiji Yumeilda
8. Miftakhus Salam

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2023

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 3
C. Manfaat Penulisan ...................................................................................... 3
D. Sistematika ................................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Konsep Dasar Kesehatan ............................................................................ 6
1. Pengertian Kesehatan ........................................................................... 6
2. Pembangunan Kesehatan ..................................................................... 6
3. Program Indonesia Sehat ..................................................................... 7
B. Konsep Dasar Komunitas ......................................................................... 12
C. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas ................................................... 12
1. Definisi Keperawatan Komunitas ...................................................... 12
2. Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas ...................................... 13
3. Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas ..................................... 14
4. Proses Pelaksanaan Keperawatan Komunitas .................................... 16
5. Perbedaan Keperawatan Komunitas dari Disiplin Kperawatan Lain . 18
D. Konsep Model Asuhan Keperawatan Komunitas .................................... 21

BAB III DATA DAN HASIL ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS .... 29


A. Pengkajian ................................................................................................ 29
1. Data Inti .............................................................................................. 29
2. Lingkungan Fisik ............................................................................... 37
3. Pelayanan Kesehatan Dan Sosial ....................................................... 39
4. Ekonomi (Jenis Pekerjaan) ................................................................. 41
5. Keamanan dan Transportasi ............................................................... 42
6. Politik dan Pemerintahan ................................................................... 42
7. Sistem Komunikasi ............................................................................ 43
8. Pendidikan .......................................................................................... 44
9. Rekreasi .............................................................................................. 45
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................................. 45

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses keperawatan tidak hanya mencakup masalah individu namun
juga meliputi keluarga, kelompok serta masyarakat pada umumnya.
Paradigma pelayanan keperawatan yang mengalami perubahan menjadi
upaya promotif dan preventif semakin menekankan peran perawat yang
tidak hanya membantu seorang individu untuk bebas dari penyakit yang
diderita namun juga lebih pada menstimulasi tumnbuhnya kemandirian
masyarakat dalam melaksanakan upaya preventif dan promotive yang pada
akhirnya mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Keperawatan komunitas merupakan suatu sintesa dari praktik ilmu
keperawatan dengan ilmu kesehatan masyarakat yang diaplikasikan untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakattanpa membatasi
kelompok yang diberikan asuhan keperawatan. Seluruh masyarakat tanpa
memandang umur dan golongan tertentu terlibat dalam pemberian asuhan
keperawatan komunitas
Teori komunitas sebagai mitra (Communityas Partner)adalah teori
praktis yang diturunkan dari model teori konseptual system yang
dikembangkan dan dipublikasikan oleh Betty Neuman pada tahun 1970.
Model system ini merefleksikan sifat klien sebagai sistem terbuka (Sahar,
J., Setiawan, A., dan Riasmini, 2019).
Tujuan umum asuhan keperawatan komunitas adalah meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara kesehatannya sehingga dapat
mencapai
derajat kesehatan yang optimal, yang berarti masyarakat tidak hanya
terbebas dari penyakit namun mampu produktif sampai usia senja.
Sedangkan tujuan khusus pemberian asuhan keperawatan komunitas antara
lain:
1. Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang konsep sehat dan sakit

1
2. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga dan kelompok serta
masyarakat pada umumnya untuk melaksanakan upaya perawatan dasar
dalam rangka menangani masalah keperawatan.
3. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus di rumah, panti dan di
masyarakat yang membutyuhan pembinaan dan asuhan keperawatan
4. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindak lanjut
dan asuhan keperawatan di rumah
5. Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko
tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah
dan di Puskesmas
6. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk
menuju keadaan sehat optimal.
Pencapaian tujuan pemberian asuhan keperawatan komunitas bukan
hanya merupakan tanggung jawab dari perawat namun lebih pada seluruh
anggota masyarakat.
Pelayanan Keperawatan adalah pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan serta ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat baik sehat maupun sakit (UU Keperawatan
No. 38 tahun 2014).
Desa Tambaksogra merupakan satu wilayah di kecamatan Sumbang
Kabupaten Banyumas yang memiliki luas 260, 29 Ha dengan jumlah
penduduk 8412 jiwa, untuk jumlah penduduk perempuan di desa ini
sebanyak 4200 jiwa, sedangkan untuk jumlah laki-laki sebanyak 4212 jiwa.
Di desa tambaksoga terdiri atas 2723 KK, ibu hamil berjumlah sebanyak 46
orang, jumlah balita sebanyak 412 orang. Pada kecamatan Sumbang sendiri
terbagi menjadi 2 Puskesmas.
Permasalahan kesehatan yang kami temukan di Desa Tambaksogra
Kecamatan Sumbang relevan dengan permasalahan kesehatan profil
kesehatan Banyumas. Permasalahan tersebut meliputi status kesehatan
lansia, pada anak dan balita, ibu hamil dan pola hidup sehat. Oleh karena itu
kami akan melakukan Asuhan keperawatan komunitas yang dilaksanakan

2
oleh Mahasiswa Program Pendidikan Ners Universitas Muhammadiyah
Purwokerto melalui keperawatan di masyarakat berlangsung mulai tanggal
1 Mei 2023 sampai dengan 4 Juni 2023 di Desa Tambaksogra Kecamatan
Sumbang Kabupaten Banyumas.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan kegiatan asuhan keperawatan komunitas dalam
konteks
pelayanan kesehatan khususnya di Desa Tambaksogra Kecamatan
Sumbang Kabupaten Banyumas.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan wilayah hasil pengkajian komunitas dan masalah
keperawatan komunitas
b. Memaparkan rencana tindakan kegiatan serta prioritas kegiatan
asuhan
keperawatan komunitas
c. Memaparkan evaluasi hasil kegiatan yang telah dilakukan serta
rencana tindak lanjut kegiatan keperawatan komunitas.

C. Manfaat Penulisan
1. Untuk Mahasiswa
a. Mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara nyata kepada
masyarakat
b. Meningkatkan kemampuan berfikir kritis, menganalisis dan
bijaksana dalam menghadapi dinamika masyarakat
c. Meningkatkan ketrampilan komunikasi kemandirian dan hubungan
interpersonal.
2. Untuk Masyarakat
a. Dapat berperan aktif dalam upaya peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit

3
b. Mendapatkan ilmu untuk mengenal dan menyadari masalah
kesehatan dan
mengetahui cara penyelesaian masalah kesehatan yang di alami
masyarakat
c. Masyarakat mengetahui gambaran status kesehatan dan mempunyai
upaya
peningkatan kesehatan.
3. Untuk Pendidikan
a. Salah satu tolak ukur keberhasilan Program Pendidikan Ners
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto
b. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan model
praktek keperawatan komunitas selanjutnya.
4. Untuk Profesi
a. Memberikan suatu model baru dalam keperawatan komunitas
sehingga profesi mampu mengembangkannya.
b. Membantu pemerintah desa dalam melaksanakan pemberdayaan
masyarakat Desa Tambaksogra Kecamatan Sumbang Kabupaten
Banyumas.

D. Sistematika
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan Praktik
Keperawatan
Komunitas di wilayah Desa Tambaksogra Kecamatan Sumbang Kabupaten
Banyumas
sebagai berikut:
1. BAB I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan praktik, manfaat
laporan dan sistematika penulisan.
2. BAB II : Tinjauan teori yang terdiri dari tinjauan tentang pelayanan
kesehatan utama, konsep keperawatan komunitas, peran perawat
komunitas, asuhan keperawatan komunitas, teori perubahan komunitas.

4
3. BAB III : Penerapan Asuhan Keperawatan Komunitas yang terdiri dari
tahap persiapan, tahap pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan
komunitas, tahap perencanaan, tahap implementasi serta tahap evaluasi.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Kesehatan


1. Pengertian Kesehatan
UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa
merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan Kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2014 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang, supaya terwujud derajat kesehatan warga
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan SDM (Sumber Daya Manusia) yang produktif secara
sosial dan ekonomis.
Menurut Rachmat, Hapsara Habib (2018), prinsip dasar
pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah nilai kebenaran dan
normal atau aturan pokok yang bersumber dari filsafat dan budaya
bangsa Indonesia sebagai landasan untuk berfikir dan bertindak dalam
pembangunan kesehatan. Prinsip dasar tersebut meliputi dasar:
a. Perikemanusiaan
b. Adil dan merata
c. Pemberdayaan dan kemandirian
d. Pengutamaan dan manfaat
Istilah pembangunan pada dasarnya mempunyai pengertian
memperbaiki mutu hidup (kesejahteraan) saat kini menjadi lebih baik
dimasa mendatang. Dengan demikian maka melaksanakan

6
PEMBANGUNAN KESEHATAN mempunyai makna yang meliputi
kegiatan:
a. Mengkaji derajat kesehatan penduduk saat ini, dengan mengukur
indikator keadaan kesehatan saat ini.
b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan penduduk (Determinant factors of population health).
c. Mencari alternatif solusi dengan meminimalkan pengaruh faktor
determinan derajat kesehatan yang efektif dan efisien.
d. Menyusun program kegiatan berdasarkan konsep alternatif solusi
yang terpilih.
e. Menilai kembali (Evaluate) derajat kesehatan penduduk pada akhir
program, dengan mengukur indikator keadaan kesehatan untuk
dibandingkan dengan kondisi sebelum program dijalankan.

3. Program Indonesia Sehat


Program Indonesia sehat menjadi sebuah menjadi sebuah perhatian
jika dihadapkan keterbatasan sumber daya pembanguan Kesehatan.
Dengan demikian, pelaksanaan program saat ini difokuskan untuk
mengatasi masalah Kesehatan utama yang belum berhasil diatasi. Agar
dapat berjalan efektif dan efesien, taiga pilar dalam Program Indonesia
Sehat, yiatu paradigma sehat, penguatan pelayanan Kesehatan dan
penerapan jaminan Kesehatan nasional (JKN) dilaksanakan secara
fokus kepada keluarga yang merupakan unit terkecil dari masyarakat.
Hal tersebut melatarbelakangi keluarnya Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK).
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK)
menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan jangkauan sasaran
sekaligus meningkatkan akses pelayanan Kesehatan diwilayah kerjanya.
a. Visi dan Misi Indonesia Sehat 2025
1) Visi pembangunan kesehatan
Keadaan masyarakat Indonesia di masa depan atau visi yang
ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan dirumuskan

7
sebagai: “Indonesia Sehat 2025”. Dalam Indonesia Sehat 2025,
lingkungan strategis pembangunan kesehatan yang diharapkan
adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan
sehat jasmani, rohani maupun sosial, yaitu lingkungan yang
bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya air
minum dan sarana sanitasi lingkungan yang memadai,
perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan
yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan
masyarakat yang memiliki solidaritas sosial dengan memelihara
nilai-nilai budaya bangsa.
Perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat
2025 adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan; mencegah risiko terjadinya
penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah
kesehatan lainnya; sadar hukum; serta berpartisipasi aktif dalam
gerakan kesehatan masyarakat, termasuk menyelenggarakan
masyarakat sehat dan aman (safe community).
Berdasarkan Indonesia Sehat 2025 diharapkan masyarakat
memiliki kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu dan juga memperoleh jaminan kesehatan, yaitu
masyarakat mendapatkan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatannya. Pelayanan kesehatan bermutu
yang dimaksud adalah pelayanan kesehatan termasuk pelayanan
kesehatan dalam keadaan darurat dan bencana, pelayanan
kesehatan yang memenuhi kebutuhan masyarakat serta
diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika profesi.
Diharapkan dengan terwujudnya lingkungan dan perilaku
hidup sehat, serta meningkatnya kemampuan masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu, maka akan
dapat dicapai derajat kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat yang setinggi-tingginya.

8
2) Misi Pembangunan Kesehatan
Dengan berlandaskan pada dasar Pembangunan Kesehatan,
dan untuk mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2025, ditetapkan 4
(empat) misi Pembangunan Kesehatan, yaitu:
a) Menggerakkan Pembangunan Nasional Berwawasan
Kesehatan.
b) Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata
ditentukan oleh hasil kerja keras sektor kesehatan, tetapi
sangat dipengaruhi pula oleh hasil kerja serta kontribusi
positif berbagai sektor pembangunan lainnya. Untuk
optimalisasi hasil kerja serta kontribusi positif tersebut,
harus dapat diupayakan masuknya wawasan kesehatan
sebagai asas pokok program pembangunan nasional.
Kesehatan sebagai salah satu unsur dari kesejahteraan rakyat
juga mengandung arti terlindunginya dan terlepasnya
masyarakat dari segala macam gangguan yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Untuk dapat
terlaksananya pembangunan nasional yang berkontribusi
positif terhadap kesehatan seperti dimaksud di atas, maka
seluruh unsur atau subsistem dari Sistem Kesehatan
Nasional berperan sebagai penggerak utama pembangunan
nasional berwawasan kesehatan.
c) Mendorong Kemandirian Masyarakat untuk Hidup Sehat
d) Kesadaran, kemauan dan kemampuan setiap individu,
keluarga dan masyarakat untuk menjaga kesehatan, memilih,
dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, sangat
menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan.
Penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat meliputi:
(1) Penggerakan masyarakat; masyarakat paling bawah
mempunyai peluang yang sebesar-besarnya untuk
terlibat aktif dalam proses pembangunan kesehatan

9
(2) Organisasi kemasyarakatan; diupayakan agar peran
organisasi masyarakat lokal makin berfungsi dalam
pembangunan kesehatan
(3) Advokasi; masyarakat memperjuangkan kepentingannya
di bidang kesehatan
(4) Kemitraan; dalam pemberdayaan masyarakat penting
untuk meningkatkan kemitraan dan partisipasi lintas
sektor, swasta, dunia usaha dan pemangku kepentingan
(5) Sumber daya; diperlukan sumberdaya memadai seperti
SDM, sistem informasi dan dana.
e) Memelihara dan Meningkatkan Upaya Kesehatan yang
Bermutu, Merata, dan Terjangkau. Pembangunan kesehatan
diselenggarakan guna menjamin tersedianya upaya
kesehatan, baik upaya kesehatan masyarakat maupun upaya
kesehatan perorangan yang bermutu, merata, dan terjangkau
oleh masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan
pengutamaan pada upaya pencegahan (preventif), dan
peningkatan kesehatan (promotif) bagi segenap warga
negara Indonesia, tanpa mengabaikan upaya penyembuhan
penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif).
Agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan,
diperlukan pula upaya peningkatan lingkungan yang sehat.
Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan kemitraan
antara pemerintah, dan masyarakat termasuk swasta. Untuk
masa mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan sosial
telah berkembang, penyelenggaraan upaya kesehatan
perorangan primer akan diserahkan kepada masyarakat dan
swasta dengan menerapkan konsep dokter keluarga. Di
daerah yang sangat terpencil, masih diperlukan upaya
kesehatan perorangan oleh Puskesmas.

10
f) Meningkatkan dan Mendayagunakan Sumber Daya
Kesehatan.
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan,
sumber daya kesehatan perlu ditingkatkan dan
didayagunakan, yang meliputi sumber daya manusia
kesehatan, pembiayaan kesehatan, serta sediaan farmasi dan
alat kesehatan. Sumber daya kesehatan meliputi pula
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan/kedokteran, serta data dan informasi yang makin
penting peranannya. Pembiayaan kesehatan yang bersumber
dari masyarakat, swasta, dan pemerintah harus tersedia
dalam jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan
termanfaatkan secara berhasil-guna serta berdaya-guna.
Jaminan kesehatan yang diselenggarakan secara nasional
dengan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, bertujuan
untuk menjamin agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan. Sediaan farmasi, alat kesehatan
yang aman, bermutu, dan bermanfaat harus tersedia secara
merata serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat,
makanan dan minuman yang aman, bermutu serta dengan
pengawasan yang baik.
Upaya dalam meningkatkan ketersediaan tersebut,
dilakukan dengan upaya peningkatan manajemen,
pengembangan serta penggunaan teknologi di bidang
sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan minuman.
bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya
air minum dan sarana sanitasi lingkungan yang memadai,
perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan
kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya

11
kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial
dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.

B. Konsep Dasar Komunitas


Komunitas bersasal dari bahasa latin “communitas” yang berarti
“kesamaan”, kemudian dapat diturunkan dari “communis’ yang berarti
“sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak”. Komunitas adalah sebuah
kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan,
umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas
manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud,
kepercayaan, seumber daya, preferesi, kebutuhan, risiko, kegemaran, dan
sejumlah kondisi lain yang serupa. Misalnya di dalam kesehatan di kenal
kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita,
kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan
dan lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada
masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat
terasing dan sebagainya (Komunitas, n.d, 2020).
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau
saling berinteraksi. Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut
suatu sistem adat istiadat hidup tertentu yang berkesinambungan dan terikat
oleh suatu rasa identitas bersama (Koentjoraningrat, 2017). Masyarakat atau
komunitas adalah menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat
tinggal di suatu wilayah dengan batas-batas tertentu, dimana yang menjadi
dasarnya adalah interkasi yang lebih besar dari anggotaanggotanya,
dibandingkan dengan penduduk diluar batas wilayahnya (Soedjono &
Soekanto, 2016).

C. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas


1. Definisi Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat

12
(public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif
serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan
rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh
melalui proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan
fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri
dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2016).
Keperawatan Kesehatan Masyarakat adalah suatu bidang dalam
keperawatan kesehatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan
dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif
masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif, preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan
rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai suatu kesatuan yang utuh,
melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya
(Depkes, 2017).

2. Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas


Keperawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) pada dasarnya
adalah pelayanan keperawatan profesional yang merupakan perpaduan
antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang
ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok
resiko tinggi. Dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal
dilakukan melalui peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan
penyakit (preventif) di semua tingkat pencegahan (levels of prevention)
dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
dan melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan (Depkes, 2017).

13
Tujuan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah
meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah
keperawatan kesehatan masyarakat yang optimal. Pelayanan
keperawatan diberikan secara langsung kepada seluruh masyarakat
dalam rentang sehat–sakit dengan mempertimbangkan seberapa jauh
masalah kesehatan masyarakat mempengaruhi individu, keluarga, dan
kelompok maupun masyarakat.

3. Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas


Sasaran keperawatan kesehatan masyarakat adalah seluruh
masyarakat termasuk individu, keluarga, kelompok beresiko tinggi
termasuk kelompok/ masyarakat penduduk di daerah kumuh, terisolasi,
berkonflik, dan daerah yang tidak terjangkau pelayanan kesehatan
Keperawatan kesehatan masyarakat, merupakan salah satu kegiatan
pokok Puskesmas yang sudah ada sejak konsep Puskesmas di
perkenalkan. Perawatan Kesehatan Masyarakat sering disebut dengan
PHN (Public Health Nursing) namun pada akhir-akhir ini lebih tepat
disebut CHN (Community Health Nursing). Perubahan istilah public
menjadi community, terjadi di banyak negara karena istilah “public”
sering kali di hubungkan dengan bantuan dana pemerintah (government
subsidy atau public funding), sementara keperawatan kesehatan
masyarakat dapat dikembangkan tidak hanya oleh pemerintah tetapi
juga oleh masyarakat atau swasta, khususnya pada sasaran individu
(UKP), contohnya perawatan kesehatan individu di rumah (home health
nursing) (Depkes, 2017).
a. Sasaran individu
Sasaran priotitas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil risiko
tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular (TB Paru, Kista,
Malaria, Demam Berdarah, Diare, ISPA/Pneumonia) dan penderita
penyakit degeneratif.

14
b. Sasaran Keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap
masalah kesehatan (vulnerable group) atau risiko tinggi (high risk
group), dengan prioritas:
1) Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan
kesehatan (Puskesmas dan jaringannya) dan belum mempunyai
kartu sehat .
2) Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan mempunyai masalahkesehatan terkait dengan
pertumbuhan dan perkembangan balita, kesehatan reproduksi,
penyakit menular.
3) Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah
kesehatan prioritas sertabelum memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan.
c. Sasaran Kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan
terhadap timbulnyamasalah kesehatan baik yang terikat maupun
tidak terikat dalam suatu institusi.
1) Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu institusi
antara lain Posyandu, Kelompok Balita, Kelompok ibu hamil,
Kelompok Usia Lanjut, Kelompok penderita penyakit tertentu,
kelompok pekerja informal.
2) Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu institusi,
antara lain sekolah,pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut,
rumah tahanan (rutan), lembaga pemasyarakatan (lapas).
d. Sasaran Masyarakat
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau mempunyai
risiko tinggi terhadaptimbulnya masalah kesehatan, diprioritaskan
pada:
1) Masyarakat di suatu wilayah (RT, RW, Kelurahan/Desa) yang
mempunyai:

15
a) Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan daerah
lain
b) Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan
daerah lain,
c) Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain.
2) Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare,
demam berdarah, dll)
3) Masyarakat di lokasi/barak pengungsian, akibat bencana atau
akibat lainnya
4) Masyarakat di daerah dengan kondisi geografi sulit antara lain
daerah terpencil, daerah perbatasan
5) Masyarakat di daerah pemukiman baru dengan transportasi sulit
seperti daerah transmigrasi.

4. Proses Pelaksanaan Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus
keperawatan yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu
kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga,
kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit
(mempunyai masalah kesehatan/keperawatan), secara komprehensif
melalui upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif
dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat secara terorganisir
bersama tim kesehatan lainnya untuk dapat mengenal masalah
kesehatan dan keperawatan yang dihadapi serta memecahkan masalah-
masalah yang mereka miliki dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan sesuai dengan hidup sehat sehingga dapat meningkatkan
fungsi kehidupan dan derajat kesehatan seoptimal mungkin dan dapat
diharapkan dapat mandiri dalam memelihara kesehatannya (Chayatin,
2019).

16
Menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
dan melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan
profesional yang merupakan perpaduan antara konsep kesehatan
masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan pada seluruh
masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi (Efendi,
2017).
Keperawatan komunitas merupakan Pelaksanaan keperawatan
komunitas dilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam proses
keperawatan komunitas dengan menggunakan pendekatan pemecahan
masalah yang dinamis. Fase-fase pada proses keperawatan komunitas
secara langsung melibatkan komunitas sebagai klien yang dimulai
dengan pembuatan kontrak/partner ship dan meliputi pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Efendi, 2017).
a. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas
Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
1) Proses kelompok (group process) Seseorang dapat mengenal dan
mencegah penyakit, tentunya setelah belajar dari pengalaman
sebelumnya, selain faktor pendidikan/pengetahuan individu,
media masa, televisi, penyuluhan yang dilakukan petugas
kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah
kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran
penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat
mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan penyakit yang
mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang
bersifat individual tidak akan mampu mencegah, apalagi
memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan
pemecahan-pemecahan masalah kesehatan melalui proses
kelompok.

17
2) Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang
dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses
transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula
seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi
adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau
masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan
menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992
maupun WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik
fisik, mental dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi
maupun secara sosial.
3) Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi
ancaman bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu,
kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan
asuhan keperawatan komunitas melalui upaya ini berbagai
persoalan di dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi
dengan lebih cepat.

5. Perbedaan Keperawatan Komunitas dari Disiplin Kperawatan


Lain
Keperawatan kesehatan komunitas dibedakan dari spesialis
keperawatan lainnya berdasarkan delapan prinsip di bawah ini :
a. Klien atau unit keperawatan adalah populasi. Walaupun perawat
komunitas memberikan asuhan pada individu, keluarga dan
kelompok tetapi tanggung jawab dominan tetap pada populasi
keseluruhan.
b. Tugas utama adalah meraih yang terbaik bagi sejumlah orang atau
populasi keseluruhan. Perawat kesehatan komunitas

18
mengidentifikasi kemungkinan menemukan individu yang
kebutuhannya tidak sesuai dengan prioritas kesehatan yang
menguntungkan bagi populasi keseluruhan.
c. Proses yang digunakan oleh perawat komunitas termasuk bekerja
dengan klien sebagai mitra yang sejajar Tindakan perawat kesehatan
komunitas harus menggambarkan kesadaran dari kebutuhan yang
komprehensif dari kesehatan dalam kemitraan dengan komunitas
dan populasi meliputi perspektif, prioritas dan nilai dari populasii
dalam menginterpretasikan data, kebijakan dan memutuskan
program serta memilih strategi yang sesuai untuk dilakukan.
d. Pencegahan primer adalah prioritas dalam memilih tindakan yang
sesuai Pencegahan primer meliputi promosi strategi kesehatan dan
proteksi kesehatan.
e. Memilih strategi untuk menciptakan lingkungan sehat, kondisi
sosial dan ekonomi pada populasi yang berkembang merupakan
fokus utama. Intervensi keperawatan kesehatan komunitas meliputi
pendidikan, pengembangan masyarakat, perencanaan sosial,
kebijakan pengembangan serta enforcement. Dan intervensi tersebut
akan berkembang ketika kita bekerja dengan komunitas dan
berakibat pada hukum, peraturan, kebijakan dan prioritas dana.
Advokasi pada komunitas untuk menciptakan kondisi sehat
merupakan bagian penting dari praktik keperawatan kesehatan
komunitas.
f. Ada tanggung jawab untuk mencapai keseluruhan populasi yang
memerlukan intervensi spesifik atau pelayanan Beberapa faktor
resiko tidak terdistribusi secara acak, subpopulasi spesifik
kemungkinan lebih dapat dipantau perkembangan penyakitnya atau
kecacatannya atau kemungkinan sulit untuk mengakses atau
menggunakan pelayanan, oleh sebab itu memerlukan jangkauan
yang khusus. Keperawatan kesehatan komunitas berfokus pada

19
keseluruhan populasi dan tidak hanya pada mereka yang datang ke
pelayanan.
g. Penggunaan sumber-sumber kesehatan yang optimal untuk
mendapatkan perbaikan yang terbaik dari populasi merupakan kunci
pokok dari kegiatan praktik. Perawat kesehatan komunitas harus
terlibat dalam koordinasi dan organisasi tindakan dalam merespon
isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan. Perawat komunitas
menggunakan dan memberikan informasi pada pembuat kebijakan
berdasarkan bukti ilmiah yang berhubungan dengan outcome aksi
spesifik, program atau kebijakan, seperti keuntungan biaya atau
efektifitas biaya dari strategi yang potensial. pada pembuat
kebijakan berdasarkan bukti ilmiah yang berhubungan dengan
outcome aksi spesifik, program atau kebijakan, seperti keuntungan
biaya atau efektifitas biaya dari strategi yang potensial. Perawat
kesehatan komunitas harus selalu berkembang untuk mencari bukti
ilmiah ketika diperlukan.
h. Kolaborasi dengan berbagai jenis profesi, organisasi dan
perkumpulan merupakan cara paling efektif untuk mempromosikan
dan melindungi kesehatan orang-orang Menciptakan kondisi dimana
komunitas selalu sehat kemungkinan sangat kompleks, proses
sumber daya yang intensif. Perawat kesehatan komunitas bekerja
sama dengan disiplin ilmu lain dari berbagai bidang dan profesi
dalam upaya meningkatkan kesehatan populasi. Hal ini meliputi
identifikasi perawat kesehatan komunitas akan pentingnya tindakan
legislatif dan keterlibatan kebijakan sosial dan kesehatan di semua
tingkat. Kolaborasi ini kemungkinan terjadi dalam sistem pelayanan
ksehatan dan pemerintah mengadopsi program promotif dan
kebijakan yang perlu direvisi.

20
D. Konsep Model Asuhan Keperawatan Komunitas
Model keperawatan pada hakikatnya mengatur hubungan antara
perawat komunitas dengan klien, yaitu keluarga, kelompok, dan komunitas.
Klien telah memberikan kepercayaan dan kewenangannya untuk
membantunya meningkatkan kesehatan melalui asuhan keperawatan
komunitas yang berkualitas. Seperti yang anda ketahui tentang berbagai
model yang pernah dibahas pada topik lain, sebenarnya banyak model yang
dapat digunakan oleh perawat komunitas. Namun, pada topik ini hanya
dibatasi tiga model yang sering digunakan di komunitas, berikut uraiannya.
1. Model self care menurut Dorothy Orem.
2. Kemandirian komunitas adalah tujuan akhir dari pelayanan keperawatan
komunitas. Model ini lebih menekankan kepada self care (mandiri)
untuk mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan
komunitas dalam keadaan, baik sehat maupun sakit. Bila kita me-review
empat konsep sentral dalam paradigma keperawatan, maka model ini
dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Empat Konsep Sentral dalam Falsafah Keperawatan
1) Manusia. Orem (1971, dalam Marriner, 2001), memandang
manusia sebagai kesatuan yang utuh yang mempunyai fungsi
biologis, sosial, mempunyai inisiatif, dan mampu melakukan
aktivitas perawatan diri untuk mempertahankan kehidupan,
kesehatan dan kesejahteraan komunitas. Kemampuan komunitas
untuk melakukan self care (mandiri) mencerminkan kekuatan
komunitas yang ada, dan ini sangat tergantung pada tingkat
kematangan atau pengalaman, tingkat pengetahuan, dan
kesehatan komunitasnya.
2) Kesehatan. Model ini memandang bahwa kesehatan komunitas
dapat tercapai ketika komunitas mampu memenuhi kebutuhan
self care-nya. Bila komunitas tidak mampu memenuhi
kebutuhannya, maka akan terjadi self care defisit. Berikut
kebutuhan self care yang harus dipenuhi oleh komunitas.

21
b. Model Orem menjelaskan ada tiga jenis kebutuhan self care
(mandiri)
1) Universal self care dibutuhkan oleh semua manusia, seperti
udara, air, makanan, eliminasi, aktivitas dan istirahat, serta
interaksi sosial. Bila kebutuhan tersebut terpenuhi, maka
komunitas akan dapat mencapai kesehatan yang diharapkannya.
Contoh, kekeringan di suatu desa, akan sangat memengaruhi
kehidupan komunitasnya. Masyarakat menjadi sulit untuk
mencari air bersih, dan bahkan untuk bercocok tanam pun
menjadi sulit. Penyakit akan banyak muncul dan kegagalan
panen juga akan terjadi. Hal ini tentu saja akan berpengaruh pada
kehidupan komunitas di dalamnya.
2) Developmental self care, adalah kebutuhan yang mencakup
proses kehidupan untuk menjadi lebih dewasa. Contoh, akhir-
akhir ini media massa sering menayangkan kejadian tawuran
antarwarga atau antarkelompok masyarakat. Penyebabnya
sangat bervariasi dari hal yang sepele sampai yang paling
prinsip. Sebenarnya yang terjadi adalah ketidakmampuan
komunitas untuk berkembang, ketika ada perubahan sedikit,
masyarakat langsung bergejolak. Memang ketika kebutuhan
universal self care (mandiri), seperti di atas dapat terpenuhi
khususnya kemampuan membina interaksi sosial yang baik,
maka komunitas akan lebih dewasa dalam menghadapi
permasalahan.
3) Health deviation self care, adalah kebutuhan komunitas untuk
bertahan karena adanya penyakit atau trauma yang dapat
mengganggu fungsi struktur, fisiologis dan psikologis manusia.
Perubahan ini akan mengakibatkan komunitas membutuhkan
bantuan untuk tetap bertahan hidup. Contoh, awal Juli 2013
terjadi gempa di Aceh Tengah yang menyebabkan sedikitnya 50
orang meninggal dunia, ratusan orang luka-luka, banyak rumah

22
yang hancur, sehingga tidak memiliki tempat tinggal. Gempa ini
mengingatkan mereka pada tragedi gempa dan tsunami tahun
2004, baru saja mereka berkembang untuk menata kembali
kehidupannya bencana sudah datang lagi. Tentu saja kejadian ini
menjadi trauma buat mereka. Dari kasus ini, keperawatan
komunitas dapat berperan memenuhi kebutuhan komunitas agar
trauma tersebut tidak terlalu lama memengaruhi fungsi manusia
yang lain. Logikanya asuhan keperawatan komunitas
dibutuhkan karena adanya ketidakmampuan komunitas dalam
melakukan self care (mandiri).
c. Keperawatan
Model ini akan membahas tentang tiga sistem keperawatan
yang dapat digunakan perawat untuk membantu komunitas dalam
memenuhi gangguan kebutuhan, seperti uraian di atas. Tindakan self
care (mandiri) adalah reaksi komunitas terhadap tuntutan untuk
memenuhi kebutuhan self care dalam upaya mencapai kesehatan.
d. Tipe sistem keperawatan
1) Wholly Compensatory Nursing System
Perawat komunitas mengambil seluruh kegiatan self care
untuk memenuhi kebutuhan komunitas secara total. Contoh,
daerah yang mengalami bencana alam, yang komunitasnya tidak
mampu memenuhi seluruh kebutuhannya, maka perawat
komunitas dapat bermitra dengan lintas sektoral atau lintas
program untuk membantu memenuhi kebutuhan komunitas.
2) Partly Compensatory Nursing System
Perawat komunitas dan masyarakat bersama-sama
memenuhi kebutuhan self care. Perawat mengidentifikasi
kebutuhan, kemampuan, dan kelemahan yang ada dikomunitas.
Untuk kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh komunitas,
perawat melakukan tindakan keperawatannya, dan bila
komunitasnya mampu, perawat tetap memberikan motivasi agar

23
kemampuan tersebut dapat dipertahankan atau ditingkatkan.
Kemitraan dengan komunitas pada sistem ini sangat dibutuhkan.
Contoh, daerah bencana alam yang tidak terlalu parah
kondisinya dan komunitasnya masih dapat diajak bekerjasama.
Perawat komunitas dapat melakukan perawatan luka pada klien
yang mengalami fraktur atau memberikan konseling trauma,
sedangkan komunitasnya dapat membantu mempertahankan
kebersihan lingkungan dan memenuhi nutrisinya.
3) Supportive Educative System
Pada situasi ini komunitas mampu melakukan pemenuhan
kebutuhan self care, tetapi harus dengan bimbingan dan
dukungan dari perawat dalam hal mengambil keputusan,
mengontrol perilaku, memperoleh pengetahuan dan
keterampilan. Contoh: daerah yang mengalami bencana,
komunitasnya perlu diajarkan dan dibimbing tentang
manajemen stres dan pendampingan adaptasi dengan kondisi
saat ini. Komunitas yang tidak mampu memenuhi kebutuhan self
care-nya karena adanya gangguan kesehatan, penyakit atau
keterbatasan komunitas, maka komunitas tersebut akan
mengalami self care defisit. Ketidakmampuan tersebut akan
mengakibatkan ketergantungan komunitas terhadap pihak lain,
salah satunya perawat.
Perawat sebagai nursing agency adalah orang yang
dipercaya komunitas memiliki kemampuan dalam hal
pengetahuan, dan keterampilan yang diakui dapat membantu
orang lain memenuhi kebutuhan self care melalui tindakan
keperawatan secara terapeutik. Kemampuan komunitas
memenuhi kebutuhan self care-nya bukan semata-mata, karena
adanya nursing agency, tetapi juga karena adanya kemampuan
komunitas untuk menjaga keseimbangan, struktur, dan fungsi
yang dapat mendukung tercapainya kesejahteraan dan
kesehatan.

24
e. Lingkungan
Lingkungan dapat diartikan sebagai tempat, situasi maupun
hal-hal yang berinteraksi dengan individu, baik secara aktif maupun
pasif. Lingkungan dan individu akan sama-sama berpikir,
menganalisis dan membuat kesimpulan selama interaksi. Sifat
lingkungan yang mungkin saja berupa lingkungan hidup, seperti
adanya individu lain dapat memengaruhi lingkungan internal
seseorang.
Paradigma keperawatan dalam konsep lingkungan ini adalah
memandang bahwa lingkungan fisik, psikologis, sosial, budaya dan
spiritual dapat memengaruhi kebutuhan dasar manusia selama
pemberian asuhan keperawatan dengan meminimalkan dampak atau
pengaruh yang ditimbulkannya sehingga tujuan asuhan keperawatan
dapat tercapai.
3. Model Health Care System menurut Betty Neuman Model kedua yang
akan dibahas adalah model health care system (Neuman, 1972, dalam
Anderson & McFarlane, 2000).
Model ini dikembangkan berdasarkan philosophy primary health
care (pelayanan kesehatan utama) yang memandang komunitas sebagai
klien. Kliennya bisa meliputi individu, kelompok, keluarga, komunitas
atau kumpulan agregat lainnya yang dipandang sebagai suatu sistem
terbuka yang memiliki siklus input, proses, output dan feedback sebagai
suatu pola yang dinamis.
Pandangan model ini terhadap empat konsep sentral paradigma
keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Manusia
Model ini memandang manusia sebagai sistem terbuka yang
berinteraksi secara konstan dan dinamis seiring dengan adanya
respon terhadap stresor baik dari lingkungan internal maupun
eksternal. Model ini juga memandang manusia atau klien secara
keseluruhan (holistik) yang terdiri atas faktor fisiologis, psikologis,

25
sosial budaya, perkembangan, dan spiritual yang berhubungan
secara dinamis dan tidak dapat dipisah-pisahkan.
Sistem klien diartikan dalam struktur dasar dalam lingkaran
konsentrik yang saling berkaitan. Struktur dasar meliputi faktor
dasar kelangsungan hidup yang merupakan gambaran yang unik dari
sistem klien, seperti range temperatur normal, struktur genetik, pola
respon, kekuatan dan kelemahan organ, struktur ego, dan
pengetahuan atau kebiasaan.
Stresor yang ada akan sangat memengaruhi kondisi klien,
contoh ketika di suatu daerah terdapat banyak agregat remaja awal
(usia 12-13 tahun) sudah banyak yang merokok, karena mencontoh
orang dewasa. Mengingat bahaya merokok usia dini sangat besar,
maka perawat komunitas akan melakukan upaya pencegahan primer
dengan memberikan pendidikan kesehatan pada remaja tersebut
dengan melibatkan orang dewasa di sekitarnya. Ini menunjukkan
komunitas membutuhkan informasi dan dukungan untuk melakukan
perilaku sehat untuk mengatasi stresor.
b. Kesehatan
Kemampuan komunitas mempertahankan keseimbangan
terhadap stresor yang ada dan mempertahankan keharmonisan
antara bagian dan subbagian keseluruhan komunitas. Model ini pun
menjelaskan bahwa sehat merupakan respons sistem terhadap
stresor dilihat dalam satu lingkaran konsentris core (inti) dengan tiga
garis pertahanan, yaitu fleksibel, normal, dan resisten, dengan lima
variabel yang saling memengaruhi, yaitu fisiologi, psikologi,
sosiobudaya, spiritual dan perkembangan.
c. Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh faktor internal dan eksternal
yang berada di sekitar klien, dan memiliki hubungan yang harmonis
dan seimbang. Anda harus mengenal stresor yang berasal dari

26
lingkungan intrapersonal, interpersonal dan extrapersonal, berikut
uraiannya.
1) Lingkungan intrapersonal, yaitu lingkungan yang ada dalam
sistem klien. Contoh, melihat sekelompok pelajar SMP tawuran,
perawat tentu harus mengkaji mengapa remaja berperilaku
demikian, apakah remaja memiliki kepribadian yang mudah
marah, gangguan konsep dirinya, atau tidak terpenuhinya
kebutuhan remaja, sehingga marah menjadi kompensasi dari
gangguan kebutuhan tersebut.
2) Lingkungan interpersonal yang terjadi pada satu individu atau
keluarga atau lebih yang memiliki pengaruh pada sistem.
Contoh, apakah perilaku tawuran tersebut dicontoh remaja dari
lingkungan keluarganya atau lingkungan komunitasnya? Lalu
siapakah yang berperan dalam mengatasi masalah tawuran
remaja ini?
3) Lingkungan extrapersonal, yaitu di luar lingkup sistem, individu
atau keluarga, tetapi ikut memengaruhi sistem komunitas.
Contoh, sosial politik, mungkin remaja tawuran, karena ada
sisipan unsur politik untuk mengalihkan permasalahan yang
sedang terjadi di wilayah tersebut.
d. Keperawatan
Model ini menjelaskan bahwa keperawatan memperhatikan
manusia secara utuh untuk mempertahankan semua variabel yang
memengaruhi respons klien terhadap stresor. Melalui penggunaan
model keperawatan ini, diharapkan dapat membantu individu,
keluarga dan kelompok untuk mencapai dan mempertahankan level
maksimum dari total wellness. Perawat membantu komunitas
menjaga kestabilan dengan lingkungannya dengan melakukan
prevensi primer untuk garis pertahanan fleksibel, prevensi sekunder
untuk garis pertahanan normal, dan prevensi tersier untuk garis
pertahanan resisten.

27
4. Model Keperawatan Komunitas sebagai Mitra (community as partner)
menurut Anderson & Mc Farlane
Pada pembahasan sebelumnya tentang model health care system
menurut Neuman sudah dijelaskan, bahwa klien adalah sebagai sistem
terbuka. Klien dan lingkungannya berada dalam interaksi yang dinamis
dan memiliki tiga garis pertahanan, yaitu fleksible line of defense,
normal line of defense, dan resistance defense. Intinya ada dua
komponen penting dalam model ini, yaitu roda pengkajian komunitas
dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri atas dua
bagian utama, yaitu inti (core) sebagai intrasistem yang terdiri atas,
demografi, riwayat, nilai dan keyakinan komunitas. Ekstrasistemnya
terdiri atas delapan subsistem yang mengelilingi inti, yaitu lingkungan
fisik, pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan,
pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi, ekonomi, dan rekreasi.
Proses keperawatan yang dimaksud mulai dari pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

28
BAB III
DATA DAN HASIL
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Pengkajian
1. Data Inti
a. Riwayat sejarah perkembangan komunitas
Berdasarkan pendekatan model Community As Partner dilakukan
pengkajian komunitas oleh Mahasiswa Program Pendidikan Profesi
Ners Universitas Muhammadiyah Purwokerto di Desa Tambaksogra
Kecamatan Sumbang yang meliputi 6 RW dari tanggal 1 Mei – 5 Mei
2023 pada 150 KK dengan metode wawancara (Informant Interview),
observasi partisipasi, wienshield survey dan angket/ questioner, serta
data sekunder profil desa 2023 dan profil kesehatan dari Puskesmas
Sumbang I. Penentuan sampel menggunakan random sampling dengan
hasil yaitu 150 KK
Desa Tambaksogra Kecamatan Sumbang memiliki luas 260,29 Ha
yang secara administratif terbagi dalam 38 RT dan 6 RW. Desa
Tambaksogra memiliki jumlah penduduk 8412 jiwa yang terdiri dari
4200 jiwa laki-laki dan 4212 jiwa perempuan.
b. Data demografi
Desa Tambaksogra berpenduduk 8412 jiwa. Hasil pendataan selama 5
hari survey dari 150 KK dengan perincian sebagai berikut.
1) Distribusi Jumlah Penduduk berdasarkan Umur
Distribusi jumlah penduduk Desa Tambaksogra Kecamatan
Sumbang Kabupaten Banyumas berdasarkan usia dapat dilihat pada
tabel 3.1 di bawah ini.
Tabel 3.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur
Kelompok Usia Jumlah Persentase
Balita (0-5 tahun) 412 4,89%
Usia Sekolah (6-11 tahun) 1.325 15,75%
Remaja (12-25 tahun) 1.297 15,41%
Dewasa (26-59 tahun) 4.077 48,46%
Lansia (> 60 tahun) 1.301 15,46%
Total 8.412 100%

29
Berdasarkan tabel 3.1 diatas menunjukkan bahwa di Desa
Tambaksogra Sebagian besar penduduk berusia dewasa (26-59
tahun) yang berjumlah 4.077 jiwa dengan presentase 48,46%.

2) Distribusi Penduduk menurut Agama


Distribusi jumlah penduduk Desa Tambaksogra Kecamatan
Sumbang Kabupaten Banyumas berdasarkan agama dapat dilihat
pada tabel 3.2
Tabel 3.2 Distribusi Penduduk Menurut Agama
Agama Jumlah Persentase
Islam 8.369 99,48%
Kristen 32 0,38%
Katolik 8 0,09%
Hindu 0 0%
Budha 3 0,03%
Total 8.412 100%

Berdasarkan tabel 3.2 menunjukkan bahwa di Desa


Tambaksogra sebagian besar penduduk beragama Islam dengan
jumlah 8369 jiwa dengan persentase 99,48%.

3) Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin


Distribusi jumlah penduduk Desa Tambaksogra Kecamatan
Sumbang Kabupaten Banyumas berdasarkan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel 3.3
Tabel 3.3 Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin
Jenis kelamin Jumlah Persentase
Perempuan 4.200 49,92%
laki-laki 4.212 50,07%
Total 8.412 100%

Berdasarkan tabel 3.3 di atas, diketahui bahwa Sebagian


besar penduduk Desa Tambaksogra Kecamatan Sumbang
Kabupaten Banyumas berjenis kelamin laki-laki yaitu 4212 jiwa
dengan persentase 50,07%.

30
4) Distribusi Penduduk menurut Tipe Keluarga
Distribusi jumlah penduduk Desa Tambaksogra Kecamatan
Sumbang Kabupaten Banyumas berdasarkan tipe keluarga dapat
dilihat pada tabel 3.4
Tabel 3.4 Distribusi Penduduk berdasarkan tipe keluarga
Pekerjaan Jumlah Persentase
Keluarga Inti 14 9,3%
Keluarga Besar 136 90,7%
Total 150 100%

Berdasarkan tabel 3.4 diatas diketahui bahwa sebagian besar


tipe keluarga di Desa Tambaksogra Kecamatan Sumbang
Kabupaten Banyumas yaitu keluarga besar 136 (90,7%).
5) Distribusi Penduduk menurut Pekerjaan
Distribusi jumlah penduduk Desa Tambaksogra Kecamatan
Sumbang Kabupaten Banyumas berdasarkan pekerjaan dapat dilihat
pada tabel 3.5
Tabel 3.5 Distribusi Penduduk menurut Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah Persentase
Buruh Harian Lepas 1.288 15,31%
Pelajar/Mahasiswa 1.410 16,76%
Petani/perkebunan 124 1,47%
Peternak 8 0,09%
Pedagang 315 3,74%
PNS 117 1,39%
Wiraswasta 546 6,49%
Belum Bekerja 1.747 20,76%
Pensiunan 84 0,99%
TNI/Polri 26 0,30%
IRT 1.595 18,96%
Guru 66 0,78%
Dosen 19 0,22%
Bidan 5 0,05%
Perangkat desa 12 0,14%
Perawat 12 0,14%
Sopir 28 0,33%
Apoteker 3 0,03%
Karyawan Swasta 88 1,04%
Lain-Lain 919 10,92%
Total 8.412 100%

31
Berdasarkan tabel 3.5 di atas, diketahui bahwa Sebagian
besar penduduk Desa Tambaksogra Kecamatan Sumbang
Kabupaten Banyumas belum bekerja sebanyak 1747 jiwa dengan
presentase 20,76%, dan bekerja sebagai buruh harian lepas yaitu
1288 jiwa dengan presentase 15,31 %.
c. Vital Statistik (Berdasarkan Profil Desa 2023)
1) Distribusi Penduduk
Tabel 3.6 Frekuensi data penduduk menurut usia
Kelompok Usia Jumlah Persentase (%)
Balita (0-5 tahun) 32 6,2
Usia Sekolah (6-11 tahun) 58 11,2
Remaja (12-25 tahun) 123 23,7
Dewasa (26-59 tahun) 253 48,8
Lansia (> 60 tahun) 52 10
Total 518 100

Berdasarkan tabel dan diagram diatas, dapat disimpulkan


bahwa usia terbanyak di Desa Tambaksogra Kecamatan Sumbang
Kabupaten Banyumas yaitu usia dewasa dengan umur 26-59 tahun
sebanyak 253 jiwa (48,8%).
2) Ibu Hamil
Data ibu hamil di desa Tambaksogra Kecamatan Sumbang
terdapat 46 orang. Kunjungan ibu hamil ke pelayanan kesehatan
100%. Ibu hamil dengan resiko tinggi sebanyak 22 orang.
Berdasarkan survei 150 KK terdapat ibu hamil sebanyak 6 orang.

32
Jumlah persalinan sebanyak 8 orang dengan persalinan ditolong oleh
bidan 87,5% dan dokter 12,5%.
3) Pasangan Usia Subur (PUS)
Data PUS di Desa Tambaksogra Kecamatan Sumbang dari
150 KK data peserta KB aktif PUS sebanyak 17 orang adalah
sebagai berikut:

Berdasarkan diagram diatas, jumlah peserta KB paling


banyak menggunakan jenis kontrasepsi suntik sebanyak 47,1%.
4) Balita
Jumlah anak Balita di Desa Tambaksogra sebanyak 412
anak. Kematian Balita sejumlah 0. Masalah Kesehatan yang dialami
balita di Desa Tambak Sogra ditampilkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.6 Masalah Kesehatan Balita di Desa Tambaksogra
Masalah Kesehatan Jumlah
Gizi Buruk 3
Gizi Kurang 40
Stunting 29
Gizi lebih/obesitas 20
Total 92

Berdasarkan tabel 3.6 diatas diketahui bahwa masalah


Kesehatan terbanyak pada balita yaitu gizi kurang sebanyak 40
anak.
Hasil survei pada 150 KK didapatkan jumlah anak
sebanyak 28 anak dan rutin kunjungan ke posyandu dan

33
mendapatkan imunisasi lengkap. Adapun data kunjungan posyandu
dan imunisasi sebagai berikut:

5) Lansia
Data jumlah Lansia di Desa Tambaksogra sebanyak 1301
berdasarkan survei pada 150 KK di Desa Tambaksogra didapatkan
data pada lansia meliputi keluhan fisik dan fungsi kongisi. Adapun
data Kesehatan lansia sebagai berikut:
Tabel 3.7 Data Kesehatan Lansia di Desa Tambaksogra
Data Kesehatan Jumlah
Hipertensi 15
Asthma 2
TBC 1
Jantung 1
Rheumatoid Artritis 3
Penyakit Lainnya 30
Total 52

Berdasarkan tabel tersebut diatas pada Kesehatan lansia


didapatkan keluhan fisik terbanyak pertama yaitu Penyakit lainnya
30 jiwa dan terbanyak kedua yaitu Hipertensi 15 jiwa.

34
6) Balita
Jumlah balita Desa Tambaksogra sebanyak 31 berdasarkan
hasil survey 150 KK di Desa Tambaksogra Kecamatan Sumbang,
Adapun data dapat dilihat pada table 3.8 sebagai berikut :
Tabel 3.8 Data Frekuensi di Desa Tambak Sogra
Balita Jumlah
Balita 31
Total 31

Berdasarkan tabel tersebut diatas jumlah total balita sebanyak 31


jiwa.

d. Status Kesehatan Komunitas


1) Penyakit yang sering diderita
Berdasarkan hasil pengkajian survey Kesehatan masyarakat
pada 150 KK, penyakit yang sering diderita oleh penduduk Desa
Tambaksogra yaitu hipertensi, DM, pusing, demam, batuk, dan
pilek.
2) Data jumlah ibu hamil
Jumlah ibu hamil di Desa Tambaksogra sebanyak 46 orang
sesuai dengan data Mei 2023. Berdasarkan survei dari 150 KK
terdapat ibu hamil sebanyak 6 orang yang masuk kedalam survei.
3) Data status pemeriksaan kehamilan
Berdasarkan status pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil
di Desa Tambaksogra 46 ibu hamil melakukan pemeriksaan
kehamilan secara rutin.
4) Data jumlah bayi dan balita
Berdasarkan hasil pengkajian survei Kesehatan masyarakat,
jumlah bayi dan balita di Desa Tambaksogra Kecamatan Sumbang
Kabupaten Banyumas sebanyak 412 balita dengan presentase
4,89%.

35
5) Data bayi/balita yang dibawa ke posyandu
Berdasarkan hasil pengkajian survei Kesehatan masyarakat
pada 150 KK di Desa Tambaksogra Kecamatan Sumbang
Kabupaten Banyumas yaitu terdapat 31 (100%) Bayi/balita rutin
dibawa ke posyandu.
6) Data bayi/balita yang sudah diimunisasi
Berdasarkan hasil pengkajian survei Kesehatan masyarakat
pada 150 KK di Desa Tambaksogra Kecamatan Sumbang
Kabupaten Banyumas yaitu terdapat 31 (100%) bayi/balita sudah
diimunisasi lengkap.
7) Data jumlah usia lanjut
Jumlah usia lanjut di Desa Tambaksogra Kecamatan
Sumbang Kabupaten Banyumas sesuai hasil pengkajian survei
Kesehatan kepada 150 KK sebanyak 86 orang dan semuanya aktif
mengikuti Posyandu Lansia.
8) Data keluhan penyakit kronis
Jumlah lansia yang memiliki keluhan kronis sebanyak 22
lansia. Keluhan penyakit pada usia lanjut di Desa Tambaksogra
Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada
diagram dibawah ini:

36
9) Data usia lanjut mengikuti posyandu
Hasil pengkajian yang dilakukan pada 150 KK didapatkan
hasil sebanyak 86 orang lansia mengikuti posyandu lansia.

2. Lingkungan Fisik
a. Pemukiman
Jumlah KK di Desa Tambaksogra Kecamatan Sumbang Kabupaten
Banyumas yaitu sebanyak 2723 KK. Data rumah sehat di Desa
Tambaksogra Kecamatan Sumbang berdasarkan survei dari 150 KK
yaitu terdapat 103 rumah dengan kebersihan rumah baik.
b. Sumber Air Bersih
Warga di Desa Tambaksogra Kecamatan Sumbang Kabupaten
Banyumas mayoritas mengguanakn sumur untuk seumber air bersih
yaitu terdapat 103 KK dari 150 KK yang menggunakan sumur.
c. SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah)
Berdasarkan hasil survei di Desa Tambaksogra Kecamatan
Sumbang Kabupaten Banyumas kepada 150 KK didapatkan data
sebanyak 55 KK (42,6%) masih membuang limbah ke sungai.
Tabel 3.9 Data Kesehatan Lansia di Desa Tambak Sogra
Tempat Pembuangan Limbah Jumlah Persentase (%)
Spiteng 82 54,7
Sungai 68 54,3
Total 150 100

37
Berdasarkan tabel dan diagram diatas, didapatkan data bahwa
tempat pembuangan limbah terbanyak melalui spiteng sebanyak 82
(54,7%).
d. Batas-Batas Wilayah
Desa Tambaksogra terletak di Kecamatan Sumbang Kabupaten
Banyumas
e. Batas Wilayah Desa Tambaksogra
Utara : berbatasan dengan desa kebanggan
Selatan : berbatasan dengan desa tambaksari kidul
Barat : berbatasan dengan desa kedungmalang
Timur : berbatasan dengan desa sumbang
Wilayah administrasi Desa Tambaksogra terdiri dari 6 RW dan 38
RT dengan luas wilayah 260,29 Ha.
f. Kondisi Geografis
1) Penduduk desa Tambaksogra
Berdasarkan data pada profil Desa Tambaksogra usia terbanyak
penduduk adalah laki-laki dan perempuan dengan usia 26-59 Tahun
sebanyak 4077 jiwa.
2) Tingkat Pendidikan
Data tingkat Pendidikan di Desa Tambaksogra berdasarkan survei
150 KK terdapat 66 orang tidak sekolah, 176 orang tamat SD, 93
orang tamat SMP, 129 orang tamat SMA, dan 55 orang tamat
Perguruan Tinggi.
Tabel 3.9 Data Frekuensi di Desa Tambak Sogra
Pendidikan Jumlah Persentase(%)
SD 60 40
SMP 31 20,7
SMA 47 31,3
Perguruan Tinggi (PT) 12 8
Total 150 100

38
Berdasarkan tabel dan diagram diatas, didapatkan data
bahwa jumlah Pendidikan terbanyak adalah SD sebanyak 60 (40%).
3) Pekerjaan data mata pencaharian penduduk desa Tambak
Sogra
Mata pencaharian penduduk terbanyak di Desa Tambaksogra adalah
sebagai Buruh harian lepas.

3. Pelayanan Kesehatan Dan Sosial


Berdasarkan data di Desa Tambaksogra terdapat 1 PKD (Poliklinik
Kesehatan Desa) yang berlokasi di Balai Desa Tambaksogra dan terdapat 1
orang bidan desa.
a. Pelayanan Kesehatan
1) Sarana Kesehatan
Distribusi jumlah penduduk berdasarkan sarana Kesehatan terdekat
dapat dilihat dari Tabel 3.9 sebagai berikut :
Tabel 3.9 distribusi penduduk berdasarkan pelayanan Kesehatan
Sarana Kesehatan Jumlah Presentase (%)
Puskesmas 81 54
Perawat/Bidan 4 2,7
Dukun 0 0
Dokter 53 35,3
RS 12 8
Total 150 100

39
Berdasarkan data hasil survei dari 150 KK pelayanan
Kesehatan yang paling membantu dalam masalah Kesehatan
Sebagian besar yaitu puskesmas dengan jumlah 81 dengan
presentase 54%.
b. Kebiasaan keluarga sebelum ke pelayanan
Distribusi jumlah penduduk berdasarkan kebiasaan upaya pengobatan
keluarga dalam 1 bulan terakhir saat mengeluh sakit dapat dilihat pada
table 3.10 dibawah ini :
Tabel 3.10 Kebiasaan keluarga sebelum ke pelayanan di Desa
Tambaksogra
Kebiasaan Keluarga Jumlah Presentase (%)
Pergi ke dokter / mantri 232 70,7
Beli obat di warung 96 29,3
Total 328 100

40
Berdasarkan data upaya pengobatan untuk warga terdata
sebanyak 328 orang, didapatkan bahwa Sebagian besar 232 (70,7%)
orang melakukan pengobatan keluarga dengan pergi ke dokter /mantri
dan beli obat di warung sebanyak 96 (29,3%).

4. Ekonomi (Jenis Pekerjaan)


Tabel 3.11 Distribusi Penduduk menurut Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah Persentase
Tidak bekerja 12 8,0
Pedagang 8 5,3
Wiraswasta 48 32,0
Petani 22 14,7
PNS 9 6,0
Lain-lain 51 34,0
Total 150 100%

Berdasarkan tabel tersebut diatas bahwa penduduk RW 01 sampai


RW 06 di Desa Tambaksogra Kecamatan Sumbang Kabupaten
Banyumas adalah Tidak bekerja 12 jiwa (8,0%), Pedagang 8 jiwa
(5,3%), Wiraswasta 48 (32,0%), Petani 22 jiwa (14,7%), PNS 9 jiwa
(6,0%), dan lain-lain sebesar 51 jiwa (34%).

41
5. Keamanan dan Transportasi
a. Keamanan
Sistem keamanan di 6 RW 38 RT Desa Tambaksogra Kecamatan
Sumbang Kabupaten Banyumas menggunakan keamanan masyarakat
dengan ronda keliling yang dilaksanakan sesuai jadwal di masing-
masing RT.
b. Transportasi
Secara umum masyarakat di Desa Tambaksogra Kecamatan Sumbang
Kabupaten Banyumas menggunakan alat transportasi pribadi berupa
sepeda motor dalam aktifitas sehari-hari.

6. Politik dan Pemerintahan


a. Sistem pengorganisasian
Sistem pengorganisasian masyarakat di Desa Tambaksogra
Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas berdasarkan struktur yang
ada yaitu terdiri dari unit terkecil RT, RW, Karang Taruna, Kelompok
Kerja, PKK dan Desa.
b. Struktur organisasi
Desa Tambaksogra Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas
dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang memiliki 38 RT dan 6 RW
dimana 6 RW tersebut dibagi kedalam 3 kadus yang setiap kadus (kepala
dusun) mengelola 2 RW.
c. Kelompok organisasi dalam komunitas
Kelompok organisasi yang masuk dalam struktur di Desa
Tambaksogra Kecamatan Sumbang diantaranya adalah Karang taruna,
posyandu balita dan posyadu lansia, pertemuan RT/RW dan pengajian.
Warga di Desa Tambaksogra aktif dalam kegiatan yang diadakan secara
rutin di desa.
d. Peran serta kelompok organisasi dalam Kesehatan
1) PKD (Pos Kesehatan Desa) dimana pos ini berada di desa yang
bekerja sama dengan Puskesmas yang berfungsi sebagai wadah bagi

42
kesehatan masyarakat desa. PKD membantu masyarakat mengenai
kesehatan desa sebelum penanganan lebih lanjut ke puskesmas lalu
ke rumah sakit. Pada umumnya PKD dikelola oleh bidan desa, di
Desa Tambaksogra PKD dikelola oleh 1 bidan desa yang dibantu
oleh kader kesehatan setiap RW/RT.
2) Posyandu ibu hamil dan balita merupakan kegiatan masyarakat
dalam upaya pelayanan kesehatan pada ibu hamil dan balita serta
keluarga berencana.
3) Posyandu lansia merupakan wadah untuk meningkatkan
kesejahteraan lansia, baik fisik maupun psikologis, melalui kegiatan
posyandu lanjut usia yang dibina oleh puskesmas dan kader
kesehatan
4) Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan sebagai
wadah dan sarana pengembangan setiap anggota masyarakat yang
tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab
sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda di
wilayah desa/kelurahan terutama bergerak dibidang usaha
kesejahteraan juga berperan dalam menggerakan masyrakat bersama
RT dan RW untuk senantiasa menjaga kebersihan lingkungan.

7. Sistem Komunikasi
a. Sarana umum komunikasi
Sarana komunikasi di Desa Tambaksogra Kecamatan Sumbang
Kabupaten Banyumas mayoritas menggunakan Handphone milik
pribadi dimana didalamnya dibentuk suatu komunitas/grup untuk
menyebarkan informasi. Kegiatan masyarakat Desa Tambaksogra
biasanya bertempat di Balai desa Tambaksogra. Untuk kegiatan
posyandu balita dan posyandu lansia bertempat di pospos yang sudah di
tentukan di setiap RW maupun RT.

43
b. Jenis alat komunikasi dan digunakan dalam komunitas
Masyarakat di Desa Tambaksogra secara umum menggunakan
handphone sebagai alat komunikasi.
c. Cara penyebaran informasi
Penyebaran informasi yang digunakan di Desa Tambaksogra
Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas mengunakan sistem
teknologi dimana pembentukan grup untuk menyebarkan informasi,
akan tetapi desa juga menyertakan surat yang bersifat tertulis dari desa
yang diberikan ke tingkat RW, RT, dan masyarakat umum.

8. Pendidikan
a. Tingkat Pendidikan komunitas
Distribusi penduduk menurut tingkat Pendidikan di Desa
Tambaksogra Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas dapat dilihat
sebagai berikut :
Tabel 3.12 Distribusi Penduduk menurut Pendidikan
Pendidikan Jumlah Persentase
Tidak/Belum Sekolah 1.578 19,06%
Belum tamat SD 977 11,80%
Tamat SD 2.548 30,7%
SLTP 1.325 16,01%
SLTA 1.327 16,03%
D1/II 36 0,43%
D3 140 1,69%
D4/S1 312 3,76%
S2 27 0,32%
S3 6 0,07%
Total 8.276 100%

Berdasarkan tabel 3.12 di atas, diketahui bahwa Sebagian besar


penduduk Desa Tambaksogra Kecamatan Sumbang Kabupaten
Banyumas berpendidikan tamat SD sebanyak 2.548 jiwa dengan
persentase 30,7%.

44
b. Fasilitas Pendidikan yang tersedia (formal dan non formal)
Terdapat beberapa fasilitas di Desa Tambaksogra Kecamatan
Sumbang Kabupaten Banyumas baik formal maupun informal. Sarana
Pendidikan formal diantaranya yaitu TK Pertiwi dan TK Aisyah, serta
PAUD Aisyiah.
c. Jenis Bahasa yang digunakan
Secara umum masyarakat di Desa Tambaksogra Kecamatan
Sumbang Kabupaten Banyumas menggunakan Bahasa Jawa.

9. Rekreasi
a Kebiasaan rekreasi
Menurut warga di Desa Tambaksogra Kecamatan Sumbang
Kabupaten Banyumas rekreasi itu berpergian ke tempat rekreasi, seperti
baturaden dan dilakukan di akhir pekan atau di waktu senggang. Tetapi
untuk rekreasi atau hiburan sehari-hari warga Desa Tambaksogra
memanfaatkan acara televisi sebagai hiburan dan rekreasi keluarga
seperti mengunjungi anak saudara.
b Fasilitas tempak rekreasi
Jarak tempat rekreasi terdekat dari desa Tambak Sogra Kecamatan
Sumbang Kabupaten Banyumas yaitu wisata Baturaden.

B. Diagnosa Keperawatan
NO DATA MASALAH
PRIORITAS
1 Data Primer: Perilaku Kesehatan
- Berdasarkan hasil survey didapatkan dari cenderung berisiko b.d
150 KK didapatkan data sebanyak 55 KK Pemilihan gaya hidup
(42%,6%) masih melakukan pembakaran tidak sehat (D.0099)
sampah dan membuang sampah ke
sungai
- Berdasarkan hasil survey didapatkan dari
150 KK didapatkan hasil 22 KK (33%)
masih melakukan BAB dan BAK di
sungai dan kolam.
- Berdasarkan hasil survey 150 KK
didapatkan 125 warga yang merokok.

45
NO DATA MASALAH
PRIORITAS
Data Sekunder:
- Berdasarkan wawancara dengan lansia
pada survei 150 KK menunjukkan hasil
bahwa 137 KK mengonsumsi garam
beryodium, sedangkan 13 KK
menyatakan tidak mengonsumsi garam
beryodium
- Berdasarkan hasil survey didapatkan
hasil bahwa masyarakat mengatakan
masih jarang melakukan olahraga
2 Data Primer: Pemeliharaan Kesehatan
- Berdasarkan survey terhadap 150 KK tidak efektif b.d
terdapat 22 lansia dari 87 lansia yang ketidakmampuan
mengatakan memiliki riwayat penyakit mengatasi masalah
kronis seperti hipertensi, DM, TBC, (D.0117)
jantung, Reumatic, dan penyakit lainnya.
- Berdasarkan wawancara dengan lansia
pada survei 150 KK menunjukkan hasil
bahwa 137 KK mengonsumsi garam
beryodium, sedangkan 13 KK
menyatakan tidak mengonsumsi garam
beryodium

Data Sekunder:
-
3 Data Primer: Defisit Kesehatan
- Jumlah anak Balita di Desa Tambaksogra komunitas b.d
sebanyak 412 anak. Kematian Balita keterbatasan sumber
sejumlah 0. Masalah Kesehatan yang daya (D.0110)
dialami balita di Desa Tambak Sogra
meliputi gizi buruk 3 balita, gizi kurang
40 balita, stunting 29 balita, gizi lebih/
obesitas 20 balita.
- Berdasarkan hasil survey mayoritas
warga melakukan pemeriksaan
Kesehatan tidak rutin atau jika bila sakit
dan minoritas rutin.
Data Sekunder:
- Saat kegiatan posyandu dilakukan tidak
dilakukan penyuluhan tentang Kesehatan
gizi pada balita
- Saat kegiatan posyandu hanya terdapat
satu tenaga Kesehatan dan dibantu
beberapa kader.

46

Anda mungkin juga menyukai