Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

“Pengembangan Kurikulum berdasarkan KKNI dan


Merdeka Belajar Menuju Kompetensi Abad ke 21 di
Indonesia ”

Oleh

Riza Umami
NIM 210020092

Kelas : TEP B 2021


Mata Kuliah : Perec. Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Mustaji, M.Pd

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA


SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM STUDI MAGISTER (S2)
PENDIDIKAN OLAHRAGA

JL. Dukuh Menanggal No.XII, Telp./ Fax. (031) 8273999 Surabaya 60234; Web Site: http://www.pps-
unipasby.ac.id.
Pengembangan Kurikulum berdasarkan KKNI dan
Merdeka Belajar Menuju Kompetensi Abad ke 21
di Indonesia

Riza Umami
rissmam@gmail.com
Program Studi Teknologi Pendidikan, Angkatan: 2021-B,
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Mustaji, M.Pd

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan Kurikulum berdasarkan KKNI dan
berdasarkan Kurikulum merdeka belajar dalam mempersiapak peserta didik agar siap
menghadapi tuntunan kompetensi pada abad ke 21. kegiatan yang perlu dilakukan dalam
implementasi pengembangan kurikulum berbasis KKNI adalah : 1)Melakukan analisis SWOT,
Tracer study, untuk menjabarkan profil lulusan (SKL), 2)Merumuskan Kompetensi lulusan
(LearningOutcomes) berbasis KKNI, 3)Pemilihan bahan kajian sesuai 5 elemen kompetensi
untuk menyusun matakuliah, 4)Membuat matrik yang menggambarkan peta kompetensi,
keluasan, kedalaman dan kemampuan yg ingin dicapai dg bahan kajian, 5)membuat deskripsi
untuk setiap mata kuliah kajian sesuai besaran sks, 6)Menyusun struktur kurikulum
Fakultas/Prodi, beserta Perangkat pembelajarannya dan Karakteristik utama Kurikulum
Merdeka Belajar adalah : 1.)Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills
dan karakter sesuai profil pelajar Pancasila, 2)Fokus pada materi esensial sehingga ada
waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan
numerasi.3)Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai
dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan
lokal. Fokus penelitian ini adalah pengembangan kurikulum untuk menghadapi tuntutan
kompetensi abad 21 di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode pustaka (review
research) dan studi analisis untuk membangun tatanan teoritis atas materi ini. Setelah
menyelesaikan penelitian ini, diketahui bahwa Perkembangan Kurikulum berdasarkan KKNI
dan Berdasarkan Kurikulum Merdeka saling berintegrasi menyiapkan peserta didik kita siap
menghadapi daya saing kompetensi di abad ke 21

Keyword: KKNI, Merdeka belajar, Abad ke 21

I. Pendahuluan
Penyelenggaraan pendidikan yang bermutu mempersyaratkan tersedianya kurikukum yang
baik. Kurikulum—sebagaimana dinyatakan Richard (2001) dan McNeil (2006)—memiliki
peran yang sangat strategis dan menentukan dalam pelaksanaan dan keberhasilan
pendidikan. Sejalan dengan itu, pengembangan kurikulum di perguruan tinggi merupakan
sebuah keniscayaan.
Pengembangan kurikulum harus dilakukan sebagai respon atas perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) (scientific vision), kebutuhan masyarakat (societal
needs), serta kebutuhan pengguna lulusan (stakeholder needs). Sungguhpun demikian,
suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa pemahaman dosen dan pemangku
kepentingan pendidikan tentang ihwal kurikulum dan pengembangannya masih sangat
beragam, dan masih dijumpai adanya miskonsepsi tentang ihwal pengembangan kurikulum,
terlebih lagi bertalian dengan pengembangan kurikulum Merdeka Belajar- Kampus Merdeka.
Seturut dengan itu, makalah ini akan menjelaskan beberapa hal pokok yang gayut dengan
pengembangan kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa (dan Sastra) Indonesia, yaitu
landasan pengembangan kurikulum, tahapan dalam pengembangan kurikulum, kurikulum
yang bersesuaian dengan tuntutan abad ke-21 atau Era Industri 4.0 dan Society 5.0, dan
pengembangan kurikulum merdeka belajar-kampus merdeka.
Kurikulum memiliki peran yang sangat strategis dan menentukan dalam pelaksanaan dan
keberhasilan pendidikan sebagaimana dinyatakan oleh Richard (2001: 2), ―curriculum
development is more comprehensive than syllabus design. It includes the processes that are
used to determine the needs of a group of learners, to develop aim and objectives for a
program to address those needs, to determine an appropriate syllabus, course structure,
teachings methods, and materials, and to carry out an evaluation of the language program
that results from the processes.
Pengembangan kurikulum yang baik didasarkkan pada sejumlah landasan, yakni landasan
filosofis, sosiologis, psikologis, konseptual-teoretis, historis, dan yuridis. Landasan filosofis
dalam pengembangan kurikulum menentukan mutu capaian pembelajaran, sumber dan isi
dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian proses dan hasil belajar,
hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan, dan mutu lulusan. Landasan
filosofis yang dipilih diharapkan dapat memberikan dasar bagi pengembangan seluruh
potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia unggul sebagaimana tercantum dalam
tujuan pendidikan nasional.
Terdapat sejumlah aliran filsafat pendidikan yang dapat dipertimbangkan dalam
pengembangan kurikulum, yaitu rekonstuksionisme, progresivisme, esensialisme, dan
perenilalisme (Oliva, 2009). Filsafat pendidikan rekonstruksionisme merupakan gelombang
penolakan atas krisis kemanusiaan di era modern. Filsafat rekonstruksionalisme berusaha
membangun peradaban secara dinamis tanpa terhenti oleh kemapanan, di samping
mengembalikan arti kebebasan manusia sesuai dengan fitrahnya. Progresivisme menolak
segala bentuk otoritarianisme dan absolutisme pendidikan serta berorientasi ke masa depan
(progress) sehingga tidak bersifat instan kekinian (the present). Esensialisme bercirikan atas
pandangan-pandangan humanisme. Esensialisme berbeda orientasi dengan progresivisme.
Jika progresivisme berhaluan masa depan; esensialisme lebih berorientasi
mempertahankan nilai-nilai. Perenialisme bercirikan atas norma-norma (nilai-nilai)
kekekalan (abadi). Sesuai dengan namanya, perennial (’abadi atau kekal’), aliran ini juga
merupakan gelombang penolakan atas modernitas di Barat yang cenderung kering dari
nuansa religius. Namun kiranya perlu disadari bahwa pada dasarnya tidak ada satu pun
filsafat pendidikan yang dapat digunakan secara spesifik untuk pengembangan kurikulum
yang dapat menghasilkan manusia yang berkualitas.
Secara sosilologis, pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan
bangsa masa kini dan masa mendatang. Sejalan dengan pandangan ini, kurikulum
dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk
membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa
yang lebih baik di masa depan. Kurikulum hendaknya diyakini sebagai rancangan
pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa.
Pengembangan kurikulum juga harus memperhatikan kebutuhan pendidikan yang dapat
memberi kesempatan dan pengalaman kepada peserta didik mengembangkan segenap
potensi diri yang dimiiknya agan menjadi capaian orestasi yang unggul. Proses pendidikan
harus memperhatikan tingkat perkembangan berpikir, minbat, motivasi, dan segenap
karakteristik yang dimiliki peserta didik. Pendidikan harus mampu memfasilitasi
bertumbuhkembangnya kecerdasan spiritual, social, emosional, dan intelektual secara
berimbang. Proses pendidikan harus memperhatikan tingkat kematangan psikologis serta
kematangan fisik peserta didik. Dengan demikian, pendidikan diharapkan akan mampu
menghasilkan kecemerlangan akademik dan non-akademik peserta didik. Pengembangan
kurikulum harus pula memperhatikan kebutuhan pembelajaran Era Industri 4.0 dan Society
5.0,
Terkait dengan Kurikulum Masa Depan, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
sebagaimana dimuat dalam Paradigma Pendidikan Nasional Di Abad-21, dikemukakan,
paradigma pendidikan yang demokratis, bernuansa permainan, penuh keterbukaan,
menantang, melatih rasa tanggung jawab, akan merangsang anak didik untuk datang ke
sekolah atau ke kampus karena senang, bukan karena terpaksa. Meminjam kata-kata Ackoff
& Greenberg (2008): “Education does not depend on teaching, but rather on the self-
motivated, curiosity and self- initiated actions of the learner.” (BSNP, 2010: 38)
Dengan mengacu pada paradigma pendidikan serta paradigma pendidikan nasional, BSNP
merumuskan 8 paradigma pendidikan nasional Masa Depan sebagai berikut:
1. Untuk menghadapi di Abad-21 yang makin syarat dengan teknologi dan sains dalam
masyarakat global di dunia ini, maka pendidikan kita haruslah berorientasi pada
matematika dan sains disertai dengan sains sosial dan kemanusiaan (humaniora)
dengan keseimbangan yang wajar.
2. Pendidikan bukan hanya membuat seorang peserta didik berpengetahuan, melainkan
juga menganut sikap keilmuan dan terhadap ilmu dan teknologi, yaitu kritis, logis,
inventif dan inovatif, serta konsisten, namun disertai pula dengan kemampuan
beradaptasi. Di samping memberikan ilmu dan teknologi, pendidikan ini harus disertai
dengan menanamkan nilai-nilai luhur dan menumbuh kembangkan sikap terpuji untuk
hidup dalam masyarakat yang sejahtera dan bahagia di lingkup nasional maupun di
lingkup antarbangsa dengan saling menghormati dan saling dihormati.
3. Untuk mencapai ini mulai dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, menengah
dan pendidikan tinggi haruslah merupakan suatu sistem yang tersambung erat tanpa
celah, setiap jenjang menunjang penuh jenjang berikutnya, menuju ke frontier ilmu.
Namun demikian, penting pula pada akhir setiap jenjang, di samping jenjang untuk ke
pendidikan berikutnya, terbuka pula jenjang untuk langsung terjun ke masyarakat.
4. Bagaimanapun juga, pada setiap jenjang pendidikan perlu ditanamkan jiwa
kemandirian, karena kemandirian pribadi mendasari kemandirian bangsa,
kemandirian dalam melakukan kerjasama yang saling menghargai dan menghormati,
untuk kepentingan bangsa.
5. Khusus di perguruan tinggi, dalam menghadapi konvergensi berbagai bidang ilmu dan
teknologi, maka perlu dihindarkan spesialisasi yang terlalu awal dan terlalu tajam.
6. Dalam pelaksanaan pendidikan perlu diperhatikan kebhinnekaan etnis, budaya,
agama dan sosial, terutama di jenjang pendidikan awal. Namun demikian,
pelaksanaan pendidikan yang berbeda ini diarahkan menuju ke satu pola pendidikan
nasional yang bermutu.
7. Untuk memungkinkan seluruh warganegara mengenyam pendidikan sampai ke
jenjang pendidikan yang sesuai dengan kemampuannya, pada dasarnya pendidikan
harus dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat dengan mengikuti kebijakan
yang ditetapkan oleh pemerintah (pusat dan daerah).
8. Untuk menjamin terlaksananya pendidikan yang berkualitas, sistem monitoring yang
benar dan evaluasi yang berkesinambungan perlu dikembangkan dan dilaksanakan
dengan konsisten. Lembaga pendidikan yang tudak menunjukkan kinerja yang baik
harus dihentikan. (BSNP, 2010: 43)
II. Metode Penelitian
Penulisan artikel ini menggunakan studi pustaka (Library Review) yaitu cara cara
menggunakan pustaka dalam pengumpulan data dari dokumen kepustakaan seperti jurnal,
buku, majalah dan dokumen lainnya. Studi pustaka bertujuan untuk menentukan data dan
bahan penelitian.(Zed, 2004) dalam artian data tersebut digunakan untuk menganalisis
permasalahan yang berasal dari kepustakaan, dengan membaca jurnal, buku dan dokumen-
dokumen lainnya.(Soewajdi, 2012) Teknik data yang diterapkan yakni dengan
menggunakan dokumentasi serta penganalisisannya baik dokumen yang tertulis, bergambar
dan lainnya.(Syukmadinata, 2014) artikel ini ditulis dengan menggunakan metode deskriptif
analisis dari data yang telah dianalogi melalui redukasi data, penguraian data, dan kemudian
disimpulkan.
III. Hasil
a) Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
Menurut Peraturan Presiden Republik IndonesiaNomor 8 Tahun 2012 tentangKerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), dan Kebijakan Ditjen Pendidikan Tinggi Tentang
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, Indonesian Qualification Framework, Dan Arah
Kurikulum LPTK, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2011,dijelaskan beberapa konsep penting sebagai berikut:
1. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), adalah kerangka penjenjangan
kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan
mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta
pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai
dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor (ps.1 ay.1);
2. KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati diri Bangsa Indonesia terkait dengan
sistem pendidikan dan pelatihan nasional yang dimiliki Indonesia.
3. KKNI terdiri atas 9 (sembilan) jenjang kualifikasi, dimulai dari Kualifikasi 1 sebagai
kualifikasi terendah dan Kualifikasi – 9 sebagai kualifikasi tertinggi(Lihat: Skema di h.
8).dan
4. Jenjang kualifikasi adalah tingkat capaian pembelajaran yang disepakati secara
nasional, disusun berdasarkan ukuran hasil pendidikan dan/atau pelatihan yang
diperoleh melalui pendidikan formal, nonformal, informal, atau pengalaman kerja.
5. Dengan terbitnya Perpres No. 8 Tahun 2012, maka setiap perguruan tinggi, termasuk
LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan) tentunya harus segera merumuskan
kurikulum program studi yang berbasis KKNI.

S3 S3T SPESIALIS 2
9
S2 S2T SPESIALIS 1

PROFESI
8

S1 DIV/ S1T 7
DIII 6

DII
5
4
DI
SMU SMK 3
PROGRAM
PROFESI 2
Skema : 9 (sembilan) jenjang kualifikasi dalam KKNI
Setiap jenjang kualifikasi pada KKNI memiliki kesetaraan dengan capaian pembelajaran
yang dihasilkan melalui pendidikan, pelatihan kerja atau pengalaman kerja. Jenjang 1-3
dikelompokkan dalam jabatan operator, jenjang 4-6 dalam jabatan teknisi atau analis, serta
jenjang 7-9 jabatan ahli. Lulusan pendidikan dasar setara dengan jenjang 1; lulusan
pendidikan menengah paling rendah setara dengan jenjang 2; Diploma 1 paling rendah
setara dengan jenjang 3; lulusan Diploma 4 atau Sarjana Terapan dan Sarjana paling
rendah setara dengan jenjang 6; dan seterusnya hingga jenjang 9 doktor dan doktor
terapan.

b) Tujuan, Cakupan, dan Kriteria Evaluasi Kurikulum


1) Tujuan Evaluasi Kurikulum
Evaluasi merupakan suatu proses mendeskripsikan, mengumpulkan, dan
menyajikan deskriptif dan informasi yang menentukan nilai dan manfaat beberapa
tujuan objek, desain, implementasi dan dampak yang berguna untuk membuat
keputusan, menyajikan keperluan-keperluan untuk pertanggung jawaban dan
mempromosikan pemahaman terhadap fenomena yang terlibat. Menurut
Brinkerhoff, dkk (1983: 1- 6), evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh
mana tujuan dapat di capai. Dengan demikian evaluasi kurikulum adalah proses
membandingkan hasilimplementasi kurikulum dengan tujuan yang ditetapkan guna
mengetahui sampai sejauhmana target kurikulum dapat dicapai.
Tujuan utama evaluasi kurikulum, bukan semata-mata untuk pembuktian, namun
adalah untuk perbaikan. Sebagaimana dikemukakan oleh Stufflebeam dan
Shinkfield (1985: 165) yang menyatakan “.... the most important purpose of
evaluation is not to prove, but to improve”. Evaluasi kurikulum bertujuan untuk
memperoleh data atau informasi akurat dan objektif tentang pelaksanaan kurikulum
untuk tujuan perbaikan.

2) Cakupan Evaluasi Kurikulum


Evaluasi terhadap Kurikulum harus dilakukan secara berkelanjutan dan
komprehensif, yang mencakup 6 hal sbb.:
1. Evaluasi hasil belajar
2. Evaluasi proses pembelajaran
3. Evaluasi kompetensi mengajar dosen
4. Evaluasi relevansi kurikulum
5. Evaluasi daya dukung sarana dan fasilitas
6. Evaluasi program (akreditasi)
3) Kriteria Evaluasi
Kriteria evaluasi diperlukan sebagai penentuan keberhasilan implementasi
kurikulum sebagai suatu program pendidikan. Berdasarkan alasan di atas
setidaknya kriteria evaluasi yang diperlukan dalam evaluasi kurikulum adalah:
1. Kemampuan dosen dalam mengembangkan program pembelajaran
2. Pelaksanaan pembelajaran
3. Penilaian hasil pembelajaran

c) Implementasi Hasil Evaluasi Kurikulum Dalam Kerangka KKNI


Hasil kajian mengenai pengembangan kurikulum ini, yang terpenting adalah
pada dimensi implementasinya. Beauchamp (1975: 164) mengartikan implementasi
kurikulum sebagai "a process of putting the curriculum to work". Fullan (Miller dan Seller,
1985: 246) mengartikan implementasi kurikulum sebagai "the putting into practice of an
idea, program or set of activities which is new to the individual or organization using it".
Berdasarkan atas dua pendapat tersebut, sesungguhnya, implementasi pengembangan
kurikulum merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan desain
kurikulum serta pelaksanaannya dalam bentuk kegiatan operasional di kelas, yaitu mulai
dari pengembangan desain kurikulum sampai proses transmisi dan transformasi
segenap pengalaman belajar kepada peserta didik.
Adapun kegiatan yang perlu dilakukan dalam implementasi pengembangan kurikulum
berbasis KKNI dan Permendikbud no.32/2013, adalah:
1) Melakukan analisis SWOT, Tracer study, untuk menjabarkan profil lulusan (SKL)
2) Merumuskan Kompetensi lulusan (LearningOutcomes) berbasis KKNI
3) Pemilihan bahan kajian sesuai 5 elemen kompetensi untuk menyusun matakuliah
4) Membuat matrik yang menggambarkan peta kompetensi, keluasan, kedalaman
dan kemampuan yg ingin dicapai dg bahan kajian
5) Membuat deskripsi untuk setiap mata kuliah kajian sesuai besaran sks
6) Menyusun struktur kurikulum Fakultas/Prodi, beserta Perangkat pembelajarannya

Langkah – Langkah Pengembangan Kurikulum berdasarkan KKNI


Pelaksanaan KKNI melalui 8 tahapan yaitu melalui :
1. penyusunan profil lulusan, yaitu peran dan fungsi yang diharapkan dapat dijalankan
oleh lulusan nantinya di masyarakat
2. Merumuskan Learning Outcomes (Capaian Pembelajaran (learning outcomes)
merupakan internalisasi dan akumulasi ilmu pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan
kompetensi yang dicapai melalui proses pendidikan yang terstruktur dan mencakup
suatu bidang ilmu/keahlian tertentu atau melalui pengalaman kerja.
3. Pengkajian Elemen Kompetensi
4. Penentuan Bahan Kajian
5. Pembentukan Mata Kuliah
6. Penentuan Bobot sks
7. Penyusunan Program Semester
8. Penentuan Kegiatan Pembelajaran
9. Penentuan Sistem Asesmen/Penilaian.

Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi


Nasional Indonesia (KKNI) semakin menegaskan bahwa SMK harus semakin lebih dekat
dengan kebutuhan kerja. KKNI merupakan kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi
yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang
pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian
pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. KKNI
merupakan perwujudan mutu dan jati diri Bangsa Indonesia terkait dengan sistem
pendidikan dan pelatihan nasional yang dimiliki Indonesia.
Pengelola SMK, kepala sekolah dan guru harus memahami betul akan KKNI,
karena KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati diri SDM bangsa Indonsia, terkait
dengan keberadaan SMK sebagai penghasil SDM yang bermutu dan produktif. Harus
dipahami pula dalam pencapaian pembelajaran terhadap lulusan yang dihasilkan
(learning outcomes) adalah siswa lulusan yang mempunyai kompeten yang sesuai
dengan KKNI dan dapat SDM berdaya saing tinggi.

d) Implementasi Kurikulum Merdeka


Kurikulum Merdeka sebagai opsi satuan Pendidikan dalam rangka pemulihan
pembelajaran tahun. 2022 s.d. 2024, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi (Kemendikburistek) mengeluarkan kebijakan dalam pengembangan Kurikulum
Merdeka yang diberikan kepada satuan pendidikan sebagai opsi tambahan dalam rangka
melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022-2024. Kebijakan Kemendikburistek
terkait kurikulum nasional akan dikaji ulang pada 2024 berdasarkan evaluasi selama masa
pemulihan pembelajaran.
Merujuk pada kondisi dimana pandemi COVID-19 yang menyebabkan banyaknya kendala
dalam proses pembelajaran di satuan Pendidikan yang memberikan dampak yang cukup
signifikan. Kurikulum 2013 yang digunakan pada masa sebelum pandemi menjadi satu
satuanya kurikulum yang digunakan satuan pendidikan dalam pembelajaran. Masa
pandemi 2020 s.d. 2021 Kemendikburistek mengeluarkan kebijakan penggunaan
Kurikulum 2013 dan Kurikulum Darurat (Kur-2013 yang disederhanakan) menjadi rujukan
kurikulum bagi satuan pendidikan. Masa pandemi 2021 s.d. 2022 Kemendikburistek
mengeluarkan kebijakan penggunaan Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat, dan Kurikulum
Merdeka di Sekolah Penggerak (SP) dan SMK Pusat Keunggulan (PK).
Pada masa sebelum dan pandemi, Kemendikburistek mengeluarkan kebijakan
penggunaan Kurikulum 2013 kemudian Kurikulum 2013 disederhanakan menjadi
kurikulum darurat yang memberikan kemudahan bagi satuan pendidikan dalam mengelola
pembelajaran jadi lebih mudah dengan substansi materi yang esensial. Kurikulum Merdeka
di SP/SMK-PK menjadi angin segar dalam upaya perbaikan dan pemulihan pembelajaran
yang diluncurkan pertama kali tahun 2021.
Pemulihan pembelajaran tahun 2022 s.d. 2024, Kemendikburistek mengeluarkan
kebijakan bahwa sekolah yang belum siap untuk menggunakan Kurikulum Merdeka masih
dapat menggunakan Kurikulum 2013 sebagai dasar pengelolaan pembelajaran, begitu
juga Kurikulum Darurat yang merupakan modifikasi dari Kurikulum 2013 masih dapat
digunakan oleh satuan pendidikan tersebut. Kurikulum Merdeka sebagai opsi bagi semua
satuan pendidikan yang di dalam proses pendataan merupakan satuan pendidikan yang
siap melaksanakan Kurikulum Merdeka.

Tahun 2024 menjadi penentuan kebijakan kurikulum nasional berdasarkan evaluasi


terhadap kurikulum pada masa pemulihan pembelajaran. Evaluasi ini menjadi acuan
Kemendikburistek dalam mengambil kebijakan lanjutan pasca pemulihan pembelajaran.
Pada saat ini, sekolah masih boleh memilih kurikulum yang akan digunakan di satuan
pendidikan masing-masing. Pilihan kurikulum yang diberikan antara lain: Kurikulum 2013,
Kurikulum Darurat, dan Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka Belajar merupakan
pengembangan dan penerapan dari kurikulum darurat yang diluncurkan untuk merespon
dampak dari pandemi Covid-19. Pengertian Merdeka Belajar adalah suatu pendekatan
yang dilakukan supaya siswa dan mahasiswa bisa memilih pelajaran yang diminati.
Adanya pilihan bagi sekolah untuk menggunakan salah satu dari tiga kurikulum ini
didasarkan pada dua alasan berikut ini:
1. Sekolah memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum
sesuai kebutuhan dan konteks masing-masing sekolah.
2. Kebijakan memilih kurikulum diharapkan dapat memperlancar proses perubahan
kurikulum nasional karena dilakukan secara bertahap. Dapat dikatakan bahwa
kebijakan memberikan opsi kurikulum sekolah merupakan salah satu upaya manajemen
perubahan.
Esensi Kurikulum Merdeka adalah pendidikan berpatokan pada esensi belajar, di mana
setiap siswa memiliki bakat dan minatnya masing-masing. Tujuan merdeka belajar adalah
untuk memitigasi ketertinggalan pembelajaran pada masa pandemi Covid-19 secara
efektif. Untuk saat ini Kurikulum 2013 tetap dapat digunakan sembari sekolah bersiap-siap
untuk menerapkan kurikulum baru ini. Setiap satuan pendidikan dapat menerapkan
Kurikulum Merdeka secara bertahap berdasarkan kesiapan masing-masing.

e) Karakteristik Kurikulum Merdeka


Kurikulum merdeka yang sebelumnya dikenal dengan sebutan kurikulum prototipe
ini dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih fleksibel dan berfokus pada
materi esensial serta pengembangan karakter dan kompetensi siswa. Kurikulum Merdeka
yang diklaim mampu mendukung pemulihan pembelajaran akibat pandemi Covid-19 yang
memunculkan learning loss mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter sesuai profil
pelajar Pancasila.
2. Fokus pembelajaran pada materi esensial akan membuat pembelajaran lebih
mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
3. Guru memiliki fleksibilitas untuk melakukan pembelajaran berdiferensiasi sesuai
kemampuan siswa dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.

f) Kriteria sekolah yang akan Menerapkan Kurikulum Merdeka


Seperti telah diungkapkan oleh Mas Menteri, Nadiem Makarim, saat ini sedikitnya sudah
ada 2.500 sekolah atau 31,5 persen sekolah yang sudah menggunakan kurikulum merdeka
ini. Kurikulum ini dipercaya membuat pembelajaran lebih sederhana, fokus, dan beban
materi lebih ringan. Meskipun tidak ada seleksi dalam proses pendaftaran untuk
menerapkan Kurikulum Merdeka ini, sekolah yang akan menerapkan Kurikulum Merdeka
harus memenuhi beberapa kriteria pokok, yaitu memiliki minat dan komitmen menerapkan
kurikulum Merdeka untuk memperbaiki pembelajaran. Kepala sekolah terlebih dahulu akan
diminta untuk mempelajari materi tentang konsep Kurikulum Merdeka. Setelah akhirnya
memutuskan untuk mencoba menerapkan kurikulum merdeka, sekolah akan mengisi
formulir pendaftaran dan survei singkat. Kesediaan kepala sekolah dan guru dalam
memahami dan mengadaptasi Kurikulum Merdeka pada konteks masing-masing memiliki
peranan penting yaitu menjadi kunci keberhasilan penerapan kurikulum ini.

Kemendikbudristek hanya menyiapkan skema tingkat penerapan kurikulum berdasarkan


hasil survei sekolah yang telah dilakukan. Kemudian akan dilakukan pemetaan tingkat
kesiapan dan disiapkan bantuan yang sesuai kebutuhan oleh sekolah.
independen, wirausaha, menjadi asisten pengajar, juga Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik
untuk membangun desa.
h) Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum Merdeka Belajar
Dalam setiap penerapan kebijakan, tentu ada kelebihan dan kekurangan yang senantiasa
mengiringi. Demikian halnya dengan penerapan Kurikulum Merdeka pada berbagai tingkat
satuan pendidikan.
Kelebihan yang paling mencolok dari penerapan kurikulum ini adalah adanya proyek
tertentu yang harus dilakukan oleh para peserta didik sehingga dapat membuat mereka
menjadi lebih aktif dalam upaya mengeksplorasi diri. Selain itu, kurikulum ini juga lebih
interaktif dan relevan mengikuti perkembangan zaman.
Meski begitu, penerapan Kurikulum Merdeka tak lepas dari berbagai kekurangan.
Misalnya, persiapan penggunaan kurikulum ini dinilai masih belum matang. Hal ini terlihat
dari masih kurangnya kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) untuk melaksanakan
kurikulum ini.

IV. Pembahasan
1. Pengembangan Kurikulum Berdasarkan KKNI
KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan,
menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan
kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja
sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.
Dengan adanya KKNI ini diharapkan akan mengubah cara melihat kompetensi
seseorang, tidak lagi semata Ijazah tapi dengan melihat kepada kerangka kualifikasi
yang disepakati secara nasional sebagai dasar pengakuan terhadap hasil pendidikan
seseorang secara luas (formal, non formal, atau in formal) yang akuntanbel dan
transparan.

Pelaksanaan KKNI melalui 8 tahapan yaitu melalui penetapan Profil Kelulusan,


Merumuskan Learning Outcomes, Merumuskan Kompetensi Bahan Kajian, Pemetaan LO
Bahan Kajian, Pengemasan Matakuliah, Penyusunan Kerangka kurikulum, Penyusuan
Rencana Perkuliahan.

Kompetensi adalah akumulasi kemampuan seseorang dalam melaksanakan suatu


deskripsi kerja secara terukur melalui asesmen yang terstruktur, mencakup aspek
kemandirian dan tanggung jawab individu pada bidang kerjanya.
Capaian Pembelajaran (learning outcomes) merupakan internalisasi dan akumulasi ilmu
pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan kompetensi yang dicapai melalui proses
pendidikan yang terstruktur dan mencakup suatu bidang ilmu/keahlian tertentu atau
melalui pengalaman kerja.
Untuk meningkatkan kualitas lulusan perguruaan tinggi. Rambu-rambu yang harus
dipenuhi di tiap jenjang perlu dapat membedakan:
1. Learning Outcomes
2. Jumlah sks
3. Waktu studi minimum
4. Mata Kuliah Wajib : untuk mencapai hasil pembelajaran dengan kompetensi umum
5. Proses pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa
6. Akuntabilitas asesmen
7. Perlunya Diploma Supplement (surat keterangan pelengkap ijazah dan transkrip)

2. Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar


sebagai bagian dari upaya pemulihan pembelajaran, Kurikulum Merdeka (yang
sebelumnya disebut sebagai kurikulum prototipe) dikembangkan sebagai kerangka
kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada materi esensial dan
pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik. Karakteristik utama dari
kurikulum ini yang mendukung pemulihan pembelajaran adalah:
1. Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter sesuai
profil pelajar Pancasila
2. Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang
mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
3. Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai
dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan
muatan lokal.
memberikan keleluasaan satuan pendidikan dalam mengimplementasikan
kurikulum.
independen, wirausaha, menjadi asisten pengajar, juga Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik
untuk membangun desa.
h) Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum Merdeka Belajar
Dalam setiap penerapan kebijakan, tentu ada kelebihan dan kekurangan yang senantiasa
mengiringi. Demikian halnya dengan penerapan Kurikulum Merdeka pada berbagai tingkat
satuan pendidikan.
Kelebihan yang paling mencolok dari penerapan kurikulum ini adalah adanya proyek
tertentu yang harus dilakukan oleh para peserta didik sehingga dapat membuat mereka
menjadi lebih aktif dalam upaya mengeksplorasi diri. Selain itu, kurikulum ini juga lebih
interaktif dan relevan mengikuti perkembangan zaman.
Meski begitu, penerapan Kurikulum Merdeka tak lepas dari berbagai kekurangan.
Misalnya, persiapan penggunaan kurikulum ini dinilai masih belum matang. Hal ini terlihat
dari masih kurangnya kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) untuk melaksanakan
kurikulum ini.

IV. Pembahasan
1. Pengembangan Kurikulum Berdasarkan KKNI
KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan,
menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan
kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja
sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.
Dengan adanya KKNI ini diharapkan akan mengubah cara melihat kompetensi
seseorang, tidak lagi semata Ijazah tapi dengan melihat kepada kerangka kualifikasi
yang disepakati secara nasional sebagai dasar pengakuan terhadap hasil pendidikan
seseorang secara luas (formal, non formal, atau in formal) yang akuntanbel dan
transparan.

Pelaksanaan KKNI melalui 8 tahapan yaitu melalui penetapan Profil Kelulusan,


Merumuskan Learning Outcomes, Merumuskan Kompetensi Bahan Kajian, Pemetaan LO
Bahan Kajian, Pengemasan Matakuliah, Penyusunan Kerangka kurikulum, Penyusuan
Rencana Perkuliahan.

Kompetensi adalah akumulasi kemampuan seseorang dalam melaksanakan suatu


deskripsi kerja secara terukur melalui asesmen yang terstruktur, mencakup aspek
kemandirian dan tanggung jawab individu pada bidang kerjanya.
Capaian Pembelajaran (learning outcomes) merupakan internalisasi dan akumulasi ilmu
pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan kompetensi yang dicapai melalui proses
pendidikan yang terstruktur dan mencakup suatu bidang ilmu/keahlian tertentu atau
melalui pengalaman kerja.
Untuk meningkatkan kualitas lulusan perguruaan tinggi. Rambu-rambu yang harus
dipenuhi di tiap jenjang perlu dapat membedakan:
1. Learning Outcomes
2. Jumlah sks
3. Waktu studi minimum
4. Mata Kuliah Wajib : untuk mencapai hasil pembelajaran dengan kompetensi umum
5. Proses pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa
6. Akuntabilitas asesmen
7. Perlunya Diploma Supplement (surat keterangan pelengkap ijazah dan transkrip)

2. Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar


sebagai bagian dari upaya pemulihan pembelajaran, Kurikulum Merdeka (yang
sebelumnya disebut sebagai kurikulum prototipe) dikembangkan sebagai kerangka
kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada materi esensial dan
pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik. Karakteristik utama dari
kurikulum ini yang mendukung pemulihan pembelajaran adalah:
1. Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter sesuai
profil pelajar Pancasila
2. Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang
mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
3. Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai
dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan
muatan lokal.
memberikan keleluasaan satuan pendidikan dalam mengimplementasikan
kurikulum.
Langkah Pengembangan Kurikulum Merdeka belajar sebagai berikut :
1. Perancangan Keahlian
1.1 Perumusan Capaian Pembelajaran Lulusan
a. Penetapan Profil lulusan
b. Penjabaran profil ke dalam kompetensi
c. Penjabaran kompetensi ke dalam capaian pembelajaran

1.2 Pembentukan Mata Kuliah


a. Pemilihan bahan kajian dan materi pembelajaran
b. Pemetaan bahan kajian sesuai capaian pembelajaran
c. Pengelompokan bahan kajian dan pemberian lebel mata kuliah pada
bahan kalian yang homogen
2. Perancangan Perangkat Pembelajaran
Perancangan perangkat pembelajaran terdiri atas :
a) Kontrak kuliah
b) Rencana Pembelajaran Semester (RPS)

3. Penyusunan Instrumen Penilaian


1.1 Penilaian Otentik 6’C
a. Computational Thinking
b. Critical thingking
c.Creative
d. Collaboration
e. Communication
f. Compassion
1.2 Penilaian Otentik

Beberapa program yang mendukung implementasi kurikulum merdeka adalah :

1. Adanya program Sekolah Penggerak dan


2. Sekolah Menengah Kejuruan

Pusat Keunggulan yang mana Kemendikburistek pada program tersebut adalah


memberikan dukungan dalam impelentasi kurikulum merdeka dari dua kegiatan
tersebut yang mana didapatkan pengalaman yang baik dalam
mengimplementasikan kurikulum merdeka sehingga menjadi praktik baik dan
konten pembelajaran dari implementasi kurikulum merdeka pada sekolah
penggerak /SMK pusat keunggulan terdidentifikasi dengan baik dan dapat menjadi
pembelajaran bagi satuan Pendidikan lainnya.

Penyediaan dukungan implementasi kurikulum merdeka yang diberikan oleh


Kemendikburistek adalah bagaimana kemendikbudritek memberikan dukungan
pembelajaran Implementasi kurikulum merdeka secara mandiri dan dukungan
pendataan.

Implementasi kurikulum merdeka dari dukungan tersebut akan mendapatkan calon


satuan pendidikan yang terdata berminat dan akan memperoleh pendampingan
pembelajaran untuk implementasi kurikulum merdeka sehingga Guru, Kepala
Sekolah dan Pengawas serta aktor lain dapat mengadakan kegiatan berbagi praktik
baik implementasi kurikulum merdeka dalam bentuk seminar maupun lokakarya
secara mandiri.

Ada beberapa strategi implementasi kurikulum merdeka yang akan dijadikan tinjak
lanjut dari kebijakan Kemendikburistek.

1) Strategi pertama rute adopsi kurikulum merdeka secara bertahap, pendekatan


strategi ini adalah bagaimana memfasilitasi satuan pendidikan mengenali
kesiapannya sebagai dasar menentukan pilihan implementasi kurikulum
merdeka serta memberikan umpan balik berkala (3 bulanan) untuk memetakan
kebutuhan penyesuaian dukungan implementasi kurikulum merdeka dari
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
2) Strategi kedua yaitu menyediakan Asesmen & Perangkat Ajar (High Tech),
pendekatan strategi yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi
yang berfungsi dalam menyediakan beragam pilihan asesmen dan perangkat
ajar (buku teks, modul ajar, contoh projek, contoh kurikulum) dalam bentuk digital
yang dapat digunakan satuan pendidikan dalam melakukan pembelajaran
berdasarkan kurikulum merdeka.
3) Strategi ketiga yaitu menyediakan Pelatihan Mandiri & Sumber Belajar Guru
(High Tech), pendekatan strategi yang juga menggunakan teknologi informasi
dan komunikasi yang berfungsi dalam melakukan pelatihan mandiri kurikulum
merdeka yang dapat diakses secara daring oleh guru dan tenaga kependidikan
untuk memudahkan adopsi kurikulum merdeka disertai sumber belajar dalam
bentuk video, podcast, atau e-book yang bisa diakses daring dan didistribusikan
melalui media penyimpanan (flashdisk).
4) Strategi keempat yakni menyediakan narasumber kurikulum merdeka (High
Touch), pendekatan strategi yang digunakan dalam menyediakan narasumber
kurikulum merdeka dari sekolah penggerak/SMK pusat keunggulan yang telah
mengimplementasikan kurikulum merdeka. Pengimbasan bisa dilakukan dalam
bentuk webinar atau pertemuan luring yang diadakan pemerintah daerah atau
satuan pendidikan. Pertemuan luring bisa dilakukan dalam bentuk seminar tatap
muka, workshop, maupun pertemuan lainnya yang di lakukan di daerah maupun
satuan pendidikan.
5) Strategi yang terkahir adalah strategi kelima yakni memfasilitasi Pengembangan
Komunitas Belajar (High Touch), Komunitas belajar dibentuk oleh lulusan Guru
Penggerak maupun diinisiasi Pengawas Sekolah sebagai wadah saling berbagi
praktik baik adopsi kurikulum merdeka di internal satuan pendidikan maupun
lintas satuan pendidikan.

Berikut ada tiga pilihan implementasi kurikulum merdeka jalur mandiri yang bisa
diaplikasikan oleh satuan pendidikan, yakni mandiri belajar, mandiri berubah, dan
mandiri berbagai.

1) Mandiri Belajar
Satuan pendidikan diberikan kebebasan saat menerapkan kurikulum merdeka,
tanpa mengganti kurikulum satuan pendidikan yang sedang diterapkan pada
satuan pendidikan PAUD kelas 1, 4, 7, dan 10.
2) Mandiri Berubah
Satuan pendidikan diberikan keleluasaan untuk
menerapkan kurikulum merdeka dengan menggunakan perangkat ajar yang
sudah disediakan pada satuan pendidikan dari Pendidikan Anak Usia Dini
kelas 1,4,7 dan 10.

3) Mandiri berbagai
Satuan pendidikan diberikan kesempatan untuk mengembangkan sendiri
berbagai perangkat ajar pada satuan pendidikan dari Pendidikan Anak Usia
Dini, kelas 1, 4, 7 dan 10.

Kurikulum Merdeka di Satuan Pendidikan atau SMK-PK menjadi angin segar dalam
upaya perbaikan dan pemulihaan pembelajaran yang diluncurkan pertama kali
pada 2021.

Pemulihan pembelajaran pada 2022 sampai dengan 2024, Kemendikbudristek


mengeluarkan kebijakan bahwa sekolah yang belum siap untuk menggunakan
kurikulum merdeka masih dapat menggunakan Kurikulum 2013 sebagai dasar
pengelolaan pembelajaran.

3. Persamaan dan Perbedaan Pengembangan Kurikulum berdasarkan KKNI dan Kurikulum


merdeka belajar
Tabel Persamaan dan Perbedaan Pengembangan Kurikulum
Berdasarkan KKNI dan Merdeka Belajar
No Langkah Pengembangan Berdasarkan KKNI Berdasarkan “ Merdeka Belajar “
Kurikulum
1. Perancangan Kurikulum 1. penyusunan profil 1. Perancangan Keahlian
lulusan, yaitu peran dan 1.1 Perumusan Capaian
a. Penetapan Profil lulusan fungsi yang diharapkan Pembelajaran Lulusan
dan perumusan capaian dapat dijalankan oleh a. Penetapan Profil lulusan
pembelajaran lulusan lulusan nantinya di b. Penjabaran profil ke
(CPL) masyarakat dalam kompetensi
b. Penetapan Bahan Kajian 2. Merumuskan Learning c. Penjabaran kompetensi
dan Pembentukan Mata Outcomes (Capaian ke dalam capaian
kuliah Pembelajaran (learning pembelajaran
c. Penyusunan Matrik outcomes) merupakan 1.2 Pembentukan Mata Kuliah
organisasi kuliah internalisasi dan a. Pemilihan bahan kajian
akumulasi ilmu dan materi
pengetahuan, pembelajaran
ketrampilan, sikap, dan
kompetensi yang dicapai
melalui proses b. Pemetaan bahan kajian
pendidikan yang sesuai capaian
terstruktur dan pembelajaran
mencakup suatu bidang c. Pengelompokan bahan
ilmu/keahlian tertentu kajian dan pemberian
atau melalui lebel mata kuliah pada
pengalaman kerja. bahan kalian yang
3. Pengkajian Elemen homogen
Kompetensi
4. Penentuan Bahan Kajian
2. Perancangan 5. Pembentukan Mata 2. Perancangan Perangkat
Pembelajaran Kuliah Pembelajaran
6. Penentuan Bobot sks
7. Penyusunan Program
Semester
8. Penentuan Kegiatan
Pembelajaran
3. Evaluasi Program 9. Penentuan Sistem 3. Penyusunan Instrumen
Pembelajaran Asesmen/Penilaian. Penilaian
3.1 Penilaian Otentik 6’C
g. Computational Thinking
h. Critical thingking
i. Creative
j. Collaboration
k. Communication
l. Compassion
3.2 Penilaian Otentik

V. Penutup
Perkembangan kurikulum merupakan suatu aspek yang tidak baku dan juga selalu berubah
disetiap generasi yang diiringi dengan adanya evaluasi. Hal tersebut bertujuan untuk
menyempurnakan kekurangan yang terdapat pada kurikulum sebelum adanya perubahan.
Sudah tidak diragukan lagi jika Abad 21 segalahal yang berkaitan dengan pendidikan selalu
dihubungkan dengan kemajuan teknologi, dimana teknologi merupakan suatu hal yang tidak
asing dikalangan pendidikan maupun masyarakat. Penyebab dari terciptanya out put yang
berkualitas tertuju pada profesionalitas guru, dimana guru merupakan mata pedang yang
menjadi barisan terdepan menentukan jalannya kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan
tuntutan kompetensi yang telah ditetapkan. Seorang guru juga berperan penting dalam
menjadi fasilitator, evaluator dan motivator. Dimana hal tersebut merupakan kewajiban yang
harus dipenuhi guru untuk terciptanya proses belajar mengajar yang ideal. Pada abad
sebelumnya, pembelajaran lebih dominan menggunakan paradigma teaching dimana
pembelajaran tersebut lebih terfokus pada guru dan peserta didik sebagai audienc,
sedangkan di abad 21 paradigma pembelajaran tersebut di ubah menjadi learning dimana
peserta didik menjadi pusat dalam pembelajaran.
Perkembangan Kurikulum berdasarkan KKNI dan Berdasarkan Merdeka belajar
merupakan upaya pengembangan Kurikulum yang saling berkaitan menuju tuntutan
kompetensi abad ke 21. Dengan harapan peserta didik kita nantinya menjadi generasi
penerus bangsa dapat mengikuti daya saing abad 21

Daftar Pustaka

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 109 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh Pada Pendidikan Tinggi

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No 3 Tahun 2020 tentang Standar


Nasional Pendidikan Tinggi.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

http://baa.unas.ac.id/2013/04/kurikulum-nasional-berbasis-kompetensi-mengacu-pada-kkni/
https://kurikulum.kemdikbud.go.id/kurikulum-merdeka/
https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/kurikulum-merdeka-belajar
Mukminan. (2015). Kurikulum Masa Depan. Seminar Dan Kuliah Tamu “Pembelajaran
Modern,” 1–15. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/dr-mukminan/ba-32kur-
masa-depansemnas-untirta16-2-15.pdf
Suwandi, S. (2020). Pengembangan Kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa (dan
Sastra) Indonesia yang Responsif terhadap Kebijakan Merdeka Belajar-Kampus
Merdeka dan Kebutuhan Pembelajaran Abad ke-21. Seminar Nasional Pendidikan
Bahasa Dan Sastra, 1(1), 1–12.
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/semiba/article/view/13356
Maslahah, A. U. (2018). Penerapan Kurikulum Mengacu Kkni Dan Implikasinya Terhadap
Kualitas Pendidikan Di Ptkin. Edukasia : Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 13(1),
227–248. https://doi.org/10.21043/edukasia.v13i1.5717
Diah Rusmala Dewi. (2019). Pengembangan Kurikulum Di Indonesia Dalam Menghadapi
Tuntutan Abad Ke-21. As-Salam: Jurnal Studi Hukum Islam & Pendidikan, 8(1), 1–22.
https://doi.org/10.51226/assalam.v8i1.123

Abdillah, K., & Hamami, T. (2021). Pengembangan Kurikulum Menghadapi Tuntutan


Kompetensi Abad Ke 21 Di Indonesia. Jurnal Pendidikan Islam Al-Ilmi, 4(1), 1–20.
https://doi.org/10.32529/al-ilmi.v4i1.895

Anda mungkin juga menyukai