Anda di halaman 1dari 32

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori dan Penelitian yang Relevan


1. Buku Teks
Pada zaman sekarang ini penyebaran informasi sudah berkembang
pesat dengan adanya berbagai media karena pengaruh perkembangan
tegnologi, informasi, dan komunikasi. Tuntutan masyarakat untuk memperoleh
suatu informasi tertentu juga menjadi salah satu faktor. Salah satu media
memperoleh informasi yang sangat dekat dengan masyarakat yaitu buku.
Sesuai dengan pernyataan bahwa buku adalah jendela dunia, bisa kita ketahui
bahwa buku merupakan salah satu media dalam memperoleh informasi yang
mutakhir. Buku sangat dekat dengan kehidupan manusia dari berbagai bidang,
salah satunya yaitu bidang pendidikan. Dalam bidang pendidikan buku menjadi
sumber belajar yang wajib digunakan. Pemerolehan materi-materi untuk
pembelajaran banyak ditemukan dalam sebuah buku. Dalam dunia pendidikan
buku yang digunakan disebut dengan buku teks.
Buku teks adalah buku yang berisi materi-materi pada bidang studi
tertentu untuk menunjang proses pembelajaran di kelas. Buku teks adalah buku
acuan yang digunakan guru dan siswa di sekolah. Buku teks menjadi pedoman
untuk melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas. Guru akan merasa
terbantu dengan adanya buku untuk mengajar karena akan lebih mudah
menyampaikan materi-materi yang dibutuhkan peserta didik. Begitu juga
dengan peserta didik akan lebih terbantu dengan adanya buku teks untuk
menyempurnakan peljaran yang telah disampaikan oleh gurunya. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan dari Permen Nomor 11 Tahun 2005 yang
menyebutkan bahwa buku teks pelajaran adalah buku acuan wajib untuk
digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka
peningkatan keimanan dan ketaqwaan, budi pekerti dan kepribadian,
kemampuan penguasaaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan
commit to user
kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan (Mulyono,

9
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

2007: 17). Dari pernyataan tersebut dapat kita ketahui bahwa penggunaan buku
teks diharapkan mampu memberikan pengaruh yang positif yang dapat
meningkatkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa. Sehingga bisa kita
ketahui bahwa penggunaan buku di sekolah memang sangat diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran.
Buku teks (text-book) dapat diartikan sebagai sumber informasi yang
disusun dengan struktur dan urutan berdasarkan bidang ilmu tertentu
(Kustanto, 2009: 3). Pernyataan di atas memberikan pengertian bahwa setiap
buku teks disusun sesuai bidang ilmu dan menjadi sumber informasi bagi
penggunanya. Buku teks harus disesuaikan dengan bidang ilmu karena dibuat
oleh pakar dalam bidangnya sehingga sangat diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran di sekolah dalam bidang studi tertentu. Tarigan (1993: 13)
memaparkan bahwa buku teks adalah buku pelajaran dalam bidang tertentu,
yang merupakan buku standar, yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu
buat maksud-maksud dan tujuan instruksional, yang dilengkapi dengan sarana-
sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di
sekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang sesuatu
program pengajaran. Dari pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
buku teks adalah buku yang disusun untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran
di sekolah-sekolah. Buku teks menjadi sarana informasi utama yang
dibutuhkan guru dan peserta didik.
Pendapat lain mengenai pengertian buku teks yaitu oleh Prastowo
(2011: 167) bahwa buku teks pelajaran pada umumnya merupakan bahan ajar
hasil seorang pengarang atau tim pengarang yang disusun berdasarkan
kurikulum atau tafsiran kurikulum yang berlaku. Dari beberapa pengertian
buku teks di atas dapat kita simpulkan bahwa buku teks adalah buku yang
berisi materi pembelajaran yang disusun berdasarkan bidang studi tertentu dan
menjadi penunjang bagi pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran di
sekolah-sekolah. Buku teks disediakan untuk mempermudah proses belajar
mengajar peserta didik dan guru di sekolah, karena merupakan sumber
commit to user
informasi yang paling mudah ditemukan.
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

2. Fungsi, Tujuan, dan Kegunaan Buku Teks


Buku teks sebagai bahan ajar dalam proses belajar mengajar selain
berisi materi-materi juga mempunyai fungsi dalam penggunaannya. Di dalam
buku teks pelajaran kita sering menemukan materi yang telah disesuaikan
dengan kurikulum, contoh-contoh soal yang memudahkan siswa, serta latihan-
latihan soal sebagai bahan evaluasi pembelajaran bagi siswa. Oleh karena itu,
buku teks pelajaran memang didesain dengan fungsi tertentu. Senada dengan
pernyataan Sitepu (2012: 20) melihat buku teks dari isi dan penyajiannya, buku
teks pelajaran berfungsi sebagai pedoman manual bagi siswa dalam belajar dan
bagi guru dalam membelajarkan siswa untuk bidang studi atau mata pelajaran
tertentu. Buku teks pelajaran sampai sekarang ini masih menjadi bahan ajar
yang utama dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Guru dan siswa akan
merasa kesulitan jika dalam proses belajar mengajar tidak didukung adanya
buku teks pelajaran. Kita perlu mengetahui apa fungsi dari buku teks pelajaran.
Pernyataan Nasution (dalam Prastowo, 2011: 169),
Fungsi buku teks pelajaran adalah: 1) sebagai bahan referensi atau
bahan rujukan oleh peserta didik, 2) sebagai bahan evaluasi, 3)
sebagai alat bantu pendidik dalam melaksanakan kurikulum, 4)
sebagai salah satu penentu metode atau teknik pengajaran yang akan
digunakan pendidik, dan 5) sebagai sarana untuk peningkatan karir
dan jabatan.
Dari pernyataan di atas diketahui bahwa fungsi buku teks sangat luas. Materi
yang ada dalam buku teks adalah sumber informasi utama bagi peserta didik.
Contoh-contoh soal dan latihan soal dapat menjadi bahan evaluasi bagi guru
untuk melakukan penilaian pembelajaran. Buku teks juga berfungsi
menjabarkan isi kurikulum. Fungsi-fungsi dalam buku teks erat kaitannya
dengan kurikulum sebagai tujuan pelaksanaan pendidikan di sekolah.
Buku teks mempunyai fungsi yang cukup banyak. Hal tersebut
dibuktikan dengan pemaparan-pemaparan para ahli tentang fungsi buku teks.
Fungsi buku teks menurut para ahli sangat beragam, namun tetap memiliki inti
yang sama. Seperti yang dikemukakan oleh Tarigan (1993: 19),
Aneka fungsi buku teks yaitu:tomencerminkan
commit user suatu sudut pandangan,
menyediakan suatu sumber yang teratur rapi dan bertahap, menyajikan
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

pokok masalah yang kaya dan serasi, menyediakan aneka metode dan
sarana pengajaran, menyajikan fiksasi awal bagi tugas dan latihan, dan
menyajikan sumber bahan evaluasi dan remedial.
Dapat disimpulkan dari beberapa pendapat tentang fungsi buku teks di atas,
bahwa fungsi buku teks memang beragam yaitu selalu menyajikan materi
sesuai bidangnya, menyediakan metode dan sarana pembelajaran, sebagai alat
bantu proses pembelajaran,dan sebagai bahan evaluasi dan remedial. Jadi
sekiranya kita dapat mengetahui fungsi buku teks agar dalam menggunakan
buku teks dapat dimaksimalkan penggunaannya, karena buku memang sebagai
bahan utama dalam mendapatkan informasi dalam kegiatan belajar mengajar.
Buku teks selalu mendapatkan peran pertama dalam pembelajaran di sekolah
sebagai buku acuan wajib.
Selain mempunyai fungsi buku teks juga mempunyai tujuan dalam
penggunaannya. Tujuan penulisan buku teks pasti selaras dengan tujuan
kurikulum dalam pendidikan, dimana buku teks merupakan salah satu alat
untuk menjabarkan kurikulum. Tujuan dari buku teks diarahkan pada pendidik
dan peserta didik sebagai pelaku kegiatan belajar mengajar. Tujuan buku teks
pasti mempunyai hubungan dengan fungsi buku teks. Dalam sebuah buku teks
pasti selalu memberikan fungsi dan tujuan yang diperlukan oleh pendidik
maupun peserta didik. Pendidik akan terasa sangat terbantu dengan adanya
suatu buku teks dalam menyampaikan materi yang harus diberikan kepada
peserta didik. Sedangkan untuk peserta didik buku teks dapat menumbuhkan
motivasi membaca sehingga kemauan untuk belajar materi lebih lanjut terasa
mudah. Sesuai dengan pernyataan Nasution (dalam Prastowo, 2011: 169),
tujuan buku teks pelajaran adalah: 1) memudahkan pendidik dalam
menyampaikan materi pembelajaran, 2) memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk mengulangi pelajaran atau mempelajari pelajaran baru, dan, 3)
menyediakan materi pembelajaran yang menarik bagi peserta didik.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat kita lihat buku teks selalu memberikan
peran pada pendidik dan peserta didik. Tujuan buku teks tentu mempunyai
pengaruh yang penting dalamcommit
keberhasilan
to user suatu proses belajar mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

Pendidik akan terpenuhi kebutuhannya dalam memberikan bimbingan belajar


kepada peserta didik di sekolah. Buku teks membuat peserta didik akan sangat
terbantu dalam belajar, merasa setiap tugas yang diberikan guru selalu bisa
dipecahkan dan diselesaikan.
Buku teks sebagai pedoman belajar bagi siswa di kelas maupun di
rumah mempunyai peranan yang sangat penting. Buku teks selalu
menyesuaikan dengan jenjang kelas dan bidang ilmunya. Seperti dalam
kurikulum setiap jenjang pendidikan mempunyai rincian kompetensi yang
disesuaikan dengan perkembangan peserta didik pada tingkatan tertentu.
Sehingga penggunaan buku teks akan tepat sasaran yaitu digunakan pada
jenjang kelas yang tepat. Namun secara umum buku teks juga mempunyai
kegunaan, seperti yang dipaparkan oleh Nasution (dalam Prastowo, 2011: 169),
kegunaan buku teks pelajaran yaitu:
Membantu pendidik dalam melaksanakan kurikulum karena disusun
berdasarkan kurikulum yang berlaku, menjadi pegangan guru dalam
menentukan metode pengajaran, memberi kesempatan bagi peserta
didik untuk mengulangi pelajaran atau mempelajari pelajaran baru,
memberikan pengetahuan bagi peserta didik maupun pendidik,
menjadi penambah nilai angka kredit untuk mempermudah kenaikan
pangkat dan golongan, menjadi sumber penghasilan, jika diterbitkan.
Penyusunan buku teks selalu mempertimbangkan hal tersebut untuk
mencapai tujuannya. Dalam satu bidang studi mungkin terdapat berbagai
macam buku teks yang berbeda karena dikeluarkan oleh penerbit yang berbeda
pula, namun segala aspek dalam buku teks tersebut pasti mempunyai tujuan
yang sama. Prastowo (2011: 167) berpendapat, “Biasanya, buku teks pelajaran
merupakan salah satu pendekatan tentang implementasi kurikulum, dan karena
itu ada kemungkinan terdapat berbagai macam buku teks pelajaran tentang satu
bidang studi tertentu. Seperti pernyataan di atas buku teks tentang satu bidang
tertentu pasti banyak diterbitkan oleh beberapa penerbit, namun buku teks
selalu mempunyai tujuan yang sama yaitu sebagai pendekatan tentang
implementasi kurikulum. Buku teks digunakan berdampingan dengan referensi
yang lain seperti buku pegangan guru, buku kerja, dan lain-lain. Buku-buku
commit to user
tersebut untuk menunjang penggunaan buku teks sebagai bahan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

Seperti pernyataan Masuhara dan Tomlisson, “the student’s book usually


comes with other materials such as a workbook, a teacher’s book or even
additional multimodal texts for reference as a textbook package”(dalam
Mukundan dan Kalajahi, 2013: 2). Buku teks selalu dilengkapi dengan bahan-
bahan lain untuk menunjang kegunaannya. Karena dalam suatu buku teks
khususnya buku teks pelajaran bahasa berisi tentang banyak bahan
pembelajaran, seperti bahasa dan sastra. Jadi buku-buku penunjang yang lain
sangat diperlukan untuk melengkapi buku teks yang digunakan.
3. Buku Teks yang Baik
Semakin tinggi tuntutan yang akan dicapai dalam pendidikan, semakin
tinggi pula penyediaan bahan-bahan penunjang yang digunakan. Buku teks
sebagai salah satu bahan ajar juga berkembang pesat dalam penggunaannya
seiring dengan perubahan kurikulum, sehinga pihak pemerintah dan swastapun
memberikan jasa dalam penyediaan buku teks pelajaran. Sesuai dengan PP
No.32 Tahun 2013 ayat 23, buku teks pelajaran adalah sumber pembelajaran
utama untuk mencapai Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti (Peraturan
Pemerintan, 2013). Namun demikian, semakin banyak buku teks yang
diterbitkan harus membuat kita semakin jeli dalam menyeleksi atau memilih
buku teks apa yang tepat dan pantas untuk digunakan sebagai bahan ajar di
sekolah agar mampu mencapai target belajar. Menurut Muslich (2010: 245-
248) dalam pemilihan buku teks kita harus memperhatikan langkah-langkah
sebagai berikut: 1) Pelajari kurikulum bidang studi yang akan anda carikan
buku teksnya, 2) Pelajari isi atau materi buku teks yang akan anda pilih, 3)
Cermati daya kemenarikan buku teks yang akan anda pilih, 4) Cermati daya
kepahaman buku teks yang akan anda pilih, 5) Cermati kadar keterbacaan buku
teks yang akan anda pilih
Buku teks yang baik memang menjadi kriteria yang pantas
dipertimbangkan dalam penggunaannya. Karena buku teks yang baik selalu
menyajikan materi-materi yang tepat sasaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Dari pernyataan yang dipaparkan Masnur Muslich di atas dapat
commit
kita ketahui bahwa memilih buku teks to user
yang baik harus memperhatikan kriteria-
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

kriteria mengenai isi sebuah buku teks. Menurut pasal 43 ayat 5 PP No.32
Tahun 2013, kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikaan buku teks
pelajaran ditelaah dan/atau dinilai oleh BSNP atau tim yang dibentuk oleh
Menteri dan selanjutnya ditetapkan dengan peraturan Menteri. Dari uraian
Peraturan Pemerintah di atas dapat disimpulkan bahwa buku teks harus diuji
kelayakannya. Hal tersebut dapat menjadi pertimbangan dalam memilih buku
teks yang baik. Pertimbangan pertama yaitu aspek kelayakan isi, yang
berkaitan dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dalam menjabarkan
materi-materi untuk mencapai sasaran yang akan dicapai peserta didik.
Pertimbangan kedua mengenai kelayakan bahasa yaitu bahasa yang digunakan
dalam penulisan isi buku teks (wacana, teks, ilustrasi, gambar dll) harus berisi
informasi, pesan, dan pengetahuan yang dibutuhkan peserta didik. Hal tersebut
dibutuhkan agar buku teks dapat bersifat komunikatif dan sesuai dengan
perkembangan intelektual peserta didik. Pertimbangan ketiga yaitu kelayakan
penyajian. Dalam aspek ini berkaitan dengan konsep-konsep yang digunakan
dalam buku teks harus mampu menumbuhkan proses berpikir peserta didik
menjadi lebih kritis, kreatif, dan inovatif. Pertimbangan yang terakhir yaitu
tentang kegrafikaan. Aspek kegrafikaan lebih menggambarkan bagaimana
keadaan fisik sebuah buku teks. Tampilan yang menarik akan memberikan
kesan pertama yang baik. Karena hal pertama yang akan dilakukan jika
memilih buku adalah bagaimana keadaan fisik buku tersebut, buku yang secara
fisik mempunyai daya ketertarikan pasti akan mendorong rasa ingin tahu
pembaca. Selain itu, buku yang baik dan menarik pasti lebih menyenangkan
untuk digunakan.
Banyaknya buku teks yang beredar di sekolah maupun di pasaran
membuat pendidik maupun peserta didik harus mampu memilih buku teks yang
baik dan sesuai dengan tuntutan kurikulum. Buku teks yang baik adalah buku
teks yang berkualitas atau bermutu tinggi. Menurut Geene dan Petty ( dalam
Tarigan, 1993: 20-21) menyodorkan sepuluh kategori yang harus dipenuhi
buku teks yang berkualitas. Sepuluh kategori tersebut sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

1) Buku teks haruslah menarik minat siswa yang mempergunakannya,


2) Buku teks haruslah mampu memberikan motivasi kepada para
siswa yang memakainya, 3) Buku teks haruslah memuat ilustrasi yang
menarik siswa yang memanfaatkannya, 4) Buku teks seyogyanya
mempertimbangkan aspek-aspek linguistik sehingga sesuai dengan
kemampuan para siswa yang memakainya, 5) Isi buku teks haruslah
berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainnya, lebih baik lagi
kalau dapat menunjangnya dengan terencana sehingga semuanya
merupakan suatu kebulatan yang utuh dan terpadu, 6) Buku teks
haruslah dapat menstimuli, merangsang aktivitas-aktivitas pribadi para
siswa yang mempergunaknnya, 7) Buku teks haruslah dengan sadar
dan tegas menghindar dari konsep-konsep yang samar-samar dan tidak
biasa, agar tidak membuat bingung siswa yang memakainya, 8) Buku
teks haruslah mempunyai sudut pandang atau ”point of view” yang
jelas dan tegas sehingga ada akhirnya juga menjadi sudut pandang
para pemakainya yang setia, 9) Buku teks haruslah mamu memberi
pemantapan, penekanan pada nilai-nilai anak dan orang dewasa, 10)
Buku teks haruslah dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadi
para pemakainya.

Dari uraian di atas dapat kita ketahui bagaimana memilih buku teks pelajaran
yang baik sesuai tuntutan kurikulum. Sepuluh kriteria tersebut dapat menjadi
acuan dalam menentukan buku teks mana yang pantas dan layak digunakan.
Dari pemaparan sebelumnya dapat kita simpulkan bahwa
menganalisis buku teks adalah salah satu cara agar kita mengetahui sejauh
mana kualitas buku teks yang kita gunakan pada proses pembelajaran. Buku
teks memiliki peranan penting bagi guru dan siswa selain sebagai bahan acuan
pembelajaran dan sebagai sarana untuk membantu belajar siswa. Buku teks
juga membantu siswa untuk memahami materi yang akan mereka pelajari
dengan membaca dan memahaminya. Buku teks yang baik haruslah menarik
dan mampu merangsang minat siswa untuk termotivasi belajar. Dengan buku
yang menarik siswa akan mau belajar dan tertarik untuk memahami materi
pembelajaran lebih lanjut.
Buku teks selalu menyediakan kebutuhan akan sumber belajar bagi
peserta didik. Pada buku teks bahasa khususnya bahasa jawa harus mempunyai
khas dari isi buku teks yang mencerminkan budaya jawa. Karena pada
dasarnya buku teks bahasa selain sebagai pembelajaran wajib juga menjadi alat
commit to user
untuk tetap menjaga kelestarian budaya. Bahasa pada setiap negara berbeda,
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

bahkan di Indonesia mempunyai banyak sekali ragam bahasa dari berbagai


daerah. Seperti pernyataan Cortazzi dan Jin (dalam Meidani & Pishghadam,
2013: 86),
“differentiate between three types of ways which culture can be
presented in language textbooks and materials: source culture, which
uses the learners’ own culture as content, target culture, which
includes the culture of Inner Circle countries and international target
culture, which draws on a variety of cultures from around the world”.
Buku teks khususnya pembelajaran bahasa harus selalu memberikan khas
budayanya. Budaya dapat disajikan dalam buku teks pelajaran bahasa dengan
selalu menyajikan budaya yang dekat dengan peserta didik yang mengacu pada
budaya-budaya lain. Buku teks yang baik selalu memberikan kedekatan dengan
peserta didik, namun tetap memberikan pembelajaran secara menyeluruh yang
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Buku teks harus menyajikan
hal-hal yang dekat dengan peserta didik agar selalu mudah dipahami.jadi dapat
disimpulkan buku teks yang baik adalah buku teks yang menyajikan isi sesuai
dengan kemampuan peserta didik selain itu buku teks yang baik harus
melewati berbagai uji kelayakan agar mempunyai kualitas yang diharapkan.
4. Penilaian Buku Teks
Tujuan penilaian buku teks adalah untuk memastikan bahwa buku-
buku teks yang akan digunakan di sekolah-sekolah benar-benar layak pakai dan
memenuhi Standar Nasional Pendidikan. Penilaian buku teks didasarkan pada
beberapa aspek tentang kelayakan-kelayakan yang menjadi kriteria dalam mutu
buku teks. Penilaian digunakan agar dapat diketahui seberapa tingkat
kelayakan buku tersebut untuk dimanfaatkan dan menunjang proses
pembelajaran.
Seperti dalam Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2013 ayat 5 yang
melandasi penilaian buku teks pelajaran adalah sebagai berikut menyatakan,
”Kelayakan isi, bahasa, penyajian dan kegrafikaan buku teks pelajaran dinilai
oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri”. Dari peraturan-
peraturan tersebut dapat kita ketahui seberapa penting seleksi dan penilaian
commit
buku teks agar layak digunakan. to userbuku teks bersifat wajib, karena
Penilaian
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

setiap buku teks yang beredar harus melewati uji kelayakan demi terjaminnya
mutu dan kualitas buku teks. Dalam konteks penggunaannya di USA, Banks
(dalam Abdulkarim, 2007: 120),
Melihat bahwa kebanyakan dari buku teks dikritik sangat
membosankan dalam penyajiannya. Buku-buku tersebut lebih
mempertimbangkan aspek pasar daripada nilai-nilai pendidikannya.
Namun, kebanyakan para guru memang sering tidak memperhatikan
aspek-aspek penting yang terdapat dalam buku teks. Para guru
menggunakan buku teks hanya untuk tuntutan penyampaian bahan
pembelajaran kepada siswa semata dan tidak memperhatikan standar
isi pada buku teks tersebut.
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa penilaian buku teks dilakukan
karena banyak faktor. Selain untuk menganalisis kesesuaian dengan Standar Isi
juga terdapat faktor lain yaitu faktor dari segi mutu maupun kualitas. Untuk
meningkatkan minat belajar peserta didik harus ditunjang dengan sesuatu yang
menarik, salah satunya buku teks juga harus dapat menarik minat peserta didik.
Dari pernyataan diatas penilaian dan pemilihan buku teks harus dilakukan
secara kritis. Sehingga penggunaan buku teks akan sesuai dengan fungsi,
tujuan, dan kegunaannya. Garvey dan Krug (dalam Abdulkarim, 2007: 120),
mengemukakan:
“For intelligent classroom use a textbook or any reference book
should be treated critically. One text should be compared with other
text. Statements should be questions. Bias should be identified”.
Dari pernyataan di atas diketahui bahwa penggunaan buku teks maupun buku
ajar lain harus dipilih secara kritis untuk menciptakan kelas yang baik untuk
dapat mencapai prestasi. Setiap unsur dalam buku teks juga harus mudah
dipahami agar dapat diterima dengan mudah dalam proses belajar peserta
didik. Dalam buku teks pelajaran harus secara keseluruhan mempunyai
kelayakan dalam hal penyajiannya. Jika ada beberapa komponen yang tidak
memenuhi kriteria tentu akan menjadi hambatan dalam mencapai tujuannya.
Fungsi, tujuan, dan kegunaan dalam buku teks harus selalu berkesinambungan
agar terjalin sistem yang dapat mempermudah alur pembelajaran. Oleh karena
itu buku teks harus melewati berbagai proses penyempurnaan dalam
commit to user
penyusunannya, yaitu dengan menilai kelayakan semua aspek dalam buku.
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

Sehingga setiap buku yang beredar secara umum sudah memenuhi kriteria dan
layak untuk digunakan.
5. Komponen Penilaian Buku Teks
Komponen penilaian buku teks meliputi empat komponen yaitu:
penilaian kelayakan isi, penilaian kelayakan penyajian, penilaian kelayakan
bahasa, dan penilaian kelayakan kegrafikaan. Namun, dalam penelitian ini
hanya akan disampaikan penilaian kelayakan isi dan kelayakan bahasa yang
sesuai dengan kurikulum 2013 bersumber dari BSNP dan Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Tengah. Penilaian dilakukan dengan rentang skor 1-4. Penilaian
berdasarkan kelengkapan aspek setiap indikator atau butir instrumen penilaian.
Berikut indikator-indikator yang harus diperhatikan dalam penilaian kelayakan
isi dan kelayakan bahasa suatu buku teks.
a. Penilaian Kelayakan Isi
Menurut BSNP dalam hal kelayakan isi, ada tiga indikator yang
harus diperhatikan, yaitu (1) kesesuaian materi; (2) keakuratan materi; dan
(3) materi pendukung pembelajaran. Kelayakan isi dititik beratkan pada isi
sebuah buku teks. Menurut Ruhimat, bahan atau materi pembelajaran pada
dasarnya adalah “isi” dari kurikulum, yakni berupa mata pelajaran atau
bidang studi dengan topik/subtopik dan rinciannya (dalam Firdaus, Samhati,
Suyanto, 2014: 3). Dalam pengembangan isi materi dalam buku teks
haruslah sejalan dengan Kompetensi Isi dan Kompetensi Dasar yang telah
ditetapkan dalam kurikulum. Di dalam sebuah kurikulum pasti disediakan
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang telah dirancang untuk
memenuhi tujuan pendidikan. Jadi hal itulah yang menjadi acuan wajib
dalam penilaian buku teks pada aspek kelayakan isi. Karena buku teks yang
memenuhi standar isi dalam kurikulum akan sangat mendukung dalam
mencapai tujuan pendidikan yang baik. Akhmad Sudrajad (2008)
menyatakan,
Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi: (a)
prinsip relevansi, (b) konsistensi, dan (c) kecukupan. Prinsip
relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan memiliki
keterkaitan dengancommit to user
pencapaian standar kompetensi dan kompetensi
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

dasar. Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara bahan ajar


dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Misalnya,
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka
bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.
Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup
memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar
yang diajarkan.
Sesuai dengan pendapat di atas, materi pembelajaran merupakan hal yang
sangat penting dalam sebuah penyusunan buku teks. Materi yang sesuai
dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dalam kurikulum tentu akan
mendukung tercapainya sasaran pembelajaran. Buku teks bahasa Jawa kelas
VII SMP adalah salah satu buku yang akan dinilai kelayakan isinya. Isi
materi dari buku teks bahasa Jawa harus mencerminkan budaya Jawa yang
sesungguhnya, yaitu dengan menampilkan nilai-nilai luhur budaya Jawa
serta ajaran-ajaran hidup. Pemerintah juga sudah menyesuaiakan isi materi
pada buku teks bahasa Jawa untuk selalu menumbuhkan rasa cinta peserta
didik terhadap budayanya. Karena secara tidak langsung pembelajaran
bahasa akan memberikan efek bagi kelestarian suatu budaya. Sebagai
pelajaran mulok bahasa Jawa juga mempunyai Standar Isi kurikulum yang
telah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah. Dalam
Kurikulum 2013 Mulok Bahasa Jawa (2013: iii)

Penguatan materi dilakukan dengan memperhatikan (1)


penggunaan bahasa Jawa ragam ngoko dan krama dengan
mempertimbangkan keberadaan dialek masing-masing daerah.
Materi kebahasaan yang berkaitan dengan unggah-ungguh tidak
disajikan secara khusus pada aspek pengetahuan (KI 3). Hal ini
dikawatirkan unggah ungguh hanya berhenti pada tataran
pengetahuan padahal yang diharapkan unggah ungguh basa sebagai
sebuah action sebagai manifestasi kesantunan berbahasa yang
menjadi bagian dari sikap sosial (KI2) yang tercermin dalam
penggunaan bahasa sehari-hari yang diajarkan melalui keteladanan
dan pembiasaan pada setiap kesempatan baik itu dalam proses
pembelajaran di dalam kelas, maupun di luar kelas. (2)
pemanfaatan sastra Jawa modern sebagai hasil karya sastra Jawa
baik yang berupa sastra tulis maupun sastra lisan (geguritan, crita
cekak, crita sambung, novel, drama, film dan sebagainya) yang
berkembang untukcommit to user karakter yang njawani, (3)
pembentukan
pemanfaatan sastra klasik baik lisan maupun tulis (sastra piwulang,
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

babad, legenda, tembang, nyanyian rakyat, tembang dolanan,


cerita, mitos, dongeng, sastra wayang dan sebagainya) untuk
penguatan jati diri, dan (4) aksara Jawa sebagai pemertahanan jati
diri.
Dilihat dari cuplikan di atas, bahasa Jawa memang mempunyai banyak
sekali materi yang perlu diajarkan mulai dari bahasa maupun sastra untuk
mempertahankan budayanya. Pembelajaran bahasa memang sebagai salah
satu alat untuk tetap mempertahankan suatu budaya tetap ada. Buku teks
pelajaran bahasa mempunyai nilai-nilai luhur yang disisipkan pada
setiapmateri yang disajikan. Setiap materi juga dikemas untuk mencapai
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. Itulah sebabnya setiap buku teks
memerlukan penilaian kelayakan dalam hal isi menyangkut materi-materi
yang digunakan.
Berikut merupakan komponen penilaian buku teks aspek kelayakan
isi menurut BSNP dan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah dengan
pengubahan dan penyesuaian. Kelayakan isi berupa butir-butir (a)
kelengkapan materi, (b) kedalaman materi, (c) penggunaan teks, (d)
penggunaan gambar dan ilustrasi, (e) penggunaan konsep/teori, (f)
penggunaan contoh, (g) pelatihan dan penugasan, (h) penilaian, (i) up to
date, (j) relevan, menarik,serta kontekstual, (k) memperkuat wawasan
kebhinekaan, kebangsaan, multikultural, dan integrasi bangsa, (l) tidak
mengandung unsur SARA, HAKI, Pornografi dan Bias (gender, wilayah,
dsb).
1) Kesesuaian Materi
Indikator kesesuaian uraian materi dengan KI dan KD ini diarahkan pada
hal-hal berikut.
a) Kelengkapan Materi
Kelengkapan materi merupakan aspek yang sangat penting
yaitu mengenai ketersediaan KI, KD, dan Indikator dalam sebuah
buku teks. Selain itu setiap indikator harus mempunyai uraian materi
yang cukup, sehingga bisa dikatakan materi-materi dalam buku teks
commit to user
tersebut lengkap tersaji. Menurut Muslich kelengkapan materi yaitu,
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

materi yang disajikan dalam buku teks minimal memuat semua materi
pokok bahasan dalam aspek ruang lingkup yang mendukung
tercapainya KI dan KD yang telah dirumuskan dalam kurikulum mata
pelajaran yang bersangkutan (2010: 292-293). Sesuai dengan
pernyataan penilaian kelengkapan materi difokuskan pada tersedianya
materi pada setiap indikator yang mendukung tercapainya KI dan KD.
Kelengkapan materi mendapat skor 4 apabila kelengkapan materi
seperti KI, KD, Indikator, dan materi yang disajikan lengkap. Skor 3
apabila kelengkapan materi tidak sesuai, namun materi yang disajikan
lengkap. Skor 2 apabila kelengkapan materi sesuai namun materi yang
disajikan tidak lengkap. Sedangkan skor 1 apabila kelengkapan materi
tidak sesuai dan materi yang disajikan tidak lengkap.
b) Kedalaman Materi
Buku teks haruslah mempunyai kedalaman materi yang
bagus, yaitu setiap materi dari uraian indikator harus dikupas tuntas
agar mampu memancing daya kreatif peserta didik. Seperti pendapat
Muslich bahwa materi yang terdapat dalam buku teks memuat
penjelasan terkait dengan konsep, definisi, prinsip, prosedur, contoh,
dan pelatihan agar siswa dapat mengenali gagasan atau ide,
mengidentifikasi gagasan, menjelaskan ciri suatu konsep atau
gagasan, dapat mendefinisikan, menyusun formula/rumus/aturan,
mengonstruksi pengetahuan baru, dan menerapkan pengetahuan sesuai
dengan SK dan KD yang telah dirumuskan (2010: 293). Dari
pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa materi dalam sebuah
buku teks pelajaran harus memuat materi yang sesuai dengan
keterampilan berbahasa seperti menulis, membaca, berbicara, dan
menyimak agar dapat menggali pengetahuan peserta didik. Selain hal
tersebut kedalaman materi juga harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan peserta didik. Muslich menyatakan, kedalaman materi
itu uraian materinya harus sesuai dengan ranah kognitif, afektif, dan
commit toSK
psikomotorik yang dituntut userdan KD. Tingkat kesulitan dan
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

kerumitan materi disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif


siswa (2010: 293). Kedalaman materi yang sesuai membuat siswa
akan lebih mudah menerima setiap materi yang diberikan guru untuk
dipahami, karena setiap jenjang memiliki tingkat pemahaman sendiri-
sendiri.
Penilaian dalam butir kedalaman materi mempunyai rentang
skor 1-4. Skor 4 apabila materi yang disajikan memenuhi persyaratan
dan mampu membangun karakter siswa. Skor 3 apabila materi yang
disajikan tidak memenuhi persyaratan namun mampu membangun
karakter siswa. Skor 2 apabila materi yang disajikan memenuhi
persyaratan namun tidak mampu membangun karakter siswa. Skor 1
apabila materi yang disajikan tidak sesuai dan tidak dapat membangun
karakter siswa.
2) Keakuratan Materi
Indikator keakuratan materi diarahkan pada sasaran berikut.
a) Penggunaan Teks
Dalam butir penggunaan teks masuk dalam kategori aspek
keakuratan materi, karena penyajian teks dalam sebuah buku teks
haruslah sesuai dengan Standar Isi dan jenjang kelas agar mampu
menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik. Selain itu penyajian teks
harus memuat nilai-nilai sosial dan spiritual untuk membangun sikap
peserta didik. Menurut KBBI akurat berarti teliti; saksama; cermat;
tepat benar. Penggunaan teks harus mempunyai unsur ketepatan dan
kebenaran. Penilaian dalam penggunaan teks mendapat skor 4 jika
penggunaan teks sesuai Standar Isi, memenuhi rasa ingin tahu peserta
didik, dan mengandung nilai spiritual dan sosial. Skor 3 jika jika
hanya terdapat 2 aspek saja.skor 2 jika hanya terdapat 1 aspek saja.
Sedangkan skor 1 jika tidak terdapat semua aspek.
b) Penggunaan Gambar dan Ilustrasi
Dalam penyususnan buku teks sering didukung dengan
adanya gambar dan commit
ilustrasitountuk
user menunjang materi-materi yang
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

disajikan agar lebih menarik untuk dipelajari. Gambar dan ilustrasi


biasanya memberikan gambaran yang menjelaskan setiap kejadian
yang ada dalam sebuah teks. Menurut Tarigan buku teks harus disertai
dengan ilustrasi yang mengena lagi menarik. Ilustrasi yang cocok
pastilah memberikan daya penarik tersendiri serta memperjelas hal
yang dibicarakan (1993: 23). Dapat disimpulkan bahwa gambar dan
ilustrasi akan menambah daya tarik maupun minat siswa untuk
mempelajari materi yang tersedia. Selain itu gambar dan ilustrasi juga
akan membantu pemahaman siswa tentang teks yang disajikan karena
memberikan gambaran tentang isi teks.
Penilaian dalam butir penggunaan gambar dan ilustrasi
mendapat skor 4 apabila gambar dan ilustrasi sesuai, mempermudah
pemahaman, dan menambah daya tarik teks. Skor 3 apabila hanya
mengandung dua aspek saja. Skor 2 apabila hanya mengandung 1
aspek saja, dan skor 1 apabila tentang memenuhi semua aspek.
c) Penggunaan konsep/teori
Butir ini menjelaskan tentang konsep/teori yang digunakan
dalam buku teks pelajaran. Konsep adalah sebuah proses rancangan,
dalam sebuah buku teks materi yang akurat harus dirancang dengan
baik agar sesuai dengan tingkat pemahaman peserta didik. Menurut
Tarigan, konsep-konsep yang digunakan dalam suatu buku teks harus
jelas, tandas. Keremangan-keremangan dan keamanan perlu dihindari
agar siswa atau pembaca juga jelas pengertian, pemahaman, dan
penangkapannya (1993: 22). Konsep/teori menentukan kejelasan
sebuah materi dalam buku teks, karena pemahaman peserta didik pada
setiap jenjang itu berbeda-beda.
Penilaian dalam butir penggunaan konsep/teori akan
mendapatkan nilai 4 jika teori dan konsep disajikan secara jelas,
fokus, dan taat pada asa. Skor 3 apabila teori dan konsep disajikan
secara jelas, fokus, namun tidak taat pada asas. Skor 2 apabila teori
dan konsep disajikan commit
secara to usernamun tidak fokus dan tidak taat
jelas,
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

pada asas. Skor 1 apabila teori dan konsep tidak jelas, tidak fokus, dan
tidak taat pada asas.
d) Penggunaan Contoh
Setiap buku teks pasti mempunyai soal-soal latihan maupun
penugasan, hal tersebut akan memberikan unsur penggunaan contoh
dalam sebuah buku teks pelajaran. Contoh digunakan dalam perintah
penugasan agar memudahkan peserta didik dalam menyelesaikan soal-
soal yang diperintahkan. Penggunaan contoh juga harus sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai, berhubungan dengan pengetahuan
dalam penerapan kehidupan sehari-hari, disajikan dari mudah ke
sukar, dan mengandung nilai-nilai spiritual dan sosial.
Penilaian dalam butir ini mendapatkan skor 4 jika memenuhi
semua aspek. Sedangkan skor 3 jika memenuhi 3 aspek. Skor 2 jika
memenuhi 2 aspek, dan skor 1 jika hanya memenuhi satu aspek saja.
e) Pelatihan dan Penugasan
Dalam butir pelatihan dan penugasan harus disajikan sesuai
keruntutan proses belajar, yaitu dari mudah ke sukar sehingga mudah
diikuti oleh siswa. Pelatihan, tugas, dan soal-soal juga harus menjadi
tolak ukur penguasaan sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Butir ini
juga harus menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar.
Pelatihan dan penugasan juga dapat menjadi bahan untuk guru dalam
melakukan evaluasi pembelajaran, yaitu untuk mengetahui sejauh
mana peserta didik dalam memahami materi-materi yang telah
disampaikan.
Penilaian dalam butir ini mendapatkan skor 4 jika memenuhi
semua aspek di atas. Skor 3 apabila ada satu aspek yang tidak
terpenuhi. Skor 2 apabila ada dua aspek yang tidak memenuhi. Dan
skor 1 apabila tidak terdapat aspek yang memenuhi.
f) Penilaian
Pada butir penilaian ini merupakan aspek yang memudahkan
guru untuk memberikancommit to userterhadap peserta didik. Buku teks
penilaian
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

hendaknya menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan


kompetensi yang akan dicapai (sikap, pengetahuan, keterampilan).
Untuk memudahkan guru dalam memberikan penilaian buku teks juga
harus menyediakan instrumen penilaian proses dan hasil, dimana
proses penilaian melibatkan beberapa pihak terkait. Penilaian juga
harus memperhatikan tingkat kesukarannya.
Penilaian pada butir ini mendapatkan skor 4 apabila
menggunakan teknik penilaian, tersedia instrumen penilaian, penilaian
melibatkan beberapa pihak, dan memperhatikan tingkat kesukaran.
Skor 3 apabila memenuhi tiga kriteria, skor 2 jika hanya memenuhi
dua kriteria, dan skor 1 jika hanya memenuhi satu kriteria.
3) Kandungan Materi Pembelajaran
Indikator materi pembelajaran diarahkan pada hal-hal berikut.
a) Up To Date
Pada butir ini menjelaskan bahwa materi yang terkandung
pada buku teks pelajaran harus bersifat kekinian. Kandungan materi
berdasarkan pemilihan wacana, teks, contoh, latihan, gambar, dan
ilustrasi harus sesuai dengan perkembangan zaman. Muslich (2010:
295) menyatakan Fitur (termasuk uraian, contoh, dan latihan)
mencerminkan peristiwa atau kondisi terkini. Keterkaitan ini terlihat
pada sumber atau rujukan yang digunakan. Pada umumnya, rujukan
yang layak digunakan dalam buku teks maksimal menggunakan
rujukan lima tahun terakhir.
Penilaian dalam butir ini mendapatkan skor 4 jika jika semua
sumber materi menggunakan bahan yang up to date. Skor 3 jika jika
ada satu sumber materi yang tidak up to date. Skor 2 jika ada dua
sumber yang tidak up to date. Dan skor 1 jika semua sumber tidak up
to date.
b) Relevan, menarik, serta kontekstual
Kandungan materi dalam sebuah buku teks haruslah relevan
commit
dengan bidang ilmunya dantomenarik
user untuk dipelajari. Kandungan
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

materi juga harusnya sesuai dengan kehidupan masyarakat sekitar atau


sesuai dengan kehidupan sehari-hari peserta didik.
Penilaian dalam butir ini mendapatkan skor 4 apabila
kandungan materi relevan, menarik, serta sesuai dengan
pemebelajaran yang kontekstual. Skor 3 jika hanya memenuhi dua
aspek. Skor 2 jika hanya memenuhi satu aspek. Skor 1 jika tidak
memenuhi aspek apapun.
c) Memperkuat wawasan kebhinekaan, kebangsaan, multikultural,
dan integrasi bangsa
Dalam butir ini materi, perlatihan, atau contoh yang disajikan
melalui wacana, teks, gambar, dan ilustrasi dapat membuka wawasan
peserta didik untuk mengenal dan menghargai perbedaan budaya,
pendapat, penampilan, dan peninggalan leluhur budaya bangsa,
mengenal persebaran keanekaragaman alam dan makhluk hidup, serta
keunikan setiap daerah. Dapat melahirkan kesadaran berpikir peserta
didik untuk membangkitkan rasa kebersamaan dalam membangun
nasionalisme dan memperkuat identitas bangsa Indonesia.
Penilaian dalam butir ini mendapatkan skor 4 jika terdapat
semua kriteria. Skor 3 jika hanya terdapat tiga kriteria. Skor 2 jika
hanya terdapat dua kriteria. Dan skor 1 jika hanya terdapat satu
kriteria.
d) Tidak mengandung unsur SARA, HAKI, Pornografi, dan Bias
(gender, wilayah dsb)
Dalam butir ini materi, pelatihan, atau contoh yang disajikan
melalui wacana, teks, gambar, dan ilustrasi tidak mengandung unsur
SARA, HAKI, pornografi, dan bias (gender, wilayah, politik, dlsb).
Buku pelajaran haruslah memuat materi yang menumbuhkan perilaku
yang baik bagi peserta didik. Unsur-unsur yang dapat memberikan
contoh buruk bagi peserta didik harus benar-benar diperhatikan.
Penilaian pada butir ini mendapatkan skor 4 apabila tidak
commit
mengandung unsur-unsur to user
seperti di atas. Skor 3 apabila mengandung
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

satu unsur di atas. Skor 2 apabila mengandung satu unsur diatas. Skor
1 apabila mengandung semua unsur di atas.
b. Penilaian Kelayakan Bahasa
Bahasa digunakan untuk berkomunikasi. Bahasa yang tersaji dalam
sebuah buku teks pelajaran juga harus bersifat komunikatif, agar pesan yang
dimaksud dapat tersampaikan kepada pembacanya. Buku teks pelajaran
yang digunakan oleh peserta didik dari berbagai jenjang pendidikan harus
diperhatikan penggunannya. Setiap jenjang pastilah berbeda-beda tingkat
pemahamannya. Jadi bahasa merupakan salah satu aspek penting
penggunaannya dalam sebuah buku teks pelajaran untuk menyampaikan
materi. Jika materi yang disajikan sudah sesuai dengan perkembangan
intelektual peserta didik namun bahasa yang digunakan untuk
menyampaikan materi tidak sesuai akan sulit bagi peserta didik untuk
memahami setiap butir materi dalam buku. Sitepu (2012: 108) menyatakan,
Dikatakan terjadi komunikasi yang efektif antara dua pihak, apabila
makna yang disampaikan oleh satu pihak diterima sama oleh pihak
penerima. Agar terjadi komunikasi yang efektif melalui buku teks
pelajaran,ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan bahasa dalam ragam tulisan, yakni (1) kemempuan
berbahasa siswa, (2) kaidah berbahasa, (3) pilihan kata, (4) gaya
bahasa, dan (5) keterbacaan.

Dalam hal kelayakan bahasa, ada tiga indikator sesuai ketentuan BSNP dan
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah yang harus diperhatikan, yaitu (1)
kesesuaian pemakaian bahasa dengan tingkat perkembangan siswa; (2)
pemakaian bahasa yang komunikatif; dan (3) pemakaian bahasa memenuhi
syarat keruntutan dan keterpaduan alur berpikir. Dan dalam buku teks
bahasa Jawa banyak aspek mengenai bahasa yang perlu diperhatikan. Dalam
bahasa Jawa sering disebut Kawruh basa yang juga meliputi kata, kalimat,
paragraf, wacana dan sebagainya. Dalam penilaian kelayakan bahasa ini
juga digunakan rentang skor 1-4 pada setiap indikatornya.
1) Kesesuaian Bahasa dengan Tingkat Perkembangan Peserta Didik
Indikator pemakaian bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan
commit to user
siswa diarahkan pada hal-hal berikut.
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

a) Penggunaan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan


intelektual peserta didik
Bahasa dalam buku teks harus sesuai dengan kemampuan
berbahasa peserta didik pada jenjang tertentu. Hal tersebut agar materi
yang disampaikan bisa diterima peserta didik dengan baik. Menurut
pendapat Muslich “Bahasa yang digunakan dalam buku teks untuk
menjelaskan konsep dan aplikasi konsep atau ilustrasi sampai dengan
contoh yang abstrak sesuai dengan tingkat intelektual siswa (yang
secara imajinatif dapat dibayangkan oleh siswa)” (2010: 304).
Penggunaan bahasa (kosa kata, kompleksitas kalimat, wacana, dan
ragam bahasa) harus sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual
peserta didik.
Penilaian dalam butir ini menggunakan rentang 1-4. Skor 4
jika penggunaan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan
intelektual peserta didik. Skor 3 jika ada satu penggunaan bahasa yang
tidak sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual peserta didik.
Skor 2 jika ada ada dua penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan
tingkat perkembangan intelektual peserta didik. Skor 1 jika ada lebih
dari dua penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan tingkat
perkembangan intelektual peserta didik.
b) Penggunaan Bahasa Sesuai dengan Tingkat perkembangan Sosial
Emosional Peserta Didik
Selain perkembangan intelektual, perkembangan sosial dan
emosional juga menjadi pertimbangan dalam penggunaan bahasa pada
buku teks pelajaran. Menurut Muslich “Bahasa yang digunakan dalam
buku teks sesuai dengan kematangan sosial emosional siswa dengan
ilustrasi yang menggambarkan konsep-konsep mulai dari lingkungan
terdekat (lokal) sampai dengan lingkungan global” (2010: 304).
Sesuai dengan pernyataan tersebut dapat kita ketahui bahwa setiap
jenjang pendidikan mempunyai peserta didik yang berbeda-beda
commit
dalam hal kematangan to user
sosial emosionalnya sehingga penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

bahasa (kosa kata, kompleksitas kalimat, wacana, ragam bahasa) harus


sesuai dengan jenjang peserta didik.
Penilaian dalam butir ini mendapatkan skor 4 jika bahasa
yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan sosial emosional
peserta didik. Skor 3 jika ada sedikit penggunaan bahasa yang tidak
sesuai dengan tingkat perkembangan sosial emosional peserta didik.
Skor 2 jika ada cukup banyak penggunaan bahasa yang tidak sesuai
dengan tingkat perkembangan sosial emosionalpeserta didik. Skor 1
jika ada banyak sekali penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan
tingkat perkembangan peserta didik.
2) Komunikatif
Indikator pemakaian bahasa yang komunikatif diarahkan pada hal-hal
berikut
a) Keterbacaan pesan
Dalam buku teks tingkat keterbacaan sangat penting untuk
diperhatikan karena mempengaruhi pemahaman peserta didik dalam
membaca materi-materi dalam buku. Jika wacana atau teks yang ada
pada buku teks tidak terbaca baik oleh peserta didik maka materi-
materi yang dipelajari tidak akan pernah bermanfaat bagi peserta
didik. Peserta didik akan merasa kesulitan memahami bacaan dalam
buku, hal tersebut dapat menurunkan motivasi peserta didik untuk
belajar. Sitepu (2012: 120) menyatakan bahwa, keterbacaan yang
dimaksud dalam penulisan buku teks adalah sejauh mana siswa dapat
memahami bahan pelajaran yang disampaikan dengan bahasa ragam
tulis. Keterbacaan dipengaruhi oleh kemampuan membaca siswa,
ketepatan kaidah-kaidah bahasa, struktur bahasa, pilihan kata, dan
gaya bahasa yang dipergunakan. Menurut Keraf (2007: 24), pilihan
kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai
untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk
pengelompokkan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baikdigunakan


dalam suatu situasi.
Dalam hal keterbacaan seperti yang telah dipaparkan oleh
para ahli di atas, dapat diketahui bahwa penggunaan bahasa terkait
dengan kaidah bahasa, struktur bahasa, dan pemilihan kata harus
disesuaikan dengan jenjang peserta didik, agar isi dalam buku teks
dapat bersifat komunikatif.
Pendapat lain yaitu oleh Muslich yang menyatakan, pesan
dalam buku teks disajikan dengan bahasa menarik, jelas, tepat sasaran,
tidak menimbulkan makna ganda (menggunakan kalimat efektif), dan
lazim dalam komunikasi tulis sehingga mendorong siswa untuk
mempelajari buku tersebut secara tuntas (2010: 304). Sesuai dengan
pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa keterbacaan dipengaruhi
salah satunya oleh kalimat yang digunakan.
Penilaian pada butir ini akan mendapatkan skor 4 apabila
bahasa yang digunakan efektif dan efisien dan mampu menarik minat
peserta didik.skor 3 apabila bahasa yang digunakan efektif dan efisien
namun tidak dapat menarik minat peserta didik. Skor 2 apabila bahasa
yang digunakan tidak efektif dan tidak efisien namun dapat menarik
minat peserta didik. Skor 1 apabila bahasa yang digunakan tidak
efektif dan tidak efisien serta tidak menarik minat peserta didik.
b) Ketepatan bahasa
Ketepatan bahasa merupakan sesuai atau tidaknya
penggunaan bahasa menurut aturan kaidah bahasa tertentu. Dalam
buku teks pelajaran bahasa Jawa kata dan kalimat yang digunakan
untuk menyampaikan pesan mengacu pada kaidah bahasa Jawa yang
baik dan benar, serta ejaan yang digunakan mengacu pada pedoman
Ejaan yang Disempurnakan (EYD). Dalam hal ini peneliti
menggunakan buku pedoman Umum Ejaan Bahasa Jawa Huruf Latin
yang Disempurnakan (2011). Seperti contoh pemakaian huruf kapital.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama pada
awal kalimat.
Contoh: Dhumateng sinten kula kedah matur?. ‘Kepada siapakah saya
harus berbicara?’ (2011: 7)
Penggunaan lain pada pemenggalan kata. Jika di tengah kata ada dua
huruf vokal yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua
huruf vokal itu.
Contoh: la-os ‘lengkuas’
Pa-e-dah ‘faedah’
ta-un ‘tahun’ (2011: 4).
Huruf diftong ai, au, dan oi, pada kata serapan, tidak dipenggal.
Contoh: ku-cai ‘kucai’
au-rat ‘aurat’
boi-kot ‘boikot’
Penggunaan huruf mirinh di dalam cetakan dipakai untuk: menuliskan
nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip, menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok, dan
menuliskan istilah ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya.
Contoh: Serat Kalatidha anggitane R. Ng. Ranggawarsita.
‘Serat Kalatida karangan R. Ng. Ranggawarsita.’ (2011: 13-
14)
Penulisan unsur serapan berdasarkan taraf keterserapannya dan
penulisannya, unsur serapan di dalam bahasa Jawa dapat
diklasifikasikan menjadi dua golongan besar, yaitu: 1) unsur asing
yang pengucapan dan penulisannya sudah disesuaikan dengan kaidah
bahasa Jawa, misalnya riset, turne, aki, persen, amatir. 2) unsur asing
yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Jawa, misalnya
make up, drop out, headphone. Unsur itu digunakan di dalam konteks
bahasa Jawa, tetapi pengucapan dan penulisannya masih mengikuti
commit39).
lafal dan ejaan asing (2011: to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

Penilaian pada butir ini skor 4 jika sesuai EYD, tepat makna,
dan konsisten. Skor 3 jika sesuai EYD, tepat makna, tidak konsisten.
Skor 2 jika tidak sesuai EYD, tidak tepat makna,namun konsisten.
Skor 1 jika tidak sesuai EYD, tidak tepat makna, dan tidak konsisten.
c) Penggunaan istilah
Bahasa Jawa merupakan salah satu budaya yang mempunyai
banyak istilah. Dalam buku teks bahasa Jawa penggunaan istilah harus
dieperhatikan mengingat banyaknya istilah-istilah dalam budaya Jawa.
Dalam deskripsi instrumen penilaian buku teks bahasa Jawa yang
dikeluarkan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah menyatakan
bahwa penggunaan istilah yang menggambarkan suatu konsep,
prinsip, asas, atau sejenisnya harus tepat makna dan konsisten sesuai
dengan kemajuan zaman. Jadi istilah-istilah yang digunakan dalam
buku teks haruslah sesuai dengan zaman sekarang ini namun tidak
meninggalkan budayanya. Selain itu makna yang terkandung harus
tepat dan juga konsisten.
Penilaian pada butir ini antara rentang skor 1 sampai dengan
4. Skor 4 jika memenuhi semua kriteria yang disebutkan di atas. Skor
3 jika jika ada satu kritera yang tidak terpenuhi. Skor 2 jika ada ada
dua kreiteria yang tidak terpenuhi. Skor 1 jika ada lebih dari dua
kriteria yang tidak terpenuhi.
d) Ketepatan ragam bahasa
Dalam bahasa Jawa dikenal ragam bahasa yang sering
disebut unggah-ungguh. Dalam bukunya Kawruh Basa saha
Kasusastran Jawi menurut Imam Sutardjo (2011: 16) unggah-ungguh,
tegesipun tata pranataning basa miturut lungguhing tatakrama.
Wondene tatakrama tegesipun tata caranipun gineman dhumateng
tiyang sanes saha tindak-tanduk utawi solah tingkah (pangucap saha
patrap). Unggah-ungguh yaitu cara penggunaan bahasa menurut
tatakrama. Sedangkan tatakrama yaitu aturan dalam berbicara dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

orang lain dengan menggunakan tatacara bahasa yang baik


(pengucapan dan tingkat bahasa)
Jenis unggah-ungguh bahasa Jawa meliputi bahasa Jawa
ngoko, bahasa Jawa madya, dan bahasa Jawa krama. Dalam buku teks
bahasa Jawa sering digunakan wacana maupun teks yang mengandung
dialog orang yang lebih tua kepada orang yang lebih muda, maupun
bacaan berbahasa Jawa krama hal tersebut tentunya memungkinkan
penggunaan unggah-ungguh didalamnya. Penggunaan unggah-ungguh
akan melatih peserta didik untuk menerapkan tata krama dalam
berbicara dengan orang lain. Unggah-ungguh akan membuat peserta
didik dapat membedakan kata apa yang sesuai untuk digunakan dalam
berbicara dengan orang yang lebih tua, setara, maupun yang lebih
muda. Secara tidak langsung unggah-ungguh yang digunakan pada
setiap teks akan menambah perbendaharaan kosa kata peserta didik.
Penilaian dalam butir ini memiliki skor 4 apabila penggunaan
dan penerapan ragam bahasa sudah sesuai dengan kaidah unggah-
ungguh bahasa Jawa. Skor 3 jika penggunaan dan penerapan ragam
bahasa cukup sesuai dengan kaidah unggah-ungguh bahasa Jawa.
Skor 2 jika penggunaan dan penerapan ragam bahasa sedikit sesuai
dengan kaidah unggah-ungguh bahasa Jawa. Skor 1 jika penggunaan
dan penerapan ragam bahasa tidak sesuai dengan kaidah unggah-
ungguh bahasa Jawa.
3) Keruntutan dan Kesatuan Gagasan
Indikator keruntutan dan keterpaduan alur pikir dalam pemakaian bahasa
diarahkan pada hal-hal berikut.
a) Keruntutan dan keterpaduan paragraf mencerminkan hubungan
yang logis
Dalam butir ini menjelaskan tentang keruntutan dan
keterpaduan paragraf. Dalam buku teks pasti banyak mengandung
bacaan-bacaan yang tersusun dari beberapa paragraf. Paragraf pada
sebuah wacanapun commit to usersaling berhubungan agar dapat
teks harus
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

memberikan pesan yang dapat tersampaikan kepada pembacanya.


Seperti pendapat Muslich (2010: 305), penyampaian pesan
antarparagraf yang berdekatan dan antar kalimat dalam paragraf
mencerminkan hubungan yang logis. Jadi dapat disimpulkan bahasa
yang digunakan dalam menyusun wacana maupun teks dalam bentuk
paragraf harus mencerminkan hubungan yang logis agar pesan yang
terkandung dalam bacaan dapat tersampaikan dengan baik.
Penilaian dalam butir ini mendapatkan skor 4 apabila
keruntutan dan keterpaduan paragraf mencerminkan hubungan yang
logis. Skor 3 apabila keruntutan dan keterpaduan antarparagraf cukup
mencerminkan hubungan yang logis. Skor 2 apabila keruntutan dan
keterpaduan antarparagraf sedikit mencerminkan hubungan yang
logis. Skor 1 apabila keruntutan dan keterpaduan antarparagraf tidak
mencerminkan hubungan yang logis.
6. Kurikulum 2013
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu (UU No 20/2013). Pendapat lain dikemukakan oleh Romine (dalam
Hamalik, 2013: 4), yang dirumuskan sebagai berikut “Curriculum is
interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences
which pupils have under direction of the school, whether in the classroom or
not”. Pernyataan di atas memberi penjelasan bahwa tafsiran kurikulum bersifat
luas, kurikulum tidak hanya terdiri dari mata pelajaran namun juga kegiatan
dan pengalaman siswa dibawah arahan sekolah, di kelas maupun tidak.
Kurikulum selalu mengikuti perkembangan dan tuntutan zaman.
Pelaksanaan kurikulum harus melibatkan seluruh warga sekolah agar tercapai
tujuan yang diingankan. Peran kepala sekolah, pendidik, peserta didik, maupun
sarana dan prasarana belajar menjadi pendukung terlaksananya kurikulum
dengan baik. Seperti Kurikulum 2013 yang merupakan kurikulum pengganti
kurikulum KTSP. Perubahan commitkurikulum
to user sering dikaitkan dengan
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

perkembangna zaman dan peningkatan kualitas pendidikan yang sudah ada.


Kurikulum 2013 merupakan serentetan rangkaian penyempurnaan terhadap
kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 yang berbasis kompetensi lalu
diteruskan dengan kurikulum 2006 (KTSP) (Kurinasih, 2014: 7). Dari
pernyataan tersebut kurikulum selalu mengalami perubahan dari waktu ke
waktu untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih baik dan selalu
melibatkan para pelaku dalam dunia pendidikan. Seperti pernyataan Mulyasa
(2014: 39),
Keberhasilan kurikulum 2013 dalam menghasilkan insan yang
produktif, kreatif, dan inovatif, serta dalam merealisasikan tujuan
pendidikan nasional untuk membentuk watak dan peradaban bangsa
yang bermartabat sangat ditentukan oleh berbagai faktor (kunci
sukses).kunci sukses tersebut antara lain berkaitan dengan
kepemimpinan kepala sekolah, kreativitas guru, aktivitas peserta
didik, sosialisasi, fasilitas dan sumber belajar, lingkungan yang
kondusif akademik, dan partisipasi warga sekolah.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kurikulum harus


dilakukan serentak semua pelaku dunia pendidikan agar tercapai tujuan
pendidikan nasional yang diharapkan. Pengembangan kurikulum selalu
dilakukan secara berkala sesuai dengan tuntutan zaman. Pengembangan
kurikulum juga dilakukakan untuk menghadapi masa depan dengan berbagai
masalahnya. Karena pendidikan merupakan salah satu alat untuk menghasilkan
insan yang dapat menghadapi berbagai permasalahan di masa depan. Dan
tujuan pendidikan dirumuskan dalam suatu kurikulum pendidikan. Perubahan
dan pengembangan Kurikulum 2013 berlaku untuk semua mata pelajaran dan
salah satunya adalah mata pelajaran bahasa Jawa. Bahasa Jawa sebagai mata
pelajaran muatan lokal di Jawa Tengah juga senantiasa mengikuti perubahan
Kurikulum 2013. Dalam Kurikulum 2013 Muatan Lokal Bahasa Jawa
SMP/SMPLB/MTs Provinsi Jawa Tengah (2013: i-ii) dijelaskan bahwa,
Kurikulum 2013 Muatan Lokal Bahasa Jawa dikembangkan dengan
mempertimbangkan tantangan internal dan eksternal. Tantangan
internal terkait dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8
(delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi,
commit
standar proses, standar to user lulusan, standar pendidik dan
kompetensi
tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian


pendidikan.Tantangan eksternal terkait dengan arus globalisasi dan
berbagai isu yang terkait dengan kemajuan teknologi, informasi
perkembangan pendidikan di tingkat nasional dan internasional. Arus
globalisasi akan menggeser pola hidup dan budaya masyarakat Jawa.
Bila hal ini tidak ditangani secara tepat boleh jadi masyarakat Jawa
tinggal nama tanpa kepribadian.

Bahasa Jawa sebagai pelajaran muatan lokal juga selalu mempertimbangkan


aspek dari dalam maupun dari luar untuk menentukan kurikulum yang harus
dicapai. Karena sebagai pelajaran Muatan Lokal Bahasa Jawa mempunyai
peran penting dalam pelestarian kebudayaan. Kurikulum 2013 mata pelajaran
bahasa Jawa juga mempunyai karakteristik khas yang disusun dalam tujuan
implementasinya. Dalam Kurikulum 2013 Mulok Bahasa Jawa
SMP/SMPLB/MTs disebutkan karakteristik Kurikulum 2013 Mulok Bahasa
Jawa antara lain sebagai berikut:
Pengimplementasian Kurikulum 2013 Mulok Bahasa Jawa bertujuan
agar peserta didik memiliki kompetensi sebagai berikut: (1) menjaga
dan memelihara kelestarian bahasa, sastra, dan aksara Jawa sehingga
menjadi faktor penting untuk peneguhan jati diri daerah; (2)
menyelaraskan fungsi bahasa, sastra, dan aksara Jawa dalam
kehidupan masyarakat sejalan dengan arah pembinaan bahasa
Indonesia; (3) mengenali nilai-nilai estetika, etika, moral dan spiritual
yang terkandung dalam budaya Jawa untuk didayagunakan sebagai
upaya pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional; dan (4)
mendayagunakan bahasa, sastra, dan aksara Jawa sebagai wahana
untuk pembangunan karakter dan budi pekerti.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa bahasa Jawa sebagai pelajaran
muatan lokal juga senantiasa mengikuti perkembangan kurikulum yang
berlaku. Pelajaran-pelajaran muatan lokal yang merupakan pelajaran khusus
dari daerah tertentu merupakan pembelajaran yang penting untuk di berikan di
sekolah agar dapat mempertahankan budaya yang ada dan memberikan
pelajaran seperti norma dan budi pekerti. Menurut Richards “the language
teaching material is supposed to determine a specific culture of language
learning in the form of language teaching methodology, approach and role
relations between teachers and learners in a language classroom” (Karim, S
commit to user
& Haq, N, 2014: 157). Seperti pernyataan di atas materi pengajaran bahasa
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

seharusnya untuk menentukan budaya suatu bahasa dalam bentuk pengajaran


bahasa, pendekatan dan peran antara guru dan peserta didik di kelas. Karena
pembelajaran bahasa juga sebagai alat untuk menumbuhkan kecintaan peserta
didik terhadap bahasa sehari-harinya.
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah juga senantiasa
mempertahankan pelajaran bahasa Jawa sebagai muatan lokal di sekolah yang
ditandai dengan penyusunan Kurikulum 2013 mata pelajaran Muatan Lokal
Bahasa Jawa. Kurikulum 2013 memang merupakan hasil perubahan dan
perbaikan kurikulum untuk menyempurnakan kurikulum yang terdahulu sesuai
dengan perkembangan zaman yang ada. Jadi pada dasarnya Kurikulum 2013
merupakan kurikulum yang menitik beratkan pada pengembangan kompetensi
sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa penelitian terkait
dengan kelayakan buku teks, untuk dijadikan referensi dan rujukan dalam
penyusunan penelitian ini. Berikut beberapa penelitian yang relevan dengan
penelitian penulis.
Penelitian oleh Yusuf Muflikh Raharjo (2014) yang berjudul
“Kelayakan Bahan Ajar Bahasa Indonesia Kelas VII Wahana Pengetahuan”.
Penelitian ini difokuskan pada analisis kelayakan isi, penyajian, kadar
kebakuan, dan keterbacaan. Hasil dari penelitian ini mendapatkan presentase
sebesar 98% dari analisis kelayakan isi, presentase 80% dari analisis kelayakan
penyajian, ditemukan 96 kesalahan terkait penggunaan ejaan, diksi, kata,
kalimat, paragraf dari analisis kadar kebakuan, dan presentase 56% dari
analisis tingkat keterbacaan sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian oleh
Yusuf Muflikh Raharjo mendapatkan hasil yang cukup baik terkait dengan
kelayakan buku Wahana Pengetahuan.
Penelitian yang lain oleh Esti Prihatinah (2012) yang berjudul
“Keterbacaan Wacana Dalam Buku Teks Marsudi Basa Lan Sastra Jawa
Anyar Kelas VIII Untuk Pembelajaran Bahasa Jawa Sekolah Menengah
Pertama”. Penelitian ini fokus pada analisis keterbacaan dengan teknik tes isian
commit
wacana rumpang. Hasil penelitian to user
menunjukkan persentase hasil pengukuran
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

untuk wacana awal, tengah, dan akhir secara berturut-turut adalah 53,51%,
48,71%, dan 66,50%. Persentase rata-rata keterbacaan wacana awal, tengah,
serta akhir adalah 56,24% yang berarti wacana dalam buku teks Marsudi Basa
lan Sastra Jawa Anyar kelas VIII SMP merupakan wacana dengan keterbacaan
sedang. Hal tersebut menandakan bahwa wacana tersebut tidak terlalu sulit dan
tidak terlalu mudah untuk dipahami sehingga baik digunakan untuk
pembelajaran. Kategori tingkat baca siswa adalah instruksional yang
menandakan bahwa dalam pembelajaran siswa memerlukan petunjuk dari guru
untuk memahami wacana-wacana dalam buku teks Marsudi Basa lan Sastra
Jawa Anyar kelas VIII SMP.
Penelitian yang lain oleh Nugroho Ponco Santoso (2015) dengan judul
“Analisis Kesesuaian Buku Teks Pelajaran Bahasa Indonesia dengan
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas Kelas XI Semester I”. Peneliti fokus
pada analisis kesesuaian uraian materi dengan KIKD, kelayakan isi, kelayakan
bahasa dan keterbacaan pesan pada buku teks bahasa Indonesia yang
diterbitkan oleh pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan beberapa hasil
tentang kelemahan pada buku tersebut, yaitun KI dan KD pada kurikulum tidak
ditemukan sebanyak 7 buah, persentase kelayakan isi sebesar 89,88%,
sedangkan kelayakan bahasa dan keterbacaan memperoleh persentase sebesar
85,94%.

B. Kerangka Berpikir
Penelitian dengan judul “Analisis Kelayakan Buku Teks Bahasa Jawa
Kurikulum 2013 Tingkat SMP” ini mengkaji tentang kelayakan isi dan
kelayakan bahasa pada buku teks pelajaran. Penelitian disajikan dengan
pendekatan yang bersifat kualitatif. Berdasarkan kajian teori tentang hakikat
buku teks dan kurikulum 2013 dapat dibuat sebuah kerangka berpikir. Dalam
penelitian ini, peneliti berorientasi kepada kelayakan buku teks bahasa Jawa
Sekolah Menengah Pertama pada Kurikulum 2013. Prosedur dalam penelitian
dilakukan mulai dari pengumpulan data, identifikasi masalah, studi pustaka dan
teori, menggunakan instrumencommit to user
untuk menilai kelayakan isi dan bahasa,
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

menentukan data, reduksi data lalu menguji validitas data setelah itu akan
diberikan simpulan. Berikut skema kerangka berpikir penelitian ini.

Pengumpulan data dari buku teks Bahasa Jawa


Kurikulum 2013 kelas VII Marsudi Basa lan Sastra
Jawa

Reduksi data

Analisis kelayakan isi Analisis kelayakan


bahasa

Validasi data dengan triangulasi teori


dan peneliti

Penarikan simpulan

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

commit to user

Anda mungkin juga menyukai