Anda di halaman 1dari 33

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Buku Teks

1. Pengertian Buku Teks

Buku memiliki peran penting dalam dunia pendidikan. Buku

merupakan kunci ke arah gudang ilmu pengetahuan dimana dari sebuah

buku seseorang dapat mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Buku teks

memiliki peran sebagai penyebar ilmu pengetahuan dalam mata pelajaran

tertentu, maka berdasarkan hal tersebutlah buku teks juga dapat dikatakan

sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar.

Menurut Prastowo (2015) Secara umum, buku dibedakan menjadi

empat jenis, yaitu:

a. Buku sumber, yaitu buku yang biasa dijadikan rujukan, referensi, dan

sumber untuk kajian ilmu tertentu, biasanya berisi suatu kajian ilmu

yang lengkap.

b. Buku bacaan, adalah buku yang hanya berfungsi untuk bahan bacaan

saja, misalnya cerita, legenda, novel, dan lain sebagainya.

c. Buku pegangan, yaitu buku yang bisa dijadikan pegangan guru atau

pengajar dalam melaksanakan proses pengajaran.

1
2

Buku bahan ajar, yaitu buku yang disusun untuk proses pembelajaran,

dan berisi bahan-bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan. Textbook

mempunyai padanan kata buku pelajaran (Echols & Sadily,2006)Buku teks

atau buku pelajaran didefinisikan sebagai buku yang digunakan dalam

pembelajaran yang berisi tentang penjelasan mengenai mata pelajaran atau

bidang studi tertentu dan tersusun secara sistematis berdasarkan tujuan

tertentu, orientasi pembelajaran, dan perkembangan siswa (Muslich, 2010).

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia No 2 Tahun 2008 Pasal 1 tentang buku teks pelajaran, dijelaskan

bahwa:

Buku teks adalah buku acuan wajib untuk digunakan di satuan

pendidikan dasar dan menengah atau perguruan tinggi yang memuat materi

pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan, ketakwaan, akhlak

mulia, dan kepribadian, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,

peningkatan kepekaan dan kemampuan estetis, peningkatan kemampuan

kinestetis dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional

pendidikan.

Menurut Tarigan (2009) menjelaskan bahwa buku teks merupakan

buku standar/buku pelajaran dalam bidang studi tertentu yang dibuat dengan

maksud dan tujuan instruksional. Sedangkan menurut Sitepu (2012), buku

teks pelajaran adalah buku yang disusun berdasarkan standar nasional

pendidikan yang memuat materi pembelajaran dengan tujuan meningkatkan


3

imtaq dan iptek siswa yang digunakan sebagai acuan dalam proses

pembelajaran di sekolah untuk guru maupun siswa.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa buku teks

merupakan alat bantu pokok dalam kegiatan belajar mengajar. Buku teks

merupakan acuan yang digunakan dalam setiap satuan pendidikan sebagai

bahan pembelajaran yang tidak digunakan di kelas saja, buku teks juga

dibagi menjadi dua tipe yakni buku teks utama dan buku teks tambahan.

2. Fungsi Buku Teks Pelajaran

Buku teks memiliki peran yang sangat penting dalam proses

pembelajaran. Menurut Sitepu (2012) bahwa bagi siswa buku teks dapat

digunakan sebagai buku acuan dalam mempersiapkan diri sebelum memulai

kegiatan pembelajaran di kelas, dan pegangan dalam mengerjakan tugas

yang diberikan guru. Sedangkan bagi guru buku teks dipergunakan sebagai

acuan mendesain pembelajaran, mengembangkan bahan ajar, memberikan

tugas kepada siswa dan acuan dalam penyusunan soal untuk evaluasi. Buku

teks pelajaran sebagai bahan ajar mempunyai beberapa fungsi sebagai

berikut:

a. Sebagai bahan referensi atau bahan rujukan oleh siswa,

b. Sebagai bahan evaluasi,

c. Sebagai alat bantu guru dalam melaksanakan kurikulum,

d. Sebagai salah satu penentu metode atau teknik pengajaran yang akan

digunakan guru.

e. Sebagai sarana untuk peningkatan karier dan jabatan (Prastowo, 2015).


4

Menurut Muslich (2010), buku teks memiliki nilai tersendiri bagi guru

karena beberapa alasan berikut:

a. Memudahkan guru untuk merencanakan penjadwalan Mengenai materi

yang akan disampaikan.

b. Memuat masalah-masalah penting berdasarkan bidang studi tertentu.

c. Terdapat gambar, skema, diagram, dan peta yang dapat membantu

pengajaran.

d. Memudahkan guru untuk melakukan peninjauan ulang di lain hari.

e. Membantu dalam kelancaran diskusi, karena bahan ajar yang seragam.

f. Membantu siswa belajar di rumah.

g. Mengandung bahan ajar yang sistematis menurut logika tertentu.

Membebaskan guru dari kesibukan mencari bahan ajar sendiri sehingga

sebagian waktunya dapat digunakan untuk kegiatan lain.

3. Buku Teks Sebagai Sumber Belajar

Salah satu komponen penting dalam pembelajaran adalah sumber

belajar. Buku merupakan salah satu dari beberapa bentuk sumber belajar.

Buku sebagai sumber belajar adalah buku yang berisi teks tertulis yang

mengandung ilmu pengetahuan(Prastowo, 2015).

Pada dasarnya, buku teks yang baik adalah buku yang berfungsi

sebagai alat pembelajaran yang efektif, yang dapat membantu siswa dalam

belajar. Buku teks pelajaran bukan hanya merupakan buku yang dibuka atau

dibaca pada saat pembelajaran berlangsung di kelas, melainkan buku yang

juga dibaca setiap saat. Buku teks merupakan media pembelajaran yang
5

memiliki peran dominan di kelas dan menjadi bagian sentral dalam sistem

pendidikan.

Buku teks mempunyai peran penting khususnya dalam pelajaran

kimia. Peranan buku teks di kelas adalah sebagai sumber informasi,

memberi motivasi, memberi pertanyaan dan menghubungkan mata pelajaran

dengan lingkungan dan pengalaman siswa sehari-hari.

Pembelajaran dengan buku teks merupakan dua hal yang saling

melengkapi. Pembelajaran akan berlangsung secara efektif apabila

dilengkapi dengan media pembelajaran, yakni berupa buku teks pelajaran.

Menurut Ansary (2002) alasan penggunaan buku teks dalam belajar adalah

sebagai berikut:

a. Buku teks merupakan kerangka kerja yang mengatur dan menjadwalkan

waktu kegiatan program pembelajaran.

b. Di mata siswa, tidak ada buku teks berarti tidak ada tujuan.

c. Tanpa buku teks, siswa mengira bahwa mereka tidak ditangani secara

serius.

d. Dalam banyak situasi, buku teks dapat berperan sebagai silabus.

e. Buku teks menyediakan teks pengajaran dan tugas pembelajaran yang

siap pakai.

f. Buku teks merupakan cara yang paling mudah untuk menyediakan

bahan pembelajaran.

g. Siswa tidak mempunyai fokus yang jelas tanpa adanya buku teks dan

ketergantungan pada guru menjadi tinggi.


6

h. Bagi guru baru yang kurang berpengalaman, buku teks berarti

keamanan, petunjuk dan bantuan.

Berdasarkan beberapa alasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa

peranan buku teks dalam pembelajaran sangatlah penting. Buku teks dapat

menjadikan pembelajaran lebih efektif, karena pada saat pembelajaran

berlangsung fokus siswa tidak hanya kepada guru melainkan juga pada buku

teks yang dimiliki masing-masing siswa. Karena adanya buku teks dalam

pembelajaran, diharapkan siswa dapat memiliki berbagai kompetensi dan

dapat mencapai tujuan tertentu, serta dapat memperoleh informasi dan

wawasan yang lebih luas.

4. Kriteria Buku Yang Baik

Buku teks yang digunakan sebagai sarana pembelajaran haruslah

berkualitas agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Buku teks yang baik

adalah buku yang menggunakan kata-kata dan ilustrasi yang disajikan

dengan jelas, logis, kreatif serta mudah dipahami dalam mengantarkan

pengetahuan kepada siswa (Toharudin, dkk. 2011).

Adapun kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas

buku teks menurut Tarigan (2009) adalah sebagai berikut:

a. Sudut pandang (point of view)

Buku teks harus mempunyai landasan, prinsip dan sudut pandang

tertentu yang menjiwai dan melandasi buku secara keseluruhan.

b. Kejelasan konsep

Konsep-konsep yang dijelaskan dalam buku teks harus jelas dan tandas.
7

Keremang-remangan harus dihindari agar siswa mendapat kejelasan atas

berbagai uraian yang dikemukakan.

c. Relevansi dengan kurikulum

Buku teks harus relevan dengan kurikulum yang berlaku. Hal ini sesuai

dengan fungsinya sebagai media pengajaran di sekolah yang mau tidak

mau harus mengikuti berbagai ketentuan kelembagaan, termasuk di

dalamnya kurikulum.

d. Menarik minat

Penulis buku teks harus mempertimbangkan minat siswa sebagai

pemakai buku tersebut. Semakin sesuai dengan minat siswa, semakin

tinggi daya penarik buku teks tersebut.

e. Menumbuhkan motivasi

Buku teks yang baik adalah buku teks yang dapat membuat siswa

merasa ingin dan senang untuk mengerjakan tugas atau latihan-latihan

yang ada dalam buku tersebut.

f. Menstimulus aktivitas siswa

Buku teks yang baik adalah buku teks yang merangsang, menantang,

dan menggiatkan aktivitas siswa.

g. Ilustrasi

Buku teks harus disertai dengan ilustrasi yang mengena dan menarik.

Ilustrasi yang cocok pastilah memberikan daya tarik tersendiri dan

memperjelas hal yang dibicarakan.

h. Harus dapat dimengerti


8

Buku teks harus dimengerti oleh pemakainya. Aspek pemahaman harus

didahulukan. Faktor utama yang berperan disini adalah bahasa. Bahasa

buku harus sesuai dengan bahasa siswa. Kalimat-kalimatnya efektif dan

terhindar dari makna ganda.

i. Menunjang mata pelajaran yang lain

Dengan mempelajari buku teks satu mata pelajaran dapat menambah

pengetahuan bagi mata pelajaran lain.

j. Menghargai perbedaan individu

Buku teks yang baik tidak membesar-besarkan perbedaan individu

tertentu dalam kemampuan, bakat, ekonomi dan sosial budaya tidak

dipermasalahkan.

k. Memantapkan nilai-nilai

Buku teks yang baik berusaha memantapkan nilai-nilai yang berlaku

dalam masyarakat, melestarikan nilai-nilai perjuangan, dan semangat

UUD 1945, nilai luhur pancasila, sehingga siswa berusaha

melestarikannya.

Adapun komponen dan kriteria mutu (standar) buku teks pelajaran

yang disebutkan oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan

Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2007) terdiri

atas:

a. Kelayakan isi/materi yang mencakup:

1) Materi/isi sesuai dan mendukung pencapaian tujuan pendidikan

nasional.
9

2) Materi/isi tidak bertentangan dengan peraturan dan perundang-

undangan yang berlaku di Indonesia.

3) Materi/isi merupakan karya orisinal (bukan hasil plagiat), tidak

menimbulkan masalah SARA dan tidak diskriminasi gender.

4) Materi/isi memiliki kebenaran keilmuan, sesuai dengan

pengembangan ilmu yang mutakhir, sahih dan akurat.

5) Materi/isi memaksimalkan penggunaan sumber-sumber yang sesuai

dengan kondisi Indonesia.

b. Kelayakan penyajian

1) Penyajian materi/isi dilakukan secara runtut, bersistem, lugas, dan

mudah dipahami.

2) Penyajian materi/isi mengembangkan karakter, kecakapan akademik,

kreativitas, kewirausahaan, ekonomi kreatif, dan kemampuan

berinovasi.

3) Penyajian materi/isi menumbuhkan motivasi untuk mengetahui lebih

jauh.

c. Kelayakan bahasa

1) Bahasa yang digunakan etis, estetis, komunikatif, dan fungsional,

sesuai dengan sasaran pembaca.

2) Bahasa (ejaan, tanda baca, kosakata, kalimat, dan paragraf) sesuai

dengan kaidah dan istilah yang digunakan baku.


10

d. Kelayakan kegrafikan
11

Tata letak unsur grafik estetis, dinamis, dan menarik serta menggunakan ilustrasi

yang memperjelas pemahaman materi/isi buku

5. Kriteria Analisis Buku Teks

Penilaian buku teks mengacu pada peraturan perundang-undangan yaitu

UU No. 2/1989 pasal 45 yang berbunyi, “secara berkala dan berkelanjutan

pemerintah melakukan penilaian terhadap kurikulum serta sarana dan

prasarana pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan keadaan.

Dalam menganalisis sebuah buku teks, diperlukan acuan sebagai berikut:

a. Kurikulum yang berlaku

b. Karakteristik mata pelajaran (ilmu yang relevan)

c. Hubungan antara kurikulum, mata pelajaran dan buku teks

d. Dasar-dasar penyusunan buku teks

e. Kualitas buku teks (Tarigan, 2009).

B. Literasi Sains

1. Pengertian Literasi Sains

Istilah literasi sains telah digunakan lebih dari beberapa tahun yang lalu,

meskipun tidak selalu dengan makna yang sama (Holbrook & Rannikmae,

2009). Literasi sains (science literacy) berasal dari gabungan dua kata Latin,

yaitu literatus, yang berarti ditandai dengan huruf, melek huruf, atau

berpendidikan dan scientia, yang berarti memiliki pengetahuan. Menurut Paul

de Hart Hurt, orang yang pertama kali menggunakan istilah literasi sains

mengartikan science literacy sebagai tindakan memahami sains dan

mengaplikasikannya bagi kebutuhan masyarakat (Toharudin, dkk. 2011).


12

Dalam Oxford Dictionary makna kata literacy adalah the ability to write and

read (Hornby, 2003). Secara sederhana literasi sains adalah perpaduan konsep,

sejarah, dan filosofi yang membantu seseorang dalam memahami

permasalahan ilmiah (Hazen, 2009). Menurut Abidin dkk (2021) hal ini sejalan

dengan hakikat sains itu sendiri.

Dewan Riset Nasional (National Research Council) mendefinisikan

bahwa “science literacy is knowledge and understanding of scientific concept

and process required for personal decision-making, participation in civic and

cultural affairs, and economic productivity” (King, 2002). Literasi sains adalah

pengetahuan dan pemahaman konsep ilmiah dan proses yang diperlukan untuk

membuat keputusan pribadi, partisipasi dalam masyarakat dan urusan budaya,

serta produktivitas ekonomi. Sedangkan The American Association for the

Advancement of Science mengemukakan literasi sains yaitu penggunaan

kebiasaan pikiran dan pengetahuan sains, matematika dan teknologi yang telah

mereka (siswa) peroleh untuk memikirkan dan membuat pengertian dari

beberapa gagasan, tuntutan, dan peristiwa yang mereka hadapi dalam

kehidupan sehari-hari (King, 2002).

PISA (Programme of International Student Assessment) mendefinisikan

literasi sains sebagai kapasitas seseorang untuk menggunakan pengetahuan

ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan, dan untuk menarik

kesimpulan berdasarkan bukti-bukti ilmiah agar dapat memahami dan

membantu membuat keputusan tentang alam serta perubahan yang dilakukan

terhadap alam melalui aktivitas manusia (OECD, 2003).


13

Menurut Miller (1983) literasi sains didefinisikan sebagai kemampuan

membaca dan menulis tentang sains dan teknologi; dari bacaan sederhana

hingga karya tulis ilmiah. Menurut Firman (dalam Hayat dan Yusuf, 2011)

literasi sains dahulu hanya diartikan sebagai kemampuan baca, tulis dan hitung,

yakni kemampuan pokok yang diperlukan orang dewasa untuk

memberdayakan pribadi, memperoleh dan melaksanakan pekerjaan, serta

berpartisipasi dalam kehidupan sosial, kultural dan politik secara lebih luas.

Namun seiring dengan semakin dominannya peran sains dalam kehidupan

sehari-hari kemampuan baca, tulis dan hitung tidaklah cukup. Diperlukan

literasi sains untuk memenuhi kebutuhan pribadi, pekerjaan dan partisipasi

dalam masyarakat.

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai literasi sains tersebut dapat

disimpulkan bahwa literasi sains adalah pengetahuan dan kemampuan

seseorang memahami sains, mengkomunikasikan sains baik secara lisan

maupun tulisan serta menerapkan pengetahuan sains dan teknologi di

lingkungan untuk turut terlibat dalam hal kenegaraan, budaya dan pertumbuhan

ekonomi untuk memecahkan suatu masalah dan mengambil keputusan

berdasarkan bukti-bukti dan pertimbangan-pertimbangan sains.

Menurut National Science Teacher Association (Toharudin, dkk. 2011)

mengemukakan bahwa Seseorang yang memiliki literasi sains adalah orang

yang menggunakan konsep sains, mempunyai keterampilan proses sains untuk

dapat menilai dalam membuat keputusan sehari-hari kalau ia berhubungan


14

dengan orang lain, lingkungannya, serta memahami interaksi antara sains,

teknologi dan masyarakat, termasuk perkembangan sosial dan ekonomi.

Sedangkan menurut Poedjiadi (2010) seseorang yang memiliki literasi

sains dan teknologi adalah orang yang yang memiliki kemampuan untuk

menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep- konsep sains yang

diperoleh dalam pendidikan sesuai dengan jenjangnya, mengenal produk

teknologi yang ada di sekitarnya serta dampaknya, mampu menggunakan

produk teknologi dan memeliharanya, kreatif dalam membuat hasil teknologi

yang disederhanakan sehingga para peserta didik mampu mengambil

keputusan berdasarkan nilai dan budaya masyarakat. Seseorang yang memiliki

literasi sains menurut Shamos (1995) adalah seseorang yang bisa

berkomunikasi secara cerdas dengan seseorang yang memajukan sains dan

menerapkannya.

2. Aspek Literasi Sains menurut PISA

PISA mendefinisikan karakteristik literasi sains dalam tiga kerangka

aspek yang saling terkait untuk dapat ditransformasikan dalam bentuk

penilaian (Gambar 2.1). Konteks sains berhubungan dengan situasi kehidupan

nyata yang melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengetahuan

berhubungan dengan kemampuan memahami lingkungan berdasarkan

pengetahuan ilmiah yang meliputi pengetahuan tentang sains dan pengetahuan

tentang sains itu sendiri. Kedua aspek tersebut berkontribusi pada aspek

kompetensi ilmiah yang mencakup mengidentifikasi isu-isu ilmiah,

menjelaskan fenomena secara ilmiah dengan menerapkan pengetahuan ilmiah,


15

dan menggunakan bukti ilmiah untuk mensintesis kesimpulan.

KONTEKS
Situasi kehidupan yang melibatkan sains dan teknologi
KOMPETENSI
Mengidentifikasi permasalahan ilmiah
Menjelaskan fenomena secara ilmiah dengan menerapkan pengetahuan ilmiah
Menggunakan bukti ilmiah untuk mensintesis kesimpulan

PENGETAHUAN
Pengetahuan sains

Gambar 2.1 Hubungan konteks, pengetahuan dan kompetensi ilmiah

sebagai perangkat penyusunan dan penilaian butir soal

literasi sains (OECD, 2013).

a. Konteks
16

Konteks merupakan aspek yang penting pada penilaian literasi sains, yaitu
pertanyaan pertanyaan didesain untuk mengenali dan memahami situasi
kehidupan sehari-hari, mulai dari situasi personal, sosial, dan global.
Contohnya dalam bidang kesehatan, sumber daya alam, lingkungan dan
teknologi (OECD, 2013). Konteks literasi sains dalam PISA lebih ditekankan
pada kehidupan sehari-hari dari pada di kelas atau laboratorium (Hayat
dan Yusuf,2011).Tabel 2.1 Dimensi Konteks Berdasarkan PISA 2012 (OECD,
2013)
Personal
Ranah (pribadi, Sosial Global
keluarga, (Masyarakat) (kehidupan
Lingkup
Kelompok dunia)
sebaya)
Kesehata Pemeliharaan Pengontrolan Epidemik,
n , kesehatan, penyakit, penyebaran
kecelakaan, penyebaran penyakit
nutrisi sosial, menular
pemilihan
makanan,
kesehatan
masyarakat
Sumber Konsumsi Pemeliharaa Sumber daya
Daya bahan dan n populasi alam yang
Alam energi manusia, dapat
perorangan kualitas diperbarui
hidup, dan tidak
keselamatan, dapat
produksi dan diperbarui,
distribusi sumber
pangan, energi,
persediaan pertumbuhan
energi populasi,
pelestarian
spesies
Lingkung Perilaku Distribusi Biodiversitas
an ramah populasi, , ketahanan
lingkungan, pembuangan ekologi,
penggunaan limbah, pengontrolan
dan dampak polusi,
pembuangan lingkungan, produksi dan
material cuaca lokal kehilangan
lahan
Bahaya Pengaruh Perubahan Perubahan
17

dan alam dan mendadak iklim,


ancama manusia, (gempa bumi, pengaruh
n keputusan cuaca buruk), peperangan
mendirikan perubahan era modern
perumahan lambat dan
progresif
(erosi,
sedimentasi),
pengukuran
resiko
Batasan Ketertarikan Temuan Kepunahan
sains dan pada baru, spesies,
teknologi penjelasan peralatan dan eksplorasi
fenomena pengolahan, antariksa,
alam, hobi rekayasa asal mula dan
berbasis genetika, struktur
sains, teknologi kehidupan
olahraga dan senjata,
rekreasi, transportasi
musik dan
teknologi
individu

b. Pengetahuan Sains

Pengetahuan sains yang dinilai PISA (Programme of International

Student Assessment) mengacu kepada pengetahuan sains dan pengetahuan

tentang sains itu sendiri. Tiap butir soal hanya mencakup satu dari berbagai

macam kategori pada aspek kehidupan (OECD, 2013).

1) Pengetahuan sains

Pengetahuan yang akan dinilai dipilih dari bidang-bidang utama

sains tentunya, yaitu fisika, kimia, biologi, dan ilmu bumi dan

antariksa, serta teknologi yang sesuai dengan kriteria berikut:

a) Relevan dengan situasi nyata.


18

b) Pengetahuan yang dipilih menghasilkan konsep ilmiah yang penting

dan kegunaannya tahan lama.

c) Pengetahuan yang dipilih selaras dengan level perkembangan anak 15

tahun (OECD, 2013).

Tabel 2.2 Kategori Pengetahuan Sains Berdasarkan PISA

Kategori Contoh Konten


Sistem ● Struktur materi (contoh: model partikel, ikatan)
kimia ● Perubahan kimia pada benda (contoh: reaksi,
transfer energi, asam basa)
● Energi dan perubahannya (contoh: reaksi kimia,
kelestarian alam, penghematan)
Sistem ● Sel (contoh: struktur dan fungsi, DNA,
Kehidupa tumbuhan, dan hewan
n ● Manusia (contoh: kesehatan, gizi, sistem organ,
penyakit, reproduksi)
● Populasi (contoh: spesies, evolusi, keanekaragaman
hayati, variasi genetik)
● Ekosistem (contoh: rantai makanan, aliran
energi dan materi)
● Biosfer (contoh: fungsi ekosistem, ketahanan
ekosistem)
Sistem ● Struktur lapisan bumi (contoh: litosfer, atmosfer,
Bumi dan hidrosfer)
Antariksa ● Energi pada bumi (contoh: sumber energi, iklim
global
Perubahan pada kondisi bumi (contoh: lempeng
tektonik, siklus geokimia, kekuatan yang
bersifat konstruktif dan destruktif)
● Sejarah bumi (contoh: fosil, evolusi)
● Bumi dengan antariksa (contoh: gravitasi, tata surya)
19

Sistem ● Peranan sains berbasis teknologi (contoh:


Teknolog pemecahan masalah, membantu manusia
i mewujudkan kebutuhan dan keinginan,
merancang, dan melakukan investigasi)
● Hubungan antara sains dan teknologi (contoh:
kontribusi teknologi bagi kemajuan sains)
● Konsep-konsep dalam teknologi (contoh:
perdagangan, biaya, resiko, keuntungan)
● Prinsip-prinsip penting (contoh: kriteria,
batasan, inovasi, penemuan)

2) Pengetahuan tentang sains

Pengetahuan tentang sains adalah pengetahuan mengenai metode dan

tujuan sains. Metode sains dilakukan dengan penyelidikan ilmiah (metode

ilmiah), sedangkan tujuan sains adalah produk atau hasilnya yang berupa

pemaparan ilmiah. Tabel 2.3 menyajikan kategori pengetahuan tentang sains

berdasarkan PISA (OECD, 2013).

Tabel 2.3 Kategori PISA pada Pengetahuan tentang Sains

Kategori Contoh Konten


Penyelidik ● Asal mula (keingintahuan, pertanyaan ilmiah)
an Ilmiah ● Tujuan (menghasilkan bukti untuk menjawab
pertanyaan ilmiah, pemikiran terkini / model-
model / teori yang mengarahkan penyelidikan)
● Eksperimen (perbedaan pertanyaan memberikan
perbedaan investigasi ilmiah, desain eksperimen)
● Tipe data (kuantitatif, kualitatif)
● Karakteristik hasil (empiris, bersifat
sementara, dapat diuji)
Pemaparan ● Tipe pemaparan ilmiah (hipotesis, teori, model,
Ilmiah hukum)
● Pembentukan (perwakilan data, peran
pengetahuan yang ada dan bukti baru, kreativitas
20

dan imajinasi, logika)


● Peraturan (harus secara logis, konsisten,
berdasarkan bukti, pengetahuan yang lalu dan yang
sekarang berlaku)
● Hasil (menghasilkan pengetahuan yang baru, metode
baru, teknologi baru, mengarahkan pada pertanyaan
dan investigasi baru)

c. Kompetensi Ilmiah

Penilaian literasi sains PISA memberikan prioritas pada beberapa

kompetensi. Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan tugas

yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap

kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut (Zulfiani, dkk. 2009). Kompetensi

yang dinilai tersebut meliputi kemampuan mengidentifikasi permasalahan

berbasis sains, mendeskripsikan, menjelaskan, atau memprediksi fenomena

berdasarkan pengetahuan ilmiah; dan menafsirkan bukti dan kesimpulan serta

menggunakannya untuk membuat dan mengkomunikasikan keputusan (OECD,

2013).

Tabel 2.4 Kompetensi Ilmiah PISA

Mengidentifikasi isu-isu ilmiah


● Mengenali isu-isu yang mungkin diteliti secara ilmiah
● Mengidentifikasi kata kunci untuk mencari informasi ilmiah
● Mengenali ciri-ciri pokok penelitian ilmiah
Menjelaskan/memprediksi suatu fenomena secara ilmiah
● Menggunakan pengetahuan sains pada situasi yang ada
● Memprediksi atau menginterpretasikan fenomena secara
ilmiah dan memprediksi perubahan
● Mengidentifikasi penggambaran, pemaparan, dan prediksi yang
tepat
Menggunakan bukti-bukti ilmiah
● Menginterpretasikan bukti-bukti ilmiah serta membuat dan
21

mengkomunikasikan kesimpulan
● Mengidentifikasi asumsi dan bukti serta memberi alasan pada
sebuah keputusan
● Memikirkan implikasi sains dan perkembangan teknologi
terhadap masyarakat

3. Kriteria Buku Ajar Berbasis Literasi Sains

Chiappetta, Sethna, & Fillman (1991) dalam A Quantitative Analysis of

High School Chemistry Textbooks for Scientific Literacy Themes and

Ekspository Learning Aids menyebutkan beberapa kategori untuk menganalisis

buku pelajaran sains sebagai berikut:

a. Pengetahuan Sains (the knowledge of science)

Materi pada buku teks yang dianalisis yang termasuk dalam kategori ini

menyajikan fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum,

hipotesis-hipotesis, teori-teori dan model-model serta meminta siswa untuk

mengingat pengetahuan atau informasi.

1) Menyajikan fakta, konsep, prinsip, dan hukum

a) Fakta

Secara verbal fakta adalah sesuatu yang ada, terjadi dan dapat

dilihat atau diamati (KBBI, 2008). Fakta adalah pengetahuan yang

didalamnya mengandung informasi tentang nama-nama objek,

peristiwa, lambang (atom), nama spesies, nama organ (lambung dan

usus) Zulfiani, dkk (2009) . Sedangkan menurut sanjaya (2011), fakta

merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan data-data spesifik


22

(tunggal) baik yang telah maupun yang sedang terjadi yang dapat diuji

atau diobservasi. Contoh fakta dalam sains: ikan disebut juga

golongan pisces (Zulfiani, dkk., 2009).

a) Konsep

Konsep merupakan suatu ide atau gagasan yang digeneralisasikan

dari pengalaman yang relevan (KBBI, 2008). Definisi lain

menjelaskan bahwa konsep adalah berupa pengertian dari objek,

proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang timbul dari hasil

pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat dan lain

sebagainya (Komalasari, 2013).

Contoh produk sains yang merupakan konsep yaitu: air adalah zat

yang molekulnya tersusun atas dua atom hidrogen dan satu atom

oksigen, satelit adalah benda angkasa yang mengelilingi planet.

b) Prinsip

Hubungan antara dua atau lebih konsep yang sudah teruji secara

empiris dinamakan generalisasi yang selanjutnya dapat ditarik ke

dalam prinsip (Sanjaya, 2011). Menurut Suriasumantri (2005) prinsip

diartikan sebagai pernyataan yang berlaku secara umum bagi

sekelompok gejala-gejala tertentu, yang mampu menjelaskan kejadian

yang terjadi, umpamanya saja hukum sebab akibat sebuah gejala.

Prinsip juga merupakan suatu dalil, rumus, adagium, postulat,

teorema, atau hubungan antar konsep yang saling menggambarkan

“jika.. maka..”. Contoh: jika logam dipanasi maka akan memuai


23

(Zulfiani, dkk., 2009).

c) Hukum

Hukum adalah suatu pernyataan yang menyatakan hubungan

sebab akibat antara dua variabel atau lebih yang saling berkaitan

(Suriasumantri, 2005). Hukum dihasilkan dari menunjukkan validitas

yang tinggi. Maka, suatu teori dapat berubah menjadi hukum jika

tingkat kebenarannya dari data yang didapatkan dari hasil penelitian

itu sangat tinggi. Contoh: hukum gravitasi (Jasin ,2002).

2) Menyajikan hipotesis, teori, dan model

a) Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap

permasalahan yang kita hadapi (Suriasumantri, 2005). Untuk

membuktikan apakah dugaan ini benar atau tidak, diperlukan fakta

atau data. Jika tidak ada data yang mendukung hipotesis tersebut,

maka perlu disusun sebuah hipotesis baru (Jasin, 2002). Sedangkan

Good dan Scates (dalam Nazir 2014) menyatakan bahwa hipotesis

adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima

untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta atau kondisi-

kondisi yang diamati dan digunakan sebagai petunjuk untuk penelitian

selanjutnya.

b) Teori
24

Teori adalah generalisasi prinsip-prinsip yang berkaitan dan dapat

digunakan untuk menjelaskan gejala- gejala alam yang berkembang

dari aturan-aturan hukum, dan dapat memprediksi tentang hal-hal

yang terjadi selanjutnya (Zulfiani,dkk. 2009). Contoh: teori mekanika

Newton (Suriasumantri, 2005).

c) Model

Model merupakan pola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari sesuatu

yang dapat dibuat atau dihasilkan (Qodratillah, 2011). Contoh: model

atom Bohr. Meminta siswa untuk mengingat pengetahuan atau

informasi.

b. Sains sebagai cara untuk menyelidiki (the investigative nature of

science)

Kategori ini dimaksudkan untuk merangsang siswa untuk berpikir

dan melakukan sesuatu dengan menugaskan siswa untuk “menyelidiki

(mencari tahu)”. Yang dimaksudkan dengan menyelidiki di sini yaitu

pembelajaran yang melibatkan siswa dengan metode-metode dan proses-

proses dalam sebuah ilmu pengetahuan, seperti mengamati,

mengidentifikasi, membuat kesimpulan, menghitung, melakukan

eksperimen, dan sebagainya. Indikator kategori ini adalah:

1) Mengharuskan siswa untuk menjawab melalui penggunaan materi.

2) Mengharuskan siswa untuk menjawab pertanyaan melalui penggunaan

grafik-grafik, tabel-tabel, dan lain-lain.

3) Mengharuskan siswa untuk membuat perhitungan.


25

4) Mengharuskan siswa untuk memberikan alasan dari suatu jawaban.

5) Melibatkan siswa dalam eksperimen atau aktivitas berpikir.

c. Sains sebagai cara berpikir (science as a way of thinking)

Sains merupakan aktivitas manusia yang dicirikan oleh adanya

proses berpikir yang terjadi di dalam pikiran siapapun yang terlibat di

dalamnya. Kategori ini menggambarkan pemikiran, pertimbangan, dan

refleksi, dimana siswa diberi informasi mengenai bagaimana ilmuwan

bekerja. Indikator dalam kategori ini adalah sebagai berikut:

1) Menggambarkan bagaimana ilmuwan melakukan eksperimen.

2) Menunjukkan perkembangan sejarah dari sebuah ide.

3) Menekankan sifat empiris dan objektivitas ilmu sains.

4) Mengilustrasikan dengan menggunakan asumsi.

5) Menunjukkan bagaimana ilmu sains berjalan dengan pertimbangan

induktif dan deduktif.

6) Memberikan hubungan sebab akibat.

7) Mendiskusikan fakta dan bukti.

8) Menyajikan metode ilmiah dan pemecahan masalah.

d. Interaksi sains, teknologi, dan masyarakat (Interaction of science,

technology, and society)

Kategori ini dimaksudkan untuk memberi gambaran tentang

pengaruh atau dampak-dampak ilmu sains terhadap masyarakat, baik

dampak baik maupun buruk. Pada kategori ini, siswa hanya menerima

informasi tanpa mengharuskan siswa untuk menyelidiki. Indikator dari


26

kategori ini adalah:

1) Menggambarkan kegunaan ilmu sains dan teknologi bagi

masyarakat.

2) Menunjukkan efek negatif dari ilmu sains dan teknologi bagi

masyarakat.

3) Mendiskusikan masalah-masalah sosial yang berkaitan dengan ilmu

sains atau teknologi.

4) Menyebutkan karir-karir dan pekerjaan-pekerjaan di bidang ilmu

teknologi.

Unsur-unsur teks yang akan dianalisis antara lain paragraf,

pertanyaan, gambar, tabel beserta keterangannya, komentar singkat dan

lengkap, serta langkah-langkah dalam aktivitas laboratorium. Sedangkan

halaman yang tidak dianalisis dalam buku sains yang kurang dari dua unit

analisis dan hanya berisi review pertanyaan, kosakata, tujuan dan

pernyataan objektif. Jika ada paragraf yang tidak lengkap, maka paragraf

tersebut dianalisis dari awal, yaitu dengan melihat halaman sebelumnya

atau sesudahnya (Wilkinson, 1999).

C. Kurikulum Merdeka

1. Pengertian Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran

intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta

didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan

kompetensi. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar


27

sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat

peserta didik (kemendikbud, 2022)

Menteri Pendidikan dan Kebudayan dalam pidatonya memperingati Hari

Guru Nasional (Direktorat Jenderal Pendidikan dan Tenaga Kependidikan,

2019) menjelaskan konsep “Merdeka Belajar”, yang merupakan kebebasan

berpikir dan kebebasan berinovasi. Esensi utama kemerdekaan berpikir, yaitu

berada pada pendidik. Tanpa terjadi pada pendidik, maka tidak mungkin terjadi

pada murid. Selama ini, murid belajar di dalam kelas, di tahun-tahun

mendatang murid dapat belajar di luar kelas atau outing class sehingga murid

dapat berdiskusi dengan guru tidak hanya mendengarkan ceramah dari guru,

namun mendorong siswa menjadi lebih berani tampil di depan umum, cerdik

dalam bergaul, kreatif, dan inovatif. Merdeka belajar memfokuskan pada

kebebasan untuk belajar dengan mandiri dan kreatif. Guru juga diharapkan

menjadi penggerak untuk mengambil tindakan yang muaranya memberikan hal

yang terbaik untuk peserta didik, serta guru diharapkan mengutamakan murid

di atas kepentingan karirnya (Ainia, 2020).

2. Karakteristik Merdeka Belajar

Sebagai bagian dari upaya pemulihan pembelajaran, Kurikulum

Merdeka (yang sebelumnya disebut sebagai kurikulum prototipe)

dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus

berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter dan kompetensi

peserta didik. Karakteristik utama dari kurikulum ini yang mendukung

pemulihan pembelajaran adalah:


28

a. Pembelajaran berbasis proyek untuk pengembangan soft skills dan karakter

sesuai profil pelajar Pancasila

b. Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran

yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.

c. Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi

sesuai dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian

dengan konteks dan muatan lokal.

3. Keunggulan Kurikulum Merdeka

Beberapa keunggulan kurikulum merdeka sebagai berikut (Kemendikbud,

2022):

a. Lebih sederhana dan mendalam

Fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta

didik pada fasenya. Belajar menjadi lebih mendalam, bermakna, tidak

terburu-buru dan menyenangkan.

b. Lebih Merdeka

Bagi peserta didik sudah tidak ada program peminatan di SMA, peserta

didik memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya. Guru

mengajar sesuai tahap capaian dan perkembangan peserta didik. Sekolah

juga memiliki wewenang untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum


29

dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan peserta

didik.

c. Lebih Relevan dan Interaktif

Pembelajaran melalui kegiatan proyek memberikan kesempatan lebih

luas kepada peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual

misalnya isu lingkungan, kesehatan, dan lainnya untuk mendukung

pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila.

4. Implementasi Kurikulum Merdeka

Implementasi perubahan kebijakan pendidikan, termasuk kurikulum,

adalah suatu proses yang kompleks. Perancang kebijakan perlu memperhatikan

kompleksitas karena keberhasilan suatu kurikulum tidak hanya ditentukan oleh

desain kurikulum tersebut tetapi juga oleh pengelolaan perubahan (change

management) serta strategi yang digunakan untuk mendukung satuan

pendidikan dan pendidik mengimplementasikannya (Anggraena, dkk.2022).

Menurut Stephen Ball dan rekan-rekan (2012), perubahan-perubahan kebijakan

termasuk kurikulum seringkali tidak menghasilkan perubahan nyata di ruang-

ruang kelas di satuan pendidikan karena pembuat kebijakan tidak

memperhatikan kompleksitas implementasinya di tingkat lokal, yaitu di tingkat

daerah, satuan pendidikan, dan di kelas.

Kurikulum Merdeka tidak dilaksanakan secara serentak dan masif, hal ini

sesuai kebijakan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan

Teknologi (Kemendikburistek) yang memberikan keleluasaan kepada satuan

pendidikan dalam mengimplementasikan kurikulum. Beberapa program yang


30

mendukung Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) adalah adanya program

Sekolah Penggerak (SP) dan Sekolah Menengah Kejuruan Pusat Keunggulan

(SMK-PK) dimana Kemendikburistek pada program tersebut memberikan

dukungan dalam Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) dari dua kegiatan

tersebut didapatkan pengalaman yang baik dalam mengimplementasikan KM

sehingga menjadi praktik baik dan konten pembelajaran dari IKM pada

SP/SMK-PK teridentifikasi dengan baik dan dapat menjadi pembelajaran bagi

satuan pendidikan lainnya.

Penyediaan dukungan IKM yang diberikan oleh Kemendikburistek

adalah bagaimana kemendikbudristek memberikan dukungan pembelajaran

IKM secara mandiri dan dukungan pendataan IKM jalur mandiri, dari

dukungan tersebut akan mendapatkan calon satuan pendidikan yang terdata

berminat dan akan memperoleh pendampingan pembelajaran untuk

mengimplementasikan Kurikulum Merdeka jalur mandiri, sehingga Guru,

Kepala Sekolah dan Pengawas dapat mengadakan kegiatan berbagi praktik

baik Kurikulum Merdeka dalam bentuk seminar maupun lokakarya secara

mandiri.

Hasil pendataan yang dilakukan oleh Kemendikburistek memperoleh

data kesiapan satuan pendidikan dalam mengimplementasikan Kurikulum

Merdeka jalur mandiri, satuan pendidikan akan memperoleh dukungan yang

baik dari kemendikbudristek dalam menjalankan IKM jalur mandiri. Praktik-

praktik baik dan konten pembelajaran dari Kurikulum Merdeka jalur mandiri

teridentifikasi dengan jelas sehingga menjadi fokus pada pendampingan oleh


31

kemendikbudristek. SP/SMK-PK yang telah mengimplementasikan Kurikulum

Merdeka dapat saling memberikan praktik baik dan pembelajaran, saling

berbagi praktik baik sehingga terbentuk jejaring dukungan antar guru dan

tenaga kependidikan untuk berbagi konten pembelajaran dan praktik baik

Kurikulum Merdeka secara luas, komunitas yang berkembang mendukung

ekosistem yang siap menerapkan Kurikulum Merdeka secara nasional pada

tahun 2024 yang secara masif.

D. Kerangka Berpikir

Perkembangan zaman semakin membuat masyarakat sadar akan pentingnya

sains dan teknologi yang dapat membantu kelancaran aktivitas dalam kehidupan

sehari-hari. Untuk memupuk ilmu sains dan teknologi dapat dilakukan di mana

saja, salah satunya di sekolah. Untuk membantu kemajuan sains sendiri dapat

melalui penggunaan konten literasi sains dalam pendidikan sains.

Kemampuan literasi sains sangat penting karena berhubungan dengan

keterampilan proses sains peserta didik untuk memecahkan sebuah masalah.

Peserta didik dapat melakukan itu semua dengan menemukan jawaban,

mengumpulkan data, membangun sebab akibat, membuat kesimpulan,

menafsirkan dan menemukan alternatif jawaban. Kenyataan yang ada,

kemampuan literasi sains peserta didik Indonesia masih rendah. Salah satu faktor
32

yang mempengaruhi rendahnya literasi sains peserta didik di Indonesia adalah

kualitas bahan ajar. Salah satu bahan ajar penunjang kegiatan pembelajaran yang

memegang peranan penting adalah buku. Untuk itu, penelitian mengenai analisis

buku teks sangat diperlukan agar kedepannya buku teks dapat sepenuhnya

membantu peserta didik meningkatkan kemampuan literasi sainsnya sesuai

kebutuhannya di masa depan.

Pengetahuan
LiterasiPandemi
Sains
Sains
yang terdapat dalam
Pendidikan Buku
PTM
Literasi
Hakikat Teks
Terbatas
Sains
Sains Kimia Kurikulum Merdeka Belajar
Sains sebagaiInteraksi
cara berpikir
antara sains, teknologi
Learning Loss dan masyarakat.

Analisis Buku Teks Kimia Berdasarkan Indikator Literasi Sains

Literasi Peserta Didik Indonesia Masih Dalam Kategori Rendah

Hasil Analsisis Data

Gambar 2.2 Bagan Alur Kerangka Pikir


33

Penelitian dilakukan dengan menganalisis buku teks IPA berdasarkan

indikator literasi sains. Buku teks yang dianalisis merupakan buku teks IPA

yang memuat materi kimia, fisika, dan biologi sesuai dengan kurikulum

merdeka. Peneliti hanya akan menganalisa materi kimia dalam buku teks

tersebut.

Anda mungkin juga menyukai