Seorang pasien laki2, usia 16 th datang dg keluhan kejang. Tipe kejang diawali keempat anggota gerak kaku, mata
melirik keatas, anggota gerak menghentak-hentak 5 menit, lidah tergigit. Saat kejang pasien tidak sadar. Beberapa
saat kemudian pasien kejang lagi dengan tipe yang sama. Di antara kejang pasien tidak sadar. RPD pasien kejang
sejak usia 12 th, kejang terakhir 1 th yll. Px neurologis dbn.
a. Diagnosis
K: Sindroma status epileptikus, riwayat epilepsi idiopatik, status konvulsi generalis tonik klonik
T: Encephalon (cortex cerebri)
E: Idiopatik (status epileptikus)
Ddx : pseudoseizure (biasanya krn psikiatri), sinkop, migrain (bila ada aura)
c. Tatalaksana
Sesuai stadium
- Stadium I (0-10 mnt) ABC (fungsi cardio, jalan napas, resusitasi)
- Stadium II (1-60 mnt) px. Status neuro, kuvs, EKG, lab rutin
Cek tanda keracunan alkohol beri tiamine 250mg iv
Hipoglikemi infus D50%
Infus NaCl 0,9% pasang 2 jalur jika pakai 2 OAE
OAE emergensi : Diazepam 0,2 mg/kgbb iv (dewasa)
Diazepam 10 mg sup (anak)
- Stadium III (0-60/90 mnt) rujuk, atasi komplikasi, tentukan etiologi
OAE jika masih kejang : Fenitoin 15-20 mg/kgbb kec ≤ 50mg/menit
Fenobarbital 10mg/kgbb kec ≤ 100mg/menit
- Stadium IV (30-90 mnt) ICU
OAE : Propofol bolus 1-2mg/kgbb, SP 2-10 mg/kgbb/jam
Midazolam 0,1-0,2 mg/kgbb, SP 0,05-0,5 mg/kgbb/jam
d. Pemeriksaan penunjang
- EEG
Max 2x24 jam post kejang, persiapan keramas, bila laki2 dibotakin, tenang dan diam
- Brain imaging (mencari penyebab primer)
- Lab (cari penyebab metabolik, mis. Hipoglikemi)
e. Definisi
Bangkitan epilepsi adalah suatu gejala akibat gang fungsi otak secara intermitten karena aliran listrik yang
abnormal dari cortex cerebral secara proksimal sehingga terjadi ketidak seimbangan eksitasi glutamat-aspartat
dan inhibisa GABA
Epilepsi bangkitan yg terdiri dari min 2 bangkitan, unprovoked, diantara 2 bankitan berjarak >24 jam
Status epileptikus adalah kejang yang terus-menerus selama paling sedikit 30 menit .Adanya dua atau lebih
kejang terpisah tanpa pemulihan kesadaran di antaranya, Baik provoked maupun unprovoked
Seizure Pseudoseizure Syncope True sign
Tidak sadar Sadar Wajah pucat Lidah tergigit
Posisi tdk aneh Posisi aneh Nadi lemah, cepat Berbuih
Dimanapun, kapanpun Di depan umum Tensi rendah Ngompol
Gang otonom Gang otonom (–) Jarang cedera Jatuh
Setelah kejang tidur/ Setelah kejang sadar Bentuk sama
disartria Mata tertutup Sewaktu2
Mata terbuka Bila lelah berhenti
Terus menerus
Wajah merah, tensi naik,
nadi cepat kuat
STROKE
Seorang pasien perempuan usia 60 th riba2 merasa kesemutan separuh tubuhnya sebelah kanan sejak bangun
tidur. Menit kemudian kelemahan lengan dan tungkai kanan. Derajat kelemahan sama berat. Wajah merot ke kiri,
sedikit pusing dan mual. Pasien datang sore hari. Td 210/110, GDS 314.
a. Diagnosis
K: hemiparese dx, paraestesi dx, parese n. VII dx UMN
T: Subcortex hemisfere cerebri sinistra
E: Suspek SNH dd SH (stroke infark trombotik)
b. Tatalaksana
Stroke iskemik trombotik
a. Terapi utama trombolitik (onset 3-4,5 jam) Alteplase rTPA (sediaan 50mg dg sterile water 50 ml)
Dosis rTPA 0,9 mg/kgbb (max 90 mg) iv
90% infus habis dalam 60 menit
KI absolut : SH 10% bolus pelan
Riw stroke/ trauma kepala 3 bln lalu
Neoplasma intrakranial
TD sistol >185 atau diastol >110
Trombosit < 100.000/ mm3
Menggunakan antikoagulan dg INR > 1,7, PT >15
Riw penggunaan heparin dlm 48 jam dg peningkatan APTT
GD <50
Monitoring TD dan px neurologis
- 2 jam pertama 15 menit
- 6 jam berikutnya 30 menit
- 24 jam dst tiap jam
Stroke hemoragik
a. Asam tranexamat
b. Anti vasospasme
Nimodipin 4x 60 mg (sediaan 30mg)
c. Neuroprotektan
d. Penurunan TIK
Tanda peningkatan tik nyeri kepala, muntah proyektil, papil edema
Manitol emergensi : 1-1,5 gram/kgbb/10-15 menit
Manitol maintenance : 0,25-0,5 gram/kgbb/ 6 jam
Sediaan 500ml = 100gram (1ml = 0,2 gr)
e. Indikasi operasi pada ICH
- Vol >30 cc
- Perdarahan <1cm dari calvaria
- Midline shofting
- Tanda herniasi
- Perdarahan di cerebellum
- hidrosefalus
h. Neurointervensi
- DSA
- Trombectomy
- Trombolisis intrarterial
- Stenting otak
Stroke adalah sindrom klinis akibat gang pembuluh darah otak (perdarahan/iskemik) dg gejala defisit
neurologis fokal/ global, akut, menetap >24 jam
Stroke non hemoragik (7 hari) Stroke hemoragik
Trombotik Emboli SAH (21 hari) ICH (14 hari)
Usia tua Usia muda Nyeri kepala +++ Akut
Progresif Akut Hiperdens mengisi Saat aktivitas
Parese plegi Plegia sulcus-gyrus Muntah (+)
Kejang (-) Kejang (+) Nyeri kepala (+) Nyeri kepala (+)
disartria Gang gerak bola Nyeri kaku kuduk (+) Kaku kuduk (-)
mata
Sesuai teritori arteri
Trombus adalah agregasi trombosi yg menempel di dinding vasculer karena disfungsi endotel gang aliran
darah
Emboli adalah trombus yg terlepas dan berjalan mengikuti aliran darah tertentu yg sewaktu2 dapat
tersangkut oclusi mendadak
Faktor resiko
Dapat dikendalikan Tidak dapat dikendalikan
HT Usia
DM Jenis kelamin
Dislipidemia Genetik
Obesitas
Penyakit jantung
Gaya hidup (alkohol, rokok)
Komplikasi
Akut Kronis
Neurologis Non neurologis Neurologis Non neurologis
Reccurent HT Gang fungsi luhur Kontraktur
Oedem cerebri Edema paru Dekubitus
hidrosefalus Infeksi Depresi
Gang elektrolit
Hiperglikemia
b. Anamnesis
- Nyeri berkurang saat apa? istirahat (HNP), berjalan (canalis sentralis)
- Apakah nyeri semakin bertambah jk progresif kronik mungkin tumor
- Posisi tidur? Nyaman di tempat keras (HNP)
- Riwayat batuk lama? --? Spondilotis tb
- Riwayat kemo? curiga metas
- Kalau batuk makin sakit / tdk?
- Sejak kapan? Lokasi? Menjalar? Brp sering?
- Faktor memperberat?
c. Pemeriksaan fisik
Tes provokasi nyeri ischialgia min 6 px
1. Laseque flexi panggul dg lutut tetap ekstensi di kaki yg sakit (+) <600
2. Patrick tumit kaki ditaro di lutut, bentuk huruf P
3. Kontra patrick kebalikan patrick, bentuk huruf K
4. Ragard laseque + dorsofleksi plantar
5. Sichard laseque + dorsofleksi jempol
6. Valsava test nahan nafas trs ngeden
7. Naffziger test penekanan vena jugularis
8. Doorbell perkusi di lumbal bawah dg hammer (+) bila nyeri
9. Minor sign mmegang bagian yg sakit saat berdiri
10. Neris sign membungkuk dan memegang yg sakit
11. Ochannel test laseque di sisi sehat
d. Pemeriksaan penunjang
- Foto polos lumbal
- CT scan lumbosacral tanpa kontras, potongan sagital
- MRI lumbosacral
- EMG membedakan kompresi radix dg neuropati perifer
e. Terapi
1. Non medikamentosa
Fisioterapi, tirah baring di alas datar, hindari bungkuk dan mengejan, korset
2. Medikamentosa
OAE (CBZ, gabapentin, fenitoin)
Analgetik PCT
NSAID as. Mefenamat, na diclofenak, ibuprofen
3. Operatif
Disectomy, laminectomy
Indikasi: gang motorik, gang otonom, konservatif tdk membaik, nyeri bertambah berat, defisit
neurologis (paraparese)
f. Fase
Hiperakut : 6-12 jam
Akut : 1-3 hari
Subakut :> 7 hari
g. Edukasi
Gejala ringan
- Hindari membungkuk, mengejan, aktivitas berat
- Tidur di ranjang datar, kompre air hangat
- Latihan fisik
- Korset lumbal
Gejala berat
- Tirah baring total pada alas keras
- AINS + antispasmodik (diazepam)
- Traksi pelvis
- Operasi
Nyeri
- Nosiseptik karena kerusakan jaringan ....
- Neuroti karena pengalaman tidak menyenangkan
- Mix pain
CTS (Carpal Tunnel Syndrome)
Pasien seorang penjual rujak, sering mengulek rujak, nyeri di pergelangan tangan kanan, enak jika dikibaskan.
a. Diagnosis
K: nyeri pergelangan tangan kanan (sindroma n. Medianus)
T: n medianus
E: CTS ec mekanik, trauma, inflamasi
Ddx: radikulopati cervical c6-c7, plexopati brachialis, neuropati n. Medianus, kelainan ssp, thoracic outlet
syndrome.
b. Anamnesis
- Nocturnal paraestesia
- Faktor pencetus posisi tangan, gerakan berulang
- Aktifitas penggunaan alat getar
- Lokasi sebaran n. Medianus, menjalar bahur- jari
- Faktor memperingan mengibaskan tangan, berubah posisi
- Predisposisi DM, obesitas, poliarthritis, kronuk mix edema, akromegali, kehamilan
- Olahraga baseball, binaraga
c. Patogenesis
Penyebab inflamasi, penekanan, mekanik, trauma, kompresi (kombinasi trauma dan peningkatan
tekanan)
N medianus (didalam carpal tunnel) demyelinisasi kompresi demyelinisasi meluas blood nerve
barries terganggu edema endoneuronal
d. Px fisik
- Tunnel sign di pukul di lig volare
- Phallen sign pleksi wrist
- Kontraphallen sign memohon
- Luthy sign pegang botol, jempol dan telunjuk bertemu
- Flick test dikibaskan keluhan hilang
e. Terapi
- Konservatif
NSAID (ibuprofen)
Kortikosteroid oral
Rehab (splinting dalam posisi netral, USD)
- Pembedahan (kompresi)
Indikasi : bila tidak respon dengan obat > 3bulan
Pemotongan ligamentum corpal tranversum
1. Diagnosis
K: penurunan kognitif, wondering, inkontinensia uri, gangguan behaviour
T: lobus frontalis cortex cerebri
E: alzheimer
2. Pemeriksaan penunjang
- Imaging
CT scan (brain atrophy), MRI (penurunan uk hipokampus, amygdala, thalamus)
- Neurobehaviour
MMSE, CDT (clock- drawing test), MOCA-INA (montreal cognitive assesment indonesia)
- Biopsi PA (gold standar) post mortem senile plaque, neurofibrilator tangle
- Lab darah rutin
3. Ddx
- Demensia vaskular
Faktor resiko : ht, dm, usia, emboli perluasan aterosklerosis arteri besar
Gejala: demensia, neurologik fokal (+), mendadak, bertahap
Neuroimaging : multiple infark
- Demensia parkinson
Demensia subcortex, keterllibatan psikomotor, sindrom ektrapiramidal
- Demensia creutzfeldt jacob
Demensia karena infeksi, progrsif, cepat, ada tanda piramidal,, mioklonus, cerebellar
Sifat: familia sporadis
- Pick demensia
4. Terapi
- Non medikamentosa
Stimulasi kognitif isi tts
Bladder training
TMS (transcranial magnetic stimulation)
- Medikamentosa
Kognitif antiasetilkolinesterasi (galantamin, memantine, rivastigmin, donepezil)
Neuroprotektan citicolin
Profilaksis vit E
5. Refleks primitif (menunjukan kerusakan di lobus frontal)
- Reflek grasping
- Reflek sucking
- Reflek palmo mental
- Reflek
6. Prognosis
Apakah bisa sembuh: TIDAK BISA, hanya bisa dikurangi progresivitasnya (pengasuhan pasien juga fungsi
kognitif)
Alzheimer : gangguan otak degeneratif, menyebabkan hilangnya fungsi kognitif progresif lambat.
BELL’S PALSY
Pasien datang dengan wajah merot kekiri, kelopak mata sulit di tutup, air mata tumpah, kedua lis dan dahi tidak
simetris, sulit berkumur, lidah kanan tidak dapat membedakan rasa. Tidak ada riwayat sebelumnya.
a. Diagnosis
K: parese n VII dextra LMN, hiperlakrimasi, lagophtalmus
T: LMN (n. VII perifer dextra)
E: bells palsy idiopatik
UMN LMN
Mengangkat alis + -
Tunjuk gigi Merot kesehat Merot ke sehat
Menutup mata + -
Menberutkan dahi + -
Bersiul/mencucu Merot Merot
Meniup - -
Menarik sudut mulut kebawah - -
Tanda bell - -
Nrocos - +
Bola mata bergerak keatas saat - +
kelopak ditutup
Manifestasi klinis: disfungsi n. Vii, mendadak (24-72 jam), nyeri sekitar telinga, gang. Pengecapan,
hiperakusis
b. Terapi
Non farmakologi
Kompres
Fisioterapi (lewat masa akut)
Akupuntur
Edukasi pakai kacamata
Pakai Y plester
Massage (saat lewat masa akut, >7 hari)
Farmakologi
Steroid prednison 1mg/kgbb/hari tappering off 7-10 hari
Neuropotectan mecobalamin 500mg/ 8 jam untuk myelinisasi
NSAID jika nyeri
Tetes mata anti lagopthalmus
c. Komplikasi
- Keratitis
Keratokonjungtivitis exposure
- Konjungtivitis
- Crocodile tears phenomenone air mata keluar saat mengunyah atau tertawa
- Sinkinesia musculi facialis gerakan abnormal otot wajah seperti kedutan
3. YANAGIHARA
1. Saat istirahat 7. Tutup mata terlihat
2. Kerutan dahi 8. Mengerutkan hidung
3. Berkedip 9. Bersiul
4. Saat tutup mata 10. Menyeringai
5. Tutup mata rapat 11. Menurunkan bibir bawah
Px untuk prognosis EMG blinx test
Ct scan apa bila tdk ada perbaikan setelah 1bulan, penurunan pendengaran, kelemahan n. Cranialis lain,
gang sensibilitas dan kelemahan
Soal 2:
Pasien 35 tahun saat bangun pagi tiba-tiba wajahnya merot ke kiri, kelopak mata kanan sulit menutup & air matanya
tumpah, kedua alis dan dahinya tampak tidak simetris, pasien kesulitan berkumur. Lidah sisi kanan tidak bisa
membedakan rasa dari makanan. Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya.
b. Tatalaksana
- ABC
Perhatikan jalan nafas, beri oksigen, pasang infus dan kateter urin
- Anti toksin
ATS (anti tetanus serum) 20.000 IU im selama 3-5 hari
HTIG (human immune globulin) 3000-6000 IU im dosis tunggal
- Antispasme diazepam 0,5-1 mg/kgbb/hari dosis optimum 10mg
Spasme ringan : diazepam 5-20 mg/ 8 jam po
Spasme sedang : diazepam 5-10 mg iv/ 10-40mg/24 jam drip/ infus kontinyu
Spasme berat : diazepam 50-100 mg iv dalam 24 jam, lanjut dalam 500ml D5% infus kontinyu
- Antibiotik eradikasi kuman penyebab
Metronidazole 500mg/ 6 jam atau 1000mg/ 12 jam iv/po selama 7-10 hari
- Debridement luka
- Indikasi rujuk gejala spasme makin berat, ada komplikasi otonom dan respirasi
c. Scoring
Score philips
Tetanus adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot dan spasme, yang
disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium tetani
TRAUMA KEPALA
Pasien nyeri kepalaa dan mengalami kelemahan anggota gerak kanan, sempat tidak sadar 15 menit lalu
sadar lagi. Meningeal sign (+). Riwayat trauma kepala saat mengendarai motor 2 hari yll.
a. Diagnosis
K: cephalgia, hemiparese dextra, meningeal sign (+), riw trauma kepala (+), riw tdk sadar (+)
T: subdural space
E: trauma kapitis dd SDh, EDH
Trauma ringan GCS 13-15, DNF (-), pingsan <10 menit, PTA < 1hari, LOC 0-3- mnt
Trauma sedang GCS 9-10, DNF (+), pingsan 10 menit-6 jam, PTA 1-7 hari, LOC 30 mnt-24 jam
Trauma berat GCS <8, pingsan >6jam, PTA >7 hari, LOC > 24 jam
b. Tatalaksana
- Nonmedikmentosa BLS
ABC clear, jika gcs <8 intubasi, oksigenasi kanul 3-5 lpm
Head up 300
↓ suhu ruangan Menurunkan TIK
Hiperventilasi
- Medikamentosa
1. Pasang infus NaCl
2. Manitol atau cairan hipertonik – hiperonkotik (gliserol, NaCl 3%, diuretik, asetazolamid)
Loading dose emergency 1-1,5 gr/ kgbb selama 10-15 menit (500 cc NaCl = 200 gr manitol)
Maintenance 0,25-0,5 gr/kgbb/ 4jam tappering off
<60 kg 100 cc/ 6 jam
>60 kg 125cc/ 6 jam
3. Analgesik
4. Diazepam bila kejang tatalaksana epilepsi
- Terapi definitif
Konsul bedah saraf craniotomy
Indikasi GCS >7, superficial 1cm dari cranium, perdarahan >30 cc
c. Pemeriksaan penunjang
1. Ct scan kepala tanpa kontras tampak gambaran hiperdens
EDH cembung
SDH cekung
SAH hiperdens sesuai aliran LCS
ICH hiperdens sesuai hemisphere
IVH hiperdens di ventrikel
2. Laboratorium darah
Darah rutin, GDS, ur cr, HbsAg, pt, aptt, gol darah
d. Komplikasi
Kejang, syok hemoragik, peningkatan TIK, edema cerebri, hidrocephalus, def neuro menetap
e. Klasifikasi
1. Epidural hematom (EDH)
Letak : antara tulang dan duramater
Etilogi : trauma jelas
Vaskular: a. Meningea media
Gejala: lucid interval, hemiplegi alternan, lateral (anisokor, n III), frontal (nyeri, gang motorik), fossa
posterior (Kaku kuduk +)
kesadaran memburuk dg cepat
Peningkatan TIK
- Gangguan kesadaran
- Trias cushing (HR↓. TD ↑, depresi napas)
TUMOR
Pasien perempuan usia 40th, datang dengan keluhan lemah kedua tungkai sejak 2 bulan yll, memberat didahului
dengan kesemutan dan kelemahan tungkai kanan 2 inggu yll tungkai kiri. 1 minggu smr tidak dapat menahan BAK.
Kuvs baik, GCS penuh, meningeal sign, n cranialis, fx motorik, rf normal. Fx sensoris: hipoestesi setinggi umbilical
kebawah, babinski +/-, chaddock +/+, HT +/+
a. Diagnosis
K: paraparese UMN, bilateral simetris, hipoestesi dermatom segmen myelium thorakal X kebawah,
inkontinensia urin
T: ekstramedular intradural segmen myelium VTh X
E: susp tumor myelium
Ddx: meningioma, neurinoma, neurofibroma, metastase
IDIM intradular intramedular gioblastoma
EDEM ekstradural ekstramedular metastase
IDEM intradural ekstramedular meningeoma, neurinoma, neurofibroma
c. Anamnesis
LBP
Tanda-tanda TIK, trias chusing (HR ↓. Sistole ↑, cheyne stroke)
Kronis progresif
d. Px penunjang
- Px prespirasi diberi bedak amilum dan iodida, beri PCT (+) berwarna ungu
- Ro Thoracolumbal AP/Lat
- MRI thoracolumbal (kp kontras)
- EMG, NCV, SSEP
e. Tatalaksana
Non farmakologis
1. ABC
2. Head up 300
3. Leher tidak boleh tertekuk, pembalutan lehar tidak boleh terlalu kencang
4. Hindari mengejan dan batuk Gang kesadaran
Farmakologis
1. Cairan hipertonis (manitol, gliserol, NaCl pekat) 1. Sub falcine
2. Central
2. Obat untuk menurunkan produksi LCS asetazolamid
3. Uncal
3. Buat hipotermi (350C) dengan selimut dingin 4. Upward
4. Kortikosteroid 5. Tonsilar
5. Simptomatis (kejang, nyeri kepala, mual muntah)
Gejala peningkatan TIK (gang kesadaran, nyeri kepala, muntah proyektil, rhinorea keluar lcs, gang penglihatan)
1. Herniasi retrocaudal/ tentorial central
- Diencephalon chusing syndrom
- Mesencephalon TD ↓, nadi ↑,midriasis, RC ↓↓, napas cepat dalam, dolls eye phenomenon
- Pons TD ↓, nadi ↑, napas lambat dangkal, midriasis, RC ↓↓
- Medulla oblongata RC -/-, midriasis max
2. Herniasi tentorial lateral pupil anisokor, RC (-/-), kelumpuhan gerak bola mata (parese n III, IV, VI),
babinski +/+
3. Herniasi subfalcine gyrus cinguli herniasi ke bawah falx asimptomatik
4. Herniasi upward vermis cerebelli herniasi melalui incisura teritorii
5. Herniasi tonsil tonsilar cerebelli herniasi melalui foramen magnum
b. Pemeriksaan penunjang
Lumbal pungsi dissosiasi sitoalbumin ↑protein (dari myelin yg hancur) tanpa ↑ jumlah sel karena
proses inflamasi
c. Terapi
Non medikamentosa
Bed rest, oksigenasi jika ada depresi pernapasa, NGT jika ada kesulitan makan, fisioterapi ≠ massage
Medikamentosa
- Intravena immunoglobulin dosis 0,4 gr/kgbb 3-5 hari, efektif di minggu 1 dan 2
- Plasmapharesis
- Kortiko steroid
Methylprednisolone high dose 0,5-1 mg/kgbb
Dexamethasone iv 8-10 mg 4-5 mg/ 6 jam (7-14 hari tappering off)
- Immunosupresan azatriopin 50mg selama 6 bulan
- Neurotropik vit B12
d. Komplikasi
1. Disfungsi otonom HT, ileus paralitik, retensi urin
2. Paralisis otot pernapasan Intubasi, ventilator (KEGAWATAN DALAM GBS!!!)
MYASTENIA GRAVIS
Pasien usia muda datang dengan keluhan mata tertutup sebelah, suara makin kecil, sering lelah, kronis, penglihatan
double.
a. Diagnosis
K: ptosis dextra/sinistra, diplopia
T: neuromuscular junction
E: myestenia gravis ec autoimun
Patogenesis: NMJ (post sinap) reseptor dihancurkan antibodi tx diberi asetilkolin esterase untuk
hancurkan asetil kolin yg berlebihan sehingga reseptor yg tersisa bisa berikatan dg asetilkolin.
b. Gejala klinis
1. Ptosis bilateral
2. Disartria (gang bicara), disfagia (gang menelan)
3. Wajah topeng tanpa ekspresi
4. Drop head syndrome
5. Kelemahan extremitas terutama proximal
6. Kelemahan oto napas
7. Klemahan otot serat lintang
8. Makin siang mata menutup
c. Pemeriksaan penunjang
1. Uji prostigmin 1,5 mg IM Bilang hilang (+) MG
Jika tidak respon syndroma eaten lambort
2. Uji tensilon 2 mg iv N: ptosis sebentar
3. Tes wartenberg : melihat objek yg lebih tinggi palpebra superior cepat turun, ±< 30 detik
4. Foto thorax thymoma
5. EMG untuk melihat impuls saraf
d. Terapi
1. Antikolinesterasi prostigmin 7,5 mg/ 8 jam po
2. Kortikosteroid prednison 1,5-2 mg/kgbb/hari
3. Immunosupresan azatriopin 2,5 mg/kgbb/hari
4. Plasmapharesis
5. Thymektomi jika ada thymoma
Hindari : quinidin, propanolol, lithium, aminoglikosida (gentamicin, neomicin)
VERTIGO
Seorang laki laki 38 tahun mengeluh pusing berputar sejak 3 hari yang lalu, terus menerut, terdapat mual dan
muntah hebat, pendengaran sebelah kiri menurun dan kadang berdenging. Telinga kiri terasa penuh. Tidak ada
riwayat infeksi sebelumnya. Demam (-).
a. Diagnosis KTE
K = vertigo vestibular, penurunan pendengaran, nausea, vomitus, rasa penuh di telinga/ tinitus
T = endolimfe di inner ear
E = Menniere syndrome
b. ciri khas yang menjadi dasar diagnosis
adanya serangan vertigo yang berat dalam beberapa jam ( durasi > 20 menit sampai jam ) disertai tinitus (
rasa penuh di telinga) dan pendengaran terganggu (unilateral) yang kronis dan fluktuatif
c. Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis
a. Tes nistagmus :
- Tes kalori
- Tes kursi putar
- Tes posisional : ex hallpike manuver
b. Tes Fungsi Extremitas Superior : ex Romberg, finger to finger,
c. Tes Fungsi Extremitas Inferior: ex walking test
d. Test provokasi ex test valsava
e. Audiologi
f. BERA
d. Terapi
1. Terapi kausatif ( menniere syndrome )
a. diet rendah garam (natrium), hindari kopi/rokok/karbo/kolesterol
b. Betahistin mesilat (3x6 mg)
2. Terapi simptomatik :
a. Fase akut : Ca Canal blocker ( Flunarizin, 3x5mg), antiemetik (metoclopramid, domperidon)
b. Fase rehab vestibuler : metode brand daroff/eppley manuver (lebih ke BPPV), latihan visual
verstibuler, latihan berjalan (gait exercise)
3. Terapi operatif : endolimfatik subarachnoid shunt, labrinectomy, vestibularneurotomy
e. Pemeriksaan Fisik
1. Mata : diplopia, nistagmus
2. Vestibulospinal : standing test/romberg, walking test, tandem walking, past pointing, finger to finger,
feet-knee-toe, disdiadokinesis
3. Test khusus : audiometer, BERA, EEG, imaging (CT, MRI, TCD, plam photo mastoid)
Khasus : BPPV
a. Diagnosis KTE
K = vertigo posisional, nausea, vomitus, membaik dengan perubahan posisi
T = canalis semisirkularis
E = BPPV
b. ciri khas yang menjadi dasar diagnosis
adanya serangan vertigo mendadak bersifat rotatory karena provokasi gerakan kepala gejala memberat atau
dengan perubahan posisi tidur bangun atau sebaliknya.
Apparatus vertibularis Perifer