Anda di halaman 1dari 3

PERTEMUAN 9

HAKIKAT PENDIDIKAN

A. KONSEP DASAR PENDIDIKAN

Hakikat pendidikan menjadikan arah pendidikan lebih kokoh dan kuat untuk
memuliakan manusia. Mengkaji hakikat pendidikan akan memberikan landasan yang kuat
terhadap praktik pendidikan dalam upaya memanusiakan manusia. Berbagai upaya dan
peralatan diciptakan manusia untuk memudahkan dirinya dan meningkatkan kemakmuran
serta kesejahteraannya melalui proses pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan.
Pendidikan akan dapat dilaksanakan secara mantap, jelas arah tujuannya, relevan isi
kurikulumnya, serta efektif dan efisien metode atau cara pelaksanaannya hanya apabila
dilaksanakan dengan mengacu pada suatu landasan yang kokoh. Sebab itu, sebelum
melaksanakan pendidikan, para pendidik perlu terlebih dahulu memperkokoh landasan
pendidikannya. Mengingat hakikat pendidikan adalah humanisasi, yaitu upaya
memanusiakan manusia, maka para pendidik perlu memahami hakikat manusia sebagai
salah satu landasannya. Konsep hakikat manusia yang dianut pendidik akan berimplikasi
terhadap konsep dan praktek pendidikan yang dilakukan oleh pendidik/guru.
Peran Pendidikan tidak sebatas memberikan pengetahuan dan keahlian pada tiap
individu untuk dapat bekerja sebagai “agen” perubahan ekonomi yang dapat dirasakan
masyarakat untuk meningkatkan tarap hidupnya. Pendidikan juga dapat menanamkan tata
nilai yang serba luhur atau akhlak mulia, norma yang berlaku, cita-cita, tingkah laku dan
aspirasi, selalu berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan kepentingan
pembangunan, khususnya pembangunan SDM. Sasaran pendidikan adalah manusia maka
pendidikan bermaksud membantu peserta didik (manusia) untuk menumbuhkembangkan
potensi-potensi kemanusiaannya. Wujud sifat hakikat manusia mencakup: kemampuan
menyadari diri, kemampuan bereksistensi, pemilikan kata hati, moral, kemampuan
bertanggung jawab, rasa kebebasan (kemerdekaan), kesediaan melaksanakan kewajiban dan
menyadari hak, kemampuan menghayati kebahagiaan.
Pendidikan bagi kebanyakan orang memberikan arti sebagai membimbing anak
untuk menjadi lebih dewasa, pengertian dewasa dalam hal ini yaitu dewasa dalam berpikir,
bertindak dan berperilaku yang dalam agama Hindu lebih dikenal dengan sebutan Trikaya
Parisudha yaitu kemampuan dan kedewasaan dalam berpikir (Kayika); kemampuan dan
bijaksana dalam berbuat dan berperilaku (Wacika) serta kemampuan berkata yang sopan dan
santun (manacika). Menurut Jean Piaget (1896), pendidikan sebagai penghubung dua sisi,
disatu sisi individu yang sedang tumbuh dan disisi lain nilai sosial, intelektual dan moral
yang menjadi tanggungjawab pendidik untuk mendorong individu tersebut menjadi individu
yang cerdas, berkarakter dan bermartabat.
Individu berkembang sejak lahir dan terus berkembang, perkembangan ini bersifat
kausal (sebab akibat). Namun terdapat komponen normatif, juga karena pendidik menuntut
nilai. Nilai ini adalah norma yang berfungsi sebagai penunjuk dalam mengidentifikasi apa
yang diwajibkan, diperbolehkan dan dilarang. Jadi pendidikan merupakan hubungan
normatif antara individu dan nilai.
Pandangan yang diuraiakn di atas memberi makna bahwa pendidikan adalah segala
situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang
berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Dalam arti sempit pendidikan
adalah pengajaran yang diselenggarakan umumnya di sekolah sebagai lembaga pendidikan
formal. Sedangkan para ahli psikologi memandang pendidikan adalah pengaruh orang
dewasa terhadap anak yang belum dewasa agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan
kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosialnya dalam
bermasyarakat. Pernyataan secara filosofis apa itu pendidikan harus diangkat pada level
konsep yang tinggi, sehingga terlepas dari pengertian yang hanya melihat pendidikan
sebagai kegiatan belajar mengajar saja dan suatu usaha membantu orang lain menjadi
manusia terdidik dan ini muncul sebagai fenomena sosial. Secara prinsip pernyataan filosofis
harus memberi identitas pada pendidikan yang berbeda dengan yang lain bersifat ”cross
culture”. Artinya kita melihat pendidikan itu dengan konsep yang lebih luas dan lintas
kultural yang memandang manusia sebagai bagian dari masyarakat sosial yang secara
akumulatif mempengaruhi proses pendidikan.
Pendidikan selalu dapat dibedakan menjadi teori dan praktek. Teori pendidikan
adalah pengetahuan tentang makna dan bagaimana seyogyanya pendidikan itu dilaksanakan.
Sedangkan praktek adalah tentang pelaksanaan sebagai implementasi dari teori pendidikan
itu secara kongkritnya melalui suatu proses. Teori dan praktek dalam pendidikan
seyogyanya tidak dipisahkan, siapa yang berkecimpung dibidang pendidikan sebaiknya
menguasai kedua hal itu. Pengajaran dalam kenyataan akan dapat mencapai sasaran bila
dilandasi teori tertentu. Pengajaran itu pada hakikatnya proses komunikasi, maka perlu
dikuasai teori komunikasi yang relevan. Komunikasi berarti menyampaikan sesuatu kepada
orang lain, hingga sesuatu tersebut menjadi miliknya. Seorang pendidik/guru setiap kali
mengajar berusaha mengkomunikasikan atau menyampaikan dengan metode yang sesuai
agar pokok bahasan yang dipilihnya dapat dikuasai menjadi milik peserta didik.
Teori pendidikan disusun sebagai latar belakang yang hakiki dan sebagai rasional
dari praktek pendidikan serta pada dasarnya bersifat direktif. Istilah direktif memberi makna
bahwa pendidikan itu mengarah pada tujuan yang pada hakikatnya untuk mencapai
kesejahteraan bagi subjek didik (siswa atau peserta didik). Oleh karena pendidikan
mempunyai objek materi manusia sebagai peserta didik, maka nilai-nilai yang
berkenaan dengan kemanusiaan menjadi muatan dalam teori pendidikan. Dalam teori
pendidikan tentu menjadi pertimbangan penting pengertian dasar tentang manusia seperti
materialis-spiritual, yaitu terbentuknya saya atau aku (individu).

Anda mungkin juga menyukai