Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Buku Teks
1. Pengertian Buku Teks
Sumber belajar merupakan komponen sistem instruksional yang meliputi
pesan, orang, bahan, teknik dan lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil
belajar siswa. Sementara itu, sebagian besar guru biologi menggunakan buku
sebagai acuan dalam kegiatan proses belajar mengajar. Buku merupakan kunci
kearah gudang ilmu pengetahuan dimana dari sebuah buku seseorang dapat
memepelajari berbagai ilmu pengetahuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa buku
pelajaran bersifat dominan sebagai sumber belajar karena buku tersebut dijadikan
acuan utama oleh siswa dalam proses belajar. Menurut Prastowo (2011)
menyatakan bahwa buku merupakan komponen penting dalam sebuah proses
pembelajaran. Buku teks adalah bahan pengajaran yang paling banyak digunakan
diantara semua bahan pengajaran lainnya. Buku teks pelajaran selain berfungsi
untuk mendukung guru saat melakukan pembelajaran juga merupakan alat bantu
bagi siswa dalam menerima materi pelajaran dari guru. Saat ini buku teks
digunakan sebagai bahan utama pada setiap level sekolah (Toharudin et al, 2011).
Buku teks atau buku pelajaran didefinisikan sebagai buku yang digunakan
dalam pembelajaran yang berisi tentang penjelasan mengenai mata pelajaran atau
bidang studi tertentu dan tersusun secara sistematis berdasarkan tujuan tertentu,
orientasi pembelajaran, dan perkembangan siswa (Muslich, 2010). Sedangkan
dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 2 Tahun
2008 Pasal 1 tentang buku teks pelajaran, dijelaskan bahwa: Buku teks adalah
buku acuan wajib untuk digunakan di satuan pendidikan dasar dan menengah atau
perguruan tinggi yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan
keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, dan kepribadian, penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi, peningkatan kepekaan dan estetis, peningkatan
kemampuan kinestetis dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional
pendidikan. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa buku teks
merupakan alat bantu dalam kegiatan pembelajaran. Buku teks menjadi acuan
yang digunakan dalam setiap satuan pendidikan sebagai bahan pembelajaran yang
tidak digunakan hanya dikelas saja.
Buku teks membantu siswa meningkatkan kemampuan literasi sainsnya,
oleh karena itu buku teks sains juga harus dipadukan dengan keterampilan literasi
sains. Buku teks adalah sumber dari pembelajaran yang potensial, seperti halnya
siswa yang belajar dari buku dan prakteknya diwadahi dari apa yang ada di
sekolah (guru, teman sebaya, mentor dan penugasan). Buku teks memiliki banyak
kegunaan dan fungsi, untuk memenuhi masing-masing fungsi, buku teks harus
menunjukkan karakteristik tertentu. Kehadiran karakteristik ini menunjukkan
bahwa buku efektif dalam mendukung siswa dan guru dalam pembelajaran.
2. Karakteristik Buku
Menurut BSNP (2006) buku teks harus memenuhi kriteria penilaian dari
aspek isi, kebahasaan, penyajian dan kegrafikan. Buku teks sains sebagai salah
satu dari buku teks juga harus memiliki aspek tersebut. Aspek isi buku teks sains
yang berkaitan dengan kedalaman dan keluasan dalam materi sains, akurasi materi
berkaitan dengan konsep, fakta, teori, hukum dan metode, kemutakhiran,
mengandung wawasan produktivitas, merangsang keingintahuan, mengembangkan
life skills, sense of diversity, dan wawasan kontekstual. Aspek isi materi begitu
penting terutama dalam sains karena jika terjadi salah konsep maka akan
menimbulkan miskonsepsi pada diri siswa yang kesalahan tersebut dapat
mengendap seumur hidup (Adisendjaja, 2012). Isi materi juga harus uptodate
dengan perkembangan ilmu saat ini serta menyampaikan hakikat sains dan proses
sains. Aspek kebahasaan berkaitan dengan tata tulis atau penulisan teks. Bahasa
yang digunakan harus sesuai dengan tingkat pemahaman dan perkembangan siswa,
komunikatif, dialog interaktif, dan lugas. Koherensi dan kerunutan alur pikir,
sesuai kaidah bahasa Indonesia yang baku dan benar, dan penggunaan istilah &
simbol atau lambang. Tingkat perkembangan siswa mempengaruhi tingkat
pemahaman siswa terutama dalam belajar sains (Halsey dan Elliot, 2007).
Aspek penyajian dan kegrafikan berkaitan dengan teknik penyajian yang
berkaitan dengan kerunutan dan sistematika penyajian konsep dan materi,
pendukung penyajian yang berupa ilustrasi, gambar, diagram atau bagan sains
yang benar, dan penyajian pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan
dapat merangsang umpan balik siswa serta mengajak siswa aktif dalam
pembelajaran sains. Karakteristik buku teks sains terutama biologi selain itu
menurut Syamsuri et al (2007) buku harus memperhatikan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang ditetukan pemerintah, membantu siswa belajar mandiri
serta melakukan kegiatan praktikum sederhana dan meningkatkan hasil belajar
siswa baik aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
3. Tujuan Penyusunan Buku Teks
Terdapat empat poin yang menjadi tujuan penyusunan buku teks, yaitu:
a. Memudahkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran serta
memberikan tugas kepada siswa.
b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengulangi pelajaran atau
mempelajari pelajaran baru.
c. Menyajikan materi pembelajaran yang menarik bagi peserta didik.
d. Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap
materi yang diberikan.
e. Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi
dengan materi yang diberikan (Prastowo, 2011).
4. Fungsi Buku Teks
Adapun fungsi dari buku teks yaitu sebagai berikut:
a. Sebagai sarana pengembangan dan pelaksanaan bahan dan program yang
tertuang dalam kurikulum pendidikan.
b. Sebagai sarana utama bagi guru dalam melaksanakan tugas akademiknya
sebagai pendidik.
c. Sebagai sarana yang dijadikan wadah bagi ilmu pengetahuan yang dapat
dihimpun menjadi satu kesatuan yang selalu tersedia secara permanent.
d. Sebagai sarana yang penting dan ampuh bagi penyediaan dan pemenuhan
pengalaman tak langsung dalam jumlah besar dan terorganisir.
e. Sebagai sarana/instrument yang paling baik dan ampuh dan baik dalam proses
pembelajaran.
f. Sebagai sarana yang menyediakan suatu sumber yang teratur dan bertahap.
g. Sebagai sarana yang menyajikan sumber bahan evaluasi dan remedial pada
hasil belajar siswa.
h. Sebagai sarana yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran secara
maksimal pada peserta didiknya.
i. Sebagai sarana peningkatan efisiensi dan efektivitas kegiatan pembelajaran
antara siswa dan guru.
j. Sebagai bahan referensi atau bahan rujukan untuk peserta didik.
k. Sebagai salah satu penentu metode atau teknik pengajaran yang akan
digunakan pendidik.
l. Sebagai sarana peningkatan karier dan jabatan.
m. Sebagai bahan bagi guru dalam penilaian evaluasi hasil belajar pada siswa
(Tarigan, 2009).
5. Kelebihan dan Kekurangan Buku Teks Pelajaran
a. Kelebihan Buku Teks
Kelebihan dari bahan ajar cetak (Buku Teks) ini memiliki harga yang
relatif lebih terjangkau dan mudah dalam penggunaannya dalam artian tidak
membutuhan peralatan pendukung khusus serta mampu menyajikan materi
secara lebih luwes dalam pengertian lebih mudah digunakan baik bagi guru
mapun siswanya dengan memiliki segi kepraktisan tersendiri dengan mudah
dibawa dan dipindahkan.
b. Kekurangan Buku Teks
Kelemahan dan kekurangan dari bahan ajar cetak berupa buku teks jika
dalam penyusunananya kurang dirancang dengan baik maka buku tersebut
dapat dikatakan membosankan.
6. Pentingnya Buku Teks Bagi Kegiatan Pembelajaran
Buku teks memegang peranan penting sebagai bahan ajar utama dalam
proses belajar mengajar, hal ini terlihat di berbagai institusi pendidikan mulai dari
tingkat dasar hingga perguruan tinggi, pada prinsipnya masih menggunakan buku
teks sebagai bahan ajar utamanya. Keberadaan buku ajar masih menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran di berbagai institusi pendidikan
(Prastowo, 2011).
Buku teks yang ada lebih menekankan pada dimensi isi daripada dimensi
proses dan konteks yang disyaratkan oleh PISA yang diyakini akan menurunkan
tingkat literasi sains pada anak Indonesia (Firman, 2007). Dengan pemilihan buku
ajar yang tepat diharapkan pemahaman IPA semakin meningkat yang pada
akhirnya dapat meningkatkan literasi sains siswa, agar dapat memilih buku teks
yang baik maka diperlukan suatu metode analisis buku yang melibatkan aspek
literasi sains yaitu isi, proses dan lingkungan. Kurikulum Biologi merupakan
bagian dari kurikulum IPA, sehingga buku yang digunakan dalam pembelajaran di
sekolah harus mengutip isi buku yang memiliki standar yang memungkinkan siswa
memiliki literasi sains. Dengan pendekatan konten yang berbobot dalam materi
pelajaran kemampuan para siswa dalam memahami dan mengaplikasikan sains
biologi akan meningkat, mengingat biologi adalah pelajaran yang harus diikuti
oleh siswa SMP maupun SMA.
Buku teks pelajaran bukan hanya merupakan buku yang dibuka atau dibaca
saat pembelajaran berlangsung dikelas saja, melainkan buku teks juga bisa dibaca
setiap saat. Buku teks merupakan media pembelajaran yang memiliki peran
dominan dikelas. Buku teks mempunyai peran penting khususnya dalam pelajaran
biologi. Peranan buku teks dikelas adalah sebagai sumber informasi, memberi
motivasi, memberi pertanyaan dan menghubungkan mata pelajaran dengan
lingkungan dan pengalaman siswa sehari-hari. Pembelajaran dengan buku teks
merupakan dua hal yang saling melengkapi. Pembelajaran dakan berlangsung
secara efektif apabila dilengkapi dengan media pembelajaran, yakni berupa buku
teks pelajaran.
7. Kriteria Analisis Buku Teks
Menurut Tarigan (2009) penilaian buku teks mengacu pada peraturan
perundang-undangan yaitu UU No. 2/1989 pasal 45 yang berbunyi “Secara berkala
dan berkelanjutan pemerintah melakukan penilaian terhadap kurikulum serta
sarana dan prasarana pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
keadaan.
Dalam menganalisis sebuah buku teks, diperlukan acuan sebagai berikut:
a. Kurikulum yang berlaku
b. Karakteristik mata pelajaran (ilmu yang relevan)
c. Hubungan antara kurikulum, mata pelajaran dan buku teks
d. Dasar-dasar penyusunan buku teks
e. Kualitas buku teks

B. Literasi Sains
Literasi sains (Science literacy) berasal dari kata latin yaitu literatus yang
artinya huruf, melek huruf atau berpendidikan dan scientia yang artinya memiliki
pengetahuan. Secara harfiah literasi berasal dari kata literacy yang berarti melek huruf
atau gerakan pemberantasan buta huruf (Echols & Shadily, 1990). Sedangkan istilah
sains berasal dari bahasa Inggris Science yang berarti ilmu pengetahuan. Sains
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains
bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-
konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan
(Depdiknas dalam Mahyuddin, 2007). Searah dengan definisi OECD (2003), literasi
sains merupakan pengetahuan yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah,
memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, dan menarik
kesimpulan berdasarkan bukti yang diperoleh. Untuk membentuk kemampuan literasi
tersebut, yaitu melalui pendidikan khususnya melalui sains (IPA), dengan kata lain
kemampuan literasi sains merupakan hasil belajar yang diperoleh dari proses
pembelajaran sains (Endang et al, 2019).
Pendidikan sains saat ini diarahkan untuk mempersiapkan siswa agar sukses
hidup di abad 21. Salah satu keterampilan yang diperlukan dalam abad 21 adalah
literasi sains (Liu, 2009). Literasi sains merupakan keterampilan untuk hidup di era
abad 21 dimana pengetahuan ilmiah menjadi landasan dalam kehidupan sehari-hari.
Kemampuan literasi sains merupakan kemampuan berpikir secara ilmiah dan kritis dan
menggunakan pengetahuan ilmiah untuk mengembangkan keterampilan membuat
keputusan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan
masyarakat saat ini menuntut masyarakat untuk bekerja lebih keras lagi untuk
beradaptasi dengan segala aspek kehidupan. Pendidikan IPA berperan strategis dalam
mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi era
globalisasi. Apabila pendidikan sains dapat menghasilkan peserta didik yang
berkompeten di bidangnya masing-masing, dan berhasil menumbuhkan berpikir logis,
berpikir kreatif, keterampilan memecahkan masalah, kritis, penguasaan teknologi dan
beradaptasi dengan perubahan dan perkembangan, maka potensi tersebut akan
terwujud. Proses pendidikan sains diharapkan mampu membentuk masyarakat yang
mahir dalam sains dan teknologi.
Era abad 21 menjadikan perkembangan dunia semakin cepat dan kompleks.
Perubahan tersebut pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat modern. Abad 21 juga dapat dikatakan sebagai sebuah abad yang ditandai
dengan terjadinya transformasi besar-besaran dari masyarakat agraris menuju
masyarakat industri dan berlanjut ke masyarakat berpengetahuan (Soh, Arsyad &
Osman, 2010). Di Indonesia, kesadaran tentang pentingya keterampilan abad 21 dapat
ditemukan dalam dokumen yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Standar Pendidikan
tahun 2010 yang menyatakan bahwa “Pendidikan Nasional abad XXI bertujuan untuk
mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera dan
bahagia, dengan kedudukan yang terhormat dan setara dengan bangsa lain dalam dunia
global, melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber daya manusia yang
berkualitas, yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan dan berkemampuan untuk
mewujudkan cita-cita bangsanya.” Dalam Sidi (2003), Richard Crawford menyebut
proses transformasi abad 21 sebagai Era of Human Capital suatu era di mana ilmu
pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi komunikasi berkembang sangat pesat
yang berdampak pada persaingan bebas yang begitu ketat dalam segala aspek
kehidupan manusia.
Permasalahan yang efektif digunakan dalam pembelajaran sains adalah masalah
sosial masyarakat yang berkaitan dengan sains. Masalah sosial sains menjadi penting
dalam pendidikan sains karena menempati peran sentral dalam peningkatan literasi
sains. Masalah sosial sains menyediakan situasi belajar kontektual yang berpeluang
bagi pengembangan keterampilan berargumentasi ilmiah, eksplorasi isu-isu moral,
pengembangan penalaran moral, dan kemampuan reflective judgment.
Kemampuan literasi sains secara signifikan dapat meningkatkan keterlibatan
siswa dengan ide-ide dan isu-isu mengenai ilmu pengetahuan, kemudian guru di
sekolah memiliki pemahaman yang baik mengenai suatu ilmu pengetahuan sehingga
mampu mendukung dan menampung aspirasi siswa selama keterlibatannya dalam ide-
ide dan isu-isu ilmu pengetahuan selama proses pembelajaran. Definisi mengenai
literasi sains tersebut menunjukkan bahwa kemampuan literasi sains tidak hanya
menuntut siswa memahami tentang pengetahuan IPA saja, namun siswa juga harus
mampu memahamai berbagai aspek proses sains dan kemampuan mengaplikasikan
pengetahuan IPA dalam kehidupan nyata. Tuntutan pembelajaran IPA tidak hanya
terkait pemahaman konsep, prinsip, hukum dan teori dalam IPA saja, melainkan juga
harus meningkatkan kompetensi siswa agar mampu memenuhi kebutuhannya dan
mampu mengikuti perkembangan pendidikan di masyarakat yang saat ini dipengaruhi
oleh perkembangan sains dan teknologi.
Hasil PISA Indonesia pada tahun 2018 untuk kategori kemampuan membaca
Indonesia memperoleh skor rata-rata yaitu 371 berada di peringkat ke 74 jauh di bawah
Thailand yang berada di peringkat ke 68, Malaysia berada di peringkat ke 58 sementara
Singapura berada di peringkat ke 2. Dan pada kemampuan matematika Indonesia
memiliki skor rata-rata 379 berada di peringkat ke 73 berada di bawah Thailand yang
berada di peringkat ke 58 dan Malaysia berada di peringkat ke 48, sementara Singapura
berada di peringkat ke 2. Sedangkan untuk hasil PISA pada kemampuan sains
Indonesia memiliki skor rata-rata 396 berada di peringkat ke 71 di bawah peringkat
Thailand yang berada di peringkat ke 54 dan Malaysia berada di peringkat ke 49,
sementara Singapura berada di peringkat ke 2 (PISA, 2018).
Menurut Darliana (2005) menyebutkan bahwa kelemahan pembelajaran IPA di
Indonesia yang paling utama terletak pada pengetahuan bagaimana keterampilan proses
dilaksanakan dan orientasi pembelajarannya. Kelemahan pembelajaran sains di
Indonesia terutama terletak pada lemahnya keterampilan proses. Oleh karena itu untuk
meningkatkan literasi sains baik dalam dimensi konten, konteks dan keterampilan
proses seorang guru dituntut untuk merancang dan mengembangkan pembelajaran
sains yang melatih siswa dalam mengimplementasikan keterampilan proses dalam
kehidupan sehari-hari. Sehingga dari hasil rancangan pembelajaran tersebut akan
memudahkan siswa dalam memahami literasi sains atau dengan kata lain siswa sadar
akan hakikat sains (Adisendjaja, 2012).
Sumber belajar yang ada sangatlah diperlukan untuk mencapai keberhasilan
pembelajaran yaitu berupa buku teks. Buku teks berperan penting dalam proses
pembelajaran dan di Indonesia komponen ini paling sering digunakan dalam proses
pembelajaran. Rendahnya kandungan literasi sains dalam buku diduga merupakan
penyebab rendahnya kemampuan literasi sains pada guru dan peserta didik. Literasi
sains memfokuskan pada membangun pengetahuan siswa untuk menggunakan konsep
sains secara bermakna, berfikir secara kritis dan membuat keputusan-keputusan yang
seimbang dan memadai terhadap permasalahan-permasalahan yang memiliki relevansi
terhadap kehidupan siswa. Akan tetapi masih sering dijumpai bahwa praktek
pembelajaran sains di berbagai negara mengabaikan dimensi sosial pendidikan sains
dan dorongan untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan siswa yang diperlukan
untuk berpartisipasi secara aktif dalam masyarakat.
Chiappetta, Fillman & Sethna (1991) dalam penelitian Adisenjaja (2012)
menyebutkan beberapa kategori untuk menganalisis buku pelajaran sains sebagai
berikut:
1. Sains Sebagai Batang Tubuh Pengetahuan (A Body Of Knowledge)
Kategori ini digunakan jika tujuan dari teks pada buku yang dianalisis
adalah:
a. Menyajikan fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan hukum-hukum.
1) Fakta
Secara verbal fakta adalah sesuatu yang ada, terjadi dan dapat dilihat
atau diamati (KBBI, 2008:401). Fakta adalah pengetahuan yang
didalamnya mengandung informasi tentang nama-nama obyek, peristiwa,
lambang (atom), nama spesies, nama organ (lambung dan usus).
Sedangkan menurut Sanjaya (2011:142), fakta merupakan pengetahuan
yang berhubungan dengan data-data spesifik (tunggal) baik yang telah
terjadi maupun yang sedang terjadi yang dapat diuji atau diobservasi.
2) Konsep
Konsep merupakan suatu ide atau gagasan yang digeneralisasikan
dari pengelaman yang relevan (KBBI, 2008:748). Definisi lain
menjelaskan bahwa konsep adalah berupa pengertian dari objek, proses,
atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang timbul dari hasil pemikiran,
meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat dan lain sebagainya
(Komalasari, 2013:33). Contoh produk sains yang merupakan konsep
yaitu: air adalah zat yang molekulnya tersusun atas dua atom hydrogen dan
satu atom oksigen.
3) Prinsip
Hubungan antara dua atau lebih konsep yang sudah teruji secara
empiris dinamakan generalisasi yang selanjutnya dapat ditarik ke dalam
prinsip (Sanjaya, 2011:143). Menurut Suriasumantri (2005:153) prinsip
diartikan sebagai pertanyaan yang berlaku secara umum bagi sekelompok
gejala-gejala tertentu, yang mampu menjelaskan kejadian yang terjadi,
umpamanya saja hukum sebab akibat sebuah gejala. Prinsip juga
merupakan suatu dalil, rumus, adagium, postulat, teorema, atau hubungan
antar konsep yang saling menggambarkan “jika.. maka..”. Contoh: jika
logam dipanasi maka akan memuai (Zulfiani et al, 2009:37).
4) Hukum
Hukum adalah suatu pernyataan yang menyebabkan hubungan sebab
akibat antara dua variable atau lebih yang saling berkaitan (Suriasumantri,
2005:145). Hukum dihasilkan dari menunjukan validitas yang tinggi, maka
suatu teori dapat berubah menjadi hukum jika tingkat kebenarannya dari
data yang didapatkan dari hasil penelitian itu sangat tinggi. Contoh: hukum
gravitasi (Jasin, 2002:16).
b. Menyajikan hipotesis-hipotesis, teori-teori dan model-model.
1) Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap
permasalahan yang kita hadapi (Suriasumantri, 2005:124). Untuk
membuktikan apakah dugaan ini benar atau tidak, diperlukan fakta atau
data. Jika tidak ada data yang mendukung hipotesis tersebut, maka perlu
disusun sebuah hipotesis baru (Jasin, 2002:14). Sedangkan States (dalam
Nazir, 2014:132) menyatakan bahwa hipotesis merupakan sebuah taksiran
atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat
menerangkan fakta-fakta atau kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan
sebagai petunjuk untuk penelitian selanjutnya.
2) Teori
Teori adalah generalisasi prinsip-prinsip yang berkaitan dan dapat
digunakan untuk menjelaskan gejala-gejala alam yang berkembang dari
aturan-aturan hukum, dan dapat memprediksi tentang hal-hal yang terjadi
selanjutnya. Contoh: Teori mekanika Newton (Zulfiani et al, 2009:39).
3) Model
Model merupakan pola (contoh, acuan, aragam, dsb) dari sesuatu
yang dapat dibuat atau dihasilkan. Contoh: Model atom Bohr (Qodratillah,
2011:326).
c. Meminta siswa untuk mengingat pengetahuan atau informasi.
2. Sains Sebagai Cara Untuk Menyelidiki (Way Of Investigating)
Kategori ini dimaksudkan untuk merangsang siswa untuk berfikir dan
melakukan sesuatu dengan menugaskan siswa untuk “menyelidiki” (mencari tahu).
Yang dimaksudkan dengan menyelidiki di sini yaitu pembelajaran yang
melibatkan siswa dengan metode-metode dan proses-proses dalam sebuah ilmu
pengetahuan, seperti mengamati, mengidentifikasi, membuat kesimpulan,
menghitung, melakukan eksperimen, dan sebagainya. Indicator kategori ini adalah:
a. Mengharuskan siswa untuk menjawab pertanyaan melalui penggunaan materi.
b. Mengharuskan siswa untuk menjawab pertanyaan melalui penggunaan grafik-
grafik, table-tabel, dan lain-lain.
c. Mengharuskan siswa untuk membuat kalkulasi.
d. Mengharuskan siswa untuk menerangkan jawaban.
e. Melibatkan siswa dalam eksperimen atau aktivitas berfikir.
3. Sains Sebagai Cara Berfikir (Way Of Thinking)
Sains merupakan aktivitas manusia yang dicirikan oleh adanya proses
berpikir yang terjadi di dalam pikiran siapapun yang terlibat di dalamnya.
Pekerjaan para ilmuwan yang berkaitan dengan akal, menggambarkan
keingintahuan manusia dan keinginan mereka untuk memahami gejala alam.
Masing-masing ilmuwan memiliki sikap, keyakinan, dan nilai-nilai yang
memotivasi mereka untuk memecahkan persoalan-persoalan yang mereka temui di
alam. Ilmuwan digerakkan oleh rasa keingintahuan yang sangat besar, imajinasi,
dan pemikiran dalam penyelidikan mereka untuk memahami dan menjelaskan
fenomena-fenomena alam. Pekerjaan mereka termanifestasi dalam aktivitas kreatif
dimana gagasan-gagasan dan penjelasan-penjelasan tentang fenomena alam
dikonstruksi di dalam pikiran. Kategori ini digunakan jika tujuan dari teks pada
buku yang dianalisis adalah:
a. Menggambarkan bagaimana seorang ilmuwan melakukan eksperimen.
b. Menunjukkan perkembangan historis dari sebuah ide.
c. Menekankan sifat empiris dan objektivitas ilmu sains.
d. Mengilustrasikan penggunaan asumsi-asumsi.
e. Menunjukkan bagaimana ilmu sains berjalan dengan pertimbangan induktif
dan deduktif.
f. Memberikan hubungan sebab dan akibat.
g. Mendiskusikan fakta dan bukti.
h. Menyajikan metode ilmiah dan pemecahan masalah.
4. Interaksi Sains, Teknologi dengan Masyarakat (Interaction Of Science,
Technology, And Society)
Kategori ini dimaksudkan untuk memberi gambaran tentang pengaruh atau
dampak-dampak ilmu sains terhadap masyarakat baik dampak baik maupun buruk.
Pada kategori ini, siswa hanya menerima informasi tanpa mempengaruhi siswa
untuk menyelidiki. Indicator dari kategori ini adalah:
a. Menggambarkan kegunaan ilmu sains dan teknologi bagi masyarakat.
b. Menunjukkan efek negatif dari ilmu sains dan teknologi bagi masyarakat.
c. Mendiskusikan masalah-masalah sosial yang berkaitan dengan ilmu sains atau
teknologi.
d. Menyebutkan karir-karir dan pekerjaan-pekerjaan di bidang ilmu dan
teknologi.
Unsur teks yang akan dianalisis meliputi paragraf, soal, gambar, tabel dan
uraian, catatan lengkap singkat, dan langkah-langkah kegiatan laboratorium. Pada saat
yang sama, terdapat kurang dari dua unit analisis untuk halaman yang tidak dianalisis
dalam buku ilmiah, dan hanya mencakup pertanyaan ulasan, kosa kata, tujuan, dan
pernyataan tujuan. Jika ada paragraf yang tidak lengkap, analisis paragraf dari awal
dengan melihat halaman sebelumnya (Wilkinson, 1999).
Literasi sains merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dikuasai setiap
individu karena hal ini berkaitan erat dengan bagaimana seseorang dapat memahami
lingkungan hidup dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat modern
yang sangat bergantung pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
termasuk juga masalah sosial kemasyarakatan. Literasi sains dapat menjadi dasar
seseorang mengambil suatu tindakan dengan memperhitungkan akibat-akibat yang
mungkin akan terjadi. Jadi literasi sains ternyata bukan hanya berpengaruh yang lebih
luas dalam kehidupan manusia yang dapat mencerminkan budaya suatu komunitas
(Sandi, 2012: 94).
IPA didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan
data dengan eksperimen, pengamatan, dan dedukasi untuk menghasilkan suatu
penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Salah satu mata pelajaran yang
mengampu pada sains adalah mata pelajaran IPA, khususnya Biologi. Melalui mata
pelajaran Biologi diharapkan siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir
analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
peristiwa alam sekitar. Siswa dikatakan literasi terhadap sains atau melek terhadap
sains ketika mampu menerapkan konsep-konsep atau fakta-fakta yang didapatkan
sekolah dengan fenomena–fenomena alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Literasi sains penting untuk dikuasai oleh siswa dalam kaitannya dengan bagaimana
siswa dapat memahami lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi dan masalah-masalah
lain yang dihadapi oleh masyarakat modern yang sangat bergantung pada teknologi
dan kemajuan sertaperkembangan ilmu dan pengetahuan (Angraini, 2014: 161).
Penyediaan pendidikan sains yang berkualitas akan berdampak pada
ketercapaian pembangunan suatu negara. Pendidikan sains bergantung pada
pembelajaran yang digunakan di setiap negara. Melalui pendidikan sains, siswa dapat
terlibat pada dampak sains dalam kehidupan sehari–hari dan peran siswa dalam
masyarakat. Dengan menerapkan konsep sains dalam pendidikan sains, siswa
Indonesia diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan di kehidupan nyata pada
era abad 21 ini. Peserta didik yang memiliki pengetahuan untuk memahami fakta
ilmiah serta hubungan antara sains, teknologi dan masyarakat, dan mampu
menerapkan pengetahuannya untuk memecahkan masalah – masalah dalam kehidupan
nyata disebut dengan masyarakat berliterasi sains (Bond, 1989). Literasi sains
merupakan salah satu keterampilan yang diperlukan di abad 21 diantara 16
keterampilan yang diidentifikasi oleh World Economic Forum (Wefusa, 2015).
Literasi sains memandang pentingnya keterampilan berpikir dan bertindak
yang melibatkan penguasaan berpikir dan menggunakan cara berpikir saintifik dalam
mengenal dan menyikapi isu-isu sosial. Literasi sains penting bagi siswa untuk
memahami lingkungan, kesehatan, ekonomi, social modern, dan teknologi. Oleh
karena itu, pengukuran literasi sains penting untuk mengetahui tingkat literasi sains
siswa agar dapat mencapai literasi sains yang tinggi atau baik sehingga kualitas
pendidikan di Indonesia dapat meningkat dan dapat bersaing dengan Negara lain.

C. Kurikulum 2013
Buku teks yang baik harus relevan dan mendukung pelaksanaan kurikulum
yang berlaku. Seiring dengan perubahan kurikulum yang baru, masih terdapat beberapa
aspek dan karakteristik yang dapat mencerminkan kurikulum di buku teks. Kurikulum
saat ini adalah kurikulum 2013 yang telah disempurnakan dari kurikulum sebelumnya
untuk meningkatkan pendidikan. Kurikulum berasal dari bahasa curere, secara harfiah
berarti lapangan perlombaan lari. Lapangan tersebut ada batas start dan batas finish.
Dalam pendidikan pengertian tersebut bermakna bahwa bahan belajar sudah ditentukan
secara pasti, darimana mulai diajarkannya dan kapan mulai diakhiri, serta bagaimana
cara untuk menguasai bahan agar dapat mencapai gelar (Dakir, 2010). Dikutip dari
Sitepu (2014) menerangkan bahwa kurikulum adalah perencanaan yang lengkap untuk
beajar. Beliau juga mengatakan kurikulum adalah spesifikasi kemampuan dan isi yang
harus diajarkan.
Pengertian kurikulum bahasa Indonesia mengacu pada sekumpulan rencana dan
pengaturan yang berkaitan dengan tujuan, isi dan materi pembelajaran, serta metode
yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Perubahan gaya hidup yang dipengaruhi oleh
teknologi menuntut segera diberlakukannya kurikulum ini, karena kurikulum ini
mengintegrasikan semua bidang studi dan mata pelajaran dengan pemanfatan teknologi
informasi (IT). Berdasarkan kurikulum 2013, untuk mempelajari sebuah buku harus
dianalisis dari beberapa aspek. Aspek analisis buku pada kurikulum 2013 adalah aspek
kesesuaian materi dengan standar kompetensi lulusan, kesesuaian materi dengan
kompetensi inti, kesesuaian materi dengan kompetensi dasar, kecukupan materi
ditinjau dari cakupan materi dan alokasi waktu, penerapan saintifik, dan penerapan
penilaian autentik yang tersedia dalam buku siswa, kesesuaian dengan tema,
keterpaduan dengan berbagai mata pelajaran, kolom interaksi orang tua dan guru dan
kedalaman materi pengayaan.
Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kurikulum dirancang sesuai kemajuan zaman untuk memenuhi berbagai macam
tantangan atau masalah yang datang seiring dengan perkembangan teknologi.
Kurikulum terus mengalami perbaikan dan perbaruan agar generasi penerus bangsa
dapat bersaing di kancah Internasional. Dalam pembelajaran kurikulum 2013 terdapat
salah satu elemen dari standar proses yang mengalami peruabahan guna mencapai
keberhasilan pembelajaran dan pembentukan komptensi siswa, yakni dengan
menggunakan pendekatan saintifik (Rochman, 2014). Pendekatan saintifik merupakan
pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun
pengetahuan melalui metode ilmiah. Dalam proses pembelajaran saintifik, peserta
didik dilatih untuk mengamati, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan informasi dari
berbagai sumber, mencoba, menganalisis (mengasosiasi) serta mengkomunikasikan
hasil belajar. Pendekatan pembelajaran seperti ini dilakukan supaya peserta didik
memiliki kemampuan agar mampu belajar lebih mandiri kreatif, dan berpikir logis.
Materi biologi yang terkait dengan isu-isu sains dan dapat diajarkan dengan
berbasis literasi sains salah satunya adalah materi virus. Materi virus ini merupakan
materi pengetahuan ilmiah yang memiliki konsep kunci ilmiah yang penting yang
berkaitan dengan kehidupan masyarakat karena banyak penyakit yang disebabkan oleh
virus dan akibatnya dapat menimbulkan dampak tertentu terhadap norma-norma yang
ada di masyarakat misalnya penderita HIV yang dikucilkan oleh masyarakat, selain
virus HIV adapula virus COVID-19 yang kini ramai diperbincangkan pada awal tahun
2020 yang menjadi wabah di seluruh Negara termasuk Indonesia. Materi virus juga
bersifat aplikatif karena ilmu yang diperoleh misalnya mengenai pencegahan yang
dapat dilakukan untuk menghindari infeksi virus dapat diterapkan langsung dalam
kehidupan sehari-hari. Materi ini juga dapat merangsang serta melatih peserta didik
untuk berpikir kritis dan kreatif dalam mencari solusi dari permasalahan yang diberikan
terkait dengan virus yang berada di kehidupan nyata dengan menggunakan konsep atau
teori yang telah mereka dapatkan, sehingga peserta didik dapat lebih memahami materi
dan mengaplikasikan ilmu mereka ke dalam kehidupan nyata.

D. Materi Virus
Biologi adalah salah satu ilmu yang mempelajari tentang mahluk hidup, alam,
dan berubungan erat dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran ini mengarahkan
siswa untuk mencari tahu dan berbuat sehingga mereka memperoleh pembelajaran
yang lebih bermakna, namun tidak semua materi dalam pembelajaran biologi dapat
diarahkan dengan aktifitas berbuat karena ada beberapa materi yang memuat konsep
yang abstrak seperti pada materi virus. Selain itu, saat ini Indonesia sedang mengalami
wabah penyakit, dan beberapa negara mengalami penyakit ini yaitu virus COVID-19.
Awal 2020, dunia dikejutkan dengan mewabahnya pneumonia baru yang
bermula dari Wuhan, Provinsi Hubei yang kemudian menyebar dengan cepat ke lebih
dari 190 negara dan teritori. Wabah ini diberi nama coronavirus disease 2019 (COVID-
19) yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-
CoV-2). Penyebaran penyakit ini telah memberikan dampak luas secara sosial dan
ekonomi. Masih banyak kontroversi seputar penyakit ini, termasuk dalam aspek
penegakkan diagnosis, tata laksana, hingga pencegahan. Berdasarkan data pada tanggal
31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus dan 136
kasus kematian. Tingkat mortalitas COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini
merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh
Aditya et al (2020) yang merupakan tim penanganan kasus pasien dengan Penyakit
Infeksi New Emerging dan Re-emerging Disease (PINERE) RSUPN dr. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta menyebutkan bahwa Coronavirus adalah virus RNA dengan
ukuran partikel 120-160 nm. Virus ini utamanya menginfeksi hewan. Sebelum
terjadinya wabah COVID-19 ada 6 jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia,
yaitu alphacoronavirus 229E, alphacoronavirus NL63, betacoronavirus OC43,
betacoronavirus HKU1, Severe Acute Respiratory Illness Coronavirus (SARS-CoV),
dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV).
Menurut Jurnal Respirologi Indonesia (2020). Virus corona merupakan
penyakit zoonosis, sehingga virus tersebut dapat berasal dari hewan dan menyebar ke
manusia. Virus ini diketahui menyebabkan infeksi saluran pernapasan pada manusia,
mulai dari pilek dan batuk hingga batuk yang lebih serius seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Penting bagi kita untuk menjaga jarak lebih dari 1 meter dari orang yang sakit, jika
keluar rumah selalu memakai masker, dan rajin mencuci tangan atau menggunakan
handsanitizer. Berdasarkan pernyataan tersebut penelitian ini dipilih agar tidak terlalu
sering bertemu dengan banyak orang-orang yang dimaksudkan untuk mengurangi
penyebaran virus tersebut.
1. Pengertian Virus
Virus adalah gen penyebab infeksi yang hanya dapat hidup di dalam sel
hidup, yaitu pada sel hewan (temasuk manusia), tumbuhan, jamur, dan bakteri
(Nurhayati, 234:2006). Awalnya virus dianggap sebagai zat kimiawi biologis. Kata
virus berasal dari bahasa Yunani yaitu “Venom” yang berarti racun. Virus tidak
dapat bereproduksi atau melaksanakan aktivitas metabolisme di luar sel inang
(Campbell, 2010:412). Virus mempunyai sifat-sifat yang membedakan dari
mikroorganisme yang lain, yaitu :
a. Dalam tubuh virus terkandung salah satu asam nukleat, DNA atau RNA saja.
b. Dalam proses reproduksinya, hanya diperlukan asam nukleat.
c. Berukuran sangat kecil sekitar 20-300 milimikron
d. Virus tidak mempunyai kemampuan untuk memperbanyak diri di luar sel-sel
hidup, melainkan makhluk hidup yang memanfaatkan sel-sel hidup untuk
memperbanyak diri.
e. Multiplikasi terjadi pada sel-sel hospes. Dapat dikristalkan dan dapat dicairkan
kembali (Ari, 2009).
2. Struktur Virus
a. Bentuk virus
Virus dapat berbentuk oval, batang (memanjang), huruf T, dan dapat
juga berbentuk bulat. Virus hanya terdiri dari materi genetik berupa DNA atau
RNA yang dikelilingi oleh suatu protein pelindung yang disebut kapsid. Kapsid
dibangun oleh sub unit-subunit yang identik satu sama lain yang disebut
kapsomer. Pada beberapa virus, seperti virus harpes dan virus influenza, dapat
pula dilengkapi oleh sampul atau envelope dan virus influenza. Pembungkus
ini merupakan membran plasma yang berasal dari sel inang virus. Suatu virus
dengan materi genetik yang terbungkus oleh pembungkus protein disebut
virion.
Gambar 1 Ragam Bentuk Virus
(Sumber: GuruPendidikan.com)
1) Bagian Tubuh Virus
Bentuk virus (bakteriofag) terdiri dari kepala, selubung, dan ekor.
Kepala berbentuk heksagonal, terdiri dari kapsomer yang mengelilingi
DNA-nya. Selubung ekor berfungsi sebagai penginfeksi. Serabut-serabut
ekor terdapat di dasar selubung ekor, berfungsi sebagai penerima rangsang.
Berdasarkan penyusun intinya, virus dibedakan menjadi virus DNA dan
virus RNA. Contoh virus DNA adalah virus cacar. Contoh virus RNA
adalah virus influenza dan HIV (Sylvia, 2008). Adapun bagian-bagian
tubuh virus yaitu:

Gambar 2 Struktur Virus


(Sumber: eBiologi.com)
a) Kapsid
Kapsid adalah lapisan pembungkus tubuh virus yang tersusun
atas protein. Kapsid terdiri dari sejumlah kapsomer yang terikat satu
sama lain. Fungsi :
a. Memberi bentuk virus
b. Pelindung dari kondisi lingkungan yang merugikan.
c. Mempermudah penempelan pada proses penembusan ke dalam sel.
b) Isi
Terdapat di sebelah dalam kapsid berupa materi genetik/molekul
pembawa sifat keturunan yaitu DNA atau RNA. Virus hanya memiliki
satu asam nukleat saja yaitu satu DNA atau satu RNA saja.
c) Kepala
Kepala virus berisi DNA, RNA dan diselubungi oleh kapsid.
Kapsid tersusun oleh satu unit protein yang disebut kapsomer.
d) Ekor
Serabut ekor adalah bagian yang berupa jarum dan berfungsi
untuk menempelkan tubuh virus pada sel inang. Ekor ini melekat pada
kepala kapsid. Struktur virus ada 2 macam yaitu virus telanjang dan
virus terselubung (bila terdapat selubung luar (Envelope) yang terdiri
dari protein dan lipid). Ekor virus terdiri atas tabung bersumbat yang
dilengkapi benang atau serabut. Khusus untuk virus yang menginfeksi
sel eukariotik tidak memiliki ekor.
b. Ukuran Virus
Virus berukuran sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop elektron. Ukuran virus sekitar 20-300 milimikron,
jauh lebih kecil dari ukuran bakteri, yaitu 10 mikron. Untuk membuktikan
bahwa ukuran virus sangat kecil, Iwanovski dan M. Beijerinck melakukan
eksperimen dengan penyaringan. Ternyata virus tetap lolos dari saringan
keramik, sedangkan bakteri tersaring karena ukurannya lebih besar daripada
virus (Sulistyorini, 2009).
c. Pengelompokan Virus
1. Pengelompokan virus berdasar tempat hidupnya
a) Virus Bakteri (Bakteriofage)
Bakteriofage adalah virus yang menggandakan dirinya sendiri
dengan menyerbu bakteri. Dibandingkan dengan kebanyakan virus, ia
sangat kompleks dan mempunyai beberapa bagian berbeda yang diatur
secara cermat. Semua virus memiliki asam nukleat, pembawa gen yang
diperlukan untuk menghimpun salinan-salinan virus di dalam sel hidup.
b) Virus Tumbuhan
Virus yang parasit pada sel tumbuhan. Contoh: Tobacco Mozaic
Virus (TMV).
c) Virus Hewan
Virus yang parasit pada sel hewan. Contoh virus hewan: Virus
Poliomylitis, Virus Vaccina, dan Virus Influenza.
2. Berdasarkan Molekul Yang Menyusun Asam Nukleat
Berdasarkan molekul yang menyusun asam nukleatnya, virus
dikelompokan menjadi:
a) Virus dengan DNA pita tunggal (DNA ss)
b) Virus dengan DNA pita ganda (DNA ds)
c) Virus dengan RNA pita tunggal (RNA ss)
d) Virus dengan RNA pita ganda (RNA ds)
3. Berdasarkan Ada atau Tidaknya Selubung Virus
Berdasarkan punya atau tidaknya selubung virus, virus dibedakan
menjadi dua, yaitu virus yang memiliki selubung dan virus yang tidak
memiliki selubung.
a) Virus yang memiliki selubung (Enveloped Virus) Virus yang
termasuk kelompok ini merupakan virus yang memiliki nukleokapsid.
Membran ini befungsi sebagai struktur yang pertama-tama berinteraksi
dengan inangnya. Contoh virus yang termasuk kelompok ini yaitu
Herpesvirus.
b) Virus yang tidak memiliki selubung Virus yang termasuk
kelompok ini tidak mempunyai nukleokapsid, hanya memiliki kapsid
(protein) dan asam nukleat. Contoh virus yang termasuk kelompok ini
yaitu Retrovirus, Papovavirus, dan Adenovirus.
3. Perkembangbiakan Virus
Adapun beberapa tahapan dalam replikasi virus, yaitu tahapan adsorpsi
(penempelan) virus pada inang, tahap injeksi (masuknya) asam inti ke dalam sel
inang, tahap sintesis (pembentukan), tahap perakitan, dan tahap litik (pemecahan
sel inang). Berdasarkan tahapan tersebut, siklus hidup virus dapat dibedakan lagi
menjadi siklus litik dan siklus lisogenik.
a. Siklus Litik
1) Tahap Adsorpsi
Pada tahap ini, ekor virus mulai menempel di dinding sel bakteri.
Virus hanya menempel pada dinding sel yang mengandung protein khusus
yang dapat ditempati protein virus. Menempelnya virus pada dinding sel
disebabkan oleh adanya reseptor pada ujung serbut ekor. Setelah menempel,
virus akan mengeluarkan enzin lisozim yang dapat menghancurkan atau
membuat lubang pada sel inang.
2) Tahap Injeksi
Proses injeksi DNA ke dalam sel inang ini terdiri atas penambatan
lempeng ujung, kontraksi sarung, dan penusukan pasak berongga ke dalam
sel bakteri. Pada peristiwa ini, asam nukleat masuk ke dalam sel, sedangkan
selubung proteinnya tetap berada di luar sel bakteri. Jika sudah kosong,
selubung protein ini akan terlepas dan tidak berguna lagi.
3) Tahap Sintesis (Pembentukan)
Virus tidak dapat melakukan sintesis sendiri, tetapi virus akan
melakukan sintesis dengan menggunakan sel inangnya. Setelah asam
nukleat disuntikan ke dalam sel inang, segera menimbulkan perubahan-
perubahan besar pada metabolisme sel yang terinfeksi (sel inang atau
bakteri). Enzim penghancur yang dihasilkan oleh virus akan menghancurkan
DNA bakteri yang menyebabkan sintesis DNA bakteri terhenti. Posisi ini
digantikan oleh DNA virus yang kemudian mengendalikan kehidupannya.
Dengan fasilitas dari DNA bakteri yang sudah tidak berdaya. DNA virus
akan mereplikai diri berulang kali dengan jalan mengopi diri dalam jumlah
yang sangat banyak. Sintesis DNA virus dan protein terbentuk atas kerugian
sintesis bakteri yang telah rusak. DNA virus ini kemudian akan
mengendalikan sintesis DNA dan protein yang akan dijadikan kapsid virus.
4) Tahap Perakitan
Pada tahap ini, kapsid virus yang masih terpisah-pisah antara kepala,
ekor, dan serabut ekor akan mengalami proses perakitan menjadi kapsid
yang utuh. Kemudian kepala yang sudah selesai terbentuk diisi dengan
DNA virus. Proses ini dapat menghasilkan virus sejumlah 100-200 buah.
5) Tahap Lisis
Dinding sel bakteri yang sudh dilunakan oleh enzim lisozom akan
pecah dan diikuti oleh pembebasan virus-virus baru yang siap untuk
mencari sel-sel inang yang baru. Pemecahan sel-sel bakteri secara eksplosif
dapat diamati dengan mikrosoft lapangan gelap. Jangka waktu yang dilewati
lima tahap ini dan jumlah virus yang dibebaskan sangat bervariasi,
tergantung dari jenis virus, bakteri dan kondisi lingkungan (Sulistyorini,
2009).

Gambar 3 Siklus Lisis


(Sumber: Dunia Biologi.blogger)
b. Siklus Lisogenik
1) Tahap Adsorpsi dan Tahap Injeksi
Tahap adsorpsi dan tahap injeksi pada siklus lisogenik sama seperti
tahap adsorpsi dan tahap injeksi siklus litik.
2) Tahap penggabungan
Tahap ini adalah tahap ketika DNA virus masuk ke dalam tubuh
bakteri dan terjadinya penggabungan antara DNA bakteri dan DNA virus.
Proses ini terjadi ketika DNA yang berbentuk kalung tak berujung pangkal
terputus dan DNA virus menyisip di antara DNA bakteri yang terputus tadi.
Kemudian, terbentuklah rangkaian DNA yang utuh yang telah terinfeksi
atau tersisipi DNA virus.
3) Tahap Pembelahan
DNA virus telah tersambung dengan DNA bakteri. DNA virus tidak
dapat bergerak atau disebut profag. Karena bergabung dengan DNA bakteri,
ketika DNA bakteri melakukan replikasi selnya secara langsung, profag
juga melakukan replikasi. Demikian juga ketika sel bakteri mengalami
pembelahan, secara langsung dua anak sel bakteri yang mengandung profag
tersebut juga ikut mengalami pembelahan. Dengan kata lain, jumlah profag
sama dengan jumlah sel bakteri inangnya.
4) Tahap Sintesis
Pada kondisi lingkungan tertentu, profag menjadi aktif. Profag dapat
saja memisahkan diri dengan DNA bakteri merusak DNA bakteri.
Kemudian menggantikan peran DNA bakteri dengan DNA virus untuk
sintesis protein yang berfungsi sebagai kapsid bagi virus-virus baru dan
replikasi DNA.
5) Tahap Perakitan
Pada tahap ini, terjadi perakitan kapsid-kapsid virus yang utuh
sebagai selubung virus. Setelah kapsid virus utuh, diisi dengan DNA hasil
replikasi, terjadilah virus-virus baru.
6) Tahap Lisis
Tahap ini sama dengan tahap lisis pada siklus litik saat dinding
bakteri akan pecah dan virus baru berhamburan keluar. Virus baru ini
selanjutnya akan menyerang bakteri yang lain. Begitu seterusnya, virus
akan mengalami siklus litik atau lisogenik (Ari, 2009).

Gambar 4 Silus Lisogenik


(Sumber: http://robi-biologi.blogspot.com)
4. Peran Virus dalam Kehidupan
a. Virus yang Menguntungkan
1) Memproduksi Vaksin
Vaksin merupakan patogen yang telah dilemahkan sehingga tidak
berbahaya jika menyerang manusia. Ada beberapa virus yang
dimanfaatkan untuk vaksin. Jika telah diberi vaksin tubuh manusia akan
dapat memproduksi antibodi sehingga jika sewaktu-waktu terserang
patogen yang sebenarnya, tubuh manusia tersebut telah kebal karena di
dalam tubuhnya telah diproduksi antibodi patogen tersebut.
2) Membuat Antioksida
Antioksida dapat dibuat dengan menggabungkan DNA virus dan
gen yang mempunyai sifat menguntungkan sehingga jika virus
menginfeksi bakteri, di dalam sel bakteri tersebut terkandung gen yang
dapat mengendalikan produksi antitoksin. Jika oleh DNA virus, DNA
manusia disambung DNA bakteri, sel bakteri tersebut akan menngandung
gen manusia penghasil antioksin. Jadi, yang mulanya gen bakteri tidak
mengandung antioksin manusia, sekarang mampu memproduksi antioksin
manusia.
3) Melemahkan Bakteri
Virus yang menyerang bakteri patogen merupakan virus yang
menguntungkan. Jika DNA virus lisogenik menginfeksi DNA bakteri
patogen, bakteri tersebut menjadi melemah atau tidak berbahaya.
b. Virus yang Merugikan
Virus dapat menyebabkan beberapa penyakit pada tubuh manusia.
Beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus adalah Influenza, Pilek, Cacar.

Anda mungkin juga menyukai