id
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
9
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
2007: 17). Dari pernyataan tersebut dapat kita ketahui bahwa penggunaan buku
teks diharapkan mampu memberikan pengaruh yang positif yang dapat
meningkatkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa. Sehingga bisa kita
ketahui bahwa penggunaan buku di sekolah memang sangat diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran.
Buku teks (text-book) dapat diartikan sebagai sumber informasi yang
disusun dengan struktur dan urutan berdasarkan bidang ilmu tertentu
(Kustanto, 2009: 3). Pernyataan di atas memberikan pengertian bahwa setiap
buku teks disusun sesuai bidang ilmu dan menjadi sumber informasi bagi
penggunanya. Buku teks harus disesuaikan dengan bidang ilmu karena dibuat
oleh pakar dalam bidangnya sehingga sangat diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran di sekolah dalam bidang studi tertentu. Tarigan (1993: 13)
memaparkan bahwa buku teks adalah buku pelajaran dalam bidang tertentu,
yang merupakan buku standar, yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu
buat maksud-maksud dan tujuan instruksional, yang dilengkapi dengan sarana-
sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di
sekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang sesuatu
program pengajaran. Dari pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
buku teks adalah buku yang disusun untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran
di sekolah-sekolah. Buku teks menjadi sarana informasi utama yang
dibutuhkan guru dan peserta didik.
Pendapat lain mengenai pengertian buku teks yaitu oleh Prastowo
(2011: 167) bahwa buku teks pelajaran pada umumnya merupakan bahan ajar
hasil seorang pengarang atau tim pengarang yang disusun berdasarkan
kurikulum atau tafsiran kurikulum yang berlaku. Dari beberapa pengertian
buku teks di atas dapat kita simpulkan bahwa buku teks adalah buku yang
berisi materi pembelajaran yang disusun berdasarkan bidang studi tertentu dan
menjadi penunjang bagi pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran di
sekolah-sekolah. Buku teks disediakan untuk mempermudah proses belajar
mengajar peserta didik dan guru di sekolah, karena merupakan sumber
commit to user
informasi yang paling mudah ditemukan.
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
pokok masalah yang kaya dan serasi, menyediakan aneka metode dan
sarana pengajaran, menyajikan fiksasi awal bagi tugas dan latihan, dan
menyajikan sumber bahan evaluasi dan remedial.
Dapat disimpulkan dari beberapa pendapat tentang fungsi buku teks di atas,
bahwa fungsi buku teks memang beragam yaitu selalu menyajikan materi
sesuai bidangnya, menyediakan metode dan sarana pembelajaran, sebagai alat
bantu proses pembelajaran,dan sebagai bahan evaluasi dan remedial. Jadi
sekiranya kita dapat mengetahui fungsi buku teks agar dalam menggunakan
buku teks dapat dimaksimalkan penggunaannya, karena buku memang sebagai
bahan utama dalam mendapatkan informasi dalam kegiatan belajar mengajar.
Buku teks selalu mendapatkan peran pertama dalam pembelajaran di sekolah
sebagai buku acuan wajib.
Selain mempunyai fungsi buku teks juga mempunyai tujuan dalam
penggunaannya. Tujuan penulisan buku teks pasti selaras dengan tujuan
kurikulum dalam pendidikan, dimana buku teks merupakan salah satu alat
untuk menjabarkan kurikulum. Tujuan dari buku teks diarahkan pada pendidik
dan peserta didik sebagai pelaku kegiatan belajar mengajar. Tujuan buku teks
pasti mempunyai hubungan dengan fungsi buku teks. Dalam sebuah buku teks
pasti selalu memberikan fungsi dan tujuan yang diperlukan oleh pendidik
maupun peserta didik. Pendidik akan terasa sangat terbantu dengan adanya
suatu buku teks dalam menyampaikan materi yang harus diberikan kepada
peserta didik. Sedangkan untuk peserta didik buku teks dapat menumbuhkan
motivasi membaca sehingga kemauan untuk belajar materi lebih lanjut terasa
mudah. Sesuai dengan pernyataan Nasution (dalam Prastowo, 2011: 169),
tujuan buku teks pelajaran adalah: 1) memudahkan pendidik dalam
menyampaikan materi pembelajaran, 2) memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk mengulangi pelajaran atau mempelajari pelajaran baru, dan, 3)
menyediakan materi pembelajaran yang menarik bagi peserta didik.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat kita lihat buku teks selalu memberikan
peran pada pendidik dan peserta didik. Tujuan buku teks tentu mempunyai
pengaruh yang penting dalamcommit
keberhasilan
to user suatu proses belajar mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
kriteria mengenai isi sebuah buku teks. Menurut pasal 43 ayat 5 PP No.32
Tahun 2013, kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikaan buku teks
pelajaran ditelaah dan/atau dinilai oleh BSNP atau tim yang dibentuk oleh
Menteri dan selanjutnya ditetapkan dengan peraturan Menteri. Dari uraian
Peraturan Pemerintah di atas dapat disimpulkan bahwa buku teks harus diuji
kelayakannya. Hal tersebut dapat menjadi pertimbangan dalam memilih buku
teks yang baik. Pertimbangan pertama yaitu aspek kelayakan isi, yang
berkaitan dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dalam menjabarkan
materi-materi untuk mencapai sasaran yang akan dicapai peserta didik.
Pertimbangan kedua mengenai kelayakan bahasa yaitu bahasa yang digunakan
dalam penulisan isi buku teks (wacana, teks, ilustrasi, gambar dll) harus berisi
informasi, pesan, dan pengetahuan yang dibutuhkan peserta didik. Hal tersebut
dibutuhkan agar buku teks dapat bersifat komunikatif dan sesuai dengan
perkembangan intelektual peserta didik. Pertimbangan ketiga yaitu kelayakan
penyajian. Dalam aspek ini berkaitan dengan konsep-konsep yang digunakan
dalam buku teks harus mampu menumbuhkan proses berpikir peserta didik
menjadi lebih kritis, kreatif, dan inovatif. Pertimbangan yang terakhir yaitu
tentang kegrafikaan. Aspek kegrafikaan lebih menggambarkan bagaimana
keadaan fisik sebuah buku teks. Tampilan yang menarik akan memberikan
kesan pertama yang baik. Karena hal pertama yang akan dilakukan jika
memilih buku adalah bagaimana keadaan fisik buku tersebut, buku yang secara
fisik mempunyai daya ketertarikan pasti akan mendorong rasa ingin tahu
pembaca. Selain itu, buku yang baik dan menarik pasti lebih menyenangkan
untuk digunakan.
Banyaknya buku teks yang beredar di sekolah maupun di pasaran
membuat pendidik maupun peserta didik harus mampu memilih buku teks yang
baik dan sesuai dengan tuntutan kurikulum. Buku teks yang baik adalah buku
teks yang berkualitas atau bermutu tinggi. Menurut Geene dan Petty ( dalam
Tarigan, 1993: 20-21) menyodorkan sepuluh kategori yang harus dipenuhi
buku teks yang berkualitas. Sepuluh kategori tersebut sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
Dari uraian di atas dapat kita ketahui bagaimana memilih buku teks pelajaran
yang baik sesuai tuntutan kurikulum. Sepuluh kriteria tersebut dapat menjadi
acuan dalam menentukan buku teks mana yang pantas dan layak digunakan.
Dari pemaparan sebelumnya dapat kita simpulkan bahwa
menganalisis buku teks adalah salah satu cara agar kita mengetahui sejauh
mana kualitas buku teks yang kita gunakan pada proses pembelajaran. Buku
teks memiliki peranan penting bagi guru dan siswa selain sebagai bahan acuan
pembelajaran dan sebagai sarana untuk membantu belajar siswa. Buku teks
juga membantu siswa untuk memahami materi yang akan mereka pelajari
dengan membaca dan memahaminya. Buku teks yang baik haruslah menarik
dan mampu merangsang minat siswa untuk termotivasi belajar. Dengan buku
yang menarik siswa akan mau belajar dan tertarik untuk memahami materi
pembelajaran lebih lanjut.
Buku teks selalu menyediakan kebutuhan akan sumber belajar bagi
peserta didik. Pada buku teks bahasa khususnya bahasa jawa harus mempunyai
khas dari isi buku teks yang mencerminkan budaya jawa. Karena pada
dasarnya buku teks bahasa selain sebagai pembelajaran wajib juga menjadi alat
commit to user
untuk tetap menjaga kelestarian budaya. Bahasa pada setiap negara berbeda,
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
setiap buku teks yang beredar harus melewati uji kelayakan demi terjaminnya
mutu dan kualitas buku teks. Dalam konteks penggunaannya di USA, Banks
(dalam Abdulkarim, 2007: 120),
Melihat bahwa kebanyakan dari buku teks dikritik sangat
membosankan dalam penyajiannya. Buku-buku tersebut lebih
mempertimbangkan aspek pasar daripada nilai-nilai pendidikannya.
Namun, kebanyakan para guru memang sering tidak memperhatikan
aspek-aspek penting yang terdapat dalam buku teks. Para guru
menggunakan buku teks hanya untuk tuntutan penyampaian bahan
pembelajaran kepada siswa semata dan tidak memperhatikan standar
isi pada buku teks tersebut.
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa penilaian buku teks dilakukan
karena banyak faktor. Selain untuk menganalisis kesesuaian dengan Standar Isi
juga terdapat faktor lain yaitu faktor dari segi mutu maupun kualitas. Untuk
meningkatkan minat belajar peserta didik harus ditunjang dengan sesuatu yang
menarik, salah satunya buku teks juga harus dapat menarik minat peserta didik.
Dari pernyataan diatas penilaian dan pemilihan buku teks harus dilakukan
secara kritis. Sehingga penggunaan buku teks akan sesuai dengan fungsi,
tujuan, dan kegunaannya. Garvey dan Krug (dalam Abdulkarim, 2007: 120),
mengemukakan:
“For intelligent classroom use a textbook or any reference book
should be treated critically. One text should be compared with other
text. Statements should be questions. Bias should be identified”.
Dari pernyataan di atas diketahui bahwa penggunaan buku teks maupun buku
ajar lain harus dipilih secara kritis untuk menciptakan kelas yang baik untuk
dapat mencapai prestasi. Setiap unsur dalam buku teks juga harus mudah
dipahami agar dapat diterima dengan mudah dalam proses belajar peserta
didik. Dalam buku teks pelajaran harus secara keseluruhan mempunyai
kelayakan dalam hal penyajiannya. Jika ada beberapa komponen yang tidak
memenuhi kriteria tentu akan menjadi hambatan dalam mencapai tujuannya.
Fungsi, tujuan, dan kegunaan dalam buku teks harus selalu berkesinambungan
agar terjalin sistem yang dapat mempermudah alur pembelajaran. Oleh karena
itu buku teks harus melewati berbagai proses penyempurnaan dalam
commit to user
penyusunannya, yaitu dengan menilai kelayakan semua aspek dalam buku.
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
Sehingga setiap buku yang beredar secara umum sudah memenuhi kriteria dan
layak untuk digunakan.
5. Komponen Penilaian Buku Teks
Komponen penilaian buku teks meliputi empat komponen yaitu:
penilaian kelayakan isi, penilaian kelayakan penyajian, penilaian kelayakan
bahasa, dan penilaian kelayakan kegrafikaan. Namun, dalam penelitian ini
hanya akan disampaikan penilaian kelayakan isi dan kelayakan bahasa yang
sesuai dengan kurikulum 2013 bersumber dari BSNP dan Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Tengah. Penilaian dilakukan dengan rentang skor 1-4. Penilaian
berdasarkan kelengkapan aspek setiap indikator atau butir instrumen penilaian.
Berikut indikator-indikator yang harus diperhatikan dalam penilaian kelayakan
isi dan kelayakan bahasa suatu buku teks.
a. Penilaian Kelayakan Isi
Menurut BSNP dalam hal kelayakan isi, ada tiga indikator yang
harus diperhatikan, yaitu (1) kesesuaian materi; (2) keakuratan materi; dan
(3) materi pendukung pembelajaran. Kelayakan isi dititik beratkan pada isi
sebuah buku teks. Menurut Ruhimat, bahan atau materi pembelajaran pada
dasarnya adalah “isi” dari kurikulum, yakni berupa mata pelajaran atau
bidang studi dengan topik/subtopik dan rinciannya (dalam Firdaus, Samhati,
Suyanto, 2014: 3). Dalam pengembangan isi materi dalam buku teks
haruslah sejalan dengan Kompetensi Isi dan Kompetensi Dasar yang telah
ditetapkan dalam kurikulum. Di dalam sebuah kurikulum pasti disediakan
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang telah dirancang untuk
memenuhi tujuan pendidikan. Jadi hal itulah yang menjadi acuan wajib
dalam penilaian buku teks pada aspek kelayakan isi. Karena buku teks yang
memenuhi standar isi dalam kurikulum akan sangat mendukung dalam
mencapai tujuan pendidikan yang baik. Akhmad Sudrajad (2008)
menyatakan,
Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi: (a)
prinsip relevansi, (b) konsistensi, dan (c) kecukupan. Prinsip
relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan memiliki
keterkaitan dengancommit to user
pencapaian standar kompetensi dan kompetensi
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
materi yang disajikan dalam buku teks minimal memuat semua materi
pokok bahasan dalam aspek ruang lingkup yang mendukung
tercapainya KI dan KD yang telah dirumuskan dalam kurikulum mata
pelajaran yang bersangkutan (2010: 292-293). Sesuai dengan
pernyataan penilaian kelengkapan materi difokuskan pada tersedianya
materi pada setiap indikator yang mendukung tercapainya KI dan KD.
Kelengkapan materi mendapat skor 4 apabila kelengkapan materi
seperti KI, KD, Indikator, dan materi yang disajikan lengkap. Skor 3
apabila kelengkapan materi tidak sesuai, namun materi yang disajikan
lengkap. Skor 2 apabila kelengkapan materi sesuai namun materi yang
disajikan tidak lengkap. Sedangkan skor 1 apabila kelengkapan materi
tidak sesuai dan materi yang disajikan tidak lengkap.
b) Kedalaman Materi
Buku teks haruslah mempunyai kedalaman materi yang
bagus, yaitu setiap materi dari uraian indikator harus dikupas tuntas
agar mampu memancing daya kreatif peserta didik. Seperti pendapat
Muslich bahwa materi yang terdapat dalam buku teks memuat
penjelasan terkait dengan konsep, definisi, prinsip, prosedur, contoh,
dan pelatihan agar siswa dapat mengenali gagasan atau ide,
mengidentifikasi gagasan, menjelaskan ciri suatu konsep atau
gagasan, dapat mendefinisikan, menyusun formula/rumus/aturan,
mengonstruksi pengetahuan baru, dan menerapkan pengetahuan sesuai
dengan SK dan KD yang telah dirumuskan (2010: 293). Dari
pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa materi dalam sebuah
buku teks pelajaran harus memuat materi yang sesuai dengan
keterampilan berbahasa seperti menulis, membaca, berbicara, dan
menyimak agar dapat menggali pengetahuan peserta didik. Selain hal
tersebut kedalaman materi juga harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan peserta didik. Muslich menyatakan, kedalaman materi
itu uraian materinya harus sesuai dengan ranah kognitif, afektif, dan
commit toSK
psikomotorik yang dituntut userdan KD. Tingkat kesulitan dan
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
pada asas. Skor 1 apabila teori dan konsep tidak jelas, tidak fokus, dan
tidak taat pada asas.
d) Penggunaan Contoh
Setiap buku teks pasti mempunyai soal-soal latihan maupun
penugasan, hal tersebut akan memberikan unsur penggunaan contoh
dalam sebuah buku teks pelajaran. Contoh digunakan dalam perintah
penugasan agar memudahkan peserta didik dalam menyelesaikan soal-
soal yang diperintahkan. Penggunaan contoh juga harus sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai, berhubungan dengan pengetahuan
dalam penerapan kehidupan sehari-hari, disajikan dari mudah ke
sukar, dan mengandung nilai-nilai spiritual dan sosial.
Penilaian dalam butir ini mendapatkan skor 4 jika memenuhi
semua aspek. Sedangkan skor 3 jika memenuhi 3 aspek. Skor 2 jika
memenuhi 2 aspek, dan skor 1 jika hanya memenuhi satu aspek saja.
e) Pelatihan dan Penugasan
Dalam butir pelatihan dan penugasan harus disajikan sesuai
keruntutan proses belajar, yaitu dari mudah ke sukar sehingga mudah
diikuti oleh siswa. Pelatihan, tugas, dan soal-soal juga harus menjadi
tolak ukur penguasaan sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Butir ini
juga harus menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar.
Pelatihan dan penugasan juga dapat menjadi bahan untuk guru dalam
melakukan evaluasi pembelajaran, yaitu untuk mengetahui sejauh
mana peserta didik dalam memahami materi-materi yang telah
disampaikan.
Penilaian dalam butir ini mendapatkan skor 4 jika memenuhi
semua aspek di atas. Skor 3 apabila ada satu aspek yang tidak
terpenuhi. Skor 2 apabila ada dua aspek yang tidak memenuhi. Dan
skor 1 apabila tidak terdapat aspek yang memenuhi.
f) Penilaian
Pada butir penilaian ini merupakan aspek yang memudahkan
guru untuk memberikancommit to userterhadap peserta didik. Buku teks
penilaian
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
satu unsur di atas. Skor 2 apabila mengandung satu unsur diatas. Skor
1 apabila mengandung semua unsur di atas.
b. Penilaian Kelayakan Bahasa
Bahasa digunakan untuk berkomunikasi. Bahasa yang tersaji dalam
sebuah buku teks pelajaran juga harus bersifat komunikatif, agar pesan yang
dimaksud dapat tersampaikan kepada pembacanya. Buku teks pelajaran
yang digunakan oleh peserta didik dari berbagai jenjang pendidikan harus
diperhatikan penggunannya. Setiap jenjang pastilah berbeda-beda tingkat
pemahamannya. Jadi bahasa merupakan salah satu aspek penting
penggunaannya dalam sebuah buku teks pelajaran untuk menyampaikan
materi. Jika materi yang disajikan sudah sesuai dengan perkembangan
intelektual peserta didik namun bahasa yang digunakan untuk
menyampaikan materi tidak sesuai akan sulit bagi peserta didik untuk
memahami setiap butir materi dalam buku. Sitepu (2012: 108) menyatakan,
Dikatakan terjadi komunikasi yang efektif antara dua pihak, apabila
makna yang disampaikan oleh satu pihak diterima sama oleh pihak
penerima. Agar terjadi komunikasi yang efektif melalui buku teks
pelajaran,ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan bahasa dalam ragam tulisan, yakni (1) kemempuan
berbahasa siswa, (2) kaidah berbahasa, (3) pilihan kata, (4) gaya
bahasa, dan (5) keterbacaan.
Dalam hal kelayakan bahasa, ada tiga indikator sesuai ketentuan BSNP dan
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah yang harus diperhatikan, yaitu (1)
kesesuaian pemakaian bahasa dengan tingkat perkembangan siswa; (2)
pemakaian bahasa yang komunikatif; dan (3) pemakaian bahasa memenuhi
syarat keruntutan dan keterpaduan alur berpikir. Dan dalam buku teks
bahasa Jawa banyak aspek mengenai bahasa yang perlu diperhatikan. Dalam
bahasa Jawa sering disebut Kawruh basa yang juga meliputi kata, kalimat,
paragraf, wacana dan sebagainya. Dalam penilaian kelayakan bahasa ini
juga digunakan rentang skor 1-4 pada setiap indikatornya.
1) Kesesuaian Bahasa dengan Tingkat Perkembangan Peserta Didik
Indikator pemakaian bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan
commit to user
siswa diarahkan pada hal-hal berikut.
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama pada
awal kalimat.
Contoh: Dhumateng sinten kula kedah matur?. ‘Kepada siapakah saya
harus berbicara?’ (2011: 7)
Penggunaan lain pada pemenggalan kata. Jika di tengah kata ada dua
huruf vokal yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua
huruf vokal itu.
Contoh: la-os ‘lengkuas’
Pa-e-dah ‘faedah’
ta-un ‘tahun’ (2011: 4).
Huruf diftong ai, au, dan oi, pada kata serapan, tidak dipenggal.
Contoh: ku-cai ‘kucai’
au-rat ‘aurat’
boi-kot ‘boikot’
Penggunaan huruf mirinh di dalam cetakan dipakai untuk: menuliskan
nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip, menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok, dan
menuliskan istilah ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya.
Contoh: Serat Kalatidha anggitane R. Ng. Ranggawarsita.
‘Serat Kalatida karangan R. Ng. Ranggawarsita.’ (2011: 13-
14)
Penulisan unsur serapan berdasarkan taraf keterserapannya dan
penulisannya, unsur serapan di dalam bahasa Jawa dapat
diklasifikasikan menjadi dua golongan besar, yaitu: 1) unsur asing
yang pengucapan dan penulisannya sudah disesuaikan dengan kaidah
bahasa Jawa, misalnya riset, turne, aki, persen, amatir. 2) unsur asing
yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Jawa, misalnya
make up, drop out, headphone. Unsur itu digunakan di dalam konteks
bahasa Jawa, tetapi pengucapan dan penulisannya masih mengikuti
commit39).
lafal dan ejaan asing (2011: to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
Penilaian pada butir ini skor 4 jika sesuai EYD, tepat makna,
dan konsisten. Skor 3 jika sesuai EYD, tepat makna, tidak konsisten.
Skor 2 jika tidak sesuai EYD, tidak tepat makna,namun konsisten.
Skor 1 jika tidak sesuai EYD, tidak tepat makna, dan tidak konsisten.
c) Penggunaan istilah
Bahasa Jawa merupakan salah satu budaya yang mempunyai
banyak istilah. Dalam buku teks bahasa Jawa penggunaan istilah harus
dieperhatikan mengingat banyaknya istilah-istilah dalam budaya Jawa.
Dalam deskripsi instrumen penilaian buku teks bahasa Jawa yang
dikeluarkan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah menyatakan
bahwa penggunaan istilah yang menggambarkan suatu konsep,
prinsip, asas, atau sejenisnya harus tepat makna dan konsisten sesuai
dengan kemajuan zaman. Jadi istilah-istilah yang digunakan dalam
buku teks haruslah sesuai dengan zaman sekarang ini namun tidak
meninggalkan budayanya. Selain itu makna yang terkandung harus
tepat dan juga konsisten.
Penilaian pada butir ini antara rentang skor 1 sampai dengan
4. Skor 4 jika memenuhi semua kriteria yang disebutkan di atas. Skor
3 jika jika ada satu kritera yang tidak terpenuhi. Skor 2 jika ada ada
dua kreiteria yang tidak terpenuhi. Skor 1 jika ada lebih dari dua
kriteria yang tidak terpenuhi.
d) Ketepatan ragam bahasa
Dalam bahasa Jawa dikenal ragam bahasa yang sering
disebut unggah-ungguh. Dalam bukunya Kawruh Basa saha
Kasusastran Jawi menurut Imam Sutardjo (2011: 16) unggah-ungguh,
tegesipun tata pranataning basa miturut lungguhing tatakrama.
Wondene tatakrama tegesipun tata caranipun gineman dhumateng
tiyang sanes saha tindak-tanduk utawi solah tingkah (pangucap saha
patrap). Unggah-ungguh yaitu cara penggunaan bahasa menurut
tatakrama. Sedangkan tatakrama yaitu aturan dalam berbicara dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
untuk wacana awal, tengah, dan akhir secara berturut-turut adalah 53,51%,
48,71%, dan 66,50%. Persentase rata-rata keterbacaan wacana awal, tengah,
serta akhir adalah 56,24% yang berarti wacana dalam buku teks Marsudi Basa
lan Sastra Jawa Anyar kelas VIII SMP merupakan wacana dengan keterbacaan
sedang. Hal tersebut menandakan bahwa wacana tersebut tidak terlalu sulit dan
tidak terlalu mudah untuk dipahami sehingga baik digunakan untuk
pembelajaran. Kategori tingkat baca siswa adalah instruksional yang
menandakan bahwa dalam pembelajaran siswa memerlukan petunjuk dari guru
untuk memahami wacana-wacana dalam buku teks Marsudi Basa lan Sastra
Jawa Anyar kelas VIII SMP.
Penelitian yang lain oleh Nugroho Ponco Santoso (2015) dengan judul
“Analisis Kesesuaian Buku Teks Pelajaran Bahasa Indonesia dengan
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas Kelas XI Semester I”. Peneliti fokus
pada analisis kesesuaian uraian materi dengan KIKD, kelayakan isi, kelayakan
bahasa dan keterbacaan pesan pada buku teks bahasa Indonesia yang
diterbitkan oleh pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan beberapa hasil
tentang kelemahan pada buku tersebut, yaitun KI dan KD pada kurikulum tidak
ditemukan sebanyak 7 buah, persentase kelayakan isi sebesar 89,88%,
sedangkan kelayakan bahasa dan keterbacaan memperoleh persentase sebesar
85,94%.
B. Kerangka Berpikir
Penelitian dengan judul “Analisis Kelayakan Buku Teks Bahasa Jawa
Kurikulum 2013 Tingkat SMP” ini mengkaji tentang kelayakan isi dan
kelayakan bahasa pada buku teks pelajaran. Penelitian disajikan dengan
pendekatan yang bersifat kualitatif. Berdasarkan kajian teori tentang hakikat
buku teks dan kurikulum 2013 dapat dibuat sebuah kerangka berpikir. Dalam
penelitian ini, peneliti berorientasi kepada kelayakan buku teks bahasa Jawa
Sekolah Menengah Pertama pada Kurikulum 2013. Prosedur dalam penelitian
dilakukan mulai dari pengumpulan data, identifikasi masalah, studi pustaka dan
teori, menggunakan instrumencommit to user
untuk menilai kelayakan isi dan bahasa,
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id
menentukan data, reduksi data lalu menguji validitas data setelah itu akan
diberikan simpulan. Berikut skema kerangka berpikir penelitian ini.
Reduksi data
Penarikan simpulan
commit to user