Anda di halaman 1dari 37

IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA MANDIRI BERBAGI PADA

PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 CEPU KABUPATEN BLORA

PROPOSAL SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh :
Triana Wijayanti
3601420062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG, TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dinamika dalam dunia pendidikan di Indonesia terus terjadi seiring
dengan berkembangnya waktu. Berbagai aspek terus dikembangkan dengan
harapan agar aspek-aspek tersebut dapat menjawab tantangan-tantangan di
dunia pendidikan yang semakin hari semakin kompleks. Perkembangan ini
juga diiringi adanya perubahan-perubahan berbagai regulasi dan kebijakan
yang menjadi daya dukung implementasi pendidikan di Indonesia. Termasuk
salah satu diantaranya yaitu penggunaan kurikulum.
Kurikulum disusun dengan tujuan untuk mewujudkan cita-cita
pendidikan nasional, sambil tetap mempertimbangkan pertumbuhan peserta
didik dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan serta lingkungan
sekitarnya (Julaeha, 2021: 20). Pentingnya peran kurikulum dalam mencapai
tujuan pendidikan ditekankan, sehingga perlu disesuaikan dengan kebutuhan
dan perkembangan teknologi serta ilmu pengetahuan. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI)
menjelaskan bahwa kurikulum merdeka dirancang untuk menciptakan
pengalaman pembelajaran yang lebih fleksibel, yang mendorong budaya
inovasi, tanpa memberikan pembatasan, dan sesuai dengan kebutuhan peserta
didik (Sabriadi, 2021: 176).
Kurikulum di Indonesia telah mengalami perubahan sebanyak sebelas
kali sejak kemerdekaan yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984,
1994, 2004, 2006, 2013, dan yang terakhir yaitu tahun 2020 (Anggila, 2022).
Setelah pandemi, Kurikulum Merdeka menjadi produk kurikulum yang masif
diimplementasikan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada satuan
pendidikan di Indonesia. Kurikulum ini hadir sebagai bentuk
penyederhanaan kurikulum sebelumnya yang dirasa terkesan rumit dan
belum mampu untuk memenuhi capaian kompetensi peserta didik. Penerapan
Kurikulum Merdeka di satuan pendidikan disebut dengan IKM yaitu
Implementasi Kurikulum Merdeka yang terhitung sejak tahun 2022 dengan
dasar Surat Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum dan Assesmen

1
2

Pendidikan Kemendikbudristek Nomor 022/H/KR/2023 tentang Satuan


Pendidikan Pelaksana Implementasi Kurikulum Merdeka pada Tahun Ajaran
2023/ 2024. Adapun karakteristik yang menjadi pembeda antara Kurikulum
Merdeka dengan kurikulum yang digunakan sebelumnya, diantaranya yaitu
adanya pengembangan soft skill dan juga karakter pada siswa dengan melalui
projek penguatan profil pelajar Pancasila, materi yang disampaikan berfokus
pada materi esensial, dan pembelajaran bersifat fleksibel. Terhitung hingga
tahun 2023 terdapat 293.268 sekolah yang menerapkan Implementasi
Kurikulum Merdeka dalam kegiatan belajar mengajar dengan rincian
130.648 SD/Sederajat, 34.551 SMP/Sederajat, 11.222 SMA/Sederajat,
10.771 SMK/Sederajat, 1.527 Pendidikan Khusus, dan 3.296 pada satuan
pendidikan lainnya (Kemdikbud, 2023).
Implementasi Kurikulum Merdeka di setiap satuan pendidikan bukan
menjadi sebuah patokan yang wajib untuk dilaksanakan melainkan sebagai
pilihan oleh satuan pendidikan untuk diimplementasikan dengan disesuaikan
pada situasi dan kondisi satuan pendidikan itu sendiri (Fajrina dan Rahmat,
2022). Setiap satuan pendidikan dapat mengimplementasikan sesuai dengan
situasi dan kondisi yang dimiliki. Kondisi yang dimaksudkan adalah kondisi
penggunaan kurikulum di sekolah sebelum akan diimplementasikannya
Kurikulum Merdeka. Kurikulum ini disusun dengan mempertimbangkan
konteks yang relevan, seperti budaya, misi sekolah, dan lingkungan lokal,
serta mengakomodasi kebutuhan peserta didik (Among, 2021). Apabila
sekolah merasa belum terlalu adaptif dalam pengimplementasian Kurikulum
Merdeka maka sekolah dapat memilih Implementasi Kurikulum Merdeka
Mandiri Belajar, yang dalam hal ini sekolah akan menggunakan kurikulum
sebelumnya seperti kurikulum 2013 ataupun juga kurikulum darurat yang
dipadukan dengan penerapan beberapa prinsip Kurikulum Merdeka dalam
proses belajar mengajar dan juga pelaksanaan assesment. Adapun kategori
yang kedua yaitu Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri Berubah, yaitu
apabila satuan pendidikan lebih adaptif sehingga kurikulum yang digunakan
yaitu struktur kurikulum merdeka denngan menerapkan prinsip-prinsip
Kurikulum Merdeka dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan juga
3

assesment. Mandiri Berubah berarti telah menggunakan secara penuh


platform Merdeka Mengajar yang telah disediakan oleh Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Memilih berbagai komponen seperti CP, TP, ATP, perangkat ajar, asesmen,
dan elemen lainnya yang sudah tersedia dalam platform ini, yang telah
mencakup kebutuhan yang diperlukan oleh sekolah dalam menerapkan
Kurikulum Merdeka (Fajrina dan Rahmat, 2022). Sedangkan opsi yang
terakhir yaitu Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi.
Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi dapat dipilih oleh satuan
pendidikan yang sudah siap dalam mengimplementasikan Kurikulum
Merdeka pada kegiatan pembelajaran dan pelaksanaan asesmen dan juga
membagikan nilai-nilai baik pelaksanaan Implementasi Kurikulum Merdeka
kepada satuan pendidikan lainnya (Kemdikbud, 2022). Platform Merdeka
Berbagi disediakan untuk sekolah yang telah mengimplementasikan praktik-
praktik terkait pengembangan materi ajar, memiliki karya dan menciptakan
inovasi, dan bersedia untuk berbagi pengetahuan dan sumber daya dengan
sekolah-sekolah lain (Fajrina dan Rahmat, 2022).
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada Rabu,
23 Agustus 2023 di SMP N 3 Cepu, bahwasanya sekolah tersebut sudah
melaksanakan Implementasi Kurikulum Merdeka pada kegiatan belajar
mengajarnya. Implementasi Kurikulum Merdeka di SMP N 3 Cepu
dilaksanakan pada kategori mandiri berbagi. Implementasi ini merupakan
sebuah hasil dari uji coba Merdeka Belajar pada sekolah yang dianggap
sudah siap di lingkungan satuan pendidikan pada wilayah Kecamatan Cepu.
Hal ini juga selaras dengan data daftar sekolah pelaksana Implementasi
Kurikulum Merdeka di Kecamatan Cepu pada bulan Oktober 2023 di mana
hanya SMP N 3 Cepu diantara 18 sekolah dari semua jenjang pendidikan
sekolah menengah pertama di Kabupaten Blora yang sudah
mengimplementasikan Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi dan menjadi
salah satu sekolah pelaksana Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri
Berbagi diantara 6 sekolah di Kabupaten Blora.
4

No Jenjang Nama Sekolah Status


1. SMP SMP Negeri 2 Blora Negeri
2. SMP N 1 Blora Negeri
3. SMP Negeri 3 Cepu Negeri
4. SMP N 1 Ngawen Negeri
5. SMP Alam Quwwatul Ummah Swasta
6. SMP Islam Jiken Swasta

Tabel 1. Daftar SMP Pelaksana IKM Mandiri Berbagi di Kabupaten Blora


(Sumber : kemdikbud.go.id)

Menurut hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang


kesiswaan yaitu Bapak Suwono,S.Pd salah satu faktor yang menjadi alasan
SMP N 3 Cepu dijadikan sebagai pilot project pelaksanaan Implementasi
Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi yaitu SMP N 3 Cepu merupakan satu-
satunya sekolah di Kecamatan Cepu yang memiliki sarana, dan prasarana
yang sudah lengkap sejak sekolah ini menjadi sekolah Rintisan Bertaraf
Internasional sehingga dianggap siap dalam mengimplementasikan
Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi. Selain itu, SMP N 3 Cepu juga
menjadi sekolah pertama yang melaksanakan IKM pada awal peluncuran
program di bulan Februari 2022. Hingga bulan Oktober 2023, SMP N 3 Cepu
masih menjadi satu-satunya sekolah percontohan pelaksanaan Implementasi
Kurikulum Merdeka terutama pada jalur Mandiri Berbagi di Kecamatan
Cepu.
Kemunculan kurikulum baru menjadi suatu permasalahan yang
sedang dihadapi oleh guru-guru di sekolah, terutama guru-guru di tingkat
SMP, yang dihadapkan pada berbagai tantangan (Sanra, 2022). Sebagaimana
yang disampaikan oleh Bapak Suwono S.Pd. Selaku wakil kepala sekolah
bidang kesiswaan bahwasanya tantangan-tantangan dalam Implementasi
Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi di SMP N 3 Cepu salah satunya
adalah penerapannya bagi pribadi tenaga pengajar yaitu guru. Hal ini menjadi
perhatian tersendiri karena guru adalah mereka yang akan menerapkan
kurikulum di dalam lingkungan sekolah. Guru memegang peran penting
5

dalam memastikan kesuksesan belajar anak-anak (Reinita, 2020). Selaras


dengan apa yang disampaikan oleh Yunike, dkk (2022) bahwa guru dalam
proses pembelajaran memiliki peran penting yaitu sebagai mediator yang
membimbing peserta didik menuju pencapaian tujuan pembelajaran.
Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi di SMP N 3
Cepu tidak serta merta dapat diterima oleh guru. Dalam implementasinya
terdapat sebuah proses adaptasi yang dialami oleh guru yaitu dalam hal
penyesuaian diri dengan budaya kurikulum yang lama dengan budaya
Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi sebagai kurikulum yang baru. Adanya
perubahan–perubahan pada berbagai aspek proses belajar mengajar
membutuhkan adanya kemampuan guru untuk segera beradaptasi dalam
rangka menyesuaikan diri dengan kebijakan Implementasi Kurikulum
Merdeka Mandiri Berbagi.
Tidak terkecuali dalam pembelajaran IPS. Berbagai aspek
pembelajaran IPS akan sangat dipengaruhi oleh kurikulum yang digunakan
termasuk didalamnya yaitu berbagai elemen yang terlibat dalam proses
kegiatan belajar mengajar di sekolah. Implementasi Kurikulum Merdeka
Mandiri Berbagi pada pembelajaran IPS yang dimaksudkan merupakan
serangkaian proses pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa di kelas
dimulai dari proses penyususnan bahan dan perangkat pembelajaran hingga
dilaksanakannya kegiatan evaluasi pembelajaran di kelas.
Guru IPS dituntut untuk dapat beradaptasi dengan Implementasi
Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi pada pengajaran di kelas. Terlebih lagi
pelaksanaan Implementasi Kurikulum Berbagi dirancang agar nantinya
sekolah yang terdiri dari elemen-elemen didalamnya memberikan
percontohan pelaksanaan program kepada sekolah lain. Oleh karenanya
diperlukan adanya penyesuaian-penyesuaian yang harus dilakukan untuk
menyelaraskan tujuan Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi
dengan proses belajar mengajar di kelas.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Suwono S.Pd. selaku
wakil kepala sekolah bidang kesiswaan bahwasanya tantangan-tantangan
dalam Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi di SMP N 3 Cepu
6

salah satunya adalah penerapannya bagi pribadi tenaga pengajar yaitu guru.
Adanya variasi usia tenaga pengajar yang juga mempengaruhi kemampuan
untuk beradaptasi dengan pengimplementasian Kurikulum Merdeka Mandiri
Berbagi menjadi salah satu tantangan tersendiri. Hal ini juga menjadi salah
satu faktor yang menjadi perhatian bagi pihak sekolah untuk melaksanakan
Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi di SMP N 3 Cepu.
Hal ini penulis tuangkan dalam sebuah langkah penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui bagaimana Implementasi Kurikulum Merdeka
Mandiri Berbagi di SMP N 3 Cepu sebagai sekolah percontohan atau pilot
project Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi pada satuan
pendidikan sekolah menengah pertama di Kecamatan Cepu serta hambatan
yang dihadapi dalam pelaksanaannya dengan judul “Implementasi
Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi pada Pembelajaran IPS di SMP N 3
Cepu”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang dipaparkan, maka penulis
mengidentifikasi dan merumuskan beberapa masalah diantaranya yaitu
sebagai berikut.
1. Bagaimanakah implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi pada
pembelajaran IPS di SMP N 3 Cepu ?
2. Bagaimanakah proses adaptasi guru dalam pelaksanaan Implementasi
Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi pada pembelajaran IPS di SMP N 3
Cepu ?
3. Bagaimanakah evaluasi dalam Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri
Berbagi pada pembelajaran IPS di SMP N 3 Cepu ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini, adalah :
1. Untuk mengetahui implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi
pada pembelajaran IPS di SMP N 3 Cepu
2. Untuk mengetahui proses adaptasi guru dalam pelaksanaan Implementasi
Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi pada pembelajaran IPS di SMP N 3
Cepu
7

3. Untuk mengetahui evaluasi dalam Implementasi Kurikulum Merdeka


Mandiri Berbagi pada pembelajaran IPS di SMP N 3 Cepu.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya yaitu :
1.4.1. Secara Teoretis
Penelitian ini secara teoritis dapat memberikan kontribusi
dalam dunia pendidikan utamanya dalam hal pelaksanaan
Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi di lingkungan
satuan pendidikan sekolah menengah pertama. Hasil penelitian ini
juga dapat menjadi bahan untuk memperluas khasanah ilmu
pengajaran terutama dalam hal implementasi kurikulum. Selain itu
juga diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi
penelitian-penelitian yang serupa di masa yang akan datang.
1.4.2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi alat batu
bagi elemen-elemen dibawah ini :
a. Bagi Guru
Membantu dalam menerapkan Kurikulum Merdeka Mandiri
Berbagi pada siswa dalam proses belajar mengajar di SMP N 3
Cepu. Karena pada dasarnya kurikulum menjadi salah satu faktor
penting dalam proses belajar mengajar yang dalam hal ini
difokuskan pada pembelajaran IPS.
b. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kebermanfaatan
bagi siswa sebagai objek dari proses belajar mengajar di kelas.
Sehingga dengan adanya penelitian ini diharapkan siswa dapat
lebih memahami dan adaptif terhadap implementasi konsep
Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi dalam kegiatan belajar
mengajar.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini nantinya dapat menjadi alat untuk
mengevaluasi Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri dalam
8

pembelajaran IPS di SMP N 3 Cepu dengan harapan akan ada


upaya-upaya yang terus dilakukan agar nantinya Implementasi
Kurikulum Merdeka Mandiri ini dapat dilaksanakan dengan
maksimal.
1.5. Batasan Istilah
Guna menghindari adanya kesalahan terhadap pemahaman istilah-
istilah yang digunakan, maka peneliti membuat beberapa batasan istilah.
Batasan istilah pada penelitian ini diantaranya yaitu sebagai berikut.
1.5.1. Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi (IKM Mandiri Berbagi)
Implementasi Kurikulum Merdeka dalam penelitian ini
difokuskan pada salah satu jenis yaitu Mandiri Berbagi. Selain itu,
Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi yang
dimaksudkan yaitu yang diimplementasikan pada salah satu satuan
pendidikan di Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora yaitu SMP N 3
Cepu.
1.5.2. Pembelajaran IPS
Pembelajaran IPS dalam penelitian ini adalah pembelajaran
yang dilaksanakan pada siswa SMP N 3 Cepu. Adapun cakupan
kelasnya meliputi kelas 7, dan 8 yang dalam proses kegiatan belajar
mengajarnya dianalisis dalam hal implementasi kurikulum yang
digunakan terutama pada Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri
Berbagi. Adapun hal-hal yang menjadi perhatian dalam penelitian ini
adalah proses penyusunan bahan atau perangkat ajar hingga evaluasi
pembelajaran oleh guru IPS di kelas 7 dan 8.
1.6. Keaslian Penelitian
Peneliti menggunakan beberapa referensi penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti terdahulu guna membandingkan dan sekaligus
menjadi referensi penelitian. Peneliti menggunakan rujukan penelitian yang
sudah ada, sehingga peneliti dapat belajar mengenai Implementasi
Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi yang dialami oleh peneliti terdahulu.
Berikut ini adalah penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dengan judul Implementasi Kurikulum Merdeka pada
9

Pembelajaran IPS di SMP N 3 Cepu Kabupaten Blora.


Penelitian yang pertama merupakan penelitian yang dilakukan oleh
Yunike Sulistyosari, Hermon Maurits Karwur, Habibi Sultan pada tahun
2022 dengan judul “Penerapan Pembelajaran IPS Berdiferensiasi pada
Kurikulum Merdeka Belajar”. adapun persamaan antara penelitian oleh
Yunike Sulistyosari, Hermon Maurits Karwur, Habibi Sultan dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu penelitian dilakukan di satuan
pendidikan Sekolah Menengah Pertama, menggunakan metode penelitian
kualitatif. Sedangkan perbedaan antara penelitian oleh Yunike Sulistyosari,
Hermon Maurits Karwur, Habibi Sultan dengan penelitian yang dilakukan
oleh peneliti yaitu penelitian ini berfokus membahas mengenai penerapam
kurikulum merdeka pada pembelajaran IPS yang lebih tepatnya penerapan
pembelajaran IPS terdiferensiasi dalam Implementasi Kurikulum Merdeka
di sekolah. Sedangkan pada penelitian penulis berfokus pada kesiapan guru,
implementasi dan evaluasi pelaksanaan IKM pada pembelajaran IPS di
sekolah.
Penelitian yang kedua merupakan penelitian yang dilakukan oleh
Fajrina Sulistiyani, dan Rahmat Mulyono pada tahun 2022 dengan judul
“Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) Sebagai Sebuah Pilihan Bagi
Satuan Pendidikan : Kajian Pustaka”. Terdapat persamaan antara penelitian
oleh Fajrina Sulistiyani, dan Rahmat Mulyono dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis yaitu keduanya membahas mengenai Implementasi
Kurikulum Merdeka secara mendalam, menggunakan metode penelitian
kualitatif. Keduanya juga memiliki perbedaan, yaitu penelitian oleh Fajrina
Sulistiyani, dan Rahmat Mulyono tidak eksplisit membahas mengenai IKM
hingga kategori pelaksanaannya, sedangkan dalam penelitian penulis dibahas
kepada kategorinya, penelitian dilakukan dengan studi pustaka sedangkan
penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan data lapangan di sekolah
SMP N 3 Cepu.
Penelitian yang ketiga yaitu penelitian yang dilakukan oleh Desi
Rahmatika, Muriani, dan Merika Setiawan pada tahun 2022 dengan judul
“Peran Guru Dalam Membberikan Motivasi Dalam Penerapan Kurikulum
10

Merdeka Pada Pembelajaran IPS Di SMP N 1 Kubung”. Adapun hasil dalam


penelitian ini yaitu terdapat peranan guru yang sudah terlaksana dengan baik
dalam memberikan ilmu atau pengajaran yang kemudian juga mendorong
semangat serta motivasi siswa dalam menghadapi tugas, dan juga mengatasi
permasalahan secara mandiri. Terdapat persamaan antara penelitian ini
dengan penelitiany yang dilakukan oleh peneliti yaitu meneliti terkait dengan
penerapan Kurikulum Merdeka pada pembelajaran IPS di SMP dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif. Adapun perbedaannya yaitu dalam
penelitian ini dibahas mengenai peran guru dalam memberikan motivasi bagi
siswa dalam menerapkan kurikulum merdeka pada pembelajaran IPS,
sedangkan pada penelitian yang dilakukan peneliti lebih mengarah kepada
implementasi kurikulum merdeka, proses adaptasi guru terhadap penerapan
kurikulum, dan evaluasi penerapan kurikulum merdeka pada pembelajaran
IPS di SMP N 3 Cepu.
Penelitian yang keempat merupakan penelitian dilakukan oleh Basri,
W., & Rahmi, T. S. pada tahun 2023 dengan judul “Kendala Guru Dalam
Mengimplementasikan Kurikulum Merdeka Pada Pembelajaran IPS Tingkat
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Adapun hasil penelitian ini yaitu guru
masih kurang memahami kurikulum merdeka, pelatihan dan pembekalan
materi atau pemahaman mengenai kurikulum merdeka masih dirasa kurang,
adanya permasalahan literasi dan juga keterbatasan dalam mengakses fasilitas
digital dalam pelaksanaan kurikulum merdeka, serta adanya sarana dan
prasarana yang dimiliki sekolah belum memadai.Terdapat persamaan antara
penelitian yang dilakukan oleh Basri, W., & Rahmi, T. S. dengan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti yaitu penelitian dilakukan di satuan pendidikan
Sekolah Menengah Pertama, menggunakan metode penelitian kualitatif,
penelitian berfokus pada pembelajaran IPS, dan juga banyak membahas
mengenai kesiapan guru sebagai salah satu fokus penelitian di penelitian ini.
Sedangkan perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Basri, W., &
Rahmi, T. S. dengan peneliti yaitu penelitian membahas mengenai kondisi
guru dalam Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri pada pembelajaran
IPS sedangkan penelitian yang dilakukan oleh mengkaji mengenai
11

Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi.


Penelitian yang kelima yaitu penelitian oleh Vivi Azizah, Harisnawati,
dan Sri Rahayu pada tahunn 2023 dengan judul “Implementasi Kurikulum
Merdeka pada Pembelajaran IPS di Kelas VII SMP Negeri 1 Sasak Ranah
Pasisie Kabupaten Pasaman Barat”. Adapun hasil penelitian ini yaitu adanya
persiapan yang dilakukan oleh sekolah dalam mengimplementasikan
kurikulum merdeka seperti misalnya persiapan registrasi, dan mengadakan
lokakarya kurikulum merdeka. Selain itu guru juga dipersiapkan dengan
melalui beberapa persiapan yaitu perencanaan guru dalam
pengimplementasian dimulai dari penyiapan modul, menyiapkan kegiatan P5,
serta menyiapkan evaluasi kegiatan pembelajaran di kelas. Selanjutnya guru
melanjutkan pada tahap pelaksanaan, dan evaluasi pelaksanaan kurikulum
merdeka pada pembelajaran IPS. Dalam penelitian ini terdapat kesamaan
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu keduanya mengkaji dan
meneliti terkait implementasi kurikulum merdeka dan juga berfokus pada
guru dalam pengimplementasiannya. Selain itu keduanya menggunakan
metode penelitian kulaitatif dengan lokasi penelitian di sekolah menengah
pertama pada pembelajaran IPS. Selain itu keduanya juga meneliti mengenai
proses persiapan yang dilakukan oleh pihak sekolah dan guru dalam
pengimplementasian kurikulum merdeka di dalam kelas pada pembelajaran
IPS. Adapun perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti yaitu pada penelitian ini mengkaji kurikulum merdeka
secara umum sedangkan oleh peneliti mengkaji mengenai kurikulum merdeka
mandiri berbagi sebagai salah satu kategori dari implementasi kurikulum
merdeka di satuan pendidikan.
Penelitian ke enam yaitu penelitian yang dilakukan oleh Achmad
Zurohman dan Desi Anisatul Hasanah pada tahun 2023 dengan judul
“Problematika Implementasi Kurikulum Merdeka pada Pembelajaran IPS”.
Hasil penelitian ini diantaranya yaitu ditemukan adanya permasalahan dalam
implementasi kurikulum merdeka pada pembelajaran IPS di MTs Ainul
Hasan Wonorejo, Maron, Probolinggo. Permasalahan tersebut yaitu adanya
kebijakan pemerintah yang dianggap terlalu memaksa. Selain itu terdapat
12

juga kendala sarana dan prasarana sekolah, serta kurangnya pengetahuan


mengenai kurikulum merdeka. Terdapat kesamaan pada penelitian ini dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu keduanya mengkaji mengenai
kurikulum merdeka pada pembelajaran IPS di satuan pendidikan sekolah
menengah pertama. Selain itu keduanya menggunakan metode penelitian
kualitatif deskriptif. Pada kedua penelitian antara penelitian yang dilakukan
oleh Achmad Zurohman dan Desi Anisatul Hasanah dengan peneliti yaitu
pada penelitian Ahmad dan Desi berfokus terhadap problematika
implementasi kurikulum merdeka pada pembelajaran IPS, sedangkan pada
penelitian peneliti mengkaji mengenai implementasi kurikulum merdeka pada
pembelajaran IPS, proses adaptasi guru, dan juga evaluasi implementasi
kurikulum merdeka pada pembelajaran IPS di SMP N 3 Cepu Kabupaten
Blora.
Penelitian yang ketujuh yaitu penelitian yang dilakukan oleh Wingsi
Anggila pada tahun 2022 dengan judul “Persepsi Guru Bidang Studi IPS
dalam Pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar di SMP Negeri Se -
Kecamatan Tanjung Kemuning Kabupaten Kaur”. Adapun hasil penelitian ini
yaitu sosialisasi penting untuk secara masif dilakukan kepada semua pihak
yang ada dalam satuan pendidikan. Selain itu berdasarkan persepsi guru
terdapat beberapa indikator yang ada dalam pelaksanaan kurikulum merdeka
pada pembelajaran IPS yaitu adanya pengurangan kurikulum, adanya
pembelaaran konstruktivisme, pengalaman pribadi dan gelar pendidikan guru.
Selain itu terdapat beberapa faktor penghambat dalam pelaksanaan kurikulum
merdeka pada pembelajaran IPS yaitu mutu sumber daya manusia tenaga
pengajar yang kurang memadai, adanya fasilitas yang masih minim, serta
guru yang masih banyak gagap teknologi, dan adanya guru yang masih
nyaman dengan penggunaan kurikulum yang lama dan juga belum cukup
pengalaman dalam pembelajaran pada kurikulum merdeka. Adapun
persamaan dalam penelitian yang dilakukan oleh penelitian Wingsi Anggila
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu keduanya mengkaji
mengenai implementasi kurikulum merdeka pada pembelajaran IPS pada
satuan pendidikan sekolah menengah pertama. Keduanya mengkaji dengan
13

melihat implementasi kurikulum merdeka dari perspektif guru. Selain itu


kedua penelitian antara penelitian yang dilakukan oleh Wingsi Anggila
dengan yang dilakukan oleh peneliti menggunakan penelitian kualitatif
deskriptif. Adapun perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti yaitu pada penelitian ini meneliti kurikulum merdeka
sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu kurikulum
merdeka mandiri berbagi. Selain itu, lokasi penelitian pada penelitian ini
yaitu di seluruh sekolah menengah pertama di Kecamatan Tanjung Kemuning
Kabupaten Kaur, sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti
yaitu pada satu sekolah di Kecamatan Cepu yaitu SMP Negeri 3 Cepu.
Penelitian kedelapan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Jumadi,
Risma Rahmawati Suhanda, Siti Maulida Ulfah, dan Yayan Sudrajat pada
tahun 2023 dengan judul “Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di
Sekolah Penggerak SMP Negeri 3 Picung, Kecamatan Picung-Pandeglang,
Banten”. Adapun hasil penelitian dalam penelitian ini yaitu diperoleh fakta
bahwa implementasi kurikulum merdeka di sekolah penggerak SMP Negeri 3
Picung telah dilaksanakan dengan baik yang walaupun dalam pelaksanaannya
masih terdapat kekurangan dan kendala. Terdapat kunci keberhasilan
kurikulum merdeka di sekolah yaitu adanya kerjasama yang baik antara
kepala sekolah dan guru sebagai komunitas praktisi. Terdapat persamaan
antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu
keduanya meneliti terkait dengan implementasi kurikulum merdeka pada
sekolah menengah pertama. Selain itu keduanya menggunakan metode
penelitian kualitatif dalam melakukan penelitian. Namun terdapat perbedaan
antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu pada
penelitian ini meneliti kurikulum merdeka secara umum pada semua mata
pelajaran di SMP Negeri 3 Picung, sedangkan pada penelitian yang dilakukan
oleh peneliti mengkaji pada implementasi kurikulum merdeka mandiri pada
pembelajaran IPS di SMP Negeri 3 Cepu. Selain itu terdapat perbedaan pada
fokus penelitian dimana dalam penelitian ini yaitu implementasi kurikulum
merdeka dilihat dari sudut pandang guru, sedangkan pada penelitian yang
dilakukan oleh peneliti berfokus pada tiga hal yaitu implementasi kurikulum
14

merdeka mandiri berbagi pada pembelajaran IPS di SMP Negeri 3 Cepu,


adaptasi guru dalam penerapan kurikulum merdeka dalam pembelajaran IPS,
serta evaluasi pelaksanaan implementasi kurikulum merdeka di SMP Negeri
3 Cepu.
Penelitian yang kesembilan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ari
Gunawan pada tahun 2022 dengan judul “Implementasi dan Kesiapan Guru
IPS Terhadap Kurikulum Merdeka Belajar”. Adapun hasil penelitian pada
penelitian ini yaitu adanya kesiapan guru yang berada di tingkat memadai.
Hal ini dapat dilihat dari pemahaman mereka, sumber informasi yang
digunakan, proses perencanaan dan pelaksanaan, serta evaluasi terhadap
empat kebijakan utama Merdeka Belajar telah diimplementasikan dengan
baik. Terdapat persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti yaitu keduanya meneliti terkait dengan implementasi
kurikulum merdeka dengan berfokus pada adaptasi dan kesiapan guru IPS
pada satuan pendidikan sekolah menengah pertama. Selain itu kedua
penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Namun terdapat
perbedaan antara kedua penelitian yaitu pada penelitian ini hanya berfokus
pada kesiapan guru IPS dalam penerapan kurikulum merdeka, sedangkan
pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu berfokus kepada
implementasi kurikulum merdeka pada pembelajaran IPS, adaptasi guru
dalam pengimplementasian kurikulum merdeka, serta evaluasi penerapan
kurikulum merdeka pada pembelajaran IPS di SMP Negeri 3 Cepu.
Kurikulum yang dikaji juga memiliki sedikit perbedaan yaitu pada penelitian
ini mengkaji mengenai kurikulum merdeka secara umum sedangkan pada
penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengkaji mengenai salah satu
kategori kurikulum merdeka yaitu kurikulum merdeka mandiri berbagi.
Terdapat perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti. Perbedaan tersebut terletak pada subjek yang
menjadi bahan penelitian. Pada penelitian ini, peneliti berfokus pada
Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi dalam kegiatan belajar
dan mengajar IPS yang mana pada penelitian terdahulu masih belum terdapat
penelitian yang secara eksplisit meneliti Implementasi Kurikulum Merdeka
15

secara umum, sedangkan pada penelitian ini bersifat spesifik yaitu pada
Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi. Berdasarkan studi
pustaka yang dilakukan oleh peneliti, tidak banyak penelitian yang dilakukan
oleh peneliti terdahulu yang meneliti mengenai pelaksanaan Implementasi
Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi baik pada berbagai jenis mata pelajaran
ataupun juga yang diimplementasikan pada mata pelajaran IPS. Hal ini
menjadi bentuk kebaharuan yang didapatkan dari penelitian dengan judul
“Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi di SMP N 3 Cepu
Kabupaten Blora”. Selain itu, penulis mengambil sampel di salah satu sekolah
di Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora yaitu SMP N 3 Cepu sebagai satu-
satunya sekolah menengah pertama percontohan atau pilot project
pelaksanaan Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi di
Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Teoritis
2.1.1. Teori Adaptasi William John Bennett
Adanya Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi
di SMP N 3 Cepu ini tentu memerlukan proses adaptasi oleh setiap
warga sekolah termasuk guru sebagai pemeran utama dalam proses
belajar mengajar di sekolah. Proses adaptasi ini sesuai dengan teori
adaptasi yang disampaikan oleh Bennet.
Bennet menjelaskan bahwa individu akan selalu berusaha
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik secara biologis
atau genetik maupun secara budaya. Bennet juga menyatakan bahwa
strategi adaptasi terdiri dari pola yang dibentuk oleh berbagai
penyesuaian yang direncanakan oleh manusia untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang dinamis (Andriani &
Jatiningsih, 2015). Manusia selalu berupaya untuk beradaptasi
dengan lingkungannya, baik melalui mekanisme biologis dan genetik
maupun melalui aspek budaya (Bennet dalam Salamah, 2012: 14).
Strategi adaptasi Bennet juga dijelaksan sebagai langkah-langkah
yang diambil oleh manusia untuk menghadapi rintangan. Strategi ini
adalah sebuah proses yang memenuhi persyaratan tertentu untuk
membantu mempermudah hidup dan memenuhi kebutuhan (Diana,
2017).
Adaptasi dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu adaptasi
dalam hal perilaku (adaptive behavior), adaptasi strategi (adaptive
strategy), dan adaptasi proses (adaptive processes). Pertama, adaptasi
perilaku (adaptive behavior) didefinisikan sebagai perilaku yang
berubah seiring berjalannya waktu. Perilaku yang muncul biasanya
digunakan oleh individu maupun kelompok untuk mempertahankan
diri terhadap lingkungan dan situasi kelompok yang berubah dengan
mengikuti alur yang ada dalam lingkungan tersebut. Dengan
demikian, adaptasi perilaku didefinisikan sebagai tindakan yang

16
17

dilakukan oleh organisme (individu maupun kelompok) dalam


upaya mengalami perubahan. Kedua, adaptasi siasat (adaptive
strategy) adalah perilaku yang dilakukan oleh individu untuk
menyiasati perubahan lingkungan sekitar. Hal ini dilakukan karena
perubahan lingkungan dan keadaan sekitar membutuhkan solusi
untuk mengatasi hambatan tersebut, karena cara-cara yang digunakan
oleh kelompok pada umumnya tidak dapat lepas dari masalah yang
mendasari, bahkan jika perubahan-perubahan tersebut merupakan
perubahan yang signifikan. Ketiga, adaptasi proses (adaptive
processes) terdiri dari adaptasi individu dan kelompok. Pada dasarnya,
individu akan hidup bersama dalam lingkungannya, jadi mereka
harus dapat bertahan dengan secara bersama-sama memecahkan
masalah bersama. Ini karena masalah tidak dapat diselesaikan oleh
individu sendiri, tetapi selalu membutuhkan orang lain untuk
menyelesaikannya (Bennet dalam Andriani & Jatiningsih, 2015).
Kesimpulan teori adaptasi John. W. Bennet yaitu menjelaskan
bahwa adaptasi adalah tindakan yang responsif dari manusia, baik
secara individu maupun sebagai kelompok, terhadap perubahan yang
terjadi dalam lingkungan sekitar mereka.
Teori ini sangat sesuai dengan penelitian yang dilakukan
penulis berkaitan dengan Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri
Berbagi pada pembelajaran IPS di SMP N 3 Cepu karena dalam
pelaksanaannya terdapat sebuah proses adaptasi yang dilakukan oleh
guru sebagai tenaga pengajar baik dianalisis dari perilaku, strategi,
dan juga proses.
2.2. Kajian Pustaka
2.2.1. Kurikulum Pendidikan
Kurikulum pendidikan adalah panduan pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar dalam proses pengajaran di sekolah. Menurut
Syaodikh (2017: 4) bahwasanya kurikulum merupakan sebuah
kumpulan mata pelajaran yang oleh guru disampaikan kepada peserta
didik di kelas. Pengertian kurikulum juga ditambahkan oleh Arifin
18

(2018: 58) bahwasanya kurikulum dianggap sebagai jantungnya


pendidikan karena didalamnya memuat berbagai kumpulan batasan
pengajaran yang disarikan dari pengalaman pendidikan, kebudayaan,
ilmu sosial, olahraga, dan kesenian yang disusun oleh lembaga
pendidikan bagi peserta didik salam satuan pendidikan atas dasar
untuk mengembangkan seluruh aspek dan merubah perilaku peserta
didik sebagaimana tujuan pendidikan. Arifin (2018) juga
menambahkan bahwa menurutnya kurikulum merupakan suatu hal
yang harus diterapkan dalam sistem satuan pendidikan.
Kurikulum jika dianalisis dari asal katanya yaitu curir yang
berasal dari bahasa Yunani yang berarti tempat berpacu (Idi, 2012).
Jika diartikan dalam bahasa Inggris kurikulum lebih dikenal dengan
course atau sebuah mata pelajaran yang ditempuh untuk mendapatkan
gelar tertentu (Nurmadiah, 2018). Kurikulum merupakan produk
pendidikan yang bersifat dinamis, hal ini dikarenakan kurikulum
kerap mengalami perubahan seiring berkembangnya waktu.
Kurikulum yang semula dianggap dan didefinisikan sebagai
sekumpulan mata pelajaran, kini diartikan sebagai kumpulan kegiatan,
pengalaman belajar yang diberikan kepada peserta didik dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan (Nurmadiah, 2018).
Untuk merealisasikan pengimplementasian kurikulum, terdapat
komponen - komponen yang menunjang operasinya. Diantaranya
yaitu :
1) Tujuan Kurikulum
Adapun tujuan ini dibedakan menjadi 2 yaitu tujuan secara
keseluruhan dan tujuan dari setiap bidang studi. Tujuan kurikulum
secara keseluruhan ini merupakan sebuah akhir yang ingin dicapai
oleh pihak sekolah dalam pengimplementasian kurikulum yaitu
dalam hal keterampilan, pengetahuan, dan juga sikap. Sedangkan
tujuan setiap bidang studi yaitu tujuan yang ingin dipenuhi dalam
pengajaran di dalam pembelajaran satu mata pelajaran (Hermawan,
2020).
19

2) Isi Kurikulum
Isi kurikulum yang dimaksudkan merupakan materi pembelajaran
yang sudah disusun dan disesuaikan atas dasar tujuan pendidikan
yang sudah ditetapkan.
3) Media
Media dalam hal ini merupakan bentuk sarana dan prasarana yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan tujuan untuk
menjelaskan atau menjabarkan kurikulum dengan lebih mudah
untuk dipahami oleh siswa.
4) Strategi
Strategi yang dimaksudkan yaitu merupakan metode yang
digunakan dalam pembelajaran. Strategi tersebut juga meliputi
teknik - teknik pengajaran yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas.
5) Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan inti dari kurikulum dimana
kurikulum diterapkan atau diimplementasikan dalam komponen ini.
Hal ini karena melalui kegiatan pembelajaran terdapat harapan -
harapan atas terjadinya perubahan perilaku pada diri setiap peserta
didik sebagai indikator keberhasilan pelaksanaan kurikulum
(Hermawan, 2018:40).
6) Evaluasi
Evaluasi ini sebagaimana evaluasi pada umumnya dimana evaluasi
yang dimaksudkan adalah penilaian akhir pelaksanaan serangkaian
proses implementasi kurikulum di satuan pendidikan dalam
berbagai mata pelajaran yang ada.
2.2.2. Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi
Kurikulum Merdeka adalah kebijakan dari Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Riset Teknologi yang bertujuan
menciptakan lingkungan belajar yang menarik dan menyenangkan
(Alimuddin, 2023). Konsep Merdeka Belajar ini juga diartikan
sebagai kurikulum yang dapat mengembangkan pola pikir guru agar
20

lebih inovatif saat mengadakan pembelajaran yang menyenangkan.


Terdapat aspirasi yang kuat agar sistem pendidikan dapat berubah,
mengingat kurikulum selama ini cenderung monoton. Oleh karena itu,
perubahan dalam pola pikir guru menjadi lebih inovatif dan kreatif
sangat penting untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang lebih
baik (Zulaiha, 2022).
Kurikulum Merdeka Mandiri (KMM) adalah inisiatif
pendidikan di Indonesia yang bertujuan untuk memberikan
fleksibilitas lebih besar kepada siswa dalam memilih mata pelajaran
yang ingin mereka pelajari. Ini adalah langkah untuk memberikan
siswa lebih banyak kendali atas pendidikan mereka, sesuai dengan
minat dan potensi mereka masing-masing. Pada pengimplementasian
kurikulum merdeka kebebasan diberikankepada sekolah untuk
memilih penggunaan kurikulum, dalam buku saku tanya jawab yang
dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
menjelaskan bahwa dalam implementasi kurikulum merdeka
menggunakan pendeketatan bertahap, hal ini bertujuan memberikan
waktu kepada guru, sekolah dan dinas pendidikan untuk bisa belajar
dan memahami kurikulum.
Sistem Kurikulum Merdeka Mandiri ini mencoba mengubah
paradigma pendidikan yang lebih tradisional menuju pendekatan
yang lebih berorientasi pada siswa, memungkinkan mereka untuk
menggali minat dan bakat mereka,serta mempersiapkan mereka untuk
tantangan masa depan.
Perubahan kerangka kurikulum ini juga membutuhkan
adaptasi oleh semua komponen sistem pendidikan, sehingga
membutuhkan pengelolaan yang sangat cermat agar menghasilkan
dampak yang diharapkan. Jadi impelentasi kurikulum merdeka
memang tidak sekaligus diterapkan di semua sekolah tapi
diimpelementasikan secara bertahap sesuai dengan kesiapan dari
masing-masing sekolah. Satuan Pendidikan diberikan kebebasan
untuk menentukan pilihan mengunakan kurikulum yang akan
21

diterapkan berdasarkan kepada kesiapan sekolah. Sedangkan untuk


kurikulum merdeka sendiri dibagi menjadi beberapa, pilihan 1
mandiri belajar, pilihan 2 mandiri berubah, pilihan 3 mandiri berbagi
(Kemendikbudristek, 2022).
Salah satu pilihan dalam Implementasi Kurikulum Merdeka
Mandiri adalah IKM Berbagi. Pada pilihan ini satuan Pendidikan
memutuskan untuk menggunakan struktur kurikulum Merdeka
sebagai landasan untuk mengembangkan kurikulum satuan
pendidikan mereka. Mereka juga menerapkan prinsip-prinsip
Kurikulum Merdeka dalam proses pembelajaran dan asesmen. Selain
itu, mereka berkomitmen untuk berbagi praktik-praktik terbaik
dengan satuan pendidikan lain. Berikut adalah saran jenjang yang
dianjurkan untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka dengan
opsi Mandiri Berbagi.
a. Untuk satuan pendidikan, dalam tahun pertama pelaksanaan
Kurikulum Merdeka, dapat memulai implementasi ini di kelas I,
kelas IV, kelas VII, atau kelas X.
b. Untuk satuan pendidikan, dalam tahun kedua pelaksanaan
Kurikulum Merdeka, dapat melanjutkan implementasi ini di
kelas I, kelas II, kelas IV, kelas V, kelas VII, kelas VIII, kelas X,
atau kelas XI.
2.2.3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai
sebuahsebutan pada suatu rumpun ilmu pertama kali digunakan di
Amerika Serikat pada tahun 1913 yang secara resmi mulai di gunakan
di Indonesia untuk memberikan pengertian social studies, sehingga
dalam pengetahuan kemasyarakatan dan pengetahuan social terdapat
istilah-istilah yang sering kita temui seperti ilmu sosial, studi sosial,
dan ilmu pengetahuan sosial. Menurut Sudrajat (2014) pendidikan
IPS bertujuan untuk memberkali siswa dengan sikap, pengetahuan
serta keterampilan yang dibutuhkan sebagai menjadi warga nergara
yang baik sehingga diperlukan kemampuan yang berupa;
22

pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai


(attitudes and values), serta kemampuan berperilaku, sehingga
apabila disimpulkan IPS adalah pengetahuan yang berhubungan
dengan masyarakat dan warga negara. Pendidikan IPS di tingkat
sekolah memiliki tujuan supaya siswa menjadi bagian dari
masyarakat yang dikehendaki bangsa, negara dan masyarakat.
Pendidikan IPS berperan penting sebagai salah satu aspek dalam
pengembangan ranah afektif yang berhubungan dengan sikap, nilai
serta moral. Sehingga siswa yang dibekali dengan hal tersebut
diharapkan mejadi pribadi yang baik di masyarakat. Pendidikan IPS
bertujuan untuk mengembangkan kemapuan serta kompetensi siswa
agar bisa melakukan tugasnya sebagai warga negara dengan baik.
Menurut supriatna (2009) kompetensi yang dikembangkan dalam
Pendidikan IPS meliputi kemampuan dalam pengembangan aspek
intelektualitas serta pengembangan dalam keterampilan sosial yang
dibutuhkan siswa.
Terdapat hasil kesepakatan komunitas akademik untuk secara
formal IPS mulai digunakan dalam sistem pendidikan nasional dalam
kurikulum 1975 (Sapriya, 2017: 7). Istilah “Ilmu pengetahuan Sosial”
atau yang biasa disebut dengan IPS merupakan sebuah mata pelajaran
yang ada di tingkat sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah
pertama (SMP), atau program studi di perguruan tinggi yang identik
dengan istilah “social studies” dalam kurikulum persekolahan di
negara lain khususnya di negara-negara Barat seperti Australia dan
Amerika Serikat. Nama ‘‘IPS” yang lebih dikenal social studies di
negara lain itu merupakan istilah hasil kesepakatan dari para ahli atau
pakar kita di Indonesia dalam Seminar Nasional tentang Civic
Education tahun 1972 di Tawangmangu, Solo. Pengertian IPS di
tingkat persekolah itu sendiri, mempunyai perbedaan makna,
disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik
khususnya antara IPS di Sekolah Dasar (SD) dengan IPS untuk
23

Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan IPS untuk Sekolah Menengah


Atas (SMA) (Sapriya. 2017:20).
Menurut Ahmad Susanto ( 2016: 137) Ilmu Pengetahuan Sosial,
yang sering disebut dengan IPS adalah ilmu yang mengkaji berbagai
disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang
dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan
pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di
tingkat dasar dan menengah. Kajian IPS ini mencakup berbagai
kehidupan yang beraspek majemuk baik hubungan sosial, ekonomi,
psikologi, budaya, sejarah, maupun politik, semua dipelajari dalam
ilmu sosial ini. Segala sesuatu yang berhubungan dengan aspek sosial
yang meliputi proses faktor, perkembangan, permasalahan, semuanya
dipelajari dan dikaji dalam sosiologi. Aspek ekonomi yang meliputi
perkembangan, faktor, dan permasalahannya dipelajari dalam ilmu
ekonomi. Aspek budaya dengan segala aspek perkembangan dan
permasalahannya dipelajari dalam ilmu antropologi. Aspek sejarah
yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia dipelajari
dalam ilmu sejarah. Begitu juga dalam aspek geografi yang
memberikan karakter ruang terhadap kehidupan di masyarakat
dipelajari dalam ilmu geografi.
Sedangkan apabila dikontekskan dalam pembelajaran yang
mana pembelajaran sendri menurut Hamalik (Hamalik, 2013: 57),
menyebutkan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material fasilitas,
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi tercapainya
tujuan pembelajaran. Sehingga pembelajaran pada penelitian ini yaitu
merupakan unsur yang sangat kompleks didalam menciptakan
kegiatan agar tercapainya suatu tujuan.
Tujuan pembelajaran adalah kebutuhan peserta didik, mata
pelajaran, dan guru itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan peserta didik
dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai, dikembangkan dan
diapresiasi. Berdasarkan mata pelajaran yang ada dalam petunjuk
24

kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan.


Guru merupakan sumber tujuan bagi para peserta didik, dan dia harus
mampu menulis dan memilih tujuan-tujuan pendidikan yang
bermakna, dan dapat terukur (Hamalik, 2013:76).
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial atau yang biasa kita
sebut dengan IPS merupakan pembelajaran yang didalamnya memuat
ilmu dari interdisipliner ilmu. Sehingga dapat disimpulkan
bahwasanya ilmu sosial merupakan disiplin ilmunya, sedangkan
pembelajaran IPS merupakan interdisipliner. Oleh Sapriya (2012)
juga ditambahkan bahwasanya pembelajaran IPS untuk pendidikan
dasar dan menengah merupaka bentuk penyederhanaan atas disiplin
ilmu sosial humaniora serta hal - hal yang berkaitan dengan kegiatan
- kegiatan dasar yang dilakukan oleh manusia yang disajikan dalam
penyampaian pedagogis di kelas dalam memenuhi tujuan pendidikan.
Pengertian tersebut merupakan penjabaran IPS dalam konteks
ke - Indonesiaan sehingga disimpulkan bahwasanya pendidikan IPS
merupakan hal yang berbeda dengan ilmu sosial lainnya (Halim,
2017:166). IPS merupakan adaptasi ilmu - ilmu sosial humaniora
yang dipadukan dalam satu wadah yaitu pendidikan IPS yang
diajarkan di kelas sehingga disebut juga dengan pembelajaran IPS
2.3. Kerangka Berpikir
Dalam penerapan Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri
Berbagi di SMP N 3 Cepu pastilah akan menemui faktor pendukung dan
juga penghambat, maka dari itu pula pasti setiap sekolah akan memiliki
solusi untuk mengatasi hambatan dalam melaksanakan program tersebut.
Hal ini juga akan menjadi fokus penelitian yang akan peneliti teliti pada
penelitian yang akan dibuat.
Penelitian yang dilakukan dengan sistematis tersebut akan terlihat
secara jelas alurnya melalui kerangka berpikir yang telah dibuat oleh
peneliti dengan tujuan akhir yaitu mengetahui kesiapan guru IPS dalam
pelaksanaan IKM Mandiri Berbagi, mengetahui bagaimana
implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi, dan juga hambatan
25

yang dialami oleh guru IPS dalam pelaksanaan IKM Mandiri Berbagi
pada pembelajaran IPS di SMP N 3 Cepu. Di bawah ini merupakan alur
kerangka penelitian :

Implementasi Kurikulum Mandiri Berbagi


Teori Adaptasi di SMP N 3 Cepu Sebagai Pilot Project
Pelaksanaan IKM di Kecamatan Cepu

Proses Pembelajaran IPS

Kesiapan Guru Implementasi Evaluasi


IPS dalam Kurikulum Pelaksanaan IKM
Menerapkan Merdeka Mandiri Mandiri Berbagi
IKM Mandiri Berbagi pada pada Pembelajaran
Berbagi Pembelajaran IPS IPS

IKM Mandiri Berbagi pada


Pembelajaran IPS di SMP N 3 Cepu
Dapat Dilaksanakan dengan Baik

Bagan 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan dan Desain Penelitian


Penelitian dengan judul “Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri
Berbagi pada Pembelajaran IPS di SMP N 3 Cepu Kabupaten Blora”
menggunakan desain penelitian kualitatif deskriptif dengan tujuan untuk
mendeskripsikan keadaan yang sedang diamati di lapangan dengan spesifik,
dan mendalam mengenai pelaksanaan Implementasi Kurikulum Merdeka
Mandiri Berbagi yang dilaksanakan di SMP N 3 Cepu, proses adaptasi guru,
dan juga hambatan yang dialami dalam rangkaian proses penerapan
Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi.
3.2. Latar Penelitian
Latar penelitian merupakan tempat di mana peneliti melakukan
observasi guna mendapatkan informasi maupun data yang dibutuhkan oleh
peneliti. Adapun latar penelitian tersebut berada di SMP Negeri 3 Cepu yang
beralamat di Desa Sitimulyo Lorong 5 Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora,
Jawa Tengah. Adapun alasan dalam memilih lokasi penelitian di sekolah
tersebut yaitu SMP N 3 Cepu merupakan sekolah pertama yang menerapkan
Implementasi Kurikulum Merdeka dan sekaligus menjadi sekolah pertama
dan percontohan atau pilot project Implementasi Kurikulum Merdeka
Mandiri Berbagi di satuan pendidikan di Kecamatan Cepu.
3.3. Fokus dan Strategi Penelitian
Adapun fokus penelitian ini yaitu pada pelaksanaan Implementasi
Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi pada pembelajaran IPS di SMP N 3
Cepu. Hal lain yang menjadi fokus penelitian ini adalah implementasi
Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi, proses adaptasi guru terhadap
Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi, serta evaluasi yang
dilakukan oleh pihak sekolah dalam melaksanakan Implementasi Kurikulum
Merdeka Mandiri Berbagi di SMP N 3 Cepu.
3.4. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer.

26
27

Menurut (Sugiyono, 2016) sumber data primer adalah sebuah data langsung
yang didapatkan dari sumber dan diberi kepada pengumpul data atau peneliti,
yang berupa wawancara dengan subjek penelitian baik secara observasi
maupun pengamatan langsung. Peneliti memperoleh data dengan cara
melakukan wawancara kepada guru dan siswa. Selain itu, peneliti
menggunakan sumber tertulis sebagai cara untuk memperkuat data yang
sudah ada. Sehingga sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
informan. Sedangkan informan itu sendiri merupakan orang yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi mengenai kondisi dan latar
belakang permasalahan yang ada. Adapun informan dalam penelitian ini
yaitu informan utama dan pendukung. Informan utama yaitu meliputi kepala
sekolah dan guru IPS, sedangkan informan pendukung yaitu meliputi wakil
kepala sekolah dan siswa.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Terdapat tiga teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian
ini, yaitu menggunakan observasi, wawancara, dan juga dokumentasi.
Dengan menggunakan ketiga teknik tersebut diharapkan dapat saling
melengkapi khususnya selama proses memperoleh data yang diperlukan. Hal
ini juga sejalan dengan pendapat (Soegiono, 2016), apabila dilihat dari segi,
teknik, atau cara pengumpulan data dapat dilakukan melalui empat cara yaitu,
observasi (pengamatan), interview (wawancara), dokumentasi, dan
triangulasi (gabungan). Selain itu, (Soegiono, 2016) juga berpendapat bahwa
“the fundamental methods relied on by qualitative researchers for gathering
information are, participation in the setting, direct observation, in-depth
interviewing, document review”. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh
(Soegiono, 2016) untuk memperoleh data yang tepat dan juga akurat.
Adapun ketiga teknik tersebut meliputi :
3.5.1. Observasi
Observasi menurut (Soegiono, 2016) merupakan proses di mana
peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian. Sebelum melakukan
penelitian, peneliti terlebih dahulu harus melakukan observasi ke
tempat yang akan dilakukan penelitian. Hal ini bertujuan untuk
28

mengetahui sumber maupun bahan penelitian yang peneliti butuhkan


benar-benar ada di sekolah tersebut. Dalam observasi ini, peneliti
sebagai “participant observation” pastisipasi aktif (active
participation), yang artinya peneliti secara langsung datang ke tempat
penelitian dan peneliti ikut terlibat dalam kegiatan tersebut tetapi
belum sepenuhnya lengkap. Sehingga peneliti melakukan observasi
awal yaitu di SMP N 3 Cepu.
3.5.2. Wawancara
Wawancara menurut (Sugiono, 2016), merupakan teknik
pengumpulan data yang berguna untuk menemukan permasalahan
yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal
lainnya dari responden agar lebih mendalam. Pada penelitian ini,
peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur (unstructured
interview) dan wawancara terstruktur (structure interview).
Wawancara tidak terstruktur digunakan oleh penulis pada penelitian
pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui informasi awal yang
lebih mendalam mengenai objek yang diteliti sehingga peneliti dapat
menemukan permasalahan dan variabel apa yang akan diteliti. Selain
itu, wawancara terstruktur disini berguna bagi peneliti untuk
melanjutkan proses penelitian setelah peneliti mengetahui keadaan
sebenarnya. Oleh karena itu, pada wawancara ini peneliti membuat
instrument pertanyaan untuk setiap responden dengan pertanyaan
yang sama untuk memperoleh hasil dari penelitian tersebut. Dalam
melakukan wawancara ini, maka penulis dapat menggunakan alat
bantu seperti instrumen penelitian, buku catatan, dan juga perekam
suara. Terkait dengan informan dalam proses wawancara ini adalah
kepala sekolah, guru IPS kelas 7 dan 8, serta siswa kelas 7 dan 8.
3.5.3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah kumpulan data mengenai berbagai hal yang
termasuk catatan, transkrip, buku, dan sebagainya, yang berfungsi
untuk mengumpulkan informasi selama proses observasi (Sugiyono,
2016). Studi dokumentasi juga diartikan sebagai pelengkap dari
29

wawancara dan observasi, sehingga data yang diperoleh mengenai


kasus yang diselidiki menjadi lebih konkret (Sukmadinata, 2009, hlm.
221-222). Teknik ini melibatkan pengumpulan dan analisis dokumen,
termasuk dokumen tertulis dan gambar dari media elektronik.
Dokumentasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini mencakup
visi dan misi sekolah, profil sekolah, foto-foto selama kegiatan
pembelajaran di dalam kelas, rekaman selama proses wawancara
dengan informan kunci dan pendukung, serta perangkat pembelajaran
yang akan digunakan oleh guru sebagai panduan mengajar di kelas.
Alat yang digunakan untuk mengambil dokumentasi termasuk
kamera, perekam suara untuk merekam percakapan selama
wawancara, dan berkas-berkas yang diperoleh dari pihak sekolah
untuk mendukung data penelitian.
3.6. Teknik Keabsahan Data
Keabsahan data adalah sebuah definisi dari konsep kesahihan yang
disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan yang ada, kriteria, dan juga
pandangan atau paradigma sendiri (Zuldafrizal, 2012). Dalam konteks ini,
pemeriksaan keabsahan data mencakup kriteria seperti kepercayaan,
transferabilitas, keterandalan, dan konfirmabilitas. Dalam penelitian
kualitatif, terdapat delapan teknik yang digunakan untuk menguji keabsahan
data, ulasan dan tanya jawab dengan rekan sejawat, triangulasi, analisis kasus
negatif, klarifikasi bias peneliti, pemeriksanaan anggota, dan deskripsi yang
tebal dan kaya, dan audit eksternal (Creswell, 2013).
Teknik keabsahan data sendiri pada dasarnya digunakan untuk
mengukur derajat kebenaran hasil suatu penelitian. Untuk menguji keabsahan
data kualitatif dapat dilakukan sekurang-kurangnya menggunakan dua
prosedur keabsahan data (Creswell, 2013). Teknik keabsahan data yang
digunakan dalam penelitian dengan judul “Implementasi Kurikulum
Merdeka Mandiri Berbagi pada Pembelajaran IPS di SMP N 3 Cepu
Kabupaten Blora” menggunakan 3 teknik prosedur keabsahan data yaitu,
triangulasi dari berbagai sumber data, penulisan deskripsi yang rinci, dan
30

juga mengembalikan narasi tertulis kepada partisipan dalam pemeriksaaan


anggota.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber data dan
triangulasi teknik. Triangulasi sumber data dilakukan dengan cara
menggabungkan data dari berbagai sumber yang berbeda-beda dengan teknik
pengumpulan data yang sama (Sugiyono, 2012). Sedangkan triangulasi
teknik yaitu penggabungan teknik pengumpulan data melalui beberapa teknik
diantaranya yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi kepada narasumber
yang berbeda yaitu guru dan siswa.
Teknik keabsahan data yang menuliskan deskripsi secara rinci pada
penelitian ini didasarkan pada hasil temuan yang diperoleh oleh peneliti di
lapangan dan juga didukung dengan adanya berbagai kajian pustaka yang
relevan dari penelitian-penelitian terdahulu yang kemudian dianalisis secara
mendalam untuk memperoleh deskripsi yang kaya.
Peneliti juga memastikan tidak adanya ketidaksesuaian peneliti dalam
penelitian, oleh karenanya peneliti melakukan pemeriksaan anggota. Teknik
ini nantinya akan melibatkan setiap partisipan penelitian termasuk
diantaranya para narasumber yang terlibat dalam rangkaian penelitian yang
melibatkan analisis, penafsiran, dan kesimpulan dari para partisipan sehingga
mereka dapat menilai akurasi, dan kredibilitas hasil penelitian yang ditulis
dalam bentuk laporan (Creswell, 2013). Setiap partisipan akan diminta untuk
memeriksa dan meneliti naskah peneliti untuk nantinya dapat memberikan
masukan, atau penilaian, dan juga tambahan atas hal-hal yang terlewatkan.
3.7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data metode interaktif dari Miles dan Huberman dalam (Sugiyono. 2016).
Supaya penyajian dan pengelompokkan data lebih sistematis maka, hasil data
yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan teknik analisis data yang
sesuai dengan sifat dan jenis data serta dalam tujuan penelitian ini. Untuk
data yang bersifat kualitatif digunakan teknik analisa deskriptif secara logis.
(Sugiyono, 2016) juga menyatakan bahwa analisis data dalam penelitian
kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
31

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain


sehingga lebih mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan
kepada orang lain. Aktifitas dalam analisis data terbagi menjadi empat tahap
yaitu pengumpulan data. reduksi data, penyajian data dan verifikasi atau
penarikan kesimpulan. Bagan alur penelitian dapat diperhatikan di bawah ini :

Pengumpulan Data Penyajian Data

Verifikasi atau Penarikan


Reduksi Data
Kesimpulan

Bagan 3.1. Analisis Data Miles dan Huberman, (1984)

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah


sebagai berikut :
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah awal yang dilakukan oleh
peneliti yang dihasilkan pada saat observasi dan wawancara di lapangan.
Pengumpulan data melalui proses wawancara dilakukan dengan dua
informan, yaitu infoman kunci dan juga informan pendukung. Selain itu,
pengumpulan data juga dilakukan melalui observasi sekolah dan
dokumentasi untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Seluruh data yang
dihasilkan tersebut dimaksudkan untuk menjawab rumusan masalah dan
juga tujuan penelitian yang telah peneliti paparkan seperti bagaimana
kesiapan guru dalam penerapan Implementasi Kurikulum Merdeka
Mandiri Berbagi di SMP N 3 Cepu, Implementasi Kurikulum Merdeka
Mandiri berbagi itu sendiri serta evaluasi pelaksanaan Implementasi
Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi di SMP N 3 Cepu. Data-data yang
penulis kumpulkan tersebut telah sesuai dengan pedoman wawancara,
observasi, dan juga dokumentasi yang telah peneliti buat sebelum
melakukan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan hasil di lapangan.
32

2. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk
itu perlu untuk dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, kemudian mencari tema dan polanya dan dengan itu data
yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
mempermudahkan peneliti untuk mencari data bila diperlukan atau
mempermudahkan untuk pengumpulan. Kemudian peneliti akan
mengelompokkan data serta memilah-milah data yang telah di dapat
setelah melakukan penelitian di SMP Negeri 3 Cepu terkait dengan
kesiapan guru dalam penerapan Implementasi Kurikulum Merdeka
Mandiri Berbagi di SMP N 3 Cepu, Implementasi Kurikulum Merdeka
Mandiri berbagi itu sendiri serta evaluasi pelaksanaan Implementasi
Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi di SMP N 3 Cepu dengan menyusun
transkrip wawancara agar memudahkan proses berikutnya. Langkah
selanjutnya adalah peneliti menggolongkan data menjadi tiga, yang
bertujuan untuk memudahkan untuk menjawab rumusan masalah yang ada.
Data pertama yaitu berkaitan dengan gambaran umum sekolah
SMP Negeri 3 Cepu sebagai pilot project pelaksanaan Implementasi
Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi di Kecamatan Cepu Kabupaten
Blora yaitu tentang profil sekolah. Selanjutnya data kedua mengenai
bagaimana implementasi kesiapan guru dalam penerapan Implementasi
Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi di SMP N 3 Cepu. Kemudian data
yang ketiga yaitu Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri berbagi itu
sendiri, serta data yang keempat yang berkaitan dengan evaluasi
pelaksanaan Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi di SMP
N 3 Cepu. Data juga digolongkan menjadi antara data utama yang
didapatkan dari informan utama dan data pendukung yang peneliti peroleh
dari proses wawancara dengan beberapa informan.
3. Penyajian Data
Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya yaitu menyajikan
data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data biasa dilakukan dalam
33

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya.


Peneliti akan menyajikan data dengan tujuan untuk memudahkan dalam
memahami apa yang terjadi serta merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah difahami dari data tersebut. Pada tahap
penyajian data, peneliti akan menyajikan data yang diperoleh dari hasil
observasi dan wawancara dengan informan utama yaitu guru mata
pelajaran IPS kelas 7 dan 8 dan beberapa informan pendukung seperti
siswa kelas 7 dan 8, serta kepala sekolah yang berisi mengenai penerapan
Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi di SMP N 3 Cepu
secara deskriptif. Data disusun sedemikian rupa, kemudian dikaji
menggunakan teori liminalitas sehingga memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan pada pengambilan tindakan selanjutnya.
4. Penarikan Kesimpulan
Mengambil kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi
data, dan penyajian data sehingga data dapat disimpulkan. Bila proses
pada metode interaktif ini berjalan dengan baik, maka keilmiahan hasil
peneliti dapat diterima. Setelah melakukan reduksi data kemudian
menyajikan data secara sistematis dan dilanjutkan dengan langkah akhir
yaitu menyimpulkan dari beberapa data yang telah diperoleh di lapangan
sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang valid. Pada penelitian ini
peneliti melakukan verifikasi setelah penyajian data selesai dan ditarik
kesimpulannya berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan di
lapangan dan telah dianalisis menggunakan teori yang digunakan.
Sehingga, akan diperoleh data penyajian akhir atau kesimpulan yang baik
setelah melalui berbagai tahap analisis yang telah dilakukan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Alimuddin, J. (2023). Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah Dasar. Jurnal


Ilmiah KONTEKSTUAL, 4(02), 67-75.
Anggila, W. (2022). Persepsi Guru Bidang Studi IPS dalam Pelaksanaan
Kurikulum Merdeka Belajar di SMP Negeri Sekecamatan Tanjung
Kemuning Kabupaten Kaur (Doctoral dissertation, UIN Fatmawati Sukarno
Bengkulu).
Arikunto, S. (2010). Metode peneltian. Jakarta: Rineka Cipta.
Aulia, D., Hasanah, N., & Anisa, S. N. (2022). Penerapan Kurikulum Merdeka di
SMP. Tugas Mata Kuliah Mahasiswa, 67-78.
Barkah, A. I. (2023). Implementasi Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Menggunakan Kurikulum Merdeka Belajar Di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 4 Jember Tahun Pelajaran 2022/2023 (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember).
Barlian, U. C., & Solekah, S. (2022). Implementasi kurikulum merdeka dalam
meningkatkan mutu pendidikan. JOEL: Journal of Educational and
Language Research, 1(12), 2105-2118.
Basri, W., & Rahmi, T. S. (2023). Kendala Guru Dalam Mengimplementasikan
Kurikulum Merdeka Pada Pembelajaran Ips Tingkat Sekolah Menengah
Pertama (Smp). Journal Of Moral And Civic Education, 7(1), 1-16.Hamalik,
Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Creswell, John W. 2012. Research Design Pendekatan Kualitatif,. Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cresswell, John W. (2015). Penelitian Kualitatif dan Desain Riset : Memilih di
Antara Lima Riset. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Dani, A. R., & Nurlizawati, N. (2023). Adaptasi Guru Sosiologi Sekolah
Penggerak di Kota Padang Terhadap Kurikulum Merdeka. Naradidik:
Journal of Education and Pedagogy, 2(2), 140-147.
Dinata, T. P., & Reinita, R. (2020). Pendekatan Value Clarification Technique
Sebagai Upaya Penanaman Nilai Karakter dan Peningkatan Proses
Pembelajaran Tematik Terpadu di SD. Jurnal Pendidikan Tambusai, 4(2),

34
35

1189-1202.
Hermawan, Y. C., Juliani, W. I., & Widodo, H. (2020). Konsep Kurikulum Dan
Kurikulum Pendidikan Islam. Jurnal Mudarrisuna: Media Kajian
Pendidikan Agama Islam, 10(1), 34-44.
Jannati, P., Ramadhan, F. A., & Rohimawan, M. A. (2023). Peran Guru
penggerak dalam implementasi kurikulum merdeka di sekolah dasar. Al-
Madrasah: Jurnal Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah, 7(1), 330-345.
Mahmudah, A (2017). Liminalitas Masyarakat Paguyuban Resik Kubur Jero-
Tengah (Studi Kasus: Ritual Nyekar Di Desa Pekuncen Kecamatan
Kroya …., Digilib.Uin-Suka.Ac.Id, Https://Digilib.Uin-
Suka.Ac.Id/Id/Eprint/29220.
Moleong, L. J., & Edisi, P. R. R. B. (2004). Metodelogi penelitian. Bandung:
Penerbit Remaja Rosdakarya, 3(01).
Moleong, L. J. (2007). Metodologi penelitian kualitatif edisi revisi.
Mulyono, R., & Sulistyani, F. (2022). Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM)
Sebagai Sebuah Pilihan Bagi Satuan Pendidikan: Kajian Pustaka. Didaktik:
Jurnal Ilmiah PGSD STKIP Subang, 8(2), 1999-2019.
Nafisah, S., & Rasyid, H. (2023). Analisis Peralihan Kurikulum K 13 Ke Merdeka
Belajar Dalam Pembelajaran Ips Di Mts. Nur Ilahi. Jurnal Inovasi
Pendidikan dan Ilmu Sosial, 1(1), 8-14.
Oemar Hamalik. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Purnawanto, A. T. (2022). Perencanakan pembelajaran bermakna dan asesmen
Kurikulum Merdeka. Jurnal Pedagogy, 15(1), 75-94.
Rahmatika, D., Muriani, M., & Setiawati, M. (2022). Peran Guru Dalam
Memberikan Motivasi Dalam Penerapan Kurikulum Merdeka Pada Mata
Pelajaran IPS Di SMPN 9 Kubung. JUPEIS: Jurnal Pendidikan dan Ilmu
Sosial, 1(4), 115-121.
Reinita, R. (2020). Peningkatan Hasil Belajar Tematik Terpadu dengan Model
Problem Based Learning di Sekolah Dasar. Journal of Moral and Civic
Education, 88 - 96.
Sanra, R. A. (2022). Strategi Pembelajaran IPS dalam Konteks Kurikulum 2013
Edisi Revisi dengan Konsep Merdeka Belajar. JOEAI (Journal of Education
36

and Instruction), 165 - 171.


Sapriya. 2017. Pendidikan IPS: Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono, D. (2013). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif,
kualitatif dan R&D.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
PT Alfabet.
Susanto, A. (2014). Pengembangan pembelajaran IPS di SD. Kencana.
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUD NO 20
Tahun 2003).
Umar, A. F., & Salam, R. (2023). Implementasi Pendidikan Karakter Dalam
Membentuk Kepribadian Peserta Didik Melalui Pembelajaran Ips Terpadu
Kelas Viii Di Mts Miftahul Ulum Ngembal Kecamatan Tutur Kabupaten
Pasuruan. Sosiolium: Jurnal Pembelajaran Ips, 5(1), 16-25.
Wijayanti, I., & Ekantini, A. (2023). Implementasi Kurikulum Merdeka pada
Pembelajaran IPAS MI/SD. Pendas: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 8(2),
2100-2112.
Zulaiha, S., Meisin, M., & Meldina, T. (2022). Problematika Guru dalam
Menerapkan Kurikulum Merdeka Belajar. Terampil: Jurnal Pendidikan
Dan Pembelajaran Dasar, 9(2), 163-177.

Anda mungkin juga menyukai