Oleh
Riza Umami
NIM 210020092
JL. Dukuh Menanggal No.XII, Telp./ Fax. (031) 8273999 Surabaya 60234; Web Site: http://www.pps-
unipasby.ac.id.
Pengembangan Kurikulum berdasarkan KKNI dan
Merdeka Belajar Menuju Kompetensi Abad ke 21
di Indonesia
Riza Umami
rissmam@gmail.com
Program Studi Teknologi Pendidikan, Angkatan: 2021-B,
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Mustaji, M.Pd
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan Kurikulum berdasarkan KKNI dan
berdasarkan Kurikulum merdeka belajar dalam mempersiapak peserta didik agar siap
menghadapi tuntunan kompetensi pada abad ke 21. kegiatan yang perlu dilakukan dalam
implementasi pengembangan kurikulum berbasis KKNI adalah : 1)Melakukan analisis SWOT,
Tracer study, untuk menjabarkan profil lulusan (SKL), 2)Merumuskan Kompetensi lulusan
(LearningOutcomes) berbasis KKNI, 3)Pemilihan bahan kajian sesuai 5 elemen kompetensi
untuk menyusun matakuliah, 4)Membuat matrik yang menggambarkan peta kompetensi,
keluasan, kedalaman dan kemampuan yg ingin dicapai dg bahan kajian, 5)membuat deskripsi
untuk setiap mata kuliah kajian sesuai besaran sks, 6)Menyusun struktur kurikulum
Fakultas/Prodi, beserta Perangkat pembelajarannya dan Karakteristik utama Kurikulum
Merdeka Belajar adalah : 1.)Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills
dan karakter sesuai profil pelajar Pancasila, 2)Fokus pada materi esensial sehingga ada
waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan
numerasi.3)Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai
dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan
lokal. Fokus penelitian ini adalah pengembangan kurikulum untuk menghadapi tuntutan
kompetensi abad 21 di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode pustaka (review
research) dan studi analisis untuk membangun tatanan teoritis atas materi ini. Setelah
menyelesaikan penelitian ini, diketahui bahwa Perkembangan Kurikulum berdasarkan KKNI
dan Berdasarkan Kurikulum Merdeka saling berintegrasi menyiapkan peserta didik kita siap
menghadapi daya saing kompetensi di abad ke 21
I. Pendahuluan
Penyelenggaraan pendidikan yang bermutu mempersyaratkan tersedianya kurikukum yang
baik. Kurikulum—sebagaimana dinyatakan Richard (2001) dan McNeil (2006)—memiliki
peran yang sangat strategis dan menentukan dalam pelaksanaan dan keberhasilan
pendidikan. Sejalan dengan itu, pengembangan kurikulum di perguruan tinggi merupakan
sebuah keniscayaan.
Pengembangan kurikulum harus dilakukan sebagai respon atas perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) (scientific vision), kebutuhan masyarakat (societal
needs), serta kebutuhan pengguna lulusan (stakeholder needs). Sungguhpun demikian,
suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa pemahaman dosen dan pemangku
kepentingan pendidikan tentang ihwal kurikulum dan pengembangannya masih sangat
beragam, dan masih dijumpai adanya miskonsepsi tentang ihwal pengembangan kurikulum,
terlebih lagi bertalian dengan pengembangan kurikulum Merdeka Belajar- Kampus Merdeka.
Seturut dengan itu, makalah ini akan menjelaskan beberapa hal pokok yang gayut dengan
pengembangan kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa (dan Sastra) Indonesia, yaitu
landasan pengembangan kurikulum, tahapan dalam pengembangan kurikulum, kurikulum
yang bersesuaian dengan tuntutan abad ke-21 atau Era Industri 4.0 dan Society 5.0, dan
pengembangan kurikulum merdeka belajar-kampus merdeka.
Kurikulum memiliki peran yang sangat strategis dan menentukan dalam pelaksanaan dan
keberhasilan pendidikan sebagaimana dinyatakan oleh Richard (2001: 2), ―curriculum
development is more comprehensive than syllabus design. It includes the processes that are
used to determine the needs of a group of learners, to develop aim and objectives for a
program to address those needs, to determine an appropriate syllabus, course structure,
teachings methods, and materials, and to carry out an evaluation of the language program
that results from the processes.
Pengembangan kurikulum yang baik didasarkkan pada sejumlah landasan, yakni landasan
filosofis, sosiologis, psikologis, konseptual-teoretis, historis, dan yuridis. Landasan filosofis
dalam pengembangan kurikulum menentukan mutu capaian pembelajaran, sumber dan isi
dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian proses dan hasil belajar,
hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan, dan mutu lulusan. Landasan
filosofis yang dipilih diharapkan dapat memberikan dasar bagi pengembangan seluruh
potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia unggul sebagaimana tercantum dalam
tujuan pendidikan nasional.
Terdapat sejumlah aliran filsafat pendidikan yang dapat dipertimbangkan dalam
pengembangan kurikulum, yaitu rekonstuksionisme, progresivisme, esensialisme, dan
perenilalisme (Oliva, 2009). Filsafat pendidikan rekonstruksionisme merupakan gelombang
penolakan atas krisis kemanusiaan di era modern. Filsafat rekonstruksionalisme berusaha
membangun peradaban secara dinamis tanpa terhenti oleh kemapanan, di samping
mengembalikan arti kebebasan manusia sesuai dengan fitrahnya. Progresivisme menolak
segala bentuk otoritarianisme dan absolutisme pendidikan serta berorientasi ke masa depan
(progress) sehingga tidak bersifat instan kekinian (the present). Esensialisme bercirikan atas
pandangan-pandangan humanisme. Esensialisme berbeda orientasi dengan progresivisme.
Jika progresivisme berhaluan masa depan; esensialisme lebih berorientasi
mempertahankan nilai-nilai. Perenialisme bercirikan atas norma-norma (nilai-nilai)
kekekalan (abadi). Sesuai dengan namanya, perennial (’abadi atau kekal’), aliran ini juga
merupakan gelombang penolakan atas modernitas di Barat yang cenderung kering dari
nuansa religius. Namun kiranya perlu disadari bahwa pada dasarnya tidak ada satu pun
filsafat pendidikan yang dapat digunakan secara spesifik untuk pengembangan kurikulum
yang dapat menghasilkan manusia yang berkualitas.
Secara sosilologis, pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan
bangsa masa kini dan masa mendatang. Sejalan dengan pandangan ini, kurikulum
dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk
membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa
yang lebih baik di masa depan. Kurikulum hendaknya diyakini sebagai rancangan
pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa.
Pengembangan kurikulum juga harus memperhatikan kebutuhan pendidikan yang dapat
memberi kesempatan dan pengalaman kepada peserta didik mengembangkan segenap
potensi diri yang dimiiknya agan menjadi capaian orestasi yang unggul. Proses pendidikan
harus memperhatikan tingkat perkembangan berpikir, minbat, motivasi, dan segenap
karakteristik yang dimiliki peserta didik. Pendidikan harus mampu memfasilitasi
bertumbuhkembangnya kecerdasan spiritual, social, emosional, dan intelektual secara
berimbang. Proses pendidikan harus memperhatikan tingkat kematangan psikologis serta
kematangan fisik peserta didik. Dengan demikian, pendidikan diharapkan akan mampu
menghasilkan kecemerlangan akademik dan non-akademik peserta didik. Pengembangan
kurikulum harus pula memperhatikan kebutuhan pembelajaran Era Industri 4.0 dan Society
5.0,
Terkait dengan Kurikulum Masa Depan, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
sebagaimana dimuat dalam Paradigma Pendidikan Nasional Di Abad-21, dikemukakan,
paradigma pendidikan yang demokratis, bernuansa permainan, penuh keterbukaan,
menantang, melatih rasa tanggung jawab, akan merangsang anak didik untuk datang ke
sekolah atau ke kampus karena senang, bukan karena terpaksa. Meminjam kata-kata Ackoff
& Greenberg (2008): “Education does not depend on teaching, but rather on the self-
motivated, curiosity and self- initiated actions of the learner.” (BSNP, 2010: 38)
Dengan mengacu pada paradigma pendidikan serta paradigma pendidikan nasional, BSNP
merumuskan 8 paradigma pendidikan nasional Masa Depan sebagai berikut:
1. Untuk menghadapi di Abad-21 yang makin syarat dengan teknologi dan sains dalam
masyarakat global di dunia ini, maka pendidikan kita haruslah berorientasi pada
matematika dan sains disertai dengan sains sosial dan kemanusiaan (humaniora)
dengan keseimbangan yang wajar.
2. Pendidikan bukan hanya membuat seorang peserta didik berpengetahuan, melainkan
juga menganut sikap keilmuan dan terhadap ilmu dan teknologi, yaitu kritis, logis,
inventif dan inovatif, serta konsisten, namun disertai pula dengan kemampuan
beradaptasi. Di samping memberikan ilmu dan teknologi, pendidikan ini harus disertai
dengan menanamkan nilai-nilai luhur dan menumbuh kembangkan sikap terpuji untuk
hidup dalam masyarakat yang sejahtera dan bahagia di lingkup nasional maupun di
lingkup antarbangsa dengan saling menghormati dan saling dihormati.
3. Untuk mencapai ini mulai dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, menengah
dan pendidikan tinggi haruslah merupakan suatu sistem yang tersambung erat tanpa
celah, setiap jenjang menunjang penuh jenjang berikutnya, menuju ke frontier ilmu.
Namun demikian, penting pula pada akhir setiap jenjang, di samping jenjang untuk ke
pendidikan berikutnya, terbuka pula jenjang untuk langsung terjun ke masyarakat.
4. Bagaimanapun juga, pada setiap jenjang pendidikan perlu ditanamkan jiwa
kemandirian, karena kemandirian pribadi mendasari kemandirian bangsa,
kemandirian dalam melakukan kerjasama yang saling menghargai dan menghormati,
untuk kepentingan bangsa.
5. Khusus di perguruan tinggi, dalam menghadapi konvergensi berbagai bidang ilmu dan
teknologi, maka perlu dihindarkan spesialisasi yang terlalu awal dan terlalu tajam.
6. Dalam pelaksanaan pendidikan perlu diperhatikan kebhinnekaan etnis, budaya,
agama dan sosial, terutama di jenjang pendidikan awal. Namun demikian,
pelaksanaan pendidikan yang berbeda ini diarahkan menuju ke satu pola pendidikan
nasional yang bermutu.
7. Untuk memungkinkan seluruh warganegara mengenyam pendidikan sampai ke
jenjang pendidikan yang sesuai dengan kemampuannya, pada dasarnya pendidikan
harus dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat dengan mengikuti kebijakan
yang ditetapkan oleh pemerintah (pusat dan daerah).
8. Untuk menjamin terlaksananya pendidikan yang berkualitas, sistem monitoring yang
benar dan evaluasi yang berkesinambungan perlu dikembangkan dan dilaksanakan
dengan konsisten. Lembaga pendidikan yang tudak menunjukkan kinerja yang baik
harus dihentikan. (BSNP, 2010: 43)
II. Metode Penelitian
Penulisan artikel ini menggunakan studi pustaka (Library Review) yaitu cara cara
menggunakan pustaka dalam pengumpulan data dari dokumen kepustakaan seperti jurnal,
buku, majalah dan dokumen lainnya. Studi pustaka bertujuan untuk menentukan data dan
bahan penelitian.(Zed, 2004) dalam artian data tersebut digunakan untuk menganalisis
permasalahan yang berasal dari kepustakaan, dengan membaca jurnal, buku dan dokumen-
dokumen lainnya.(Soewajdi, 2012) Teknik data yang diterapkan yakni dengan
menggunakan dokumentasi serta penganalisisannya baik dokumen yang tertulis, bergambar
dan lainnya.(Syukmadinata, 2014) artikel ini ditulis dengan menggunakan metode deskriptif
analisis dari data yang telah dianalogi melalui redukasi data, penguraian data, dan kemudian
disimpulkan.
III. Hasil
a) Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
Menurut Peraturan Presiden Republik IndonesiaNomor 8 Tahun 2012 tentangKerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), dan Kebijakan Ditjen Pendidikan Tinggi Tentang
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, Indonesian Qualification Framework, Dan Arah
Kurikulum LPTK, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2011,dijelaskan beberapa konsep penting sebagai berikut:
1. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), adalah kerangka penjenjangan
kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan
mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta
pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai
dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor (ps.1 ay.1);
2. KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati diri Bangsa Indonesia terkait dengan
sistem pendidikan dan pelatihan nasional yang dimiliki Indonesia.
3. KKNI terdiri atas 9 (sembilan) jenjang kualifikasi, dimulai dari Kualifikasi 1 sebagai
kualifikasi terendah dan Kualifikasi – 9 sebagai kualifikasi tertinggi(Lihat: Skema di h.
8).dan
4. Jenjang kualifikasi adalah tingkat capaian pembelajaran yang disepakati secara
nasional, disusun berdasarkan ukuran hasil pendidikan dan/atau pelatihan yang
diperoleh melalui pendidikan formal, nonformal, informal, atau pengalaman kerja.
5. Dengan terbitnya Perpres No. 8 Tahun 2012, maka setiap perguruan tinggi, termasuk
LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan) tentunya harus segera merumuskan
kurikulum program studi yang berbasis KKNI.
S3 S3T SPESIALIS 2
9
S2 S2T SPESIALIS 1
PROFESI
8
S1 DIV/ S1T 7
DIII 6
DII
5
4
DI
SMU SMK 3
PROGRAM
PROFESI 2
Skema : 9 (sembilan) jenjang kualifikasi dalam KKNI
Setiap jenjang kualifikasi pada KKNI memiliki kesetaraan dengan capaian pembelajaran
yang dihasilkan melalui pendidikan, pelatihan kerja atau pengalaman kerja. Jenjang 1-3
dikelompokkan dalam jabatan operator, jenjang 4-6 dalam jabatan teknisi atau analis, serta
jenjang 7-9 jabatan ahli. Lulusan pendidikan dasar setara dengan jenjang 1; lulusan
pendidikan menengah paling rendah setara dengan jenjang 2; Diploma 1 paling rendah
setara dengan jenjang 3; lulusan Diploma 4 atau Sarjana Terapan dan Sarjana paling
rendah setara dengan jenjang 6; dan seterusnya hingga jenjang 9 doktor dan doktor
terapan.
IV. Pembahasan
1. Pengembangan Kurikulum Berdasarkan KKNI
KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan,
menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan
kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja
sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.
Dengan adanya KKNI ini diharapkan akan mengubah cara melihat kompetensi
seseorang, tidak lagi semata Ijazah tapi dengan melihat kepada kerangka kualifikasi
yang disepakati secara nasional sebagai dasar pengakuan terhadap hasil pendidikan
seseorang secara luas (formal, non formal, atau in formal) yang akuntanbel dan
transparan.
IV. Pembahasan
1. Pengembangan Kurikulum Berdasarkan KKNI
KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan,
menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan
kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja
sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.
Dengan adanya KKNI ini diharapkan akan mengubah cara melihat kompetensi
seseorang, tidak lagi semata Ijazah tapi dengan melihat kepada kerangka kualifikasi
yang disepakati secara nasional sebagai dasar pengakuan terhadap hasil pendidikan
seseorang secara luas (formal, non formal, atau in formal) yang akuntanbel dan
transparan.
Ada beberapa strategi implementasi kurikulum merdeka yang akan dijadikan tinjak
lanjut dari kebijakan Kemendikburistek.
Berikut ada tiga pilihan implementasi kurikulum merdeka jalur mandiri yang bisa
diaplikasikan oleh satuan pendidikan, yakni mandiri belajar, mandiri berubah, dan
mandiri berbagai.
1) Mandiri Belajar
Satuan pendidikan diberikan kebebasan saat menerapkan kurikulum merdeka,
tanpa mengganti kurikulum satuan pendidikan yang sedang diterapkan pada
satuan pendidikan PAUD kelas 1, 4, 7, dan 10.
2) Mandiri Berubah
Satuan pendidikan diberikan keleluasaan untuk
menerapkan kurikulum merdeka dengan menggunakan perangkat ajar yang
sudah disediakan pada satuan pendidikan dari Pendidikan Anak Usia Dini
kelas 1,4,7 dan 10.
3) Mandiri berbagai
Satuan pendidikan diberikan kesempatan untuk mengembangkan sendiri
berbagai perangkat ajar pada satuan pendidikan dari Pendidikan Anak Usia
Dini, kelas 1, 4, 7 dan 10.
Kurikulum Merdeka di Satuan Pendidikan atau SMK-PK menjadi angin segar dalam
upaya perbaikan dan pemulihaan pembelajaran yang diluncurkan pertama kali
pada 2021.
V. Penutup
Perkembangan kurikulum merupakan suatu aspek yang tidak baku dan juga selalu berubah
disetiap generasi yang diiringi dengan adanya evaluasi. Hal tersebut bertujuan untuk
menyempurnakan kekurangan yang terdapat pada kurikulum sebelum adanya perubahan.
Sudah tidak diragukan lagi jika Abad 21 segalahal yang berkaitan dengan pendidikan selalu
dihubungkan dengan kemajuan teknologi, dimana teknologi merupakan suatu hal yang tidak
asing dikalangan pendidikan maupun masyarakat. Penyebab dari terciptanya out put yang
berkualitas tertuju pada profesionalitas guru, dimana guru merupakan mata pedang yang
menjadi barisan terdepan menentukan jalannya kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan
tuntutan kompetensi yang telah ditetapkan. Seorang guru juga berperan penting dalam
menjadi fasilitator, evaluator dan motivator. Dimana hal tersebut merupakan kewajiban yang
harus dipenuhi guru untuk terciptanya proses belajar mengajar yang ideal. Pada abad
sebelumnya, pembelajaran lebih dominan menggunakan paradigma teaching dimana
pembelajaran tersebut lebih terfokus pada guru dan peserta didik sebagai audienc,
sedangkan di abad 21 paradigma pembelajaran tersebut di ubah menjadi learning dimana
peserta didik menjadi pusat dalam pembelajaran.
Perkembangan Kurikulum berdasarkan KKNI dan Berdasarkan Merdeka belajar
merupakan upaya pengembangan Kurikulum yang saling berkaitan menuju tuntutan
kompetensi abad ke 21. Dengan harapan peserta didik kita nantinya menjadi generasi
penerus bangsa dapat mengikuti daya saing abad 21
Daftar Pustaka
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 109 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh Pada Pendidikan Tinggi
http://baa.unas.ac.id/2013/04/kurikulum-nasional-berbasis-kompetensi-mengacu-pada-kkni/
https://kurikulum.kemdikbud.go.id/kurikulum-merdeka/
https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/kurikulum-merdeka-belajar
Mukminan. (2015). Kurikulum Masa Depan. Seminar Dan Kuliah Tamu “Pembelajaran
Modern,” 1–15. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/dr-mukminan/ba-32kur-
masa-depansemnas-untirta16-2-15.pdf
Suwandi, S. (2020). Pengembangan Kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa (dan
Sastra) Indonesia yang Responsif terhadap Kebijakan Merdeka Belajar-Kampus
Merdeka dan Kebutuhan Pembelajaran Abad ke-21. Seminar Nasional Pendidikan
Bahasa Dan Sastra, 1(1), 1–12.
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/semiba/article/view/13356
Maslahah, A. U. (2018). Penerapan Kurikulum Mengacu Kkni Dan Implikasinya Terhadap
Kualitas Pendidikan Di Ptkin. Edukasia : Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 13(1),
227–248. https://doi.org/10.21043/edukasia.v13i1.5717
Diah Rusmala Dewi. (2019). Pengembangan Kurikulum Di Indonesia Dalam Menghadapi
Tuntutan Abad Ke-21. As-Salam: Jurnal Studi Hukum Islam & Pendidikan, 8(1), 1–22.
https://doi.org/10.51226/assalam.v8i1.123