Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TOKSIKOLOGI

DISUSUN OLEH :

● CHRISTANTI INDRIANI PONTOH (16010010)


● RUSLIN A A KAMUMU (16010037)
● ANGELIN NATASYA TANCARO (16010006)

Dosen Pengampuh : RILMAWATY CHRISTANTI BADUGE, S.Farm.,Apt

STIKES HUSADA MANDIRI POSO

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


TAHUN AKADEMIK 2017/2018

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah

TOKSIKOLOGI ini tepat pada waktunya. Makalah ini diselesaikan untuk memenuhi tugas

mata kuliah ​FARMAKOLOGI. Makalah ini dibuat untuk mempelajari dan mengetahui tentang

toksikologi dalam farmakologi.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan makalah ini kami banyak

menemui kesulitan dikarenakan keterbatasan referensi dan keterbatasan kami sendiri. Sebagai

manusia kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi

perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Selain itu kami mengucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang sudah

membantu sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.Semoga makalah ini

dapat bermanfaat bagi semua orang dan dapat menambah pengetahuan tentang Toksikologi.

Poso, 15 Juni 2017

Penyusun

2
Toksikologi 
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN ... 3
A. Pengertian Toksikologi 3
B. Klasifikasi Toksikologi 5
C. Karakteristik Toksikologi 6
D. Jalur Masuk dan Tempat Pemaparan 7
E. Jalur Waktu dan Frekuensi Pemaparan 7
F. Kerja Bahan Toksik 9
G. Distribusi dan Ekskresi Toksikan 12
BAB III PENUTUP 14
A. KESIMPULAN 14
B. SARAN 14
DAFTAR PUSTAKA

3
Toksikologi 
4
Toksikologi 
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak perkembangan peradaban manusia dalam mencari makanan, tentu telah mencoba
beragam bahan baik botani, nabati, maupun dari mineral. Melalui pengalamannya ini ia
mengenal makanan, yang aman dan berbaya. Dalam kontek ini kata ​makanan d​ ikonotasikan ke
dalam bahan yang aman bagi tubuhnya jika disantap, bermanfaat serta diperlukan oleh tubuh
agar dapat hidup atau menjalankan fungsinya. Sedangkan kata ​racun merupakan istilah yang
digunakan untuk menjelaskan dan mengambarkan berbagai bahan ”zat kimia” yang dengan jelas
berbahaya bagi badan.
Kata racun ​”toxic”​ adalah bersaral dari bahasa Yunani, yaitu dari akar kata ​tox, d​ imana
dalam bahasa Yunani berarti panah. Dimana panah pada saat itu digunakan sebagai senjata
dalam peperangan, yang selalu pada anak panahnya terdapat racun. Di dalam ”​Papyrus Ebers
(1552B.C.)“ ​orang Mesir kuno memuat informasi lengkap tentang pengobatan dan obat. Di
Papyrus i​ ni juga memuat ramuan untuk racun, seperti antimon (Sb)​, ​tembaga, timbal, hiosiamus,
​ edangkan di India (500
opium, terpentine, dan verdigris (kerak hijau pada permukaan tembaga)​. S
-600 B.C.) di dalam ​Charaka Samhita ​disebutkan, bahwa tembaga, besi, emas, timbal, perak,
seng, bersifat sebagai racun, dan di dalam ​Susrata ​Samhita b​ anyak menulis racun dari makanan,
tananaman, hewan, dan penangkal racun gigitan ular
Manusia dan hidup lainnya sering terpapar/terpajan ​(exposed) banyak jenis bahan alami
maupun bahan buatan manusia. Jenis bahan tersebut ada yang bersifat racun ataupun aman.
Keracunan berarti keadaan dimana tubuh seseorang sedang mengalami gangguan diakibatkan
suatu zat atau bahan kimia yang tentunya bersifat racun atau tidak aman. Toksikologi adalah
ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia (Casarett and Doulls, 1995). Selain itu
toksikologi juga mempelajari jelas/kerusakan/ cedera pada organisme (hewan, tumbuhan,
manusia) yang diakibatkan oleh suatu materi substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja
efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja
kimia yang merugikan terhadap organisme. Banyak sekali peran toksikologi dalam kehidupan

5
Toksikologi 
sehari-hari tetapi bila dikaitkan dengan lingkungan dikenal istilah toksikologi lingkungan dan
ekotoksikologi.
Dua kata toksikologi lingkungan dengan ekotoksikologi yang hampir sama maknanya ini
sering sekali menjadi perdebatan. Toksikologi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari racun
kimia dan fisik yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan menimbulkan pencemaran lingkungan
(Cassaret, 2000) dan Ekotoksikologi adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik pada
mahluk hidup, khususnya populasi dan komunitas termasuk ekosistem, termasuk jalan masuknya
agen dan interaksi dengan lingkungan (Butler, 1978). Dengan demikian ekotoksikologi
merupakan bagian dari toksikologi lingkungan.
Kebutuhan akan toksikologi lingkungan meningkat ditinjau dari :
1. Proses Modernisasi yang akan menaikan konsumsi sehingga produksi juga harus meningkat,
dengan demikian industrialisasi dan penggunaan energi akan meningkat yang tentunya akan
meningkatkan resiko toksikologis.
2. Proses industrialisasi akan memanfaatkan bahan baku kimia, fisika, biologi yang akan
menghasilkan buangan dalam bentuk gas, cair, dan padat yang meningkat. Buangan ini
tentunya akan menimbulkan perubahan kualitas lingkungan yang mengakibatkan resiko
pencemaran, sehingga resiko toksikologi juga akan meningkat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan toksikologi?
2. Bagaimana pengklasifikasian toksikologi ?
3. Bagaimana jalur masuk, tempat, waktu dan frekuensi pemaparan toksik?
4. Bagaimana karakteristik toksik?
5. Bagaimana Kerja Bahan Toksik ?
6. Bagaimana proses Distribusi dan Ekskresi Toksikan ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian toksikologi
2. Untuk mengetahui pengklasifikasian toksikologi

6
Toksikologi 
3. Untuk mengetahui jalur masuk, tempat, waktu dan frekuensi pemaparan toksik
4. Untuk mengetahui karakteristik toksik
5. Untuk mengetahui kerja bahan toksik
6. Untuk mengetahui proses Distribusi dan Ekskresi Toksikan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Toksikologi
Secara sederhana dan ringkas, toksikologi dapat didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat
dan mekanisme efek berbahaya (efek toksik) berbagai bahan kimia terhadap makhluk hidup dan
system biologik lainnya. Ia dapat juga membahas penilaian kuantitatif tentang berat dan
kekerapan efek tersebut sehubungan dengan terpejannya (exposed ) makhluk tadi.
Toksikologi merupakan studi mengenai efek-efek yang tidak diinginkan dari zat-zat kimia
terhadap organisme hidup. Toksikologi juga membahas tentang penilaian secara kuantitatif
tentang organ-organ tubuh yang sering terpajang serta efek yang di timbulkannya. Efek toksik
atau efek yang tidak diinginkan dalam sistem biologis tidak akan dihasilkan oleh bahan kimia
kecuali bahan kimia tersebut atau produk biotransformasinya mencapai tempat yang sesuai di
dalam tubuh pada konsentrasi dan lama waktu yang cukup untuk menghasilkan manifestasi
toksik.
Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas yang berhubungan dengan situasi pemaparan
(pemajanan) terhadap bahan kimia tertentu adalah jalur masuk ke dalam tubuh, jangka waktu dan
frekuensi pemaparan. Pemaparan bahan-bahan kimia terhadap binatang percobaan biasanya
dibagi dalam empat kategori: akut, subakut, subkronik, dan kronik. Untuk manusia pemaparan
akut biasanya terjadi karena suatu kecelakaan atau disengaja, dan pemaparan kronik dialami oleh
para pekerja terutama di lingkungan industri-industri kimia. Interaksi bahan kimia dapat terjadi
melalui sejumlah mekanisme dan efek dari dua atau lebih bahan kimia yang diberikan secara
bersamaan akan menghasilkan suatu respons yang mungkin bersifat aditif, sinergis, potensiasi,
dan antagonistik.
Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk

7
Toksikologi 
hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons. Apabila zat kimia dikatakan
berracun (toksik ), maka kebanyakan diartikan sebagai zat yang berpotensial memberikan efek
berbahaya terhadap mekanisme biologi tertentu pada suatu organisme. Sifat toksik dari suatu
senyawa ditentukan oleh: dosis, konsentrasi racun di reseptor “tempat kerja”, sifat zat tersebut,
kondisi bioorganisme atau sistem bioorganisme, paparan terhadap organisme dan bentuk efek
yang ditimbulkan. Sehingga apabila menggunakan istilah toksik atau toksisitas, maka perlu
untuk mengidentifikasi mekanisme biologi di mana efek berbahaya itu timbul. Sedangkan
toksisitas merupakan sifat relatif dari suatu zat kimia, dalam kemampuannya menimbulkan efek
berbahaya atau penyimpangan mekanisme biologi pada suatu organisme.
Toksisitas merupakan istilah relatif yang biasa dipergunakan dalam memperbandingkan satu
zat kimia dengan lainnya. Adalah biasa untuk mengatakan bahwa satu zat kimia lebih toksik
daripada zat kimia lain. Perbandingan sangat kurang informatif, kecuali jika pernyataan tersebut
melibatkan informasi tentang mekanisme biologi yang sedang dipermasalahkan dan juga dalam
kondisi bagaimana zat kimia tersebut berbahaya. Oleh sebab itu, pendekatan toksikologi
seharusnya dari sudut telaah tentang berbagai efek zat kimia atas berbagai sistem biologi, dengan
penekanan pada mekanisme efek berbahaya zat kimia itu dan berbagai kondisi di mana efek
berbahaya itu terjadi.
Pada umumnya efek berbahaya / efek farmakologik timbul apabila terjadi interaksi antara
zat kimia (tokson atau zat aktif biologis) dengan reseptor. Terdapat dua aspek yang harus
diperhatikan dalam mempelajari interakasi antara zat kimia dengan organisme hidup, yaitu kerja
farmakon pada suatu organisme (aspek farmakodinamik / toksodinamik) dan pengaruh
organisme terhadap zat aktif (aspek farmakokinetik / toksokinetik) aspek ini akan lebih detail
dibahas pada sub bahasan kerja toksik. Telah dipostulatkan oleh Paracelcius, bahwa sifat toksik
suatu tokson sangat ditentukan oleh dosis (konsentrasi tokson pada reseptornya). Artinya
kehadiran suatu zat yang berpotensial toksik di dalam suatu organisme belum tentu
menghasilkan juga keracunan.
Toksikologi adalah studi mengenai efek-efek yang tidak diinginkan dari zat-zat kimia
terhadap organisme hidup. Toksikologi juga membahas tentang penilaian secara kuantitatif
tentang organ-organ tubuh yang sering terpajang serta efek yang di timbulkannya.

8
Toksikologi 
Efek toksik atau efek yang tidak diinginkan dalam sistem biologis tidak akan dihasilkan oleh
bahan kimia kecuali bahan kimia tersebut atau produk biotransformasinya mencapai tempat yang
sesuai di dalam tubuh pada konsentrasi dan lama waktu yang cukup untuk menghasilkan
manifestasi toksik. Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas yang berhubungan dengan
situasi pemaparan (pemajanan) terhadap bahan kimia tertentu adalah jalur masuk ke dalam
tubuh, jangka waktu dan frekuensi pemaparan.
Pemaparan bahan-bahan kimia terhadap binatang percobaan biasanya dibagi dalam empat
kategori: akut, subakut, subkronik, dan kronik. Untuk manusia pemaparan akut biasanya terjadi
karena suatu kecelakaan atau disengaja, dan pemaparan kronik dialami oleh para pekerja
terutama di lingkungan industri-industri kimia.
Interaksi bahan kimia dapat terjadi melalui sejumlah mekanisme dan efek dari dua atau
lebih bahan kimia yang diberikan secara bersamaan akan menghasilkan suatu respons yang
mungkin bersifat aditif, sinergis, potensiasi, dan antagonistik. Karakteristik pemaparan
membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal
dengan hubungan dosis-respons.

B. Klasifikasi Toksikologi
Toksikologi diklasifikasikan menjadi beberapa bagian anatara lain :
1. Toksikologi klinis adalah bidang ilmu kedokteran yang memberikan perhatian terhadap
penyakit yang disebabkan oleh bahan toksik atau hubungan yang unik dan spesifik dari
bahan toksik tersebut. Efek merugikan/toksik pada sistem biologis dapat disebabkan oleh
bahan kimia yang mengalami biotransformasi dan dosis serta suasananya cocok untuk
menimbulkan keadaan toksik (UnSU, 2011). ​Efek toksisitas yang ditimbulkan oleh
keracunanmakanan/minuman dapat bersifat akut atau kronis. Keracunan akut ditimbulkan
oleh bahan-bahan beracun yang memiliki toksisitas yang tinggi, dimana dengan kuantitas
yang kecil sudah dapat menimbulkan efek fisiologis yang berat. Jenis keracunan ini
umumnya mudah diidentifikasi danmenjadi perhatian masyarakat. Sebaliknya keracunan
yang bersifat kronis efek toksisitasnya baru dapat terlihat atau teridentifikasi dalam waktu
yang lama, umumnya tidak disadari dan tidak mendapat perhatian. Peningkatan yang berarti

9
Toksikologi 
terhadap jumlah penderita penyakit yang dapat dipicu oleh pengaruh bahan beracun seperti
tumor (kanker), gangguan enzimatik, gangguan metabolisme, gangguan sistem syaraf,
mungkin saja merupakan akibat dari penggunaan berbagai jenis bahan kimia yang bersifat
toksis dalam makanan yang dikonsumsi masyarakat (Wirasuta, 2007).
2. Toksikologi lingkungan: mempelajari efek dari bahan polutan terhadap kehidupan dan
pengaruhnnya pada ekosistem, yang digunakan untuk mengevaluasi kaitan antara manusia
dengan polutan yang ada di lingkungan.
3. Toksikologi forensik: mempelajari aspek medikolegal dari bahan kimia yang mempunyai
efek membahayakan manusia/hewan sehingga dapat dipakai untuk membantu
mencari/menjelaskan penyebab kematian pada penyelidikan seperti kasus pembunuhan
(Buchari, 2010). Menurut Taylor, racun adalah suatu zat yang dalam jumlah relatif kecil
(bukan minimal), yang jika masuk atau mengenai tubuh seseorang akan menyebabkan
timbulnya reaksi kimiawi (efek kimia) yang besar yang dapat menyebabkan sakit, bahkan
kematian. Menurut Gradwohl racun adalah substansi yang tanpa kekuatan mekanis, yang bila
mengenai tubuh seorang (atau masuk), akan menyebabkan gangguan fungsi tubuh, kerugian,
bahkan kematian. Sehingga jika dua definisi di atas digabungkan, racun adalah substansi
kimia, yang dalam jumlah relatif kecil, tetapi dengan dosis toksis, bila masuk atau mengenai
tubuh, tanpa kekuatan mekanis, tetapi hanya dengan kekuatan daya kimianya, akan
menimbulkan efek yang besar, yang dapat menyebabkan sakit, bahkan kematian (Santoso,
2005).
C. Karakteristik Toksikologi
Efek merugikan/toksik pada sistem biologis dapat disebabkan oleh bahan kimia yang
mengalami biotransformasi dan dosis serta suasananya cocok untuk menimbulkan keadaan
toksik. Respon terhadap bahan toksik tersebut antara lain tergantung kepada sifat fisik dan kimia,
situasi paparan, kerentanan sistem biologis, sehingga bila ingin mengklasifikasi toksisitas suatu
bahan harus mengetahui macam efek yang timbul dan dosis yang dibutuhkan serta keterangan
mengenai paparan dan sasarannya. Faktor utama yang berkaitan dengan toksisitas dan situasi
paparan adalah cara atau jalan masuknya serta durasi dan frekuensi paparan.
Jalan masuk ke dalam tubuh suatu bahan polutan yang toksik, umumnya melalui saluran

10
Toksikologi 
penceraan makanan, saluran pernapasan, kulit dan jalur lain. Jalur lain tersebut diantaranya
adalah intra muskuler, intra dermal, dan sub kutan. Jalan masuk yang berbeda ini akan
mempengaruhi toksisitas bahan polutan. Bahan paparan yang berasal dari industri biasanya
masuk ke dalam tubuh melalui kulit dan terhirup, sedangkan kejadian keracunan biasanya
melalui proses tertelan.
Perbandingan dosis letal suatu bahan polutan dan perbedaan jalan masuk dari paparan
sangat bermanfaat berkaitan dengan absorbsinya. Suatu bahan polutan dapat diberikan dalam
dosis yang sama tetapi cara masuknya berbeda. Misalnya bahan polutan pertama melalui
intravena, sedangkan bahan lainnya melalui oral, maka dapat diperkirakan bahwa bahan polutan
yang masuk melalui intravena, memberi reaksi cepat dan segera. Sebaliknya bila dosis yang
diberikan berbeda maka dapat diperkirakan absorbsinya berbeda pula, misalnya suatu bahan
masuk melalui kulit dengan dosis lebih tinggi sedangkan lainnya melalui mulut dengan dosis
yang lebih rendah, maka dapat diperkirakan kulit lebih tahan terhadap racun sehingga suatu
bahan polutan untuk dapat diserap melalui kulit diperlukan dosis yang tinggi.

D. Jalur Masuk dan Tempat Pemaparan


Jalur utama bahan toksik untuk dapat masuk ke dalam tubuh manusia adalah melalui saluran
pencernaan atau gastro intestinal (menelan/ingesti, paru-paru (inhalasi), kulit (topikal), dan jalur
perenteral lainnya (selain saluran usus/intestinal). Bahan toksik umumnya menyebabkan respon
yang paling cepat bila diberikan melalui jalur intravena.
Disamping itu, jalur masuk dapat mempengaruhi toksisitas dari bahan kimia. Sebagai
contoh, suatu bahan kimia yang didetoksifikasi di hati diharapkan akan menjadi kurang toksik
bila diberikan melalui sirkulasi portal (oral) dibandingkan bila diberikan melalui sirkulasi
sistematik (inhalasi). Pemaparan bahan – bahan toksik dilingkungan industry seringkali sebagai
hasil dari pemaparan melalui inhalasi dan topical, sedangkan keracunan akibat kecelakaan atau
bunuh diri seringkali terjadi melalui ingesti oral.

E. Jalur Waktu dan Frekuensi Pemaparan


Durasi dan frekuensi paparan bahan polutan dapat diterangkan dengan percobaan binatang.
Pada percobaan binatang ahli toksikologi membagi paparan akibat bahan polutan menjadi 4

11
Toksikologi 
kategori, yaitu akut, sub akut, sub kronis, dan kronis. Paparan akut apabila suatu paparan terjadi
kurang dari 24 jam dan jalan masuknya dapat melalui intravena dan injeksi subkutan. Paparan
sub akut terjadi apabila paparan terulang untuk waktu satu bulan atau kurang, paparan sub kronis
bila paparan terulang antara 1 sampai 3 bulan, dan paparan kronis apabila terulang lebih dari 3
bulan.
Pada beberapa bahan polutan, efek toksik yang timbul dari paparan pertama sangat berbeda
bila dibandingkan dengan efek toksik yang dihasilkan oleh paparan ulangannya. Bahan polutan
benzena pada pertama akan merusak sistensim saraf pusat sedangkan paparan ulangannya akan
dapat menyebabkan leukemia.
Penurunan dosis akan mengurangi efek yang timbul. Suatu bahan polutan apabila diberikan
beberapa jam atau beberapa hari dengan dosis penuh akan menghasilkan beberapa efek. Apabila
dosis yang diberikan hanya separuhnya maka efek yang terjadi juga akan menurun setengahnya,
terlebih lagi apabila dosis yang diberikan hanya sepersepuluhnya maka tidak akan menimbulkan
efek.
Penggunaan bahan kimia oleh manusia terutama sebagai bahan baku didalam industri
semakin hari semakin meningkat.walaupun zat kimia yang sangat toksik sudah dilarang dan
dibatasi pemakaiannya, seperti pemakaian tetra-etil timbal (TEL) pada bensin, tetapi pemaparan
terhadap zat kimia yang dapat membahayakan tidak dapat dielakkan.
Pemaparan bahan-bahan kimia terhadap manusia bisa bersifat kronik atau akut. Pemaparan
akut biasanya terjadi karena suatu kecelakaan atau disengaja (pada kasus bunuh diri atau
dibunuh), dan pemaparan kronik biasanya dialami para pekerja terutama di lingkungan
industri-industri kimia.
Efek toksik dari bahan-bahan kimia sangat bervariasi dalam sifat, organ sasaran, maupun
mekanisme kerjanya. Beberapa bahan kimia dapat menyebabkan cidera pada tempat yang kena
bahan tersebut (efek lokal), bisa juga efek sistematik setelah bahan kimia diserap dan tersebar ke
bagian organ lainnya. Efek toksik ini dapat bersifat reversibel artinya dapat hilang dengan
sendirinya atau irreversibel yaitu akan menetap atau bertambah parah setelah pajanan toksikan
dihentikan. Efek irreversibel (efek Nirpulih) di antaranya karsinjoma, mutasi, kerusakan syaraf,
dan sirosis hati.

12
Toksikologi 
Efek toksikan reversibel (berpulih) bila tubuh terpajan dengan kadar yang rendah atau untuk
waktu yang singkat, sedangkan efek terpulih terjadi bila pajanan dengan kadar yang lebih tinggi
dan waktu yang lama (Rukaesih Achmad, 2004:170)
Di dalam ekotoksikologi komponen yang penting adalah integrasi antara laboratorium
dengan peneltian lapangan (Kenndall and Akerman, 1992). Pendekatan eksperimental digunakan
dalam analisis bahan berbahaya yang berpotensi menimbulkan efek dapat dikembangkan pada
beberapa tingkat yang berbeda kompleksitasnya, tergantung pada target dari studi suatu
organisasi misalnya satu spesies, populasi, komuniats atau ekosistem. Hal ini tergantung pada
tipenya seperti panjang dan pendeknya waktu kematian, khronis atau respon pada sub-khronis,
kerusakan reproduktif. Sehingga diperlukan kesepakatan diantara kenyataan ekologi dan
kesederhanaan dalam prosedur serta interpretasi hasil.
Efek toksik yang timbul tidak hanya tergantung pada frekuensi pemberian dengan dosis
berbeda saja tetapi mungkin juga tergantung pada durasi paparannya. Efek kronis dapat terjadi
apabila bahan kimia terakumulasi dalam sistem biologi. Efek toksik pada kondisi kronis bersifat
ireversibel. Hal tersebut terjadi karena sistem biologi tidak mempunyai cukup waktu untuk
mencapai kondisi menjadi pulih akibat paparan terus menerus dari bahan toksik.

F. Kerja Bahan Toksik


Kerja atau aktivitas bahan toksik umumnya berupa serangkaian proses yang sebagian
diantaranya bahkan sangat kompleks. Pada berbagai kerja toksik dan mekanisme kerjanya, dapat
dibedakan dua hal berikut:
1. Kerja toksik: suatu proses yang dilandasi oleh interaksi kimia antara zat kimia atau
metabolitnya dengan substrat biologik membentuk ikatan kimia kovalen yang bersifat
tidak bolak-balik ​(ireversible).
2. Pengaruh toksik: perubahan fungsional yang disebabkan interaksi bolak-balik ​(reversible)
antara zat asing ​(xenobiotik) d​ engan substrat biologi. Pengaruh toksik dapat hilang jika
zat asing tersebut dikeluarkan dari dalam plasma.

Kerja toksik pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu: (1) fase eksposisi, (2) fase

13
Toksikologi 
toksokinetik dan (3) fase toksodinamik.
a) Fase eksposisi
Apabila obyek biologik mengalami kontak dengan suatu zat kimia, maka efek biologik atau
efek toksik hanya akan terjadi setelah zat tersebut terabsorbsi. Zat kimia yang dapat terabsorbsi
umumnya bagian zat yang berada dalam bentuk terlarut dan molekulnya terdispersi. Absorbsi zat
sangat tergantung pada konsentrasi dan jangka waktu kontak zat dengan permukaan organisme
yang mampu mengabsorbsi zat. Apabila organisme air mengalami kontak dengan zat kimia
toksik, maka jenis zat toksik tersebut berpengaruh terhadap daya absorbsi dan toksisitasnya.
Selama fase eksposisi, zat kimia toksik dapat berubah menjadi senyawa yang lebih toksik atau
kurang toksik melalui reaksi kimia tertentu.
b) Fase toksokinetik
Terdapat dua proses yang berperanan penting pada fase toksokinetik atau farmakokinetik:
1. Proses transpor (meliputi absorbsi, distribusi dan ekskresi)
Proses transpor zat kimia dalam tubuh organisme dapat berlangsung melalui:
a. Tranpor pasif yaitu pengangkutan zat kimia melalui difusi pasif zat kimia terlarut
melintasi membran sel. Laju difusi dipengaruhi oleh gradien konsentrasi di kedua sisi
membran sel dan juga dipengaruhi oleh tetapan difusi zat.
b. Transpor aktif yaitu pengangkutan melalui sistem transpor khusus dengan bantuan
molekul pengemban atau molekul pembawa. Jumlah molekul yang dapat ditransportasi
per satuan waktu tergantung pada kapasitas sistem yaitu jumlah tempat ikatan dan angka
pertukaran tiaptiap tempat ikatan tersebut. Apabila konsentrasi zat kimia dalam sistem
transpor terus menerus meningkat, maka akhirnya akan tercapai suatu titik jenuh
sehingga laju transpor tidak meningkat terus menerus tetapi akan mencapai titik
maksimum.
2. Perubahan metabolik atau biotransformasi
Biotransformasi dapat dibedakan menjadi dua fase reaksi yaitu reaksi fase I (reaksi
penguraian) dan reaksi fase II (reaksi konjugasi). Reaksi penguraian meliputi pemutusan
hidrolitik, oksidasi dan reduksi. Reaksi penguraian akan menghasilkan atau membentuk zat
kimia dengan gugus polar yaitu gugus —OH, -NH2 atau —COON. Pada reaksi konjugasi, zat

14
Toksikologi 
kimia yang memiliki gugus polar akan dikonjugasi dengan pasangan reaksi yang terdapat dalam
tubuh organisme sehingga berubah menjadi bentuk terlarut dalam air dan dapat diekskresikan
oleh ginjal.
Reaksi konjugasi umumnya bersifat reaksi detoksifikasi sehingga produk konjugasi hampir
selalu tidak aktif secara biologi. Walaupun reaksi biotransformasi, khususnya konjugasi, pada
umumnya menyebabkan inaktivasi zat tetapi metabolit aktif dapat terbentuk karena adanya
perubahan kimia, terutama oksidasi. Apabila metabolit aktif bersifat toksik, maka dikatakan telah
terjadi toksifikasi.

c) Fase toksodinamik
Fase toksodinamik atau farmakodinamik meliputi interaksi antara molekul zat kimia toksik
dengan ​tempat kerja ​spesifik yaitu reseptor. Organ target dan tempat kerja tidak selalu sama,
sebagai contoh: suatu zat kimia toksik yang bekerja pada sel ganglion pada sistem saraf pusat
juga dapat menimbulkan efek kejang pada otot seran lintang. Konsentrasi zat toksik menentukan
kekuatan efek biologi yang ditimbulkan. Pada umumnya dapat ditemukan konsentrasi zat kimia
toksik yang cukup inggi dalam hepar (hati) dan ren (ginjal) karena pada kedua organ tersebut zat
toksik dimetabolisme dan diekskresi.
Kerja kebanyakan zat aktif biologik, terutama zat toksik umumnya disebabkan oleh
interaksi zat tersebut dengan enzim. Kerja terhadap enzim yang berperanan pada proses
biotransformasi xenobiotik dan termasuk fase toksokinetik tidak termasuk interaksi, sedangkan
kerja terhadap enzim yang berpengaruh langsung pada timbulnya efek toksik termasuk interaksi.
Interaksi antara zat toksik dengan sistem enzim antara lain berupa: inhibisi enzim secara tidak
bolakbalik, inhibisi enzim secara bolak-balik, pemutusan reaksi biokimia, inhibisi fotosintetik
pada tumbuhan air, sintesis zat mematikan, pengambilan ion logam yang penting bagi kerja
enzim dan inhibisi penghantaran elektron dalam rantai pernafasan.
Pada kasus-kasus peracunan tertentu terjadi inhibisi transpor oksigen karena adanya gangguan
kerja pada hemoglobin (Hb). Terjadinya inhibisi pada transpor oksigen antara lain dapat
disebabkan oleh:
1. Keracunan karbon monoksida Karbon monoksida (CO) mengandung tempat ikatan yang

15
Toksikologi 
sama pada hemoglobin seperti oksigen sehingga dapat menghilangkan kemampuan Hb
mengikat oksigen (O2). Kompleks ikatan Hb dengan CO disebut karboksi hemoglobin
yang cenderung lebih kuat daripada ikatan Hb dengan O2.
2. Pembentukan methemoglobin Methemoglobin merupakan hasil oksidasi Hb yang sudah
tidak memiliki kemampuan lagi mengangkut O2. Jika methemoglobin hanya terbentuk
dalam jumlah kecil, maka dapat direduksi kembali menjadi Hb dengan bantuan enzim
methemoglobinreduktase.
3. Proses hemolitik Hemolitik merupakan proses pembebasan Hb dari dalam eritrosit akibat
kerusakan membran eritrosit. Hemoglobin yang dibebaskan akan kehilangan kemampuan
mengikat O2.
Beberapa jenis zat kimia setelah masuk ke dalam tubuh organisme dapat berinteraksi dengan
fungsi umum sel. Interaksi zat kimia dengan fungsi umum sel tersebut antara lain dapat
diwujudkan dalam bentuk efek narkose. Disamping itu, interaksi zat kimia tertentu dengan fungsi
sel umum dapat diwujudkan dalam bentuk gangguan pada penghantaran rangsang neurohumoral.
Mekanisme gangguan penghantaran rangsang tersebut disebabkan zat kimia mempengaruhi
sinapsis antara sel saraf satu dengan sel saraf lainnya atau mempengaruhi ujung sel saraf efektor.
Zat-zat toksik tertentu juga dapat menyebabkan gangguan pada sintesis ADN (asam
deoksiribonukleat) dan ARN (asam ribonukleat). Gangguan tersebut dapat tejadi pada:
penggandaan ADN selama pembelahan sel, transkripsi informasi ADN kepada ARN,
penyampaian informasi melalui ARN pada sintesis protein, penghambatan sintesis enzim yang
berperan serta, dan proses pengaturan yang menentukan pola aktivitas sel.
Disamping dapat menyebabkan gangguan pada sintesis ADN dan ARN, beberapa zat toksik
tertentu juga dapat berpengaruh terhadap organisme melalui mekanisme kerja sitostatika
(penghambatan pembelahan sel), kerja imunsupresiva (penekanan pertahanan imunologi melalui
penekanan proliferasi sel tertentu, terutama limfosit), kerja mutagenik (mengubah sifat genetik
sel), kerja karsinogenik (pemicu timbulnya tumor), kerja teratogenik (penyebab organisme lahir
cacat), reaksi hipersensitif atau reaksi alergi, iritasi pada jaringan, toksisitas pada jaringan dan
penimbunan zat asing.

16
Toksikologi 
G. Distribusi dan Ekskresi Toksikan
1. Distribusi toksikan
Setelah toksikan memasuki darah didistribusi dengan cepat keseluruh tubuh maka laju
distribusi diteruskan menuju ke setiap organ tubuh. Mudah tidaknya zat kimia melewati dinding
kapiler dan membrane sel dari suatu jaringan ditentukan oleh aliran darah ke organ tersebut.
Bagian tubuh yang berhubungan dengan distribusi toksikan :
a) Hati dan ginjal
Kedua organ ini memiliki kapasitas yang lebih tinggi dalam mengikat bahan kimia, sehingga
bahan kimia lebih banyak terkonsentrasi pada organ ini jika dibandingkan dengan organ lainnya.
Hal ini berhubungan dengan fungsi kedua organ ini dalam mengeliminasi toksikan dalam tubuh.
Ginjal dan hati mempunyai kemampuan untuk mengeluarkan toksikan. Organ hati cukup tinggi
kapasitasnya dalam proses biotransformasi toksikan.
b) Lemak
Jaringan lemak merupakan tempat penyimpanan yang baik bagi zat yang larut dalam lemak
seperti chlordane, DDT, polychlorinated biphenyl dan polybrominated biphenyl. Zat ini
disimpan dalam jaringan lemak dengan pelarut yang sederhana dalam lemak netral. Lemak netral
ini kira-kira 50 % danberat badan pada orang yang gemuk dan 20 % dari orang yang kurus.
Toksikan yang daya larutnya tinggi dalam lemak memungkinkan konsentrasinya rendah dalam
target organ, sehingga dapat dianggap sebagai mekanisme perlindungan. Toksisitas zat tersebut
pada orang yang gemuk menjadi lebih rendah jika disbanding dengan orang yang kurus.
c) Tulang
Tulang dapat berfungsi sebagai tempat penyimpanan untuk senyawa seperti Flouride, Pb dan
strontium. Untuk beberapa toksikan tulang merupakan tempat penyimpanan utama, contohnya 90
% dari Pb tubuh ditemukan pada skeleton. Penyimpanan toksikan pada tulang dapat atau tidak
,mengakibatkan kerusakan. Contoh : Pb tidak toksik pada tulang, tetapi penyimpanan Fluoride
dalam tulang dapat menunjukkan efek kronik (skeletal fluorosis)

2. Ekskresi
Toksikan dapat dieliminasi dari tubuh melalui beberapa rute. Ginjal merupakan organ

17
Toksikologi 
penting untuk mengeluarkan racun. Beberap xenobiotik diubah terlebih dahulu menjadi bahan
yang larut dalam air sebelum dikeluarkan dalam tubuh.
Rute lain yang menjadi lintasan utama untuk beberapa senyawa tertentu diantaranya : hati
dan sistem empedu, penting dalam ekskresi seperti DDT dan Pb ; paru dalam ekskresi gas seperti
CO. Toksikan yang dikeluarkan dari tubuh dapat ditemukan pada keringat, air mata dan air susu
ibu (ASI).
a) Ekskresi urine
Ginjal merupakan organ yang sangat efisien dalam mengeliminasi toksikan dari tubuh.
Senyawa toksik dikeluarkan melalui urine oleh mekanisme yang sama seperti pada saat ginjal
membuang hasil metabolit dari tubuh.
b) Ekskresi empedu
Hati berperan penting dalam menghilangkan bahan toksik dari darah setelah diabsorbsi pada
saluran pencernaan, sehingga akan dapat dicegah distribusi bahan toksik tersebut ke bagian lain
dari tubuh.
c) Rute ekskresi yang lain
Toksikan dapat juga dikeluarakan dari tubuh melalui paru, saluran pencernaan, cairan
cerebrospinal, air susu, keringat dan air liur. Zat yang berbentuk gas pada kondisi suhu badan
dan “volatile liquids” dapat diekskresi melalui paru. Jumlah cairan yang dapat dikeluarkan
melalui paru berhubungan dengan tekanan uap air. Ekskresi toksikan melalui paru ini terjadi
secara difusi sederhana. Gas yang kelarutannya rendah dalam darah dengan cepat diekskresi
sebaliknya yang tinggi kelarutannya seperti chloroform akan sangat lambat diekskresi melalui
paru.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

18
Toksikologi 
Toksikologi adalah studi mengenai efek-efek yang tidak diinginkan dari zat-zat kimia
terhadap organisme hidup.
Kombinasi dari berbagai sistem klasifikasi atau berdasarkan faktor-faktor lainyanya
mungkin diperlukan untuk memberikan sistem peringkat terbaik untuk maksud tertentu.
Meskipun klasifikasi yang mempertimbangkan komposisi kimiawi dan biologis dari bahan
serta karekteristik pemaparan akan lebih bermanfaat untuk tujuan pengendalian dan pengaturan
dari pemakaian zat-zat toksik (Rukaesih Achmad, 2004: 156-157)
Jalan masuk ke dalam tubuh suatu bahan polutan yang toksik, umumnya melalui saluran
penceraan makanan, saluran pernapasan, kulit dan jalur lain. Jalur lain tersebut diantaranya
adalah intra muskuler, intra dermal, dan sub kutan. Jalan masuk yang berbeda ini akan
mempengaruhi toksisitas bahan polutan. Bahan paparan yang berasal dari industri biasanya
masuk ke dalam tubuh melalui kulit dan terhirup, sedangkan kejadian keracunan biasanya
melalui proses tertelan.
Jalur utama bahan toksik untuk dapat masuk ke dalam tubuh manusia adalah melalui
saluran pencernaan atau gastro intestinal (menelan/ingesti, paru-paru (inhalasi), kulit (topikal),
dan jalur perenteral lainnya (selain saluran usus/intestinal). Bahan toksik umumnya
menyebabkan respon yang paling cepat bila diberikan melalui jalur intravena.
B. Saran
Untuk dapat memahami pembahasan tentang toksikologi, penulis menyarankan untuk
mencari referensi buku tentang toksikologi agar pembaca dapat lebih paham lagi tentang
toksikologi. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam pembuatan
makalah selanjutnya bias lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.

19
Toksikologi 
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia. 2013. Toksikologi Diakses 16 Juni 2017 (​http://id.wikipedia.org/wiki/Toksikologi​)

Yasmina, Alfi. 2011. Toksikologi. Diakses 16 Juni 2017

(http://farmakologi.files.wordpress.com/2011/02/toksikologi.pdf

Cotton dan Wilkinson . 2009 . Kimia Anorganik Dasar . Jakarta : UI-Press

Darmono . 2006 . Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya Dengan Toksikologi

Seyawa Logam . Jakarta . UI-Press

Darmono . 2009 . Farmasi Forensik dan Toksikologi . Jakarta : UI-Press

Alifia, U, 2008. Apa Itu Narkotika dan Napza. Semarang: PT Bengawan Ilmu.

Darmono, 2009. Farmasi Forensik dan Toksikologi. Jakarta: UI Press.

Mun’im Idries, Abdul. 2008. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan.

Jakarta: Sagung Seto.

Mun’im Idries. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bina Rupa Aksara

20
Toksikologi 

Anda mungkin juga menyukai