Ketrampilan Retorika
Disusun Oleh:
TEBUIRENG JOMBANG
2022/2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, inayah, taufik
dan hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada yang terhormat Ibu SITI
ROFI’AH, M. Pd, I yang senantiasa membimbing dan memberikan ilmu juga
motifasinya, semoga Allah SWT menambahkan kesehatan dan keberkahan,
terimakasih pula kepada teman-teman mahasiswa yang sudah memberikan kami
dukungan dan semangat.
Karya tulis ini kami akui masih banyak kekurangan karena keterbatasan
pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat konstruktif untuk kesempurnaan
makalah ini, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini untuk
kedepannya agar menjadi lebih baik.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi para
pembacanya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................4
C. Tujuan Masalah..................................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
BAB III....................................................................................................................................13
PENUTUP...............................................................................................................................13
A. Kesimpulan......................................................................................................................13
B. Saran................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
4
C. Tujuan Masalah
BAB II
5
PEMBAHASAN
Retorika berkembang pada era Yunani. Seperti dijelaskan oleh Aly (1994:12-
20), pada masa inilah retorika mengalami puncak keemasan. Ini terkait dengan sejarah
awal keberadaan orang Yunani sebagai perantau yang memiliki jiwa petualang.
Mereka merantau karena kondisi geografis negara Yunani yang terletak di
Semenanjung Balkan tidak subur dan sedikit memberikan hasil bagi penduduknya,
kemudian mereka merantau ke tanah asing dan mendirikan negara baru di sekitar laut
Egia dan pantai Asia Kecil. Di tanah rantau ini, orang Yunani mengalami perbaikan
ekonomi dan mampu membeli budak untuk mengurus pekerjaan mereka sehari-hari
sehingga mereka mempunyai banyak waktu luang. Waktu senggang dimanfaatkan
untuk memperkuat kemuliaan hidup dengan seni dan buah pikiran. Ilmu pengetahuan
pun berkembang yang dituju- kan untuk mencari kebenaran sehingga lahir- lah
filsafat.
Orang Yunani hidup berkelompok dalam sistem kemasyarakatan yang teratur
yang disebut dengan Polis atau negara kota. Polis merupakan lembaga politik yang
meliputi kekuasaan secara otonomi, swasembada dan kemerdekaan. Ketiga faktor
inilah yang melatarbelakangi kebebasan berpikir yang membantu munculnya filsafat.
Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan hal- hal yang abstrak secara jernih dan
jelas. Konsep tentang masyarakat dan politik adalah abstrak, yakni menyangkut tujuan
didirikannya negara, sistem pemerintahan, dan kepemim- pinan. Kemampuan
menggunakan bahasa menjadi incaran bagi orang yang ingin masuk dalam jajaran elit
politik Yunani.
Ketrampilan menggunakan bahasa men- dapat perhatian dari penguasa pada
masa itu untuk merebut kekuasaan dan melebarkan pengaruhnya. Bahkan, para
penguasa itu menyewa agitator untuk memperkuat penga- ruh mereka di mata
masyarakat. Para agita- tor ini mempengaruhi pendapat umum dengan menggunakan
alasan-alasan keagamaan dalam pernyataannya. Perkembangannya, para agitator ini
mempelajari seni berbicara untuk meningkatkan penghasilannya karena mereka
dibayar. Ada yang menyebut agitator ini sebagai kaum sophist yang artinya orang
yang menipu orang lain dengan meng- gunakan argumen-argumen yang tidak sah.
6
Para sophist ini berkeliling dari satu tempat ke tempat lain sambil berbicara di depan
umum. Jika dirunut dari asal katanya, sophist dari kata sophos yang artinya cerdik
pandai karena ahli dalam berbagai ilmu, baik politik, bahasa, dan filsafat.
Perkembangannya men- jadi ejekan atau sebutan bagi mereka yang pandai bersilat
lidah dan memainkan kata-kata dalam berbicara. Representasinya adalah agitator yang
dibayar sehingga muncul kono- tasi yang negatif.
7
Socrates yang mengatakan bahwa retorika tidak lebih dari cara orang-
orang “pandai” untuk membujuk pendengar-pendengar yang “polos”
untuk setuju dengan mereka. Plato sendiri sempat menyebut retorika
sebagai perbuatan yang “licik” dan “buruk” (foul and ugly).
3. Aristoteles
Aristoteles dapat dikatakan sebagai kontributor terbesar dalam
perkembangan retorika di Dunia Barat. Tiba di Athena pada 367 SM,
tepat satu abad setelah sejarah mencatat masa di mana tradisi retorika
dimulai. Pada usia 17 tahun, ia mengikuti Akademi yang didirikan
Plato. Pada awalnya, Aristoteles mengambil posisi yang kritis
terhadap retorika, seperti halnya yang dilakukan oleh Plato. Namun
pada akhirnya Aristoteles mempelajari lebih dalam tentang seni
retorika dan menulis sebuah karya yang hingga kini masih sangat
berpengaruh dalam tradisi intelektual berjudul Retorika. Dalam
tulisannya tersebut, Aristoteles menyusun sebuah pelajaran retorika
yang sistematis untuk murid-muridnya. Ini juga sekaligus merupakan
usahanya untuk melegitimasikan pembelajaran tentang retorika dalam
sekolahnya, Lyceum.
8
menyenangkan imajinasi, menggerak- kan perasaan, dan mempengaruhi
kemauan. (3) Richard Whately yang memusatkan per- hatian pada
argumentasi sebagai fokus reto- rika. Bagi beliau, retorika harus
mengajarkan bagaimana mencari argumentasi yang tepat dan
mengorganisasikannya secara baik. Oleh karena itu, menelaah proses
berpikir khalayak sangat penting.
2. Aliran Belles Lettres
Belles Lettres maksudnya dalam bahasa Prancis adalah tulisan yang indah.
Retorika Belletris sangat mengutamakan keindahan bahasa, segi-segi
estetis pesan, kadang- kadang mengabaikan segi informatifnya. Tokoh
aliran ini adalah Hugh Blair yang menulis Lectures on Rhetoric and
Belles Lettres. Ia menghubungkan antara retorika, sastra, dan kritik
sehingga memunculkan kajian cita rasa (taste) yakni kemampuan untuk
memperoleh kenikmatan dari pertemuan dengan apapun yang indah. Anda
akan senang melihat musik dan tarian yang indah, pemandangan yang
indah pidato yang indah. Citarasa ini akan mencapai kesempurnaan ketika
kenikmatan indrawi dipadukan dengan rasio. Rasiolah yang menjelaskan
sumber-sumber kenikmat- an.
3. Aliran Elokusionis
9
C. Sejarah dan Perkembangan Retorika pada Zaman Romawi Kuno
Teori retorika Aristoteles sangat sistematis dan komprehensif. Pada satu sisi,
teori Aristoteles dapat dikatakan telah memberikan dasar-dasar teoretis yang kokoh
bagi retorika, dan pada sisi lain, uraiannya yang lengkap danpersuasif mengenai
retorika berhasil membungkam para ahli retorika generasi sesudah Aristoteles.
Pada abad pertengahan (sekitar abad ke-5-15 M), retorika mulai dikaitkan
dengan sikap kenegarawanan. Para orator di zaman ini, sebagian besar terlibat dalam
kegiatan politik. Untuk berhasil meraih kemenangan politik, retorika digunakan
dengan cara membicarakan sesuatu atau persoalan sampai tuntas. Retorika yang
tumbuh subur pada zaman ini adalah retorika yang menggunakan model demokratis.
Namun ketika demokrasi Romawi mengalami kemunduran, dan kaisar demi kaisar
memegang pemerintahan, "berbicara" diganti dengan "membunuh", retorika mulai
terkikis dan mengalami kemunduran. Para kaisar tidak senang mendengar orang yang
pandai berbicara karena dianggap bisa mengganggu tahtanya.
Menjelang akhir abad pertengahan, tepatnya pada abad ke-12, muncul usaha
untuk menciptakan suatu kebudayaan baru yang didasarkan pada pengetahuan
retorika yang bersifat teoritis. Retorika teoretis ini diperkenalkan berdasarkan buku
retorika Ad Herenium dan karya Cicero, De Inventione. Perhatian pun dicurahkan
semata-mata pada bagian retorika yang terkait dengan style atau gaya berpidato.
Dirintis oleh Peter Ramus, pada zaman pencerahan atau Renaissance (sekitar abad ke-
15-18 M), retorika kembali dianggap penting. Peter Ramus memopulerkan gagasan
Argicola secara gemilang dan sangat berpengaruh dalam melahirkan aliran retorika
11
yang dikenal dengan sebutan Ramisme. Aliran Ramisme membagi retorika pada dua
bagian, yaitu penemuan (Inventio) dan disposisi dari retorika (Dispositio) yang
dimasukkan dan diperkenalkan sebagai bagian dari dialektika (logika).
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Retorika atau public speaking menjadi sesuatu yang penting untuk dipelajari.
Sejarah membuktikan bahwa kemampuan berbicara bisa dipergunakan untuk berbagai
keperluan: politis, sosial, maupun psikologis. Perkembangan retorika diawali dari pe-
ngembaraan kaum sofis Yunani sebagai ilmu berbicara yang dapat dipelajari dengan pene-
kanan pada seni berbicara. Public speaking menekankan pada efektivitas pesan yang dapat
diterima audiens.
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini. Muda-mudahan dapat bermanfaat bagi penulis dan
juga pembaca. Semoga dengan adanya makalah ini dapat menjadikan kita semakin
memahami tentang sejarah dan perkembangan retorika. Maka dari itu, demi kelancaran
pembuatan makalah selanjutnya kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun.
13
DAFTAR PUSTAKA
Dhanik Sulistyarini, S. M. (2020). Buku Ajar Retorika. Banten : CV. AA. RIZKY.
Rajiyem. (2005). SEJARAH DAN PERKEMBANGAN. 36-41.
sopiah, S. (2006). Ilmu Retorika. Yogyakarta: CV Media.
Syamsudin, D. M. (2008). Ruang Lingkup retorika. 1.37.
14