Anda di halaman 1dari 5

7.2.

1 Proses Perancangan Kawasan Perkotaan Menurut Roger Trancik

Merancang adalah suatu tindakan untuk menstrukturkan ruang-ruang perkotaan, sehingga


dapat tercipta tatanan, (order, pengaturan yang logis, dapat dipaharni dari berbagai elemen
dan keterkaitannya), keindahan (beauty, kualitas yang menyenangkan indera), dan skala (scale,
perbandingan elemen-elemen dibandingkan manusia yang memberi rasa nyaman bagi
lingkungan). Dasar proses perancan&rn menurut Trancik ( 1986) adalah:
l. Mempelajari kawasan yang akan dirancang
2. Analisis keruangan
3. Identifikasi lost space dan upaya menstrukturkan kernbali
4. Perancangan kawasan, dengan beberapa arahan menjaga kontinuitas pelingkup jalan
Tiga teori pokok perancangarr kota Menurut Roger Trancik
1. Teori FigurelGround
2. Teori Linkage
3. Teori Place

1. Figure-ground theory
Teori ini lebih menekankan pada pengenalan struktur kota figure and ground; solid and void;
atau building and open space. Figure adalah wilayah/ area kota yang terbangun, sedangkan
ground adalah wilayah/area kota yang tidak terbangun. Pengenalan terhadap stuktur kota ini
berguna untuk mengetahui keteraturan, pola perkembangan, keseimbangan dan kepadatan.
Sedangkan jika dalam pemetaan terlihat bentuk dan dimensi yang sangat bervariasi, disimpulkan
bahwa kota tersebut berpola lebih heterogen. Bentuk radial, grid atau organis juga dapat dikenali
melalui pemetaan figure-ground. Selain itu teori ini paling mudah untuk mengenali tingkat
kepadatan suatu daerah dibandingkan dengan yang lain; terpadat, sedikit padat, atau kurang
padat. Figure/ground berisi tentang lahan terbangun (urban solid) dan lahan terbuka (urban
void). Pendekatan figure ground adalah suatu bentuk usaha untuk memanipulasi atau mengolah
pola existing figure ground dengan cara penambahan, pengurangan, atau pengubahan pola
geometris dan juga merupakan bentuk analisa hubungan antara massa bangunan dengan ruang
terbuka.

a. Urban solid
Tipe urban solid terdiri dari:
- Massa bangunan, monumen
- Persil lahan blok hunian yang ditonjolkan
- Edges yang berupa bangunan

b. Urban void
Tipe urban void terdiri dari:
- Ruang terbuka berupa pekarangan yang bersifat transisiantara publik dan privat.
- Ruang terbuka di dalam atau dikelilingi massa bangunan bersifat sem iprivat sampai privat.
- Jaringan utama jalan dan lapangan bersifat publik karena mewadahi aktivitas publik berskala
kota.
- Area parkir publik bisa berupa tatnau parkir sebagai nodes yang berfungsi preservasi kawasan
hijau.
- Sistem ruang terbuka yang berbentuk linier dan curvalinicr. Tipe ini berupa daerah aliran
sungai, danau dan semua yang alami dan basah.

2. Linkage theory
Linkage artinya berupa garis senru yang menghubungkan antara elernen yang satu dengan
yang lain, nodes yang satu dengan nodes yang lain, atau distrik yang satu dengan yang lain.
Garis ini bisa berbentuk jaringan jalan, jalur pedestrian, ruangan terbuka yang berbentuk
segaris dan sebagainya.
Teori pada kelornpok kedua dapat dipahami dari segi dinamika rupa perkotaan yang dianggap
sebagai generator kota itu. Analisis Linkage adalah alat yang baik untuk memperhatikan dan
menegaskan hubungan-hubungan dan gerakan-gerakan sebuah tata ruang perkotaan (urban
fabric). Kelemahan analisis linkage muncul dari segi lain adalah kurangnya perhatian dalarn
mendefinisikan ruang perkotaan secara spasial dan kontekstual.
Sebuah linkage perkotaan dapat diamati dengan cara dan pendekatan yang berbeda, terdapat 3
pendekatan linkage perkotaan:

a. Linkage yang visual


Dalam linkage yang visual dua atau lebih fragmen kota dihubungkan menjadi satu kesatuan
yang secara visual, mampu menyatukan daerah kota dalam berbagai skala. Pada dasarnya ada 2
pokok perbedaan antara linkage visual, yaitu:
1. Yang menghubungkan dua daerah secara netral.
2. Yang menghubungkan dua daerah, dengan mengutamakan satu daerah.

Lima elemen linkage visual, merupakan elemen yang memiliki ciri khas dan suasana tertentu
yang mampung menghasilkan hubungan secara visual, terdiri dari: Garis: menghubungkan
secara langsung dua tempat dengan satu deretan massa (bangunan atau pohon). Koridor:
dibentuk oleh dua deretan massa (bangunan atau pohon) yang membentuk sebuah ruang. Sisi:
menghubungkan dua kawasan dengan satu massa. Mirip dengan elemen garus namun sisi
bersifat tidak langsung. Sumbu: mirip dengan elemen koridor, namun dalam menghubungkan
dua daerah lebih mengutamakan salah satu daerah saja. Irama: menghubungkan dua tempat
dengan variasi massa dan ruang.

b. Linkage yang structural


Menggabungkan dua atau lebih bentuk struktur kota menjadi satu kesatuan tatanan.Menyatukan
kawasan kawasan kota melalui bentuk jaringan struktural yang lebih dikenal dengan sistem
kolase (collage). Tidak setiap kawasan memiliki arti struktural yang sama dalam kota, sehingga
cara menghubungkannya secara hierarkis juga dapat berbeda.

Fungsi linkage struktural di dalam kota adalah sebagai stabilisator dan koordinator di dalam
lingkungannya, karena setiap kolase perlu diberikan stabilitas tertentu serta distabilisasikan
lingkungannya. Hal ini dapat dilakukan dengan memprioritaskan sebuah daerah yang
menjelaskan lingkungannya dengan suatu struktur, bentuk, wujud, atau fungsi yang memberikan
susunan tertentu didalam prioritas penataan kawasan.

Ada tiga elemen linkage struktural yang mencapai hubungan secara arsitektural, yaitu:
1. Tambahan: melanjutkan pola pembangunan yang sudah ada sebelumnya.
2. Sambungan: memperkenalkan pola baru pada lingkungan kawasan.
3. Tembusan: terdapat dua atau lebih pola yang sudah ada di sekitarnya dan akan disatukan
sebagai pola-pola yang sekaligus menembus didalam suatu kawasan.
c. Linkage bentuk yang kolektif
Teori linkage memperhatikan susunan dari hubungan bagian-bagian kota satu dengan lainnya.
Dalam teori linkage, sirkulasi merupakan penekanan pada hubungan pergerakan yang
merupakan kontribusi yang sangat penting. Linkage memperhatikan dan mempertegaskan
hubungan-hubungan dan pergerakan-pergerakan (dinamika) sebuah tata ruang perkotaan (urban
fabric)
Menurut Fumuhiko Maki, Linkage adalah semacam perekat kota yang sederhana, suatu bentuk
upaya untuk mempersatukan seluruh tingkatan kegiatan yang menghasilkan bentuk fisik suatu
kota. Teori ini terbagi menjadi 3 tipe linkage urban space yaitu:
1. Compositional form: bentuk ini tercipta dari bangunan yang berdiri sendiri secara 2
dimensi. Dalam tipe ini hubungan ruang jelas walaupun tidak secara langsung.
2. Mega form: susunan-susunan yang dihubungkan ke sebuah kerangka berbentuk garis
lurus dan hirarkis.
3. Group form: bentuk ini berupa akumulasi tambahan struktur pada sepanjang ruang
terbuka. Kota-kota tua dan bersejarah serta daerah pedesaan menerapkan pola ini.

3. Theory of place
Teori ini berkaitan dengan ,space terletak pada pemahaman atau pengertian terhadap budaya
dan karakteristik manusia terhadap ruang fisik. Space adalah void yang hidup dan mempunyai
suatu keterkaitan secara fisik. Space ini akan menjadi place apabila diberikan makna
kontekstual dari muatan budaya atau potensi huatan lokalnya. Teori pada kelompok ketiga
dipahami dari segi seberapa besar kepentingan tempat-tempat perkotaan yang terbuka
terhadap sejarah, budaya, dan sosialisasinya. Analisis place adalah alat yang baik untuk
memberi pengertian mengenai ruang kota melalui tanda kehidupan perkotaan dan memberi
pengertian mengenai ruang kota secarakontekstual. Sedangkan kelemahan analisis place
muncul dari segi perhatiannya yang hanya difokuskan pada satu tempat perkotaan saja.
Hakikat teori place dalam desain spasial terletak pada pemahaman budaya dan karakteristik
manusia terhadap tempatnya. "Sebuah place adalah sebuah space yang memiliki suatu cirri
khas tersendiri."
Sedangkan Trancik (1986) rnerumuskan secara lebih spesifik:
"Sebuah space akan ada kalau dibatasi sebuah void, dan sebuah space menjadi sebuah space
kalau mempunyai arti dari lingkungan yang berasal dari budaya daerahnya."
a. Visual conection
Visual conection adalah hubungan yang terjadi karena adanya kesamaan visual antara satu
bangunan dengan bangunan lain dalam suatu kawasan, sehingga menimbulkan image tertentu.
Visual conection ini lebih mencangkup ke non-visual atau ke hal yang lebih bersifat konsepsi
dan simbolik, namun dapat memberikan kesan kuat terhadap kerangka kawasan.

b. Symbolic conection
symbolic conection dari sudut pandang komunikasi simbolik dan cultural anthropologSt mIiputi
:
- Vitality
Melalui prinsip-prinsip sustainance yang memengaruhi system fisik, safety yang mengontrol
perencanaan urban struktur, sense seringkali diartikan sebagai sense of place yang merupakan
tingkat di mana orang dapat mengingat tempat yang memiliki keunikan dan karakteristik suatu
kota.
- Fit
Menyangkut karakteristik pembangkit sistem fisikal dari struktur kawasan yang berkaitan
dengan budaya, norma dan peraturan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai