Oleh:
Prof. Dr. Karsono, Apt.
Staf Pengajar Fakultas Farmasi USU Medan
Kuliah ke : I
Topik
Efek
Ketersediaan
Obat utk
Fase farmakodinamik
Fase farmakokinetik
Fase biofarmasi
Gambar 13 menunjukan proses
disolusi tablet sebelum
absorbsi. Suatu obat tidak bisa
diserap menembus dinding
usus sebagai bahan padat,
tetapi harus dalam keadaan
larut di dalam cairan
pencernakan. Tablet secara
hati-hati dirancang dan
difomulasikan agar stabil
selama pengangkutan tetapi
akan cepat terdisolusi dalam
lingkungan yang mengandung
air. Ini bisa merupakan
pekerjaan yang sulit atau
gampang tergantung pada
obat dan dosis yang
diperlukan.Test disolusi
diperlukan untuk menetapkan
mutu sediaan tablet dan juga
diperlukan percobaan terhadap
sukarelawan manusia untuk
memastikan pelepasan obat.
Fase Farmakokinetik
Mekanisme pengangkutan obat untuk
melintasi membran sel ada dua cara:
Aktif (menggunakan energi)
melibatkan suatu carier.
Pasif
Filtrasi (mis, air dan zat hidrofil)
Difusi (mis, ion anorganik)
Absorpsi
Absorpsi sgt penting dan menentukan
efek obat
Distribusi
Setelah diabsorpsi, obat akan
didistribusikan ke seluruh tubuh melalui
sirkulasi darah.
Metabolisme
Proses perubahan struktur kimia obat yg
terjadi didalam tubuh dan dikatalisis
oleh enzim.
Ekskresi
Pengeluaran zat dari dalam tubuh.
Fase Farmakodinamika
Mekanisme kerja obat
efek obat timbul karena interaksi obat
dengan reseptor pada suatu sel organisme.
Reseptor obat
Sifat kimia dan struktur kimia dari suatu
reseptor obat mempengaruhi
kemampuannya atau aktifitasnya.
Transmisi sinyal biologis
penghantaran sinyal biologis merupakan
suatu proses yg menyebabkan suatu
substansi ekstra seluler menumbulkan
suatu respon seluler fisiologis yang spesifik.
BAHAN TAMBAHAN
Tablet/Kapsul, Control
release
Bentuk larutan/campuran
Bentuk sediaan
akan memberikan
sistem pelepasan
dan absorbsi yang
berbeda
Intravaskular
adalah obat yang
diberikan langsung
masuk ke dalam
pembuluh darah
(vaskular).
Rute ekstravaskular
Intradermal (I.D.)
Subkutan (S.C.)
intramuskular
transdermal
PENGGUNAAN INHALASI
TERIMA KASIH
DISOLUSI
Obat
(Sediaan padat oral)
Tahap pelepasan:
disintegrasi,
deagregasi dan
disolusi
Pengertian
Disolusi atau pelarutan
For what ?
untuk memilih medium pelarut yang
paling baik untuk obat atau
kombinasi obat,
sebagai standar atau uji kemurnian
serta quality control.
Sediaan
padat
Natural sink
ZA harus
terlarut
Membran
(saluran cerna)
Saluran cerna
Sirkulasi darah
Kondisi sink (secara in vivo) merupakan kondisi dimana obat pada kedua
sisi lapisan epitel dari dinding usus mencapai kesetimbangan dalam waktu singkat.
The reciprocating
cylinder (USP apparatus
3) and the flowthrough
cell (USP apparatus 4)
also may over
advantages for some
low-solubility dosage
form. Apparatus 3 can be
used to estimate the
drug release profile in
the GI tract by using a
series of different media.
Medium disolusi
Menurut USP :
- Air
- HCL
- Dapar pH 4-8
Contoh
Tablet sulfadiazin
Medium disolusi
: Cairan
lambung
buatan pH 1,2
Volume
: 900 ml
Temperatur
: 37 0,5 oC
Putaran
: 100 rpm
Metode
: Dayung
Kurva kalibrasi
Uji disolusi
900 ml medium lambung
buatan
Dipanaskan sampai suhu 37 o + 0,5oC
Dimasukkan ke dalam tabung dissolution tester
Dimasukkan sediaan
Dihidupkan dengan kecepatan putaran 100 rpm
bersamaan dengan stop watch
Dipipet 5 ml pada interval waktu 5, 10, 15, 20,
25, 30, 45, 60 menit
Waktu
(mnt)
A
(nm)
C
(mcg/ml)
Fp
C x Fp
(mcg/ml)
C x Fp
Dlm 5 ml
(mcg/
ml)
C x Fp
Dlm
900 ml
(mcg/ml)
Faktor
penambaha
n
Sulfadiazi
n yang
dilepas
%
kumulatif
0,0353
0,5967
2,9835
14,9175
2685,15
2685,15
2,685
10
0,0492
0,8345
4,1725
20,8625
3755,25
14,917
3770,16
3,77
15
0,0610
1,0368
5,184
25,92
4665,6
35,78
4701,38
4,701
20
0,0720
1,2245
6,1225
30,6125
5510,25
61,7
5571,95
5,571
25
0,0901
1,5332
7,666
38,33
6899,4
92,312
6991,71
6,991
30
0,0980
1,6688
8,344
41,72
7509,6
130,64
7640,24
7,64
45
0,1578
2,6909
13,454
67,2725
12109,05
172,36
12281,4
12,281
60
0,1632
2,7826
13,913
69,565
12521,70
239,63
12761,3
12,761
90
0,2524
4,3074
21,537
107,685
19383,3
309,20
19692,5
19,692
10
120
0,2643
4,5097
22,548
112,742
20293,65
416,88
20710,5
20,71
3. Konsentrasi dalam 1 ml
misal pada t = 5 menit, C x FP = 0,5967 x 5
= 2,9835 mcg/ml
4. Konsentrasi dalam 5 ml
misal pada t = 5 menit,
C dalam 1 ml x 5 = 2,9835 mcg/ml x 5
= 14,9175
mcg/ml
5. Konsentrasi dalam 900 ml
misal pada t= 5 menit,
C dalam 1 ml x 900 = 2,9835 x 900
= 2.685,15 mcg/ml
6. Faktor penambah
Misal pada t = 15 menit,
= C dalam 5 ml (pada t = 5 menit) + C
dalam 5 ml (pada t = 10 menit)
= 14,9175 mcg/ml + 20,8625 mcg/ml
= 35,78 mcg/ml
7. Sulfadiazin yang terlepas
= C dalam 900 ml + faktor penambah
misal pada t = 15 menit,
= 4.665,6 mcg/ml + 35,78 mcg/ml
= 4.701,38 mcg/ml
8. Kumulatif
sulfadiazin yang terlepas mcg/1000 mg x 100 %
dosis (mg)
100
= 4,701 %
Biofarmasi
Oleh:
Dr. karsono, Apt.
Staf Pengajar Fakultas Farmasi USU Medan
DEFINISI
1. Bioavailabilitas (ketersediaan hayati)
Persentase dan kecepatan zat aktif dalam
suatu produk obat yang mencapai/tersedia
dalam sirkulasi sistemik dalam bentuk
utuh/aktif setelah pemberian produk obat
tersebut, diukur dari kadarnya dalam darah
terhadap waktu atau dari ekskresinya dalam
urin.
Bioavailabilitas absolut : bila dibandingkan
dengan sediaan intravena yang
bioavailabilitasnya 100%.
Bioavailabilitas relatif : bila dibandingkan
dengan sediaan bukan intravena.
2. Ekivalensi Farmaseutik
3. Alternatif farmaseutik
Dua produk obat merupakan
alternatif farmaseutik jika keduanya
mengandung zat aktif yang sama
tetapi berbeda dalam bentuk kimia
(garam, ester, dsb.) atau bentuk
sediaan atau kekuatan.
2.Tolbutamid
Perbedaan kadar veegum dalam tablet Tolbutamid terbukti
berpengaruh terhadap efek klinisnya pada hal veegum hanya
berfungsi sebagai bahan pembantu dan selama ini dianggap
sebagai bahan inert .
Tablet Tolbutamid mengandung masing masing 500 mg, dengan
berbeda jumlah veegumnya sebagai disintegratornya
ternyata menghasilkan kadar dalam darahnya berbeda sekali,
walaupun sama sama memenuhi USP.
3.Diphenylhidantoin
Sewaktu bahan pembantu dalam tablet
Diphenylhidantoin dirubah, dimana
Calcium sulfat diganti dengan laktosa,
terdapat gejala toksikasi pada banyak pasien ,
karena ternyata bahwa absorbsi menjadi
lebih besar.
4. Chloramphenicol
Suatu laporan menunjukkan bahwa beberapa merk
kapsul Chloramphenicol ternyata memberikan
Blood level yang sangat bervariasi ,
yaitu diantara 2 ug / ml sampai 10 mg / ml .
Pada thn 1968 FDA memerintahkan penarikan jutaan kapsul
Chloramphenicol yang dihasilkan oleh beberapa produsen dan
telah beredar di pasaran. Alasannya blood level maupun
urine level dari pada sediaan tsb dianggap tidak
memenuhi syarat.Chloramphenicol palmitat menunjukkan
3 bentuk kristal dan satu bentuk amorf.
Bentuk alfa secara biologis aktif, yang lain tidak aktif.
Chloramphenicol stearat ada juga yang bentuk kristal dan
bentuk amorf . Bentuk kristal tidak aktif.
5. Tetracyclin HCl
Pernah diperiksa 3 macam merk kapsul Tetracyclin HCl
dan diantaranya menghasilkan urine level yang berbeda
jauh dari yang ketiga.
Berapa laporan lain juga menunjukkan adanya perbedaan
blood level yang cukup besar diantara beberapa
merk Tetracylin.
6. Oxytetracyclin
Bulan Desember 1969, FDA memerintahkan recall
terhadap 40 juta kapsul Oxytetracyclin yang beredar di
Amerika Serikat yang dihasilkan oleh 8 pabrik,
karena ternyata memberikan blood level
yang terlalu rendah.
7. Ampicillin
Ampicillin anhydrat secara biologis lebih aktif dari bentuk trihydrat jika
diberikan dalam bentuk oral.[ ada juga publikasi yang menolak]
8. Nitrofurantoin
Side efek yang terdapat pada pemakaian obat ini,berupa gangguan
lambung dapat dikurangi dengan memberikannya dalam bentuk kapsul yang
dengan partikel yang lebih kasar, sehingga absorbsinya diperlambat
9. Griseofulvin
Perbedaan ukuran partikel yang digunakan akan dapat menyebabkan
perbedaan besar terhadap absorbsi
10. Chlorpromazin
Penambahan Tween 80 diatas titik CMC nya, pada sediaan larutannya
menyebebkan berkurangnya absorbsi dari Chlorpromazin. Ini terjadi karena
Chlorpromazin terikat dalam Misel.
diisi
Masalah-masalah bioavailbilitas
Perbandingan dari
ketiga produk oral
(chlorpropamid) :
Cp A = Cp B
Cp A Cp C
Cp B Cp C
AUC A = AUC B
AUC A AUC C
AUC B AUC C
Tp A = Tp B = Tp C
Masalah-masalah bioavailbilitas
Perbandinga BA sediaan IV
dan Im :
Cp IV > Cp IM
AUC IV = AUC IM
Masalah-masalah bioavailbilitas
bahan
pembasah (surfaktan) seperti
Tween 80 akan memberikan
efek yang menguntungan pada
keseluruhan absorbsi.
Gambar : Cp Vs waktu sediaan suspensi
Phenasetin dengan ukuran partikel yang
berbeda
Masalah-masalah
bioavailbilitas
Digoxin
Doktor-Doktor di Israel mencatat 15 kasus
dari keracunan digoxin antara Oktober
hingga Desember 1975 hampir tanpa
laporan untuk periode waktu yang sama
sepanjang tahun tersebut.
Selanjutnya ditemukan bahwa sebuah
perusahaan telah mengganti formula dari
obat untuk meningkatkan disolusi.
Pemeriksaan urin menunjukkan kenaikan
dua kali lipat bioavailabilitas dari formula
baru tersebut.
Polimorfisme
Senyawa organik maupun senyawa anorganik dikatakan
sebagai polimorf apabila didalam bentuk padatnya memiliki
minimal dua bentuk kristal yang berbeda.
Bentuk polimorf ini pada umumnya dibagi atas dua golongan
besar yakni ;
1.Bentuk stabil
2.Bentuk metastabil
Gambar Cp Vs Waktu
Sediaan A menunjukan
efek Toksis
Sediaan B menunjukan
efek terapi
Sediaan
C menunjukan
efek sub terapi
Bioavailabilitas
Bioavailabilitas relatif
Bioavailabilitas merupakan
istilah farmakokinetika yang
menggambarkan tentang
kecepatan dan jumlah
absorpsi suatu bahan obat dari
suatu produk untuk menjadi
tersedia di tapak kerjanya.
Oleh karena respon
farmakologi secara umum
berkaitan dengan konsentrasi
obat di tapak reseptor, maka
ketersediaan obat dari suatu
bentuk sediaan obat
merupakan elemen yang
penting bagi efikasi klinik
suatu produk obat
Bioavailabilitas absolut
Plasma concentration
Bioavailability
i.v. route
oral route
Time (hours)
= (AUC)o
(AUC)iv
V = Dose/(AUC * kel)
Contoh :perhitungan
bioavailabilitas relatif dan
absolut F
Produ Dosis AUC
F
k obat (mg)
Tablet 200
oral
(ug/ml.ja
m
89,5
SD
relat absolu
if
t
19,7
1,04 0,59
Laruta 200
n oral
86.1
18,1
Injeksi 50
IV
bolus
37,8
5,7
Produk obat
A. Inj.Intra Vena (IV)
B. Bentuk sediaan oral,
nama dagang atau
standart acuan
C. Bentuk sediaan oral
generik
AUC
(mcg/ml)xjam
100
50
40
F untuk produk B dan Produk C adalah 50% (F = 0.5) dan 40% (F = 0.4), secara
berturut-turut. Bagaimanapun, jika 2 produk oral dibandingkan maka bioavailabilitas
relatif Produk C setelah dibandingkan dengan produk B adalah 80%.
Secara
Gambar tersebut
menunjukan bahwa
kelarutan K
penicilin V > Ca
Penicilin V >
Penicilin V > Na
Penicilin G.
Gambar : Cp Vs Waktu dari beberapa garam
Penicillin yang berbeda kelarutannya
Interaksi dengan
zat lain
Makanan
Volume cairan
Obat-obat lain
Gambar tersebut
menunjukan
perbedaan
konsentrasi plasma
tolbutamid dan Na
tolbutamid.
Paling lambat
Larutan
Suspensi
Kapsul
Tablet
Tablet salut
Formulasi pelepasan
terkendali
menurun
Posisi tubuh
Berbaring pada sisi kiri
menurun
Keadaan emosi
Stres
Depresi
Cemas
Menurun
Jenis makanan
Asam lemak, lemak, Karbohidrat
Asam amino
Menurun
Menurun
pH isi lambung
Meningkat
Menurun
Meningkat
Menurun
Keadaan penyakit
Ulser gastrik, Crohn's disease
Hipotiroidismus
Hiopertiroidismus
Menurun
Menurun
Meningkat
Menurun
Menurun
Meningkat
Absorpsi
Absorpsi
Absorpsi
menurun
tertunda
meningkat
Ampisilin
Aspirin
Atenolol
Kaptopril
Eritromisin
Etanol
Hidroklortiazida
Penisilin
Asetaminofen
Aspirin
Sefalosporin
Diklofenak
Digoksin
Furosemid
Nitrofurantoin
Sulfadiazin
sulfiksazol
Klortiazida
Diazepam
Griseofulvin
Hidralazin
Labetalol
Metoprolol
Nitrofurantoin
Propranolol
Riboflavin
Tetrasiklin
(kebanyakan)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
TERIMA KASIH
Biofarmasi
Oleh:
Dr. karsono, Apt.
Staf Pengajar Fakultas Farmasi USU Medan
Kuliah ke : IV & V
Topik
PEDOMAN UJI BIOEKIVALENSI
1. PENDAHULUAN
2. TUJUAN
2.1. Umum
2.2. Khusus
3. DEFINISI
3.1. Bioavailabilitas (ketersediaan
hayati)
3.2. Ekivalensi farmaseutik
3.3. Alternatif farmaseutik
3.4. Bioekivalensi
3.5. Ekivalensi terapeutik
3.6. Produk obat pembanding
(reference product)
3.7. Produk obat copy
1. PENDAHULUAN
2. TUJUAN
2.1. Umum
Untuk menjamin efikasi, keamanan dan
mutu produk obat yang beredar.
2.2. Khusus
1. Untuk menjamin produk obat copy
yang akan mendapat izin edar bioekivalen
dengan produk obat inovatornya.
2. Untuk menentukan bioavailabilitas
absolut dan relatif suatu zat kimia baru,
serta bioekivalensi zat tersebut dalam
formulasi untuk uji klinik dan dalam
produk yang akan dipasarkan.
3. DEFINISI
3.1. Bioavailabilitas (ketersediaan
hayati)
Persentase dan kecepatan zat aktif dalam
suatu produk obat yang mencapai/tersedia
dalam sirkulasi sistemik dalam bentuk
utuh/aktif setelah pemberian produk obat
tersebut, diukur dari kadarnya dalam darah
terhadap waktu atau dari ekskresinya dalam
urin.
Bioavailabilitas absolut : bila dibandingkan
dengan sediaan intravena yang
bioavailabilitasnya 100%.
Bioavailabilitas relatif : bila dibandingkan
dengan sediaan bukan intravena.
3.4. Bioekivalensi
Dua produk obat disebut bioekivalen jika
keduanya mempunyai ekivalensi
farmaseutik atau merupakan alternatif
farmaseutik dan pada pemberian dengan
dosis molar yang sama akan menghasilkan
bioavailabilitas yang sebanding sehingga
efeknya akan sama, dalam hal efikasi
maupun keamanan.
Jika bioavailabilitasnya tidak memenuhi
kriteria bioekivalen (lihat butir 5.12.2 hal.
18) maka kedua produk obat tersebut
disebut bioinekivalen.
4.1.1. Produk obat oral lepas cepat yang bekerja sistemik, jika memenuhi satu
atau lebih kriteria berikut ini
5.2. Desain
Studi biasanya dilakukan pada subyek yang
sama (dengan desain menyilang) untuk
menghilangkan variasi biologik antar subyek
(karena setiap subyek menjadi kontrolnya
sendiri), hal ini sangat memperkecil jumlah
subyek yang dibutuhkan.
Jadi untuk membandingkan 2 produk obat,
dilakukan studi menyilang 2-way (2 periode
untuk pemberian 2 produk obat pada setiap
subyek).
5.2. Desain
5.2. Desain
Pada umumnya, studi dosis tunggal sudah cukup,
tetapi studi dalam keadaan tunak (steady-state)
mungkin diperlukan untuk :
- obat dengan kinetik yang non-linear (eliminasinya
bergantung pada dosis atau mengalami kejenuhan
pada dosis terapi), mis. difenilhidantoin, fluoksetin,
paroksetin.
- obat dengan kinetik yang bergantung pada waktu
pemberian obat (kronofarmakologi), mis.
kortikosteroid, siklosporin, teofilin
- beberapa bentuk sediaan lepas lambat / terkendali
(studi dosis tunggal lebih sensitif untuk menjawab
pertanyaan utama BE, yakni penglepasan zat aktif
dari produk obat ke dalam sirkulasi sistemik, karena
itu studi keadaan tunak umumnya tidak dianjurkan
oleh FDA, bahkan jika kinetiknya nonlinear sekalipun).
5.2. Desain
5.3. Subyek
5.3.1. Kriteria seleksi
Kriteria inklusi dan eksklusi harus dinyatakan
dengan jelas dalam protokol :
- Sukarelawan sehat (untuk mengurangi
variasi antar subyek)
- Sedapat mungkin pria dan wanita (jika
wanita, pertimbangkan risiko pada wanita usia
subur)
- Umur antara 18 55 tahun BB (kg)
- Berat badan dalam kisaran normal
(IMT = = 18 - 25)
TB2 (m)
12
16
20.0
20
22.5
24
25.0
28
27.5
34
30.0
40
* CV2 = varians residual pada ANOVA untuk
desain menyilang 2-way (lihat butir 5.12.1 hal. 17)
Jumlah subyek minimal adalah 12 orang, kecuali
dalam kondisi khusus yang perlu penjelasan. Pada
umumnya dibutuhkan 18 24 subyek.
Catatan :
Nilai confidence interval (CI) tidak
boleh dibulatkan; jadi untuk CI 80125, nilainya harus minimal 80.00
dan tidak lebih dari 125.00.
5.13. Variasi
Jika suatu produk obat direformulasi
dari formulasi lama yang telah
disetujui atau cara pembuatannya
dimodifikasi oleh produsennya
dengan cara yang diperkirakan dapat
mempengaruhi bioavailabilitas
produk obat tersebut, maka studi BE
diperlukan, kecuali jika ada alasan
untuk tidak melakukannya.
5.14. Suprabioavailabilitas
Jika bioavailabilitas produk uji lebih
besar dibandingkan produk
pembandingnya
(suprabioavailabilitas), maka harus
dilakukan reformulasi.
Studi bioekivalensi harus dilakukan
lagi dengan produk reformulasi
tersebut.
6.2. Bioekivalensi
Selama perkembangannya, studi
bioekivalensi diperlukan sebagai
studi yang menjembatani antara
formulasi untuk uji klinik dan produk
obat yang akan dipasarkan.
Persamaan-persamaan Bioavaibilitas
Biofarmasi
Oleh:
Dr. karsono, Apt.
Staf Pengajar Fakultas Farmasi USU Medan
Kuliah ke : VI
Topik
MODEL-MODEL UJI BIOEKIVALENSI
..pendahuluan
SIFAT FARMAKOKINETIK
Kelarutan aminofilin lebih besar daripada teofilin, tetapi
temyata derajad absorpsinya tidak banyak berbeda.
Setelah pemberian per-oral, obat ini diabsorpsi dengan
cepat, sehingga kadang-kadang terjadilonjakan kadar
dalam darah yang menimbulkan gejala efek samping.
Pemberian teofilin/aminofilin bersama dengan
katekolamin dan simpatomimetik golongan amina
harus hati-hati karena dapat memperkuat aksi
takhiaritmia.
Teofilin mengalami metabolisme terutama di hepar dan
8 % fraksi obat diekskresikan melalui urin dalam
bentuk tetap.
Sukarelawan : penelitian melibatkan 12 sukarelawan lakilaki sehat, berumur 20-31 tahun, dengan berat badan 49-68
kg. Sukarelawan tidakmempunyai riwayat gangguan
gastrointestinal, penyakit jantung, hepar maupun ginjal.
HASIL PENGUJIAN
Nilai ketiga parameter ketersediaan hayati yang diperoleh
setelah pemberian tablet AMINOFILIN (Generik) maupun
strop AMINOFILIN (_____) temyata praktis sama.
'Nilai Tmax tablet AMINOFILIN dijumpai sedikit lebih besar,
yakni 1,70,1 jam vs 1,60,1 jam, namun hal ini bisa
dimengerti karena pembandingnya berupa sediaan cair.
Telah diketahui, bahwa disolusi obat dalam sediaan cair lebih
cepat bila dibandingkan sediaan padat. Namun demikian,
perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik.
Nilai Cmax maupun AUCo, yang menunjukkan derajad
ketersediaan hayati juga praktis sama antara kedua sediaan,
yaitu berturut-turut 2,80,0 vs 2,80,0 ug/ml dan 33,41,4
vs 34,91,4 ug/ml.jam.
Waktu paruh eliminasi (Tl/2) kedua sediaan praktis sama,
yakni 5,80,2 jam dan 5,80,1 jam.
Tabel.
Nilai parameter ketersediaan hayati teofilin setelah pemberiaan
dosis
tunggal 200mg AMINOFILIN tablet (Genetik) dan
AMINOFILIN sirop
(_____) pada 12 sukarelawan laki-laki sehat
(maanSEM).
Obat Uji
Tmax
(jam)
AMINOFILIN
(Generik)
1,70,1
AMINOFILIN
1,60,1
Cmax
(ug/ml)
2,8 0,0
2,8 0,0
AUC
(ug/ml.jam)
33,4 1,4
34,9 1,4
KESIMPULAN
Dari hasil uji ketersediaan hayati ini
dapat disimpulkan, bahwa tablet
AMINOFILIN (Generik) dan strop
AMINOFILIN (___) adalah
bioekuivalen.
Persamaan-persamaan Bioavaibilitas