Disusun Oleh:
Ni Made Dwi Novi Puspita
(220401140187)
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmatNyalah, sehingga
Tugas ini dapat diselesaikan. Adapun tema dari penyusunan makalah ini ialah “Aliran Realisme
Dalam Filsafat Pendidikan” Penyusunan makalah ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi nilai ujian tengah semester mata kuliah Filsafat Pendidikan.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Filsafat
Pendidikan yang telah memberikan tugas terhadap kami untuk menempuh jenjang pedidikan yang
baik dengan bersungguh sungguh sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Akhir kata, sebagaimana layaknya manusia biasa yang memiliki banyak keterbatasan,
apabila terdapat kesalahan penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun
agar selanjutnya dapat lebih baik. Dan kami berharap semoga makalah tentang Aliran
Realisme Dalam Filsafat Pendidikan memberikan manfaat dan inspirasi bagi pembaca . Atas segala
perhatian, doa dan dukungan semua rekan, saya mengucapkan terima kasih.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Realisme adalah suatu aliran filsafat yang luas yang meliputi materialisme disatu sisi
dan sikap yang lebih dekat kepada idealisme objektif di pihak lain. Realisme adalah pandangan
bahwa objek-objek indera adalah riil dan berada sendiri tanpa bersandar kepada pengetahuan
lain atau kesadaran akal. Diketahuinya atau menjadi objek pengalaman, tidak akan
mempengaruhi watak sesuatu benda atau mengubahnya. Benda-benda ada dan kita mungkin
sadar dan kemudian tidak sadar akan adanya benda-benda tersebut, tetapi hal itu tidak
mengubah watak benda-benda tersebut. Benda-benda atau bojek memang mungkin memiliki
hubungan dengan kesadaran, namun benda-benda atau objek tersebut tidak diciptakan atau
diubah oleh kenyataan bahwa ia diketahui oleh subjek.
Aliran Realisme dalam filsafat bersanding dekat dengan aliran Idealisme meski
dalam posisi yang dikotomik. Dalam pengertian filsafat, realisme berarti anggapan bahwa
objek indera kita adalah real, benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda
itu kita ketahui, atau kita persepsikan atau ada hubungannnya dengan pikiran kita. Realisme
menegaskan bahwa sikap common sense yang diterima orang secara luas adalah benar, artinya
bahwa bidang alam atau objek fisik itu ada, tak bersandar kepada kita, dan bahwa pengalaman
kita tidak mengubah fakta benda yang kita rasakan. Aliran pendidikan realisme
mendefinisikan dirinya dengan 3 kategori basis dasar metafisika, epistemology dan
aksiologi. Berikut ini kami akan membahas tentang pengertian realisme, konsep-konsep
kuncinya, pertanyaan-pertanyaan dasar dan implikasi-implikasi dari aliran pendidikan
realisme.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan bentuk kata (etimologi) Realisme berasal dari Bahasa Latin ”realis”
yangberarti ”sungguh-sungguh atau nyata dan benar”. Realisme adalah filsafat yang
menganggapbahwa terdapat satu dunia eksternal nyata yang dapat dikenali. Karena
itu, realismeberpandangan bahwa objek persepsi indrawi dan pengertian sungguh-sungguh
ada, terlepasdari indra dan budi yang menangkapnya karena objek itu memang dapat
diselidiki, dianalisis,dipelajari lewat ilmu, dan ditemukan hakikatnya lewat ilmu filsafat .
Para penganut realisme mengakui bahwa seseorang bisa salah lihat pada benda-
bendaatau dia melihat terpengeruh oleh keadaan sekelilingnnya. Namun, mereka paham ada
bendayang dianggap mempunyai wujud tersendiri, ada benda yang tetap kendati diamati.
Sebagaialiran filsafat, realisme berpendirian bahwa yang ada yang ditangkap pancaindra dan
yangkonsepnya ada dalam budi itu memang nyata ada. Contoh: ketika anak kecil setiap hari
diajakorang tuanya melatih tari, dan anak tersebut melihat apa yang dilakuakan orang tuanya,
laluia mengikuti apa yang orang tuanya lakukan, maka lama kelamaan ia akan bisa menari
tanpaia belajar, karena ia sudah berpengalaman dari melihat apa yang orang tuanya lakukan.
3. William MC Gucken
William MC Gucken mengemukakan pendapatnya bahwa tujuan pendidikan itu
sama saja dengan tujuan hidup. Jadi pendidikan itu bertujuan mempersiapkan bekal
didunia untuk menuju alam keabadian yaitu kahirat kelak.
4. Francis Bacon
Francis Bacon mengemukakan bahwa pengetahuan yang sebenarnya merupakan
pengetahuan yang di dapat dari panca indra manusia hasil dari akumulasi akal, pikiran
yang sesuai dengan kenyataan.
5. John Locke
John Locke mengemukakan bahwa pemgetahuan itu berasal dari sebuah
pengalaman yang telah dialami manusia. Manusia yang ketika lahir seperti kertas putih
kosong tanpa tulisan kemudian diisi dengan tulisan berupa pengalaman yang
telah dialaminya.
6. Galileo
Galileo mengemukakan bahwa sebuah ucapan atau argumentasi itu harus
bisa dipertanggungjawabkan dan ada buktinya, bukan hanya argumen atau omongan saja.
7. David Hume
David Hume mengemukakan bahwa pengetahuan itu asalnya dari pengalaman.
Pengalaman itu seuatu yang benar adanya tanpa rekayasa. Maka dari itu
pengalaman itu harus di dasari dengan dasar yang logis sebagai ilmu yang memiliki
dasaryang kokoh.
4
8. Jonh Stuart Mill
Jonh Stuart Mill mengemukakan bahwa seseorang itu memiliki pemikiran yang
berbeda-beda, maka dari itu seseorang boleh atau bebas mengemukakan pendapatnya.
1. Tujuan Pendidikan
Tujuan-tujuan pendidikan dalam aliran realisme adalah dapat menyesuaikan
dirisecara tepat dalam hidup dan dapat melaksanakan tanggung jawab social. Pada
dasarnya tujuan pendidikan pada filsafat realisme ini yaitu melatih kemampuan
dalam mencari kebenaran melalui pengamatan maupun observasi secara langsung
agar siswa bisa menghadapi situasi terkini dengan bimbingan guru untuk mengatasi
masalah yang sedang dihadapi.
5
Kurikulum berisi unsur-unsur pendidikan liberal/pendidikan umum untuk
mengembangkan kemampuan berfikir dan pendidikan praktis untuk
kepentingan bekerja.
Semua kegiatan belajar berdasarkan pengalaman baik langsung maupun
tidak langsung.
Metode mengajar hendaknya bersifat logis, bertahap atau berurutan.
Pembiasaan merupakan sebuah metode pokok yang dipergunakan baik oleh kalangan
penganut realisme maupun behaviorisme.
2. Kekurangan
Pada tingkat pendidikan yang paling rendah, anak akan menerima jenis
pendidikan yangsama. Menurutnya pembawaan dan sifat manusia sama pada
semua orang. Oleh karena itulah,metode, isi, dan proses pendidikan harus
seragam. Namun, tidak semua manusia itu sama dalammenangkap pelajaran
karena kemampuan tiap orang berbeda-beda sehingga harus disesuaikandalam
proses pendidikan.
6
Kekeliruan menilai persepsi, tidak ada penjelasan mengenai objek
khayalan/halusinasi, semua persepsi tergantung konteks visual.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aliran filsafat realisme memperlihatkan bahwa suatu yang riil atau sesuatu
yang benar ada. Maksudnya sesuatu yang merupakan gambaran nyata atau
salinan sebenarnya dalam duniarealitas.
Pendidikan menurut aliran filsafat pndidikan menekankan pada pembentukan peserta
didik agar mampu melaksanakan tanggung jawab sosial dalam menjalanin
kehidupan bermasyarakat. Untuk mncapainya diperlukan pendidikan yang ketat
atau sisetmatis dengan dukungan kurikulumyang komprehensif dan kegiatan belajar
yang teratur dibawah arahan oleh tenaga pendidik.
3.2 Saran
Filsafat berdasarkan rasio, jadi sebaiknya memilih filsafat yang berdasarkan
kemampuan kita. Namun jangan pernah takut untuk berfilsafat.
Filsafat sebaiknya diiringi oleh agama, yang merupakan kebenaran tertinggi agar
tidak terjerumus kedalam hal-hal yang sesat.
8
DAFTAR PUSTAKA
1. https://eurekapendidikan.com
2. https://www.kompasiana.com/filsafat-pendidikan-realisme-dan-tokoh-aliran-realisme
3. Sutono, Agus. "Aliran Realisme Dalam Filsafat Pendidikan." CIVIS 1.1 (2011).
4. http://eprints.umsida.ac.id/7491/1/Makalah-Filsafat-A1-Realisme.pdf
5. Saragih, H., Hutagalung, S., Mawati, A. T., Chamidah, D., Khalik, M. F., Sahri, S., ... &
Kato, I. (2021). Filsafat Pendidikan. Yayasan Kita Menulis.
6. Purba, Edward dan Yusnadi. 2015. Filsafat Pendidikan. Medan: Unimed Press
7. Sadulloh, Uyoh. 2003. Pengantar filsafat pendidikan. Bandung: CV. Alfabeta
8. Gandhi, Teguh Wangsa. 2017. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
9. Irawan, E.N. 2015. Buku Pintar Pemikiran Tokoh-tokoh Psikologi dari Klasik sampai
Modern. Yogyakarta: IRCiSoD