Anda di halaman 1dari 34

IMPLEMENTASI PROYEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR

PANCASILA (P5) MELALUI KEGIATAN MEMBATIK JUMPUTAN


DALAM MENUMBUHKAN KREATIVITAS SISWA KELAS 4 MI
SUDIRMAN PEKALONGAN

Kerangka Proposal Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana


Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh:

ZIYADATUL RIZKI
NIM: 2320108

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
K.H. ABDURRAHMAN WAHID
PEKALONGAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan hal mendasar yang harus dijalani setiap
manusia. Karena pendidikan mampu menjadikan atau menghasilkan pribadi
yang berkualitas. Dengan perkembangan zaman yang semakin modern,
pendidikan semakin mudah didapatkan dan berkat kemajuan teknologi dan
ilmu pengetahuan yang semakin canggih, pendidikan dapat dijangkau dimana
saja dan kapan saja bahkan seolah-olah tanpa ada batasnya. Sehingga hidup
akan terasa lebih mudah dengan kecanggihan teknologi.
Kecanggihan teknologi serta kemajuan IPTEK menjadikan persaingan
pembangunan nasional pada era globalisasi saat ini sangat unik dan kompleks.
Dengan demikian kualitas individu harus terus ditingkatkan dalam rangka
menghadapi kondisi tersebut dan yang pasti dengan diimbangi dengan kualitas
pendidikan yang baik pula.
Untuk menghadapi era globalisasi, pendidikan bukan hanya
menekankan pada aspek kecerdasan, melainkan aspek kreativitas juga harus
dikembangkan. Dengan memiliki pribadi yang kreatif diharapkan mampu
dalam menghadapi era globalisasi seperti yang telah disampaikan di atas.
Kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan,
proses, metode ataupun produk baru yang efektif yang bersifat imajinatif,
fleksibel, suksesi, dan diskontinuitas, yang berdaya guna dalam berbagai
bidang untuk pemecahan suatu masalah1. Kreativitas dianggap sebagai solusi
untuk melatih keterampilan memecahkan masalah, memberikan kepuasan
serta meningkatkan kualitas hidup.2
Selama ini kreativitas masih dikesampingkan dalam sistem pendidikan,
sistem pengelolaan anak didik masih menggunakan cara-cara konvensional
yang lebih menekankan pengembangan kecerdasan dalam arti sempit dan
1
Dr. Asrop Safi'i, Creative Learning Strategi Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.
Tulungagung: Akademia Pustaka, 2019, hlm. 6.
2
Kau, M. A., “Peran Guru dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Sekolah Dasar”,
Proceeding Seminar dan Lokakarya Nasional Bimbingan dan Konseling, 0(0), hlm. 157–166.
kurang memberi perhatian kepada pengembangan bakat kreatif peserta didik.
Dengan memiliki kreativitas peserta didik diharapkan mampu memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari serta mampu
menempatkan diri secara tepat. Selain itu, dengan adanya kreativitas yang
diimplementasikan dalam sistem pembelajaran, peserta didik diharapkan
mampu mengeluarkan ide-ide progresif yang dimiliki dalam menghadapi dan
bersaing dalam kompetisi global yang semakin ketat dan berubah.
Oleh karena itu, kurikulum serta sistem pengajaran yang mendukung
berkembangnya kreativitas mutlak diberikan. Jangan sampai sistem serta
kurikulum yang ada justru menjadi penghambat atau yang lebih ekstrim lagi
membunuh kreativitas. Pada tahun 2020 di Indonesia terjadi perubahan konsep
kurikulum dimulai dari Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat, sampai
penyesuaian Kurikulum Merdeka yang dilakukan sampai saat ini. Hal ini
sesuai dengan yang dikeluarkan oleh Mendikbud ristek Nadiem Anwar
Makarim tentang peluncuran Kurikulum Merdeka yang akan diberlakukan
pada tahun 2022/2023.
Kurikulum merdeka ini yaitu pemulihan kurikulum 2013, pada masa
pandemi siswa melakukan pembelajaran secara online sehingga sistem
pembelajarannya semakin kurang efektifitas. Dalam implementasi kurikulum
ini, praktik mengajar berpusat pada peserta didik dan Profil Pelajar Pancasila
digunakan sebagai dasar standar isi, standar pengembangan proses, capaian
pembelajaran dan asesmen atau penilaian. 3 Profil Pelajar Pancasila selain
bentuk perwujudan dari pelajar sepanjang hayat, juga merupakan bentuk
terciptanya pelajar yang berkualitas tidak sekedar ditekankan pada
kemampuan kognitif namun juga mempunyai kompetisi global yang
berkompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai dengan nilai nilai Pancasila. 4

3
Setiawan, I. “Pengajaran Bahasa Inggris Dalam Kurikulum 2013: Suatu Tinjauan Dan Perspektif”,
JIPKIS: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Keislaman, hlm. 104–112.
4
Kemendikbudristek. (2022). Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen
Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 009/H/KR/2022
Tentang Dimensi, Elemen, dan Sebelemen Profil Pelajar Pancasila Pada Kurikulum Merdeka. In
Kemendikbudristek BSKAP RI (Issue 021).
Harapan dari hal tersebut dapat tercapai melalui kegiatan pembelajaran dengan
berbasis projek.
Dalam penerapan pembelajaran di Kurikulum Merdeka, disini pilihan
dasar yang digunakan adalah pembelajaran berbasis projek, yang mana
berkaitan dengan profil pelajar Pancasila. Dalam menerapkan kurikulum
merdeka di sekolah akan menyediakan satu hari khusus untuk mengadakan
kegiatan P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) yang mana dalam
kegiatan ini guru merancang sebuah projek yang akan di selesaikan oleh
peserta didik, dan tujuan dari P5 ini untuk memperkuat karakter peserta didik
yang sesuai dengan dimensi profil pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila
mempunyai 6 dimensi yang mengacu pada nilai-nilai Pancasila. Dimensi
tersebut di antaranya: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak
mulia, bergotong royong, mandiri, kreatif, bernalar kritis dan berkebhinekaan
global.
Salah satu elemen penting pada penguatan profil pelajar Pancasila yakni
penguatan kreativitas siswa. Pada kurikulum merdeka, penguatan kreativitas
siswa menjadi salah satu prioritas utama yang dikategorikan sebagai profil
pelajar Indonesia. Oleh sebab itu, kreativitas siswa menjadi salah satu capaian
pembelajaran, sehingga pada prosesnya harus mampu menstimulus siswa
untuk berkreasi baik dalam mengeksplorasi ide maupun pada kegiatan
menghasilkan produk-produk kreatif dan inovatif.
Sebuah proyek dapat dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang
dilaksanakan dengan mencantumkan konsep kreatif dan inovatif tinggi untuk
mencapai tujuan pembelajaran, dengan menentukan topik yang menantang dan
berkesinambungan sehingga menghasilkan suatu produk sesuai tema yang
sudah dipilih. Pada Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) terdapat
lima tema, sekolah yang sudah menerapkan kurikulum merdeka harus
menerapkan dua tema pada kegiatan projek pelajar pancasila dimana salah
satunya yaitu kearifan lokal, kearifan lokal disini yaitu dengan melestarikan
kebudayaan lokal, dan melakukan kegiatan projek dengan kebudayaan lokal
disana. Dengan memilih tema kearifan lokal dalam pelaksanaannya bertujuan
agar peserta didik dapat meningkatkan dan mengembangkan potensi
berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal sehingga menunjang tercapainya Profil
Pelajar Pancasila.5
Salah satunya di MI Sudirman Pekalongan yaitu pada siswa kelas IV
sudah menerapkan Kurikulum Merdeka. (Observasi, 21 November 2023).
Penerapan kurikulum merdeka pada siswa kelas IV di MI Sudirman
Pekalongan mengangkat tema kearifan lokal dengan kegiatan P5 yang
dilaksanakannya berfokus pada dimensi kreatif yaitu mampu menghasilkan
gagasan maupun karya yang orisinal.
Kegiatan yang dipilih siswa kelas IV di MI Sudirman Pekalongan
dalam penerapan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yaitu
kegiatan membatik jumputan. Hal ini didasarkan pada untuk mengenalkan
anak-anak terhadap kebudayaan lokal yang ada di Pekalongan yaitu batik agar
kelak diharapkan bisa mempelajari dan mengembangkan batik serta tetap
melestarikan batik tersebut. Bagi masyarakat Pekalongan, membatik
merupakan salah satu bentuk tradisi yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi selanjutnya. Oleh karena itu seharusnya ada upaya pewarisan budaya
membatik bagi generasi muda di Pekalongan.
Upaya pelestarian batik dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah
satunya adalah dengan mengenalkan dan mengajarkan batik pada anak-anak
sejak dini, khususnya pada anak usia sekolah dasar. Membatik dengan teknik
jumputan dengan teknik ini guru tidak usah khawatir siswa akan terkena lilin.
Cukup menggunakan tali untuk mengikat bagian kain yang akan dirintangin
warna, variasi ikatan akan menentukan motif batik jumputan yang akan
dibuat.6 Disamping itu juga proses pembuatan batik jumput lebih efisien
dibandingkan pembuatan batik tulis dan tenun yang memakan waktu cukup
lama. Batik jumput memiliki cara pembuatan yang khas yakni dengan diikat
dan dicelup pada tinta pewarna sehingga menghasilkan motif yang sangat

5
Majir, A., Paradigma Baru Manajemen Pendidikan Abad 21, 2020, Deepublish.
6
Setiawati, E. dan Rina, N., “Membatik Jumputan dalam Meningkatkan Kreativitas Anak”, Jurnal,
Vol. VIII, No. 2, hlm. 253.
beragam.7 Dalam kegiatan batik jumputan anak dapat berkreasi dan
menggeluarkan ide gagasannya dalam pembuatan batik jumputan, sehingga
dapat menumbuhkan kreativitas anak.
Berdasarkan hasil observasi, siswa MI Sudirman Pekalongan Kelas 4
memiliki kreativitas yang cenderung rendah karena dalam menuangkan ide
gambar pada kegiatan membatik sebelumnya, mayoritas siswa memiliki ide
yang hampir sama antara 1 siswa dengan siswa lain, atau bisa dikatakan
kurang dalam aspek orisinalitas. Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus
dan upaya perbaikan.
Kegitan membatik jumputan yang dilakukan terhadap siswa kelas 4 MI
Sudirman Pekalongan diharapkan dapat menumbuhkan potensi siswa pada
pengalaman, pengetahuan dan kreativitas. Siswa melalui aktivitas bermain
warna sekaligus mengkoordinasikan gerakan mata dan jari tangannya dalam
menjumput atau mengikat kain sehingga membentuk motif batik tertentu.
Proses membatik jumputan sendiri merupakan suatu kegiatan pembuatan
kerajinan tangan yang menarik, dimana anak dapat mengenal kesenian budaya
lokal sedari dini.8
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan membatik
jumputan dapat meningkatkan kreativitas siswa. Setyawati & Ningsih (2017)
mengungkapkan bahwa kegiatan membatik jumputan dapat meningkatkan
kreativitas siswa usia dini. Penelitian lain dilakukan oleh Purnaningtiyas
(2019) yang menunjukkan bahwa kegiatan membatik jumputan sangat
bermanfaat untuk menumbuhkan kreativitas siswa SDN 2 Kepatihan dalam
memanfaatkan kain bekas. Beberapa hasil penelitian ini memperkuat perlunya
dilaksanakan kegiatan membatik jumputan untuk meningkatkan kreativitas
siswa kelas 4 MI Sudirman Pekalongan.
Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti
tertarik melakukan penelitian dengan judul "Implementasi Proyek Penguatan

7
Goet Poes, Pemilihan Bahan Tekstil. Yogyakarta: Kanisius, 2005
8
Hapsari, P.S., Badriah, S., & Utomo, T.P., “Mengembangkan Kecerdasan Kinestetik Anak
SD dengan Pelatihan Pembuatan Jumputan untuk Asesoris Interior Abdi Seni”, Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat, Vol. 11, No. 1.
Profil Pelajar Pancasila (P5) melalui Kegiatan Membatik Jumputan dalam
Menumbuhkan Kreativitas Siswa Kelas 4 MI Sudirman Pekalongan” Dengan
kegiatan tersebut peneliti berharap penerapan kegiatan Proyek Penguatan
Profil Pelajar Pancasila (P5) dapat menumbuhkan kreativitas pada siswa MI
Sudirman Pekalongan khususnya siswa kelas 4.
B. Identifikasi Masalah
1. Kurangnya pengetahuan atau pemahaman tentang Pancasila, yaitu siswa
mungkin memiliki pemahaman yang terbatas tentang nilai-nilai pancasila
sehingga diperlukan penguatan profil pelajar dalam hal ini.
2. Kurangnya kemampuan anak dalam berfikir kreatif
3. Anak selalu mencontoh apa yang dibuat guru atau teman
4. Belum makasimalnya hasil karya siswa pada pembelajaran P5 khususnya
kegiatan membatik.
5. Kegiatan membatik sebelumnya mungkin tidak cukup efektif dalam
menumbuhkan kreativitas siswa, sehingga perlu adanya kegiatan lain
yang dapat mendorong siswa untuk berfikir kreatif seperti kegiatan
membatik jumputan
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah ini, penelitian bisa difokuskan pada penentuan
penyebab utama masalah dan pengembangan solusi yang sesuai untuk
meningkatkan profil pelajar dan kreativitas siswa dalam memahami nilai-nilai
Pancasila melalui kegiatan membatik jumputan
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan kegiatan membatik jumputan dalam
menumbuhkan kreatifitas siswa kelas 4 MI Sudirman Pekalongan
2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan membatik jumputan dalam
menumbuhkan kreatifitas siswa kelas 4 MI Sudirman Pekalongan
3. Bagaimana evalusai kegiatan membatik jumputan dalam menumbuhkan
kreatifitas siswa kelas 4 MI Sudirman Pekalongan
E. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan perencanaan kegiatan membatik jumputan dalam
menumbuhkan kreatifitas siswa kelas 4 MI Sudirman Pekalongan
2. Mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan membatik jumputan dalam
menumbuhkan kreatifitas siswa kelas 4 MI Sudirman Pekalongan
3. Mendeskripsikan evalusai kegiatan membatik jumputan dalam
menumbuhkan kreatifitas siswa kelas 4 MI Sudirman Pekalongan
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian dan tujuan penelitian yang dijelaskan, oleh
karena itu harapan dari hasil penelitian ini dapat memiliki manfaat sebagai
berikut:
Adapun manfaat penelitian ini yaitu:
a. Secara teoritis dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Memiliki manfaat dan berguna dalam memperbanyak ide-ide dan
inspirasi penelitian
2. Memberikan sumbangan ilmiah dalam bentuk ilmu pengetahuan
tentang implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)
dalam menumbuhkan kreativitas siswa kelas 4 melalui kegiatan
membatik jumputan di MI Sudirman Pekalongan
3. Sebagai referensi, serta sarana, dan kajian lebih lanjut untuk
penelitian selanjutnya tentang implementasi Proyek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila (P5) dalam menumbuhkan kreativitas siswa melalui
kegiatan membatik jumputan
b. Secara praktis dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagi Kepala Madrasah
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi kepala
madrasah dalam mengembangkan upaya pembentukan kreativitas
siswa melalui kegiatan membatik jumputan di sekolah agar siswa
memiliki karakter yang baik serta berguna bagi nusa, bangsa, dan
agama.
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat mewujudkan serta
mengimplementasikan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)
dalam menumbuhkan kreativitas siswa melalui kegiatan membatik
jumputan secara langsung sehingga dapat diterapkan di kehidupan
sehari-sehari siswa.
3. Bagi Siswa
Dapat meningkatkan kreativitas dalam berkarya batik dan
memberikan wawasan baru tentang karakter serta nilai-nilai Pancasila.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teoritik
a) Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran
intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar
peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan
menguatkan kompetensi. Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang
menekankan pembelajaran yang berkegiatan di dalam dan diluar kelas. 9
Merdeka Belajar merupakan program belajar yang ada di dalam kurikulum
merdeka yang bertujuan menciptakan nuansa kegiatan belajar yang asik,
menyenangkan, dan menarik baik bagi guru maupun peserta didik. 10
Program yang diusung Kemendikbud ini membebaskan satuan pendidikan,
guru, dan peserta didik untuk menciptakan nuansa belajar sesuai keinginan
dan kemampuan inovatif, kreatif, dan mandiri. Konsep merdeka belajar di
dalam kurikulum dianggap memerdekakan dan membahagiakan dalam
belajar oleh peserta didik dan guru.11 Kurikulum Merdeka merupakan
jawaban dari krisis pendidikan yang sedang terjadi di Indonesia. Guru

9
Development Journal et al., “KURIKULUM MERDEKA BELAJAR KAMPUS MERDEKA:” Vol. 8, No. 1,
hlm. 185–201.
10
Merdeka Belajar et al., “Merdeka belajar: kajian literatur,” 2020.
11
Agustinus Tanggu Daga, “Makna Merdeka Belajar dan Penguatan Peran Guru di Sekolah Dasar”
Vol. 7, No. 3, hlm. 1075–90, https://doi.org/10.31949/educatio.v7i3.1279.
leluasa dalam memilih perangkat ajar dengan menyesuaikan kebutuhan
dan minat peserta didik. Capaian belajar di dalam kurikulum merdeka
adalah menciptakan pelajar pancasila yang termuat dalam Profil Pelajar
Pancasila dengan mengembangkan tema yang telah pemerintah tetapkan.
Salah satu program dari merdeka belajar adalah guru penggerak.
Guru penggerak merupakan seorang guru dengan kemampuan
mengarahkan peserta didik untuk mengembangkan dirinya secara penuh
dan menyeluruh. Peran guru penggerak adalah sebagai penggerak, pelatih,
agen perubahan, pelopor kolaborasi, pembimbing, inovator, dan
motivator.12 Guru penggerak memiliki tugas tersendiri selain menjadi guru
pengajar dan pendidik juga bertugas untuk melatih dan menggerakkan
guru lainnya untuk menciptakan sebuah pembelajaran yang baru dan segar
yang berpusat pada peserta didik dengan kemampuan kreatif dan inovatif
yang membawa perubahan positif.13 Guru penggerak memiliki fungsi yang
menggerakkan guru yang lain untuk bergerak atau melakukan inovasi
mengembangkan pembelajaran merdeka belajar guna menggali potensi
peserta didik secara holistik. Dengan adanya guru penggerak yang saling
mendukung guru yang lain diharapkan menjadi sebuah kolaborasi untuk
penerapan Kurikulum Merdeka secara nasional di 2024.
Kegiatan pembelajaran di dalam kurikulum merdeka antara lain;
konkurikuler (proyek penguatan profil pelajar Pancasila), intrakurikuler,
dan ekstrakurikuler. Merujuk pada keputusan Kemendikbud Nomor
262/M/2022, alokasi jam pembelajaran dialokasikan dalam satu tahun
pelajaran yang terbagi di setiap mingguan. Dalam satu tahun pelajaran,
jam pelajaran dibagi untuk kegiatan konkurikuler (proyek penguatan profil
pelajar Pancasila) dan intrakurikuler. Alokasi jam pembelajaran untuk
konkurikuler 25% dan intrakurikuler 75%.
b) Projek Penguatan Profil pelajar Pancasila
1) Memahami Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
12
Elly Manizar, “PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR DALAM BELAJAR Abstrak:,” n.d.
13
Dahlia Sibagariang et al., “PERAN GURU PENGGERAK DALAM PENDIDIKAN” Vol. 14, No. 2, hlm.
88–99.
Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia
sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global
dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Pengertian ini
merupakan manifestasi dari hakikat pendidikan yang selaras
dengan fitrah manusia sebagai makhluk pembelajar. Sepanjang
hayatnya pelajar Indonesia memiliki kemampuan untuk memaknai
hidupnya yang fana untuk mencapai kedudukannya secara
paripurna. Bahwa hakikat manusia dilihat dari bagaimana dia terus
menerus belajar dan melakukan perbaikan dari pembelajarannya.
Pengertian ini merupakan manifesto abadi. Sehingga pendidikan
dasar meresponnya dengan memperkuat manifesto pendidikan ini
melalui internalisasi nilai Pancasila sebagai falsafah bangsa
Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.14
Pasca pelantikan Nadiem Makarim pada 23 Oktober 2019
sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Indonesia, Nadiem Makarim telah membuat beberapa kebijakan
serta berbagai program-program unggul yang berhubungan dengan
pendidikan di Indonesia. Salah satu di antara unggulannya adalah
kurikulum merdeka yang telah diluncurkan Menteri Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pada 11 Februari 2022 secara
daring. Dan dalam siaran pers pada 25 Juli 2022, Kementrian
Pendidikan, Kebudayaan, Ristek dan Teknologi memastikan bahwa
implementasi kurikulum merdeka tetap berjalan sebagaimana
rencana dimulai pada tahun ajaran 2022/2023 pada 140 ribu lebih
satuan pendidikan.
Struktur kurikulum dalam kurikulum merdeka dibagi
menjadi dua kegiatan utama, yaitu kegiatan pembelajaran
intrakulikuler yang merupakan kegiatan rutin dan terjadwal
berdasarkan muatan pelajaran yang terstruktur dan kegiatan

14
Daniel Zuchron, , Tunas Pancasila, (Jakarta: Direktorat Sekolah Dasar dan Kementerian
Pendidikan, “TUNAS,” n.d.
pembelajaran melalui projek untuk penguatan profil pelajar
Pancasila. Projek penguatan profil pelajar pancasila yang
merupakan pembelajaran korikuler berbasis projek dilakukan di
luar jadwal pelajaran rutin, lebih fleksibel dan tidak seformal
kegiatan pembelajaran intrakurikuler, dan tidak harus berkaitan
erat dengan Capaian Pembelajaran mata pelajaran apapun. Target
capaiannya adalah profil pelajar Pancasila sesuai dengan tahap
perkembangan peserta didik. Menurut Miller, Situasi belajar yang
seperti ini dinilai efektif untuk mendorong pengembangan karakter
dan kompetensi yang mendalam.15
Projek adalah serangkaian kegiatan untuk mencapai sebuah
tujuan tertentu dengan cara menelaah suatu tema menantang.
Projek didesain agar peserta didik dapat melakukan investigasi,
memecahkan masalah, dan mengambil keputusan.16 Peserta didik
bekerja dalam periode waktu yang telah dijadwalkan untuk
menghasilkan produk dan/atau aksi. Alokasi waktu untuk
pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila dihitung per
tahun. Projek penguatan profil pelajar Pancasila mengambil sekitar
20% sampai 30% dari total JP per tahun. Berdasarkan buku
panduan pengembangan projek penguatan profil pelajar Pancasila,
terdapat enam tema yang dapat dipilih dan ditujukan untuk jenjang
SD/MI dan sederajat. Tema tersebut adalah tema-tema yang
berkaitan dengan isu-isu kontemporer, yaitu: (1) gaya hidup
berkelanjutan (2) Bhineka tunggal ika (3) Kearifan lokal (4)
Kewirausahaan (5) bangunlah jiwa dan raganya (6) Rekayasa dan
Teknologi. Dapat disimpulkan jika projek penguatan profil pelajar
Pancasila merupakan pembelajaran lintas disiplin ilmu dengan
model pembelajaran berbasis projek yang dilakukan dengan

15
Anindito Aditomo, Kajian Akademik, “Kurikulum untuk Pemulihan Pembelajaran,” (Pusat
Kurikulum dan Pembelajaran Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, 2022), hlm. 58.
16
Anindito Aditomo, “Penyusun".
mengamati isu-isu di lingkungan sekitar dengan tujuan untuk
menguatkan profil pelajar Pancasila.
2) Dimensi Profil Pelajar Pancasila
Berdasarkan keputusan Kemendikbudristek Nomor
009/H/Kr/2022 Tentang Dimensi, Elemen, Dan Subelemen Profil
Pelajar Pancasila Pada Kurikulum Merdeka, Dimensi profil pelajar
Pancasila, antara lain:17
1. Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan
Berakhlak Mulia
Pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan
YME, dan berakhlak mulia adalah pelajar yang berakhlak
dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Ia
memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan
pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Elemen
kunci beriman, bertakwa kepada tuhan yang maha esa dan
berakhlak mulia adalah akhlak beragama, akhlak pribadi,
akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam, akhlak
bernegara.18 Agama Islam telah memiliki figur akhlak yang
sangat sempurna, beliau adalah Nabi Muhammad SAW, telah
mencontohkan akhlak yang mulia yang dapat membentuk
karakter seseorang menjadi menurut pandangan orang lain,
surat Al Ahzab ayat 21 dapat kita jadikan dasar dalam
merancang profil pelajar Pancasila yang memiliki karakter
Islami
2. Berkebhinekaan Global
Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas
dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam
berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa

17
KemendikbudristekNo.09, Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen
Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 009/H/KR/2022
Tentang Dimensi, Elemen, dan Sebelemen Profil Pelajar Pancasila Pada Kurikulum Merdeka.
18
Dasar dan Pendidikan, “TUNAS PANCASILA.”, hlm. 66.
saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya budaya baru
yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur
bangsa. Elemen kunci dari berkebinekaan global meliputi
mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi
interkultural dalam berinteraksi dengan sesama, dan refleksi
dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan.19
Semboyan Garuda Pancasila Bhineka Tunggal Ika yang
memiliki arti berbeda-beda tapi tetap satu jua. Ternyata sudah
dijelaskan dalam Alquran pada surat Al Hujurat ayat 13. Ayat
13 Surat Al Hujurat menerangkan adanya kesamaan prinsip dan
tuntunan bagi banyak masyarakat yang hidup secara
berdampingan dengan sesamanya, banyaknya suku ada dan
budaya di Indonesia berdasarkan kebhinekaan harus menjadi
satu kesatuan yakni Indonesia.
3. Gotong Royong
Pelajar Indonesia memiliki kemampuan bergotong-
royong, yaitu kemampuan untuk melakukan kegiatan secara
bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan
dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Pelajar Indonesia
memiliki kesadaran bahwa sebagai bagian dari kelompok ia
perlu terlibat, bekerja sama, dan saling membantu dalam
berbagai kegiatan yang bertujuan mensejahterakan dan
membahagiakan masyarakat. Elemen-elemen dari bergotong
royong adalah kolaborasi, kepedulian, dan berbagi. 20 Budaya
gotong royong adalah realitas sejarah sejak Islam belum datang,
dalam Siroh Nabawiyah Nabi Muhammad mencontohkan
langsung terutama saat merenovasi ka’bah, membangun masjid,
dan menggali parit untuk benteng pertahanan dalam perang

19
Daniel Zuchron, Tunas Pancasila, Jakarta: Kemendikbud, 2021, hlm. 66.
20
Daniel Zuchron, Tunas Pancasila, Jakarta: Kemendikbud, 2021, hlm. 66..
Khandaq. Bahkan gotong royong diperintahkan oleh ajaran
Islam sebagaimana termaktub dalam Q.S. Al-Maidah ayat 2.
4. Mandiri
Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar
yang bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya.
Elemen kunci dari mandiri terdiri dari kesadaran akan diri dan
situasi yang dihadapi serta regulasi diri. 21 Sikap mandiri
tercantum dalam surah Ar-Ra’d ayat 11.
5. Bernalar Kritis
Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif
memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif,
membangun keterkaitan antara berbagai informasi,
menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya.
Elemen-elemen dari bernalar kritis adalah memperoleh dan
memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan
mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses
berpikir dalam mengambilan keputusan.22 Ayat yang berkaitan
dengan sifat bernalar kritis yaitu Qs. Ali Imron ayat 190-191.
6. Kreatif
Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan
menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan
berdampak. Elemen kunci dari kreatif terdiri dari menghasilkan
gagasan yang orisinal serta menghasilkan karya dan tindakan
yang orisinal serta memiliki keluwesan berpikir dalam mencari
alternatif solusi permasalahan.23 Ayat yang berkaitan dengan
sifat bernalar kritis yaitu Qs. Yunus ayat 101.
c) Dimensi Kreatif
Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang
orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci dari kreatif
21
Daniel Zuchron, Tunas Pancasila, Jakarta: Kemendikbud, 2021, hlm. 66.
22
Daniel Zuchron, Tunas Pancasila, Jakarta: Kemendikbud, 2021, hlm. 66.
23
Daniel Zuchron, Tunas Pancasila, Jakarta: Kemendikbud, 2021, hlm. 66.
terdiri dari menghasilkan gagasan yang orisinal serta menghasilkan karya
dan tindakan yang orisinal serta memiliki keluwesan berpikir dalam
mencari alternatif solusi permasalahan.24
1. Menghasilkan gagasan yang orisinal
Pelajar yang kreatif menghasilkan gagasan atau ide yang orisinal.
Gagasan ini terbentuk dari yang paling sederhana seperti ekspresi
pikiran dan/atau perasaan sampai dengan gagasan yang kompleks.
Perkembangan gagasan ini erat kaitannya dengan perasaan dan
emosi, serta pengalaman dan pengetahuan yang didapatkan oleh
pelajar tersebut sepanjang hidupnya. Pelajar yang kreatif memiliki
kemampuan berpikir kreatif, dengan mengklarifikasi dan
mempertanyakan banyak hal, melihat sesuatu dengan perspektif yang
berbeda, menghubungkan gagasan-gagasan yang ada,
mengaplikasikan ide baru sesuai dengan konteksnya untuk mengatasi
persoalan, dan memunculkan berbagai alternatif penyelesaian.
2. Menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal
Pelajar yang kreatif menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal
berupa representasi kompleks, gambar, desain, penampilan, luaran
digital, realitas virtual, dan lain sebagainya. Ia menghasilkan karya
dan melakukan tindakan didorong oleh minat dan kesukaannya pada
suatu hal, emosi yang ia rasakan, sampai dengan mempertimbangkan
dampaknya terhadap lingkungan sekitarnya. Selain itu, pelajar yang
kreatif cenderung berani mengambil risiko dalam menghasilkan karya
dan tindakan.
3. Memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi
permasalahan
Pelajar yang kreatif memiliki keluwesan berpikir dalam mencari
alternatif solusi permasalahan yang ia hadapi. Ia mampu menentukan
pilihan ketika dihadapkan pada beberapa alternatif kemungkinan
24
Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Dimensi, Elemen dan Subelemen Profil
Pelajar Pancasila Pada Kurikulum Merdeka. (2022). Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset
dan Teknologi Republik Indonesia, hlm. 34-35.
untuk memecahkan permasalahan. Ia juga mampu mengidentifikasi,
membandingkan gagasan-gagasan kreatifnya, serta Dimensi, Elemen,
dan Subelemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum
Merdekamencari solusi alternatif saat pendekatan yang diambilnya
tidak berhasil. Pada akhirnya, pelajar kreatif mampu bereksperimen
dengan berbagai pilihan secara kreatif Ketika menghadapi perubahan
situasi dan kondisi.
Adapun alur perkembangan dimensi kreatif sebagai berikut.
Tabel 6. Alur Perkembangan Dimensi Kreatif

Di Akhir Fase B
(Kelas III-IV, usia 8- Subelemen
10 tahun)
Elemen menghasilkan Memunculkan gagasan imajinatif baru yang
gagasan yang orisinal bermakna dari beberapa gagasan yang berbeda
sebagai ekspresi pikiran dan/atau perasaannya.
Elemen menghasilkan Mengeksplorasi dan mengekspresikan pikiran
karya dan tindakan dan/atau perasaannya sesuai dengan minat dan
yang orisinal kesukaannya dalam bentuk karya dan/atau
tindakan serta mengapresiasi karya dan
tindakan yang dihasilkan
Elemen memiliki Membandingkan gagasan-gagasan kreatif
keluwesan berpikir untuk menghadapi situasi dan permasalahan.
dalam mencari
alternatif solusi
permasalahan

d) Implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila


Implementasi adalah sutau tindakan atau pelaksanaan dari sebuah
rencana yang telah dipersiapkan dan disusun secara matang dan rinci
dengan tujuan mencapai tujuan tertentu. Terdapat beberapa alur dalam
pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila yaitu perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
a. Perencanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila
1) Membentuk tim fasilitator projek penguatan profil pelajar Pancasila
Kepala satuan pendidikan menyusun tim fasilitator projek. Tim
fasilitator projek profil terdiri dari sejumlah pendidik 3 yang berperan
merencanakan, menjalankan, dan mengevaluasi projek profil. Tim ini
dibentuk dan dikelola oleh kepala satuan pendidikan dan coordinator
projek profil.25
2) Mengidentifikasi tingkat kesiapan satuan pendidikan
Kepala satuan pendidikan bersama tim fasilitator merefleksikan
dan menentukan tingkat kesiapan satuan pendidikan.
Pengidentifikasian awal kesiapan satuan pendidikan. Pengidentfikasian
ini didasarkan pada kemampuan satuan pendidikan dalam menerapkan
pembelajaran berbasis projek (projek based learning). Dalam hal ini,
satuan pendidikan melakukan refleksi awal mengenai penguasaan
terhadap pembelajaran berbasis projek untuk mengidentifikasi
kesiapan awal dalam menjalankan projek penguatan profil pelajar
Pancasila.
Tabel 2.1
Tahap kesiapan Satuan Pendidikan26

Tahap Awal Tahap Berkembang Tahap Lanjutan

1. Satuan pendidikan 1. Satuan pendidikan 1. Pembelajaran


belum memiliki sudah memiliki berbasis projek
sistem dalam sistem untuk sudah menjadi
mempersiapkan menjalankan kebiasaan satuan
dan melaksanakan pembelajaran pendidikan

25
Anindito Aditomo, "Panduan Pengembangan Projek Penguatan,” hlm. 23.
26
Anindito, Aditomo, “Panduan Pengembangan Projek, hlm. 27.
pembelajaran berbasis projek. 2. Konsep
berbasis projek. 2. Konsep pembelajaran
2. Konsep pembelajaran berbasis projek
pembelajaran berbasis projek sudah dipahami
berbasis projek sudah dipahami semua pendidik
baru diketahui sebagian 3. Satuan pendidikan
pendidik. pendidikan. sudah menjalin
3. Satuan Pendidikan 3. Satuan pendidikan kerjasama dengan
menjalankan mulai melibatkan pihak mitra diluar
projek secara pihak diluar satuan satuan pendidikan
internal (tidak pendidikan untuk agar dampak
melibatkan pihak membantu salah projek dapat
luar). satu aktivitas diperluas secara
projek. berkelanjutan.

3) Merancang dimensi, tema, dan alokasi waktu projek penguatan profil


pelajar Pancasila
Tim Fasilitator menentukan fokus dimensi profil pelajar Pancasila
dan tema projek serta merancang jumlah projek beserta alokasi
waktunya. Dimensi dan tema dipilih berdasarkan kondisi dan
kebutuhan sekolah.27 Seperti yang diketahui sebelumnya terdapat enam
dimensi profil pelajar pancasila yaitu 1) Beriman, bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) berkebinekaan global,
3) Gotong royong, 4) Mandiri, 5) Kreatif, dan 6) Bernalar kritis.
Sedangkan tema-tema utama dalam projek penguatan profil pelajar
Pancasila yang dapat dipilih oleh satuan pendidikan adalah 1) Gaya
hidup berkelanjutan, 2) Kearifan lokal, 3) Bhineka tunggal ika, 4)

27
Anindito, Aditomo, “Panduan Pengembangan Projek", hlm. 23.
Bangunlah jiwa raganya, 5) Suara demokrasi, 6) Rekayasa dan
teknologi, 7) Keberkerjaan.28
4) Menyusun modul projek
Tim fasilitator menyusun modul projek sesuai tingkat kesiapan
satuan pendidikan dengan tahapan umum: Menentukan sub-elemen
(tujuan projek), mengembangkan topik, alur, dan durasi projek, serta
mengembangkan aktivitas dan asesmen projek. Modul projek
penguatan profil pelajar Pancasila merupakan dokumen yang berisi
tujuan, langkah, media pembelajaran, dan asesmen yang dibutuhkan
untuk melaksanakan projek penguatan profil pelajar Pancasila.29
Modul projek profil dilengkapi dengan komponen yang menjadi
dasar dalam proses penyusunannya serta dibutuhkan untuk
kelengkapan pelaksanaan pembelajaran. Modul projek profil pada
dasarnya memiliki komponen profil modul, tujuan, aktivitas, dan
asesmen. Tim fasilitator memiliki kebebasan untuk mengembangkan
komponen dalam modul projek profil, untuk menyesuaikan dengan
kondisi sekolah dan kebutuhan peserta didik. Modul juga dapat
dilengkapi dengan deskripsi singkat projek profil, alat, bahan, serta
media belajar yang perlu disiapkan dan referensi pendukung.30
5) Merancang strategi pelaporan hasil projek
Tim fasilitator merencanakan strategi pengolahan dan pelaporan
hasil projek. Pelaporan projek penguatan profil pelajar Pancasila
berbeda dengan pelaporan kegiatan intrakulikuler.31
b. Pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila

Tabel 2.2
Contoh Alur Projek Profil
1. Pengenalan Mengenali dan membangun kesadaran

28
Anindito, Aditomo, “Panduan Pengembangan Projek", hlm. 28.
29
Anindito, Aditomo, “Panduan Pengembangan Projek", hlm. 42.
30
Anindito, Aditomo, “Panduan Pengembangan Projek", hlm. 43.
31
Anindito, Aditomo, “Panduan Pengembangan Projek", hlm. 22.
peserta didik terhadap tema yang sedang
dipelajari.
2. Kontekstual Menggali permasalahan di lingkungan sekitar
yang terkait dengan topik pembahasan.
3. Aksi Merumuskan peran yang dapat dilakukan
melalui aksinyata.
4. Refleksi Menggenapi proses dengan berbagi karya
serta melakukan evaluasi dan refleksi.
5. Tindak Lajut Menyusun langkah strategis

c. Evaluasi projek penguatan profil pelajar Pancasila


Dalam kegiatan ini ada beberapa hal yang dilakukan yaitu dengan
mengoleksi dan mengolah hasil asesmen dan membuat rapor projek
penguatan profil pelajar Pancasila. Yang dimaksud mengoleksi dalam hal
ini adalah mengumpulkan dokumentasi kegiatan projek profil seperti
jurnal pendidik dan portofolio peserta didik. Sedangkan dalam
pengolahan hasil asesmen, tim fasilitator dapat mengembangkan beragam
strategi dengan menggunakan bentuk dan instrumen asesmen yang
bervariasi. Tujuan dari mengolah hasil asesmen ini adalah untuk
menentukan pencapaian peserta didik secara menyeluruh.32
Selanjutnya, kegiatan yang dilakukan adalah menyusun rapor
projek penguatan profil pelajar Pancasila. Rapor ini bersifat informatif
dalam menyampaikan perkembangan peserta didik yaitu perkembangan
karakter dan kompetensi sesuai dengan profil pelajar Pancasila.
Hal yang harus diperhatikan dalam evaluasi implementasi projek
penguatan profil, yaitu : a) Evaluasi implementasi projek penguatan profil
pelajar Pancasila bersifat menyeluruh b) Evaluasi implementasi projek
penguatan profil pelajar Pancasila fokus kepada proses dan bukan hasil

32
Anindito, Aditomo, “Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.”
Jakarta:Kemendikbud. 2021, hlm. 101.
akhir c) Tidak ada bentuk evaluasi yang mutlak dan seragam d)
Menggunakan berbagai jenis bentuk asesmen yang dilakukan tersebar
selama projek dijalankan e) Melibatkan peserta didik dalam evaluasi.
e) Kearifan Lokal
Kearifan lokal atau sering disebut Local Wisdow diartikan sebagai
usaha manusia dengan menggunakan akal budi (kognisi) untuk bersikap
terhadap sesuatu, objek yang terjadi dalam ruang tertentu.33 Menurut
etimologi, Wisdow dipahami sebagai kearifan/kemampuan seseorang
dalam menggunakan akal pikirannya dalam bertindak terhadap sesuatu.
Kearifan lokal merupakan pengetahuan yang muncul dari periode yang
panjang bersama masyarakat dan lingkungannya dalam sistem lokal yang
sudah dialami bersama. Kearifan lokal sebagai sumber energi potensial
dari sistem pengetahuan kolektif masyarakat untuk hidup bersama secara
damai. Secara substansial, kearifan lokal itu adalah nilai-nilai yang berlaku
dalam suatu masyarakat.
Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan yang
berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam memenuhi
kebutuhan mereka. Kearifan lokal adalah segala bentuk kebijaksanaan
yang didasari nilai-nilai kebaikan yang dipercaya, diterapkan dan
senantiasa dijaga keberlangsungannya dalam kurun waktu yang cukup
lama oleh sekelompok orang yang berada diwilayah tertentu.
Nilai-nilai luhur yang berlaku didalam tata kehidupan masyarakat
yang bertujuan untuk melindungi sekaligus mengelola lingkungan hidup
secara lestari. Menurut Edy Sedyawati “Kearifan lokal diartikan sebagai
kearifan dalam kebudayaan tradisional suku-suku bangsa”. Kearifan dalam
arti luas tidak hanya berupa norma-norma dan nilai-nilai budaya,
melainkan juga segala unsur gagasan, termasuk yang berimplikasi pada
teknologi, penanganan kesehatan, dan estetika. Dengan pengertian tersebut

33
Wagiran, "Pengembangan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Hamemayu Hayuning
Bawana (Identifikasi Nilai-Nilai Karakter Berbasis Budaya)", Jurnal Pendidikan Karakter,
Tahun II, No.3, Oktober, 2018.
maka yang termasuk sebagai penjabaran kearifan lokal adalah berbagai
pola tindakan dan hasil budaya materialnya.34
Membangun kemampuan eksplorasi tentang kebudayaan dan
kearifan lokal di lingkungan masyarakat sekitar dan perkembangannya
serta rasa ingin tahu kepada siswa. 1) Siswa dapat mempelajari mengapa
dan bagaimana masyarakat sekitar/ daerah sekitar dapat berkembang
dengan kebudayaan lokalnya, serta melihat perkembangan dipengaruhi
oleh keadaan yang ada, dan dapat memahami hal yang berubah dari waktu
ke waktu apakah sama atau ada yang berubah. 2) Siswa mempelajari
konsep serta nilai dari budaya lokal tersebut, dan mendefinisikan nilai apa
yang terkandung dan yang dapat diambil serta diaplikasikan di kehidupan
seharihari. 3) Siswa juga belajar dalam melestarikan kebudayaan serta hal
yang menarik dari budaya lokal tersebut serta nilai luhur yang dipelajari.
f) Tinjauan Batik Jumputan (Ikat Celup)
1. Pengertian Membatik Jumputan
Batik merupakan kesenian warisan nenek moyang, seni batik
mempunyai nilai tinggi, perpaduan seni dan teknologi. Batik menarik
perhatian bukan semata-mata karena hasilnya, akan tetapi juga proses
pembuatannya inilah yang kemudian membuat batik diakui oleh dunia.
Menurut Rina Pandana Sari, batik berasal dari bahasa jawa “ambatik”
yang terdiri dari kata “amba” yang berarti menulis dan “tik” yang
berarti kecil, tetesan atau membuat batik. Jadi, batik adalah menulis
atau melukis titik. Membatik adalah teknik menahan warna dengan
lilin malam secara berulang-ulang di atas kain. Lilin malam digunakan
sebagai penahan untuk memecahkan agar warna tidak menyerap
kedalam serat kain dibagian-bagian yang tidak dikehendaki.35
Teknik ikat celup berasal dari Tiongkok, teknik ini kemudian
berkembang sampai ke india dan wilayah-wilayah Nusantara. Teknik
ikat celup dalam bahasa Afrika adalah adire, dalam bahasa india
34
Edy Sedyawati, Budaya Indonesia, Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah, Jakarta:Raja Grafindo
Persada, 2018.
35
Rina Pandan Sari, Keterampilan Membatik Untuk Anak, Surakarta: Arcita, 2013, hlm. 3
bandhana, dan dalam bahas jepang adalah shibiro. Istilah tersebut
sudah digunakan selama berabad-abad untuk menggunakan cara
membuat desain pada kain yang disebut seni ubar ikat atau ikat celup
atau jumputan. Jadi ikat celup merupakan salah satu teknik kerajinan
tekstil yang menghasilkan motif diatas permukaan kain dengan
menutup bagian-bagian yang tidak dikehendaki terkena warna.36
2. Alat dan bahan proses pembuatan batik ikat celup
1) Alat dalam pembuatan batik
Alat merupakan benda yang gunanya untuk mengajarkan
sesuatu, bisa juga disebut dengan perkakas atau perlatan.
a) Jarum jahit
Jarum jahit digunakan untuk menjahit moti-motif yang
diinginkan, jarum jahit yang digunakan harus yang memiliki
lubang jarum yang besar, agar benang dan tali yang lain dapat
masuk pada lubang tersebut.
b) Benang jahit
Benang bertujuan untuk mengikat kain agar kain tidak
kemasukan warna pada saat proses pewarnaan berlangsung.
Benang yang digunakan sebaiknya benang yang tebal dan
kuat seperti benang sintesis, benang jeans, dan benang sepatu
agar pada saat pewarnaan benang tersebut tidak putus dan
rapuh.
c) Karet gelang
Karet digunakan untuk membuat motif dan membantuk
mengikat bijian-bijian, kelereng atau kerikil.
d) Dingklik
Dingklik atau tempat duduk yaitu untuk duduk pada saat
pembuatan batik jumputan.
e) Ember

36
Aprilia Nur Muamalah, “Kerajinan Ikat Celup di Batik Parang Kaliurang Sleman Yogyakarta”,
Jurnal Pengkajian, (2017), hlm. 4.
Ember digunakan untuk melarutkan warna-warna agar
mempermudah pada saat mewarnai kain.
f) Gunting
Gunting yaitu berfungsi untuk memotong kain, tali, benang,
dan karet.
g) Pensil
Pensil yaitu alat untuk menggambar pola.
h) Kuas
Kuas untuk membatik seharusnya menggunakan kuas yang
tahan terhadap panas, berfungsi untuk mencoret warna atau
menutup permukaan kain yang tidak harus terkena warna lain.
i) Panci atau dandang besar
Digunakan untuk medidihkan air yang akan digunakan untuk
pelarutan warna yang menggunakan air panas.37
2) Bahan dalam pembuatan batik jumputan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2007:114) bahan
adalah barang yang akan dibuat menjadi suatu benda. Bahan
merupakan faktor yang penting dalam proses pembuatan batik ikat
celup, sebab tanpa adanya bahan proses pembuatan tidak
terlaksana.Adapun bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat
batik jumputan (ikat celup) antara lain:
a) Kain
Kain adalah salah satu bahan yang digunakan untuk membuat
batik, diantaranya batik ikat celup menggunakan kain.
b) Krikil, kelereng
Alat yang digunakan sebagai pembatas atau penunjang
pembuatan motif pada saat dilakukan proses pengikat atau
penjahitan kain.
c) Pewarna

37
Midiah Astuti, Batik Celup Permata Bunda (Parang Kaliurang) Hargobinangan Sleman, skripsi
Fakultas bahasa dan seni Universitas Negeri Yogyakarta, 2014, hlm. 11.
Pewarna bertujuan untuk memberi warna pada kain batik
sehingga menghasilkan suatu warna yang baik. Proses warna
pewarnaan dapat dilakukan dengan cara celupan, celoretan,
dan kuasan.38
3) Proses membuat batik jumputan (ikat celup)
Pembuatan batik jumputan dengan teknik ikat ini dengan cara
diikat beberapa bagian kain yang ingin diberi motif. Untuk
mengetahui cara pembuatan batik jumputan dengan teknik ikat,
berikut akan diuraikan cara pembuatan jumputan dengna ikatan:
a) Pertama-tama kita siapkan kain dan tali untuk mengikat
seperti benang jeans, tali rafia, benang nylon atau karet.
b) Jumput kain lalu ikat bagian tengahnya, dengan carap dan
kencang
c) Bila ujung jumputan ingin terlihat rapi masukan kelereng
dalam jumputan sebelum diikat, selain kelereng kita juga
dapat menggunakan benda lain menyesuaikan seberapa besar
motif yang akan kita buat, hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi agar supaya ukuran bentuk motif relatif sama.
d) Setelah diikat kain bisa langsung diwarnai.
e) Melepaskan tali pengikat untuk mendapatkan hasil batikan
yang telah kita buat.
f) Jika ingin membuat kombinasi warna, maka setelah pewarna
pertama ujung jumputan yang berisi kelereng atau kerikil bisa
ditutup malam atau lilin dengan cara dicelup pada malam cair.
g) Lalu kain bisa dicelup dalam larutan pewarna yang lain yang
berbeda dengan warna sebelumnya.39
B. Kajian Penelitian yang Relevan

No. Nama, Jenis Persamaan Perbedaan Orisinalitas

38
Midiah Astuti, Batik Celup Permata Bunda (Parang Kaliurang) Hargobinangan Sleman, skripsi,
Fakultas bahasa dan seni Universitas Negeri Yogyakarta, 2014, hlm. 17.
39
Puspita setiawati, Kupas Tuntas Proses Membatik, Yogyakarta: Absolut, 2008, hlm. 79
Penelitian, Judul
Penelitian.
1. Penelitian Aris Persamaan pada Perbedaan penelitian Implementasi
Kurniawan, (2015), penelitian sebelumnya ini dengan penelitian Proyek
Universitas Negeri secara garis besar sebelumnya yaitu Penguatan
Yogyakarta, yaitu sama-sama menggunakan aspek Profil Pelajar
Pembelajaran Seni melaksanakan mata pelajaran seni Pancasila
Budaya Dan kegiatan membatik budaya dan (P5) Melalui
Keterampilan Di jumputan keterampilan Kegiatan
Kelas V Sekolah sedangkan, Membatik
Dasar Negeri penelitian tidak Jumputan
Singodutan,Tandon menggunakan mata Dalam
, Pare, Selogiri, pelajaran seni Menumbuhk
Wonogiri. budaya dan an
keterampilan Kreativitas
melainkan sistem Siswa Kelas
kegiatan Projek 4 Mi
Penguatan Profil Sudirman
Pelajar Pancasila Pekalongan

2. Penelitian Dimas Persamaan pada 1. Perbedaan


Sopan Sahid Satrio penelitian sebelumnya penelitian ini
Utomo, (2015), secara garis besar dengan
Universitas Negeri yaitu sama-sama penelitian
Yogyakarta“, melaksanakan sebelumnya yaitu
Upaya Peningkatan kegiatan membatik menggunakan
Kreativitas Siswa jumputan dalam aspek mata
Pada Mata rangka menubuhkan pelajaran muatan
Pelajaran Muatan kreativitas siswa lokal batik
Lokal Batik menggunakan
Menggunakan metode Project-
Metode Project- Based Learning
Based Learning sedangkan,
Pada Siswa Kelas penelitian tidak
Viii G Smp N 1 menggunakan
Trucuk Kabupaten mata pelajaran
Klaten” muatan lokal
batik melainkan
sistem kegiatan
Projek Penguatan
Profil Pelajar
Pancasila dalam
menumbuhkan
kreativitas siswa.
2. Subjek penelitian
sebelumnya di
SMP N 1 Trucuk
Kabupaten
Klaten
sedangkan pada
penelitian ini
menggunakan
subjek tingkatan
Madrasah
Ibtidaiyah (MI)
Kelas 4.

3. Penelitian Ritma Persamaan pada Perbedaan penelitian


Rinipta Abidah penelitian sebelumnya sebelumnya yaitu
Tahun (2023) secara garis besar mengambil tema
Institut Agama yaitu menerapkan nilai Gaya Hidup
Islam Negeri (Iain) karakter Profil Pelajar Berkelanjutan
Curup “Proses Pancasila. dengan kegiatan
Pemanfaatan Pemanfaatan Barang
Barang Bekas Bekas pada
Terhadap penerapan Projek
Implementasi Penguatan Profil
Projek Penguatan Pelajar Pancasila,
Profil Pelajar sedangkan penelitian
Pancasila (P5) ini menerapkan tema
Dalam Kurikulum kearifan lokal
Merdeka Pada dengan kegiatan
Siswa Kelas Iv A.” membatik jumputan
pada implementasi
Proyek Penguatan
Profil Pelajar
Pancasila
4 Jurnal Nelius Persamaan pada Perbedaan penelitian
Harefa1, St Fatimah penelitian sebelumnya sebelumnya yaitu
Azzahra, Silvi Nur secara garis besar mengambil kegiatan
Fajriah, Pingkan yaitu menerapkan nilai pembuatan Kerupuk
Elsye Damayanti, karakter Profil Pelajar Opak pada
Nelfin Fiktoris Pancasila yaitu penerapan Projek
Riski Waruwu, dimensi kreatif serta Penguatan Profil
(2023), Universitas menerapkan salah satu Pelajar Pancasila,
Negeri Malang, tema Profil Pelajar sedangkan penelitian
Penguatan Profil Pancasila yaitu ini mengambil
Pelajar Pancasila kearifan lokal. kegiatan membatik
“Kreatif” Melalui jumputan pada
Elaborasi Kearifan penerapan Proyek
Lokal “Kerupuk Penguatan Profil
Opak” Pelajar Pancasila
5 Jurnal Nuril Secara garis besar Perbedaan penelitian
Lubaba, M., & persamaan dengan ini terletak pada
Alfiansyah, I, 2022, penelitian sebelumnya fokus penelitiannya,
“Analisis adalah sama-sama pada penelitian
Penerapan Profil membahas tentang terdahulu membahas
Pelajar Pancasila penerapan nilai-nilai tentang penerapan
Dalam profil pelajar nilai-nilai profil
Pembentukan Pancasila untuk pelajar pancasila
Karakter Peserta membentuk karakter secara global di
Didik Di Sekolah peserta didik sekolah, sedangkan
Dasar”. dalam penelitian ini
focus pada
penanaman nilai
profil pelajar
pancasila dalam
kegiatan projek.

C. Kerangka Berpikir

Kurikulum Merdeka

Implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)


Melalui Kegiatan Membatik Jumputan Dalam Menumbuhkan
Kreativitas Siswa Kelas 4 Mi Sudirman Pekalongan

Upaya yang dilaksanakan sekolah dalam


menumbuhkan kreativitas siswa (Evaluasi)
Kegiatan Membatik Jumputan

Elemen kunci dari kreatif terdiri dari menghasilkan


gagasan yang orisinal serta menghasilkan karya dan
tindakan yang orisinal serta memiliki keluwesan
berpikir dalam mencari alternatif solusi
permasalahan.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan
kualitatif. Alasan peneliti menggunakan kualitatif yaitu, penelitian ini
bertujuan untuk mengeksplorasi Implementasi Proyek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila (P5) melalui Kegiatan Membatik Jumputan dalam
menumbuhkan Kreativitas siswa kelas 4 MI Sudirman Pekalongan mulai dari
perencanaan, pelaksaan hingga evaluasi.
Adapun jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini
adalah kualitatif deskriptif. Hal ini dikarenakan, peneliti akan menyajikan data
dalam bentuk penjabaran kata-kata secara jelas dan rinci. Selain hal tersebut,
jenis penelitian kualitatif deskriptif merupakan penelitian yang menyajikan
penyelidikan empiris sesuai dengan fenomena yang terjadi di lapangan.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian bermanfaat bagi pembatasan mengenai objek penelitian
yang diangkat manfaat lainnya adalah agar peneliti tidak terjebak pada
banyaknnya data yang di peroleh di lapangan. Penentuan fokus penelitian
lebih diarahkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari
situasi perekonomian dan sosial ini dimaksudakan untuk membatasi studi
kualitatif sekaligus membatasi penelitian guna memilih mana data yang
relevan dan mana data yang tidak relevan.
(Sugiyono 2017;207) pembatasan dalam penelitian kualitatif lebih
didasarkan pada tingkat kepentingan, urgensi dan reabilitas masalah yang akan
dipecahkan. Penelitian ini difokuskan pada implementasi proyek penguatan
profil pelajar pancasila melalui kegiatan membatik jumputan dalam
menumbuhkan kreativitas siswa kelas 4 MI Sudirman Pekalongan
C. Data dan Sumber Data
Sumber data penelitian ini yakni pihak-pihak yang terlibat langsung
dalam implementasi proyek penguatan profil pelajar pancasila (P5) melalui
kegiatan membatik jumputan dalam menumbuhkan kreativitas siswa kelas 4
MI Sudirman Pekalongan. pihak-pihak yang dimaksudkan antara lain:
1. Kepala MI Sudirman Pekalongan
2. Guru kelas 4 MI Sudirman Pekalongan
3. Siswa kelas 4 MI Sudirman Pekalongan
Selain sumber data yang disebutkan peneliti di atas, peneliti juga
mengumpulkan sumber data berupa dokumen-dokumen terkait kegiatan
implementasi proyek penguatan profil pelajar pancasila (P5) melalui kegiatan
membatik jumputan dalam menumbuhkan kreativitas siswa kelas 4 MI
Sudirman Pekalongan yang meliputi:
1. Program atau jadwal kegiatan proyek penguatan profil pelajar
Pancasila
2. Dokumentasi hasil karya kegiatan proyek
3. Modul kegiatan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
4. Dokumentasi foto selama kegiatan berlangsung
5. Penilaian kegiatan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
D. Teknik Pengumpulan Data
Beberapa teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara, Obervasi, dan domuntasi.
a. Wawancara
Wawancara adalah Proses memproleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, bertatap muka, dengan menggunakan
interview guidance, menggunkan interaksi langsung dengan guru yang
terkait dalam program pembelajaran individual tersebut dengan maksud
untuk memperoleh informasi yang nyata. Teknik ini digunakan untuk
mengumpulkan data tentang pentingnya dalam suatu program
pembeljaran individual dalam anak berkebutuhan khusus di sekolah
inklusi.
b. Observasi
Obervasi adalah kegiatan keseharian manusia dengan
menggunakan panca indra sebagai mata alat bantu utama dan dibantu
dengan pasca indra lainnya. Tujuan observasi ini mendeskripsikan tempat
yang diobservasi, kejadian dan orang yang ikut berpartisipasi. Peneliti
melakukan obervasi pada objek penelitian yang berisi catatan terkait
implementasi proyek penguatan profil pelajar pancasila (P5) melalui
kegiatan membatik jumputan dalam menumbuhkan kreativitas siswa kelas
4 MI Sudirman Pekalongan tersebut.
c. Dokumentasi
Teknik Dokumentasi adalah mengambil foto digunakan untuk
informasi lengkap suatu kedaan yang digunakan dalam observasi maupun
wawancara. Dokumentasi ini yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa
foto awal/kondisi anak pada awal dalam proses pembelajaran individual.
E. Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpulkan, dan sudah diuji kebsahan datanya dan
kemudian data dianalisa. Pada penelitian ini, penelitian membagi tiga tahap
teknik analisis data, yaitu:
1) Reduksi Data
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
penelitian untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan.
2) Penyajian Data
Penyajian data ini biasanya dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antara katagori, flowchart dan sejenisnya. Dan yang
sering digunakan pada penyajian data dalam bentuk teks yang bersifat
naratif.
3) Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan yakni proses memahami pola, alur, atau
penjelasan dari data. Pada proses ini peneliti berupaya mendapatkan
pemahaman atas data yang dimiliki. Keempat, verifikasi data yakni proses
pemeriksaan ulang kebenaran atas data. Pada tahap ini peneliti melakukan
pengecekan ulang terhadap data untuk tujuan validitas.

Anda mungkin juga menyukai