Uraian Pendahuluan1
1. Latar Belakang Kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan
yang tipikal, yaitu tingginya tingkat pertumbuhan penduduk terutama
akibat arus urbanisasi sehingga menyebabkan pengelolaan ruang kota
makin berat. Jumlah penduduk perkotaan yang tinggi dan terus
meningkat dari waktu ke waktu tersebut akan memberikan implikasi
pada tingginya tekanan terhadap pemanfaatan ruang kota, sehingga
penataan ruang kawasan perkotaan perlu mendapat perhatian yang
khusus, terutama yang terkait dengan penyediaan kawasan hunian,
fasilitas umum dan sosial serta ruang-ruang terbuka public (open
spaces) di perkotaan.
Salah satu satu alternatif yang dipilih untuk mengembangkan kota dan
menambah Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan adalah dengan
melakukan reklamasi perairan pantai sebagai upaya untuk menangani
keterbatasan wilayah.Setiap kebijakan dalam rangka pembangunan
dan pengembangan wilayah pasti akan membawa dampak positif
(manfaat) dan dampak negatif (kerugian) dari aspek sosial budaya,
ekonomi dan ekologi. Peranan ketiga aspek tersebut dalam suatu
pembangunan mulai dari tahap perencanaan sampai pada pelaksanaan
dan dampaknya, sangat menentukan keberhasilan dari pembangunan
tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya suatu perencanaan dan
pengawasan yang matang dan terpadu serta pelaksanaan kebijakan
pengelolaan pantai hasil reklamasi yang cermat, agar tujuan utama
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pantai tercapai, dan
menghindari terjadinya penurunan kualitas lingkungan perairan atau
bahkan menimbulkan konflik sosial dan permasalahan penataan ruang
lainnya.
Kota Parepare yang terletak di pesisir selat Makassar dan berada pada
bagian tengah provinsi Sulawesi Selatan, secara geografis berada pada
posisi 03°57’39” - 04°04’49” LS dan 119°36’24” -119°34’40” BT
dengan luas Wilayah 99.33 Ha. Luas Wilayah Parepare tersebut
dirasakan kurdang memadai dalam upaya mewujudkan ruang kota
yang nyaman, produktif dan berkelanjutan, maka Pemerintah kota
Parpare memberikan perhatian yang cukup terhadap keberadaan ruang
terbuka publik untuk melaksanakan pembangunan secara optimal
melalui kegiatan reklamasi pantai salah satunya adalah melakukan
penataan pada pesisir Pantai Cempae yang diberi nama Anjungan
Cempae.
Data Penunjang2
2 Data penunjang terdiri dari data yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.
b. Menjamin keselamatan pengguna, masyarakat dan
lingkungan.
2) Persyaratan Arsitektur dan Lingkungan;
a. Menjamin terwujudnya tata ruang yang dapat memberikan
keseimbangan dan keserasian terhadap lingkungan.
b. Menjamin bangunan gedung dibangunan dan
dimanfaatkan dengan baik.
3) Persyaratan Struktur bangunan;
a. Menjamin terwujudnya bangunan yang dapat mendukung
beban yang timbul akibat perilaku manusia dan alam.
b. Menjamin keselamatan manusia dari kemungkinan
kecelakaan atau luka yang disebabkan oleh kegagalan
arsitektur bangunan.
c. Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau
kerusakan benda akibat perilaku struktur.
d. Menjamin perlindungan property lainnya dari kerusakan
lainnya yang disebabkan kegagalan struktur.
B. Kriteria Khusus
Kriteria ini dimaksudkan untuk memberikan syarat – syarat
yang lebih spesifik berkenaan dengan bangunan yang akan
dikerjakan, baik dari segi fungsi khusus maupun segi teknis
lainnya :
a. Kesatuan pepelaksanaan interior/eksterior dengan
lingkungan yang ada.
b. Penataan ruang yang akan dikerjakan diupayakan
mematuhi kaidah – kaidah teknis perencanaan arsitektural,
struktural dan lingkungan
10. Referensi Hukum Dalam hal melaksanakan kegiatan Pengawasan Teknis Pembangunan
Anjungan Cempae, daftar referensi seperti tersebut di bawah ini
ditetapkan dan dipakai sebagai dasar pelaksanaan, referensi dimaksud
adalah :
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang;
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor
1 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
Peraturan Presiden Nomor 122 Tahun 2012 tentang
Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor :
06/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Umum Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan;
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 40
/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Perencanaan Tata Ruang
Kawasan Reklamasi Pantai;
Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 10 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Parepare
Tahun 2011 – 2031.
Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 1 Tahun 2019
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kota Parepare Tahun 2018-2023.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002, Tentang
Bangunan Gedung.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomr 36 Tahun
2005, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2003, Tentang Bangunan Gedung.
Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 5 Tahun 2014,
tentang Bangunan Gedung.
SNI – 1278, tentang Tata Cara Pelaksanaan Mendirikan
Bangunan Gedung.
Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) Tahun 1987 yang
diterbitkan oleh Dewan Normalisasi Nasional.
Petunjuk / Tata Cara Standar lainnya yang berhubungan.
Ruang Lingkup
A. Tahap Evaluasi
1) Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan yang dilaksanakan
konsultan perencanaan.
2) Memberikan konsultasi pra-pelaksanaan meliputi penelitian
dan pemeriksaan dari sisi efisiensi biaya dan bahan serta
kemungkinan keterlaksanaan konstruksi.
3) Mengendalikan pelaksanaan konstruksi melalui evaluasi
perencanaan, kemungkinan penyimpangan teknis dan atau
persoalan yang berpotensi muncul.
4) Pengusulan koreksi perencanaan.
5) Melakukan evaluasi dan revisi gambar, RAB, dan spesifikasi
teknis
6) Melakukan koordinasi dengan tim teknis yang dilibatkan dari
unsur Dinas PUPR
7) Menyusun laporan pengawasan
B. Tahap Pelaksanaan
1) Membantu pengelola kegiatan dalam mempersiapkan
pelaksanaan konstruksi.
2) Membantu memberikan penjelasan teknis dalam hal
Anwijzing (rapat penjelasan pekerjaan)
3) Membantu pejabat pembuat komitmen pengawasan /
direksi langsung pada pekerjaan konstruksi
C. Tahap Pelaksanaan Fisik
1) Membantu Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) memberikan
arahan teknis gambar perencanaan pada saat fisik akan
dikerjakan.
2) Membantu menyusun justifikasi teknis jika dimungkinkan
ada perubahan gambar yang berpengaruh pada
struktur/arsitektur bangunan.
12. Keluaran3 Dengan adanya pekerjaan ini diharapkan adanya hasil pengawasan
teknis yang baik dan tepat guna sehingga mendukung tercapainya
pelaksanaan fisik yang tepat waktu, konstruksi yang baik dan dapat
dipertanggung jawabkan serta dapat dirasakan manfaatnya bagi
masyarakat khususnya masyarakat kota Parepare
Operator Komputer
(Administrasi) SMA/SMK 3Tahun 1 org
Laporan
19. Laporan Laporan memuat:
• Laporan Teknis Pengawasan:
Konsultan akan menyerahkan Laporan Teknis setelah
disetujui Oleh Pengawas Lapangan Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Kota Parepare dan diserahkan
dalam rangkap 4 (empat).
• Spesifikasi Teknis Pekerjaan:
Konsultan menyerahkan Spesifikasi Teknis Pekerjaan
dalam rangkap 3 (tiga).
• Membuat Laporan Progres Kemajuan Pekerjaan (Laporan
Mingguan,Laporan Bulanan) dalam rangkap 4 (empat).
• Dokumentasi Foto–foto Kemajuan Pekerjaaan
0%,25%,50%,75%,100% dan pengukuran.