Anda di halaman 1dari 9

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................
B. Rumusan Masalah .....................................................................
C. Tujuan Penulisan .......................................................................
A.
B.
C.
1.
2.

i
ii
iii

1
1
1

BAB II
PEMBAHASAN
Latar Belakang Penyuntingan ..................................................
3
Hakikat Penyuntingan ...............................................................
4
Tujuan Penyuntingan ................................................................
6
Penyuntingan Subtantif........................................................
6
Penyuntingan Kopi...............................................................
8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................... 17
B. Saran ......................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah Rabbul izzati yang telah
menganugerahkan nikmat dan maunah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Hakikat dan Tujuan Penyuntigan.
Tak lupa pula kita khaturkan salam serta salawat atas junjungan kita Nabi Muhammad
Saw. Yang telah menuntun kita kejalan benar, beserta keluarga dan sahabatnya sebagai sumber
ilmu pengetahuan dan hikmat.
Makalah ini disusun untuk memyelesaikan tugas, pada mata kuliah Penyuntingan, dengan
dosen Wa Ode Asmarani, S.Pd di Universitas Muhammadiyah Buton. Kampu B Pasar Wajo,
pada program studi pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Maka harapan penulis kiranya
makalah ini, sesuai dengan harapan Ibu Dosen pada mata kuliah yang dimaksud
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, sekali pun penulis berusaha dengan keras untuk menyempurnakannya, namum
penulis tetap berkeyakinan masih banyak juga kekurangan-kekurangannya. Oleh karna itu
dengan ini pula penulis menantikan masukan berupa saran, usulan kritik dan sebagainya dari
para pembaca untuk dijadikan bahan penyempurnaan pada masa-masa mendatang. Dan akhirnya
hanya kepada Allah SWT, jualah penulis memohon semoga tulisan ini memberikan manfaat
yang baik guna kemajuan ilmu pengetahuan, terutama dalam Ilmu Bahasa baik bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca umumnya.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan komunikasi untuk berinteraksi dengan
lingkungannya. Boleh dikatakan, tiada hari dalam hidup kita yang terlewat tanpa komunikasi.
Dalam berkomunikasi, terjadi penyaluran informasi dari satu pihak kepada pihak lain melalui
sarana tertentu. Sarana ini tentu saja beragam bentuknya, mulai dari yang paling sederhana
seperti bahasa tubuh, sampai yang paling canggih seperti internet. Salah satu sarana komunikasi
yang sudah akrab dengan kehidupan kita adalah media massa, baik media cetak maupun
elektronik.
Secara umum, media massa menyampaikan informasi yang ditujukan kepada masyarakat luas.
Karena ditujukan kepada masyarakat luas, maka informasi yang disampaikan haruslah informasi
yang menyangkut kepentingan masyarakat luas, atau yang menarik perhatian mereka
Agar informasi dapat sampai ke sasaran (khalayak masyarakat) sesuai yang diharapkan, maka
media massa harus mengolah informasi ini melalui proses kerja jurnalistik. Dan informasi yang
diolah oleh media massa melalui proses kerja jurnalistik ini merupakan apa yang selama ini kita
kenal sebagai berita. Secara umum, kita dapat menyebutkan bahwa media massa merupakan
sarana untuk mengolah peristiwa menjadi berita melalui proses kerja jurnalistik.
Dengan demikian, jelaslah bahwa peristiwa memiliki perbedaan yang sangat konseptual dengan
berita. Peristiwa merupakan kejadian faktual yang sangat objektif, sementara berita merupakan
peristiwa yang telah diolah melalui bahasa-bahasa tertentu, dan disampaikan oleh pihak tertentu
kepada pihak-pihak lain yang memerlukan atau siap untuk menerimanya.
Agar informasi yang ingin disampaikan kepada masyarakat dapat diterima dengan baik. Maka
salah satu proses kerja jurnalistik adalah bagian peyuntingan. Bagian ini bertugas khusus dalam
hal yang berkaitan langsung dengan naskah yang akan diterbitkan. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dengan cermat dan seksama oleh penyunting adalah masalah ejaan, tatabahasa,
kebenaran fakta, legalitas, konsistensi, gaya penulis, konvensi penyuntingan naskah, dan gaya
penerbit/gaya selingkung.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang disamapaikan pada latar belakang di atas, ada beberapa masalah yang
dihadapi.
1. Bagaimana latar belakang penyuntingan?
2. Apa hakikat penyuntingan?
3. Apa tujuan penyuntingan?
C. Tujuan Penulisan
Dari latar belakang dan rumusan masalah yang disampaikan di atas, ada beberapa tujuan yang
ingin dicapai dengan penulisan makalah ini.
1. Mengetahui latar belakang penyuntingan.
2. Mengetahui secara jelas hakikat penyuntingan.
3. Mengetahui tujuan dari kegiatan penyuntingan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Penyuntingan
Menjadi seorang penyunting (editor) ternyata bukanlah tugas yang biasa saja. Jika ingin
menyandang jabatan itu, seseorang harus memikirkan bahwa dia memiliki tanggung jawab untuk
melengkapi dirinya dalam dunia yang luas, yaitu dunia literatur. Jadi, seorang penyunting tidak

hanya bermodal ejaan yang baik dan benar saja, akan tetapi harus memiliki "beban" sebagai
seorang penyunting yang baik dan benar pula.
"Buku Pintar Penyuntingan Naskah" yang ditulis oleh Pamusuk Eneste benar-benar dapat
dijadikan salah satu referensi bagi para penyunting, khususnya yang baru saja menggeluti bidang
ini. Isinya tidak hanya hal-hal teknis seputar penyuntingan, akan tetapi beberapa bab
menjelaskan mengenai tugas-tugas, syarat, dan hal-hal yang harus diperhatikan seorang editor.
Bagian-bagian tersebut dapat membangkitkan semangat untuk lebih mengembangkan diri atau
untuk menguji apakah saat ini seseorang telah menjadi editor yang baik dan benar.
Dalam menjaga kemantapan atau bahkan peningkatan mutu berkala, fungsi penyaring harus
dijalankan ketat walaupun dalam pelaksanaanya dapat dilakukan baik secara pasif maupun aktif.
Begitu sautu berkala ilmiah terbit, secara tidak langsung telah tercipta saringan terhadap
karangan yang akan dimasukkan. Dari nomor perdata suatu ilmiah berkala sudah dapat terbaca
ruang lingkup bidang , kedalaman spesialisasi, macam bahasa sebaran dan cakupan.
Geografi, keteknisan, serta corak pembaca yang menjadi sasarannya. Petunjuk penulis
merupakan saringan kedua sebab hanya karangan yang sesuai dengan petunjuk tadi diterima
untuk diterbitkan. Saringan ketiga dilakukan secara aktif oleh penyaring dengan menelaah nilai
dan kadar ilmiah dwn mgengevakuasi makna sumbangannya untuk memajuk,an ilmu dan
teknologi. Hanya karangan ilmiah yang lolos bentuk saringan ini yang diproses lebih lanjut untuk
di terbitkan.
Untuk mencapai semua sasaran prsyaratan yang dibakukan ini menjadi hak para penyunting
untuk memperbaiki , merevisi, mgengatur kembali isi dan menyelaraskan atau terkadang
mengubah gaya karya ilmiah yang ditujukan dseseorang untyuk diterbitkan dalam berkala yang
diasuhnya.
Perlu ditekankan sekali lagi bahwa tugas penyunting karya terbatas pada pengolahan naskah
menjadi suatu bahan yang siap , dan menawasi pelaksaan segi teknis sampai naskah tadi .
penyunting bukan penerbit, jadi mereka tidak bertanggung jawab atas masalahkeuangan,
penyebaluasan serta pengelolaan suatu penerbitan. Para penyunting bertanggung jawab atas isi
dan bukan atas produksi bahan yang diterbitkan.
Untuk memapankan peran danm kedudukan penyunting sebagai agen yang ikut berperan dalam
memajukkan ilmu dan teknologi. Sebagai sepak terjang kegiatan penyunting haruslah didasarkan
pada seperangkat kode etik cara bersikap dan bekerja. Kesadaran akan fungsi terhormat yang
harus diisinya diharapkan menumbuhkan tebinanya korps penyunting dan mitra bestari yang
terandalkan. Berikut ini adalah rangkuman berbagai sikap dan cara kerja yang sangat
doisarankan dipatuhi dalam penyunting dalam menurunkan tugas dan fungsinya.
Buku pintar ini juga memberikan tuntunan kepada para penyunting tentang pentingnya setiap
proses penyuntingan. Seperti, proses Pra penyuntingan naskah yang meliputi pengecekan
kelengkapan naskah, ragam naskah, daftar isi, bagian-bagian bab, ilustrasi/tabel/gambar, catatan
kaki, informasi mengenai penulis, dan membaca naskah secara keseluruhan.
Dalam proses penyuntingan itu sendiri, yang perlu diperhatikan dengan cermat dan seksama oleh
penyunting adalah masalah ejaan, tatabahasa, kebenaran fakta, legalitas, konsistensi, gaya
penulis, konvensi penyuntingan naskah, dan gaya penerbit/gaya selingkung.
Tidak kalah pentingnya juga proses pasca penyuntingan naskah. Dalam proses ini setiap editor
harus memeriksan kembali kelengkapan naskah, nama penulis, kesesuai daftar isi dan isi naskah,
tabel/ilustrasi/gambar, prakata/kata pengantar, sistematikan tiap bab, catatan kaki, daftar pustaka,
daftar kata/istilah, lampiran, indkes, biografi singkat, sinopsis, nomor halaman, sampai siap
diserahkan kepada penulis atau penerbit.

Ternyata tidak begitu sederhana juga tugas seorang penyunting naskah itu, bukan? Semua
membutuhkan kemauan dan kerja keras untuk dapat menjdi penyunting yang baik dan benar.
Semua kerja keras itu bahkan tidak boleh berhenti pada satu puncak, harus terus ditingkatkan
hari demi hari.
B. Hakikat Penyuntingan
Penyuntingan berasal dari kata dasar sunting melahirkan bentuk turunan menyunting (kata kerja),
penyunting (kata benda), dan peyuntingan (kata benda).
Kata menyunting bermakna (1) mempersiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan
memperhatikan segi istematika penyajiannya, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan
struktur kalimat); mengedit; (2) merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar,
majalah); (3) menyusun dan merakit (film, pita rekaman) dengan cara memotong-motong dan
memasang kembali (KBBI, 2001 : 1106)
Orang yang melakukan pekerjaan menyunting disebut penyunting, yaitu orang yang bertugas
menyiapkan naskah (KBBI, 2001:1106). Selanjutnya kata penyunting bermakna proses, cara,
perbuatan sunting-menyunting; segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan menyunting;
pengeditan. Dengan demikian, penyuntingan naskah adalah pross, cara, perbuatan menyunting
naskah
Berdasarkan perkembangan bahasa Indonesia akhir-akhir ini, istilah penyuntingan disepadankan
dengan kata inggris editor atau redaktur . Kata yang pertama diturunkan dari bahasa latin
editor, edi yang berarti menghasilkan atau mengeluarkan ke depan umum. Adapun kata yang ke
dua juga dijabarkan dari perkataan latin redigore yang bermakna membawa kembali lagi.
Kedua perkataan inggris tadi kemudian berkembang menjadi berarti, menyiapkan, menyeleksi
dan dan menyesuaikan naskah orang lain untuk penerbitan, dengan catatan bahwa istilah editor
lebih sering dipergunakan orang. Dengan demikian istilah penyuntingan yang kini di populerkan
di Indonesia merupakan istilah yang di selangkan dengan istilah redaksi. Istilah yang terakhir ini
sebelumnya lebih sering di pakai orang berdasarkan hasil serapannya dari bahasa belanda
Redactic
Konotasi yang berkembang di Indonesia lebih mengaitkan istilah redaksi pada surat kabar dan
majalah berkala. Istilah ini sulit diterima untuk kegiatan seperti mempersiapkan buku buat
penerbitan, atau pemeriksaan tugas tesis mahasiswa sebelum diuji. Perkataan pnyuntingan yang
bari digali dari kosakata pribumi itu dianggap lebih neutral untuk memenuhi berbagai keperluan
yang maksudnya semakin luas. Oleh karena itu, penyuntingan dapat didefenisikan sebagai orang
yang mengatur, memperbaiki, merevisi, mengubah isi dan gaya naskah orang lain, serta
menyesuaikan dengan suatu pola yang dilakukan untuk kemudian membawanya ke depan umum
dalam bentuk terbitan.
Pekerjaan penyuntingan karya ilmiah untuk diterbitkan bukanlah pekerjaan yang ringan sehingga
tidak dapat dijadikan kegiatan sampingan. Namu , sudah bukan rahasia lagi bahwa penyuntingan
berkala tidak pula pekerjaan berat. Pada pihak lain penyuntingan menuntut banyak dari
seseorang, sebab disamping itu secara sempurna menguasai bidang. Umumya ia harus
mempunyai kesempurnaan bahasa yang tinggi. Selanjutnya ia pun perlu memahami gaya
penyuntingan dan proses penerbitan ataupun redaksi penernbitan karya termaksud. Oleh karena
itu, untuk dapat memenuhi fungsinya dengan baik seorang penyunting haruslah mempunyai
modal waktu, kemauan, kemampuan, dsiplin kerja serta pemahan teori.
Karena pentingnya fungsi penyunting sebagai penghubung, haruslah tersedia saluran akrab dan
terbuka diantara penulis-penyunting-pembaca. Semuanya harus satu nada, satu irama, dan satu
gelombang. Keselarasan tersebut akan sangat menentukan keteraturan isi karya yang disusun

oleh penulis, kemudian diolah penyunting dan dikeluarkan penerbit serta akhirnya di telaah
pembaca. Pengaturan dan penyelarasan semua parameter tadi berada di tangan penyunting yang
kemudian menghasilkan berbagai kategori terbitan berkala.
Menjadi hak penyunting untuk menggariskan dalam menentukan tingkat keteknisan berkala yang
diasuhnya. Begitu pula para penyuntinglah yang memutuskan bentuk penampilan majalah, besar
ukuran kertas, tata letak dan perwajahan, serta tebal atau jumlah halaman per nomor atau per
jilid. Dalam mengeluarkan petunjuk pada calon penyumbang naskah, para penyunting majalah
bermaksud telah memformulasikan gaya selingkung yang mutlak harus diisi demi
kekosistenannya. Tetapi, begitu pola ditetapkan, menjadi kewajiban penyunting pula untuk
menjaga kemantapan semua yang telah digariskan tadi.
Penyuntingan bermaksud mengenal pasti masalah yang terdapat dalam taipskrip dan
menyelesaikannya. Penyuntingan melibatkan tugas-tugas menulis semula, menyusun semula,
melengkapkan, membaiki dan menyelaraskan taipskrip bagi mengawal dan meningkatkan
mutunya untuk tujuan penerbitan.
Untuk bisa menjadi seorang editor atau penyunting yang baik, ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi oleh penyunting. Syarat-syarat tersebut sebagai berikut.
1. Editor hendaklah mempunyai kelayakan dan pengetahuan dalam bidang yang dinilai.
2. Mempunyai waktu yang cukup untuk menilai taipskrip dalam tempoh yang ditentukan oleh
Dewan Bahasa dan Pustaka.
3. Bertanggungjawab terhadap laporan penilaiannya.
C. Tujuan Penyuntingan
Tujuan Penyuntingan yang dilakukan oleh para penyunting adalah sebagai berikut.
Untuk menjadikan taipskrip sebagai karya yang sempurna yang dapat dibaca dan dihayati
dengan mudah oleh pembaca apabila diterbitkan kelak.
Untuk memastikan isi dan fakta taipskrip berkenaan disampaikan dengan jelas, tepat, dan tidak
bercanggah atau menyalahi agama, undang-undang, etika dan norma masyarakat.
Untuk memastikan pengaliran atau penyebaran idea daripada penulis kepada pembaca dapat
disampaikan dalam bahasa yang gramatis, jelas, indah dan menarik.
Untuk menjadikan persembahan e-buku yang akan diterbitkan itu dapat menggambarkan nilai
dan identiti karya itu sendiri sehingga dapat menarik minat pembaca.
Menonjolkan identiti penerbit dengan memastikan e-buku itu menepati gaya penerbitan penerbit.
Dalam penyuntingan, kita mengenal dua tahap penyuntingan, yaitu penyuntingan substansif dan
penyuntingan kopi. Berdasarkan tahap-tahap penyuntingan yang ada, maka ada beberapa tujuan
lain dari penyuntingan.
1. Penyuntingan Substantif
Tujuan penyuntingan subtantif dilakukan adalah untuk memastikan hasrat atau idea penulis dapat
disampaikan setepat, sepadat, dan sejelas yang mungkin. Semasa membuat penyuntingan
subtantif, editor akan membaca taipskrip sepintas lalu dengan memberikan tumpuan kepada
kandungan, pendekatan secara menyeluruh, bahasa, susunan atau konsep taipskrip berkenaan.
Berdasarkan penelitian tersebut, editor akan membuat teguran dan cadangan kepada penulis
untuk sama ada melengkapkan taipskrip, menulis semula, menyusun semula, menggugurkan atau
memotong bahagian teks atau ilustrasi yang tidak perlu, dan membuat tambahan.
Berikut ialah perkara yang perlu diteliti semasa penyuntingan substantif:
Tajuk tepat dan jelas
Pembahagian bab dan tajuk kecil jelas

Adanya kesinambungan antara bahagian, bab dan paragraf.


Keseimbangan antara setiap bab dan paragraf.
Taipskrip tidak bercanggah dengan undang-undang, moral dan agama.
Penguasaan bahasa.
Keselarasan istilah dan ejaan.
Bahan awalan, teks dan akhir hendaklah lengkap mengikut halamankandungan.
Memastikan fakta tepat, mencukupi dan fakta yang tidak relevan tidak dimasukkan.
Petikan bahan daripada karya lain telah mendapat keizinan.

2. Penyuntingan Kopi
Tujuan penyuntingan kopi adalah untuk menghapuskan semua halangan yang wujud antara
pembaca dengan apa yang hendak disampaikan oleh penulis. Penyuntingan kopi memerlukan
perhatian yang teliti terhadap setiap butiran di dalam taipskrip.
Editor perlu berpengetahuan tentang apa yang patut disunting dan gaya yang patut diikuti di
samping mempunyai kebolehan untuk membuat keputusan dengan cepat, lojik, dan yang boleh
dipertahankan. Semasa membuat suntingan kopi, editor akan membaca taipskrip berkenaan
dengan teliti, iaitu membaca perkataan demi perkataan, ayat demi ayat, baris demi baris dan
kadang-kadang melihat huruf demi huruf. Kebanyakan daripada masa penyuntingan itu, editor
akan berurusan dengan hal penyusunan, bahasa dan kebolehbacaan taipskrip itu.
Tahapan dalam penyuntingan kopi:
Membuat penyuntingan baris demi baris.
Memberi tumpuan khusus kepada fakta dan bahasa.
Memastikan kapsyen bagi ilustrasi ringkas, tepat, padat dan lengkap.
Memastikan keselarasan ejaan, istilah dan gaya bahasa.
Memastikan ketepatan dan keselarasan ilustrasi dan bahan lain dalam teks tersebut.
Menandakan teks dengan kaedah tanda atau piawaian sebagai arahan teknikal mengatur huruf.
Memberi tumpuan kepada gaya penerbitan.
Berikut ialah hal-hal yang perlu diteliti semasa penyuntingan kopi:
a) Fakta - Pastikan semua butiran dalam teks betul. Editor perlu menyemak dengan teliti untuk
memastikan ketepatan. Kadang-kadang kesilapan fakta boleh berlaku semasa teks ditaip.
Contohnya, papan lapis menjadi papan lapik dan tidak mahal harganya menjadi mahal harganya.
Selain itu ada sesetengah pernyataaan yang tidak tepat dan berunsur negatif sehingga boleh
membawa kepada tindakan undang-undang.
b) Bahasa, bahasa yang dimaksud mencakup.
Diksi ialah pemilihan penggunaan kata-kata. Dalam hal ini editor kopi perlu memastikan:
- kata-kata yang dipilih berkesan dari segi maksud dan
- kata-kata yang dipilih sesuai dengan laras bahasa yang digunakan.
Contohnya, laras bahasa sains, laras bahasa undang-undang dan lain-lain.
Semasa menyemak diksi, editor kopi mungkin perlu membuang atau menggantikan perkataan
yang;
- tidak tepat
- sukar difahami
- tidak tersusun dengan baik
- terlalu umum atau samar

terlalu banyak
bentuknya tidak konsisten
tidak menarik dan tidak sesuai untuk pembaca

Perbendaharaan kata - Editor kopi perlu memastikan perbendaharaan kata tersebut sesuai dengan
peringkat dan golongan pembaca sasarannya.

Tatabahasa - Aspek-aspek tatabahasa yang digunakan dalam teks seperti:


kata terbitan
kata sendi
kata ganti singkat
partikel
unsur imbuhan asing
rangkai kata setara
hukum DM
kata ulang
kata majmuk
Editor kopi hanya perlu membaiki kesalahan dari segi tatabahasa tanpa mengubah gaya asas atau
idea yang hendak disampaikan oleh penulis.
Pembinaan Ayat dan Pemerengganan Dalam aspek ini editor kopi perlu melihat wujudnya:
Kepelbagaian dalam struktur dan panjang ayat sesuatu penulisan itu perlu mempunyai binaan
ayat aktif dan pasif.
Ayat-ayat yang berkesan, iaitu ayat-ayat yang tidak terlalu panjang, munasabah mengikut urutan
idea atau penekanan dalam ayat.
Pembentukan perenggan yang baik dan sesuai mengikut ideanya. Sebaik-baiknya setiap
perenggan membicarakan satu idea sahaja dan setiap idea hendaklah dihuraikan dengan ayat-ayat
gramatis, tepat dan berkesan. Panjang pendek sesuatu perenggan bergantung pada sepanjang
mana sesuatu idea dapat dihuraikan dengan sempurna. Selain itu pastikan tidak terdapat ayat
tergantung atau tidak lengkap, dan ayat-ayat yang ditulis dalam bahasa yang berbelit-belit. Ayat
tersebut haruslah diperbaiki dan dipermudahkan, sekiranya perlu ditulis semula.
Ejaan - Pastikan perkataan dieja dengan betul. Kesalahan ejaan kadangkala boleh menyebabkan
kesalahan fakta. Contohnya, perkataan yang patut dieja sebagai lancang menjadi lancung.
Istilah - Editor kopi perlu mengenal pasti istilah yang tidak tepat, tidak kemas kini atau tidak
selaras. Dalam hal ini, editor kopi perlu membaiki, mengemas kini dan menyelaraskan
penggunaannya.
Gaya, Editor kopi perlu mengambil perhatian terhadap gaya persembahan supaya menepati dan
selaras penggunaannya. Berikut perkara yang perlu diberi perhatian:
Tanda baca
Singkatan, akronim dan simbol
Huruf besar dan huruf condong
Penomoran
Cara/Gaya penyampaiaan

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan perkembangan bahasa Indonesia akhir-akhir ini, istilah penyuntingan disepadankan
dengan kata inggris editor atau redaktur . Kata yang pertama diturunkan dari bahasa latin
editor, edi yang berarti menghasilkan atau mengeluarkan ke depan umum. Adapun kata yang ke
dua juga dijabarkan dari perkataan latin redigore yang bermakna membawa kembali lagi.
Kedua perkataan inggris tadi kemudian berkembang menjadi berarti, menyiapkan, menyeleksi
dan dan menyesuaikan naskah orang lain untuk penerbitan, dengan catatan bahwa istilah editor
lebih sering dipergunakan orang. Dengan demikian istilah penyuntingan yang kini di populerkan
di Indonesia merupakan istilah yang di selangkan dengan istilah redaksi. Istilah yang terakhir ini
sebelumnya lebih sering di pakai orang berdasarkan hasil serapannya dari bahasa belanda
Redactic
Tujuan Penyuntingan yang dilakukan oleh para penyunting adalah sebagai berikut.
- Untuk menjadikan taipskrip sebagai karya yang sempurna yang dapat dibaca dan dihayati
dengan mudah oleh pembaca apabila diterbitkan kelak.
- Untuk memastikan isi dan fakta taipskrip berkenaan disampaikan dengan jelas, tepat, dan tidak
bercanggah atau menyalahi agama, undang-undang, etika dan norma masyarakat.
- Untuk memastikan pengaliran atau penyebaran idea daripada penulis kepada pembaca dapat
disampaikan dalam bahasa yang gramatis, jelas, indah dan menarik.
- Untuk menjadikan persembahan e-buku yang akan diterbitkan itu dapat menggambarkan nilai
dan identiti karya itu sendiri sehingga dapat menarik minat pembaca.
- Menonjolkan identiti penerbit dengan memastikan e-buku itu menepati gaya penerbitan penerbit.
B. Saran
Jurnalistik merupakan ilmu terapan yang bisa didapatkan secara otodidak, kursus, baca, dan
latihan secara intensif. Namun jika hendak mendalaminya secara keilmuan/akademis, tentu saja
harus masuk pendidikan formal. Dalam jurnalistik penyuntingan merupakan sebuah bagian atau
proses dari terbitnya sebuah berita atau sebagainya. Dalam mendalami tentang dunia jurnalistik
terutama penyuntingan, sangat dituntut pemahaman tentang penggunaan kaidah bahasa
Indonesia. Karena hal ini akan menunjang profesionalisme seorang penyunting. Selain itu,
pemahaman tentang teori atau ilmu tentang penyuntingan akan sangat bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
- Eneste, Pamusuk. 2005. Buku Pintar Penyuntingan Naskah. Jakarta : Gramedia pustaka utama
- Bintang,
Putri.2007.
Seluk
Beluk
Jurnalisme
di
Indonesia..
http://angeliadewicandra.blogsome.com/feed/. (diakses pada tanggal 5 Maret 2008)
- Dana,
Davida
Welni.2008.
Seputar
Penyuntingan
Naskah.
http://www.sabda.org/pelitaku/seputar_penyuntingan_naskah. (diakses pada tanggal 5 Maret
2008)

Sulistyono,
Arif
Gunawan.2007.
Edit
dan
http://mywritingblogs.com/jurnalisme/xmlrpc. (diakses pada tanggal 5 Maret 2008)

sunting.

Anda mungkin juga menyukai