Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SEJARAH DAN PERKEMBANG RETORIKA

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Ketrampilan Retorika

Dosen Pengampu Mata Kuliah:

Siti Rofi’ah, M.Pd. I

Disusun Oleh:

M. Anas Hidayatullah 2193064009


Aisyah Zaharani Bilqis 2193064003
Lu’lu’ul Mahfudhoh 2193064011
Latifatul Hariroh 2193064012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI

TEBUIRENG JOMBANG

2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullohi Wabaraktuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, inayah, taufik
dan hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada yang terhormat Ibu SITI
ROFI’AH, M. Pd, I yang senantiasa membimbing dan memberikan ilmu juga
motifasinya, semoga Allah SWT menambahkan kesehatan dan keberkahan,
terimakasih pula kepada teman-teman mahasiswa yang sudah memberikan kami
dukungan dan semangat.

Karya tulis ini kami akui masih banyak kekurangan karena keterbatasan
pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat konstruktif untuk kesempurnaan
makalah ini, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini untuk
kedepannya agar menjadi lebih baik.

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi para
pembacanya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullohi Wabarakatuh

Jombang, 17 Pebruari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.....................................................................................................................4

A. Latar Belakang...................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah..............................................................................................................4

C. Tujuan Masalah..................................................................................................................5

BAB II.......................................................................................................................................6

PEMBAHASAN.......................................................................................................................6

A. Sejarah dan Perkembangan Retorika pada Abad Yunani Kuno........................................6

B. Sejarah dan Perkembangan Retorika pada Zaman Modern...............................................8

C. Sejarah dan Perkembangan Retorika pada Zaman Romawi Kuno..................................10

D. Sejarah dan Perkembangan Retorika pada Abad Pertengahan........................................11

BAB III....................................................................................................................................13

PENUTUP...............................................................................................................................13

A. Kesimpulan......................................................................................................................13

B. Saran................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Retorika secara sistematis dan metodologis telah dipelajari, diteliti, dan


dipraktekkan oleh Sokretres dan penerusnya. Ada juga yang memberi pengertian
retorika sebagai seni penggunaan bahasa yang efektif. Yang lain mengatakan retorika
sebagai public speaking atau berbicara didepan umum. Pengertian retorika secara
sempit adalah hanya mengenai bicara, sedang secara luas tentang penggun- aan
bahasa lisan dan tulisan. Menurut Sunarjo (1983:49-52), pengertian retorika dapat
dilihat dari tinjauan filosofis dan tinjauan ilmu komunikasi.

Secara filosofis, retorika dapat dirunut dari nilai-nilai yang terkandung di


dalamnya. Filsuf Aristoteles mempertegas bahwa emosi manusia bervariasi dan ini
dapat diperguna- kan oleh seorang orator atau pembicara untuk mempengaruhi
audiensnya. Aristoteles pun memberikan pengertian bahwa retorika sebagai seni yang
memiliki nilai-nilai tertentu. Nilai itu adalah kebenaran dan keadilan yang mempunyai
kekuasaan dan kekuatan dalam masyarakat.

Pengertian retorika pun berkembang sesuai dengan zamannya. Pengertian


retorika dewasa ini mencakup beberapa hal (Aly, 1994: 5), yaitu: prinsip-prinsip
mengenai komposisi yang persuasif dan efektif serta ketrampilan yang harus dimiliki
oleh seorang ahli pidato (orator); prinsip-prinsip mengenai komposisi prosa pada
umumnya (secara lisan atau tertulis dan fiktif atau ilmiah); kumpulan ajaran teoretis
mengenai seni komposisi verbal (prosa atau puisi) beserta cara-cara yang
dipergunakan dalam prosa atau puisi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah dan Perkembangan Retorika pada Zaman Yunani Kuno?


2. Bagaimana Sejarah dan Perkembangan Retorika pada Zaman Modern?
3. Bagaimana Sejarah dan Perkembangan Retorika pada Zaman Abad Romawi
Kuno?
4. Bagaimana Sejarah dan Perkembangan Retorika pada Zaman Pertengahan?

4
C. Tujuan Masalah

1. Mampu Memahami Sejarah dan Perkembangan Retorika pada Zaman Yunani


Kuno
2. Mampu Memahami Sejarah dan Perkembangan Retorika pada Zaman Modern
3. Mampu Memahami Sejarah dan Perkembangan Retorika pada Zaman Romawi
Kuno
4. Mampu Memahami Sejarah dan Perkembangan Retorika pada Zaman
Pertengahan

BAB II

5
PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Perkembangan Retorika pada Abad Yunani Kuno

Retorika berkembang pada era Yunani. Seperti dijelaskan oleh Aly (1994:12-
20), pada masa inilah retorika mengalami puncak keemasan. Ini terkait dengan sejarah
awal keberadaan orang Yunani sebagai perantau yang memiliki jiwa petualang.
Mereka merantau karena kondisi geografis negara Yunani yang terletak di
Semenanjung Balkan tidak subur dan sedikit memberikan hasil bagi penduduknya,
kemudian mereka merantau ke tanah asing dan mendirikan negara baru di sekitar laut
Egia dan pantai Asia Kecil. Di tanah rantau ini, orang Yunani mengalami perbaikan
ekonomi dan mampu membeli budak untuk mengurus pekerjaan mereka sehari-hari
sehingga mereka mempunyai banyak waktu luang. Waktu senggang dimanfaatkan
untuk memperkuat kemuliaan hidup dengan seni dan buah pikiran. Ilmu pengetahuan
pun berkembang yang dituju- kan untuk mencari kebenaran sehingga lahir- lah
filsafat.
Orang Yunani hidup berkelompok dalam sistem kemasyarakatan yang teratur
yang disebut dengan Polis atau negara kota. Polis merupakan lembaga politik yang
meliputi kekuasaan secara otonomi, swasembada dan kemerdekaan. Ketiga faktor
inilah yang melatarbelakangi kebebasan berpikir yang membantu munculnya filsafat.
Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan hal- hal yang abstrak secara jernih dan
jelas. Konsep tentang masyarakat dan politik adalah abstrak, yakni menyangkut tujuan
didirikannya negara, sistem pemerintahan, dan kepemim- pinan. Kemampuan
menggunakan bahasa menjadi incaran bagi orang yang ingin masuk dalam jajaran elit
politik Yunani.
Ketrampilan menggunakan bahasa men- dapat perhatian dari penguasa pada
masa itu untuk merebut kekuasaan dan melebarkan pengaruhnya. Bahkan, para
penguasa itu menyewa agitator untuk memperkuat penga- ruh mereka di mata
masyarakat. Para agita- tor ini mempengaruhi pendapat umum dengan menggunakan
alasan-alasan keagamaan dalam pernyataannya. Perkembangannya, para agitator ini
mempelajari seni berbicara untuk meningkatkan penghasilannya karena mereka
dibayar. Ada yang menyebut agitator ini sebagai kaum sophist yang artinya orang
yang menipu orang lain dengan meng- gunakan argumen-argumen yang tidak sah.

6
Para sophist ini berkeliling dari satu tempat ke tempat lain sambil berbicara di depan
umum. Jika dirunut dari asal katanya, sophist dari kata sophos yang artinya cerdik
pandai karena ahli dalam berbagai ilmu, baik politik, bahasa, dan filsafat.
Perkembangannya men- jadi ejekan atau sebutan bagi mereka yang pandai bersilat
lidah dan memainkan kata-kata dalam berbicara. Representasinya adalah agitator yang
dibayar sehingga muncul kono- tasi yang negatif.

Tokoh Retorika Yunani Kuno


1. Gorgias (485 SM – 380 SM)
Gorgias adalah seorang sofis dan ahli retorika yang hidup sebelum era
Socrates sebagai salah satu tokoh retorika yang paling menonjol pada
masa itu. Lahir di Leontini, Sicilia, dan di kemudian hari menetap di
Atena. Gorgias dapat dikatakan sebagai salah public speaker
profesional, sekaligus komersil, yang pertama dalam sejarah. Gorgias
sering mengadakan pidato di tempat-tempat umum ternama seperti
Olympia dan Delphi. Ia juga menarik bayaran atas pengajaran yang
diberikan lewat pidatopidatonya. Keunggulan penampilan Gorgias
adalah, dalam pidatonya, ia selalu menerima pertanyaan-pertanyaan
dari audiens secara acak dan ia mampu memberikan jawaban secara
impromptu atau tanpa persiapan. Menurut Gorgias, seorang ahli
retorika yang baik dapat berbicara dengan cara yang meyakinkan
dalam topik apapun, sekalipun ia tidak berpengalaman di bidang
tersebut. Pendapatnya ini menunjukkan bahwa retorika, sebagai
sebuah seni dan teknik berkomunikasi, dapat dimanfaatkan untuk
mengkomunikasikan apapun, tidak hanya pidato politik.
2. Plato
Plato membuat tulisan paling berpengaruh pada Abad 4 SM tentang
retorika dengan judul “Gorgias” sebagai tokoh yang mewakili tradisi
retorika yang dikritiknya. Ketika itu, retorika adalah praktek yang
sangat populer di Athena. Tulisan tersebut ditulis Plato untuk
merespon kekaguman berbagai pihak pada masa itu terhadap retorika
sebagai seni berbicara yang dianggap sangat berguna. Karena
kekuatan retorika untuk mempersuasi audiensnya, tulisan ini pun
dipandang secara negatif. Dalam tulisan Plato diceritakan pandangan

7
Socrates yang mengatakan bahwa retorika tidak lebih dari cara orang-
orang “pandai” untuk membujuk pendengar-pendengar yang “polos”
untuk setuju dengan mereka. Plato sendiri sempat menyebut retorika
sebagai perbuatan yang “licik” dan “buruk” (foul and ugly).
3. Aristoteles
Aristoteles dapat dikatakan sebagai kontributor terbesar dalam
perkembangan retorika di Dunia Barat. Tiba di Athena pada 367 SM,
tepat satu abad setelah sejarah mencatat masa di mana tradisi retorika
dimulai. Pada usia 17 tahun, ia mengikuti Akademi yang didirikan
Plato. Pada awalnya, Aristoteles mengambil posisi yang kritis
terhadap retorika, seperti halnya yang dilakukan oleh Plato. Namun
pada akhirnya Aristoteles mempelajari lebih dalam tentang seni
retorika dan menulis sebuah karya yang hingga kini masih sangat
berpengaruh dalam tradisi intelektual berjudul Retorika. Dalam
tulisannya tersebut, Aristoteles menyusun sebuah pelajaran retorika
yang sistematis untuk murid-muridnya. Ini juga sekaligus merupakan
usahanya untuk melegitimasikan pembelajaran tentang retorika dalam
sekolahnya, Lyceum.

B. Sejarah dan Perkembangan Retorika pada Zaman Modern

Retorika modern ditandai dengan muncul- nya renaissance atau abad


pencerahan sekitar tahun 1200-an. Menurut Jalaluddin Rahmat, ada tiga aliran
retorika modern.
1. Pemikiran epistemologis
berusaha mengkaji retorika klasik dalam sorotan perkembangan psikologi
kognitif, yakni yang membahas proses men- tal. Tokoh-tokoh aliran
epistemologis ini di antaranya: (1) Roger Bacon yang menekankan
retorika pada penggunaan rasio dan imajinasi untuk menggerakkan
kemauan secara lebih baik. Rasio, imajinasi, dan kemauan merupa- kan
kajian psikologis yang mendapat perhatian dari ahli retorika modern. (2)
George Campbell yang menjelaskan perilaku manusia dalam empat
tataran, yakni pemahaman, memori, imajinasi, perasaan, dan kemauan.
Retorika diarahkan pada upaya mencerahkan pema- haman,

8
menyenangkan imajinasi, menggerak- kan perasaan, dan mempengaruhi
kemauan. (3) Richard Whately yang memusatkan per- hatian pada
argumentasi sebagai fokus reto- rika. Bagi beliau, retorika harus
mengajarkan bagaimana mencari argumentasi yang tepat dan
mengorganisasikannya secara baik. Oleh karena itu, menelaah proses
berpikir khalayak sangat penting.
2. Aliran Belles Lettres

Belles Lettres maksudnya dalam bahasa Prancis adalah tulisan yang indah.
Retorika Belletris sangat mengutamakan keindahan bahasa, segi-segi
estetis pesan, kadang- kadang mengabaikan segi informatifnya. Tokoh
aliran ini adalah Hugh Blair yang menulis Lectures on Rhetoric and
Belles Lettres. Ia menghubungkan antara retorika, sastra, dan kritik
sehingga memunculkan kajian cita rasa (taste) yakni kemampuan untuk
memperoleh kenikmatan dari pertemuan dengan apapun yang indah. Anda
akan senang melihat musik dan tarian yang indah, pemandangan yang
indah pidato yang indah. Citarasa ini akan mencapai kesempurnaan ketika
kenikmatan indrawi dipadukan dengan rasio. Rasiolah yang menjelaskan
sumber-sumber kenikmat- an.

Baik aliran epistemologis maupun belles letters memusatkan perhatian


pada persiap- an pidato yang meliputi penyusunan pesan dan penggunaan
bahasa.

3. Aliran Elokusionis

Aliran ini menekankan teknik penyam- paian pidato. Tokohnya


Gilbert Austin. Ia mem- beri petunjuk praktis penyampaian pidato, yaitu
pembicara tidak boleh melantur, mengarah- kan matanya langsung kepada
pendengar, dan menjaga ketenangannya. Ia tidak boleh segera melepaskan
seluruh suaranya, tetapi mulailah dengan nada yang paling rendah, dan
mengeluarkan suaranya sedikit saja. Hal ini perlu dilakukan untuk
mendiamkan gumaman orang dan untuk menarik perhatian mereka.

Gerakan elokusionis banyak dikritik karena berlebihan pada


persoalan teknik, sehingga pembicara tidak lagi berbicara dan bergerak
secara spontan. Gerakannya men- jadi semu.

9
C. Sejarah dan Perkembangan Retorika pada Zaman Romawi Kuno

Teori retorika Aristoteles sangat sistematis dan komprehensif. Pada satu sisi,
teori Aristoteles dapat dikatakan telah memberikan dasar-dasar teoretis yang kokoh
bagi retorika, dan pada sisi lain, uraiannya yang lengkap danpersuasif mengenai
retorika berhasil membungkam para ahli retorika generasi sesudah Aristoteles.

Orang-orang Romawi selama dua ratus tahuntidak menambahkan apa-apa


yang berarti bagi perkembangan retorika. Buku Ad Herrenium, yang ditulis dalam
bahasa Latin kira-kira pada tahun 100 SM, hanya disistematisasikan dengan cara
Romawi sebagai warisan retorika gaya Yunani. Orang-orang Romawi bahkan hanya
mengambil segi-segi praktisnya. Walaupun demikian, kekaisaran Romawi tidak saja
subur dengan sekolah-sekolah retorika tetapi juga kaya dengan orator-orator ulung
seperti Antonius, Crassus, Rufus, dan Hortensius. Tokoh yang disebut terakhir
terkenal piawai dalam berpidato sehingga para seniman berusaha mempelajari
gerakan dan cara penyampaian pidatonya. Pada zaman Romawi (sekitar abad ke-3
SM) selain dikenal beberapa ahli retorika seperti Appius Clodius Caecus (300 SM),
Cato de Censoris, Serculpicus Galba, Caius Graechus, Markus Antonius, dan Lucius
Licinus Crassus, kemampuan Hortensius disempurnakan oleh Cicero. Cicero sendiri
adalah seorang negarawan sekaligus cendekiawan. Sejarah tentang dirinya mencatat
bahwa pernah hanya dalam dua tahun (45-44 SM), Cicero menulis banyak buku
filsafat dan lima buah buku retorika meskipun melalui teori-teori yang
dikembangkannya tidak banyak menampilkan penemuan baru.

Caesar, penguasa Romawi memuji Cicero sebagai tokoh yang telah


menemukan semua khazanah retorika, dan sebagai orang pertama yang menggunakan
semua khazanah retorika itu. Menurut Caesar, Cicero telah memperoleh kemenangan
yang lebih baik dibandingkan dengan kemenangan yang diperoleh para jenderal.
Dasar alasan pujian Caesar kepada Cicero adalah karena menurut Caesar;
“memperluas batas-batas kecerdasan manusia adalah Cicero 1.20 Retorika tindakan
yang jauh lebih mulia dan agung daripada memperluas batas-bataskerajaan Romawi”.
Kelebihan dalam menyajikan satu sisi masalah atau karakter tercermin dalam 57 buah
pidato Cicero. Kelebihan pidato Cicero tersebut terwujud dalam kemampuannya
untuk menghibur khalayak dengan humor dan anekdot, dapat menggugah
10
kebanggaan, prasangka, perasaan, patriotisme dan kesalehan, mampu mengungkapkan
kelemahan lawan, sanggup mengalihkan perhatian secara terampil dari pokok-pokok
pembicaraan yang kurang menguntungkan, tangguh dalam menghadapi berondongan
pertanyaan retoris yang sulit dijawab.

Quintillianus mendirikan sekolah retorika. Ia sangat mengagumi Cicero dan


berusaha merumuskan teoriteori retorika dari pidato dan tulisan Cicero. Apa yang
dapat dipelajari dari Quintillianus? Secara singkat dapat dikatakan bahwa
Quintillianus mendefinisikan retorika sebagai ilmu berbicara secara baik. Pendidikan
calon orator menurut Quintillianus harus dimulai sebelum manusia dilahirkan dan
sebaiknya berasal dari keluarga terdidik sehingga bisa menerima ajaran yang benar
dan moralitas yang baik sejak pertama kali menghirup napas kehidupan. Berdasarkan
pandangan Quintillianus tersebut, jelaslah bahwa tidak mungkin seseorang menjadi
manusia terpelajar dan terhormat hanya dalam satu generasi.

D. Sejarah dan Perkembangan Retorika pada Abad Pertengahan

Pada abad pertengahan (sekitar abad ke-5-15 M), retorika mulai dikaitkan
dengan sikap kenegarawanan. Para orator di zaman ini, sebagian besar terlibat dalam
kegiatan politik. Untuk berhasil meraih kemenangan politik, retorika digunakan
dengan cara membicarakan sesuatu atau persoalan sampai tuntas. Retorika yang
tumbuh subur pada zaman ini adalah retorika yang menggunakan model demokratis.
Namun ketika demokrasi Romawi mengalami kemunduran, dan kaisar demi kaisar
memegang pemerintahan, "berbicara" diganti dengan "membunuh", retorika mulai
terkikis dan mengalami kemunduran. Para kaisar tidak senang mendengar orang yang
pandai berbicara karena dianggap bisa mengganggu tahtanya.

Menjelang akhir abad pertengahan, tepatnya pada abad ke-12, muncul usaha
untuk menciptakan suatu kebudayaan baru yang didasarkan pada pengetahuan
retorika yang bersifat teoritis. Retorika teoretis ini diperkenalkan berdasarkan buku
retorika Ad Herenium dan karya Cicero, De Inventione. Perhatian pun dicurahkan
semata-mata pada bagian retorika yang terkait dengan style atau gaya berpidato.
Dirintis oleh Peter Ramus, pada zaman pencerahan atau Renaissance (sekitar abad ke-
15-18 M), retorika kembali dianggap penting. Peter Ramus memopulerkan gagasan
Argicola secara gemilang dan sangat berpengaruh dalam melahirkan aliran retorika

11
yang dikenal dengan sebutan Ramisme. Aliran Ramisme membagi retorika pada dua
bagian, yaitu penemuan (Inventio) dan disposisi dari retorika (Dispositio) yang
dimasukkan dan diperkenalkan sebagai bagian dari dialektika (logika).

Adapun retorika sendiri dipandang hanya berkaitan dengan elocutio dan


pronuntiatio saja. Taksonomi Ramus berlangsung selama beberapa generasi. Dalam
retorika aliran Ramisme ini, style masih dipertahankan, sedangkan pidato sudah tidak
dianggap penting lagi. Kekurangan pandangan Ramisme adalah bahwa dalam
pandangan mereka terjadi dikotomi antara gagasan dan kata yang mengungkap
gagasan itu sendiri. Bahkan, akibat dari cara pandang ini, sendi-sendi seni retorika
mulai mengalami keruntuhan. Meskipun demikian, zaman Renaissance dapat disebut
sebagai era yang menjembatani munculnya retorika modern, terutama dikenal melalui
tokoh yang sangat berpengaruh, Roger Bacon (1214-1219). Memasuki zaman
modern, perkembangan retorika tidak dapat dilepaskan dari jasa-jasa beberapa negara
maju di dunia ini yang oleh Hendrikus

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Retorika atau public speaking menjadi sesuatu yang penting untuk dipelajari.
Sejarah membuktikan bahwa kemampuan berbicara bisa dipergunakan untuk berbagai
keperluan: politis, sosial, maupun psikologis. Perkembangan retorika diawali dari pe-
ngembaraan kaum sofis Yunani sebagai ilmu berbicara yang dapat dipelajari dengan pene-
kanan pada seni berbicara. Public speaking menekankan pada efektivitas pesan yang dapat
diterima audiens.

B. Saran

Dengan dibuatnya makalah ini. Muda-mudahan dapat bermanfaat bagi penulis dan
juga pembaca. Semoga dengan adanya makalah ini dapat menjadikan kita semakin
memahami tentang sejarah dan perkembangan retorika. Maka dari itu, demi kelancaran
pembuatan makalah selanjutnya kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dhanik Sulistyarini, S. M. (2020). Buku Ajar Retorika. Banten : CV. AA. RIZKY.
Rajiyem. (2005). SEJARAH DAN PERKEMBANGAN. 36-41.
sopiah, S. (2006). Ilmu Retorika. Yogyakarta: CV Media.
Syamsudin, D. M. (2008). Ruang Lingkup retorika. 1.37.

14

Anda mungkin juga menyukai