Anda di halaman 1dari 15

E-ISSN: Vol. 9, No.

1,
2476-9703 MUALLIMUNA: JURNAL MADRASAH IBTIDAIYAH Oktober 2023
Terbit sejak Alamat web jurnal: http://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/jurnalmuallimuna Halaman:
2015 27-41

IMPLEMENTASI KETERAMPILAN PEMBELAJARAN ABAD 21


BERORIENTASI KURIKULUM MERDEKA MELALUI
PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA DI SEKOLAH DASAR

Nurin Ainani Arifah 1, Ratnasari Diah Utami1


1,2Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Muhammadiyah Surakarta


1nurinainaniarifah@gmail.com, 2rdu150@ums.ac.id

Article history
Received: Revised: Accepted: Published:
05 Mei 2023 25 Mei 2023 21 Juni 2023 31 Juli 2023

Abstrak: Pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan. Pemerintah meluncurkan


kurikulum merdeka dengan menerapkan projek penguatan profil pelajar Pancasila yang
dapat menjawab tantangan perkembangan zaman dengan menerapkan keterampilan
pembelajaran abad 21 yang meliputi 4C (communication, collaboration, creativity, dan
critical thinking). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana
perencanaan, proses pelaksanaan, dan evaluasi projek penguatan profil pelajar Pancasila
dalam mengimplementasikan keterampilan pembelajaran abad 21 berorientasi kurikulum
merdeka di sekolah dasar. Metode penelitian yang dilaksanakan yaitu kualitatif dengan
mendeskripsikan kondisi di lapangan secara rinci dan mendalam. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian yang dilakukan meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Uji keabsahan data dilakukan dengan metode triangulasi yaitu membandingkan dan
mengecek kembali hasil temuan dari beragam sumber dan teknik yang berbeda. Teknik
analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Hasil dari penelitian ini yaitu: 1) Perencanaan projek yaitu meliputi
membentuk tim/kelompok sebagai fasilitator aau pelaksana projek, mengetahui
bagaimana tahap kesiapan sekolah dalam melaksanakan projek, menetapkan dimensi,
tema, dan alokasi waktu projek, penyusunan modul projek, dan merancang asesmen
pelaporan hasil projek, 2) Proses pelaksanaan projek yaitu melalui tahap pengenalan,
kontekstual, aksi, dan share, 3) Evaluasi projek yaitu dengan melakukan asesmen
formatif, sumatif, dan diagnostik melalui pelaksanaan gelar karya. Implementasi
keterampilan pembelajaran abad 21 dapat diterapkan pada projek penguatan profil pelajar
Pancasila dengan menerapkan 4C.

Kata Kunci: kurikulum merdeka, keterampilan abad 21, projek, profil pelajar
Pancasila

IMPLEMENTATION OF INDEPENDENT CURRICULUM-ORIENTED 21ST


CENTURY LEARNING SKILLS THROUGH A PROJECT TO STRENGTHEN
PANCASILA STUDENT PROFILES IN ELEMENTARY SCHOOLS

Abstract: Education in Indonesia has developed. The government launched an


independent curriculum by implementing a project to strengthen the profile of Pancasila

27
28

students who can answer the challenges of the times by applying 21st century learning
skills which include 4C (communication, collaboration, creativity, and critical thinking).
This study aims to describe how the planning, implementation process, and evaluation of
projects to strengthen the profile of Pancasila students in implementing 21st century
learning skills oriented to an independent curriculum in elementary schools. The research
method used was qualitative by describing the conditions in the field in detail and depth.
Data collection techniques in the research conducted included interviews, observation,
and documentation. Testing the validity of the data was carried out using the
triangulation method, namely comparing and re-checking findings from various sources
and different techniques. The data analysis technique used is data reduction, data
presentation, and drawing conclusions. The results of this study are: 1) Project planning,
which includes forming a team/group as a facilitator or project implementer, knowing
what the school readiness stage is in implementing the project, establishing dimensions,
themes, and project time allocation, preparing project modules, and designing an
assessment of the results reporting project, 2) The process of implementing the project,
namely through the introduction, contextual, action, and share stages, 3) Evaluation of
the project, namely by conducting formative, summative, and diagnostic assessments
through the implementation of work titles. The implementation of 21st century learning
skills can be applied to projects to strengthen the profile of Pancasila students by
implementing 4C.

Keywords: independent curriculum, 21st century skills, projects, profile of Pancasila


students

PENDAHULUAN
Pendidikan di Indonesia sekarang mengalami perubahan, seperti perubahan
sistem pendidikan yang terarah, terencana, dan berkesinambungan agar mampu
memperbaiki mutu pendidikan dan menanggung pemerataan pendidikan dengan tujuan
menyiapkan generasi yang mampu menghadapi tantangan perubahan zaman secara
lokal, nasional, maupun global (Faiz, Parhan, & Ananda, 2022). Berbagai bentuk
inovasi perubahan perkembangan pendidikan di Indonesia yaitu telah melakukan
perubahan kurikulum lebih dari 10 sejak mula kemerdekaan Indonesia sampai sekarang,
hal ini berdampak pada perubahan gaya belajar mengajar pada setiap kurikulumnya.
Perubahan kurikulum di Indonesia dimulai dari adanya kurikulum rentjana
pembelajaran pada tahun 1947 sampai kurikulum baru saat ini yang menjadi
perbincangan, yakni kurikulum merdeka. Adanya kurikulum baru yang dibentuk oleh
Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia tersebut
merupakan bukti Indonesia telah memperbarui kurikulum pendidikan sebanyak tiga kali
kurang dari sepuluh tahun (Sugiri & Priatmoko, 2020).
Pemerintah Indonesia sudah menetapkan kurikulum prototipe pada tahun 2021
kemudian diperbaiki menjadi kurikulum merdeka pada tahun 2022. Ciri-ciri dari
kurikulum merdeka yang telah ditetapkan pemerintah yaitu adanya Projek Penguatan
Profil Pelajar Pancasila atau disingkat dengan sebutan P5. P5 adalah pembelajaran lintas
disiplin ilmu melalui projek yang bersifat kontekstual dan mengacu pada persoalan yang
berada di lingkup satuan pendidikan dan bertujuan meningkatkan kecakapan dan
karakter peserta didik sesuai dengan profil pelajar Pancasila (Satria, Adiprima, Wulan,
& Harjatanaya, 2022). Projek ini dapat dilaksanakan secara fleksibel di satuan
pendidikan artinya fleksibel dari segi aktivitas, muatan, maupun waktu pelaksanaannya.

Muallimuna: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Vol. 9, No. 1, Oktober 2023 I Halaman: 27-41
29

P5 merupakan pelaksanaan projek yang digunakan sebagai jembatan peserta didik


supaya berlatih mencari solusi dari suatu persoalan di lingkungan sekitarnya.
Sejak diberlakukan kurikulum merdeka, pendidikan juga telah menghadapi
tantangan di abad ke-21. Keterampilan di abad 21 merupakan tantangan bagi pendidik
dan peserta didik. Hal ini menjadi tuntutan dan tanggung jawab pendidikan di Indonesia.
Sesuai dengan karakter peserta didik abad ke-21 yaitu dimuat dalam Partnership of 21st
Century Skill mengemukakan bahwasanya di abad ke-21 ini peserta didik diharuskan
dapat menerapkan dan mengembangkan keterampilan yang bersifat kompetitif sesuai
dengan yang dibutuhkan zaman. Fokus pelaksanaan keterampilan pembelajaran di abad
ke-21 yaitu berpikir kritis dalam memecahkan masalah (critical thinking and problem
solving), komunikasi (communication), kreativitas (creativity), dan kolaborasi
(collaboration) (Prihadi, 2018). Keterampilan abad 21 tersebut dapat membentuk
karakter siswa yang dirancang oleh guru dalam pembelajaran (Dike, 2019).
Keterampilan pembelajaran abad 21 dapat diterapkan dan berhasil jika dengan
menggunakan proses pembelajarannya berpusat pada siswa (student centered) bukan
hanya berpusat pada guru (teacher centered). Oleh karena itu, pendidik harus memiliki
modal dasar agar mampu mengikuti perkembangan dan perubahan zaman serta dapat
mengajar dengan sempurna menyalurkan ilmunya di hadapan peserta didik khususnya
pada penerapan kurikulum merdeka saat ini (Fatkhul Arifin, Tri Anzani Ashari, 2021).
Hal ini bertujuan agar pendidik menginspirasi peserta didiknya dalam
mengimplementasikan keterampilan abad 21 saat kegiatan belajar mengajar (Halimah,
2017).
Penerapan P5 pada kurikulum merdeka bertujuan untuk mengimplementasikan
pengembangan karakter peserta didik yang mengacu pada profil pelajar Pancasila. P5
sangat penting untuk mengoptimalkan karakter siswa dengan memberikan kesempatan
peserta didik menuntut ilmu melalui pengalaman (experiential learning). Hal ini
dikarenakan di era abad 21 tugas pendidikan mengenai nilai dan karakter peserta didik
sangat diperlukan supaya seimbang dengan adanya perkembangan teknologi dengan
perkembangan peserta didiknya (Kurniawaty, Faiz, & Purwati, 2022). Dalam penerapan
P5 pada kurikulum merdeka, setiap sekolah/satuan pendidikan dapat bebas menetapkan
projek yang dipilih sesuai dengan permasalahan di lingkungan satuan pendidikan
tersebut. Implementasi P5 yaitu meliputi penentuan elemen, sub elemen, dan
perencanaan asesmen (Rachmawati, Marini, Nafiah, & Nurasiah, 2022).
Berdasarkan observasi di SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, terdapat
peserta didik yang belum menerapkan keterampilan abad 21 dalam aktivitas belajarnya.
Mereka belum menunjukkan aspek karakter kreatif dalam memunculkan ide, berpikir
kritis dalam memecahkan masalah, serta kurangnya komunikasi dan kolaborasi dengan
teman sejawat maupun guru dalam aktivitas pembelajaran. Hal ini dijelaskan oleh
penelitian terdahulu yang mengemukakan bahwa salah satu permasalahan dalam proses
pembelajaran yakni kurangnya keaktifan peserta didik, kurangnya kerja sama dan
komunikasi dengan tim dalam kegiatan berkelompok, serta belum kreatif dan kritis
dalam memunculkan ide dan memecahkan masalah (Setiyani, Musadad, Wahyuni, &
Abidin, 2020). Peserta didik harus kreatif dikarenakan tantangan yang dihadapi peserta
didik saat melaksanakan pembelajaran di sekolah yaitu memecahkan suatu
permasalahan atau isu yang menjadi topik pembelajarannya (Beghetto & Zhao, 2022).
Selain itu, terdapat penelitian yang menyebutkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan pendidikan karakter masih belum efektif diterapkan di sekolah (Hidayati,
Zaim, Rukun, & Darmansyah, 2014).

Implementasi Keterampilan Pembelajaran Abda 21 berorientasi pada Kurikulum … I Nurin Ainani Arifah
30

Oleh karena itu, dengan adanya pembelajaran berbasis projek di kurikulum


merdeka yaitu P5 maka siswa diharapkan menjadi pribadi yang kritis dalam
memecahkan masalah, dapat berkolaborasi dan berkomunikasi dengan baik sesama
teman atau tim, serta kreatif dalam menuangkan ide-ide yang positif. Hal tersebut
merupakan karakter peserta didik yang dibutuhkan dalam menjawab tantangan
pembelajaran abad 21. Terdapat beberapa keterampilan abad 21 yang harus diterapkan
peserta didik adalah keterampilan 4C, yaitu communication (komunikasi),
collaboration (kolaborasi), critical thinking and problem solving (berpikir kritis dan
pemecahan masalah), dan creativity (kreativitas) (Malik, 2018).
Beberapa studi yang berkaitan dengan “Implementasi Keterampilan
Pembelajaran Abad 21 Berorientasi Kurikulum Merdeka melalui Projek Penguatan
Profil Pelajar Pancasila di Sekolah Dasar” telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang
relevan, di antaranya yaitu: Beghetto & Zhao (2022), Kurniawaty et al. (2022), Anton
& Trisoni (2022), Kholidah, Winaryo, & Inriyani (2022), Halimah (2017), Prihadi
(2018), Budiono (2023), dan Malik (2018) secara umum dari hasil kajian tersebut dapat
diketahui bahwa projek penguatan profil pelajar Pancasila dapat menjawab tantangan
pendidikan dengan menerapkan keterampilan pembelajaran abad 21. Pendidik dapat
menerapkan keterampilan pembelajaran abad 21 pada kegiatan projek penguatan profil
pelajar Pancasila yang dilaksanakan di sekolah.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana perencaanaan, proses pelaksa naan,
dan evaluasi projek penguatan profil pelajar Pancasila dalam menerapkan keterampilan
pembelajaran abad 21 berorientasi kurikulum merdeka. Pada penelitian ini, sekolah
yang dipilih SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta kelas IV. SD Muhammadiyah 1
Ketelan Surakarta telah menerapkan kurikulum merdeka dan melaksanakan P5.
Pelaksanaan P5 tersebut dapat menjadi jawaban dari adanya tantangan pendidikan di
zaman sekarang, yaitu pembelajaran abad 21 yang di dalamnya terdapat keterampilan
pembelajaran abad 21 yang meliputi 4C.

METODE
Jenis penelitian ini menerapkan pendekatan kualitatif yang tujuannya untuk
menghasilkan kesimpulan berupa data yang digambarkan secara rinci. Penelitian
kualitatif merupakan suatu pendekatan ilmiah dengan menjelaskan kondisi tertentu dan
mendeskripsikan realitas dengan nyata, disusun dengan kalimat berdasarkan teknik
analisis data yang relevan dan didapat dari kondisi sebenarnya (Usman & Akbar, 2006).
Desain penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah studi lapangan.
Dalam penelitian ini data dan sumber data untuk mencari informasi yang sesuai
dengan fokus penelitian adalah menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
didapat secara langsung dari guru, data tersebut dapat berupa dokumen perancangan dan
pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila. Kemudian data sekunder dalam
penelitian ini diperoleh melalui sumber pustaka seperti buku, jurnal penelitian
internasional maupun nasional, skripsi yang relevan dengan fokus penelitian. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui metode wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Peneliti melakukan observasi pada pelaksanaan projek
penguatan profil pelajar Pancasila kelas IV untuk mendapatkan data tentang implementasi
keterampilan pembelajaran abad 21 berorientasi kurikulum merdeka melalui projek
penguatan profil pelajar Pancasila. Wawancara dilakukan terhadap kepala sekolah dan
guru kelas IV pelaksana projek. Tujuan dilakukannya wawancara yaitu untuk mencari

Muallimuna: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Vol. 9, No. 1, Oktober 2023 I Halaman: 27-41
31

tahu bagaimana kondisi nyata di lapangan guru sekolah dasar dalam upaya
mengimplementasikan projek penguatan profil pelajar Pancasila. Teknik pengumpulan
data dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan dokumentasi mengenai kondisi sekolah,
sarana dan prasarana, serta modul proyek dalam implementasi keterampilan pembelajaran
abad 21 berorientasi kurikulum merdeka melalui projek penguatan profil pelajar
Pancasila di SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta.
Objek yang diteliti dalam penelitian yang dilakukan yaitu implementasi
keterampilan abad 21 melalui proyek penguatan profil pelajar Pancasila. Subjek yang
berpartisipasi yaitu guru sebagai pelopor dalam menjalankan pembelajaran dengan
mengimplementasikan keterampilan abad 21, guru sebagai perancang proyek yang akan
dikembangkan dalam mencapai profil pelajar Pancasila, dan guru sebagai pelaksana
kurikulum merdeka. Subjek lainnya adalah peserta didik kelas 4 SD Muhammadiyah 1
Ketelan Surakarta. Subjek tambahan sebagai penguat hasil penelitian adalah kepala
sekolah SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta yang memiliki peran sebagai penggerak
dalam segala kegiatan yang berkaitan dengan sekolah khususnya pada implementasi
kurikulum merdeka.
Uji keabsahan data menggunakan metode triangulasi dengan membandingkan dan
memeriksa kembali hasil temuan dari beragam sumber dan teknik yang berbeda. Teknik
analisis data yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu dengan reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan (Ismiyanti & Handoyo, 2021). Reduksi data ini
merupakan proses pemilihan data-data menjadi sederhana, mengkategorisasikan data
yang diperlukan dan tidak diperlukan serta mengorganisasikan data yang telah diperoleh
hingga mendapatkan kesimpulan akhir dari hasil penelitian yang dilakukan. Penyajian
data dilakukan dengan menyusun informasi data temuan secara sistematis sehingga dapat
dilakukan tahap berikutnya yaitu penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan
terhadap penelitian yang dilakukan. Pada tahap penarikan kesimpulan ini dilakukan
dengan cara: (1) memikirkan ulang selama penulisan penelitian; (2) meninjau kembali
catatan hasil temuan di lapangan; (3) melakukan berbagai usaha dalam menempatkan
salinan temuan dalam seperangkat data lain.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan di SD Muhammadiyah 1 Ketelan
Surakarta yaitu implementasi keterampilan pembelajaran abad 21 dapat terlaksana dan
dijembatani oleh pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila. Projek penguatan
profil pelajar Pancasila yang dilaksanakan di dalamnya terdapat keterampilan
pembelajaran abad 21 yang dikenal dengan 4C, yaitu communication (komunikasi),
collaboration (kolaborasi), critical thinking (berpikir kritis), dan creativity (kreativitas).
SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta menuntun siswanya untuk mencapai
pembelajaran yang disesuaikan dengan tuntunan abad 21 yaitu dengan menerapkan
keterampilan pembelajaran abad 21 berbasis kurikulum merdeka melalui projek
penguatan profil pelajar Pancasila. Hal ini terbukti bahwa di SD Muhammadiyah 1
Ketelan Surakarta menjadi sekolah penggerak dan otomatis menerapkan kurikulum
merdeka dan menjalankan P5.
SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta merancang pembelajaran berbasis projek
masuk ke dalam ko-kurikuler. Pelaksanaan projek tersebut disesuaikan dengan
kemampuan yang dimiliki SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, capaian
pembelajaran yang akan dituju, keanekaragaman minat dan bakat siswa, dan

Implementasi Keterampilan Pembelajaran Abda 21 berorientasi pada Kurikulum … I Nurin Ainani Arifah
32

mempertimbangkan kecakapan hidup siswa. Oleh karena hal tersebut, SD


Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta melaksanakan projek secara kreatif dan inovatif
untuk menjawab tantangan pendidikan dengan mengimplementasikan keterampilan
pembelajaran abad 21 berorientasi kurikulum merdeka.
1. Perencanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dalam menerapkan
keterampilan pembelajaran abad 21 berorientasi kurikulum merdeka
Sebelum melaksanaan P5 dalam mengimplementasikan keterampilan
pembelajaran abad 21 berorientasi kurikulum merdeka, pendidik terlebih dahulu
melakukan perencanaan projek supaya dapat berjalan dengan lancar, hal ini dikarenakan
projek yang dilakukan berbeda dengan kegiatan berbasis projek yang termuat pada
muatan pembelajaran. Perencanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila meliputi: 1)
pembentukan tim fasilitator projek, 2) mengidentifikasi kesiapan satuan pendidikan
dalam melaksanakan projek, 3) menetapkan dimensi, tema, dan alokasi waktu, 4)
penyusunan modul projek, dan 5) melaporkan hasil projek serta asesmen. Perencanaan
P5 yang pertama adalah pembentukan tim fasilitator projek. Tim fasilitator projek
bertugas merancang dan melaksanakan aktivitas projek yang akan diajarkan pada peserta
didik. Pimpinan sekolah di SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, Sri Sayekti
mengungkapkan bahwasanya kepala sekolah telah melakukan penyusunan tim fasilitator
projek didampingi dengan waka kurikulum. Guru kelas merupakan tim fasilitator
pelaksana projek di setiap kelas. Guru kelas SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta
berperan penting dalam pelaksanaan projek.
Perencanaan P5 yang kedua adalah kesiapan sekolah. Pimpinan SD
Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, Sri Sayekti mengungkapkan bahwa pada tahap
persiapan, sekolah melaksanakan P5 dengan mengikuti kegiatan workshop dan
melakukan pelatihan-pelatihan mengenai bahan ajar dan berbagai asesmen yang
digunakan sehingga pembelajaran projek dapat dilaksanakan dilaksanakan secara
matang. Selain itu, dengan mengikuti pelatihan maka guru dapat terfokus pada
perkembangan hasil dari pembelajaran projek peserta didik agar terbentuk sebagai
manusia yang memiliki karakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila.
Tahapan perencanaan P5 yang ketiga adalah penentuan dimensi, tema, dan alokasi
waktu projek. Hasil yang diperoleh melalui dokumentasi modul projek pada tahun
2021/2022 SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta memilih tema Kearifan Lokal. Pada
kelas IV semester dua, tema Kearifan Lokal mengambil topik yaitu pembuatan masakan
Nusantara. Masakan Nusantara yang dibuat yaitu membuat dawet, makanan yang terbuat
dari singkong, dan nasi gudangan. Untuk pembuatan masakan Nusantara tersebut, peserta
didik bebas mengkreasikan isian dari dawet, jenis makanan dari singkong, maupun isian
dari nasi gudangan. Dimensi elemen dan sub elemen yang digunakan pada tema Kearifan
Lokal kelas IV SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta yaitu: 1) Beriman, bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia yaitu dibuktikan pada kegiatan
mencoba mengenal masakan-masakan dari luar daerahnya yang termasuk perwujudan
dari rasa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan cara mencintai dan
menghormati budaya yang dimiliki daerah lain, 2) Bergotong royong, yaitu dengan proses
pembuatan makanan nusantara yang dilakukan dengan cara berkerja sama dan
berkolaborasi dengan teman-teman serta didampingi dengan salah satu orang tua siswa
sebagai pembimbing, 3) Kreatif, yaitu dengan pembuatan masakan nusantara yang
beraneka bahan masakan membuat bisa memunculkan kreatifitas anak atas penggunakan
bahan masakan lain untuk masakan yang sama, dan 4) Berkebinekaan global yaitu adanya
berbagai masakan nusantara membuat kita lebih mengenal dan menghormati masakan

Muallimuna: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Vol. 9, No. 1, Oktober 2023 I Halaman: 27-41
33

dari daerah lain. Waktu pelaksaan projek dapat disesuaikan dengan kondisi di setiap
sekolah. Di SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta melaksanakan projek setiap
seminggu sekali atau empat kali dalam sebulan, ini sudah termasuk pada penentuan tema.
Tahapan perencanaan P5 yang keempat adalah penyusunan modul projek. Modul
projek disusun oleh guru kelas sebagai pelaksana projek. Guru kelas IV sekaligus guru
pelaksana projek SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, Tri Yuninarti mengungkapkan
bahwa modul projek disusun berdasar pada dimensi, elemen, dan sub elemen profil
pelajar Pancasila. Modul projek kelas IV SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta dengan
tema kearifan lokal yang telah dirancang guru sudah sesuai karena telah memenuhi
komponen yang telah ditentukan. Adapun komponen dari modul projek yaitu terdapat
profil modul, tujuan, aktivitas, dan asesmen. Rencana aktivitas yang akan dimunculkan
pada pelaksanaan projek dalam menerapkan keterampilan pembelajaran abad 21 termuat
pada modul projek yang penulis rinci dalam tabel berikut ini.

Tabel 1. Perencanaan Aktivitas yang Termuat dalam Modul Projek dalam Menerapkan
Keterampilan Pembelajaran Abad 21
No. Tahap Keterampilan Aktivitas dalam pelaksanaan
Pembelajaran Abad P5
21
1. Tahap pengenalan Communication dan - Peserta didik memberikan
(fell) collaboration jawaban atas pertanyaan
pemantik yang diajukan
oleh guru.
- Peserta didik berkolaborasi
dengan kelompok untuk
menjawab pertanyaan dari
guru.
2. Tahap kontekstual Communication, - Peserta didik setiap kelas
(imagine) collaboration, dibagi menjadi beberapa
creativity, dan tim/kelompok.
critical thinking - Peserta didik diharuskan
untuk berdiskusi bersama
dengan anggota
kelompoknya.
3. Tahap aksi (do) Communication, - Peserta didik berdiskusi
collaboration, dan dengan kelompoknya untuk
creativity menentukan makanan yang
akan dibuat.
- Peserta didik bersama
dengan kelompoknya
memulai untuk membuat
produk makanan Nusantara
sesuai dengan tema.
- Peserta didik dibebaskan
mengolah masakan menjadi
kreasi dan sajian yang
menarik.

Implementasi Keterampilan Pembelajaran Abda 21 berorientasi pada Kurikulum … I Nurin Ainani Arifah
34

4. Tahap share Communication dan - Peserta didik bersama


collaboration dengan kelompoknya
mempresentasikan hasil
produk yang telah dibuat.

2. Proses pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dalam


menerapkan keterampilan pembelajaran abad 21 berorientasi kurikulum
merdeka
Menurut hasil penelitian melalui observasi yang dilakukan oleh peneliti di SD
Muhammadiyah Ketelan 1 Surakarta kelas IV, pada proses pelaksanaan P5 terdapat
empat tahap, yaitu tahap pengenalan (fell), tahap kontekstual (imagine), tahap aksi (do),
dan tahap share (refleksi, evaluasi, dan tindak lanjut) yang di dalamnya terdapat
implementasi keterampilan pembelajaran abad 21 atau 4C (communication,
collaboration, critical thinking, dan creativity) yang dirinci oleh peneliti dalam tabel
berikut ini.

Tabel 2. Keterampilan Pembelajaran Abad 21 pada Pelaksanaan Projek Penguatan


Profil Pelajar Pancasila
No. Tahap Keterampilan Aktivitas dalam pelaksanaan P5
Pembelajaran Abad
21
1. Tahap pengenalan Communication dan - Komunikasi dan kolaborasi
(fell) collaboration antarsiswa maupun siswa
dengan guru yaitu adanya
pertanyaan pemantik dari
guru, siswa dapat menjawab
pertanyaan tersebut.
2. Tahap kontekstual Communication, - Peserta didik setiap kelas
(imagine) collaboration, dibagi menjadi beberapa
creativity, dan kelompok atau tim untuk
critical thinking berkolaborasi membuat
produk yang telah ditentukan
yang sesuai dengan tema.
- Setiap tim diminta untuk
berdiskusi bersama dengan
anggota timnya untuk
mengadakan studi kasus
mengenai permasalahan dan
bagaimana cara pembuatan
makanan tersebut.
- Mereka saling menuangkan
idenya bersama dengan
kelompok masing-masing
dengan bimbingan guru.
3. Tahap aksi (do) Communication, - Peserta didik menentukan
collaboration, dan masakan yang akan dibuat,
creativity menyiapkan alat dan bahan,

Muallimuna: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Vol. 9, No. 1, Oktober 2023 I Halaman: 27-41
35

dan praktik pembuatan


masakan.
- Peserta didik bersama dengan
kelompoknya memulai untuk
membuat produk makanan
Nusantara sesuai dengan tema
yaitu berupa gudangan,
makanan dari singkong, dan
dawet ayu.
- Siswa dibebaskan untuk
mengolah masakan mereka
masing-masing menjadi
kreasi yang menarik.
4. Tahap share Communication dan - Peserta didik bersama dengan
collaboration kelompoknya
mempresentasikan hasil
produk yang telah dibuat.
- Mereka mempresentasikan
dengan memberikan
informasi mengenai alat dan
bahan yang diperlukan saat
membuat produk makanan
Nusantara berupa gudangan
dan dawet ayu. Kemudian
mereka menjelaskan
bagaimana cara
pembuatannya.

3. Evaluasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dalam menerapkan


keterampilan pembelajaran abad 21 berorientasi kurikulum merdeka
Menurut observasi yang telah dilakukan oleh peneliti didapati hasil bahwasanya
bentuk evaluasi pelaksanaan P5 kelas IV di SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta ini
menggunakan asesmen sumatif, formatif, dan diagnostik. Asesmen formatif dilakukan
dengan mengadakan gelar karya atau pameran dimana guru memberikan penilaian kepada
siswa saat mempresentasikan produk masakan Nusantara berupa gudangan, makanan dari
singkong, dan dawet ayu. Gelar karya atau pameran produk ini melibatkan berbagai pihak
yang terdiri dari siswa, guru sebagai fasilitator, dan orang tua siswa yang telah membantu
adanya pelaksanaan projek. Asesmen sumatif dilakukan dengan menilai produk yang
dibuat peserta didik, mulai dari rasa dan penampilan. Sedangkan asesmen diagnostik
dilakukan dengan guru menanyakan mengenai keadaan siswa selama projek berlangsung,
apa saja yang sudah dipelajari, dan kendala atau kesulitan apa yang dialami.

Pembahasan
Pelaksanaan P5 yang telah dilakukan di dalamnya terdapat keterampilan
pembelajaran abad 21 yang biasa disebut dengan 4C, yaitu communication (komunikasi),
collaboration (kolaborasi), critical thinking (berpikir kritis), dan creativity (kreativitas).
Perihal tersebut relevan dengan hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa pelaksanaan
P5 menjadi jawaban dari tantangan abad 21 (Anton & Trisoni, 2022). Lebih lanjut

Implementasi Keterampilan Pembelajaran Abda 21 berorientasi pada Kurikulum … I Nurin Ainani Arifah
36

dijelaskan bahwa 4C dapat diimplementasikan melalui P5 yang membuat peserta didik


menjadi lebih berkualitas melalui kegiatan berkomunikasi dan berkolaborasi dengan
teman sekelompok, berpikir kritis dalam memecahkan masalah, dan kreatif dalam
memberikan ide-ide yang menarik.
Perencanaan P5 meliputi: 1) pembentukan tim/kelompok sebagai fasilitator atau
pelaksana projek, 2) mengetahui bagaimana tahap kesiapan sekolah dalam melaksanakan
projek, 3) menetapkan dimensi, tema, dan alokasi waktu, 4) penyusunan modul projek,
dan 5) melaporkan hasil projek serta asesmen (Satria et al., 2022). Perencanaan yang
pertama adalah pembentukan tim fasilitator projek. Tim fasilitator berperan penting
dalam pelaksanaan projek. Perihal tersebut dengan buku panduan pengembangan projek
bahwa tugas seorang fasilitator projek yaitu memberikan pendampingan kepada peserta
didik dalam merancang dan melaksanakan seluruh tahap aktivitas projek yang merupakan
cakupan belajar peserta didik (Satria et al., 2022).
Perencanaan yang kedua yaitu mengidentifikasi kesiapan satuan pendidikan.
Bentuk dari persiapan sekolah melaksanakan P5 dalam mengimplementasikan
keterampilan pembelajaran abad 21 adalah dengan mengikuti pelatihan-pelatihan atau
workshop. Perihal ini relevan dengan penelitian yang menyatakan bahwa dengan
mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan dapat mengembangkan
kompetensi guru dan memberikan kontribusi bagi guru untuk menunjang kelancaran
tugas (Rusdin, 2017). Dengan adanya pelaksanaan pelatihan atau workshop dapat
meningkatkan kompetensi guru (Purnama, 2022). Guru akan memiliki pemahaman yang
luas tentang perihal yang harus direncanakan dan dilaksanakan dalam melaksanakan P5
khususnya yaitu dalam mengimplementasikan keterampilan pembelajaran 21.
Perencanaan yang ketiga yaitu pemilihan tema dan penentuan waktu pelaksanaan
projek. Pemilihan tema dalam P5 dapat ditentukan oleh satuan pendidikan sesuai dengan
kondisi atau permasalahan yang ada. Tema adalah syarat yang harus dipilih dalam
pelaksanaan P5 dan minimal ada dua projek dalam satu tahun pembelajaran atau ada satu
projek dalam satu semester (Rachmawati et al., 2022). Sedangkan waktu pelaksanaan P5
dan mata pelajaran reguler maupun intrakurikuler pada kurikulum merdeka harus dibagi
dan dipisahkan. Waktu pelaksanaan projek dapat disesuaikan dengan kondisi di setiap
sekolah (Rachmawati et al., 2022).
Perencanaan yang keempat yaitu penyusunan modul projek. Modul projek
berguna sebagai acuan dalam prosedur penyusunan projek dan diperlukan sebagai alat
yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan projek (Suma, Pujani, & Yunithasari,
2022). Komponen dari modul projek yaitu terdapat profil modul, tujuan, aktivitas, dan
asesmen. Di dalam modul projek terdapat aktivitas/kegiatan mengenai hal yang
dilaksanakan pendidik dan peserta didik dalam melaksanakan P5 serta
mengimplementasikan keterampilan pembelajaran abad 21. Selain itu, terdapat asesmen
untuk menilai sejauh mana projek dapat berhasil terlaksana. Asesmen yang bermacam-
macam akan membuat peserta didik merasakan hal yang baru dan berbeda (Hikmasari,
Kartono, & Mariani, 2018).
Tahapan perencanaan P5 selanjutnya adalah menentukan asesmen dan
melaporkan hasil projek. Perencanaan asesmen adalah bagian yang penting untuk
melaksanakan projek. Hal-hal yang harus diperhatikan saat menyusun asesmen projek
yaitu menyusun asesmen dengan mempertimbangkan kondisi peserta didik dikarenakan
tidak seluruhnya asesmen sesuai dengan aktivitas projek yang dilakukan, selain itu
asesmen berguna untuk menilai peserta didik. Pada pelaksanaan projek kelas IV tema
kearifan lokal kelas IV SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, pendidik menyusun

Muallimuna: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Vol. 9, No. 1, Oktober 2023 I Halaman: 27-41
37

asesmen dengan mempertimbangkan pencapaian projek yaitu menggunakan asesmen


diagnostik, sumatif, dan formatif. Setelah menyusun dan mengelola asesmen penilaian,
kemudian guru membuat rapor projek sebagai bentuk laporan hasil projek yang telah
dilaksanakan.
Tahap pelaksanaan P5 dalam mengimplementasikan keterampilan pembelajaran
abad 21 yaitu tahap pengenalan (fell), tahap kontekstual (imagine), tahap aksi (do), dan
tahap share. Pertama adalah tahap pengenalan (fell). Kegiatan yang dilakukan pada
tahapan pengenalan ini yaitu guru mensosialisasikan materi P5 terkait dengan
menjelaskan definisi, tujuan, serta manfaat kegiatan projek tersebut. Setelah itu, guru
memperkenalkan tema projek pada siswa. Siswa dijelaskan bahwa tema yang diambil
adalah Kearifan Lokal dimana tema tersebut diambil sesuai rapat pimpinan sekolah untuk
mengenalkan kearifan lokal yang diharapkan peserta didik dapat melestarikannya.
Selanjutnya, guru memperkenalkan elemen dan sub elemen projek.
Pada tahap pengenalan, kegiatan yang dilakukan adalah mengenali dan
membangun kesadaran siswa mengenai tema yang akan dipelajari (Budiono, 2023).
Seorang pendidik yang berperan sebagai fasilitator melaksanakan projek dengan
mengajarkan peserta didik untuk memperhatikan keadaan atau kondisi nyata di sekitar.
Hal ini merupakan kegiatan yang realistis atau nyata agar membangun motivasi peserta
didik dengan adanya pelaksanaan projek. Selain itu, peserta didik diharapkan dapat
tertarik dan terlibat pada pelaksanaan projek. Peserta didik dapat diberikan pertanyaan
pemantik yang berguna untuk memancing rasa ingin tahu.
Implementasi keterampilan pembelajaran abad 21 pada pelaksanaan P5 tahap
pengenalan (fell) yaitu adanya komunikasi (communication) dan kolaborasi
(collaboration) yang terbukti dengan adanya komunikasi dan kolaborasi antarsiswa
maupun antara siswa dengan guru saat guru memberikan pertanyaan pemantik, siswa
dapat menjawab pertanyaan tersebut. Perihal ini relevan dengan penelitian yang
mengungkapkan bahwa kegiatan komunikasi dan kolaborasi adalah membagi ide,
memberikan informasi, maupun menjawab pertanyaan (Maulidah, 2021).
Tahap pelaksanaan P5 dalam mengimplementasikan keterampilan pembelajaran
abad 21 yang kedua adalah tahap kontekstual (imagine). Guru sebagai fasilitator dan
pelaksana projek sangat berperan penting di tahap kontekstual karena guru akan
menyampaikan informasi dan memberi pengarahan kepada siswa mengenai bagaimana
pelaksanaan projek. Pada tahap ini, peserta didik diminta mengidentifikasi masalah di
sekitar yang berkaitan dengan topik yang akan dipelajari (Budiono, 2023). Hal yang
dilakukan pada tahap ini yaitu mencari materi terkait masakan Nusantara, menyiapkan
alat dan bahan pembuatan, mereview hasil masakan Nusantara kemudian
mendokumentasikan, mengenalkan beberapa masakan Nusantara melalui praktik
memasak, dan mempersiapkan penyajian hasil masakan Nusantara. Hal tersebut relevan
dengan penelitian yang menyatakan bahwa pada pembelajaran berbasis projek, peserta
didik diminta mengembangkan idenya untuk menghasilkan suatu barang (Nurhayati,
Jamaris, & Marsidin, 2022).
Pada tahap kontekstual, peserta didik setiap kelas dibagi menjadi beberapa
kelompok atau tim untuk membuat produk yang telah ditentukan yang sesuai dengan
tema. Produk yang dibuat kelas IV dalam melaksanakan P5 adalah makanan Nusantara
berupa gudangan, makanan dari singkong, dan dawet ayu. Setiap tim diminta untuk
berdiskusi bersama dengan anggota timnya untuk mengadakan studi kasus menganai
permasalahan dan bagaimana cara pembuatan makanan tersebut. Mereka saling
menuangkan idenya bersama dengan kelompok masing-masing dengan bimbingan guru.

Implementasi Keterampilan Pembelajaran Abda 21 berorientasi pada Kurikulum … I Nurin Ainani Arifah
38

Hal ini merupakan bentuk kolaborasi tim untuk mewujudkan tujuan yang sama
(Yulliyanti, 2021). Kolaborasi adalah gotong royong dalam suatu kelompok untuk
mendiskusikan suatu hal (Yanti & Rochmah, 2018). Kegiatan tersebut merupakan
implementasi dari keterampilan pembelajaran abad 21 yaitu berupa komunikasi
(communication), kolaborasi (collaboration), dan berpikir kritis (critical thinking).
Tahap pelaksanaan P5 dalam mengimplementasikan keterampilan pembelajaran
abad 21 yang ketiga adalah tahap aksi (do). Pada tahap aksi ini, peserta didik merumuskan
peran dalam aksi yang nyata (Budiono, 2023). Tahap ini diawali dengan membuat
proposal sederhana atau time schedule. Kemudian peserta didik menentukan masakan
yang akan dibuat, menyiapkan alat dan bahan, dan praktik pembuatan masakan Nusantara
yang telah ditentukan.
Peserta didik bersama dengan kelompoknya memulai untuk membuat produk
makanan Nusantara sesuai dengan tema yaitu berupa gudangan, makanan dari singkong,
dan dawet ayu. Siswa dibebaskan untuk mengolah masakan mereka masing-masing
menjadi kreasi yang menarik. Hal ini didukung bahwa creativity merupakan kemampuan
untuk membuat sesuatu baru yang menarik (Nurhalisah, Paida, & Rahmatiah, 2022).
Siswa sangat kompak dan bersemangat saat membuat produk tersebut. Hal ini
relevan/sesuai dengan penelitian terdahulu yang mengemukakan bahwasanya kegiatan
interaksi peserta didik yang dilakukan secara berkelompok akan terjalin komunikasi antar
teman (Utami, 2015). Pengimplementasian keterampilan pembelajaran abad 21 sangat
terlihat di tahap aksi ini. Peserta didik saling berkomunikasi (communication), bergotong
royong/ berkolaborasi (collaboration), berkreativitas dengan ide-idenya yang kritis
(creativity). Pendidik memiliki kewajiban untuk membentuk peserta didik supaya
menjadi pelajar yang kreatif (Risminawati & Rofi’ah, 2015). Peserta didik harus kreatif
dikarenakan tantangan yang dihadapi peserta didik saat melaksanakan pembelajaran di
sekolah di era abad 21 yaitu memecahkan suatu permasalahan atau isu yang menjadi
topik pembelajarannya (Beghetto & Zhao, 2022).
Tahap pelaksanaan P5 dalam mengimplementasikan keterampilan pembelajaran
abad 21 yang keempat adalah tahap share. Pada tahap share, peserta didik secara
berkelompok mempresentasikan hasil produk yang telah dibuat. Mereka
mempresentasikan dengan memberikan informasi mengenai alat dan bahan yang
diperlukan saat membuat produk makanan Nusantara berupa gudangan dan dawet ayu.
Kemudian mereka menjelaskan bagaimana cara pembuatannya. Kegiatan tersebut
merupakan implementasi dari keterampilan pembelajaran abad 21 yang berupa
komunikasi (communication) dan kolaborasi (collaboration). Setelah mempresentasikan
hasil produk, guru memberikan penilaian sebagai bentuk evaluasi. Guru dan peserta didik
melaksanakan refleksi terhadap pelaksanaan dan hasil projek. Hasil dari refleksi yang
telah dilakukan maka digunakan sebagai acuan untuk rencana tindak lanjut pelaksanaan
projek ke depannya.
Kegiatan projek yang telah dilaksanakan melalui berbagai rangkaian perlu
dievaluasi supaya pembelajaran dapat lebih bermakna (Kholidah et al., 2022). Evaluasi
merupakan suatu bentuk penilaian mengenai seberapa jauh suatu kegiatan telah tercapai,
untuk mengetahui perbedaan pencapaian dengan standar tertentu. Bentuk evaluasi dapat
menggunakan asesmen sumatif, formatif, dan diagnostik (Suardipa & Primayana, 2020).
Asesmen formatif dilakukan dengan guru memberikan penilaian di akhir proses projek
yaitu mengadakan gelar karya atau pameran hasil produk yang telah dibuat peserta didik.
Pameran ini dimanfaatkan guru untuk memberikan penilaian kepada siswa saat
mempresentasikan pengalaman belajarnya mengenai pembuatan masakan daerah kepada

Muallimuna: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Vol. 9, No. 1, Oktober 2023 I Halaman: 27-41
39

orang lain, yang tentunya menjadi pengalaman yang sangat berharga dan bermakna.
Asesmen sumatif dilakukan dengan menilai produk yang dibuat peserta didik, mulai dari
rasa dan penampilan. Sedangkan asesmen diagnostik dilakukan dengan guru menanyakan
mengenai keadaan siswa selama projek berlangsung, apa saja yang sudah dipelajari, dan
kendala atau kesulitan apa yang dialami. Selain itu, asesmen ini berguna untuk
mendiagnosis sejauh mana peserta didik menyerap ilmu yang didapatkan dari guru selama
pembelajaran (Kuswara, NUrmiati, Gazali, & Lume, 2021). Hal ini berguna sebagai
refleksi dan tindak lanjut untuk memperbaiki projek ke depannya (Seco & Cendana,
2022).

PENUTUP
Dalam mengimplementasikan keterampilan pembelajaran abad 21 berorientasi
kurikulum merdeka melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) kelas IV SD
Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta terdapat beberapa perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Perencanaan P5 untuk mengimplementasikan keterampilan pembelajaran abad
21, yaitu: 1) pembentukan tim/kelompok sebagai fasilitator atau pelaksana projek, 2)
mengetahui bagaimana tahap kesiapan sekolah dalam melaksanakan projek, 3)
menetapkan dimensi, tema, dan alokasi waktu pelaksanaan projek, 4) penyusunan modul
projek, dan 5) perancangan asesmen pelaporan hasil projek. Proses pelaksanaan P5 untuk
mengimplementasikan keterampilan pembelajaran abad 21 meliputi empat tahap, yaitu:
1) tahap fell (pengenalan), 2) tahap kontekstual, 3) tahap do (aksi), dan 4) tahap share.
Evaluasi P5 untuk mengimplementasikan keterampilan pembelajaran abad 21 dilakukan
dengan mengadakan berbagai asesmen, yaitu asesmen formatif, sumatif, dan diagnostik
melalui pelaksanaan gelar karya. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan oleh
peneliti mengenai hal tersebut, maka telah didapati kesimpulan bahwasanya implementasi
keterampilan pembelajaran abad 21 dapat terlaksana melalui pelaksanaan P5. Pada
pelaksanaan P5 di dalamnya terdapat kegiatan yang menunjukkan keterampilan
pembelajaran abad 21 yang disebut dengan 4C, yaitu communication (komunikasi),
collaboration (kolaborasi), critical thinking (berpikir kritis), dan creativity (kreativitas).

UCAPAN TERIMA KASIH


Peneliti berterimakasih kepada seluruh pihak yang telah bersedia terlibat dan
membantu menyelesaikan penelitian ini. Terutama bagi kepala sekolah, guru, dan siswa SD
Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta.

DAFTAR PUSTAKA
Anton, & Trisoni, R. (2022). Konstribusi Keterampilan 4c Terhadap Projek Penguatan
Propil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka. Jurnal Ilmiah Pendidikan, 2(3),
528–535. https://doi.org/10.47709/educendikia.v2i3.1895
Beghetto, R. A., & Zhao, Y. (2022). Democratizing Creative Educational Experiences.
Review of Research in Education, 46(1), vii–xv.
https://doi.org/10.3102/0091732X221089872
Budiono, A. N. (2023). Analisis Persepsi Komite Pembelajaran dan Praktik Baik Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka. Journal on
Education, 5(2), 5340–5352. https://doi.org/10.31004/joe.v5i2.1278
Dike, D. D. (2019). Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Penguatan Karakter Di
Sekolah Dasar Kota Sintang Kalimantan Barat. Profesi Pendidikan Dasar, 1(2),
145–164. https://doi.org/10.23917/ppd.v1i2.9159

Implementasi Keterampilan Pembelajaran Abda 21 berorientasi pada Kurikulum … I Nurin Ainani Arifah
40

Faiz, A., Parhan, M., & Ananda, R. (2022). Paradigma Baru dalam Kurikulum Prototipe.
Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(1), 1544–1550.
https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i1.2410
Fatkhul Arifin, Tri Anzani Ashari, F. (2021). Muallimuna: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah.
Jurnal PGSD, 7(2), 53. https://doi.org/10.31602/muallimuna.v8i1.
Halimah, L. (2017). Keterampilan Mengajar sebagai Inspirasi untuk Menjadi Guru yang
Excellent di Abad Ke-21 (Cetakan 1; N. F. Atif, ed.). Bandung: Refika Aditama.
Hidayati, A., Zaim, M., Rukun, K., & Darmansyah. (2014). The Development of
Character Education Curriculum for Elementary Student in West Sumatera.
International Journal of Education and Research, 2(5), 61–70. Retrieved from
https://www.ijern.com/journal/June-2014/16.pdf
Hikmasari, P., Kartono, K., & Mariani, S. (2018). Analisis Hasil Asesmen Diagnostik dan
Pengajaran Remedial pada Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika melalui Model Problem Based Learning. Prisma, Prosiding Seminar
Nasional Matematika, 1, 400–408. Retrieved from
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/article/view/19610
Ismiyanti, Y., & Handoyo, E. (2021). Analisis Persepsi Dosen dan Mahasiswa terhadap
Penerapan Model Kewirausahaan Berbasis Karakter. Ideas: Jurnal Pendidikan,
Sosial, Dan Budaya, 7(4), 79. https://doi.org/10.32884/ideas.v7i4.478
Kholidah, L. N., Winaryo, I., & Inriyani, Y. (2022). Evaluasi Program Kegiatan P5
Kearifan Lokal Fase D di Sekolah Menengah Pertama. Edukatif : Jurnal Ilmu
Pendidikan, 4(6), 7569–7577. https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i6.4177
Kurniawaty, I., Faiz, A., & Purwati, P. (2022). Strategi Penguatan Profil Pelajar Pancasila
di Sekolah Dasar. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(4), 5170–5175.
https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i4.3139
Kuswara, R. D., NUrmiati, Gazali, Z., & Lume. (2021). Asesmen Diagnostik Non-
Kognitif Gaya Belajar Siswa di Sekolah Penggerak SMPN 4 Keruak, Lombok
Timur. Alamtana: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(3), 128–134.
https://doi.org/https://doi.org/10.51673/jaltn.v2i3.828
Malik, R. S. (2018). Educational Challenges in 21St Century and Sustainable
Development. Journal of Sustainable Development Education and Research, 2(1),
9. https://doi.org/10.17509/jsder.v2i1.12266
Maulidah, E. (2021). Keterampilan 4C Dalam Pembelajaran Untuk Anak Usia Dini.
Childhood Education : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2(1), 52–68.
https://doi.org/10.53515/cji.2021.2.1.52-68
Nurhalisah, Paida, A., & Rahmatiah. (2022). Implementasi Pembelajaran Critical ,
Communication , Collaboration And Creativity ( 4c ) oleh Guru Bahasa Indonesia
di SMPN 10 Barru. DEIKTIS: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra, 2(2), 170–
178. https://doi.org/https://doi.org/10.53769/deiktis.v2i2.257
Nurhayati, Jamaris, & Marsidin, S. (2022). Strengthening Pancasila Student Profiles In
Independent Learning Curriculum In Elementary School. International Journal Of
Humanities Education and Social Sciences (IJHESS), 1(6), 976–988.
https://doi.org/10.55227/ijhess.v1i6.183
Prihadi, E. (2018). Pengembangan Keterampilan 4C melalui Metode Poster Comment
pada Mata Pelajarann PAI dan Budi Pekerti. Jurnal Pendidikan Islam Rabbani,
2(1), 464–479. Retrieved from
https://journal.unsika.ac.id/index.php/rabbani/article/view/1745
Purnama, B. J. (2022). Workshop Teknik Kelompok sebagai Strategi Efektif

Muallimuna: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Vol. 9, No. 1, Oktober 2023 I Halaman: 27-41
41

Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Penyusunan Instrumen Penilaian. Ideguru:


Jurnal Karya Ilmiah Guru, 7(3), 308–316.
https://doi.org/10.51169/ideguru.v7i3.445
Rachmawati, N., Marini, A., Nafiah, M., & Nurasiah, I. (2022). Jurnal basicedu. 6(3),
3613–3625. https://doi.org/https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i3.2714
Risminawati, R., & Rofi’ah, S. N. (2015). Implementasi Pendidikan Ramah Anak Dalam
Pembentukan Karakter Siswa Kelas Rendah Sd Muhammadiyah Program Khusus
Kotta Barat Tahun Pelajaran 2013/ 2014. Profesi Pendidikan Dasar, 2(1), 68–76.
https://doi.org/10.23917/ppd.v2i1.1492
Rusdin, . (2017). Pendidikan Dan Pelatihan Sebagai Sarana Peningkatan Kompetensi
Guru Di Smp Negeri 02 Linggang Bigung. Jurnal Administrative Reform, 5(4), 200.
https://doi.org/10.52239/jar.v5i4.885
Satria, R., Adiprima, P., Wulan, K. S., & Harjatanaya, T. Y. (2022). Panduan
Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. In Badan Standar,
Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan. Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen
Pendidikan.
Seco, V. Y. R., & Cendana, W. (2022). Penerapan Refleksi Pribadi Untuk Membantu
Guru Menjalankan Peran Sebagai Fasilitator Pada Pembelajaran Daring. Padma
Sari: Jurnal Ilmu Pendidikan, 1(02), 103–116.
https://doi.org/10.53977/ps.v1i02.371
Setiyani, E., Musadad, A. A., Wahyuni, S., & Abidin, N. F. (2020). Peningkatan
Keaktifan dan Kerja Sama Melalui Pendekatan 4C dan Problem Posing dalam
Pembelajaran Sejarah di Kelas X IPS 2 SMAN 8 Surakarta. Yupa: Historical
Studies Journal, 2(2), 126–136. https://doi.org/10.30872/yupa.v2i2.133
Suardipa, I. P., & Primayana, K. H. (2020). Peran Desain Evaluasi Pembelajaran Untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran. Widyacarya, 4(2), 88–100.
https://doi.org/https://doi.org/10.55115/widyacarya.v4i2.796
Sugiri, W. A., & Priatmoko, S. (2020). Persprektif Asesmen Autentik Sebagai Alat
Evaluasi Dalam Merdeka Belajar. At-Thullab : Jurnal Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, 4(1), 53. https://doi.org/10.30736/atl.v4i1.119
Suma, K., Pujani, N. M., & Yunithasari, N. P. M. (2022). Pengembangan Modul Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Proceeding Senadimas Undiksha, 1287–1298.
Retrieved from https://lppm.undiksha.ac.id/senadimas2022/prosiding/file/171.pdf
Usman, H., & Akbar, P. S. (2006). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
Utami, R. D. (2015). Membangun Karakter Siswa Pendidikan Dasar Muhammadiyah
Melalui Identifikasi Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah. Profesi
Pendidikan Dasar, 2(1), 32–40. https://doi.org/10.23917/ppd.v2i1.1542
Yanti, A., & Rochmah, D. (2018). Penerapan Keterampilan 4C Abad 21 Dalam
Pembelajaran Pendidikan Dasar Di SDN Sunyaragi 1 Kota Cirebon. E-
Journal.Umc.Ac.Id, 9–13. Retrieved from https://www.e-
journal.umc.ac.id/index.php/pro/article/view/3489%0Ahttps://www.e-
journal.umc.ac.id/index.php/pro/article/view/3489/1776
Yulliyanti, L. (2021). Peningkatan Kompetensi Belajar Siswa Melalui Strategi Kolaborasi
Komunitas dengan Pemanfaatkan Aplikasi Google Meet untuk Pembelajaran
Daring yang Interaktif dan Komunikatif. JIRA: Jurnal Inovasi Dan Riset Akademik,
2(8), 1298–1308. https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.211

Implementasi Keterampilan Pembelajaran Abda 21 berorientasi pada Kurikulum … I Nurin Ainani Arifah

Anda mungkin juga menyukai