Anda di halaman 1dari 0

1

PERTANYAAN UNTUK WAHABI SALAFI




Oleh Von Edison Alouisci
http://v-e-alouisci.blogspot.com







PERTANYAAN :




1.apakah Surah Al-Baqarah ayat 115 faainamaa tuwallu fatsamma wajhullah yang artinya
kemana pun engkau menghadap, di sanalah wajah Allah, nah kata wajhullah (wajah Allah) apakah
tidak perlu tawil Sehingga diartikan Allah Punya wajah walau tidak sama seperti mahluknya.i
bukankah tetap saja punya wajah ??

2. Apakah surah Az-Zumar ayat 67 wal ardhu jamiia qabdlotuhu yaumal qiyaamati wa samaawaatu
muthwiyyaatun biyamiinihi yang artinya dan bumi seutuhnya dalam genggaman-Nya dan langit
digulung dengan tangan kanan-Nya tidak perlu di takwil sehingga diartikan Allah punya tangan
walaupun tidak seperti manusia?? Bukankah tetap saja artinya punya tangan ??

3. Apakah makna Kabah dan Allah dalam rangkaian kata Kabatullah yang asal kata Kaba
Kiaaba dan artinya mata kaki tidak perlu ditakwil sehingga artinya menjadi mata kaki Allah ?
Bagaimana kalau kata Kabatullah itu dipungut dari kata Kaaba yang bermakna tetek atau susu,
apakah itu harus bermakna tetek Tuhan tidak perlu di takwil ?
Bagaimana pula jika kata itu dipungut dari kata Kaabati Kiabatan yang bermakna gadis montok,
Apakah boleh dimaknai Tuhan itu serupa gadis montok karna tidak perlu takwil ?
dan bagaimana pula jika kata itu dipungut dari kata Kaaba yang bermakna segi empat, apakah boleh
dimaknai Tuhan itu segi empat wujudnya dan tak perlu di takwil ??

4.apakah mesti Ayat 5 surah Thaha al-Rahmaan ala al-Arsy istawa dimaknai Tuhan benar-benar
bersemayam di tempat yang disebut Arsy;
al-Rahman itu dimaknai Tuhan yang punya wajah sebagaimana ayat 115 surah Al-Baqarah
faainamaa tuwallu fatsamma wajhullah
dan ayat 88 surah al-Qashash kullu syaiin halikun illa wajhahu; al-Rahman dimaknai tanpa tawil
sebagai Tuhan yang punya tangan sebagaimana ayat 67 surah Az-Zumar wal ardhu jamiia
qabdlotuhu yaumal qiyaamati wa samaawaatu muthwiyyaatun biyamiinihi ?? bukankah semua itu
tetap saja Allah seperti punya Tubuh walau tak sama dgn makluknya ??

nah dengan demikian a itu artinya wahabi bukankah menyamakan Allah sebagai makhluk karna
tidak butuh takwil ??

5. Apakah makna ayat mereka telah lupa kepada Allah, Maka Allah melupakan mereka. (QS.9 [at
Taubah] :67) dan ayat Sesungguhnya Kami telah melupakan kamu. (QS.32 [as Sajdah];14) Tidak
perlu takwil sehingga Allah mesti dikatakan punya sipat Lupa ??
bukankah jadi orang tidak l waras untuk mengatakan bahwa Allah lupa, tetapi tidak seperti lupa
kita, Allah duduk tetapi tidak seperti duduk kita, Allah bersemayam di langit tetapi Dia tidak
menyerupai sesuatu apapun. Kata-kata terakhir (tetapi tidak seperti lupa kita dll.)
ttidak berguna sama sekali, karna tidak akan bisa t menghindarkan dari kelakuan
tasybh dan tajsm, padahal tidak semua kata yang datang dalam sifat Allah SWT. dapat ditetapkan
sebagai sifat bagi Allah secara lahiriyah.
6. Dalam Shahih Muslim disebutkan sebuah riwayat hadis qudsi:Hai anak Adam, AKU SAKIT tapi
engkau tidak menjenguk-Ku. Ia [hamba] berkata, Bagaimana aku menjenguk-Mu sementara Engkau

2

adalah Rabbul lamin? Allah menjawab, Tidakkah engkau mengetahui bahwa hamba-Ku si fulan
sakit, engkau tidak menjenguknya, tidakkah engkau mengetahui bahwa jika engkau menjenguknya
engkau akan dapati Aku di sisinya (HR. Muslim,4/1990, hadis no.2569) Apakah bolehkah kita
mengatakan, Kita akan menetapkan bagi Allah sifat sakit, tetapi sakit Allah tidak seperti sakit kita;
makhluk-Nya?!! Pemikiran akal sehat apa itu ??

Padahal Makna hadis di atas menurut para ulama sebagaimana diuraikan Imam Nawawi dalam
Syarah Muslim sebagai berikut, Para ulama berkata, disandarkannya sifat sakit kepada-Nya
sementara yang dimaksud adalah hamba sebagai tasyrf, pengagungan bagi hamba dan untuk
mendekatkan. Para ulama berkata tentang maksud engkau akan dapati Aku di sisinyaengkau akan
mendapatkan pahala dari-Ku dan pemuliaan-Ku (Syarah Shahih Muslim,16/126)


7. Apakah makna ayat Pada hari betis disingkapkan. (QS.68 [al Qalam]:42) tidak perlu ditakwil
sehingga Betis itu diartikan Betis Sebagaimana betis manusia ??
padahal Ibnu Abbas ra. berkata, Disingkap dari kekerasan (kegentingan).Di sini kata

(betis)
ditawl dengan makna

kegentingan.
Tawl di atas telah disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam Fathu al Bri,13/428 dan Ibnu Jarir dalam
tafsirnya,29/38. Ia mengawali tafsirnya dengan mengatakan, Berkata sekelompok sahabat dan
tabin dari para ahli tawl , maknanya ialah, Hari di mana disingkap (diangkat) perkara yang
genting. Nah bukankah ini penjelasan Salafus sholeh ?? wahabi ngaku salafus Sholehnya siapa jika
ngaku salafi tapi bertentangan dgn pendapat ulama salaf, tabiin dan tabiun?? Padahal Wahabi punya
slogan top yaitu: Kembali kepada Al-Quran dan Al-Sunnah menurut pemahaman Sahabat, tabiin
dan tabiun. Wahabi lebih pantas ngikut salafus syaraf muhammad bin abdul wahab.
Pertanyaannya : dari mana kelompok salafi palsu ini mengklaim mengetahui cara para sahabat,
tabiin dan tabiut tabiin ini memahami Al-Quran dan As-Sunnah, padahal mereka (para Sahabat)
tidak pernah membukukan metode tersebut ??
8. Dalam Hadis Qudsi: Allah s.w.t. berfirman: Wahai HambaKu. Aku lapar, mengapa kau tidak
memberi makan kepadaKu?(hadis riwayat Muslim).Apakah hadits ini tdak perlu di takwil ??

9. Hadis Qudsi: Allah s.w.t. berfirman: "...Jika Aku mencintainya (seseorang hamba itu), maka Aku
(Allah) jadi pendengarannya yang dia mendengar dengannya, Aku jadi penglihatannya yang dia
melihat dengannya, Aku jadi tangannya yang dia meraba-raba dengannya dan Aku jadi kakinya yang
dia melangkah dengannya..." (Hadis riwayat Al-Bukhari) apakah tidak perlu ditakwil ??

Sesungguhnya Safus sholeh Menafikan aslul kaif berarti, mencegah orang daripada menggambarkan
lafaz-lafaz mutasyabihat tersebut dengan maknanya dari sudut bahasa (atau dari makna dhahirnya),
krn sebagian orang,ketika mendengar saja tentang perkara-perkara mutasyabihat, mereka terus
menggambarkan sifat-sifat tersebut dengan maknanya dari sudut bahasa, yang membawa kepada
femahaman tajsim atau menjisimkan Allah s.w.t..

Kaif itu sendiri dari sudut bahasa ialah: meletakkan sesuatu yang dinisbahkan kepada sesuatu yang
lain, atau menggambarkan sesuatu dinisbahkan kepada anggota yang lain. Maksudnya, kaif itu sendiri
adalah apabila seseorang menggambarkan keadaan sesuatu, dengan susunan bentuknya dan
sebagainya, seperti ketika orang membayangkan kaif Zaid, dia akan menggambarkan susunan bentuk
tubuh Zaid dari muka sampai ke kaki. Jadi, inilah yang dilarang oleh salafus soleh, iaitu larangan
daripada menggambarkan bahwa Tuhan itu berjisim. Ini namanya menafikan Asal Kaif itu sendiri.

Contohnya, para salafus soleh tidak memahami apa yang dimaksudkan oleh Allah s.w.t. dengan
perkataan yadd Allah, lalu melarang orang lain menggambarkan kaif sifat yadd tersebut dengan
maknanya dari sudut bahasa (iaitu anggota tangan). Ini adalah menafikan aslu kaif sifat tersebut.

Inilah maksud yang sebenarnya dari kata-kata Imam Malik jika ditinjau dgn menerusuri dua riwayat
imam malik yang berbeda berkenaan dengan ucapan ini. Yang dimaksudkan bukan menafikan ilmu
kaif tetapi aslul kaif. Bahkan, selain daripada ucapan Imam Malik ini, tidak terhitung jumlah
perkataan ulama-ulama salaf yang menolak konsep isbat makna lughowi (dari sudut bahasa) atau
isbat makna dhahir bagi nas-nas mutasyabihat ini.


3

Silalah rujuk sendiri kitab Al-Asma wa As-Sifat karangan Sheikh Al-Hafiz Al-Baihaqi, di mana
terdapat banyak ucapan-ucapan para salafus soleh yang mengamalkan tafwidh makna dalam
berhadapan dengan nas-nas mutasyabihat ini. Kalau sedikit bawakan satu kata dari Imam Malik, yang
juga disalah arti sebagai tafwidh kaifiyat (padahal tidak demikian jika ditinjau dari dua riwayat yang
berbeda), untuk digunakan hujah dalam mematah sawadul azhom (majoritas umat Islam) sejak
zaman salafus soleh yang menggunakan manhaj tafwidh makna, ataupun tawil ijmali, maka lebih
baik lupakan saja niat tersebut. YaduLLah maal jamaah (Sesungguhnya bantuan Allah s.w.t. itu
bersama dengan jemaah dan majorita umat Islam).



10. Kalian mengklaim mengikuti golongan Hanabilah, berpegang teguh dengan madzhab al-Imam
Ahmad bin Hanbal. Padahal Ahmad bin Hanbal berkata, Boleh mengusap mimbar Nabi, dan pusar
yang ada di mimbar itu. Bahkan Ibn Taimiyah berkata dalam kitab yang dinamakannya Iqtidha al-
Shirath al-Mustaqim (hal. 367 terbitan Mathabi al-Majd al-Tijariyyah), Ahmad dan lainnya
memberikan keringanan dalam mengusap mimbar dan pusar mimbar itu yang merupakan tempat
duduk dan tangan Nabi. Bagaimana pendapat kalian? Apakah kalian mengkafirkan al-Imam Ahmad,
di mana kalian mengklaim mengikuti madzhabnya? Atau kalian mengkafirkan Ibn Taimiyah yang
kalian sebut Syaikhul Islam? Bukankah ini sebuah inkonsistensi? dalam al- Mirdawi al-Hanbali
bahwa Ibrahim bin Ishaq al-Harbi, seorang imam mujtahid berkata: Disunnatkan mencium hujrah
(makam) Nabi. Bukankah kalian menyalahi ahmad bin hanbal yang kalian katakan sebagai madzab
kalian??


11. Ada sebuah hadits tentang laki-laki tuna netra tersebut yang isinya, Ya Allah, sesungguhnya aku
memohon kepada-Mu dan menghadapkan diriku kepada-Mu dengan perantara Nabi-Mu,
Muhammad, nabi pembawa rahmat, serta menyebutkan para hafizh yang menilainya shahih.
Ternyata Abdurrhman Dimasyqiyat juga mengakui bahwa hadits tersebut shahih. pertanyaannya
Bagaimana kalian melarang manusia bertawassul dengan Rasul bukan di hadapannya, padahal Rasul
telah mengajarkan laki-laki tuna netra tadi untuk bertawassul dengan beliau bukan di hadapannya?
Apakah kalian akan mencabut keyakinan kalian. Atau kalian mengira bahwa kalian lebih pandai dari
pada Rasulullah ?.
riwayat hadits seorang tuna netra yang diajari oleh Rasulullah agar berdoa, Hadits ini shahih, riwayat
al-Thabarani dan lainnya. Al-Thabarani dan lainnya juga menilainya shahih. Apakah kalian berasumsi
bahwa Rasulullah telah mengajarkan kesyirikan, dan bahwa sahabat yang menjadi perawi hadits
tersebut serta al-Imam al- Thabarani mengajarkan kesyirikan?


12. Kalian kaum Wahhabi menghukumi bahwa memanggil orang yang tidak ada di depannya atau
memanggil orang mati (nida al-ghaib aw al-mayyit), seperti berkata Ya Muhammad, atau ya
Rasulallah (wahai Muhammad atau wahai Rasulullah), itu syirik akbar (besar) sebagaimana
ditetapkan oleh Ibn Abdil Wahhab al-Najdi dalam kitab al-Ushul al-Tsalatsah. Sekarang, ini al-Imam
al-Bukhari meriwayatkan dalam al-Adab al-Mufrad, bahwa Abdullah bin Umar pada suatu hari
kakinya mengalami mati rasa. Lalu ada orang berkata kepada beliau, Sebutkan orang yang paling
Anda cintai. Lalu Ibn Umar berkata, Ya Muhammad (Wahai Muhammad). Maka seketika itu
kakinya sembuh. Apakah kalian kaum Wahhabi akan mencabut pendapat kalian. Dan ini yang kami
kehendaki. Atau kalian akan memutuskan bahwa Abdullah bin Umar, al- Imam al-Bukhari, para
perawi al-Bukhari, dan bahkan Ibn Taimiyah yang kalian sebut Syaikhul Islam, dan al- Albani
pemimpin kalian, mereka semuanya kafir.bukankah beberapa naskah al-Adab al-Mufrad yang
dicetak oleh percetakan-percetakan lain. Ternyata, semuanya sepakat memakai redaksi Ya
Muhammad.???

13.naskah kitab al-Kalim al- Thayyib karangan Ahmad bin Taimiyah al-Harrani, panutan kaum
Wahhabi yang mereka sebut Syaikhul Islam. Di mana dalam kitab tersebut Ibn Taimiyah
menyebutkan hadits Ibn Umar di bawah judul, Bab yang diucapkan seseorang ketika kakinya mati
rasa. Naskah ini dicetak oleh kaum Wahhabi dan dikoreksi oleh Nashiruddin al-Albani, pemimpin
mereka yang kontradiktif, yang menganggap perbuatan Ibn Umar itu syirik dan menentang tauhid.(
ini tanda kalian bukan pengikut salaf karna umar ulama salaf)
Kami menuntut kalian berdasarkan pimpinan-pimpinan kalian yang kontradiktif, di mana al-Albani
menemukan manuskrip itu yang di dalamnya terdapat lafal Ya Muhammad, lalu kalian anggap

4

menentang tauhid dan termasuk perbuatan syirik menurut asumsinya. Coba lihat (hal. 16 kitab al-
Kalim al-Thayyib), yang dicetak di percetakan al-Syawisy al-Wahhabi dengan nama al- Maktab al-
Islami, taliq (komentar) Nashiruddin al-Albani, pemimpin Wahhabi yang kontradiktif.
seperti biasa Al-Albani, pemimpin kalian yang kontradiktif, berkata dalam al- Kalim al-Thayyib hal.
120 dalam mengomentari hadits Ya Muhammad yang disebutkan dan dianjurkan oleh Ibn Taimiyah
untuk diamalkan, sebagaimana terbaca dari judul kitabnya al-Kalim al-Thayyib (kalimat-kalimat yang
baik). Al-Albani berkata: Kami memilih menetapkan Ya, karena sesuai dengan sebagian manuskrip
yang kami temukan.
bukankah albani Plin plan dan pada akhirnya mengakui juga Redaksi Ya Muhammad ??
Pernyataan al- Albani menjadi dalil yang menggugat kalian dan dia sendiri.

14.
:


Syaikhul Islam Abu Hasan Al-Hakary meriwayatkan dan Al-Hafidz Abu Muhammad Al-
Muqoddasi dengan isnad mereka kepada Abu Tsaur dan Abu Syuaib, keduanya dari imam
Muhammad bin Idris Asy-SyafiI, Nashirul hadits Rh, beliau berkata Pendapat di dalam sunnah
yang aku pegang dan juga para sahabatku dari Ahli hadits yang telah aku saksikan dan aku ambil
dari mereka seperti Sufyan, Malik dan selain keduanya adalah pengakuan dengan syahadah
bahwa tiada Tuhan selain Allah Swt, Muhammad adalah utusan Allah dan sesungguhnya Allah Swt
di atas Arsy-Nya di dalam langit-Nya yang mendekat kepada makhluk-Nya kapan saja DIA
kehendaki, dan sesungguhnya Allah turun ke langit dunia kapan saja DIA kehendaki .
(Mukhtashor Al-uluw halaman : 176)
Coba Anda Perhatikan Perkataan ini dari sisi sanadnya:
1. Al-Hafidz Adz-Dzahaby di dalam kitabnya MIZAN AL-ITIDAL juz : 3 halaman : 112 berkata :
:
Abu Al-Hasan Al-Hakkari adalah salah satu orang yang suka berdusta dan sering memalsukan
ucapan
2. Abul Al-Qosim bin Asakir juga berkata :

:
Dia (Abu Al-Hasan) orang yang tidak dapat dipercaya
3. Ibnu Najjar berkata :
:
Dia dicurigai memalsukan hadits dan menyusun-nysun sanad
4. Al-Hafidz Ibnu Hajar di dalam kitab LISAN AL-MIZAN juz : 4 halaman : 159 berkata :

Kebanyakan hadits yg diriwayatkannya adalah ghorib dan mungkar dan juga terdapat hadits-
hadits palsunya .
5. Ibrahim bin Muhammad Ibn Sibth bin Al-Ajami di di dalam kitabnya Al-Kasyfu Al-Hatsits juz ; 1
halaman : 184 :

5


Dia adalah seorag yang suaka berdusta dan suka memalsukan hadits
Dan perhatikan pula dari sisi masanya:
Mereka (wahhaby salafy) mengaku atsar tersebut diriwayatkan oleh Abu Syuaib dari imam Syafii.
Benarkah ??
Ini sebuah kedustaan yang nyata karena di dalam kitab-kitab tarikh / Sejarah bahwasanya Abu
Syuaib ini dilahirkan dua tahun setelah wafatnya imam Syafii, sebagaimana disebutkan dalam kitab
TARIKH AL-BAGHDADI juz : 9 halaman : 436
Sekarang bagaimanakah aqidah imam syafii yang sebenarnya tentang Istiwa Allah Swt ?
Berikut ini perkataan-perkataan imam Syafii yang kami nukil dari kitab-kitab yang mutabar dan dari
riwayat-riwayat yang tsiqoh :
1. Ketika imam SyafiI ditanya tentang makna ISTAWA dalam al-Quran beliau menjawab :

( ) ( 24 ( ) ( ) 18 ) .
Aku mengimani istiwa Allah tanpa memberi penyerupaan dan aku membenarkannya tanpa
melakukan percontohan, dan aku mengkhawatirkan nafsuku di dalam memahaminya dan aku
mencegah diriku dari memperdalam persoalan ini dengan sebenar-benarnya pencegahan
Ini telah disebutkan oleh imam Ahmad Ar-Rifai di dalam kitab Al-Burhan Al-Muayyad (Bukti yang
kuat) halaman ; 24.
Juga telah disebutkan oleh imam Taqiyyuddin Al-Hishni di dalam kitab Dafu syibhi man syabbaha
wa tamarroda halaman : 18. Di dalam kitab ini juga pada halaman ke 56 disebutkan bahwa imam
SyafiI berkata :

Aku beriman dengan apa yang datang dari Allah Swt sesuai maksud Allah Swt, dan beriman
dengan apa yang datang dari Rasulullah Saw menurut maksud Rasulullah Saw .
Syaikh Salamah Al-Azaami dan selainnya mengomentari ucapan imam syafiI tsb :
.
Maknanya adalah bukan seperti yang terlitas oleh pikiran dan persangkaan dari makna fisik dan
jisim yang tidak boleh bagi haq Allah Swt
Dan masih banyak lagi yang lainnya.
2. Ketika imam Syafii ditanya tentang sifat Allah Swt, beliau menjawab :


9 / 40 .

6

Haram bagi akal membuat perumpamaan, Haram bagi pemikiran membuat batasan, dan haram
bagi prasangka untuk membuat statemen, dan Haram juga bagi Jiwa untuk memikirkan (Dzat,
perbuatan dan sifat-sifat) Allah Subhanahu wa Taala, dan haram bagi hati untuk memperdalam,
dan Haram bagi lintasan-lintasan hati untuk meliputi, kecuali apa yang telah Allah sifati sendiri
atas lisan nabi-Nya Muhammad Shollallahu alaihi wa Sallam
(Telah disebutkan oleh syaikh Ibnu Jahbal di dalam Risalahnya, lihatlah Thobaqot Asy-Syafiiyyah Al-
Kubra juz : 9 halaman : 40 tentang menafikan arah dari Allah Swt sebagai bantahan atas Ibnu
Taimiyyah)
3. Di dalam kitab Ittihaafus saadatil muttaqin juz : 2 halaman ; 24, imam SyafiI berkata :

Sesungguhnya Allah Taala ada dan tanpa tempat, lalu Allah menciptakan tempat dan Allah
senantiasa dalam shifat AzaliNya (tidak berubah) sebagaimana wujud-Nya sebelum menciptakan
tempat. Mustahil bagi Allah perubahan di dalam Dzat-Nya dan juga perpindahan di dalam sifat-
sifat-Nya
4. Di dalam kitab Syarh Al-Fiqhu Al-Akbar halaman : 52, imam SyafiI berkata yang merupakan
keseluruhan pendapat beliau tentang Tauhid :


Barangsiapa yang berantusias untuk mengetahui Allah Sang Maha Pengatur-Nya hingga
pikirannya sampai pada hal yang wujud, maka ia adalah musyabbih (orang yang menyerupakan
Allah dgn makhluq). Dan jika ia merasa tenang dengan suatu hal yang tiada, maka ia adalah
muaththil (meniadakan sifat Allah Swt). Dan jika ia merasa tenang pada kwujudan Allah Swt dan
mengakui ketidak mampuan untuk memahaminya, maka ia adalah MUWAHHID (orang yang
mengesakan Allah Swt)
Sungguh imam SyafiI begitu jeli dan luas pemahamannya akan hal ini, beliau sungguh telah
mengambil dari ayat-ayat Allah Swt dalam Al-Quran :
- { [ }

]
Tidak ada sesuatu apapun yang menyerupai Allah
- [ }

]
Janganlah kalian membuat perumpamaan-perumpoamaan bagi Allah Swt
- :{ [ }

]
Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia ?
Semua ini membuktikan bahwa imam SyafiI Ra mensucikan Allah Swt dan sifat-sifat-Nya dari apa
yang terlintas dalam pikiran berupa makna-makna jisim / fisik seperti duduk, dibatasi dengan arah,
tempat, gerakan dan diam serta yang semisalnya dan inilah aqidah Ahlus sunnah wal
jamaah.bagimana kalian wahai wahabi mengaku memurnikan Islam kembali kepada Quran dan
sunnah menurut pemahaman salafus sholeh sedangkan kalian menyadarkan perkara akidah dgn data
Majhul seperti di jelaskan diatas yang kemudian pada akhirnya memfitnah imam Safi`i ??



Diantara contoh-contoh keyakinan orang Salafi yang sering berlawanan dengan al-Quran dan Sunnah

7

Rasulallah saw.:
Allah swt berfirman; bahwa Dia yang mengambil ruh pada saat kematian, seperti yang tercantum
didalam surat Az-Zumaar (39):42; Allah swt. memegang jiwa (orang) ketika matinya dan
(memegang) jiwa (orang) yang belum mati diwaktu tidurnyasampai akhir ayat.
Tapi dalam surat An- Nisaa (4):97; Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam
keadaan menganiaya diri sendirisampai akhir ayat. Apakah kalau ada yang mengatakan bahwa
malaikatlah yang mencabut nyawa itu syirik? Ataukah kita harus percaya bahwa ada kontradiksi
dalam al-Quran? Tentu saja tidak, bukan Syirik ataupun kontradiksi, tapi maksud- nya bahwa
manusia tidak boleh lengah atau lupa bahwa sebab utama yang menentukan nyawa manusia adalah
Allah swt. Sedangkan ayat yang mengatakan bahwa Allah swt. yang mencabut nyawa adalah secara
majazi atau kiasan dan malaikat termasuk didalamnya yang mencabut nyawa dengan seizin-Nya.


PERTANYAAN UNTUK WAHABI TERKAIT TAWASUL



Kita semua sudah marfum kebanyakan Golongan Salafi/Wahabi memahami Al-Quran dan Sunnah
diartikan secara tekstual (apa adanya tekst) atau literal dan tidak ada arti majazi(takwil) atau kiasan
didalamnya JADI terkadang cukup dgn baca teks artinya saja bagi mereka sudah cukup.tinggal
ditambahi pemikiran sendiri menela`ahnya.tidak perlu memahami makna dari segala sudut pandang
ilmu pengetahuan terkait masalah itu.sehebat apa ulama dahulu menjelaskannya jika tidak sesuai
akal pikirannya tidak akan ia terima.ia hanya percaya akalnya sendiri walaupun Para ulama tu pakar
dahulu pakarnya dan lebih tahu maksudnya.

Padahal pada kenyataannya terdapat ayat al-Quran yang mempunyai arti harfiah dan ada juga yang
mempunyai arti majazi, yang mana kata-kata Allah swt. harus diartikan sesuai dengannya. Jika kita
tidak dapat membedakan diantara keduanya maka kita akan menjumpai beberapa kontradiksi yang
timbul didalam Al-Quran. Maka dari itu sangatlah penting untuk memahami hal tersebut di atas.

kata Tawassul mempunyai arti dari darajah (kedudukan), atau Qurbah (kedekatan), atau
washilah (penyampai/ penghubung). Sehingga sewaktu di katakan bahwa wasala fulan ilallah
wasilatan idza amala amalan taqarraba bihi ilaihi berarti seseorang telah menjadikan sarana
penghubung kepada Allah melalui suatu pebuatan sewaktu melakukan pebuatan yang dapat men-
dekatkan diri kepada-Nya. (Lihat: Kitab Lisan al-Arab karya Ibn Mandzur jilid 11 asal kata wa-sa-la).
Disini jelas hakekat tawasul tidak terikat pada yang sudah tiada atau masih hidup.hanya yang paling
penting niatnya jgn sampai mendekati syirik menganggap yang diminta bantuan itu hebat. Pakem.
Atau mengatakan berkat Dia akhirnya aku sukses ini penting dan menjadi kaidah penting bagi
aswaja. JGN SALAH NIAT ! KARNA JIKA SALAH ORANG ISLAM BISA DIKATAKAN AGAMA
KRISTEN MENYEMBAH BATU KARNA MENGHADAP KABAH APAPUN GOLONGANNYA.


Nah terkait hal diatas ,Pada umumnya Wahabi anti Tawasul.karna dianggap syirik.mereka berdalil
bahwa tempat yang berhak meminta pertolongan hanyalah kepada Allah. Maka pertanyaannya
adalah

1.jika anak kalian mendapat musibah,sakit atau keluarga kalian sekarat.maka apakah kalian tidak
butuh perantara lewat dokter.dirumah sakit.dan hanya cukup berdoa Ya Allah sembuhkanlah sakit
keluargaku ??

2. Jika kalian sedang dalam kesulitan ekonomi. Punya hutang dgn tetangga.apakah anda tidak butuh
bantuan org lain membantu kesulitan anda ?? bukankah berhutang juga minta tolong pada sesama ??
apakah cukup dgn berdoa Ya Allah berilah aku Uang segepok buat bayar utang ! ??

3. Jika kalian kerja ditempat jauh.. apakah kalian tidak butuh pertolongan sesama yang punya mobil
taksi.angkot atu bis agar cepat pulang ?? apakah kalian cukup berdoa Ya Allah dgn kebesaranMu
Terbangkan aku kerumah ??

4. Bagimana dgn semua aktipitas kalian semuanya sehari hari. Mulai makan. Punya baju.
Bekerja.pergi ke tempat lain.dan bayk lagi lainnya.. apakah cukup dgn mengucap BIM SALABIM ??

8


5.kalian katanya hidup sesuai dgn Quran dan sunnah.maka bagimana dgn surat At-Tahrim (66): 4:
Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong
(untuk menerima kebaikan), dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka
sesungguhnya Allah adalah pelindungnya dan (begitupula) Jibril dan orang orang mukmin yang baik,
dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula.. ??

bagimana dgn surat Al-Maidah (5): 56: Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-
orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengkikut (agama) Allah, itulah yang
pasti menang.??

bagimana dgn Surat An-Nisaa (4): 75: Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan
(membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya
berdoa: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Makkah) yang lalim penduduknya dan
berilah kami pelindung (waliyan) dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong (nasira) dari sisi
Engkau. ???

bagi aswaja jelas selain Allah swt. sebagai Pelindung dan Penolong ada hamba-hamba-Nya dengan
seizin-Nya juga sebagai Penolong dan Pelindung. Kalau kita baca ayat An- Nisaa: 75 ini manakala
Allah sudah cukup sebagai Pelindung (waliyan) dan Penolong (Nasira), kemudian mengapa orang
minta kepada Allah supaya orang lain (yang disisi-Nya) menjadi pelindungnya dan penolongnya?

Apakah kita benar-benar menyekutukan sesuatu kepada Allah ketika kita percaya bahwa Jibril as,
orang beriman dan para malaikat yang juga bisa sebagai Waliyyan (Pelindung) kita dan Nashir
(Penolong) bersama-sama dengan Allah?

Apakah Ayat ayat terakhir ini berarti Allah bukan satu-satunya wali (penolong) karena disamping
Dia ada wali-wali yang lainnya?

Dan apakah ini juga berarti bahwa tidak cukup hanya Dia (Allah swt) sebagai wali?

Jika Wahabi tetap memakai pengertian Syirik menuruti pendapat Ulamanya yang sama sekali tidak
Tsiqoh i maka kita secara otomatis dengan membaca ayat-ayatNya telah membuat Allah sendiri
Musyrik/syirik dan begitu pula dengan orang-orang yang percaya terhadap seluruh ayat Al-
Quran.apakah Allah kemudian dicap Syirik ?? Syrik terhadap siapa Allah jika demikian ??

Diantara contoh-contoh keyakinan kalian yang sering berlawanan dengan al-Quran dan Sunnah
Rasulallah saw.:

Allah swt berfirman; bahwa Dia yang mengambil ruh pada saat kematian, seperti yang tercantum
didalam surat Az-Zumaar (39):42; Allah swt. memegang jiwa (orang) ketika matinya dan
(memegang) jiwa (orang) yang belum mati diwaktu tidurnyasampai akhir ayat.
Tapi dalam surat An- Nisaa (4):97; Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam
keadaan menganiaya diri sendirisampai akhir ayat. Apakah kalau ada yang mengatakan bahwa
malaikatlah yang mencabut nyawa itu syirik?


Dalam hadits dibawah ini akan disebutkan dengan jelas bahwa Rasulullah saw bertawassul dengan
diri beliau sendiri dan dengan semua Nabi sebelum beliau, yang kesemuanya telah meninggal dunia
kecuali Nabi Isa as.

Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub Ath Thabrani dalam Mujamul Kabir; Maktabatul Ulum wal Hikam,
juz 24. cet II Mushil, 1983, hal. 351. Diceritakan sbb:
Ketika ibunda dari Khalifah Ali bin Abi Thalib ra yang bernama Fathimah binti Asad rha meninggal
dunia, Rasulullah saw memberikan pakaiannya untuk dijadikan kain kafan. Kemudian beliau
memerintahkan Usamah bin Zaid, Abu Ayyub al Anshari, Umar bin Khaththab, dan seorang pemuda
berkulit hitam untuk menggali lubang kubur. Mereka pun melaksanakan perintah Rasul saw. Namun
ketika hendak menggali liang lahat, Rasulullah saw memerintahkan mereka untuk berhenti.
Kemudian dengan kedua tangannya yang mulia, beliau sendiri yang menggali liang lahat dan
membuang tanahnya. Setelah selesai, beliau berbaring di dasar kubur dan kemudian berkata:

9

Allah adalah yang Maha Menghidupkan dan Maha Mematikan dan Dia Maha Hidup dan tidak akan
pernah mati. Ampunilah ibuku Fathimah binti Asad dan bimbinglah dia untuk mengucapkan
hujjahnya serta luaskanlah kuburnya, DENGAN HAK (KEMULIAAN) NABI-MU DAN PARA NABI
SEBELUMKU. Karena sesungguhnya Engkau Maha Pengasih dari semua yang berjiwa kasih.
Setelah itu Rasulullah saw menshalatkan jenazah beliau dan memakamkannya dibantu oleh Abbas
dan Abu Bakar Ash Shiddiq. (Hadits Riwayat Thabrani) Menurut Al Hafizh al Ghimari hadits ini
merupakan hadits hasan, sedangkan menurut Ibnu Hibban adalah hadits shahih.( maap albani tidak
masuk kategori disini karna tidak hapal hadist )


jika begini terfikrkah anda jika pemahaman anda malah akhir jadi keliru dan bertentangan dgn quran
dan hadit ?? dimana letaknya memurnikan Islam sedangkan paham anda hanya sebatas leter teks apa
adanya ?? yang ujung ujungnya malah tidak jelas ?? beranikah kalian mengatakan Rasulullah Syirik
?? bukankah tanpa sadar kalian mensyirikkan Rasulullah ??

Jawablah dgn akal sehat. Bukan dgn asal ngeluarkan kata kata kasar tanpa mikir.kami sama sekali
tidak memaksa agar kalian kembali mengkuti pemahaman Ijma Ulama muktabar,bersanad,tsiqoh dan
kesepakatan Ulama secara keseluruhan jauh sebelum adanya muhammad bin abdul wahab.itu
terserah kalian.namun satu hal penting,jgn mudah mudahnya merendahkan amal ibadah org lain
karna itu berarti merendahkan keseluruhan Ulama salaf,kulafur rasidin.tabiin.tabiun. atau secara luas
ulama mukhtabar dgn sanad ilmu yang jelas.satu hal lagi pernahkah kalian membaca secara rinci
dalil dali,hujah. Analisa,keterangan lengkap segala disipilin ilmu dgn hujah yang kuat,disepakati
ulama secara keseluruhan di kitab karya Muhammad bin Abdul Wahab ?? jawabnya TIDAK ADA !!
yang ada hanya perkara kafir,syirik,bid`ah yang uraiannya sangat tidak lengkap ! karna tidak lengkap
ini pula ulama ulama wahabi setelah kematiannya melengkapinya dgn dalil dalil ulama Ulama aswaja
yang di ubah sedemikian rupa agar seide dgn pendapat Muhammad bin abdul wahab.bukankah lucu
tingkah kalian jika dihadapkan dalam masalah sangat sering mencomot keterangan imam madzab
dan generasinya padahal katanya pengikut muhammad bin abdul wahab ?? bukankah lucu jika
dihadapkan suatu persoalan kemudian mencomot dalil hadist Imam Bukhari.Muslim dan lain lain
yang justru disepakati ulama mukhtabar walaupun itu sebagian di utak atik albani. Bukankah artinya
Albani Tidak Punya dalil sendiri selain mencomot Hadits ulama Ulama aswaja yang justru ia kafirkan
?? pada dasarnya kalian tidak punya dalil apa apa tanpa pertolongan sumber sumber ulama aswaja
sekalipun itu dipalsukan ulama kalian keterangannya ( JAHIL )

Mari kita renungkan sama sama.tahajud.berdoa dgn sungguh sungguh agar diberi petunjuk Dari
Allah SWT.sesungguhnya pintu Taubat belum akan tertutup sebelum ajal melewati tenggorokan.
Dan bagi kami aswaja. Jika memang kami salah berarti SEMUA ULAMA TERDAHULU,SALAFUS
SHOLEH.KULAFUR RASIDIN. TABIIN.TABIUN YANG KESEMUANYA BERKIDAH ASWAJA DAN
SELURUH PENGIKUTNYA TERBANYAK DIDUNIA SAMA SAMA MASUK NERAKA.DAN DGN
SENANG HATI KAMI MENERIMANYA RAMAI RAMAI JIKA DIANGGAP SALAH,SYIRIK.AHLUL
BIDAH. DAN KAFIR. Namun yang pasti siapa yang gampang
membidahkan,mensyrikkan.mengkafirkan golongan lain tanpa dalil yang kuat dgn tingkat ketelitian
tinggi maka sesungguhnya dialah ahlul bidah.kafir dan pelaku syirik karna merendahkan org lain
apalagi sesama muslim adalah perbuatan jahiliyah,tingkah laku yahudi.dan kaum kafir mutlak !.

Digitally signed by Von Edison Alouisci
DN: cn=Von Edison Alouisci gn=Von Edison
Alouisci c=Indonesia l=ID o=IslamSunni
ou=Ahlus Sunnah Wal jama`ah
e=J acky.vlando@gmail.com
Reason: I amthe Publiser of this document
Location: Indonesia
Date: 2013-11-07 23:41+07:00

Anda mungkin juga menyukai