Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENGANTAR KOMUNIKASI
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KOMUNIKASI

Dosen Pengampuh : Armi yuneti M.pd

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Hana Mariska (204230128)


2. Okta Rismayuliyanti (204230129)
3. Lesia Marisa (204230131)
4. Icmi Angriana (204230132)
5. Amanda Irenza (204230207)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU SOCIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI
TAHUN AJARAN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat,
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang mungkin sangat sederhana. Makalah ini berisikan materi
tentang Sejarah dan Perkembangan Komunikasi. Makalah ini saya buat dalam
rangka memenuhi tugas mata kuliah pengantar komunikasi. Tak lupa juga saya
ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan dorongan,
motivasi, bimbingan, arahan dan saran yang telah diberikan sehingga makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman dan juga berguna untuk menambah
pengetahuan bagi para pembaca. Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan
karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Lubuklinggau, September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Sejarah Komunikasi Dunia...........................................................................3
1. Komunikasi di Yunani...............................................................................3
2. Komunikasi di Eropa.................................................................................3
3. Komunikasi di China.................................................................................4
4. Komunikasi di Dunia Islam.......................................................................6
B. Latar Belakang Sejarah...............................................................................10
C. Publisistik....................................................................................................11
D. Ilmu Komunikasi Massa.............................................................................13
E. Sejarah Ilmu Komunikasi di Indonesia.......................................................14
BAB III PENUTUP..............................................................................................16
A. Kesimpulan.................................................................................................16
B. Saran............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu komunikasi sekarang dirasa perlu dikaji terus, karena
perjalanan kehidupan pun terus berlangsung, dan semua orang ingin sejahtera
secara materil dan memiliki kehidupan bermasyarakat secara tentram, sehingga
hidup didunia merasakan kenyamanan. Ilmu komunikasi yang kita kaji sekarang,
sebenarnya merupakan hasil dari suatu proses perkembangan yang panjang.
Pasalnya, ilmu komunikasi yang sekarang sudah berkembang dengan pesat, tidak
serta merta muncul dengan sendirinya. Butuh waktu yang cukup lama untuk bisa
seperti sekarang ini yang sudah diakui diberbagai negara.
Perkembangan komunikasi sebagai ilmu selalu dikaitkan dengan aktifitas
retorika yang terjadi di zaman Yunani kuno, sehingga menimbulkan pemahaman
bagi pemikir-pemikir barat bahwa perkembangan komunikasi pada zaman itu
mengalami masa kegelapan (dark ages) karena tidak berkembang di zaman
Romawi kuno. Dan baru mulai dicatat perkembangannya pada masa
ditemukannya mesin cetak oleh Guttenberg (1457). Sehingga masalah yang
muncul adalah, rentang waktu antara perkembangan ilmu komunikasi yang
awalnya dikenal retorika pada masa Yunani kuno, sampai pada pencatatan sejarah
komunikasi pada masa pemikiran tokoh-tokoh pada abad 19, sangat jauh.
Sehingga sejarah perkembangan ilmu komunikasi itu sendiri terputus kira-kira
1400 tahun. Padahal menurut catatan lain, sebenarnya aktifitas retorika yang
dilakukan pada zaman Yunani kuno juga dilanjutkan perkembangan aktifitasnya
pada zaman pertengahan (masa persebaran agama). Sehingga menimbulkan
asumsi bahwa perkembangan komunikasi itu menjadi sebuah ilmu tidak pernah
terputus, artinya tidak ada mata rantai sejarah yang hilang pada perkembangan
komunikasi. Makalah ini ingin mengangkat zaman persebaran agama yang
berlangsung antara rentang waktu tersebut (zaman pertengahan) menjadi bagian
dari perkembangan ilmu komunikasi. Sehingga zaman pertengahan menjadi

1
jembatan alur perkembangan komunikasi dari zaman yunani kuno ke zaman
renaissance, modern, dan kontemporer.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah komunikasi?
2. Bagaimana perkembangannya?
3. Bagaimana sejarah ilmu komunikasi?
4. Bagaimana sejarah ilmu komunikasi di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, saya mencoba menjelaskan tentang sejarah
komunikasi, perkembangannya sehingga menjadi sebuah disiplin ilmu yang kita
rasakan saat ini.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Komunikasi Dunia


1. Komunikasi di Yunani
Sejarah perkembangan komunikasi tidak terhenti pada zaman prasejarah
saja. Zaman Yunani kuno pun memiliki cerita tersendiri mengenai sejarah
perkembangan komunikasi dari masa ke masa. Ya, perkembangan
komunikasi selalu dikaitkan dengan penggunaan retorika di zaman Yunani.
Pada masa inilah, komunikasi digunakan sebagai alat persuasif menggunakan
teknik retorika. Ada yang mencatat bahwa sebenarnya penggunaan retorika
telah ada sejak zaman kebudayaan Mesir Kuno. Tokoh yang
menggunakannya adalah Kagemi dan Ptah-Hotep. Akan tetapi, pada masa
Yunani Kunolah, tradisi retorika menjadi suatu yang sistematis dan
terorganisasi. Dengan kata lain sejarah mencatat bahwa sejarah
perkembangan komunikasi dengan tradisi retorika berasal dari kebudayaan
Yunani Kuno. Kata retorika sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu rhetor,
yang artinya ‘orator’ atau bisa juga ‘teacher’. Retorika adalah suatu teknik
komunikasi untuk membujuk atau merayu secara persuasif untuk
menghasilkan bujukan melalui karakter pembicara, emosional ataupun logo.
Berdasarkan sejarah perkembangan komunikasi yang tersurat, penggagas
komunikasi retorika zaman Yunani kuno adalah seorang pemikir atau filosof
bernama Aristoteles. Menurut Aristoteles, retorika mencakup tiga unsur, yaitu
ethos (kredibilitas komunikator), pathos (hal yang menyangkut emosi atau
perasaan), dan logos (hal yang menyangkut fakta). Pokok-pokok pemikiran
Aristoteles mengenai retorika dikembangan oleh Cicero dan Quintilian yang
menyusun aturan retorika menjadi lima unsur.
2. Komunikasi di Eropa
Telah disinggung di atas bahwa fenomena komunikasi berkembang dan
tercatat kembali pada awal ditemukannya mesin cetak oleh Gutenberg (1457).
Padahal, pada abad-abad sebelumnya, aktifitas komunikasi sudah

3
berkembang cukup pesat yang berlangsung di zaman pertengahan (persebaran
agama). Mungkin masa ketika diketemukannya mesin cetak itu sendiri terjadi
di zaman renaissance, dimana pemikiran-pemikiran ilmuwan telah bebas dari
dogma-dogma agama. Sehingga mereka tidak menyinggung masa persebaran
agama sebagai bagian dari sejarah perkembangan komunikasi itu sendiri.
Rentang waktu antara tahun 500 SM (masa-masa pemikiran retorika di
Yunani kuno) sampai pada penemuan mesin cetak (1457 M) merupakan
abad-abad dimana terdapat proses perkembangan komunikasi yang dalam hal
ini berbentuk ajaran dan keyakinan suatu agama (yang tentu pula tidak dapat
dipungkiri bahwa dalam aktifitas persebaran ajaran agama, retorika dan
bentuk komunikasi lainnya cenderung berperan besar dalam mengubah
keyakinan seseorang). Sehingga tidak menyalahi aturan kalau makalah ini
mencoba mengangkat masa penyebaran agama dan ajaran-ajaran bijak yang
berlangsung antara rentang waktu tersebut dijadikan sebagai bagian dari mata
rantai sejarah yang hilang dari perkembangan ilmu komunikas itu.
Pada awalnya perkembangan komunikasi yang terjadi di zaman Romawi
(sebagai perkembangan dari Yunani kuno sekitar tahun 500 SM-5 M)
mengalami kendala, karena pada masa itu Romawi mengalami masa
kegelapan (dark ages). Padahal, masa kegelapan yang terjadi di Eropa ini
merupakan sisi lain dari masa keemasan peradaban Islam, dimana pada masa
ini perkembangan ilmu pengetahuan (termasuk aktifitas komunikasi) cukup
signifikan.
3. Komunikasi di China
Perkembangan komunikasi juga sangat maju pesat di Cina yang telah
dimulai pada tahun 550 SM. Memang, aktifitas komunikasi dalam bentuk
retorika yang berlangsung di Cina dan Islam ini lebih menekankan pada
penyebaran ajaran dan keyakinan. Berbeda di Yunani dan Romawi yang lebih
bersifat politis. Salah satu ajaran yang berkembang yaitu ajaran
konfusiunisme di Cina. Kong hu Cu (bagian dari konfusianisme) lahir pada
sekitar 550 SM yang ajarannya telah berusia 2000 tahun. Konfusius mulai
mengajarkan filsafat hidupnya ketika Cina masih terpecah-pecah. Dalam
penyebarannya, komunikasi yang dilakukan sudah sangat maju setelah

4
ditemukannya kertas oleh Ts’ai Lun (105 M). Namun, ketika dinasti Qin (215
SM-206 SM), kaisar Qin Shi Hung melarang ajaran Konfusianisme, sehingga
banyak buku-buku yang dibakar. Namun, ketika masa dinasti Han (206 SM-
220 M), konfusianisme mulai mencapai masa emasnya kembali. Misalnya
dengan didirikannya semacam Imperial University yang meninggalkan kitab-
kitab ajaran konfusianisme seperti kitab Shi Ching (kumpulan lagu-lagu), Shu
Ching (dokumen-dokumen), I Ching (buku ahli ramalan), Ch’un Ch’iu
(peristiwa penting), dan Li Chi (upacara-upacara). Konfusianisme ini
berlangsung cukup lama sampai pada masa jatuhnya dinasti Ching (1644-
1911). Hal ini mengidentifikasikan bahwa adanya proses perkembangan
komunikasi yang lebih condong pada penyebaran ajaran-ajaran
konfusianisme di Cina.
Aktifitas komunikasi dalam bentuk propaganda juga telah ada di zaman
Isa Almasih. Isa yang pada waktu itu ingin mengajarkan ajaran Allah,
mendapat tantangan dari kaum Yahudi. Isa dianggap bahaya oleh kaum
Yahudi, sehingga orang-orang Yahudi berusaha memancing kemarahan pihak
penguasa Romawi yang ketika itu menguasai Palestina. Akhirnya usaha ini
berhasil mempengaruhi sikap politik penguasa Romawi yang pada awalnya
tidak ikut campur dalam keagamaan, kini berubah haluan memerintahkan
tentaranya untuk menangkap Isa dan menghukum Isa Al Masih. Namun,
catatan sejarah menunjukkan bahwa sebenarnya Isa tidak mati terkutuk di
tiang salib, ia berhasil diselamatkan oleh Pilatus yang telah bekerjasama
dengan yusuf Aritmatea (Injil Yahya, 19:38). Setelah memperlihatkan bukti-
bukti kepada muridnya bahwa beliau tidak mati di kayu salib (Injil Markus,
16:19-20), maka Al Masih memutuskan atas perintah Allah untuk
meninggalkan Palestina dan menjelajahi berbagai negeri dimana berdiam
suku-suku Israil yang hilang untuk melanjutkan menyampaikan risalahNya
(berdakwah) (kitab Ester 3:6, 1:1, 2:6, dan II Raja-raja 15:29). Negeri terakhir
dimana tempat peristirahatan beliau adalah Srinagar, India.
Komunikasi dalam bentuk ajaran dakwah yang dilakukan di zaman Isa ini
terbukti dengan adanya penjelasan Dalai Lama (pendeta Budhah Tibet)
bahwa Isa adalah salah satu orang suci yang dihormati dalam ajaran Budhah.

5
Hal ini berkaitan erat dengan kepercayaan Budhah yang mengatakan bahwa
Baghawa Metteya (pengembara kulit putih; Isa Al Masih) pernah datang
mengajarkan ajarannya di India. Juga dengan diketemukannya scroll
(gulungan yang jumlahnya 84.000 gulungan) yang isinya menceritakan
aktifitas penyebaran ajaran Isa di India. Bukti lain juga dengan ditemukannya
kuburan Yus Asaf di Srinagar, Kashmir oleh tim Jerman Barat yang
merupakan kuburan nabi Isa yang meninggal pada usia 120 tahun. (Thre
Tribune, Chandigarh, 11 Mei 1984).
4. Komunikasi di Dunia Islam
Komunikasi di dunia Islam pun sebenarnya telah mengalami
perkembangan yang cukup signifikan. Sama seperti fenomena komunikasi
yang terjadi di zaman Isa Al Masih, komunikasi Islam pun lebih berorientasi
pada sistem dakwah yang berusaha mengubah atau mempengaruhi alam
pikiran seseorang untuk mengikuti syariat Islam. Peradaban umat Islam
dalam kaitannya dengan perkembangan komunikasi telah mencatatkan
sejarah yang cukup menakjubkan. Pada masa bani Umayah misalnya, telah
ditemukannya suatu cara pengamatan astronomi pada abad 7 M, 8 abad
sebelum Galileo Galilei dan Copernicus. Perhubungan antara Timur dan
Barat selama perang Salib (1100-1300 M ) sangat penting untuk
perkembangan komunikasi ilmu pengetahuan di Eropa.
Karena pada waktu ekspansi, Arab telah mengambil alih kebudayaan
Byzantium, Persia, dan Spanyol, sehingga tingkat kebudayaan Islam jauh
lebih tinggi dari pada kebudayaan Eropa (Brower, 1982;41). Universitas
Bagdad, Damsyik, Beirut, dan Kairo menyimpan dan memberikan warisan
ilmiah dari India, Persia, Yunani, dan Byzantium, sehingga Eropa menerima
warisan filsafat Yunani melalui orang Arab yang terlebih dahulu
mempelajarinya. Karena bangsa Arab telah menterjemahkan karya-karya
fisuf termasyur seperti Plato, Hipokrates dan Aristoteles. Sekitar abad ke-14
pada zaman dinasti Yuan (1260-1368), pengaruh Islam ditandai dengan
peneliti di bidang astronomi pertama yang mendirikan observatorium, yaitu
Jamal Al-Din.

6
Perkembangan komunikasi dalam Islam yang lebih bersifat dakwah tadi
tidak lepas dari kaitannya sebagai bagian dari bentuk komunikasi, karena
dalam bahasa arab, dakwah berarti seruan, panggilan, atau ajakan. Menurut
Salahuddin Sanusi, yang didefinisikan oleh Al Ustadz Bahiyul Khuli dalam
bukunya yang berjudul Tadzkiratud Du’at, dakwah ialah suatu komunikasi
yang ditimbulkan dari interaksi antar individu maupun kelompok manusia
yang bertujuan memindahkan umat dari suatu situasi yang negatif (zaman
jahiliyah) ke situasi yang positif. Pada zaman nabi Muhammad SAW (570 M-
632 M), penyebaran Islam berlangsung dalam waktu yang relatif singkat (8-9
M). Muhammad melakukan dakwahnya ke Mekah pada tahun 610 M. Dalam
tempo 25 tahun, Muhammad beserta pengikutnya (yang disebut sebagai
Muslim), mengambil alih kekuasaan di kawasan Arab, dan Islam kemudian
berkembang dengan sangat pesatnya. Pada sekitar tahun 650 M, Arab, seluruh
daerah timur tengah, serta Mesir dikendalikan oleh orang-orang Islam, dan
pada tahun 700 M, Islam mendominasi area besar mulai dari daratan China
dan India di timur sampai Afrika Utara dan Spanyol di barat.
Cepatnya perkembangan Islam bisa jadi merupakan dampak dari
penggunaan dakwah-dakwah yang berisi tentang ajaran-ajaran Islam, seperti;
dakwah yang berisi tentang jihad fisabilillah, yaitu jaminan untuk masuk
surga bagi mereka yang mati dalam usahanya untuk memperjuangkan Islam.
Artinya terdapat bentuk komunikasi yang efektif sehingga dapat
mempengaruhi keyakinan jutaan umat dalam waktu yang sangat singkat.
Komunikasi diawali dengan adanya perintah dari Allah kepada Nabi
Muhammad untuk memberikan peringatan (dalam hal ini berdakwah) kepada
umat manusia untuk percaya kepada Allah. Awalnya komunikasi itu
dilakukan secara diam-diam lalu dilanjutkan secara terbuka seiring dari
wahyu berikutnya yang memerintahkan Nabi untuk berdakwah secara terang-
terangan (Q.S Al-Hijr;94-95).
Dalam media tulisan, sebenarnya telah dirintis oleh Rasulullah, yaitu
ketika beliau mengirimkan surat yang isinya ajakan untuk memeluk Islam
kepada para raja di Eropa. Sebagai contoh, nabi pernah mengirimkan surat

7
dakwah kepada raja Hiraqla (raja di Roma Timur) yang bernama Hirakles,
raja Habsyi yang bernama Najsyi, dan lain-lain.
Dalam setiap suratnya, selalu dibubuhi stempel yang terbuat dari perak
yang berukirkan tulisan “Muhammadurrasulullah”. Dengan contoh ini, maka
Rasulullah telah merintis sistem jurnalistik dalam melakukan komunikasi
Islam sebagai bentuk dakwah. Dalam perkembangannya, komunikasi telah
sedemikian maju, contoh lain dalam hal diskusi yang merupakan bagian dari
bentuk komunikasi kelompok. Dalam berdakwah, Rasulullah selalu
melakukan komunikasi sebagai dakwah dengan metode yang tepat dan
apabila dicermati akan sangat relevan dengan metode diskusi saat ini. Dalam
dakwahnya, diskusi yang dilakukan pasti didasari hal-hal berikut: alasannya
kuat (hujjah), tutr kata yang arif dan bijak (uslub), dan adab sopan santun
yang baik. Kembali hubungannya de ngan pers sebagai bagian dari
komunikasi, Islam telah merintis perkembangan komunikasi itu sendiri,
sekali lagi dalam bentuk dakwah. Misalnya turun temurunnya hadits-hadits
nabi dan sunnah Rasul. Sejarah telah mengungkapkan kepada kita bahwa
perkembangan dan kecemerlangan ajaran Islam telah menerobos cakrawala
abad dan zaman sera melewati negara-negara dan benua. Ini berkat para
jurnalis-jurnalis Islam seperti Syafi’i ’(yang mazhabnya mayoritas diadaptasi
umat muslim Indonesia), Malik Ahmad Hambali, Hanafi, Abu Dawud, dan
sebagainya yang tulisannya dalam bidang hukum fiqih. Bidang filsafat seperti
Al Kindi, Al Farabi, Ibnu Sina, Imam Ghazali, Jamaludin Al afgani,
Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Ridla, dan lain-lain.
Bidang kedokteran, Ibnu Sina telah menulis buku yang berisi aturan-aturan
dalam ilmu kedokteran yang banyak diadaptasi oleh ilmuwan-ilmuwan dalam
bidang kedokteran dewasa ini. Dari uraian ini, dapat dikatakan bahwa
sebenarnya peradaban Islam (dalam kaitannya sebagai jembatan penghubung
sejarah komunikasi) telah melanjutkan atau mewariskan komunikasi dari
ajaran-ajaran Yunani yang telah disinggung di atas, untuk kemudian baru
diadaptasi oleh bangsa Eropa dan seterusnya Amerika (sebagai dampak dari
intellectual migration dari daratan Eropa ke utara benua Amerika pada masa
Hitler).

8
Melihat uraian sejarah perkembangan komunikasi di zaman pertengahan di
atas, timbullah satu pertanyaan, mengapa aktifitas retorika dalam kaitannya
dakwah yang terjadi di zaman pertengahan tidak dijadikan bagian dari mata
rantai sejarah perkembangan komunikasi oleh para pemikir-pemikir barat?
Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita lihat fase-fase perkembangan ilmu
itu sendiri dari zaman ke zaman. Ilmu berkembang, pertama kali pada masa
Yunani kuno. Lalu dilanjutkan pada zaman pertengahan (yang sebenarnya
adalah masa-masa persebaran agama). Telah disinggung di atas, contoh
persebaran agama yang diambil adalah Islam yang memang berlangsung pada
zaman pertengahan. Lalu ilmu berkembang lagi pada zaman renaissance (14-
17 M), dimana kebanyakan pemikiran tokoh-tokoh pada abad ini sudah bebas
dan tidak terikat lagi oleh dogma-dogma agama. Sebut saja seperti Isaac
Newton dan Darwin. Zaman ini merupakan zaman peralihan dari zaman
pertengahan menuju zaman modern.
Ketika di zaman modern, ilmu-ilmu yang berkembang itu lebih didasari
oleh pemikiran-pemikiran yang ilmiah dan empiris. Seperti Darwin yang
sangat fanatik dengan teori evolusinya. Inilah yang mungkin menyebabkan
banyak teori-teori komunikasi yang tidak pernah mencantumkan nama-nama
besar dari cendikiawan-cendikiawan Islam (seperti Al Kindi, Al Farabi, dll)
sebagai tokoh yang berjasa dalam mengembangkan komunikasi itu sendiri
pada zaman pertengahan. Mungkin ini ada kaitannya dengan masa kegelapan
(dark ages) yang terjadi di Eropa yang kala itu merupakan zaman keemasan
peradaban Islam. Contoh peristiwa penting yaitu perang Salib yang terulang
sebanyak enam kali. Hal ini tidak hanya menjadi ajang peperangan fisik,
tetapi juga menyadarkan serdadu-serdadu Eropa akan kemajuan negara-
negara Islam yang sedemikian pesatnya. Sehingga mereka menyebarkan
pengalaman-pengalaman mereka itu sekembalinya di negara masing-masing.
Pada tahun1453 M, Istanbul jatuh ke Turki, sehingga para pendeta atau
sarjana mengungsi ke Itali atau negara-negara lain. Mereka inilah yang
menjadi pionir-pionir perkembangan ilmu di Eropa. Padahal sebenarnya
mereka ini mendapatkan pengetahuannya dari peradaban Islam yang telah
maju lebih dulu. Mengenai perkembangan komunikasi yang lebih cenderung

9
diklaim sebagai bagian dari perkembangan ilmu pengetahuan di Amerika dan
Eropa, sebenarnya kembali pada pola pemikiran dari manfaat ilmu
pengetahuan yang ditemukan. Pada dasarnya, orang Amerika dan Eropa
cenderung untuk mematenkan suatu ciptaan, sedangkan pemikir-pemikir di
Asia dan peradaban Timur tengah lebih cenderung kepada manfaat dari hasil
temuannya itu. Padahal jelas, sejarah menceritakan secara gamblang bahwa
peradaban yang sangat maju telah berlangsung lebih dulu di Cina dan Timur
Tengah.

B. Latar Belakang Sejarah


Berhentikah perkembangan komunikasi setelah eranya Aristoteles, Cicero,
dan Quintilian? Tentu saja tidak. Sejarah perkembangan komunikasi masih
memiliki cerita tersendiri di abad pertengahan. Bahkan, ada hal yang jauh lebih
menarik yang terjadi dengan perkembangan komunikasi di abad pertengahan ini.
Ya, pada abad pertengahanlah komunikasi untuk pertama kalinya dikembangkan
sebagai bagian dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan mulai berkembang pada
era ini. Tak hanya itu, penemuan mutakhir yang sangat mempengaruhi sejarah
perkembangan komunikasi manusia pada abad pertangahan adalah ditemukannya
telepon, telegrap, radio, dan televisi.
Berbagai ilmu komunikasi mulai dibahas dan dikembangan. Akibat
munculnya teknologi-teknologi mutakhir, dipelajarilah penggunaan komunikasi
dengan teknologi tersebut. Ahli komunikasi mulai membuat teori-teori berkenaan
dengan komunikasi. Misalnya, bagaimana mempelajari keterampilan
berkomunikasi, dan strategi komunikasi instruksional. Sejarah perkembangan
komunikasi pada abad pertengahan seolah mendapatkan tempat yang sudah
seharusnya ditempati. Tempat tertinggi dalam kehidupan bermasyarakat.
Komunikasi adalah awal tercipta dan terjalinnya suatu hubungan baik antara satu
manusia dengan manusia lainnya, antara satu negara dengan negara lainnya, dan
hubungan lain yang jauh lebih bermanfaat lainnya.
Sesungguhnya dapat dikatakan bahwa lahirnya ilmu komunikasi yang
dewasa ini dapat diterima baik di Eropa maupun di Amerika Serikat bahkan di
seluruh dunia, adalah merupakan hasil perkembangan dari publisistik dan ilmu

10
komunikasi massa. Hal ini dimulai oleh adanya pertemuan antara tradisi Eropa
yang mengembangkan ilmu komunikasi massa. Hal ini antara lain diupayakan
oleh Stappers dari negeri Belanda melalui karya Garbner dari Amerika Serikat.
Dalam disertasinya di tahun 1966 (sepuluh tahun setelah Garbner), Stappers
sampai pada kesimpulan bahwa komunikasi massa adalah objek dari
publisistikwissenschaft.
Untuk melacak asal-usul Ilmu Komunikasi itu, kita harus mengkaji
perkembangan ilmu kita inni baik di Eropa maupun di Amerika Serikat. Di Eropa,
Khususnya di Jerma, Ilmu Komunikasi berkembang dari Publizistikwisenschaft,
sedang di Amerika Serikat berkembang dari ilmu komunikasi massa.

C. Publisistik
Publisistik (Publizistik) di Jerman, sebenarnya berkembang dari Ilmu Pers
atau Ilmu Persuratkabaran yang dikenal dengan nama Zaitungwissenschaft.
Asalnya dapat ditelusuri sampai abad ke-19 ketika surat kabar sebagai objek studi
ilmiah mulai menarik perhatian para pakar di masa itu. Suratkabar sebagai saslah-
satu hasil dari pertumbuhan teknologi dan industry ternyata membawa berbagai
implikasi sosial yang sangat menarik bagi kajian ilmu kemasyarakatan dan
kemanusiaan. Adalah mengesankan karena kesadaran dan perhatian seperti ini,
baru lahir dan berkembang setelah dua ratus tujuh puluh tiga tahun kemudian dar
terbitnya Relation (1609) sebagai suratkabar tercetak pertama di dunia ini.
Pada awalnya ahli ekonomi Karl Bucher (1847 – 1930) yang tertarik menulis dan
mengajarkan sejarah pers, organisasi pers dan statistik pers pada tahun 1884.
Bahkan pada tahun itu studi pers muncul dengan nama Zaitungskunde di
Universitas Bazel (Swiss), dan delapan tahun kemudian (1892) muncul juga di
Universitas Laipzig di Jerman (Everth, 1927). Kehadiran pengetahuan
persuratkabaran ini di universitas tersebut semakin banyak menarik perhatian
ilmuwan. Pakar sosiologi misalnya, Max Weber telah mengusulkan dalam
Kongres Sosiologi (1910) agar sosiologi pers dimasukkan sebagai proyek
pengkajian sosiologi di samping sosiologi organisasi. Munculnya radio dan film
pada awal abad ke-20 membuka pengkajian baru yang lebih luas daripada
suratkabar. Demikian pula dengan berkembangnya kajian mengenai pendapat

11
umum dan kajian mengenai retorika, semakin meluaskan bidang studi ilmu ini,
sehingga tidak dapat lagi ditampung oleh Zaitungswissenschaft. Justru itu pada
tahun 1930 Walter Hagemann mengusulkan dan memperkenalkan nama
Publizistik sebagai suatu disiplin ilmu yang mencakup bukan saja surat kabar,
tetapi juga radio, film, retorika dan pendapat umum. Gagasan Hagemann ini
semakin berkembang dan kemudian lebih disempurnakan dan disistemasikan oleh
Emil Dofivat.
Dalam perkembangan selanjutnya Publisistik semakin mendapat
pengakuan sebagai salah satu disiplin dalam ilmu sosial. Objek penelitiannya
bukan lagi suratkabar melainkan offentiche aussage (pernyataan umum). Menurut
Hagemann, Publisistik adalah ilmu tentang isi kesadaran yang umum dan aktual.
Kemudian Dofivat menyebut publisistik sebagai segala upaya menggerakkan dan
membimbing tingkah laku khalayak secara rohaniah, justru itu publisistik
merupakan suatu kekuatan yang dapat mengendalikan tingkah laku manusia dan
mewarnai perkembangan sejarahnya.
Dengan demikian, publisistik bukanlah ilmu pers atau kewartawanan,
melainkan ilmu yang dikembangkan untuk memahami dan mengendalikan segala
tenaga yang mempengaruhi tindakan khalayak. Objek studinya adalah pernyataan
umum yang actual. Justru karena itu, kemudian terasa bahwa objek studi ini cukup
sempit, sebab bagaimana dengan pernyataan yang tidak bersifat umum dan yang
tidak aktual? Padahal dalam kehidupan dan kegiatan manusia sebagai makhluk
sosial, banyak sekali terjadi pernyataan yang tidak ditujukan kepada khalayak dan
karena itu tidak bersifat umum dan juga tidak aktual. Hal-hal inilah yang
kemudian menyebabkan publizistik harus menepi dan merelakan diri menjadi
cakupan dari Ilmu Komunikasi yang lebih luas. Dalam hal ini eksistensi
publisistik tidak terhapus melainkan hidup sebagai salah satu sub-disiplin dalam
Ilmu Komunikasi yang khusus mempelajari pernyataan yang bersifat umum dan
aktual. Di sini publisistik sesungguhnya kurang lebih sama dengan komunikasi
massa.

12
D. Ilmu Komunikasi Massa
Ilmu Komunikasi Massa (Mass Communication Science) berkembang di
Amerika Serikat melalui jurnalistik. Jurnalistik sebagai suatu keterampilan
mengenai suratkabar sudah mulai dikenal di Amerika Serikat sejak tahun 1700.
Namun sebagai pengetahuan yang diajarkan di universitas, barulah mulai dirintis
oleh Robert Leo di Washington College, pada tahun 1870. Hal ini berarti bahwa
amerika serikat terlambat 26 tahun dari Eropa. Namun demikian buku mengenai
surat kabar dari penerbitnya telah terbit di Amerika Serikat tahun 1810 dengan
lahirnya karya Isaiah Thomas berjudul History Printing in America.
Sebelum jurnalistik dipelajari di universitas, maka selama 170 tahun
(1700-1870), kegiatan ini dilakukan secara magang, sebagaiamana misalnya yang
dilakukan oleh Benjamin Franklin, yang sebelum meninggalkan keahliannya di
House of Coslon di London, telah melakukan magang pada percetakan saudaranya
di Boston. Hal seperti ini banyak dilakukan oleh jurnalis Amerika pada masa itu,
Joseph Politzer misalnya yang kemudian menjadi kaya raya – kini namanya
diabadikan (hadiah Politzer) sebagai supremasi dari karya jurnalistik terbaik di
Amerika dewasa ini – hanya menempuh karirnya sebagai wartawan dari dunia
praktis saja. Justru karena itu dia kemudian menyisihkan sebagian dari
kekayaannya untuk dijadikan modal mendirikan School of Jurnalism bersama
Mury Butler (Presiden Columbia University) tahun 1911/1912.
Sesungguhnya ilmu komunikasi massa ini hampir sama dengan publisistik
di Eropa sebagaimana dikemukakan di atas. Perbedaannya hanya karena studi
mengenai retorika yang dicakup dalam publisistik, berkembang sendiri di
Amerika sebagai sebuah disiplin ilmu sendiri dengan nama Speech
Communication di beberapa universitas. Dengan demikian ke dua bidang itu
masing-masing dikembangkan pada departemen tersendiri, yaitu Departemen
Speech Communication dan Departemen Mass Communication. Dalam
perkembangan selanjutnya ke dua bidang kajian itu akhirnya menyatu menjadi
Ilmu Komunikasi (Communication Science).
Perkembangan ke arah lahirnya ilmu komunikasi itu dimulai tahun 1950-
an para pakar Ilmu Sosial seperti Sosiologi dan ilmu politik dan ilmu komunikasi
massa mengembangkan studi mengenai pembangunan terutama di negara-negara

13
yang baru merdeka setelah Perang Dunia Kedua. Hal ini dimaksudkan untuk
membantu negara-negara tersebut melakukan pembangunan dan perubahan
berencana terutama di negara-negara yang baru merdeka setelah perang dunia
kedua. Tokoh utama yang telah membawa ilmu komunikasi massa menjadi ilmu
komunikasi adalah Wilber Schramm, sarjana bahasa Inggris yang tertarik kepada
kajian komunikasi karena memimpin sebuah University Press. Selain Schramm,
dikenal pula tokoh lainnya seperti Daniel Larner dan Everatt M. Rogers.

E. Sejarah Ilmu Komunikasi di Indonesia


Ilmu Publisistik berkembang di Eropa, khususnya Jerman, sedang ilmu
komunikasi massa lahir di Amerika Serikat. Masuknya kedua ilmu itu ke tanah
air, selain karena adanya hubungan dengan bangsa-bangsa dari kedua benua
tersebut, juga terutama karena dibawa oleh mereka yang pernah belajar baik di
Eropa maupun di Amerika. Ilmu komunikasi yang kita kaji sekarang sebenarnya
merupakan hasil dari suatu proses perkembangan yang panjang. Status ilmu
komunikasi ini di Indonesia diperoleh melalui Keputusan Presiden (Keppres)
Nomor 107/82 tahun 1982. Kepres itu telah membawa penyeragaman nama ilmu
yang dikembangkan di Indonesia, termasuk ilmu kita ini. sebelumnya terdapat
beberapa nama yang berbeda di berbagai universitas atau perguruan tinggi. Di
Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung dan Universitas Gajah Mada (UGM)
Yogyakarta misalnya digunakan nama Publisistik, sedangkan di Universitas
Indonesia (UI) Jakarta nama Publisistik telah lama diganti dengan Ilmu
Komunikasi Massa.
Selain itu Universitas Hasanuddin (Unhas) Ujung Pandang menggunakan
nama Publisistik/Ilmu komunikasi. Di Unpad berdiri sebagai suatu fakultas,
sedang di UI, UGM, Unhas dan di universitas lainnya, berstatus sebagai jurusan
(departemen) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Beberapa tokoh yang telah berjasa memasukkan ilmu kita ini ke Indonesia dan
kemudian mengembangkannya di perguruan tinggi, antara lain Drs. Marbangun,
Sundoro, Prof. Sujono Hadinoto, Adinegoro, dan Prof. Dr. Mustopo. Pada tahun
1960-an, deretan tokoh itu bertambah lagi dengan datangnya dua orang pakar
dalam bidang kajian ini, yaitu Dr. Phil. Astrid S. Susanto dari Jerman Barat

14
(1964) dan Dr. M. Alwi Dahlan dari Amerika Serikat (1967). Nama Ilmu
Komunikasi Massa dan Ilmu Komunikasi baru mulai muncul dalam berbagai
diskusi dan seminar pada awal tahun 1970-an. Kemudian pada tahun 1973 Jurusan
Publisistik pada Fakultas Sosial Politik Universitas Hasanuddin (Unhas) yang
dibuka tahun1961, telah memperbaharui nama menjadi Jurusan Publisistik/Ilmu
Komunikasi. Demikian juga Jurusan Publisistik pada Fakultas Ilmu-ilmu Sosial
Universitas Indonesia (UI) dengan resmi berganti nama menjadi Departemen Ilmu
Komunikasi Massa tahun 1976.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kita tidak akan bisa mengetahui pasti kapan dan dimana sejarah komunikasi
itu pertama kali lahir, tetap dalam ajaran Islam kita bisa menyimpulkan sejarah
komunikasi pertama terjadi ketika Allah menciptakan Adam dan Hawa, yang
diturunkan ke bumi. Karena tidak ada bukti nyata tentang sejarah komunikasi
hanya gambar-gambar yang ditulis di dinding-dinding gua dan para ahli
menyimpulkan itulah sejarah komunikasi itu terjadi. Sedangkan komunikasi
merupakan proses penyampaian infomasi dari komunikator kepada komunikan
untuk mencapai suatu kesamaan pemahaman terhadap suatu hal. Tahapan-
tahapannya yaitu pengirim pesan, symbol/isyarat, media, mengartikan pesan,
penerima pesan, feedback dan gangguan. Perkembangan ilmu komunikasi di
Indonesia juga cukup cepat berkembang karena ilmu komunikasi merupakan
kebutuhan setiap individu untuk dapat berinteraksi dengan yang lainnya dan
merupakan ilmu yang multi disipliner.

B. Saran
. Kami selaku penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih terdapat
kesalahan, dan belum sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan adanya
kritik dan saran untuk memperbaiki makalah ini agar kedepannya dapat lebih baik
juga dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Demikianlah makalah ini kami
buat, semoga dapat menambah pengetahuan juga wawasan tentang matematika
geometri, dan semoga dapat bermanfaat untuk semua orang.

16
DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Onong, Uchjana.2000. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi.


Bandung: Citra Aditya Bakti

Cangara, Hafied. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada

17

Anda mungkin juga menyukai