Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN JIWA

DENGAN PERILAKU KEKERASAN : AMUK

(Disampaikan pada Seminar Gawat Darurat)

Disusun Oleh :

1. Novi Nurmayanti 201601013


2. Ratna Marfrida Yasira 201601038
3. Sulistia 201601003

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKES MITRA KELUARGA

BEKASI TIMUR

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur, kami panjatkan kepada Tuhan YME, karena atas kuasa dan rahmatNya, kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, tanpa adanya halangan dan hambatan.

Penyusunan makalah Asuhan Keperawatan Gawat Darurat merupakan salah satu kriteria
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat semester V.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik beserta saran yang membangun
dari pembaca agar makalah ini bisa menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat. Untuk itu
saran dan kritikan dari para pembaca yang sifatnya membangun sangat menentukan
penyusunan makalah berikutnya menjadi lebih baik lagi.

Ucapan terimakasih kami haturkan kepada dosen pembimbing kami, ibu Ns.Renta Sianturi,
S.Kep., M.Kep, Sp.J yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada kami dalam
penyusunan makalah ini. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-
baiknya.

Dalam penyusunan makalah ini, tujuan utama kami yaitu dapat memberikan manfaat
kepada para pembacanya. Semoga dalam makalah ini dapat memberikan manfaat yang
baik bahkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sahari-hari sebagai perawat.

Bekasi, 9 September 2018

Kelompok

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 5

A. Latar Belakang ....................................................................................................................... 5

B. Tujuan ..................................................................................................................................... 5

1. Tujuan umum:...................................................................................................................... 5

2. Tujuan khusus: ..................................................................................................................... 5

C. Metode Penulisan ................................................................................................................... 6

D. Sistematika penulisan ............................................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN TEORI ........................................................................................................... 7

A. KONSEP GAWAT DARURAT JIWA : AMUK .................................................................. 7

1. Definisi ................................................................................................................................ 7

2. Rentang Respon ................................................................................................................... 7

3. Penyebab .............................................................................................................................. 9

4. Perubahan yang Terjadi ....................................................................................................... 9

5. Fungsi Positive Marah ....................................................................................................... 10

6. Tanda atau Gejala Marah (Perilaku) .................................................................................. 11

7. Proses Terjadinya Marah ................................................................................................... 12

8. Proses Terjadinya Amuk ................................................................................................... 13

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT JIWA : AMUK ............... 14

1. Pengkajian ......................................................................................................................... 14

2. Diagnosa Keperawatan ...................................................................................................... 16

3. Perencanaan ....................................................................................................................... 16

3
4. Implementasi ..................................................................................................................... 22

5. Evaluasi ............................................................................................................................. 22

BAB I II PENUTUP ..................................................................................................................... 23

A. KESIMPULAN .................................................................................................................... 23

B. SARAN................................................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 25

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Paula Krisanty, dkk (2009) dalam buku Asuhan Keperawatan Gawat Darurat,
Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap
kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman. Marah juga merupakan reaksi
atau ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan seperti kecewa, tidak
puas, tidak tercapai keinginan.
Perilaku kekerasan merupakan bagian dari rentang respon marah yang paling maladaptif,
yaitu amuk. Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maladaptif yang ditandai
dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol, yang
individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan (Keliat, 1991 dalam Buku
ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa).
Menurut Ah. Yusuf (2015) dalam Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang yang diarahkan pada
diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.

B. Tujuan

1. Tujuan umum:
Mahasiswa/i mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan gawat darurat jiwa dengan
perilaku kekerasan : amuk

2. Tujuan khusus:
a. Mahasiswa/i mampu memahami definisi, rentang respon amuk, penyebab amuk,
perubahan yang terjadi, fungsi positive marah, gejala atau tanda marah (perilaku),
proses terjadinya marah, proses terjadinya amuk.
b. Mahasiswa/i mampu melakukan pengkajian gawat darurat jiwa : amuk.
c. Mahasiswa/i mampu mendiagnosis diagnosa keperawatan gawat darurat jiwa :
amuk.
d. Mahasiswa/i mampu merencanakan tindakan keperawatan darurat jiwa : amuk.

5
e. Mahasiswa/i mampu melaksanakan rencana tindakan keperawatan darurat jiwa :
amuk.
f. Mahasiswa/i mampu mengevaluasi kondisi orang dengan gangguan jiwa : amuk.
g. Mahasiswa/i mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan gawat darurat jiwa.
C. Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode deskritif dengan pendekatan studi
kepustakaan dengan mencari refrensi berupa buku atau ebooks.

D. Sistematika penulisan
Dalam pembuatan makalah ini, kelompok menuliskan isi makalah dengan susunan
halaman judul, halaman kata pengantar, halaman daftar isi.

Bab I pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, metode penulisan menggunakan
metode studi kepustakaan yaitu penulis mencari teori yang diperoleh melalui buku,e-books,
dan sistem penulisan.

Bab II tinjauan teori berisi tentang pembahasan ilmu ataupun teori yang sudah pernah
dibahas oleh para ahli berkaitan dengan tema makalah yang dipilih berisi definisi, rentang
respon amuk, penyebab amuk, perubahan fisiologis yang terjadi, fungsi positive marah,
gejala atau tanda marah (perilaku), proses terjadinya marah, proses terjadinya amuk, dan
konsep asuhan keperawatan gawat darurat jiwa : amuk.

Bab III penutup yang terdiri atas kesimpulan berisi tentang simpulan akhir dari teori, saran
yang berisi usulan dan saran dari kelompok terkait dari isi dari makalah.

Daftar pustaka yang berisi seluruh sumber yang digunakan dalam pembuatan makalah.
Dapat berupa buku, majalah, informasi dari situs internet dan lain-lain.

6
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP GAWAT DARURAT JIWA : AMUK


1. Definisi
Kemarahan adalah suatu perasaan/emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap
kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman. Marah juga merupakan
reaksi/ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan seperti kecewa,
tidak puas, tidak tercapai keinginan. Pengungkapan marah secara konstruktif akan
menimbulkan perasaan lega. Marah merupakan suatu peringatan sehingga perlu
diperhatikan oleh diri sendiri maupun orang lain. Untuk berbagai alasan orang
mempunyai hak untuk menolak, tidak percaya, atau bertindak sesuka hati. Orang
memandang bahwa marah adalah perbuatan dosa dan merupakan tindakan dosa dan
merupakan tindakan dekstruktif. Orang berusaha untuk mengekpresikan marah dengan
cara-cara yang dapat diterima dengan sosial (Ernawati, Dalami. dkk, 2009, dalam buku
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa).
Menurut Paula Krisanty, dkk (2009) dalam buku Asuhan Keperawatan Gawat
Darurat, Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi
terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman. Marah juga
merupakan reaksi atau ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan
seperti kecewa, tidak puas, tidak tercapai keinginan.
Perilaku kekerasan merupakan bagian dari rentang respon marah yang paling
maladaptif, yaitu amuk. Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maladaptif
yang ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya
kontrol, yang individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan (Keliat,
1991 dalam Buku ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa).

2. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

7
Keterangan:
a. Asertif : Mengemukakan kemarahan/pendapat/ekspresi tidak senang/tidak
setuju tanpa menyakiti lawan bicara yang diungkapkan tanpa menyakiti orang
lain.
b. Frustasi : Respons akibat gagal mencapai tujuan, kepuasan atau rasa aman.
Individu tidak dapat menunda sementara atau menemukan alternatif lain.
c. Pasif : Perilaku yang ditandai dengan perasaan tidak mampu untuk
mengungkapkan perasaannya sebagai usaha mempertahankan hak-haknya.
Merasa kurang mampu, HDR, pendiam, malu, sulit diajak bicara.
d. Agresif : Suatu perilaku yang menyertai marah merupakan dorongan
mental untuk bertindak dan masih terkontrol.
e. Amuk : Rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan
kontrol diri sehingga dapat merusak diri dan lingkungan. (Yusuf. Ah, dkk, 2015
dalam Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa).

Menurut Paula Krisanty, dkk (2009) dalam buku Asuhan Keperawatan Gawat Darurat,
respon marah dapat diungkapkan dengan cara :

a. Mengungkapkan secara verbal/langsung pada saat itu sehingga dapat melegakan


individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaannya.
b. Menekan kemarahan atau pura-pura tidak marah. Hal ini mempersulit diri dan
menggangu hubungan interpersonal.
c. Menentang atau melarikan diri. Cara ini akan menimbulkan rasa bermusuhan
dan bila dipakai terus-menerus dapat diekspresikan pada diri sendiri atau orang
lain sehingga akan tampak sebagai psikosomatis atau agresi/amuk.
Tabel 1 perbandingan perilaku pasif, asertif, dan agresif
Karakteristik Pasif Asertif Amuk
Nada bicara  Negative  Positif  Berlebihan
 Menghina diri  Menghargai diri  Menghina
 Dapatkah saya sendiri orang lain
lakukan?  Saya dapat atau akan  Anda
 Dapatkah ia lakukan selalu

8
lakukan atau
tidak
pernah
?
Nada suara  Diam  Diatur  Tinggi
 Lemah  Menuntut
 Merengek
Sikap tubuh  Melorot  Tegak  Tegang
 Menundukan  Rileks  Bersandar
kepala kedepan
Personal  Orang lain dapat  Menjaga jarak yang  Memiliki
space masuk pada menyenangkan teritorial
teritorial  Mempertahankan orang lain
pribadinya hak tempat atau
teritorial
Gerakan  Minimal  Memperlihatkan  Mengancam
 Lemah gerakan yang sesuai , ekspansi
 Resah gerakan
Kontak  Sedikit atau 
Sesekali (intermiten)  Melotot
mata tidak ada sesuai dengan
kebutuhan interaksi
(Yusuf. Ah, dkk, 2015 dalam Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa).

3. Penyebab

a. Kehilangan harga diri karena tidak dapat memenuhi kebutuhan sehingga individu
tidak berani bertindak, cepat tersinggung, dan lekas marah.
b. Frustasi akibat tujuan tidak tercapai atau terhambat sehingga individu merasa cemas
dan terancam. Individu akan berusaha mengatasi tanpa memperhatikan hak-hak
orang lain.
c. Kebutuhan aktualisasi diri yang tidak tercapai sehingga menimbulkan ketegangan
dan membuat individu cepat tersinggung (Ernawati, Dalami. dkk, 2009, dalam buku
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa).

4. Perubahan yang Terjadi

Menurut Paula Krisanty, dkk (2009) dalam buku Asuhan Keperawatan Gawat Darurat,
perubahan yang terjadi antara lain :

9
a. Fisiologis
Tekanan darah meningkat, respirasi rate meningkat, nafas dangkal, tonus otot
meningkat, muka merah, peningkatan saliva, mual, penurunan peristaltik lambung
atau perubahan kadar HCL lambung, fight atau flight, peningkatan frekuensi
berkemih, dilatasi pupil.
b. Emosi
Jengkel, labil, tidak sadar, ekspresi wajah tegang, pandamgan tajam, merasa tidak
aman, bermusuhan, marah, bersikeras, dendam, menyerang,takut, cemas, merusak
benda.
c. Intelektual
Bicara mendominasi, bawel, berdebat, meremehkan, konsentrasi menurun, persuasif.
d. Sosial
Menarik diri, sinis, curiga, agresif, mengejek, menolak, kasar, humor.
e. Spiritual
Ragu-ragu, moral bejat, maha kuasa, kebajikan.

5. Fungsi Positive Marah

Menurut Ernawati, Dalami. dkk, 2009, dalam buku Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Jiwa, fungsi positive marah antra lain :

a. Energizing Function
Rasa marah akan menambah energi/tenaga seseorang karena emosi akan
meningkatkan adrenalin dalam tubuh yang mengakibatkan peningkatan metabolisme
tubuh sehingga terbentuk energi tambahan.
b. Expressive Function
Dengan mengekspresikan kemarahan, individu, dapat memperlihatkan/
mengkomunikasikan pada orang lain keinginan dan harapannya secara terbuka tanpa
melalui kata-kata. Ekspresi yang terbuka menandakan hubungan yang sehat.
c. Self Promotional Function
Marah dapat digunakan memproyeksikan konsep diri yang positif atau meningkatkan
harga diri.
d. Defesive Function

10
Kemarahan dapat meningkatkan pertahankan ego dalam menanggapi kecemasan
yang meningkat dalam konflik eksternal.
e. Potienting Function
Kemampuan koping terhadap rasa marah akan meningkatkan kemampuan
mengontrol situasi, persaingan tidak sehat.
f. Discriminating Function
Dengan mengekpresikan marah individu dapat membedakan keadaan alam
perasaannya, sedih, jengkel, marah, amuk.

6. Tanda atau Gejala Marah (Perilaku)

a. Emosi
a) Tidak adekuat
b) Tidak aman
c) Rasa terganggu
d) Marah (dendam)
e) Jengkel.
b. Intelektual
a) Mendominasi
b) Bawel
c) Sarkasme
d) Berdebat
e) Meremehkan.

c. Fisik
a) Muka merah
b) Pandangan tajam
c) Napas pendek
d) Keringat
e) Sakit fisik
f) Penyalahgunaan zat
g) Tekanan darah meningkat.

d. Spiritual

11
a) Kemahakuasaan
b) Kebijakan/ kebenaran diri
c) Keraguan
d) Tidak bermoral
e) Kebejatan
f) Kreativitas terlambat.

e. Sosial
a) Menarik diri
b) Pengasingan
c) Penolakan
d) Kekerasan
e) Ejekan
f) Humor (Yusuf. Ah, dkk, 2015 dalam Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa).

7. Proses Terjadinya Marah

Ancaman

Kebutuhan

Cemas

Marah

Merasa kuat Mengungkapkan secara vertikal Merasa tidak adekuat

Menantang Menjaga keutuhan Menantang orang lain

Masalah tidak selesai Lega Mengingkari marah

Marah berkepanjangan Ketegangan menurun Marah tidak terungkap

12
Rasa marah teratasi

Muncul rasa bermusuhan

Rasa bermusuhan menahun

Marah pada diri sendir Marah pada orang lain/lingkungan

Depresi psikosomatik Agresif/mengamuk


(Ah. Yusuf, dkk, 2015 dalam Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa ).

8. Proses Terjadinya Amuk

Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maladaptif yang ditandai dengan
perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol, yang individu
dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan (Keliat ,1991dalam Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa).
Amuk adalah respons marah terhadap adanya stress, rasa cemas, harga diri rendah, rasa
bersalah, putus asa, dan ketidakberdayaan.
Respons marah dapat diekspresikan secara internal atau eksternal. Secara internal dapat
berupa perulaku yang tidak asertif dan merusak diri, sedangkan secara eksternal dapat
berupa perilaku destruktif agresif. Respons marah dapat diungkapkan melalui tiga cara
yaitu (1) mengungkapkan secara verbal, (2) menekan, dan (3) menantang.
Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan kata-
kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain akan memberikan
kelegaan pada indivdu. Apabila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku agresif
dan menantang, biasanya dilakukan karena ia merasa kuat. Cara ini menimbulkan
masalah yang berkepanjangan dan dapat menimbulkan tingkah laku yang dekstruktif
dan amuk.

13
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT JIWA : AMUK

1. Pengkajian

a. Faktor Predisposisi
a) Biologis
Dalam otak sistem limbik berfungsi sebagai regulator/pengatur perilaku.
Adanya lesi pada hipotalamus dan amigdala dapat mengurang atau
meningkatkan perilaku agresif. Perangsangan pada sistem neurofisiologis dapat
menimbulkan respon emosional dan ledakan agresif. Penurunan norepinefrin
dapat menstimulasi perilaku agresif misalnya pada peningkatan kadar hormone
testoteron atau progesteron. Pengaturan perilaku agresif adalah dengan
mengatur jumlah metabolisme biogenik amino-norepinefrin.
b) Psikologis
Menurut Lorenz, agresif adalah pembawaan individu sejak lahirsebagai respons
terhadap stimulus yang diterima. Respon tersebut berupa pertengkaran atau
permusuhan. Gangguan ekspresi marah disebabkan karena ketidakmampuan
menyelesaikan agresif yang menyebabkan individu berperilaku destruktif.
Sedangkan Freud menyatakan bahwa sejak dilahirkan individu akan
mengalami ancaman yang perlu diekspresikan. Perilaku destruktif terjadi
apabila ancaman tersebut menguasai individu. Menurut Freud, agresif berasal
dari rasa frustasi akibat ketidakmampuan individu mencapai tujuan. Bila
individu tidak mampu mengekspresikan perasaannya individu akan marah pada
dirinya. Frustasi dirasakan sebagai ancaman yang menimbulkan kecemasan
sehingga individu merasa harga dirinya terganggu. Konflik juga merupakan
ancaman bagi individu yang dapat mencetuskan perilaku agresif. Persepsi yang
salah terhadap konflik yang terjadi dapat membuat individu menjadi agresif.
Teori eksistensi yang dikemukakan oleh Fromm menyatakan bahwa tingkah
laku individundidasarkan pada kebutuhan hidup. Bila tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan cara konstruktif individu akan berperilaku agresif.
Perilaku destruktif juga dapat disebabkan oleh kegagalan mendapatkan
eksistensi akibat kondisi sosial yang tidak sejalan dengan niat dan alasan
individu.

14
c) Sosiokultural
Norma-norma cultural dapat digunakan untuk membantu memahami ekspresi
agresif individu. Teori lingkungan sosial mengemukakan bahwa norma yang
memperkuat perilakunya disebabkan oleh ekspresi marah yang pernah dialami
sebelumnya. Menurut Madden, orang-orang yang pernah memiliki riwayat
ditipu cenderung mudah marah, yang disebut “Acting Out” terhadap marah.
Bila privacy/pribadi terganggu oleh kondisi sosial maka responnya berupa
agresif/amuk. Teori belajar sosial menurut Robert, yang disempurnakan oleh
Miller dan Dollar, mengemukakan bahwa tingkat laku agresif dipelajari
sebagai bagian dari proses sosial. Agresif dipelajari dengan cara imitasi
terhadap pengalaman langsung. Pola subkultural cenderung menyebabkan
imitasi tingkah laku agresif yang mengarah pada amuk. Ahli teori sosial
berpendapat bahwa komponen biologi tingkah laku agresif berhubungan
dengan aspek-aspek psikososial.
b. Stessor Presipitasi
a) Ancaman terhadap fisik : pemukulan, penyakit fisik
b) Ancaman terhadap konsep diri : frustasi, harga diri rendah
c) Ancaman eksternal : serangan fisik, kehilangan orang/benda berarti
d) Ancaman internal : kegagalan, kehilangan perhatian
c. Mekanisme Koping
a) Denial, mekanisme pertahanan ini cenderung meningkatkan marah seseorang
karena sering digunakan untuk mempertahankan harga diri akibat
ketidakmampuannya.
b) Sublimasi, adalah dengan mengalihkan rasa marah pada aktivitas lainnya.
c) Proyeksi, juga cenderung meningkatkan ekspresi marah karena individu
berusaha mengekspresikan marahnya terhadap orang/benda tanpa dihalangi.
d) Formasi, adalah perilaku pasif-agresif karena perasaannya tidak dikeluarkan
akibat ketidakmampuannya mengekspresikan kemarahannya atau
memodifikasikan perilakunya. Pada saat-saat tertebtu individu dapat menjadi
agresif secara tiba-tiba.

15
e) Represi, merupakan mekanisme pertahanan yang dapat menimbulkan
permusuhan yang tidak disadari sehingga individu bersifat eksploaitatif,
manipulatif, dan ekspresi lainnya yang mudah berubah.

2. Diagnosa Keperawatan

Ketidak tahuan cara mengekspresikan marah

Tidak mampu mengekspresikan

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Perilaku kekerasan : amuk

Resiko terjadi isolais sosial : menarik diri

Diagnosis keperawatan :
1. Perilaku kekerasan amuk
2. Mekanisme koping tidak efektif
3. Ketidakmampuan mengekspresikan kemarahan
4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

3. Perencanaan

Intervensi dapat melalui Rentang Intervensi Keperawatan.

Strategi preventif Strategi antisipatif Strategi pengurungan

Kesadaran diri Komunikasi Managemen krisis


Pendidikan klien Perubahan lingkungan Seclusion
Latihan asertif Tindakan perilaku Restrains
Psikofarmakologi
Keterangan :
a) Kesadaran diri : perawat harus menyadari bahwa stress yang dihadapinya dapat
mempengaruhi komunikasinya dengan klien . Bila perawat merasa letih, cemas,
marah, atau apatis maka sulit banginya untuk membuat klien tertarik. Oleh karena

16
itu, bila perawat itu sendiri dipenuhi dengan masalah, maka energi yang dimilikinya
bagi klien berkurang. Untuk mencegah semua itu, maka perawat harus terus-
menerus meningkatkan kesadaran dirinya dan melakukan supervisi dengan
memisahkan antara masalah pribadi dengan dan masalah klien.
b) Pendidikan klien : pendidikan yang diberikan mengenai cara berkomunikasi dan
mengekspresikan sikap marah yang tepat. Banyak klien yang mengalami
mengekspresikan sikap perasaannya, kebutuhan, hasrat, dan bahkan kesulitan
mengkomunikasikan semua ini kepada oranglain. Jadi dengan perawat
berkomunikasi diharapkan agar klien mau menekspresikan perasaannya, lalyu
perawat menilai apakah respon yang diberikan klien adaptif atau maladaptif.
c) Latihan asertif : kemampuan dasar yang interpersonal yang harus dimiliki perawat
antara lain berkomunikasi secara langsung dengan semua orang, mengatakan ‘tidak’
untuk sesuatu yang tidak beralasan, sanggup melakukan komplain,
mengekspresikan penghargaan dengan tepat.
d) Komunikasi : strategi berkomunikasi dengan klien perilaku agresif antara lain
bersikap tenang, bicara lembut, bicara dengan tidak menghakimi, bicara netral dan
dengan cara yang konkrit, tunjukkan respect pada klien, hindari intensitas kontak
mata langsung, demonstrasikan cara mengontrol situasi tanpa kesan berlebihan,
fasilitasi pembicaraan klien, dengarkan klien, jangan terburu-buru
menginterpretasikan, jangan buat janji yang tidak dapat perawat tepati.
e) Perubahan lingkungan : unit perawatan sebaiknya menyiapkan berbagai aktivitas
seperti membaca, grup program yang dapat mngurangi perilaku klien yang tidak
sesuai dan meningkatkan adaptasi sosialnya.
f) Tindakan perilaku : pada dasarnya membuat kontak dengan klien mengenai
perilaku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, konsekuensi yang
didapat bila kontak dilanggar, danapa saja kontribusi perawat selama perawatan.
g) Psikofarmakologi
Antianxienty dan sedatif-hipnotics. Obat-obatan inidapat mengendalikan agitasi
yang akut. Benzodiazepines seperti lorazepam 25-30mcg via iv/im dan
clonadzepam 1mg via iv , sering digunakan dalam kedaruratan psikiatrik untuk
menenangkan perlawanan klie. Tapi obat ini tidak direkomendasikan penggunaan
dalam wkatu lama karna dapat menyebabkan kebingungan dan ketergantungan,
juga bisa memperburuk syimtom depresi. Selanjutnya pada beberapa klien yang
mengalami disinhibiting efek dari benzodiazepines, dapat mengakibatkan perilaku
agresif. Buspirone 5mg via oral bid/tid prn obat antianxienty, efek dalam
mengendalikan perilaku kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi.
Ini ditujunkan dengan merunnya perilaku agresif dan agitasi klien dengan cedera
kepala, demensia, dan develop mental disability.
Antidepresan, penggunaan obat ini mampu megontrol implusif dan perilaku agresif
klien yang berkaitan dengan perubahan mood. Amitriptyline 50-75mg/hari
maksimal 300mg/hari pada depresi yang parah dan trazodone 100mg via oral, efek

17
untuk menghilagkan agresifitas yang berhubungan dengan cedera kepala dan
gangguan mental organik.
Moodstabilizers, penelitian menunjukan bahwa pemmberian lithium efektif untuk
agresif karena manik. Pada beberapa kasus, pemberiannya untuk menurunkan
perilaku agresif yang disebabkan oleh gangguan lain seperti RM, cedera kepala,
skizofrenia, gangguan kepribadian.pada klien dengan epilepsi lobus temporal, bisa
meningkatkan perilaku agresif.
Pemberian carbamazepines dapat mengenddalikan perilaku agresif pada klien
dengan kelainan EEGs (Electoen Cephalograms).
Anti psikotic, obat-obatan ini biasanya dipergunakan untuk perawatan perilaku
agresif. Bila agitasi terjadi karena delusi, halusinasi, atau perilaku psikotik lainnya,
maka pemberian obat ini dapat membantu, namun diberikan hanya untuk 1-2
minggu sebelum efeknya dirasakan.
Medikasi lainnya; banyak kasus menunjukkan bahwa pemberian naltrexone
(antagonis opiat), dapat menurunkan perilaku mencederai diri. Betablocers seperti
propanolol dapat menurunkan perilaku kekerasan pada anak dan pada klien dengan
gangguan mental organik.

h) Managemen krisis
Bila pada waktu intervensi awal tidak berhasil, maka diperlukan intervensi yang
lebih aktif. Prosedur penanganan kedaruratan psikiatrik :
1. Identifikasi pemimpin tim krisis. Sebaiknya dari perawat karena yang
bertanggug jawab selama 24 jam.
2. Bentuk tim krisis. Meliputi dokter, perawat, dan koselor.
3. Beritahu petugas keamanan jika perlu. Ketua tim harus menjelaskan apa saja
yang menjadi tugasnya selama penanganan klien.
4. Jauhkan klien lain dari lingkungan.
5. Lakukan pengekangan, jika memungkinkan.
6. Pikirkan suatu rencana penanganan krisis dan beritahu tim.
7. Tugaskan anggota tim untuk mengamankan anggota klien.
8. Jelaskan perlunya intervensi tersebut kepada klien dan upayakan untuk
kerjasama.
9. Pengekangan klien jika diminta oleh ketua tim krisis. Ketua tim harus segera
mengkaji situasi lingkungan sekitar untuk tetap melindungi keselamatan klien
dan timya.
10. Berikan obat jika diinstruksikan
11. Pertahankan pendekatan yang tenang dan konsisten terhadap klien
12. Tinjau kembali intervensi penanganan krisis dengan tim krisis
13. Proses kejadian dengan klien lain dan staf harus tepat
14. Secara bertahap mengintergrasikan kembali klien dengan lingkungan

18
i) Seclusion
Pengekangan fisik
Merupakan tindakan keperawatan yang terakhir. Ada dua macam, pengekangan
fisik secara mekanik (menggunakan manset, sprei pengekangan) atau isolasi
(menempatkan klien dalam suatu ruangan dimana klien tidak dapat keluar atas
kemauannya sendiri).
Jenis pengekangan mekanik :
- Camisoles (jaket pengekang)
- Manset untuk pergelangan tangan
- Manset untuk pergelangan kaki, dan menggunakan sprei
Indikasi pengekangan:
- Perilaku amuk yang membahayakan diri sendiri atau orang lain
- Perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan
- Ancaman terhadap integritas fisik yang berhubungan dengan penolakan klien
untuk beristirahat, makan, dan minum.
- Permintaan klien untuk pengendalian perilaku eksternal. Pastikan tindakan ini
telah dikaji dan berindikasi terapeutik.

Pengekangan dengan sprei basah atau dingin


Klien dapat dimobilisasi dengan membalutnya seperti mumi dalam lapisan sprei
dan selimut. Lapisan paling dalam terdiri atas sprei yang telah direndam dalam air
es. Walaupun mula-mula terasa dingin, balutan segera menjadi hangat dan
menenangkan. Hal ini dilakukan pada perilaku amuk atau agitasi yang tidak dapat
dikendalikan dengan obat.
Intervensi keperawatan :
1. Baringkan klien dengan pakaian rumah sakit diatas tempat tidur yang tahan air
2. Balutkan sprei pada tubuh dengan rapih dan pastikan bahwa permukaan kulit
tidak saling bersentuhan
3. Tutupi sprei basah dengan selapis selimut
4. Amati klien dengan konstan
5. Pantau suhu, nadi, dan pernapasan. Jika dampak sesuatu yang bermakna, buka
pengekangan
6. Berikan cairan sesring mungkin
7. Pertahankan suasana lingkungan yang tenang

19
8. Kontak verbal dengan suara yang menenangkan
9. Lepaskan balutan setelah lebih kurang 2 jam
10. Lakukan perawatan kulit sebelum membantu klien berpakaian

j) Restrains

Adalah terapi menggunakan alat-alat mekanik atau manual untuk membatasi


mobilitas fisik klien.

Alat tersebut meliputi alat penggunaan manset untuk pergelangan tangan atau kaki
dan kain pengikat. Restrain harus dilakukan pada kondisi khusus, hal ini merupakan
intervensi yang terakhir jika perilaku klien sudah tidak dapat diatasi atau dikontrol
dengan strategi perilaku maupun modifikasi lingkungan.

Tujuan tindakan keperawatan adalah memonitor alat restrain mekanik atau restrain
manual terhadap pergerakan klien. Dapatkan izin dokter bila diharuskan karena
kebijakan institusi.

Macam-macam restrain :

1. Limb restraints (restrain pergelangan tangan), Elbow restraints (khusus daerah


sikut), Restrain ini umumnya untuk anak-anak atau bayi.
2. Jacket restraints ( jaket), restrain ini mencegah pasien turun dari tempat tidur
tanpa menyakiti fisik pasien dan pasien tetap dapat menggerakan ekstremitas.
3. Belt restraints (sabuk). Alat pengaman pasien yang terbuat dari kain (wisel)
yang dipasangkan pada anggota tubuh bagian dada dan diikatkan pada kedua
sisi tempat tidur
4. Mittorhand restrains (restrain tangan) untuk menutup tangan pasien guna
menghindari pasien melakukan garukan atau hal lain yang dapat
membahayakan dirinya atau orang lain.

Indikasi :

1. Perilaku kekerasan yang membahayakan diri sendiri dan lingkungannnya


2. Perilaku agitasi yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan

20
3. Klien yang mengalami gangguan kesadaran
4. Klien yang mebutuhkan bantuan untuk mendapatkan rasa aman dan
pengendalian diri
5. Ancaman terhadap integritas tubuh berhubungan dengan penolakan klien untuk
istirahat, makan dan minum

Isolasi adalah menempatkan klien dalam suatu ruangan dimana klien tidak dapat
keluar atas kemauannya sendiri. Tingkatkan pengisolasian dapat berkisar dari
penempatan dalam ruangan yang tertutup tapi tidak terkunci sampai pada
penempatan dalam ruangan terkunci dengan kasur tanpa sprei dilantai, kesempatan
berkomunikasi yang dibatasi, dan klien memakai pakaian RS atau kain terpal yang
berat.

Indikasi penggunaan :

- Pengendalian perilaku amuk yang berpotensial membahayakan klien atau


orang lain dan tidak dapat dikendalikan oleh orang lain dengan intervensi
pengendalian yang longgar, seperti kontak interpersonal atau pengobatan.
- Reduksi stimulus lingkungan, terutama jika diminta oleh klien.

Kontraindikasi :

- Kebutuhan untuk pengamatan masalah medik


- Risiko tinggi untuk bunuh diri
- Potensial tidak dapat mentoleransi deprivasi sensori
k) Cara Mengatasi Pasien Dalam Keadaan Amuk
(1) Waspada dan jaga jarak aman. Jangan terlau dekat dengan pasien (minimal
jarak dengan pasien 1,5 m)
(2) Panggil saudara atau tetangga sehingga kita tidak menangani pasien sendiri. 3.
(3) Anjurkan psaien untuk tenang katakan bahwa kita mengerti apa yang menjadi
sumber kemarahannya.
(4) Apabila pasien sudah rutin minum obat dari dokter jiwa, anjurkan pasien untuk
minum obatnya.

21
(5) Apabila pasien masih gelisah juga dan berupaya merusak barang atau
mengancam mencederai oranglain pertimbangkan untuk melakukan
pengikatan:
(6) Siapkan personil, minimal 3 orang. Jika pasien membawa senjata tajam atau
senjata api maka perlu memanggil polisi atau tenaga keamanan terlatih.
(7) Pegang kedua tangan pasien.
(8) Rebahkan ke tempat tidur dan lakukan pengikatan.
(9) Segera bawa ke rumah sakit jiwa atau UGD

4. Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan suatu tindakan keperawatan yang dilakukan


sesuai dengan intervensi keperawatan yang sudah dibuat.

5. Evaluasi

Mengukur apakah tujuan dan kriteria sudah tercapai. Perawat dapat mengobservasi
perilaku klien. Dibawah ini beberapa perilaku yang dapat mengindikasikan evaluasi
yang positif :

1. Identifikasi situasi yang dapat membangkitkan kemarahan klien


2. Bagaimana keadaan klien saat marah dan benci pada orang tersebut
3. Sudahkah klien menyadari akibat dari marah dan pengaruhnya pada orang lain.
4. Buatlah komentar yang kritikal
5. Apakah klien sudah mampu mengekspresikan sesuatu yang berbeda
6. Klien mampu menggunakan aktivitas secara fisik untuk mengurangi perasaan
marahnya
7. Mampu mentoleransi rasa marahnya
8. Konsep diri klien sudah meningkat
9. Kemandirian dalam berpikir dan aktivitas meningkat

22
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Perilaku kekerasan merupakan bagian dari rentang respon marah yang
paling maladaptif, yaitu amuk. Amuk merupakan respons kemarahan yang paling
maladaptif yang ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai
hilangnya kontrol, yang individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.

Penyebab timbulnya yaitu kehilangan harga diri karena tidak dapat memenuhi
kebutuhan sehingga individu tidak berani bertindak, cepat tersinggung, dan lekas marah.

Respons marah dapat diekspresikan secara internal atau eksternal. Secara internal dapat
berupa perulaku yang tidak asertif dan merusak diri, sedangkan secara eksternal dapat
berupa perilaku destruktif agresif. Respons marah dapat diungkapkan melalui tiga cara
yaitu (1) mengungkapkan secara verbal, (2) menekan, dan (3) menantang.
Respon marah dapat diungkapkan dengan cara mengungkapkan secara verbal atau
langsung, menekan kemarahan atau pura-pura tidak marah dan menentang atau
melarikan diri.

B. SARAN

1) Bagi mahasiswa diharapkan dapat berdiskusi tentang masalah keperawatan gawat


darurat yang akan kelompok bahas yaitu Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Jiwa
dengan Perilaku Kekerasan : Amuk agar nantinya kita dapat memahami konsep
penyakit dan konsep asuhan keperawatan. Diharapkan mahasiswa juga dapat
menerapkan asuhan keperawatan Gawat Darurat Jiwa dengan Perilaku Kekerasan :
Amuk.
2) Bagi institusi pendidikan diharapkan institusi dapat sebagai berikut :
a. Memperbanyak referensi agar memudahkan dalam melakukan pembelajaran.

23
Referensi yang disediakan harus lebih banyak buku-buku referensi terbaru baik
dalam media cetak maupun elektronik. Karena kelompok mengalami sedikit
kendala dalam mencari buku refrensi di perpustakaan kita dengan kategori 5-10
tahun terakhir. Jika buku refrensinya dalam bentuk e-book diharapkan STIKes
Mitra Keluarga dapat meningkatkan/mempermudah akses WIFI untuk semua
mahasiswa.
b. Memudahkan peminjaman buku di perpustakaan dengan jumlah > 2 buku per
individu.
c. Meningkatkan proses kegiatan belajar mengajar sehingga kemampuan mahasiswa
dalam segi kognitif maupun keterampilan mampu memahami dan
mengaplikasikan asuhan keperawatan gawat darurat jiwa, dan untuk pembimbing
maupun koordinator mata kuliah keperawatan gawat darurat diharapkan
kedepannya lebih baik lagi dalam memberikan tugas makalah seminar agar
hasilnya juga sesuai dengan yang diharapkan baik oleh dosen maupun mahasiswa.
d. Memperbanyak tempat yang disediakan untuk berdiskusi dan waktu maksimal
untuk berada dikampus semoga ditambah lagi.

24
DAFTAR PUSTAKA

Krisanty, Paula. Manurung, Santa. Suratun. dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat
Darurat. Jakarta : TIM
Yusuf, Ah. Rizky, Fitryasari. Endang, Nihayati Nanik. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta Selatan : Salemba Medika
Dalami, Ernawati. Suliswati. dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan gangguan
Jiwa. Jakarta : TIM
Yosep, Iyus. Sutini, Titin. 2014. Buku Ajar Keperawatan jiwa. Bandung : Refika Aditama

https ://www.scribd.com/doc/154394539/pengajian-baru-RUFA diakses tanggal 18


September 2018 pukul 17.15 WIB

MIMS

25
LAMPIRAN

RENCANA KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN JIWA

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN : PERILAKU KEKERASAN


RUFA : SKOR 1 - 10
SKOR 11 - 20
SKOR 21 - 30

II. TUJUAN :

III. INTERVENSI
A. INTENSIF I :
a. Kendalikan secara verbal
b. Peningkatan ATAU Isolasi
c. Psikofarmaka : anti psikotik parenteral, anti ansietas

B. INTENSIF II :
a. Dengarkan keluhan pasien tanpa menghakimi
b. Latih car fisik mengendalikan marah : nafas dalam
c. Beri psikofarmaka : antipsikotik

C. INTENSIF III :
a. Dengarkan keluhan pasien
b. Latih cara mengendalikan marah dengan cara verbal, spiritual
c. Pertahankan pemberian psikofarmaka oral : anti psikotik

Bangli, ..............................................

Perawat

.........................................................

26
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEGAWATDARURATAN JIWA

Nama : No. RM :
Tanggal : Dx Keperawatan:
1. Melakukan komunikasi terapeutik
2. Mengobservasi Status Mental

Status Mental Pagi Sore Malam


Penampilan
Orientasi
Pembicaraan
Psikomotor
Afek
Persepsi
Arus Pikir
Isi Pikir
Bentuk Pikir
Interaksi
SKOR RUFA
3. Mengarahkan/ membantu ADL

ADL Pagi Sore Malam


Makan/ Minum
Toileting
Mandi
Berpakaian
4. Delegatif pemberian obat

Nama Obat Jam / Paraf

5. Menggunting Rambut, Memotong Kuku


6. Memberi Terapi Modalitas :................................
7. Melaksanakan Restrain/ Isolasi
8. Mengobservasi Restrain

27
Jam 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
A
V
N
Catatan :
PLANNING
Pagi Sore Malam

NAMA / PARAF PERAWAT


Pagi Sore Malam

28
RESPON UMUM FUNGSI ADAPTIF

RUFA PERILAKU KEKERASAN

Domain Intensif I Intensif II Intensif III


1-10 11-20 21-30
Pikiran Orang lain/makhluk lain Orang lain/makhluk Orang lain/makhluk
mengancam lain mengancam lain mengancam
Perasaan Marah dan jengkel terus- Marah dan jengkel Kadang marah dan
menerus (seringkali) jengkel, sering
tenang
Tindakan Terus-menerus mengancam Hanya mengancam Kadang-kadang
oranglain (verbal) secara verbal masih mengancam
Terus-menerus berusaha Tidak ada tindakan secara verbal
mencederai oranglain (fisik) kekerasan fisik Komunikasi cukup
Komunikasi sangat kacau Komunikasi kacau koheren

29

Anda mungkin juga menyukai