3.d Memperkuat kapasitas semua negara, 12. Konsumsi dan produksi yang bertanggung
khususnya negara berkembang tentang jawab;
peringatan dini, pengurangan risiko dan
manajemen risiko kesehatan nasional dan 13. Aksi terhadap iklim;
global.
14. Kehidupan bawah laut;
(Note : Print PPT SDGS)
15. Kehidupan di darat;
Sustainable Development Goals (SDGs). Baik
MDGs maupun SDGs pada dasarnya memiliki 16. Institusi peradilan yang kuat dan kedamaian;
persamaan cita-cita. Salah satunya untuk dan
17. Kemitraan untuk mencapai tujuan. Program Jaminan Kesehatan Nasional
diselenggarakan berdasarkan prinsip asuransi
Indonesia bersama dengan negara-negara lain sosial, dan prinsip ekuitas, yaitu kesamaan
di dunia ini hanya memiliki waktu selama 15 dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan
tahun sejak tahun 2015 untuk bisa mencapai
kebutuhan medis yang tidak terkait dengan
manifesto SDGs, 17 (tujuh belas) tujuan
besaran iuran yang telah dibayarkan. Prinsip ini
tersebut terbagi menjadi 169 target untuk
menjadikan kehidupan manusia menjadi lebih diwujudkan dengan pembayaran iuran sebesar
baik dan Indonesia berupaya untuk mengadopsi prosentase tertentu dari upah bagi yang
SDGs dalam Nawacita setelah program MDGs memiliki penghasilan dan pemerintah
berakhir pada tahun 2015. membayakan iuran bagi mereka yang tidak
mampu (fakir miskin).
Sustainable Development Goals
(SDGs) merupakan seperangkat tujuan, sasaran, Manfaat program ini diberikan dalam bentuk
dan indikator pembangunan yang berkelanjutan pelayanan kesehatan perseorangan yang
yang bersifat universal yang diterbitkan pada komprehensif, mencakup pelayanan
September 2015. SDGs merupakan wujud peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
komitmen seluruh negara- negara untuk penyakit (preventif), pengobatan (kuratif) dan
melaksanakan agenda 2030 untuk pemulihan (rehabilitatif) termasuk obat dan
pembangunan berkelanjutan. bahan medis dengan menggunakan teknik
layanan terkendali mutu dan biaya (managed
KEBIJAKAN JAMINAN KESEHATAN care).
NASIONAL
SEJARAH JAMINAN KESEHATAN INDONESIA
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan
Jaminan pemeliharaan kesehatan di Indonesia
bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
yang diselenggarakan dengan menggunakan sebenarnya sudah ada sejak zaman kolonial
mekanisme asuransi kesehatan sosial yang Belanda. Dan setelah kemerdekaan, pada tahun
bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang- 1949, setelah pengakuan kedaulatan oleh
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN Pemerintah Belanda, upaya untuk menjamin
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kebutuhan pelayanan kesehatan bagi
kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan masyarakat, khususnya pegawai negeri sipil
kepada setiap orang yang telah membayar iuran beserta keluarga, tetap dilanjutkan. Prof. G.A.
atau iurannya dibayar oleh Pemerintah. Siwabessy, selaku Menteri Kesehatan yang
menjabat pada saat itu, mengajukan sebuah
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Indonesia
gagasan untuk perlu segera menyelenggarakan
dimulai sejak 1 Januari tahun 2014. JKN
program asuransi kesehatan semesta (universal
mempunyai tujuan yang terkait
health insurance) yang saat itu mulai diterapkan
keadilan kesehatan. UU SJSN No. 40 Tahun
di banyak negara maju dan tengah berkembang
(2014) Pasal 2 menyatakan bahwa kebijakan ini
pesat.
mempunyai tujuan untuk meningkatkan
keadilan sosial bagi rakyat Indonesia. Pada saat itu kepesertaannya baru mencakup
pegawai negeri sipil beserta anggota
Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) adalah
keluarganya saja. Namun Siwabessy yakin suatu
Dewan yang berfungsi untuk membantu Presiden
hari nanti, klimaks dari pembangunan derajat
dalam perumusan kebijakan umum dan
sinkronisasi penyelenggaraan Sistem Jaminan kesehatan masyarakat Indonesia akan tercapai
Sosial Nasional. Sistem Jaminan Sosial Nasional melalui suatu sistem yang dapat menjamin
(SJSN) adalah suatu tata cara penyelenggaraan kesehatan seluruh warga bangsa ini.
program jaminan sosial oleh beberapa badan
penyelenggara jaminan sosial. Jaminan sosial Pada 1968, pemerintah menerbitkan Peraturan
meliputi: Menteri Kesehatan Nomor 1 Tahun 1968
dengan membentuk Badan Penyelenggara Dana
Jaminan Kesehatan Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK) yang
• Jaminan Kecelakaan Kerja mengatur pemeliharaan kesehatan bagi
• Jaminan Hari Tua pegawai negara dan penerima pensiun beserta
• Jaminan Pensiun keluarganya.
• Aminan Kematian
BPJS Kesehatan mulai operasional pada tanggal 1 Selang beberapa waktu kemudian, Pemerintah
Januari 2014. mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22
dan 23 Tahun 1984. BPDPK pun berubah status
dari sebuah badan di lingkungan Departemen
Kesehatan menjadi BUMN, yaitu PERUM
HUSADA BHAKTI (PHB), yang melayani jaminan
kesehatan bagi PNS, pensiunan PNS, veteran,
perintis kemerdekaan, dan anggota
keluarganya.
RUMAH SAKIT
TUJUAN
Mendukung tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan nasional yakni meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal
KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS diwilker puuskesmas
a. Promosi kesehatan
b. Kesehatan lingkungan
c. KIA dan KB
d. Perbaikan Gizi
e. Pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular
f. Upaya pengobatan
Kegiatan :
PEMBIAYAAN
Pemerintah : anggaran disusun oleh dinkes
kab/kota kemudian diajukan ke pemerintah
kab/kota dan selanjutnya diteruskan ke DPRD
kab/kota.
Pendapatan Puskesmas : melalui retribusi,
masyarakat dikenakan kewajiban membiayai
upaya kesehatan per orangan yang A. Tingkat Pratama : Kegiatan belum rutin,
dimanfaatkannya jmlh kader <5
B. Tingkat Madya : Kegiatan 8x/tahun,
Sumber lain: kader lima orang/lebih, kegiatan utama
a. Pt. askes sebagai imbal jasa atas <50%
pelayanan peserta askes C. Tingkat purnama: kegiatan 8x/tahun
b. Pt (persero) jamsostek sebagai imbal kader lima/lebih, kegiatan utama>50%
jasa +kegiatan tmbahan, sumber dana sehat
c. JPSBK/PKPSBBM, untuk membantu dari desa dan peserta<50%
masy miskin dan pmerintah yang D. Tingkat mandiri: kegiatan 8x/tahun,
mengeluarkan dana secara langsung ke kader lima/lebih, kegiatan utam >50%,
puskesmas kegiatan tambahan, sumber dana sehat
>50%
PENYELENGGARAAN
POSYANDU
Waktu : satu kali dalam sebulan
Adalah upaya dalam pemberian pelayanan
kesehatan dari, oleh dan untuk masyarakat Minimal : 5 kader
untuk menurunkan angka kematian ibu dan Tempat : yang mudah dijangkau
bayi.
Tujuan posyandu :
LIMA MEJA ATAU LIMA TAHAPAN POSYANDU
Untuk menunjang penurunan angka kematian
ibu, angka kematian bayi dan angka kematian MEJA I : Pendaftaran yang dilakukan oleh kader
balita melalui upaya pemberdayaan
Meja II : penimbangan oleh kader
masyarakat.
Tujuan khusus Meja III: pengisian KMS oleh kader
Meja IV: Penyuluhan oleh kader
a. Untuk pemberdayaan masyarakat agar
dapat berkontribusi dalam menurunkan Meja V :pelayanan kesehehatan oleh kader atau
kematian ibu, bayi dan balita petugas kesehatan
b. Meningkatkan pelayanan lintas sector
c. Meningkatkan pelayanan kesehatan KEWAJIBAN VITAMIN A
dasar BULAN VIT A : Februari dan Agustus
SASARAN POSYANDU Kekurangan vit A :
Bayi a. Gangguan dn kelainan pd mata
Balita b. Gangguan pertumbuhan
c. Ispa, campak, diare
Ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas
Jenis vit A:
Pasangan usia subur
Kapsul Biru : berisi 100.000 iu, usia 6-11 bulan
Kapsul merah : berisi 200.000 iu, usia 12-29
KEGIATAN UTAMA bulan
a. Kegiatan ibu dan anak (KIA)
-Ibu hamil (BB, TD, TB, status gizi, SUNTIK TT)
-Ibu menyusui dan nifas ( KB, IMD, Asi Ekslusif)
+vit A
-Bayi dan Balita (status gizi, imunisasi)
b. Keluarga berencana (Edukasi system kb,
suntik, pil, kondom, dll)
c. Imunisasi (hanya dilakukan petugas kes)
d. Gizi (Makanan tambahan, vit a, zat besi,
konseling gizi)
e. Pencegahan dan penanggulangan diara
(PHBS, oralit dan zink)
TINGKATAN POSYANDU
MANAJEMEN RS SAAT COVID
Prinsip utama pengaturan Rumah Sakit pada
masa pandemi COVID-19 untuk menyesuaikan
layanan rutinnya adalah:
• Memberkan layanan pada pasien COVID-19
dan non COVID-19 dengan menerapkan
prosedur skrining, triase dan tata laksana kasus.
• Melakukan antisipasi penularan terhadap
tenaga kesehatan dan pengguna layanan
dengan penerapan prosedur Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI), penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di unit
kerja dan pemenuhan Alat Pelindung Diri (APD).
• Menerapkan protokol pencegahan COVID-19
yaitu: harus mengenakan masker bagi petugas,
pengunjung dan pasien, menjaga jarak antar
orang >1m dan rajin mencuci tangan dengan
sabun dan air mengalir selama 40 s/d 60 detik
atau dengan hand sanitizer selama 20 s/d 30
detik.
• Menyediakan fasilitas perawatan terutama
ruang isolasi untuk pasien kasus COVID-19.
• Terintegrasi dalam sistem penanganan COVID-
19 di daerah masing-masing sehingga terbentuk
sistem pelacakan kasus, penerapan mekanisme
rujukan yang efektif dan pengawasan isolasi
mandiri dan berkoordinasi dengan Dinas
Kesehatan setempat.
MANAJEMEN KEP • Melaksanakan kembali pelayanan yang
Bed Occupancy Rate (BOR) adalah tertunda selama masa pandemi COVID-19.
persentase tempat tidur terisi dalam Untuk dapat memenuhi prinsip-prinsip
periode tertentu. tersebut, Rumah Sakit dianjurkan:
-Bed Occupancy Rate (BOR): Persentase
tempat tidur (TT) yang terisi dari sekian o Membuat pembagian dan pengaturan zona
kapasitas tempat tidur yang risiko COVID-19 dan pembatasan akses
disediakan/tersedia pada layanan rawat masuk di Rumah Sakit.
inap. o Pemanfaatan teknologi informasi untuk
-BOR TT COVID DI RS: Persentase inovasi layanan kesehatan seperti: a.
tempat tidur yang terisi dari Sistem pendaftaran melalui telepon atau
penggunaan TT COVID-19 dibagi seluruh secara online untuk membatasi jumlah
TT RS pada layanan rawat inap orang yang berada di Rumah Sakit dalam
-BOR TT COVID: Persentase tempat waktu yang bersamaan. Pada aplikasi
tidur yang terisi dari penggunaan TT daftar online pasien juga dapat diminta
COVID-19 dibagi seluruh TT COVID-19 mengisi kajian mandiri COVID-19 untuk
pada layanan rawat inap memudahkan dan mempersingkat proses
-BOR TT Isolasi: Persentase tempat tidur skrining ketika mengunjungi Rumah Sakit.
yang terisi dari penggunaan TT isolasi b. Layanan telemedicine untuk mengurangi
COVID-19 dibagi seluruh TT isolasi jumlah orang yang berada di Rumah Sakit.
COVID-19 pada layanan rawat inap c. Rekam medik elektronik d. Sistem
-BOR TT Intensif: Persentase tempat pembayaran secara online / melalui uang
tidur yang terisi dari penggunaan TT elektronik
intensif COVID-19 dibagi seluruh TT o Mengembangkan sistem “drug dispencing”
intensif COVID-19 pada layanan rawat dimana pasien yang telah menerima
inap layanan telemedicine tidak perlu datang ke
Rumah Sakit hanya untuk mengambil obat.
Rumah Sakit dapat mengembangkan
layanan pengantaran obat atau 3. TRIASE • Pada prinsipnya proses triase adalah
bekerjasama dengan penyedia jasa lain untuk mengidentifikasi pasien yang
untuk mengantarkan obat kepada pasien. memerlukan intervensi medis segera, pasien
Dalam penerapan layanan antar obat harus yang dapat menunggu, atau pasien yang
memperhatikan prosedur pelayanan mungkin perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan
farmasi di Rumah Sakit. tertentu berdasarkan kondisi klinis pasien.
Pengaturan alur pelayanan : • Triase dilakukan di pintu masuk pasien yaitu di
IGD dan rawat jalan. • Tindakan yang dilakukan
1. ALUR PASIEN: Pasien masuk ke Rumah Sakit pada triase IGD khusus COVID-19 selain untuk
melalui pintu utama yakni dapat melalui IGD penanganan kegawatdaruratan pasien adalah
atau melalui area rawat jalan. Proses masuknya untuk menentukan derajat infeksi COVID-19
pasien melalui pintu utama tersebut dapat yang dideritanya, melalui anamnesis lengkap,
melalui tiga cara yaitu : pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan
a. Langsung ke Rumah Sakit (atas permintaan penunjang pasien, sesuai Pedoman Pencegahan
pasien sendiri dan tanpa perjanjian): Pasien dan Pengendalian COVID-19. • Tindakan triase
yang masuk ke Rumah Sakit melalui mekanisme rawat jalan khusus COVID-19 dilakukan untuk
ini harus melalui proses skrining. Bila dari hasil menentukan derajat infeksi COVID-19 yang
skrining dicurigai COVID-19 maka pasien dideritanya, melalui anamnesis lengkap dan
diarahkan menuju triase IGD atau rawat jalan pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan
khusus COVID-19. Sebaliknya bila dari skrining penunjang pasien, sesuai tata laksana
tidak dicurigai COVID-19 maka pasien diarahkan manejemen klinis pasien COVID-19 sesuai
menuju triase IGD atau rawat jalan non COVID- Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
19 sesuai kebutuhan pasien. COVID-19.