Anda di halaman 1dari 17

ALIRAN – ALIRAN DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN

(PROGRESIVISME)

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kuliah Filsafat Pendidikan
yang dibimbing Oleh Bapak Mohamad Fatih, M.Pd

Disusun oleh :

Fatqul Anang Ma’ruf (2286206029)


Adinda Jesika Naumi Larasati (2286206075)
Santi Asfiyatul Abdiyati (2286206084)

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
OKTOBER 2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim.

Dengan menyebut nama Alloh SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Puji syukur kehadirat Alloh SWT atas segala rahmat dan karunianya.
Akhirnya penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul “Aliran –
Aliran Dalam Filsafat Pendidikan (Progresivisme)”.

Sholawat beriring salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad


SAW. semoga kita semua sebagai umatnya yang termasuk dalam golongan
umatnya yang mendapat syafaat kelak di yaumil qiyamah. Aamiin.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah Filsafat pendidikan yang
di bimbing oleh Bapak Mohamad Fatih, M.Pd . Dalam rangka menyelesaikan
Makalah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak baik berupa
material dan spiritual. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menghaturkan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang terlibat.

Ucapan terima kasih ini penulis ucapkan terutama kepada;

1. Bapak Prof.Dr.H.Moh.Mukri, M.Ag selaku Rektor Universitas Nahdlatul


Ulama Blitar
2. Ibu Siti Karomah, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Pendidikan Pancasila
3. Bapak/Ibu Dosen yang selalu memberikan Nasihat dan Dorongan Semangat
dalam Makalah ini.
4. Kedua orang tua yang selalu memberikan semangat dan dukungan selama
penulis menyelesaikan Makalah ini.
5. Rekan-rekan kelompok 5 dan semua pihak yang banyak membantu
memberikan saran dan pandangan dalam membuat Makalah ini.

i
Semoga Alloh SWT memberikan Rahmat dan Hidayah Nya atas bantuan
dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan
Makalah ini.
Dalam penulisan Makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
terdapat kekurangan dan kekeliruan, ini semata-mata karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis sangat
menerima kritik dan saran untuk penulisan Makalah ini. Akhir kata semoga
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Aamiin
Yarobbal Alamin.

Blitar,14 Oktober 2022

Penulis

KELOMPOK 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..................................................................................1


B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan Masalah................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3

A. Pengertian Progesivisme...................................................................................3
B. Landasan Filosofis Progresivisme....................................................................4
C. Pendidikan Dalam Prespektif Progresivisme...................................................7

BAB III PENUTUP..................................................................................................9

A. Kesimpulan.......................................................................................................9
B. Saran.................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Progresivisme adalah sebuah aliran filsafat pendidikan yang berkembang di
awal abad ke 20, dan mempunya pengaruh sangat besar dalam dunia pendidikan
terutama di Amreka Serikat. Aliran ini betul-betul kelahiran bumi Amerika,
sedangkan yang lainnya, adalah paham filsafat yang tumbuh dan berkembang di
eropa. Progresivisme lahir sebagai pembaharuan dalam dunia (filsafat)
pendidikan, terutama sebagai lawan terhadap kebijak sanaan konvensional yang
diwarisi dari abad kesembilan belas.
Progresivisme menurut bahasa dapat diartikan sebagai aliran yang
menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat. Dalam konteks filsafat
pendidikan progresivisme adalah suatu aliran yang menekankan, bahwa
pendidikan bukanlah sekedar pemberian sekumpulan pengetahuan kepada subjek
didik, tetapi hendaklah berisi aktivitas-aktivitas yang mengarah pada pelatihan
kemampuan berfikir mereka sedemikian rupa, sehingga mereka dapat berfikir
secara sistematis melalui cara-cara inilah seperti memberikan analisis,
pertimbangan, dan perbuatan kesimpulan menuju pemilihan alternatif yang
paling memungkinkan untuk pemecahan masalah yang dihadapi. Teori
pendidikan progresivisme juga mengusung metode pendidikan alternative yang
memanfaatkan aktivitas peserta didik, serta mendasarkan proses pembelajaran
pada pengalaman dan pemecahan masalah . Pengalaman keindahan
memungkinkan untuk dilatihkan pada peserta didik dengan melibatkan perasaan
dan pikirannya melalui seni (Hartono, 2012).
Dengan demikian guru dalam proses pembelajaran menurut aliran
progresivisme dapat dikatakan berhasil jika dan hanya jika keberhasilan itu
juga terdapat pada peserta didik, yaitu dalam membangun peserta didik untuk
berkreasi, mengembangkan diri peserta didik untuk selalu bergerak maju dalam
rangka pengembangan potensi dan kecakapan keterampilan dalam berkesenian
dan mengembangkan pola-pola berpikir yang mampu mengapresiasi karya
kesenian orang lain. Hasil dari proses ini akan membentuk karakter peserta didik

1
yang tentunya menjadi lebih konstruktif, toleran terhadap perbedaan,
menghargai orang lain, dan selalu santun dalam bertindak. Dengan kata
lain, peserta didik tidak hanya diberikan pendidikan nilai sebagai bentuk
pengetahuan, namun juga menjadikannya sebagai bagian dari hidup yang secara
sadar dilakukan dalam aktivitas kehidupan bersosial berdasarkan nilai-nilai
yang ada dalam hal ini pembelajaran pendidikan seni diharapkan dapat
menjembatani proses ini (Vega dan Triyanto, 2017). hal inilah yang melatar
belakangi penulis dalam menyusun makalah ini dengan harapan mahasiswa bisa
mengetahui dan memahami bahwa aliran filsafat (progresivisme) sangat penting
dalam proses pendidikan.

B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam
makalah ini adalah :
1. Apa pengertian dari Progresivisme ?
2. Apa yang melandasi filosofis Progresivisme?
3. Bagaimana proses pendidikan dalam perspektif Progresivisme?

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan masalah ini adalah :
1.
2.
3.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Sejarah Progresivisme


Progresivisme menurut bahasa dapat diartikan sebagai aliran yang
menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat. Dalam konteks filsafat
pendidikan progresivisme adalah suatu aliran yang menekankan, bahwa
pendidikan bukanlah sekedar pemberian sekumpulan pengetahuan kepada subjek
didik, tetapi hendaklah berisi aktivitas-aktivitas yang mengarah pada pelatihan
kemampuan berfikir mereka sedemikian rupa, sehingga mereka dapat berfikir
secara sistematis melalui cara-cara inilah seperti memberikan analisis,
pertimbangan, dan perbuatan kesimpulan menuju pemilihan alternatif yang
paling memungkinkan untuk pemecahan masalah yang dihadapi. Teori
pendidikan progresivisme juga mengusung metode pendidikan alternative yang
memanfaatkan aktivitas peserta didik, serta mendasarkan proses pembelajaran
pada pengalaman dan pemecahan masalah . Pengalaman keindahan
memungkinkan untuk dilatihkan pada peserta didik dengan melibatkan perasaan
dan pikirannya melalui seni (Hartono, 2012).

Progressivisme berasal dari gerakan reformasi umum dalam masyarakat


Amerika dan kehidupan politik pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Berlawanan dengan sekolah tradisional, pendidik progresif merancang berbagai
strategi untuk mereformasi pendidikan. Meskipun sering dikaitkan dengan
eksperimentalisme John Dewey, gerakan pendidikan progresif menyatukan
berbagai helai. Sementara kaum progresif yang berpusat pada anak ingin
membebaskan anak-anak dari sekolah yang otoriter, para reformis sosial ingin
menggunakan sekolah untuk mereformasi masyarakat. Sementara beberapa
progresif berusaha menggunakan pendidikan untuk reformasi sosial, kaum
progresif lainnya, terutama administrator, berkonsentrasi untuk membuat sekolah
lebih efisien dan hemat biaya. Progresif administratif berusaha membangun
sekolah yang lebih besar yang dapat menampung lebih banyak kelas dan
menciptakan lebih banyak keragaman kurikulum. Timbul sebagai pemberontakan
melawan sekolah tradisional, pendidikan progresif menentang Esensialisme dan

3
Perenialisme. Pendidik seperti Marietta Johnson, William H. Kil Patrick, dan G.
Stanley Hall memberontak, menghafal dan manajemen kelas otoriter

Marietta Johnson (1864–1938), pendiri Sekolah Organik di Fairhope, Al-


bama, dicontohkan pendidikan progresif yang berpusat pada anak. Percaya
bahwa memperpanjang masa kanak-kanak sangat diperlukan dalam masyarakat
teknologi, Johnson menginginkan agar anak lebih panjang daripada diperpendek.
Anak-anak, katanya, harus mengikuti jadwal internal mereka sendiri daripada
penjadwalan orang dewasa. Dengan memiliki tingkat kesiapan mereka sendiri,
anak-anak tidak boleh didorong oleh guru atau orang tua untuk melakukan hal-
hal yang mereka belum siap. Mengantisipasi pembelajaran konstruktivis
kontemporer, Johnson percaya anak-anak belajar paling berhasil dan memuaskan
ketika terlibat dalam eksplorasi aktif lingkungan mereka dan ketika membangun
makna realitas mereka sendiri berdasarkan pengalaman langsung mereka.
Kurikulum berbasis aktivitas Johnson menekankan latihan fisik, studi alam,
musik, kerajinan tangan, geografi lapangan, bercerita, dramatisasi, dan
permainan. Kegiatan kreatif seperti menari, menggambar, menyanyi, dan
menenun menjadi perhatian utama, sementara membaca dan menulis ditunda
hingga anak itu berusia sembilan atau sepuluh tahun. Johnson merancang
program pendidikan guru yang berubah dari pra-jabatan menjadi praktik. Selama
masa pra-jabatan, perhatian dan guru yang efektif diperlukan untuk
mengembangkan, kasih sayang yang tulus untuk dan memahami minat pada
anak-anak, basis pengetahuan dalam perkembangan dan psikologi anak dan
remaja dan dalam keterampilan dan mata pelajaran yang mereka ajarkan minat
dalam kesejahteraan sosial. Sebagai praktisi, guru harus menciptakan lingkungan
kelas yang aman, ramah perkembangan, dan menarik di mana anak-anak belajar
dengan langkah mereka sendiri, sesuai dengan minat mereka sendiri. William
Heard Kilpatrick (1871–1965), seorang profesor pendidikan di Teachers College
di Universitas Columbia, menjadikan progresivisme sebagai bagian integral dari
guru. kemajuan dari pra-layanan ke latihan.

4
Dalam merestrukturisasi penyelesaian masalah Dewey ke dalam metode
proyek, Kilpatrick mengikuti tiga prinsip panduan yaitu :

1. pendidikan asli melibatkan pemecahan masalah;


2. pembelajaran diperkaya ketika siswa secara kolaboratif meneliti dan berbagi
informasi untuk merumuskan dan menguji hipotesis mereka;
3. guru dapat membimbing pembelajaran siswa tanpa mendominasi.
Menggunakan prinsip-prinsip ini.
Dan Kilpatrick menggambarkan empat jenis proyek tersebut yaitu :
1. menerapkan ide atau rencana kreatif
2. menikmati pengalaman estetika
3. menyelesaikan masalah intelektual
4. mempelajari keterampilan baru atau bidang pengetahuan.

Kilpatrick percaya bahwa guru yang menggunakan metode proyek dapat


mengubah ruang kelas mereka menjadi komunitas pembelajaran yang kolaboratif
dan demokratis. Ketika mereka bekerja secara kolaboratif, siswa, yang
termotivasi oleh minat mereka sendiri, akan terlibat dalam kegiatan yang
bertujuan dengan sepenuh hati di mana mereka merancang dan menyelesaikan
proyek. Tidak seperti kurikulum esensialis dan perenialis yang direstrukturisasi,
metode proyek bersifat terbuka karena hasil dan respons tertentu tidak ditentukan
sebelumnya.

B. Landasan Filosofis Progresivisme


Berkaitan dengan tujuan pendidikan, maka aliran progresivisme lebih
menekankan pada memberikan pengalaman empiris kepada peserta didik,
sehingga terbentuk pribadi yang selalu belajar dan berbuat (Muhmidayeli, 2012).
Maksudnya pendidikan dimaksudkan untuk memberikan banyak pengalaman
kepada peserta didik dalam upaya pemecahan masalah yang dihadapi di
lingkungan sehari-hari. Dalam hal ini, pengalaman yang dipelajari harus
bersifat riil atau sesuai dengan kehidupan nyata. Oleh karenanya, seorang
pendidik harus dapat melatih anak didiknya untuk mampu memecahkan problem-
problem yang ada dalam kehidupan. Sejalan dengan itu, tujuan pendidikan
progresivisme harus mampu memberikan keterampilan dan alat-alat yang

5
bermanfaat untuk berinteraksi dengan lingkungan yang berbeda dalam proses
perubahan secara terus menerus. Alat-alat yang dimaksud adalah
keterampilan pemecahan masalah (problem solving) yang dapat digunakan oleh
individu untuk menentukan, menganalisis, dan memecahkan masalah. Pendidikan
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan memecahkan berbagai masalah
baru dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial, atau dalam berinteraksi
dengan lingkungan sekitar yang berada dalam proses perubahan. Menurut
Barnadib, sebagaimana dikutip Jalaluddin dan Abdullah progresivisme
menghendaki pendidikan yang progres. Dalam hal ini, tujuan pendidikan
hendaklah diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus.
Pendidikan bukan hanya menyampaikan pengetahuan kepada anak didik,
melainkan yang terpenting melatih kemampuan berpikir secara ilmiah
(Muhmidayeli,2012).
Dalam konteks pendidikan di Indonesia, maka tujuan pendidikan menurut
progresivisme ini sangat senada dengan tujuan pendidikan nasional yang ada di
Indonesia. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Jadi berdasarkan pengertian ini, maka aliran progresivisme
sangat sejalan dengan tujuan pendidikan yang ada di Indonesia

C. Pendidikan Dalam Prespektif Progresivisme


Dalam pandangan progresivisme kurikulum merupakan serangkaian
program pengajaran yang dapat mempengaruhi anak belajar secara edukatif, baik
di lingkungan sekolah maupun di luar. Kurikulum dalam padangan
progresivisme ialah sebagai pengalaman mendidik, bersifat eksperimental, dan
adanya rencana serta susunan yang teratur. Pengalaman belajar adalah
pengalaman apa saja yang serasi dengan tujuan menurut prinsip-prinsip yang
telah digariskan dalam pendidikan, dimana setiap proses belajar yang ada
membantu pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Artinya, kurikulum
6
harusnya dirancang untuk mengembangkan berbagai potensi peserta didik, serta
dapat memberikan pengalaman yang berharga bagi kehidupan anak didik. Hal ini
sejalan dan relevan dengan konsep live long education (Mualifah, 2013). Aliran
progresivisme menghendaki kurikulum dipusatkan pada pengalaman yang
didasarkan atas kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan yang
komplek. Namun, dalam hal ini progresivisme tidak menghendaki adanya mata
pelajaran yang diberikan terpisah, tetapi harus terintegrasi dalam unit
(Abdullah,2013). Kaitannya dengan kurikulum pendidikan, progresivisme
sebenarnya tidak terlalu tertarik untuk memberlakukan kurikulum yang baku di
dalam proses pendidikan karena ketika peserta didik menjadi pusat perhatian,
maka kurikulum juga semestinya berasal dari peserta didik, dalam arti sesuai
dengan minat dan ketertarikan peserta didik (Barnadib, 1997).
Berkaitan dengan penjelasan tersebut, Kilpatrick dalam
(Abdullah,2013) mengatakan suatu kurikulum dianggap baik dapat didasarkan
atas tiga prinsip, yaitu:
a. Meningkatkan kualitas hidup anak pada tiap jenjang.
b. Menjadikan kehidupan aktual anak ke arah perkembangan dalam
suatu kehidupan yang bulat dan menyeluruh.
c. Mengembangkan aspek kreatif kehidupan sebagai suatu uji coba atas
keberhasilan sekolah, sehingga kemampuan anak didik dapat berkembang
secara aktual dan aktif memikirkan hal-hal baru yang baik untuk diamalkan.
Dalam rangka mewujudkan ketiga prinsip tersebut, Kilpatrick
mengungkapkan ada beberapa hal yang perlu diungkapkan, di antaranya:
a. Kurikulum harus dapat meningkatkan kualitas hidup anak didik sesuai
dengan jenjang pendidikan.
b. Kurikulum yang dapat membina dan mengembangkan potensi anak
didik.
c. Kurikulum yang mampu mengubah perilaku anak didik menjadikreatif,
adaptif, dan mandiri.
d. Kurikulum berbagai macam bidang studi itu bersifat fleksibel.

7
Menurut aliran progresivisme belajar dilaksanakan berangkat dari asumsi
bahwa anak didik bukan manusia kecil, melainkan manusia seutuhnya yang
mempunyai potensi untuk berkembang, yang berbeda kemampuannya, aktif,
kreatif, dan dinamis serta punya motivasi untuk memenuhi kebutuhannya.Dalam
konteks ini, belajar semestinya dilaksanakan dengan memperhatikan berbagai
potensi yang dimiliki oleh anak didik. Oleh karena itu, dalam pandangan
progresivisme belajar harus dipusatkan pada diri siswa, bukan guru atau bahan
pelajaran (Reno, 2012).
Ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam belajar menurut pandangan
progresivisme, di antaranya:
a. Memberi kesempatan anak didik untuk belajar perorangan.
b. Memberi kesempatan anak didik untuk belajar melalui pengalaman. Memberi
motivasi dan buka perintah.
c. Mengikut sertakan anak didik di dalam setiap aspek kegiatan yang
merupakan kebutuhan pokok anak.
d. Menyadarkan pada anak didik bahwa hidup itu dinamis
kreatif dan dinamis sebagai potensi dasar manusia dalam memecahkan
berbagai persolan kehidupan. Belajar dalam konteks ini harus dapat meberikan
pengalaman yang menarik bagi anak, sehingga mampu diaplikasikannya dalam
kehidupan nyata.

8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

9
10
1
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Paradigma diartikan sebagai satu model atau pola mendemonstrasikan
semua fungsi yang memungkinkan dari apa yang tersajikan. Paradigma juga
merupakan suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoretis yang umum
(merupakan suatu sumber nilai). Paradigma itu juga sendiri merupakan asumsi-
asumsi dasar dan asumsi-asumsi nilai (merupakan sumber nilai) sehingga
merupakan suatu sumber hukum, metode serta penerapan dalam ilmu pengetahuan
yang menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan sendiri. Pancasila
mampu menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) yaitu dengan tetap memperhatikan dinamika aspirasi
masyarakat.Makna Pancasila sebagai paradigma pembangunan IPTEK adalah
Pancasila dijadikan sebagai acuan, pedoman dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan pemanfaatan hasil-hasil pembangunan di bidang IPTEK.
Pancasila menjadi landasan pengembangan IPTEK karena setiap nilai sila
Pancasila mengandung hal-hal penting dan menunjukkan etika dalam
pengembangan IPTEK. Faktor budaya kenakalan remaja menjadi masalah sosial
yang sampai saat ini sulit dilanggar karena remaja sekarang suka mecoba hal hal
yang baru yang berdampak negative seperti Narkoba, padahal remaja adalah asset
terbesar suatu bangsa mereka lah yang meneruskan perjuangan yang telah di
bangun sejak du;u. Faktor Biologis, penyakit menular seksual bisa menimbulkan
masalah sosial bila penyakit tersebut sudah menyebar disuatu wilayah atau
menjadi pandemic.

B. Saran
Setelah melihat dampak negatif dari permasalahan tersebut, maka kami
sebagai penyusun makalah menyarankan beberapa hal yaitu melakukan tindakan
pencegahan seperti memperhatikan dinamika aspirasi masyarakat dan mengacu
pedoman pancasila untuk menjadikan masyarakat yang lebih baik dan menuju
Indonesia lebih maju.

2
DAFTAR PUSTAKA

Ani Sri Rahayu, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ( Jakarta: Bumi Aksara,
2017), hlm. 38.

Maulana Arafat Lubis, pembelajaran PPKn di SD/MI Implementasi Pendidikan abad ke 21


( Medan: Akasha Sakti, 2018), hlm. 5.

Cahya Dicky Pratama, Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan IPTEK

https://id.scribd.com/document/362261101/Makalah-Mengidentifikasi-Berbagai-
Persoalan-Sosial-Politik-Dan-Iptek,di akses pada tanggal 21 setember 2022

Anda mungkin juga menyukai