Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HAKIKAT FILSAFAT PENDIDIKAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan


Dosen Pengampu : Khairunnisa, S.Pdi., MA.

Disusun Oleh :
Kelompok 02
Radia Magfirah 210407500035
Nur Asia Maharani 210407500034
Diva Alfathiha Maharani 210407502081
Nur Asisah 210407501065
Imma Febriani M 210407502078
Nurul Qiswa Rahma 210407501056
Kelas M21.5

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya. Adapun
judul dari makalah ini adalah “Hakikat Filsafat Pendidikan”.
Pada kesempatan kali ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
dosen pengampu mata kuliah Filsafat Pendidikan yang telah membimbing dan
mengarahkan kami untuk menyelesaikan makalah ini. Selain itu, kami juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan dapat
membuat makalah ini menjadi lebih baik serta bermanfaat bagi penulis dan
pembaca.

Makassar, 20 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Pengertian Filsafat.........................................................................................3
2.2 Pengertian Pendidikan...................................................................................4
2.3 Pengertian Filsafat Pendidikan......................................................................6
2.4 Karakteristik Studi Filsafat Pendidikan.........................................................7
2.5 Objek Studi Filsafat.......................................................................................9
2.6 Cabang-Cabang Filsafat..............................................................................10
BAB III..................................................................................................................11
PENUTUP..............................................................................................................11
3.1 Kesimpulan..................................................................................................11
3.2 Saran............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kita sepakat bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang tidak asing bagi
kita,terlebih lagi karena kita bergerak di bidang pendidikan. Juga pasti kita
sepakat bahwa pendidikan diperlukan oleh semua orang. Bahkan dapat
dikatakan bahwa pendidikan ini dialami oleh semua manusia dari semua
golongan. Tetapi seringkali orang melupakan makna dan hakikat pendidikan
itu sendiri. Layaknya hal lain yang sudah menjadi rutinitas, cenderung
terlupakan makna dasar dan hakikatnya.
Peran filsafat dalam dunia pendidikan adalah memberi kerangka acuan
bidang filsafat pendidikan, guna mewujudkan cita-cita pendidikan yang
diharapkan olehsuatu masyarakat atau bangsa maka tak mengherankan bila
filsafat pendidikan yang terdapat pada suatu Negara dipengaruhi oleh filsafat
hidup menjadi panutan bangsa dinegara itu masing-masing.
Makalah singkat ini mencoba mengungkap makna Filsafat dan
Pendidikan,,yang terkadang dimaknai secara sempit. Makalah ini akan
memberikan gambaran tentang hakikat filsafat pendidikan dengan
menampilkan pendapat-pendapat para pakar pendidikan baik dari literatur
barat maupun timur.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan maka dapat dibuat
perumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari Filsafat ?
2. Apa pengertian dari Pendidikan ?
3. Apa pengertian filsafat pendidikan ?
4. Apa karakteristik studi Filsafat Penddikan ?
5. Apa objek studi Filsafat ?
6. Apa cabang-cabang Filsafat ?

iv
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan diatas, tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian Filsafat
2. Mengetahui pengertian Pendidikan
3. Mengetahui pengertian Filsafat Pendidikan
4. Mengetahui karakteristik studi Filsafat Pendidikan
5. Mengetahui objek studi Filsafat
6. Mengetahui cabang-cabang Filsafat

v
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat


Istilah filsafat (Inggris: philosophy; Arab: falsafah) berasal dari dua kata
dalam bahasa Yunani Kuno, yaitu philein atau philos yang berarti cinta atau
sahabat, dan shopia atau sophos yang berarti kebijaksanaan. Kedua kata
tersebut membentuk istilah philosophia. Dengan demikian, berdasarkan asal
usul katanya, philosophia (filsafat) berarti cinta kepada kebijaksanaan atau
sahabat kebijaksanaan. Karena istilah philosophia dalam bahasa Indonesia
identik dengan istilah filsafat, maka untuk orangnya, disebut filsuf.
Filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan
dengan kebenaran ilmu yang sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu
hanya ditinjau dari segi yang dapatdiamati oleh manusia saja. Filsafat
menjadi sumber dari segala kegiatan manusia atau mewarnai semua
aktivitas warga negara dari suatu bangsa. Pendidikan adalah
usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-
potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-
nilai yang ada didalam lingkungan masyarakat dan lingkungan. Ilmu
pendidikan yaitu menyelidiki, merenungi tentang gejala-gejalan
perbuatan mendidik. Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan
persoalan logika, yaitu: logika formal yang dibangun atas prinsip koherensi,
dan logika dialektis dibangun atas prinsip menerima dan membolehkan
kontradiksi. Hubungan interaktif antara filsafat dan pendidikan
berlangsung dalam lingkaran kultural dan pada akhirnya menghasilkan
yang disebut dengan filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan adalah hasil
pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai keakar-akarnya
mengenai pendidikan. Filsafat pendidikan dijabarkan dari filsafat, artinya
filsafat pendidikan tidak boleh bertentangan dengan filsafat.

vi
Filsafat dapat diartikan sebagai suatu pendirian hidup (individu) dan dapat
juga disebut pandangan hidup. Pada bagian lain Harold Tisus mengemukakan
makna filsafat yaitu:
1. Filsafat adalah suatu sikap tentang hidup dan alam semesta.
2. Filsafat adalah suatu metode berfikir reflektif dan penelitian penalaran.
3. Filsafat adalah suatu perangkat masalah-masalah.
4. Filsafat adalah seperangkat teori dan sistem berpikir.

Berfilsafat merupakan salah satu kegiatan/pemikiran manusia yang


memiliki peran yang penting dalam menentukan dan menemukan
eksistensinya. Berfilsafat berarti berfikir, tetapi tidak semua berfikir dapat
dikategorikan berfilsafat. Berfikir yang dikatagorikan berfilsafat adalah
apabila berfikir tersebut mengandung tiga ciri yaitu radikal, sistematis, dan
universal. Untuk itu filsafat menghendaki pikiran yang sadar, yang berarti
teliti dan teratur. Berarti bahwa manusia menugaskan pikirannya untuk
bekerja sesuai dengan aturan dan hukum-hukum yang ada, berusaha menyerap
semua yang berasal dari alam, baik yang berasal dari dalam dirinya atu
diluarnya.

2.2 Pengertian Pendidikan


Dalam bahasa Arab pendidikan disebut Tarbiyah yang diambil darikata
Rabba yang bermakna memelihara, mengurus,merawat, mendidik. Dalam
literatur-literatur berbahasa Arab kata Tarbiyah mempunyai bermacam
macam definisi yang intinya sama mengacu pada proses pengembangan
potensi yang dianugrahkan pada manusia.
Pendidikan menurut pengertian Yunani adalah “ pedagogik ” yaitu ;
 The art, practice of profession of teaching “seni, praktik atau profesi
sebagai pengajar (pengajaran)
 The sistematized learning or instruction concerning principles andmethods
of teaching and of student control and guidance; lagerly replaced by the
term of education “ilmu yang sistematis atau pengajaran yang

vii
berhubungan dengan prinsip-prinsip dan metode-metode mengajar
pengawasan dan bimbingan murid dalam arti luas diartikan dengan istilah
pendidikan”

Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia


untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat
dan kebudayaannya. Dengan demikian, bagaimanapunsederhananya
peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu
proses pendidikan. Karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada
sepanjang peradaban umat manusia. Pendidikan pada hakikatnya merupakan
usaha manusia melestarikan hidupnya.
Beberapa pengertian dari pendidikan ;
 Didalam Wikipedia Bahasa Indonesia, Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.
 Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
 Pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadarakan
kemanusiaannya, dalam membimbing, melatih, mengajar,menanamkan
nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepadagenerasi muda, agar
nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-
tugas hidupnya sebagai manusia, sesuaidengan sifat hakikat dan cirri
kemanusiaannya
 Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai upaya untuk
memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat
memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang
selarasdengan alam dan masyarakatnya.

viii
Jadi keseimpulannya pendidikan itu adalah proses atau kegiatan
yangsengaja diarahkan untuk merubah tabiat (behavior) manusia
menjadilebih baik atau memanusiakan manusia melalui upaya pengajaran
danlatihan.

2.3 Pengertian Filsafat Pendidikan


Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli mengenai filsafat
pendidikan. Randal Curren (via Chambliss, 2009: 324) mengatakan bahwa
filsafat pendidikan adalah penerapan serangkaian keyakinan-keyakinan
filsafati dalam praktik pendidikan. Kneller (1971: 4) mengatakan sebagai
berikut.
Just a formal philosophy attemps to understand reality as a whole by
explaining it in the most general and systematic way, so educational
philosophy seeks to comprehend educationin its entirely, interpreting it by
means of generals concept that will guide our choice of educational ends
and policies. In the same way that general philosophy coordinates the
findings of the different sciences, educational philosophy interprets these
findings as they bear on education. Scientific theories do not carry direct
educational implication; they cannot be applied to educational practice
without first being examined philosophically.

Dari pendapat Kneller dapat dipahami bahwa filsafat dalam arti formal
berusaha untuk memahami kenyataan sebagai suatu keseluruhan dengan
menjelaskannya sedemikian rupa secara umum dan sistematis. Pernyataan
Kneller sejalan dengan pendapat Tafsir (2010: 5) yang mengatakan bahwa
objek yang diteliti filsafat ialah objek yang abstrak; paradigma yang
mendasari penelitiannya ialah paradigma rasional; metode penelitiannya
disebut metode rasional.
Demikian pula halnya dengan filsafat pendidikan yang berusaha untuk
memahami pendidikan secara lebih mendalam, menafsirkannya dengan
menggunakan konsep-konsep umum yang dapat menjadi petunjuk atau arah
bagi tujuan-tujuan dan kebijakan pendidikan. Dengan cara yang sama, filsafat
umum mengkoordinasikan temuan-temuan dari berbagai cabang ilmu, dan
filsafat pendidikan menafsirkan temuan-temuan ini untuk digunakan dalam

ix
bidang pendidikan. Teori-teori ilmiah tidak memiliki implikasi langsung
dalam pendidikan; teori-teori ini tidak dapat langsung diterapkan dalam
praktik pendidikan tanpa terlebih dahulu diuji secara filsafati (Kneller, 1971:
5). Teori filsafat pendidikan ialah teori rasional tentang pendidikan. Teori
tersebut tidak pernah dapat dibuktikan secara empiris. Di samping teori
filsafat pendidikan, ada pula teori ilmu pendidikan. Teori ini adalah teori
rasional dan ada bukti empiris tentang pendidikan (Tafsir, 2010: 6).
Filsafat pendidikan berusaha menjelaskan banyak makna yang berbeda
yang berhubungan dengan berbagai istilah-istilah yang banyak digunakan
dalam lapangan pendidikan seperti ”kebebasan”, ”penyesuaian”.
”pertumbuhan”, ”pengalaman”, ”kebutuhan”, dan ”pengetahuan”.
Penjernihan istilah-istilah akan sampai pada hal-hal yang bersifat hakiki,
maka kajian filsafati tentang pendidikan akan ditelaah oleh cabang filsafat
yang bernama metafisika atau ontologi. Ontologi menjadi salah satu landasan
dalam filsafat pendidikan. Selain itu, kajian pendidikan secara filsafati
memerlukan pula landasan epistemologis dan landasan aksiologis.

Filsafat mempunyai hubungan yang erat dengan pendidikan, baik


pendidikan dalam arti teoretis maupun praktik. Setiap teori pendidikan selalu
didasari oleh suatu sistem filsafat tertentu yang menjadi landasannya.
Demikian pula, semua praktik pendidikan yang diupayakan dengan sungguh-
sungguh sebenarnya dilandasi oleh suatu pemikiran filsafati yang menjadi
ideologi pendorongnya. Pemikiran filsafati tersebut berusaha untuk
diwujudkan dalam praktik pendidikan. Pernyataan tersebut sejalan dengan
pendapat Barnadib (1994: 4) bahwa filsafat pendidikan pada dasarnya
merupakan penerapan suatu analisis filosofis terhadap lapangan pendidikan.

2.4 Karakteristik Studi Filsafat Pendidikan


Sesuai dengan definisi Endang syaifuddin ansori bahwa filasat adalah
meliputi tentang hakikat semua yang ada secara radikal, integral, dan

x
sistematis. Dari pengertian tersebut secara tidak langsung telah dijelaskan
tentang karakteristik filsafat yang meliputi radikal, integral dan sistematis.
Berfilsafat adalah berfikir, namun tidak semua berfikir adalah berfilsafat.
Berfikir filsafat mempunyai karakteristik atau ciri-ciri khusus. Bermacam-
macam buku menjelaskan cirri-ciri berfikir filsafat dengan bermacam-macam
pula. Tidak lain diantaranya akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Radikal
Berfilsafat berarti berfikir radikal. Filsuf adalah pemikir yang
radikal. Karena berfikir secara radikal, ia tidak akan pernah berhenti
hanya pada suatu wujud realitas tertentu. Keradikalan berfikirnya itu
akan senantiasa mengobarkan hasratnya untuk menemukan realitas
seluruh kenyataan, berarti dirinya sendiri sebagai suatu realitas telah
termasuk ke dalamnya sehingga ia pun berupaya untuk mencapai akar
pengetahuan tentang dirinya sendiri. Telah jelas bahwa artinya berfikir
radikal bisa diartikan berfikir sampai ke akar-akarnya, tidak tanggung-
tanggung, sampai kepada konsekuensinya yang terakhir. Berfikir itu
tidak setengah-setengah, tidak berhenti di jalan tetap terus sampai ke
ujungnya.
Berfikir radikal tidak berarti hendak mengubah, membuang atau
menjungkirbalikkkan segala sesuatu, melainkan dalam arti sebenarnya,
yaitu berfikir secara mendalam. Untuk mencapai akar persoalan yang
dipermasalahkan. Berfikir radikal justru hendak memperjelas realitas.
2. Integral
Integral yang berarti mempunyai kecenderungan untuk memperoleh
pengetahuan yang utuh sebagai suatu keseluruha atau filsafat
memandang objeknya secara integral.
3. Sistematis
Sistematis disini artinya susunan dan urutan (hierarki), juga kaitan
suatu masalah dengan materi atau masalah lain yang terdapat pada
filsafat. Lantas, apa yang dimaksud dengan materi atau permasalahn
filsafat dan bagai mana susunan dan hubungan satu masalah dengan

xi
masalah yang terjadi? Menurut Langeveld (1959) mengajukan tiga
masalah pokok dalam filsafat yang melahirkan jenis jenis filsafat,
disebut dengan problematika filsafat. Ketiga masalah tersebut antara
lain:
a. Masalah mengenal dan mengetahui atau cognition
b. Masalah segala sesuatu atau metafisika
c. Masalah penilaian dan aksiologi

2.5 Objek Studi Filsafat


Objek filsafat menurut A. Tafsir (2001: 21-22) ada dua macam, yaitu:
objek materia dan objek formal. Pertama, objek material dari filsafat adalah
segala yang ada dan yang mungkin ada. Maksudnya adalah segala sesuatu
yang nampak terlihat oleh kasat mata manusia, dan yang mungkin hanya
“terlihat” oleh mata hati manusia. Yang terlihat oleh mata ini adalah hal yang
material. Yang di luar material dapat diketahui melalui keyaki- nan,
selanjutnya adalah pencarian fakta-fakta untuk melengkapi kenyakinannya
itu. Kedua, objek forma, yaitu sifat penyelidikan. Objek forma filsafat adalah
penyelidikan yang mendalam. Arti- nya, ingin mengetahui sesuatu bagian
dalamnya atau secara men- dalam. Kata mendalam, artinya ingin mengetahui
tentang objek yang tidak empiris.Tuhan juga merupakan wilayah objek
material filsafat. Ma- nusia mencari jawaban tentang alam, manusia,
kemudian mem- pertanyakan siapa yang menciptakan alam ini. Muncullah
jawa- ban yang menciptakan alam ini adalah penggerak pertama. Peng- gerak
pertama disebut pula penyebab pertama atau Prima causa. Muncullah filsafat
ketuhanan yang merupakan jawaban terhadap persoalan penciptaan alam dan
manusia ini.
1. Objek material
Objek material adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian
atau pembentukan pengetahuan itu. Objek material juga adalah hal yang
diselidiki, dipandang. Atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Objek material
mencakup apa saja, baik hal-hal konkret ataupun hal yang abstrak. Objek

xii
material filsafat ini merupakan salah satu hal yang penting sebagai jalan
untuk menemukan hakekat yang sebenarnya.
2. Objek formal
Objek formal yaitu sudut pandangan yang ditujukan pada bahan dari
penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek
material itu disorot. Objek formal suatu ilmu tidak hanya memberi
keutuhan suatu ilmu, tetapi pada saat yang sama membedakannya dari
bidang-bidang yang lain. Suatu objek material dapat ditinjau dari berbagai
bidang sehingga menimbulkan ilmu-ilmu yang berbeda-beda. Misalnya
objek materialnya adalah manusia dan ditinjau dari berbagai macam sudut
pandang sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia
diantaranya, psikologi, antropologi, sosiologi, dan sebagainya.

2.6 Cabang-Cabang Filsafat


Cabang-cabang filsafat yang utama adalah sebagai berikut :
1. Metafisika (ontologi).
Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari hakekat realitas
terdalam dari segala sesuatu, baik yang bersifat fisik maupun yang bersifat
non fisik.
2. Epistemologi
Epistemologi adalah cabang filsafat yang melakukan penelaahan tentang
hakekat pengetahuan manusia. Secara khusus, dalam epistemologi
dilakukan kajian-kajian yang mendalam tentang hakekat terjadinya
perbuatan mengetahui, sumber pengetahuan, tingkat-tingkat pengetahuan,
metode untuk memperoleh pengetahuan, kesahihan pengetahuan, dan
kebenaran pengetahuan.
3. Aksiologi
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari hakekat nilai. Berdasar
pada pokok penekanannya, aksiologi dapat dibagi menjadi etika (filsafat
tentang baik buruk perilaku manusia) atau filsafat moral dan estetika atau
filsafat keindahan. Selain cabang-cabang utama filsafat di atas,masih

xiii
terdapat cabang-cabang filsafat lain yang bersifat khusus. Cabang filsafat
khusus itu antara lain adalah: filsafat manusia, filsafat ketuhanan, filsafat
alam (kosmologi), filsafat agama, filsafat sosial dan politik, filsafat seni,
filsafat politik, filsafat ekonomi dan filsafat pendidikan (Hanurawan,
2012).

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Filsafat itu ialah suatu ilmu yang membahas dan mempersoalkan
tentangsegala sesuatu dan yang mungkin ada dalam jagat raya ini secara
universal,sistematis, sedalam-dalamnya untuk menemukan kebenaran hakiki
atau hikmah yangtertinggi demi mencapai kebijaksanaan.
Hakikat pendidikan adalah upaya sadar untuk mengembangkan potensi
yangdianugerahkan Tuhan kepada manusia dan diarahkan pada tujuan yang
diharapkanagar memanusiakan manusia atau menjadikannya sebagai insan
kamil, manusia utuhatau kaffah. Hakikat pendidikan ini dapat terwujud
melalui proses pengajaran, pembelajaran (ta‟lim dan tadris), pembersihan dan
pembiasaan (tahdzib dan ta`dib),dan tadrib (latihan) dengan memperhatikan
kompetensi kompetensi berupa profesi,kepribadian dan sosial.
Filsafat pendidikan memang suatu disiplin yang bisa dibedakan tetapi
tidakterpisah baik dari filsafat maupun juga pendidikan, ia beroleh asupan
pemeliharaandari filsafat. Ia mengambil persoalannya dari pendidikan,
sedangkan metodenya darifilsafat. Berfilsafat tentang pendidikan menuntut
suatu pemahaman yang tidak hanyatentang pendidikan dan persoalan-
persoalannya, tetapi juga tentang filsafat itu sendiri.

xiv
3.2 Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami susun. Semoga dapat bermanfaat
bagi kita semua, akhir kata penulis menyadari bahwa makalah ini bukanlah
proses akhir, tetapi merupakan langkah awal yang masih banyak memerlukan
perbaikan. Karena itu kami sangat mengharapkan tanggapan, saran dan kritik
yang membangun demi sempurnanya makalah kami yang selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Barnadib, Imam.1996. Filsafat Pendidikan-Sistem dan Metode.


Barnadib, Imam. 1994. Filsafat Pendidikan: Sistem dan Metode. Yogyakarta:
Andi Offset.
Chambliss, JJ. 2009. “Philosophy of Education Today”. Dalam Jurnal:
Educational Theory. Vol. 59, p. 233-251. University of Illinois at Urbana:
Dept. of Educational Policy Studies
Djamaluddin Ahdar. 2014. Filsafat Pendidikan. Jurnal Filsafat Pendidikan. Vol 1
Heris Hermawan. Filsafat Umum (Bandung: CV. Insan Mandiri, 2010)
Soyomukti Nuruni. Pengantar Filsafat Umum (Yogyakarta. Ar Ruzz Media.
2011), Him, 155-162
Tafsir, Ahmad. 2010. Filsafat Pendidikan Islami: Integrasi Jasmani, Rohani dan
Kalbu Memanusiakan Manusia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Zen, Zelhendri. 2014. Filsafat Pendidikan. Padang : Sukabina Press

xv

Anda mungkin juga menyukai