Anda di halaman 1dari 122

21.

1 Dokumen Kegiatan Pengembangan Profesi Guru


Medan, 28 Oktober 2022

Nomor :3140/SMK.BM-TI.TBSM/M/XI/2022

Lampiran :-

Hal : Undangan Pelatihan Merdeka Belajar

Yth. Bapak/Ibu Dewan Guru SMKS Marisi Medan

Di – Medan

Dengan hormat,
Sehubungan dengan kegiatan Pelatihan Merdeka Belajar, maka dari itu kami bermaksud
mengundang Bapak/Ibu Dewan Guru untuk dapat menghadiri Pelatihan Merdeka Belajar yang
akan diadakan pada :
Hari/Tanggal : Kamis, 3 November 2022

Waktu : 07.30 WIB – selesai

Acara : Pelatihan Kurikulum Merdeka Belajar

Tempat : Laboraturium OTKP

Demikian surat undangan ini kami sampaikan, mengingat pentingnya acara pelatihan ini maka
kami sangat mengharapkan kehadiran Bapak/Ibu. Atas perhatian dan kehadirannya kami ucapkan
terimakasih.

Medan, 28 Oktober 2022

Kepala SMKS Marisi Medan


Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

SOSIALISASI
KURIKULUM MERDEKA
2022
By: Rivolan Priyanti Ph.
Visi Pendidikan Nasional
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

Pendidikan Berkualitas
yaitu kompetensi dasar dan karakter
(Profil Pelajar Pancasila)

Bagi seluruh rakyat Indonesia,


dilakukan intervensi kepada kelompok
termarjinal
Berbagai
Kebijakan
Merdeka
Belajar
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

Alasan perubahan kurikulum


Perubahan dan perkembangan yang terjadi begitu cepat saat ini, menuntut kita
untuk selalu siap beradaptasi dengan perubahan tersebut dengan
meningkatkan beberapa kompetensi tertentu.
Proyeksi Pendidikan 2030 yang dilakukan oleh OECD, kompetensi tidak hanya
fokus pada aspek kognitif, sikap, psikomotorik, tetapi juga ada value/nilai yang
melengkapi kompetensi murid.
Saat ini, kualitas literasi dan numerasi, kesehatan mental dan sosial emosional
murid merupakan pondasi atau prasyarat yang diperlukan murid untuk
membangun kompetensi transformatif murid dengan siklus belajar Antisipasi-
Aksi-Refleksi menuju pemelajar sepanjang hayat.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi Apa itu Kurikulum?
Kurikulum dapat dimaknai sebagai titik awal
sampai titik akhir pengalaman belajar murid.
Secara umum, komponen-komponen
Kurikulum sebagai “ jantung atau isi pendidikan”, tersebut diklasifikasikan :
yaitu ‘apa saja yang akan murid pelajari’. 1. Tujuan pembelajaran
2. Konten
Kurikulum sebagai program pendidikan. Program
3. Panduan pedagogi (metode/cara)
yang menyediakan pengalaman-pengalaman
4. Panduan asesmen (evaluasi)
belajar untuk perubahan perilaku murid.
Kerangka/komponen ini dapat kita gunakan
Kurikulum bersifat dinamis dan terus dikembangkan dalam mendesain kurikulum dan
atau diadaptasi sesuai konteks dan karakteristik pembelajaran berdasarkan kebutuhan
murid, demi membangun kompetensi sesuai murid.
kebutuhan mereka: kini dan di masa depan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

Apa itu Kurikulum?


Ada dua hal utama yang ada pada kurikulum yang perlu digarisbawahi:

1. Kompetensi apa yang akan dimiliki murid sebagai proyeksi masa depan
2. Bagaimana cara mewujudkan/ mencapai kompetensi murid itu.

Maka, bahwa murid menjadi acuan/’core’ dari kurikulum itu sendiri sangatlah jelas. Dimana
‘kemerdekaan murid dalam belajar” lah sebagai ‘jantung’ desain/pengembangan
kurikulumnya.
Sebagai pendidik,
selama ini, Apa
yang Bapak/Ibu
gunakan sebagai
panduan dalam
merencanakan
perjalanan belajar
murid?
Dari pengalaman
mengajar mana yang
lebih sering terjadi,
menyelesaikan materi
yang ada atau
mencapai tujuan yang
ada di dalam
kurikulum?
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

Mengutip pernyataan Ki Hajar Dewantara:

“Maksud pendidikan itu adalah menuntun


segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-
anak, agar mereka dapat mencapai
“Memberi ilmu demi kecakapan hidup anak
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
dalam usaha mempersiapkannya untuk
tingginya baik sebagai manusia, maupun
segala kepentingan hidup manusia, baik
anggota masyarakat.”
dalam hidup bermasyarakat maupun hidup
berbudaya dalam arti seluas-luasnya.”
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

Alasan perubahan kurikulum


Ketika kita merancang kurikulum, kita harus menempatkan kebutuhan, pendapat, pengalaman,
hasil belajar, serta kepentingan murid sebagai rujukan utama. Sejatinya, kurikulum dirancang
untuk murid.

Agar dapat mewujudkan seluruh kompetensi yang diharapkan dari kurikulum, semua pihak harus
berusaha secara kolaboratif. Misalnya:

1. Guru harus terus belajar memfasilitasi pembelajaran yang sesuai,


2. Orang tua harus terus memahami perkembangan murid dan kebutuhanya.
3. Begitu juga dengan pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan semua yang bergerak di bidang
pendidikan juga harus terus mengikuti perkembangan kebutuhan murid.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

Mengapa kurikulum perlu diadaptasi?


● Di mana sekolah kita berada?
● Apakah di tepi pantai?
● Apakah di tengah-tengah perkebunan?
● Apakah di tengah perkotaan yang padat penduduk dengan sosial
yang beragam?
● Selama setahun belakangan, perubahan apa saja yang terjadi di
sekitar sekolah?
● Apakah ada bangunan yang baru didirikan?
● Apakah ada hal-hal yang mengubah kehidupan guru dan murid di
sekolah?
Keadaan sekolah dan sekitar kita memang berbeda-beda. Murid kita
berbeda-beda, pembelajaran seperti apa yang paling berhasil untuk
masing-masing murid kita, boleh jadi memang tak sama.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

Mengapa kurikulum perlu diadaptasi?


Perbedaan lingkungan dan ekosistem sekolah, ditambah pula dengan
perubahan yang terus terjadi di sekitar kita. Hal-hal ini merupakan sebagian
alasan mengapa kurikulum yang kita terima dari pemerintah pusat harus
melalui proses adaptasi terlebih dahulu.

Bentuk adaptasi kurikulum sesuai dengan kebutuhan murid-murid kita di


sekolah dapat diterjemahkan dalam Kurikulum Operasional Satuan
Pendidikan yang akan dibahas pada modul selanjutnya.

Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan adalah dokumen hidup, yang


dapat sewaktu-waktu disesuaikan dengan kebutuhan murid setelah proses
refleksi yang dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

PERUBAHAN KURIKULUM

STRUKTUR
PROFIL
KURIKULUM
PELAJAR
PANCASILA

PROSES
PEMBELAJARAN
Asesmen
Struktur Kurikulum Merdeka
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

Pembelajaran dengan Paradigma Baru merupakan upaya menumbuhkan pemelajar


sepanjang hayat yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.
Proses pembelajaran dengan paradigma baru dilaksanakan melalui Kurikulum Merdeka
yang memuat:
1. Program intrakurikuler, Kegiatan pembelajaran di dalam kelas diharapkan
dapat mengembangkan kompetensi murid sesuai dengan capaian
pembelajaran pada fasenya. menjadikan pembelajaran yang bermakna.
Untuk jenjang SMK, pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan dunia
kerja dan industri pada lingkungannya
2. Program ekstrakurikuler, Pelaksanaannya dapat dikembangkan sesuai
dengan kapasitas dan minat karakteristik murid
3. Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Posisi Profil Pelajar Pancasila dalam
Kurikulum Operasional Sekolah
Tujuan jangka panjang segala proses pembelajaran yang
berlangsung di sekolah.

Kompetensi dan karakter yang perlu dikembangkan oleh


setiap warga sekolah.

Benang merah yang menyatukan segala praktik yang


dijalankan di sekolah.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

4. Asesmen:
Asesmen merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengetahui
kebutuhan belajar, perkembangan, dan pencapaian hasil belajar.
Satuan Pendidikan mempunyai kewenangan untuk merancang, menentukan teknik, dan
waktu pelaksanaan asesmen sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
Asesmen berperan memberikan informasi sebagai umpan balik bagi guru, murid, dan orang
tua agar dapat memandu mereka dalam menentukan strategi pembelajaran selanjutnya.
Asesmen juga sebagai bahan refleksi untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Asesmen yang dilakukan di kelas bukan hanya memberikan data perkembangan belajar murid,
tetapi juga upaya untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

5. Alokasi Waktu
Satuan pendidikan juga memiliki keleluasaan untuk menentukan alokasi waktu pembelajaran.
Ada tiga alternatif model pembelajaran yang dapat diadaptasi, yaitu model reguler, blok, dan
model kolaborasi dengan mempertimbangkan sarana-prasarana, jam mengajar guru, atau
strategi lainya agar pengorganisasian kegiatan belajar berjalan lancar.
a. Model reguler adalah model pembelajaran yang paling umum digunakan. Setiap pembelajaran
dilakukan terpisah antara satu mapel dengan mapel lainnya
b. Pada model blok, waktu pelajaran dikelola dalam bentuk blok-blok waktu. Misalnya, dalam 1 semester
mata pelajaran IPA diajarkan dalam 3 bulan pertama, kemudian 3 bulan selanjutnya digunakan untuk
mata pelajaran IPS.
c. Pada model kolaborasi, guru berkolaborasi sedemikian rupa untuk merencanakan, melaksanakan,
dan melakukan asesmen untuk suatu pembelajaran yang terpadu. Misalnya kolaborasi antara Bahasa
Indonesia dan Seni Musik. Murid membuat lirik puisi dan membuat lagu dari lirik tersebut.
Jam di Proyek Profil

• Bukan 8 JP lagi seperti Mapel


• Jam diambil 20%-30% dari Mapel
• Dilihat dari struktur jumlah 20%-30% ditotalkan berkisar 389
JP per tahun (sekitar 195 JP per semester)
• Di DAPODIK Koordinator Proyek yang diakui 2 JP tiap rombel,
sebagai tugas tambahan (maksimal 3 rombel)
(Juknis Aplikasi Dapodik 2023)
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

6. Perangkat Ajar
Selain keleluasaan dalam menentukan alokasi waktu, kita juga mempunyai keleluasaan
untuk memilih dan memberikan perangkat ajar kepada murid, selama masih ada dalam
prinsip Pembelajaran dengan Paradigma Baru.
Jadi, perangkat ajar bukan saja melalui buku teks, tetapi bisa menggunakan media lain
seperti,
1. Modul ajar,
2. Modul projek,
3. Buku non teks,
4. Video, dan
5. Media cetak/digital.

*) Bapak/Ibu dapat mengunduh Kepmen N0 56/M/2022 Tentang Pedoman Penerapan Kurikulum Dalam Rangka
Pemulihan Pembelajaran pada LMS, untuk mengetahui secara detil struktur kurikulum Merdeka dengan lengkap
Mengapa Kurikulum Agar bermakna, kurikulum
operasional satuan pendidikan
Operasional Berbeda dikembangkan sesuai dengan
antar Satuan konteks dan kebutuhan peserta
Pendidikan? didik dan satuan pendidikan.

Prinsip ● Berpusat pada Peserta Didik


Pengembangan ● Kontekstual
● Esensial
Kurikulum ● Akuntabel
Operasional ● Melibatkan Berbagai
Pemangku Kepentingan
IMPLEMENTASI
KURIKULUM MANDIRI
(IKM)
Level 1 : Mandiri Belajar
Level 2 : Mandiri Berubah
Level 3 : Mandiri Berbagi
Persiapan Implementasi Kurikulum Merdeka
Isi Surat Edaran yang ditujukan kepada Kepala Dinas, Kepala Sekolah dan Guru terkait dengan langkah-
langkah yang sebaiknya dilakukan untuk mempersiapkan diri terkait dengan IKM:
a. Unduh dan pasang (install) Platform Merdeka Mengajar pada gawai Android atau akses melalui laman
https://guru.kemdikbud.go.id/
b. Melakukan login dengan akun belajar.id
c. Menyaksikan video implementasi kurikulum merdeka per jenjang melalui fitur video inspirasi atau melalui
laman https://guru.kemdikbud.go.id/video-inspirasi/
d. Mengikuti pelatihan mandiri kurikulum merdeka di Platform Merdeka Mengajar atau melalui laman:
https://guru.kemdikbud.go.id/
e. Mempelajari asesmen dan perangkat ajar kurikulum merdeka di Platform Merdeka Mengajar atau melalui
laman: https://guru.kemdikbud.go.id/
f. Mengikuti sesi berbagi praktik baik kurikulum merdeka di Platform Merdeka Mengajar pada fitur Bukti Karya
Saya atau melalui laman: https://guru.kemdikbud.go.id/
g. Mengikuti komunitas belajar kurikulum merdeka di Platform Merdeka Mengajar atau melalui laman:
https://guru.kemdikbud.go.id/
h. Bergabung dengan kanal telegram implementasi kurikulum merdeka di laman https://t.me/mandiribelajarkm
Ada di nomor
berapakah posisi Bp/Ibu
sekarang di tengah
rangkaian Kurikulum
Merdeka?
PROFIL PELAJAR
PANCASILA
Acuan dalam
Penyusunan Visi, Misi,
dan Tujuan di Satuan
Pendidikan
● Pelajar Indonesia merupakan Pelajar
sepanjang hayat yang kompeten,
berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-
nilai Pancasila.
Profil
Pelajar ● Tidak hanya fokus pada kemampuan
Pancasila kognitif, tetapi juga sikap dan perilaku
sesuai jati diri sebagai bangsa Indonesia
sekaligus warga dunia.
Pertaanyaan Pemantik
Seberapa sering Bapak ibu
membawakan/mengawasi kegiatan
pembelajaran berbasis proyek (Project
based Learning) di sekolah?
Sejauh mana Bapak Ibu
mengetahui apa yang dimaksud
dengan Profil Pelajar Pancasila?

Apa yang Bapak Ibu ketahui


mengenai projek penguatan Profil
Pelajar Pancasila?

Apa hal-hal yang ingin Anda


pelajari mengenai penyusunan
modul projek penguatan Profil
Pelajar Pancasila?
Pelajar sepanjang hayat

Profil
Pelajar
Kompeten sesuai tuntutan
Pancasila ketrampilan abad 21

Karakter sesuai nilai-nilai


Pancasila
Dimensi
Profil Pelajar Pancasila
Elemen dan Sub Elemen
Profil Pelajar Pancasila
Mengenal & Mencintai Tuhan YME
Akhlak
Pemahaman Agama/Kepercayaan
Beragama
Pelaksanaan Ajaran Agama/Kepercayaan

Integritas
Akhlak Pribadi
Merawat diri secara fisik, mental dan spiritual
Mengutamakan persamaan dengan orang
Beriman Bertakwa
Akhlak Kepada lain dan menghargai perbedaan
kepada Tuhan YME
Manusia
dan Berempati kepada orang lain
Berakhlak Mulia
Akhlak Kepada Menjaga lingkungan
Alam Memahami keterhubungan ekosistem bumi

Akhlak Melaksanakan hak dan kewajiban sebagai


Bernegara WNI
Elemen dan Sub Elemen
Profil Pelajar Pancasila Mendalami budaya dan identitas budaya
Mengeksplorasi dan membandingkan
pengetahuan budaya , kepercayaan serta
Mengenal dan praktiknya
Menghargai
Budaya Menumbuhkan rasa menghormati
keanekaragaman budaya
Komunikasi dan Berkomunikasi antar budaya
Interaksi antar Mempertimbangkan dan menumbuhkan
Budaya berbagai perspektif
Berkebhinekaan Berefleksi terhadap pengalaman
Global Refleksi dan kebhinekaan
Tanggung Jawab
terhadap Menghilangkan stereotip dan prasangka
pengalaman Menyelaraskan perbedaan budaya
berkebhinekaan
Aktif membangun masyarakat yang
Berkeadilan inklusif, adil dan berkelanjutan
sosial Berpartisipasi dalam proses pengambilan
keputusan bersama
Memahami peran individu dalam demokrasi
Elemen dan Sub Elemen
Profil Pelajar Pancasila
Kerjasama
Komunikasi untuk mencapai tujuan
Kolaborasi
bersama
Saling ketergantungan positif
Koordinasi Sosial

Tanggap terhadap lingkungan


Bergotong Royong Kepedulian
Persepsi Sosial

Berbagi
Elemen dan Sub Elemen
Profil Pelajar Pancasila
Mengenali kualitas dan minat diri serta
tantangan yang dihadapai
Pemahaman Diri
dan Situasi
Mengembangkan refleksi diri

Regulasi Emosi

Mandiri Penetapan tujuan dan rencana strategis


pengembangan diri dan prestasi

Memiliki inisiatif dan bekerja secara


Regulasi Diri
mandiri

Mengembangkan kendalli dan disiplin diri

Percaya diri, resifien, dan adaptif


Elemen dan Sub Elemen
Profil Pelajar Pancasila

Memperoleh Mengajukan pertanyaan


dan
memproses
informasi dan Mengidentifikasi, mengklarifikasi,
gagasan mengolah informasi dan gagasan

Menganalisis
dan
Bernalar Kritis mengevaluasi
penalaran

Merefleksi dan
mengevaluasi
pemikirannya
sendiri
Elemen dan Sub Elemen
Profil Pelajar Pancasila
Menghasilkan
gagasan yang
orisinal

Menghasilkan
karya dan
Kreatif Tindakan yang
orisinal

Memiliki
keluwesan
berpikir dalam
mencari
aternatif solusi
permasalahan Tautan dokumen:
https://drive.google.com/file/d/1-
5UzkXJXQjZJ5UNMmeBIoJfD1RQF1Sza/view?usp=
sharing
Kegiatan Pelaksanaan Profil Pelajar Pancasila

Budaya di Penanaman Profil Pelajar Pancasila melalui Iklim sekolah, kebijakan, pola
Sekolah interaksi dan komunikasi, serta norma yang berlaku di sekolah

Bermain bermakna sebagai perwujudan “Merdeka Belajar, Merdeka Bermain”,


Intra
memberikan pengalaman yang menyenangkan dan bermakna bagi peserta
Kurikuler didik. Untuk mencapai profil pelajar Pancasila

Projek Lintas Disiplin Ilmu yang kontekstual dan berbasis pada kebutuhan
P5 masyarakat/permasalahan di lingkungan sekolah, yang bertujuan untuk
memperkuat upaya pencapaian profil pelajar Pancasila

Pengembangan karakter dalam rangka perluasan potensi, bakat, minat,


Ekstra kemampuan, kepribadian, kerja sama, dan kemandirian peserta didik secara
Kurikuler optimal yang dilakukan di luar jam belajar intrakurikuler dan kokurikuler di
bawah bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan.
Di dalam setiap dimensi Profil Pelajar Pancasila
terdapat beberapa elemen, di dalam sebagian besar
elemen terdapat beberapa sub elemen, dan di setiap
sub elemen terdapat rangkaian alur perkembangan
kompetensi setiap fase pembelajaran.

Tautan dokumen:
https://drive.google.com/file/d/1-
5UzkXJXQjZJ5UNMmeBIoJfD1RQF1Sza/
view?usp=sharing
B. Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Berdasarkan penjelasan di slide sebelumnya, kita dapat menyimpulkan beberapa hal mengenai projek
penguatan Profil Pelajar Pancasila, di antaranya:

1. Bersifat lintas disiplin (Tidak terikat pada satu mata pelajaran).


2. Merupakan model pembelajaran yang melibatkan murid dalam proses mengamati dan memikirkan
solusi terhadap pemasalahan di lingkungan sekitarnya.
3. Menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis projek (project based learning).
4. Memiliki perbedaan dengan pembelajaran berbasis projek di program intrakulikuler dalam hal
fleksibilitas struktur pembelajaran.
5. Bertujuan menguatkan berbagai kompetensi dalam Profil Pelajar Pancasila (bukan untuk mencapai
CP Bidang Studi).

Apakah Anda sudah memahami perbedaan projek penguatan Profil Pelajar Pancasila dengan projek
pada kegiatan intrakulikuler?
B. Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Hal-hal yang perlu diketahui mengenai projek penguatan Profil Pelajar Pancasila

1. Dilaksanakan setiap tahun di semua tingkatan kelas.


2. Total alokasi waktu projek di jenjang dasar, menengah, diksus, dan kejuruan adalah 20-30% dari
keseluruhan total JP dalam satu tahun, sementara di PAUD alokasi kegiatan projek dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan. (Projek di PAUD dilakukan dalam konteks perayaan tradisi lokal, hari
besar nasional, dan internasional.)
3. Tema-tema projek sudah ditentukan oleh pemerintah. Berangkat dari tema tersebut, sekolah dapat
mengembangkan topik spesifik yang sesuai dengan konteks kebutuhan.
4. Sekolah berwenang untuk merancang alokasi waktu kegiatan projek dan menyusun tim kepanitiaan
yang akan memfasilitasi kegiatan projek.
5. Pemerintah menyediakan beragam contoh modul projek. Pada tahap awal guru diharapkan dapat
mengadaptasi modul tersebut sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah, sementara pada
tahap lanjutan guru diharapkan dapat merancangnya secara mandiri.

Sumber: Panduan Pengembangan Projek Penguatan


Profil Pelajar Pancasila, Kemendikbud 2021.
Dalam 1 tahun ajaran, projek penguatan profil pelajar Pancasila
dilakukan sekurang-kurangnya:

PAUD
- 2 projek dengan 2 tema berbeda di jenjang PAUD
Umum & Diksus
- 2 projek dengan 2 tema berbeda di SD/MI
- 3 projek dengan 3 tema berbeda di SMP/MTs dan SMA/MA kelas X
- 2 projek dengan 2 tema berbeda di kelas XI dan XII SMA/MA
SMK
- 3 projek dengan 2 tema pilihan dan 1 tema Kebekerjaan di kelas X
- 2 projek dengan 1 tema pilihan dan 1 tema Kebekerjaan di kelas XI
- 1 projek dengan tema Kebekerjaan di kelas XII SMK/MAK. (Kelas XIII pada SMK program 4 tahun
tidak mengambil projek penguatan profil pelajar Pancasila.)
Tema-Tema Projek Dasmen, Diksus, & Kejuruan.
Kearifan Lokal Rekayasa dan Teknologi Kewirausahaan Bhinneka Tunggal Ika (SD-
(SD/SDLB-SMA/SMALB/SMK) (SD-SMA/SMK) (SD-SMA/SMK) SMA/SMK)

Membangun rasa ingin tahu dan Berkolaborasi dalam melatih daya pikir Mengidentifikasi potensi ekonomi di Mengenal belajar membangun dialog
kemampuan inkuiri melalui eksplorasi kritis, kreatif, inovatif, sekaligus tingkat lokal dan masalah yang ada penuh hormat tentang keberagaman
tentang budaya dan kearifan lokal kemampuan berempati untuk dalam pengembangan potensi tersebut, kelompok agama dan kepercayaan yang
masyarakat sekitar atau daerah berekayasa membangun produk serta kaitannya dengan aspek dianut oleh masyarakat sekitar dan di
tersebut, serta perkembangannya. berteknologi yang memudahkan lingkungan, sosial dan kesejahteraan Indonesia serta nilai-nilai ajaran yang
kegiatan dirinya dan juga sekitarnya. masyarakat. dianutnya.

Gaya Hidup Berkelanjutan Bangunlah Jiwa dan Raganya Suara Demokrasi Kebekerjaan
(SD-SMA/SMK) (SD- SMA/SMK) (SMP-SMA/SMK) (Tema wajib di SMK)

Memahami dampak dari aktivitas Membangun kesadaran dan Merefleksikan makna demokrasi dan Membangun pemahaman terhadap
manusia, baik jangka pendek maupun keterampilan untuk memelihara memahami implementasi demokrasi ketenagakerjaan, peluang kerja, serta
panjang, terhadap kelangsungan kesehatan fisik dan mental, baik untuk serta tantangannya dalam konteks yang kesiapan kerja untuk meningkatkan
kehidupan di dunia maupun lingkungan dirinya maupun orang sekitarnya. berbeda, termasuk dalam organisasi kapabilitas yang sesuai dengan
sekitarnya. sekolah dan/atau dalam keahliannya, mengacu pada
dunia kerja. kebutuhan dunia kerja terkini.
Tema-Tema Projek PAUD

Aku Sayang Bumi Aku Cinta Indonesia Bermain dan Bekerja Imajinasiku/ Imajinasi dan
sama/Kita Semua Kreativitasku
Tema ini bertujuan untuk mengenalkan Tema ini bertujuan agar peserta didik
mengenal identitas dan karakteristik
Bersaudara
peserta didik pada isu lingkungan, Tema ini bertujuan untuk mengajak
eksplorasi dalam mencari solusi kreatif negara, keberagaman budaya dan ciri
Tema ini bertujuan untuk mengajak peserta didik belajar mengenali
yang dapat dilakukan oleh peserta khas lainnya tentang Indonesia
peserta didik untuk mampu berinteraksi dunianya melalui imajinasi, eksplorasi,
didik, serta memupuk kepedulian sehingga mereka memahami identitas
dengan teman sebaya, menghargai dan eksperimen. Pada tema Imajinasiku
terhadap alam sebagai perwujudan rasa dirinya sebagai anak Indonesia, serta
perbedaan, mau ini peserta didik distimulasi dengan
sayang terhadap ciptaan Tuhan YME. bangga menjadi anak Indonesia.
berbagi, dan mampu bekerja sama. serangkaian kegiatan yang dapat
membangkitkan rasa ingin tahu,
memperkaya pengalamannya dan
menguatkan kreativitasnya.
Tahapan Pelaksanaan Projek | Setidaknya terdapat 6 tahapan pelaksanaan projek yang bisa dimodifikasi
dan disesuaikan dengan kondisi sekolah (Terutama untuk jenjang PAUD).
Prinsip Pengembangan Projek

Berpusat
Holistik Kontekstual Eksploratif pada Peserta
Didik
C. Modul Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Mengadaptasi Modul yang Membuat Modul secara


Sudah Ada Mandiri
Mengembangkan
Mengadaptasi modul yang sudah Setelah terampil mengadaptasi
Modul Projek tersedia dapat dilakukan untuk modul projek, harapannya
mengawali persiapan projek sekolah dapat membuat
penguatan Profil Pelajar rancangan modulnya secara
Pancasila pada kesempatan mandiri sebagai hasil kolaborasi
pertama pelaksanaannya di tim pengembang projek di
sekolah. sekolah.
KURIKULUM
OPERASIONAL
SATUAN
PENDIDIKAN
Komponen Kurikulum Operasional Sekolah
● Karakteristik Satuan Pendidikan
- Menggambarkan keunikan satuan pendidikan dalam hal peserta didik, sosial, budaya, guru,
dan tenaga kependidikan.
- Untuk Sekolah Menengah Kejuruan, tidak saja menggambarkan keunikan satuan pendidikan
tapi juga program keahliannya.
● Visi, Misi, dan Tujuan Satuan Pendidikan
- Visi: Menggambarkan bagaimana peserta didik menjadi subjek dalam tujuan jangka panjang
satuan pendidikan dan nilai-nilai yang dituju; menggambarkan nilai-nilai yang mendasari
penyelenggaraan pembelajaran agar peserta didik dalpat mencapai Profil Pelajar Pancasila.
- Misi: Menjawab bagaimana satuan pendidikan mencapai visi; memegang nilai-nilai penting
dalam menjalankan misi.
- Tujuan: Pada akhirnya berdampak pada peserta didik; menggambarkan tahapan-tahapan
penting dan selaras dengan misi; berisi strategi satuan pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikannya; menargetkan kompetensi/karakteristik sekolah yang menjadi kekhasan
lulusan satuan pendidikan selaras dengan Profil Pelajar Pancasila.
● Untuk Sekolah Menengah Kejuruan, visi dan misi disusun untuk lingkup satuan pendidikan,
sementara tujuan disusun untuk lingkup program keahlian berdasarkan analisis kebutuhan dunia
kerja.
Kerangka Dasar Kurikulum Merdeka

● .
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
Merdeka dan Kurikulum Operasional Satuan
Pendidikan
● Tetap - ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
● Fleksibel dan dinamis - menjadi otonomi di satuan pendidikan
Proses Penyusunan Kurikulum Operasional di
Satuan Pendidikan secara Umum
Proses Penyusunan Kurikulum Operasional di Satuan
Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan
CAPAIAN
PEMBELAJARAN
Pembelajaran ibarat sebuah perjalanan, bukan sebuah
perlombaan balap. Hal yang terpenting dalam sebuah
perjalanan adalah tujuannya. Tanpa tujuan, kita pastilah
hanya buang-buang waktu dan biaya saja. Jika sebuah
tujuan jelas dan penting bagi hidup kita, pastilah kita akan
mencari dan menggunakan berbagai cara untuk
mencapainya, seberapapun lamanya atau seberapapun
menantangnya.
Capaian Pembelajaran (CP) merupakan tujuan akhir di setiap Sumber gambar: Nick Fewings/ www.unsplash.com

fase pembelajaran siswa. Capaian pembelajaran (CP) adalah


kompetensi minimum yang harus dicapai peserta didik untuk
setiap mata pelajaran. CP dirancang dengan mengacu pada
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi.
Tujuan Pendidikan Indonesia adalah mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab

Untuk mencapai tujuan tersebut, Pemerintah menetapkan Kerangka


Dasar Kurikulum yang terdiri dari Struktur Kurikulum, Capaian
Pembelajaran, dan Prinsip Pembelajaran dan Asesmen.
Pengertian CP
“Capaian Pembelajaran (CP) merupakan kompetensi
pembelajaran yang harus dicapai peserta didik pada setiap
fase, dimulai dari Fase Fondasi pada PAUD. Untuk Pendidikan
dasar dan menengah, CP disusun untuk setiap mata pelajaran.
Bagi peserta didik berkebutuhan khusus dengan hambatan
intelektual dapat menggunakan CP pendidikan khusus. Peserta
didik berkebutuhan khusus tanpa hambatan intelektual
menggunakan CP reguler dengan menerapkan prinsip
modifikasi kurikulum.”
(lihat: Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor 958 tahun 2020 Tentang Capaian Pembelajaran
Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah)
CP dan strategi mencapai CP menggunakan
Kerangka Kerja Understanding by Design

Understanding by Design merupakan sebuah kerangka kerja dengan fokus pada proses
perencanaan dan struktur yang memandu pengembangan kurikulum, asesmen, dan
instruksi pembelajaran. Proses perencanaan ini fokus pada dua hal:

1. Pengajaran dan asesmen untuk membangun pemahaman dan kemampuan


learning transfer (kemampuan mengimplementasikan hasil belajar dalam sebuah
performa otentik)
2. Merancang kurikulum “Terbalik” (backward), dengan mulai dari tujuan akhirnya
terlebih dulu
CP disusun menggunakan
metode Backward Design

Metode perancangan kurikulum pendidikan ini dimulai dengan menentukan tujuan


akhir yang diinginkan terlebih dahulu sebelum menentukan kegiatan pembelajaran dan
asesmen yang digunakan.
Backward Design melibatkan 3 tahap perencanaan:

Merencanakan
Menentukan
Identifikasi hasil pengalaman
bukti-bukti yang
yang diinginkan belajar dan
dapat diterima
instruksi
Jika dianalogikan dengan sebuah perjalanan berkendara,
CP memberikan tujuan umum dan ketersediaan waktu untuk
mencapainya (fase).

Untuk mencapai tujuan tersebut, setiap pengemudi


memiliki kebebasan untuk memilih jalur, cara, dan alat
untuk menempuh perjalanan tersebut, yang disesuaikan
dengan titik keberangkatan, kondisi, kemampuan, dan
kecepatan masing-masing.

Dalam mencapai CP, kita perlu membangun kompetensi


untuk melakukan perjalanan tersebut agar tiba di tujuan Sumber gambar: https://www.theaa.com/driving-school/driving-
pada waktu yang ditentukan. Setiap satuan pendidikan lessons/advice/show-me-tell-me

dipersilakan mengatur strategi efektif untuk mencapai CP,


sesuai dengan kemampuan dan potensinya.
Garis finish CP ada di akhir kelas 12. Untuk
mencapai garis finish tersebut, pemerintah
membuatnya ke dalam 6 etape yang disebut fase.
Setiap fase lamanya 1-3 tahun.
Penggunaan istilah “fase” dilakukan untuk
membedakannya dengan kelas karena peserta
didik di satu kelas yang sama bisa jadi belajar
dalam fase pembelajaran yang berbeda.
Fase memberikan keleluasaan dan keadilan bagi
guru dan siswa untuk menyesuaikan rancangan
pembelajaran dengan tahapan perkembangan,
kemampuan, minat, konteks, dan kecepatan
belajar siswa (Teaching at The Right Level).
Dengan penggunaan Fase, diharapkan siswa akan
dapat memiliki waktu lebih panjang untuk
memahami dan mendalami konsep-konsep dan sumber gambar: https://momobil.id/news/penjelasan-arti-indikator-huruf-di-
keterampilan untuk mencapai sebuah speedometer-mobil/

kompetensi yang dibangun CP.


CP dirumuskan dalam bentuk Fase, bukan per tahun
CP selalu berpusat pada siswa, bukan pada ketuntasan materi

Jenjang PAUD Jenjang SMP


• Fase Fondasi (TK B) • Fase D (Kelas 7-9 SMP)

Jenjang SD Jenjang SMA/SMK


• Fase A (Kelas 1-2 SD) • Fase E (Kelas 10 SMA)
• Fase B (Kelas 3-4 SD) • Fase F (Kelas 11-12 SMA)
• Fase C (Kelas 5-6 SD)
Bagi peserta didik berkebutuhan khusus, apabila mengalami hambatan
intelegensi dapat menggunakan CP pendidikan khusus, namun jika tidak
mengalami hambatan intelegensi dapat menggunakan CP reguler
dengan menerapkan prinsip modifikasi kurikulum.
Untuk CP Diksus, penentuan fase CP untuk siswa berdasarkan pada hasil
Asesmen Diagnostik. Sangat mungkin sekali, di sebuah kelas terdapat
perbedaan CP yang digunakan.
Untuk SLB Capaian Pembelajaran didasarkan pada usia mental
yang ditetapkan berdasarkan hasil asesmen

• Fase A : Pada umumnya usia • Fase D : Pada umumnya usia


mental (≤7 tahun) mental (±9 tahun)

• Fase B : Pada umumnya usia • Fase E : Pada umumnya usia


mental (±8 tahun) mental (±10 tahun)

• Fase C : Pada umumnya usia • Fase F : Pada umumnya usia


mental (±8 tahun) mental (±10 tahun)
Elemen dalam CP
Jika pembelajaran ibarat sebuah perjalanan, diperlukan beberapa kompetensi esensial agar tepat
waktu dan selamat mencapai tujuan. Contohnya, jika ingin melakukan perjalanan dengan cara
mengemudikan mobil, ada beberapa elemen yang perlu dipelajari seperti mengenali bagian dan
cara kerja mobil, mengemudi, keselamatan mengemudi, navigasi dan pengendalian emosi. Masing-
masing elemen memiliki capaiannya sendiri yang saling menunjang agar seseorang dapat
memenuhi CP mengemudikan mobil.

Tentu saja jika perjalanan ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum, berjalan kaki, berlari,
bersepeda, atau berlayar, elemen Capaian Pembelajarannya sangat mungkin berbeda dengan
mengemudikan mobil. Mungkin elemennya lebih sedikit/banyak, mungkin mirip atau sama.

Elemen setiap mata pelajaran dapat memiliki persamaan atau perbedaan karakteristik satu
dengan lainnya.
Contoh Capaian Pembelajaran: Seni Rupa

Di akhir fase C, peserta didik mampu menuangkan pengalamannya melalui visual


sebagai ekspresi kreatif secara rinci, ditandai penguasaan ruang dengan
penggunaan garis horizon dalam karyanya. Diharapkan pada akhir fase ini, proses
kreatif dan kegiatan apresiasi peserta didik telah mencerminkan penguasaan
terhadap bahan, alat, teknik, teknologi dan prosedur yang mewakili perasaan dan
empati peserta didik.
Contoh: Elemen CP mapel Seni Rupa
Elemen Fase A Fase B Fase C

Berpikir dan Siswa mampu mengenali dan membiasakan Siswa mulai terbiasa secara mandiri menggunakan Siswa secara mandiri menggunakan berbagai
diri dengan berbagai prosedur dasar sederhana berbagai prosedur dasar sederhana untuk berkarya prosedur dasar sederhana untuk berkarya dengan
Bekerja Artistik untuk berkarya dengan aneka pilihan media dengan aneka pilihan media yang tersedia di aneka pilihan media yang tersedia di sekitar. Siswa
yang tersedia di sekitar. Siswa mengetahui dan sekitar. Siswa mengetahui, memahami dan mulai mengetahui, memahami dan konsisten
memahami keutamaan faktor keselamatan konsisten mengutamakan faktor keselamatan mengutamakan faktor keselamatan dalam bekerja.
dalam bekerja dalam bekerja

Mengalami Siswa mampu mengamati, mengenal, merekam Siswa mampu mengamati, mengenal, merekam dan Siswa mampu mengamati, mengenal, merekam dan
dan menuangkan pengalaman kesehariannya menuangkan pengalaman kesehariannya secara menuangkan pengalaman kesehariannya secara
secara visual dengan menggunakan bentuk- visual dengan menggunakan garis pijak dan proporsi visual dengan menggunakan konsep ruang, garis
bentuk dasar geometris. Siswa mengeksplorasi walaupun masih berdasarkan penglihatan sendiri. horison, pemahaman warna, keseimbangan (balance)
alat dan bahan dasar dalam berkarya. Siswa Siswa dapat menggunakan alat, bahan dan dan irama/ritme (rhythm). Siswa dapat menggunakan
juga mengenali prosedur dasar dalam berkarya prosedur dasar dalam berkarya. dan menggabungkan alat, bahan dan prosedur dasar
dalam berkarya

Menciptakan Siswa mampu menciptakan karya dengan Siswa mampu menciptakan karya dengan Siswa mampu menciptakan karya dengan
mengeksplorasi dan menggunakan elemen seni mengeksplorasi dan menggunakan elemen seni mengeksplorasi, menggunakan dan menggabungkan
rupa berupa garis, bentuk dan warna rupa berupa garis, bentuk, tekstur, ruang dan elemen seni rupa yang telah dipelajari. Siswa mulai
warna. menggunakan garis horizon. Selain itu, siswa mulai
menunjukkan pemahaman warna, keseimbangan dan
irama/ritme dalam karya
Elemen Fase A Fase B Fase C

Merefleksikan Siswa mampu mengenali dan Siswa mampu mengenali dan Siswa mampu mengenali dan
menceritakan fokus dari karya yang menceritakan fokus dari karya yang menceritakan fokus dari karya yang
diciptakan atau dilihatnya (dari teman diciptakan atau dilihatnya (dari teman diciptakan atau dilihatnya (dari teman
sekelas karya seni dari orang lain) serta sekelas karya seni dari orang lain atau era sekelas karya seni dari orang lain atau era
pengalaman dan perasaannya mengenai atau budaya tertentu) serta pengalaman atau budaya tertentu) serta pengalaman
karya tersebut. dan perasaannya mengenai karya dan perasaannya mengenai karya
tersebut tersebut

Berdampak Siswa mampu menciptakan karya sendiri Siswa mampu menciptakan karya sendiri Siswa mampu menciptakan karya sendiri
yang sesuai dengan perasaan atau yang sesuai dengan perasaan,minat atau yang sesuai dengan perasaan,minat atau
minatnya konteks lingkungannya konteks lingkungannya
MODUL
AJAR
Apa yang dimaksud dengan Modul Ajar?
Modul Ajar merupakan salah satu perangkat ajar yang digunakan untuk
merencanakan pembelajaran. Modul ajar sama seperti RPP, namun
modul ajar memiliki komponen yang lebih lengkap.

Modul ajar adalah sebuah dokumen yang berisi tujuan, langkah, dan
media pembelajaran serta asesmen yang dibutuhkan dalam satu unit
atau topik berdasarkan alur tujuan pembelajaran.

Pendidik memiliki keleluasaan untuk membuat sendiri, memilih dan


memodifikasi modul ajar yang tersedia sesuai dengan konteks,
kebutuhan dan karakteristik peserta didik.
ALUR PENULISAN MODUL AJAR CONTOH ALUR PENYUSUNAN MODUL AJAR

Mata Pelajaran : Bahasa INDONESIA


Komponen Modul Ajar Lengkap
KOMPONEN DETAIL
Komponen Modul Ajar MODUL AJAR PER LAMPIRAN
PERTEMUAN
o Fase capaian modul ajar o Lembar aktivitas
o Jumlah jam pelajaran o Rubrik penilaian
o Model belajar
o Bahan ajar
o Pemahaman Bermakna o Bahan ajar lain yang
o Tujuan Pembelajaran
o Dimensi Pancasila o Pertanyaan pemantik relevan
o Pengetahuan/Keterampilan o Indikator keberhasilan
Prasayarat o Asesmen
o Sarana dan prasarana
o Rencana kegiatan

Struktur modul ajar tersebut bukan struktur wajib yang semuanya harus dilampirkan dalam modul ajar
yang dibuat/dimodifikasi. Guru diperbolehkan untuk memilih/menyederhanakan beberapa komponen
utama untuk dicantumakan dalam modul ajar sesuai dengan kebutuhan di kelas masing-masing.
Komponen Modul Ajar Wajib
Alur tujuan pembelajaran menjadi dasar bagi pendidik untuk menyusun perencanaan
pembelajaran atau modul ajar. Pendidik memiliki keleluasaan untuk mengembangkan
modul ajar sendiri, memilih dan memodifikasi modul ajar yang tersedia sesuai dengan
konteks, kebutuhan dan karakteristik peserta didik.

Secara umum modul ajar memiliki tiga komponen utama yaitu:


1. Tujuan Pembelajaran
2. Langkah-langkah Pembelajaran atau Kegiatan Pembelajaran
3. Asesmen Pembelajaran.

Pendidik diperbolehkan apabila ingin mengembangkan modul ajar dengan komponen-


komponen tambahan di luar komponen wajib.
o Acuan Teknik Modifikasi Modul Ajar
1. Menetapkan tujuan belajar berdasarkan CP dan ATP sesuai karakteristik
murid, kurikulum; dan profil pelajar Pancasila.
2. Menyusun desain pembelajaran; melaksanakan; dan merefleksikan
kegiatan pembelajaran yang efektif.
3. Proses pembelajaran mendukung perkembangan kompetensi dan
karakter peserta didik secara holistic.
4. Pembelajaran yang dirancang sesuai konteks, lingkungan dan budaya
peserta didik, serta melibatkan orang tua dan masyarakat sebagai mitra
5. Pembelajaran berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan
Paradigma Asesmen
Penerapan Pola Pikir Sekolah diberikan
Bertumbuh (Growth Yang Harus keleluasaan untuk
Mindset Diperhatikan menentukan teknik dan
Dalam jenis asesmen.
Menentukan
Asesmen
Terpadu dimana Asesmen Khusus SMK, terdapat juga bentuk
mencakup kompetensi pada asesmen khas yang membedakan
ranah sikap, pengetahuan, dan dengan jenjang yang lain, yaitu
keterampilan yang saling Asesmen Praktek Kerja Lapangan,
Uji Kompetensi Kejuruan dan uji
terkait. Keleluasaan dalam unit kompetensi
menentukan kriteria
ketercapaian tujuan
pembelajaran.
Asesmen Awal Pembelajaran
Asesmen awal Pendidik dapat melaksanakan Asesmen pada awal pembelajaran
asesmen awal pembelajaran sesuai
pembelajaran dapat diharapkan tidak memberatkan
kebutuhan, misalnya pada awal pendidik atau satuan
dilakukan untuk tahun pelajaran, pada awal
mengidentifikasi pendidikan. Namun demikian jika
semester, sebelum memulai satu pendidik atau satuan pendidikan
kebutuhan belajar lingkup materi (dapat berupa 1 memiliki kemampuan, dapat
peserta didik, dan atau beberapa TP), atau sebelum melengkapi data tambahan dengan
hasilnya digunakan menyusun modul ajar secara melakukan asesmen non kognitif
untuk merancang mandiri. Dengan demikian, yang mencakup, kesiapan belajar,
pembelajaran yang asesmen awal pembelajaran tidak minat, profil belajar, latar belakang
sesuai dengan tahap perlu dilakukan setiap mengawali keluarga, riwayat tumbuh kembang,
tatap muka.
capaian peserta didik. dll.
Asesmen Pembelajaran
o Asesmen merupakan bagian terpadu dari proses pembelajaran, memfasilitasi
pembelajaran, dan menyediakan informasi yang holistik sebagai umpan balik untuk
pendidik, peserta didik, dan orang tua, agar dapat memandu mereka dalam menentukan
strategi pembelajaran selanjutnya.
o Asesmen dirancang dan dilakukan sesuai dengan fungsi asesmen tersebut, dengan
keleluasaan untuk menentukan teknik dan waktu pelaksanaan asesmen agar efektif
mencapai tujuan pembelajaran.
o Asesmen dirancang secara adil, proporsional, valid, dan dapat dipercaya (reliable) untuk
menjelaskan kemajuan belajar dan menentukan keputusan tentang langkah selanjutnya.
o Laporan kemajuan belajar dan pencapaian peserta didik bersifat sederhana dan informatif,
memberikan informasi yang bermanfaat tentang karakter dan kompetensi yang dicapai
serta strategi tindak lanjutnya.
o Hasil asesmen digunakan oleh peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, dan orang tua
sebagai bahan refleksi untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Alur Asesmen
1. Menentukan tujuan pembelajaran (sesuai alur perkembangan dimensi).
2. Merancang indikator (memastikan kedalaman tujuan, membuat indikator
yang mencakup aspek kognisi, sikap, dan keterampilan)
3. Menyusun strategi asesmen
4. Menyiapkan alat ukur atau instrumennya (rubrik)
5. menyiapkan instruksi atau panduan untuk murid (Lembar kerja)
6. Mengolah hasil asesmen dan bukti pencapaian peserta didik untuk
membuat inferensi (kesimpulan) mengenai pencapaian peserta didik
terhadap tujuan pembelajaran
7. Menyusun rapor
Acuan yang digunakan
untuk melaksanakan
asesmen pembelajaran
:
o JENIS ASESMEN
Contoh Bentuk Asesmen Formatif dan Sumatif

DISKUSI KELAS
- Mengembangkan kemampuan PRODUK
berkomunikasi dan berinteraksi antar Bentuk - Mengembangkan kkreatifitas
siswa.
Asesmen - Meningkatkan ketelitian dan jiwa
- Belajar berdemokrasi, menghargai
seni.
pendapat orang lain serta berani Formatif dan
berpendapat.
Sumatif
DRAMA
TES LISAN
- Melatih kepercayaan diri dan - Meningkatkan kemampuan
jiwa seni. berbicara
- Belajar bekerjasama, - mengkonfirmasi pemahaman.
komunikasi serta berfikiri kritis. PRESENTASI - Menerapkan umpan balik

- Mengembangkan kemampuan
berkomunikasi.
- Belajar memahami topik secara
mendalam, berfikir dan bernalar
kritis.
Pengembangan Bahan
Ajar
Bahan ajar bersifat Kembangkan bahan ajar
variatif. Bisa berupa untuk membuat kegiatan
bahan ajar cetak dan pembelajaran semakin
Yang Harus
bahan ajar non-cetak. bermakna dan variatif.
Diperhatikan
Dalam Memilih
Bahan Ajar Buku yang disediakan pemerintah
Sesuaikan buku yang
hanya salah satu alternatif bahan
disediakan tersebut dengan ajar, guru diperbolehkan untuk
ATP, kebutuhan dan mengembangkan dan
karakteristik sekolah menambahkan bahan ajar lain yang
masing-masing. relevan.
SAMPAI JUMPA DI
SESI SELANJUTNYA!
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

Capaian Pembelajaran
Unit Modul
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

Apa saja hal yang


anda Bagaimana selama
perhatikan/pertimban ini cara anda
gkan sebagai mengetahui bahwa
landasan saat siswa telah
merencanakan memahami apa yang
pembelajaran di dipelajarinya?
kelas?
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

Pembelajaran ibarat sebuah perjalanan, bukan sebuah


perlombaan balap. Hal yang terpenting dalam sebuah
perjalanan adalah tujuannya. Tanpa tujuan, kita pastilah
hanya buang-buang waktu dan biaya saja. Jika sebuah
tujuan jelas dan penting bagi hidup kita, pastilah kita akan
mencari dan menggunakan berbagai cara untuk
mencapainya, seberapapun lamanya atau seberapapun
menantangnya.
Capaian Pembelajaran (CP) merupakan tujuan akhir di setiap Sumber gambar: Nick Fewings/ www.unsplash.com

fase pembelajaran siswa. Capaian pembelajaran (CP) adalah


kompetensi minimum yang harus dicapai peserta didik untuk
setiap mata pelajaran. CP dirancang dengan mengacu pada
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

Tujuan Pendidikan Indonesia adalah mengembangkan potensi


peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab

Untuk mencapai tujuan tersebut, Pemerintah menetapkan Kerangka


Dasar Kurikulum yang terdiri dari Struktur Kurikulum, Capaian
Pembelajaran, dan Prinsip Pembelajaran dan Asesmen.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

Capaian Pembelajaran (CP)


merupakan kompetensi
pembelajaran yang harus dicapai
peserta didik pada setiap fase,
Pengertian CP dimulai dari Fase Fondasi pada
PAUD. Untuk Pendidikan dasar dan
menengah, CP disusun untuk setiap
mata pelajaran.

(lihat: Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor 958 tahun 2020 Tentang Capaian Pembelajaran Pada
Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah)
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

CP dan strategi mencapai CP menggunakan


Kerangka Kerja Understanding by Design

Understanding by Design merupakan sebuah kerangka kerja dengan fokus pada proses
perencanaan dan struktur yang memandu pengembangan kurikulum, asesmen, dan
instruksi pembelajaran. Proses perencanaan ini fokus pada dua hal:

1. Pengajaran dan asesmen untuk membangun pemahaman dan kemampuan


learning transfer (kemampuan mengimplementasikan hasil belajar dalam sebuah
performa otentik)
2. Merancang kurikulum “Terbalik” (backward), dengan mulai dari tujuan akhirnya
terlebih dulu
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

CP disusun menggunakan
metode Backward Design

Metode perancangan kurikulum pendidikan ini dimulai dengan menentukan tujuan


akhir yang diinginkan terlebih dahulu sebelum menentukan kegiatan pembelajaran dan
asesmen yang digunakan.
Backward Design melibatkan 3 tahap perencanaan:

Merencanakan
Menentukan
Identifikasi hasil pengalaman
bukti-bukti yang
yang diinginkan belajar dan
dapat diterima
instruksi
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

Identifikasi hasil yang diinginkan - CP, TP dan ATP

Apa pembelajaran yang dapat terus

melekat, bernilai, dan bisa diterapkan


dalam kehidupan siswa, jauh setelah ia lulus mata
pelajaran tersebut?
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

Jika dianalogikan dengan sebuah perjalanan berkendara,


CP memberikan tujuan umum dan ketersediaan waktu untuk
mencapainya (fase).

Untuk mencapai tujuan tersebut, setiap pengemudi


memiliki kebebasan untuk memilih jalur, cara, dan alat
untuk menempuh perjalanan tersebut, yang disesuaikan
dengan titik keberangkatan, kondisi, kemampuan, dan
kecepatan masing-masing.

Dalam mencapai CP, kita perlu membangun kompetensi


untuk melakukan perjalanan tersebut agar tiba di tujuan Sumber gambar: https://www.theaa.com/driving-school/driving-
pada waktu yang ditentukan. Setiap satuan pendidikan lessons/advice/show-me-tell-me

dipersilakan mengatur strategi efektif untuk mencapai CP,


sesuai dengan kemampuan dan potensinya.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

Garis finish CP ada di akhir kelas 12. Untuk


mencapai garis finish tersebut, pemerintah
membuatnya ke dalam 6 etape yang disebut fase.
Setiap fase lamanya 1-3 tahun.
Penggunaan istilah “fase” dilakukan untuk
membedakannya dengan kelas karena peserta
didik di satu kelas yang sama bisa jadi belajar
dalam fase pembelajaran yang berbeda.
Fase memberikan keleluasaan dan keadilan bagi
guru dan siswa untuk menyesuaikan rancangan
pembelajaran dengan tahapan perkembangan,
kemampuan, minat, konteks, dan kecepatan
belajar siswa (Teaching at The Right Level).

Jenjang PAUD Jenjang SMP


• Fase Fondasi (TK B) • Fase D (Kelas 7-9 SMP) sumber gambar: https://momobil.id/news/penjelasan-arti-indikator-huruf-di-
Jenjang SD speedometer-mobil/
Jenjang SMA/SMK
• Fase A (Kelas 1-2 SD)
• Fase B (Kelas 3-4 SD) • Fase E (Kelas 10 SMA)
• Fase C (Kelas 5-6 SD) • Fase F (Kelas 11-12 SMA)
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

Elemen Dalam CP
Setiap CP suatu mata pelajaran memiliki
beberapa elemen atau kelompok
kompetensi esensial yang berlaku sama
untuk semua fase pada mata pelajaran
tersebut.
Masing-masing elemen tersebut memiliki
capaian per fasenya sendiri yang saling
menunjang untuk mencapai pemahaman
yang dituju.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

Contoh: Elemen CP mapel Seni Rupa


Elemen Fase A Fase B Fase C

Berpikir dan Siswa mampu mengenali dan membiasakan Siswa mulai terbiasa secara mandiri menggunakan Siswa secara mandiri menggunakan berbagai
diri dengan berbagai prosedur dasar sederhana berbagai prosedur dasar sederhana untuk berkarya prosedur dasar sederhana untuk berkarya dengan
Bekerja Artistik untuk berkarya dengan aneka pilihan media dengan aneka pilihan media yang tersedia di aneka pilihan media yang tersedia di sekitar. Siswa
yang tersedia di sekitar. Siswa mengetahui dan sekitar. Siswa mengetahui, memahami dan mulai mengetahui, memahami dan konsisten
memahami keutamaan faktor keselamatan konsisten mengutamakan faktor keselamatan mengutamakan faktor keselamatan dalam bekerja.
dalam bekerja dalam bekerja

Mengalami Siswa mampu mengamati, mengenal, merekam Siswa mampu mengamati, mengenal, merekam dan Siswa mampu mengamati, mengenal, merekam dan
dan menuangkan pengalaman kesehariannya menuangkan pengalaman kesehariannya secara menuangkan pengalaman kesehariannya secara
secara visual dengan menggunakan bentuk- visual dengan menggunakan garis pijak dan proporsi visual dengan menggunakan konsep ruang, garis
bentuk dasar geometris. Siswa mengeksplorasi walaupun masih berdasarkan penglihatan sendiri. horison, pemahaman warna, keseimbangan (balance)
alat dan bahan dasar dalam berkarya. Siswa Siswa dapat menggunakan alat, bahan dan dan irama/ritme (rhythm). Siswa dapat menggunakan
juga mengenali prosedur dasar dalam berkarya prosedur dasar dalam berkarya. dan menggabungkan alat, bahan dan prosedur dasar
dalam berkarya

Menciptakan Siswa mampu menciptakan karya dengan Siswa mampu menciptakan karya dengan Siswa mampu menciptakan karya dengan
mengeksplorasi dan menggunakan elemen seni mengeksplorasi dan menggunakan elemen seni mengeksplorasi, menggunakan dan menggabungkan
rupa berupa garis, bentuk dan warna rupa berupa garis, bentuk, tekstur, ruang dan elemen seni rupa yang telah dipelajari. Siswa mulai
warna. menggunakan garis horizon. Selain itu, siswa mulai
menunjukkan pemahaman warna, keseimbangan dan
irama/ritme dalam karya
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

Elemen Fase A Fase B Fase C

Merefleksikan Siswa mampu mengenali dan Siswa mampu mengenali dan Siswa mampu mengenali dan
menceritakan fokus dari karya yang menceritakan fokus dari karya yang menceritakan fokus dari karya yang
diciptakan atau dilihatnya (dari teman diciptakan atau dilihatnya (dari teman diciptakan atau dilihatnya (dari teman
sekelas karya seni dari orang lain) serta sekelas karya seni dari orang lain atau era sekelas karya seni dari orang lain atau era
pengalaman dan perasaannya mengenai atau budaya tertentu) serta pengalaman atau budaya tertentu) serta pengalaman
karya tersebut. dan perasaannya mengenai karya dan perasaannya mengenai karya
tersebut tersebut

Berdampak Siswa mampu menciptakan karya sendiri Siswa mampu menciptakan karya sendiri Siswa mampu menciptakan karya sendiri
yang sesuai dengan perasaan atau yang sesuai dengan perasaan,minat atau yang sesuai dengan perasaan,minat atau
minatnya konteks lingkungannya konteks lingkungannya
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

Bentuk Pemahaman Dalam CP


Prinsip penyusunan CP menggunakan pendekatan konstruktivisme yang membangun
pengetahuan dan berdasarkan pengalaman nyata dan kontekstual. Menurut teori
belajar konstruktivisme (constructivist learning theory), pengetahuan bukanlah
kumpulan atau seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah untuk diingat.

Konsep “Memahami” dalam Capaian Pembelajaran (CP) dalam konstruktivisme adalah


proses membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata. Pemahaman tidak
bersifat statis, tetapi berevolusi dan berubah secara konstan sepanjang siswa
mengonstruksikan pengalaman-pengalaman baru yang memodifikasi pemahaman
sebelumnya
Jika mengacu kepada teori konstruktivisme, kemampuan memahami ada di level paling
tinggi, berbeda jika mengacu pada Taksonomi Bloom yang menempatkan kemampuan
memahami di level C2.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

6 aspek pemahaman (Wiggins and Tighe, 2005)


6 facet of understanding; merupakan bentuk-bentuk pemahaman yang digunakan dalam CP. Tidak harus hirarkis
Penjelasan Mendeskripsikan suatu ide dengan kata-kata sendiri, membangun hubungan antar topik,
Explanation mendemonstrasikan hasil kerja, menjelaskan alasan/cara/prosedur , menjelaskan sebuah teori
menggunakan data, berargumen dan mempertahankan pendapatnya.

Interpretasi Menerjemahkan cerita, karya seni, atau situasi. Interpretasi juga berarti memaknai sebuah ide,
Interpretation perasaan atau sebuah hasil karya dari satu media ke media lain, dapat membuat analogi,
anekdot, dan model. Melihat makna dari apa yang telah dipelajari dan relevansi dengan dirinya.

Aplikasi Menggunakan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman mengenai suatu dalam situasi yang
Application nyata dalam kehidupan sehari-hari atau sebuah simulasi ( menyerupai kenyataan)

Perspektif Melihat suatu hal dari sudut pandang yang berbeda, siswa dapat menjelaskan sisi lain dari
Perspective sebuah situasi , melihat gambaran besar, melihat asumsi yang mendasari suatu hal dan
memberikan kritik.

Empati Menaruh diri di posisi orang lain. Merasakan emosi yang dialami oleh pihak lain dan/ atau
Empathy memahami pikiran yang berbeda dengan dirinya. Menemukan nilai (value) dari sesuatu

Pengenalan diri Memahami diri sendiri; yang menjadi kekuatan, area yang perlu dikembangkan serta proses
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

6 Aspek/Facet Pemahaman merupakan cara untuk mengkonfirmasi pemahaman


siswa atas apa yang telah mereka pelajari dan tidak hirarkis/bukan merupakan
siklus.
Jika siswa melakukan salah satu dari keenam Aspek/Facet Pemahaman ini
(mampu menjelaskan, menginterpretasi, menerapkan/mengaplikasikan,
berempati, memiliki sebuah sudut pandang, atau memiliki pengenalan diri),
berarti mereka telah mendemonstrasikan sebuah tingkat pemahaman.

6 Aspek/Facet Pemahaman ini merupakan modal untuk menentukan Tujuan


Pembelajaran (TP), menyusun Alur Tujuan Pembelajaran (ATP), menentukan
asesmen, dan instruksi yang tepat.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

Contoh Bentuk Pemahaman Dalam CP


Matematika Fase B elemen Bilangan
Penjelasan Mendeskripsikan makna dari bilangan 10.000
Explanation dengan kata-kata sendiri, mengaitkan dengan nilai
Peserta didik menunjukkan
tempat, mengurutkan dan membandingkan
pemahaman dan intuisi bilangan
bilangan 10.000 dengan bilangan lain
(number sense) untuk bilangan cacah
sampai dengan 10.000. Mereka dapat
membaca, menulis, menentukan nilai Interpretasi Menerjemahkan makna 10.000 menggunakan
tempat, membandingkan, Interpretation gambar

mengurutkan, menggunakan nilai


Aplikasi Menggunakan pemahaman 10.000 untuk
tempat, melakukan komposisi dan Application memecahkan masalah dalam dunia nyata
dekomposisi bilangan. Mereka juga (misalnya berbelanja di kantin dengan uang
dapat menyelesaikan masalah Rp.10.000,00 atau soal cerita/ simulasi jual-beli)
berkaitan dengan uang menggunakan
ribuan sebagai satuan. Perspektif Menemukan berbagai cara berbeda untuk
Perspective mendapatkan nilai 10.000
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

Contoh Bentuk Pemahaman Dalam CP


Bahasa Indonesia Fase D elemen Menyimak

Interpretasi Mendeskripsikan makna dari puisi serta


Peserta didik memahami informasi Interpretation emosi yang ditangkap dari puisi tersebut
berupa gagasan, pikiran,
pandangan, arahan atau pesan Aplikasi Membacakan/mendeklamasikan atau
Application membuat karya untuk merespons puisi
dari teks deskripsi, narasi, puisi,
eksplanasi dan eksposisi dari teks Perspektif Melakukan bedah puisi melalui diskusi dari
visual dan audiovisual untuk Perspective sudut pandang yang berbeda.

menemukan makna yang tersurat


Empati Menaruh diri di posisi penulis puisi dan
dan tersirat. Empathy mencoba merasakan emosi yang dirasakan
penulis dan dituangkan dalam media yang
berbeda.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

Contoh Bentuk Pemahaman Dalam CP


Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Khusus Fase D elemen Menyimak

Peserta didik mampu menyimak Penjelasan Menjelaskan kembali isi sebuah teks cerita
dengan saksama, memahami dan Explanation pendek, puisi, drama, atau surat resmi dalam
memaknai instruksi, mengidentifikasi bentuk lisan atau isyarat
informasi berupa fakta atau proses Aplikasi Mampu mengikuti instruksi kerja tertulis
kejadian dari teks petunjuk/arahan Application sederhana. Mampu menceritakan kronologi
sederhana, teks cerita pendek, surat sebuah peristiwa berdasarkan arahan
pribadi, teks puisi, teks drama, dan sederhana
surat resmi seperti surat undangan Perspektif Berbagi pendapatnya mengenai sebuah teks
dan surat pemberitahuan yang Perspective cerita pendek, puisi, atau drama
disajikan dalam bentuk lisan atau
Interpretasi Bermain peran berdasarkan sebuah teks
isyarat, teks aural (teks yang Interpretation cerita pendek, puisi, atau drama
dibacakan) dan teks audiovisual.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

Contoh Bentuk Pemahaman Dalam CP


Seni Tari Fase F elemen Menciptakan
Pengenalan Diri Mengenali kemampuan dan keterampilan gerak
Self Knowledge tubuhnya dalam membawakan tarian tradisi.
Peserta didik mampu menciptakan
Memilih teknik, pola gerak tertentu, makna atau
tari kreasi yang terinspirasi dari hasil simbol untuk menciptakan tari kreasi pribadi.
membandingkan berbagai
pertunjukkan tari tradisi dan kreasi Aplikasi Menerapkan pilihan teknik, pola gerak tertentu,
berdasarkan makna, simbol, dan Application makna atau simbol untuk menciptakan tari kreasi
pribadi.
nilai estetis dari perspektif berbagai
aspek seni. Perspektif Menyaksikan/menarikan berbagai tari tradisi dan
Perspective memahami perbedaan dan persamaan budaya dari
dua atau lebih daerah melalui tari tradisinya.

Empati Mencoba merasakan emosi yang dirasakan dalam


Empathy sebuah karya tari tradisi yang menginspirasinya
untuk kemudian mengekspresikannya emosi
tersebut dengan gayanya sendiri ke dalam tari
kreasinya
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

Elemen setiap mata


pelajaran dapat berbeda
atau sama satu dengan
lainnya, tergantung
karakteristiknya masing-
masing.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

Pemahaman CP Mata Pelajaran yang Diampu


(15 menit)

Membuat dan mengunggah sebuah peta pikiran/bagan


yang menunjukkan pemahaman, keterampilan dan
konten inti yang perlu dituju di mata pelajaran yang
diampu :

• Pilih dan tuliskan satu elemen pada CP mata


pelajaran yang diampu:
https://drive.google.com/drive/folders/1gPAx_A5AexKroFAwHbu5Gg4Xx1D9jGRL?usp=sharing

• Buat contoh bentuk pemahaman dalam CP


tersebut dengan menggunakan minimal 2 dari 6
Aspek/Facet Pemahaman (lihat contoh).
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

Nama:
Mata Pelajaran/Fase/Elemen CP :

Pengenalan
Elemen CP Mapel/Fase (Salin tempel elemen di sini) diri

Interpretasi

Penjelasan

Aplikasi

Perspektif

Empati

*Peserta dipersilakan memodifikasi bagan ini


*Peserta menggunakan minimal 2 dari 6 aspek pemahaman
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

● Apakah sekolah dapat membuat CP sendiri?

Tidak. CP sifatnya terberi (given) dari pemerintah


dan tidak dapat diubah. Satuan pendidikan
diberikan keleluasaan untuk
menentukan/memodifikasi Kurikulum Operasional
Sekolah (KOS), Tujuan Pembelajaran (TP) dan Alur
Tujuan Pembelajaran (ATP), dan Modul Ajar
berdasarkan CP.

● Mengapa CP disusun menggunakan metode


Backward Design?

Dengan mengetahui tujuan akhir pembelajaran,


guru dapat merancang Tujuan Pembelajaran dan
Alur Tujuan Pembelajaran, asesmen, kegiatan
pembelajaran, dan instruksi yang tepat, bermakna,
relevan dengan kondisi siswa, dan efektif untuk
mencapai tujuan tersebut.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

• Mengapa CP disusun berdasarkan fase dan pengurangan konten • Apa yang dimaksud dengan kompetensi?
materi akan mendorong tercapainya kompetensi dan bukan
Kompetensi adalah kemampuan kerja setiap individu yang
berarti penurunan standar? mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang
sesuai dengan standardisasi yang diharapkan (Badan Nasional
Pembelajaran berdasarkan fase merupakan penerapan dari prinsip Sertifikasi Profesi , 2014).
pembelajaran sesuai tahap capaian belajar atau yang dikenal juga Kompetensi adalah karakter individu yang dapat diukur dan
dengan istilah Teaching at The Right Level (mengajar pada tahap ditentukan untuk menunjukkan perilaku dan performa kerja
capaian yang sesuai). Rentang waktu belajar yang lebih lama tertentu pada diri seseorang (Spencer, McClelland & Spencer, 1994).
dalam Fase memberikan kesempatan siswa untuk benar-benar Kompetensi terbangun atas aspek kognitif yang berangkaian
memahami sebuah konsep dan mendalami sebuah keterampilan, dengan aspek afektif atau disposisi tentang ilmu pengetahuan yang
bukan sekadar mengejar ketuntasan materi/ berpusat pada guru dipelajarinya. Untuk membangun dan mengembangkan kompetensi,
dan konten. peserta didik perlu mendapatkan kesempatan untuk
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya dalam situasi
yang spesifik dan nyata (Glaesser, 2018)
Pengurangan materi merupakan konsekuensi untuk merancang
kurikulum yang lebih fleksibel dan berfokus pada kompetensi dan
• Bagaimana 6 aspek pemahaman dapat membantu saya merancang
karakter. Materi yang disampaikan harus esensial, relevan dengan asesmen dan kegiatan yang efektif membantu pemahaman siswa
kehidupan, dan bermakna untuk siswa. mencapai CP?

Pritchett dan Beatty (2015) menemukan bahwa peserta didik yang 6 Aspek/Facet Pemahaman merupakan cara untuk mengkonfirmasi
pemahaman siswa atas apa yang telah mereka pelajari. Jika siswa
mengalami kesulitan memahami konsep di kelas-kelas awal di melakukan salah satu dari keenam aspek/facet (mampu menjelaskan
sekolah dasar juga mengalami kesulitan di jenjang-jenjang , menginterpretasi, menerapkan, berempati, memiliki sebuah sudut
berikutnya. Artinya, padatnya materi pelajaran membawa pandang, atau memiliki pengenalan diri), berarti mereka telah
dampak yang panjang dan siswa kehilangan kesempatan untuk mendemonstrasikan sebuah tingkat pemahaman. Guru dapat
menggunakan 6 Aspek Pemahaman ini untuk menentukan bentuk
mengembangkan kemampuan berpikir yang lebih tinggi. pemahaman yang perlu didemonstrasikan siswa/dapat di-ases.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

• Apakah semua mata pelajaran memiliki elemen yang sama • Bagaimana hubungan dan peran Elemen dengan
dengan pelajaran lainnya? kompetensi yang dituju CP?
Tidak selalu. Setiap mata pelajaran memiliki elemen yang Setiap elemen memiliki peran dan capaiannya masing-
berbeda-beda atau sama dengan mata pelajaran lain, masing untuk membangun pengetahuan, keterampilan,
tergantung dari karakteristik mata pelajaran itu sendiri atau sikap yang pada saling terhubung dan saling
• Apakah elemen CP sebuah mata pelajaran sama untuk semua menunjang membangun kompetensi seseorang agar
fase? dapat mencapai CP mata pelajaran tersebut. Elemen-
Ya, benar. Elemen dalam CP sebuah mata pelajaran sama dari elemen tersebut umumnya tidak bersifat hirarkis.
fase A-F. Yang membedakan adalah kompleksitas dan
kedalaman materinya, yang artinya kompetensi peserta didik • Apakah CP memuat Kompetensi Inti dan Kompetensi
pun berkembang dari fase ke fase. Dasar?
Sebagai contoh, dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
terdapat 4 elemen utama, yaitu: 1) menyimak, 2) membaca dan Tidak. CP dinyatakan dalam bentuk paragraf/narasi
memirsa, 3) berbicara dan merepresentasikan, dan 4) menulis. berisi kompetensi (kesatuan pengetahuan,
Sejak Fase A (kelas I-II SD/sederajat) hingga Fase F (kelas XI-XII keterampilan, dan sikap kunci) yang perlu dicapai oleh
SMA/sederajat), keempat elemen tersebut dipelajari dengan siswa di akhir sebuah fase.
tingkat kompleksitas kognitif yang terus berkembang

• Apakah CP menggantikan Standar Kompetensi Lulusan?


• Apakah sebuah kegiatan pembelajaran harus dapat meliputi
seluruh elemen CP mata pelajaran tersebut? Tidak. Dalam kerangka kurikulum, CP kedudukannya di
Tidak. Anda dapat menggunakan hanya 1-2 elemen saja dalam bawah SNP (Standar Nasional Pendidikan), setara
sebuah kegiatan. Yang terpenting, siswa dapat dengan KI-KD dalam Kurikulum 2013. CP disusun
mengembangkan kompetensi yang dituju elemen CP tersebut berdasarakan SKL dan Standar Isi.
dengan optimal.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

• Bagaimana apabila terdapat perbedaan kemampuan/ level • Apakah dengan sistem Fase, apakah siswa yang tertinggal Fase akan
Capaian Pembelajaran dalam suatu kelas? (Contoh: dalam mengalami tinggal kelas/tidak naik kelas?
kelas 5 ternyata masih ada siswa yang masih berada di fase B,
sementara yang lain sudah sesuai berada di fase C)
Tidak. Siswa tetap akan naik kelas dengan catatan perkembangan
Sangat penting untuk melakukan asesmen diagnostik baik masing-masing yang dapat dijadikan landasan untuk merancang
kognitif maupun non kognitif di awal pembelajaran (akan pembelajaran yang berdiferensiasi sesuai levelnya (Teaching at The
dibahas pada modul Asesmen). Hasil asesmen diagnostik ini
akan menentukan CP yang akan digunakan dalam kelas Right Level). Penelitian menunjukkan bahwa tinggal kelas tidak
tersebut. memberikan banyak manfaat untuk anak (capaian akademik mereka
tidak , malah menurunkan rasa percaya diri anak (self efficacy) tentang
Untuk mengatasinya dapat digunakan Pembelajaran kemampuannya untuk sukses secara akademik.
Berdiferensiasi. Sangat memungkinkan , dalam suatu kelas
digunakan 2 CP. Contoh:
1. Siswa dengan kemampuan umum digunakan CP fase • Apakah satuan pendidikan dapat membuat CP sendiri?
tersebut (contoh kelas 5 menggunakan CP fase C).
2. Siswa dengan kemampuan melampaui fase C tetap Tidak. CP sifatnya terberi (given) dari pemerintah dan tidak dapat
menggunakan fase C dengan pengayaan/ pendalaman.
Siswa dengan kemampuan ini juga dapat diajak untuk diubah.
berbagi kiat belajar dengan temannya (peer teaching)
3. Siswa yang masih berada di fase B menggunakan CP fase • Mengapa CP hanya memuat tujuan akhir pembelajaran dan rentang
B dengan dampingan guru (remedial) waktu untuk mencapainya?
Bagi peserta didik berkebutuhan khusus, apabila
mengalami hambatan intelegensi dapat menggunakan Setiap satuan pendidikan diberikan keleluasaan untuk menentukan
CP pendidikan khusus, namun jika tidak mengalami Kurikulum Operasional Sekolah, Tujuan Pembelajaran dan Alur Tujuan
hambatan intelegensi dapat menggunakan CP reguler Pembelajaran, dan Modul Ajar berdasarkan CP. dengan
dengan menerapkan prinsip modifikasi kurikulum
mempertimbangkan kekhasan, potensi, dan konteks sekolah, serta
kemampuan siswa dan gurunya.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai