OLEH :
HJ. SAMSIAH
NO.POKOK
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal ini berjudul PROFIL GURU YANG EFEKTIF MENDIDIK
PESERTA DIDIK KELAS III SD NEGERI 182 TENGA-TENGAE TAHUN
AJARAN 2014/2015. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada
Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni
al-quran dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Proposal ini merupakan salah satu tugas mata kuliah di program studi Penelitian
dan Evaluasi Pendidikan PPs UNM. Selanjutnya penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampuh mata kuliah dan kepada
segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan
proposal ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan
dalam penulisan proposal ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan proposal ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................
B. Identifikasi Masalah ........................................................................
C. Pembatasan Masalah........................................................................
D. Rumusan Masalah ...........................................................................
E. Tujuan Penelitian .............................................................................
F. Manfaat Penelitian ...........................................................................
4
5
6
6
7
7
8
26
28
29
29
30
31
34
36
36
41
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tugas guru saat ini banyak dimaknai hanya sekedar tugas pedagogis yaitu
menyampaikan materi Ajaran yang tujuannya untuk peningkatan prestasi
akadamik, seolah-olah melupakan pembentukan pribadi peserta didik yang baik.
Sehingga kita masih sering menyaksikan dan mendengar peserta didik yag
perilakunya tidak sesuai bahkan bertentangan dengan sikap moral yang baik.
Misalnya merokok, rambut gondrong, butceri (rambut dicat sendiri), membolos,
tidak mengrjakan pekerjaan rumah, membuat keributan di kelas, melawan guru,
berkelahi, bahkan hal-hal yang bersifat kriminal. Dengan kata lain banyak peserta
didik yang tidak berkepribadian baik. Kondisi tersebut menuntut guru untuk
senantiasa memberikan suritauladan dan memiliki profil yang baik yaitu
berkepribadian yang baik agar dapat mendongkrak kualitas pendidikan menjadi
manusia yang berbudi atau berkepribadian baik.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomer 19 tahun 2005 dalam Aunnurahman
(2009: 192) ditetapkan 4 kompetensi yang harus dimiliki guru, yaitu kompetensi
pedagogis, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kopetensi kepribadian.
Didalam proses pembelajaran guru harus dapat mengaktualisasikan tugastugasnya
dengan potensi yang dimilikinya. Berdasarkan hal tersebut tugas guru tidak
terpaku pada kemampuan pedagogik saja.
Sebagai individu yang berkecimpug dalam pendidikan, guru harus memiliki
kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Ungkapan yang sering
dikemukakan bahwa guru digugu dan ditiru. Digugu maksudnya bahwa pesanpesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola
hidupnya bisa ditiru atau diteladani.
Peserta didik kelas III berada pada masa oprasional konkrit, pada tahap ini
anak mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta
perseptual, artinya anak mampu berfikir logis, tetapi masih terbatas pada objekobjek konkret, dan mampu melakukan konservasi. Anak lebih banyak meniru
tentang segala tingkah laku yang ada di sekelilingnya, di sini peran guru sebagai
pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik,
dan lingkungannya, menjadi sangat penting. Oleh karena itu, guru harus memiliki
standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup taggung jawab, wibawa, mandiri
dan disiplin. Sebagai contoh atau teladan, guru harus memperlihatkan perilaku
disiplin yang baik kepada peserta didik, karena bagaimana peserta didik akan
berdisiplin kalau gurunya tidak menunjukkan sikap disiplin.
Guru seharusnya mempunyai profil teladan agar efektif di dalam mendidik
anak, khususnya usia kelas III, dimana mereka lebih banyak mencontoh segala
yang ada di lingkungannya, peran guru tidak hanya sekedar memeberikan materi
untuk tujuan akademik saja apabila hal ini terus berlanjut maka proses pendidikan
untuk mencapai keefektifan tujuan belajar yaitu membentuk manusia yang cerdas
dan berbudi pekerti luhur tidak akan tercapai, maka profil guru dalam hal ini
kepribadian guru sangat diperlukan yaitu berkepribadian yang baik agar dapat
mendongkrak kualitas pendidikan menjadi manusia yang berbudi atau
berkepribadian baik.
Berdasarkan kondisi yang ada peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian tentangm Profil Guru yang Efektif Mendidik Peserta Didik Kelas
III SD Negeri 182 Tenga-Tengae Tahun Ajaran 2014/2015.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas peneliti mengidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Profil guru yang efektif memberikan Ajaran kepada peserta didik kelas III SD
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
terfokus dan mendalam maka peneliti membatasi penelitian pada variabel tertentu
saja yaitu:
1. Kompetensi kepribadian guru yang efektif mengembangkan kepribadian
2.
peserta didik kelas III SD Negeri 182 Tenga-Tengae Tahun Ajaran 2014/2015;
Cara guru untuk mengembangkan kepribadian peserta didik kelas III SD
Negeri 182 Tenga-Tengae Tahun Ajaran 2014/2015.
D. Perumusan Masalah
mengembangkan
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di
atas adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana kompetensi kepribadian guru yang efektif
mengembangkan kepribadian peserta didik kelas III SD Negeri 182 TengaTengae Tahun Ajaran 2014/2015;
2. Untuk mengetahui cara guru yang efektif untuk mengembangkan kepribadian
peserta didik kelas III SD Negeri 182 Tenga-Tengae Tahun Ajaran 2014/2015.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini ada dua macam,
yaitu manfaat secara praktis dan manfaat secara teoretis.
1. ManfaatSecaraTeoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
maupun sebagai masukan bagi peneliti berikutnya serta pada lembaga-lembaga
pendidikan dalam meningkatkan kepribadian peserta didik.
2. ManfaatSecaraPraktis
a. Bagi kepala sekolah untuk meningkatkan kopetensi kepribadian bagi para staf
pendidiknya, agar berkepribadian baik sehingga tercipta peserta didik yang
b.
berbudi luhur.
Bagi guru dapat meningkatkan kopetensi kepribadiannya agar menjadi
c.
BAB II
LANDASAN TEORI
a.
A. Tinjauan Pustaka
1. Kepribadian Peserta Didik Kelas III
Karakteristik Peserta Didik Kelas III
Peserta didik berdasarkan UUD No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 4
mencantumkan bahwa Peserta Didik adalah anggota masyarakat yang
berusah mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu .Masa usia sekolah
dasar sebagai mesa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun
hingga kira-kira usia sebelas tahun atau dua belas tahun. Karakteristik utama
siswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan
individual dalam banyak segi dan bidang, di antaranya, perbedaan dalam
intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan
kepribadian dan perkembangan fisik anak.
Perkembangan psikososial pada usia enam sampai pubertas, anak mulai
memasuki dunia pengetahuan dan dunia kerja yang luas. Peristiwa penting
pada tahap ini anak mulai masuk sekolah, mulai dihadapkan dengan
tekhnologi masyarakat, di samping itu proses belajar mereka tidak hanya
terjadi di sekolah. Anak sekolah dasar merupakan individu yang sedang
berkembang, barang kali tidak perlu lagi diragukan keberaniannya. Setiap
anak sekolah dasar sedang berada dalam perubahan fisik maupun mental
mengarah yang lebih baik. Tingkah laku mereka dalam menghadapi
lingkungan sosial maupun non sosial meningkat.
Menurut Piaget dalam Rochman (2010) ada lima faktor yang
menunjang perkembangan intelektual yaitu : kedewasaan (maturation),
pengalaman fisik (physical experience), penyalaman logika matematika
(logical mathematical experience), transmisi sosial (social transmission), dan
proses keseimbangan (equilibriun) atau proses pengaturan sendiri (selfregulation). Mereka mengembangkan rasa percaya dirinya terhadap
kemampuan dan pencapaian yang baik dan relevan. Meskipun anak-anak
tahapan
menghindarkan segala
lingkungan,
penerimaan
lingkungan
serta
berbagai
10
11
disertai alasan, (6) sebagai alat kontrol diri, (7) diberikan pada tempat
dan waktu yang tepat.
Anak kelas tiga, memilki kemampuan tenggang rasa dan kerja sama
yang lebih tinggi, bahkan ada di antara mereka yang menampakan tingkah
laku mendekati tingkah laku anak remaja permulaan.Bertitik tolak pada
perkembangan intelektual dan psikososial siswa sekolah dasar, hal ini
menunjukkan bahwa anak kelas III, berada pada masa oprasional konkrit
karena berusia 8-10 tahun,Anak aktif bergerak dan mempunyai perhatian
yang besar pada lingkungan, mereka mempunyai karakteristik sendiri, di
mana dalam proses berfikirnya, mereka belum dapat dipisahkan dari dunia
kongkrit atau hal-hal yang faktual, sedangkan perkembangan psikososial anak
usia sekolah dasar masih berpijak pada prinsip yang sama di mana mereka
tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang dapat diamati, karena mereka sudah
b.
12
13
b.
Pemerintah
Nomer
19
tahun
2005
dalam
14
teknologi,
dan
seni
sesuai
dengan
bidang
yang
dikembangkan.
Guru juga harus mampu mengambil keputusan secara mandiri,
terutama dalam berbagai hal yang berkaitan dengan pembelajaran dan
pembentukan kompetensi, serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta
didik dan lingkungan. Guru harus mampu bertindak dan mengambil
keputusan secara cepat, tepat waktu, dan tepat sasaran, terutama
berkaitan dengan masalah pembelajaran peserta didik, tidak menunggu
atasan atau kepala sekolah.
Sedangkan disiplin; bahwa guru harus mematuhi berbagai
peraturan dan tata tertib secara konsisten, atas kesadaran profesional,
karena mereka bertugas untuk mendisiplinkan para peserta didik di
sekolah, terutama dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dalam
menanamkan disiplin guru harus memulai dari dirinya sendiri, dalam
berbagai tindakan dan perilakunya.
2) Guru Sebagai Pengajar
Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk
mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kopetensi,
dan memahami materi standar yang dipelajari. Kegiatan belajar peserta
15
memperhatikan
perbedaan
individu
peserta
didik
dan
16
harus
belajar
dari
lingkungan
selama
hidup
dengan
kesalahan.
Pakaian: merupakan perlengkapan pribadi yang amat penting dan
f)
berprilaku.
g) Proses berpikir: cara yang digunakan oleh pikiran dalam menghadapi
dan memecahkan masalah.
17
h) Perilaku
neurotis:
suatu
pertahanan
yang
digunakan
untuk
i)
j)
aspek
kehidupan
dan
tindakan
untuk
mewujudkan
kepercayaan itu.
Guru tetap manusia biasa yang tidak lepas dari kemungknan khilaf.
Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang
diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian ia menyadari
kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan perlu diikuti dengan sikap
merasa dan berusaha untuk tidak mengulanginya
7) Guru Sebagai Pribadi Guru
Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus
memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Ungkapan
yang sering dikemukakan bahwa guru digugu dan ditiru. Digugu mak
sudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk
dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani. Guru sering
dijadikan panutan ole masyarakat, untuk itu guru harus mengenal nilainilai yang dianut dan berkembang di masyarakat tempat melaksanakan
tugas dan bertempat tinggal.
Ujian berat bagi guru dalam hal kepribadian adalah rangsangan
yang memancing emosinya. Kestabilan emosi amat diperlukan, karena
guru yang mudah marah akan membuat peserta didik takut, dan
ketakutan mengakibatkan kurangnya minat untuk mengikuti pembelajran
serta rendahnya konsentrasi, karena ketakutan menimbulkan kekuatiran
untuk dimarahi dan hal ini membelokan konsentrasi peserta didik.
8) Guru Sebagai Pendorong Kreativitas
Kreativitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan
merupakan ciri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai
oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada
dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan ntuk
18
budak
stagnasi
kebudayaan.
Ketika
masyarakat
19
Guru yang baik adalah guru yang mempunyai kepribadian yang baik,
mengerti perkembangan sisiwa, dan mempunyai sifat-sifat yang baik, berikut
ini merupakan sifat-sifat guru yang baik.
1) Guru yang hangat dan menimbulkan keakraban, memberikan pengaruh
yang positif terhadap kesenangan, kegairahan anak dalam belajar.
Disamping itu kemndirian anak untuk melakukan disiplin juga tinggi,
sehingga peraturan-peraturan dalam kelas terlaksana dengan baik tanpa
paksaan.
2) Guru dengan kualitas pertanyaan yang bagus, bukan hanya sekedar
meminta jawaban anak dalam bentuk pengulangan kembali apa yang telah
dipelajari atau apa yang ada dalam buku. Tetapi guru ini memberikan
pertanyyan yang menuntut anak mengembangkan atau memperluas
pemahamannya melebihi dari apa yang dipelajarinya dan dibacanya di
dalam buku. Pertanyaan guru seperti ini mendorong anak untuk menalar
lebih
tinggi.
Sebaliknya
pertanyaan
yang
dangkal
menyebabkan
20
Terdapat beberapa langkah atau kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru
di dalam mengembangkan kepribadian anak diantaranya yaitu,
1) Mengembangkan KecerdasanEmosi
Pembelajaran
untuk
meningkatkan
kualitasnya
dengan
21
berkesinambungan;
c)
membangun
watak
dan
kewibawaan,
peserta didik
kualitas
22
23
24
Kurangnya kompetensi
kepribadian untuk
mendidik peserta didik
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di SDN 182 Tenga-Tengae Kecamatan DonriDonri, Kabupaten Soppeng, Profinsi Sul-Sel. Lokasi SDN 182 Tenga-Tengae
cukup dekat dengan pusat kota Soppeng sehingga mudah dijangkau dari seluruh
penjuru Soppeng. SDN 182 Tenga-Tengae ini mempunyai 14 staf guru dan
karyawan denga Ibu Hj.Samsiah, S.Pd sebagai Kepala Sekolah, 6 guru mengampu
guru kelas, 4 guru mengampu guru mata Ajaran yaitu mata Ajaran Bahasa Inggris,
Bahasa Bugis, Penjaskes, dan Agama Islam. Satu sebagai staf administrasidan
seorang penjaga sekolah.
2. WaktuPenelitian
Penelitian ini direncanakan selama lima bulan yaitu dari bulan Juli 2014
sampai dengan bulan Desember 2014 yang dimulai dengan pengajuan judul
sampai dengan penyelesaian penulisan laporan penelitian pada bulan Desember
2014. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
Kegiatan
Juli
Agustus
Sept
Oktober
Nov
Des
26
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan
judul
Penyusunan
proposal
Konsultasi
Seminar
Revisi
Penyusuan
instrumen
Pengumpul
an data
Analisis
data
Seminar
instrumen
Revisi
Ujian
Revisi
Pelaporan
27
28
sedikit itu belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang
lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Penentuan sampel sumber
data, pada proposal masih bersifat sementara, dan akan berkembang kemudian
setelah peneliti di lapangan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan mendalam terhadap
situasi sosial yang diteliti, maka peneliti menggunakan 3teknik pengumpulan data
yaitu :
1.
Wawancara
Wawancara adalah metode pengambilan datadengan cara menanyakan
sesuatu kepada responden, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara
tatap muka.
Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara, dalam proses wawancara dengan menggunakan
pedoman umum wawancara ini, interview dilengkapi pedoman wawancara
yang sangat umum, serta mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa
menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak terbentuk pertanyaan
yang eksplisit. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh data yang relevan
dari guru dan siswa tentang tingkah laku selama di sekolah.
Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer
mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek
(check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau
ditanyakan. Dengan pedoman demikian interviwer harus memikirkan
bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara konkrit dalam kalimat
tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks aktual saat
wawancara berlangsung.
Wawancara memiliki 3 hal yang menjadi kekuatan metode wawancara :
a.
29
b.
Fleksibel,
pelaksanaanya
dapat
disesuaikan
masing-masing
individu;
c.
2.
Observasi
Menurut
Nasution
dalam
Sugiyono
(2009:
226)
menyatakan
30
adalah
karena penemuan
pengetahuan atau teori harus didukung oleh data kongkret dan bukan
ditopang oleh yang berasal dari ingatan. Pengajuan hipotesis kerja, hal-hal
yang menunjang hipotesis kerja, penentuan derajad kepercayaan dalam
31
rangka keabsahan data, semuanya harus didasarkan atas data yang terdapat
dalam catatan lapangan.
Pada dasarnya catatan lapangan berisi dua bagian.Pertama, bagian
deskriptif yang berisi gambaran tentang latar pengamatan, orang, tindakan
dan pembicaraan. Kedua, bagian refleksi yang berisi kerangka berpikir dan
pendapat peneliti, gagasan, dan kepeduliannya (Bogdan dan Biklen dalam
Lexy J. Moleong, 2005: 211)
F. Validitas Data
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek
penelitian data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Data yang valid adalah data
yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang
sesugguhnya terjadi pada obyek penelitian.
Terdapat 4 kriteria keabsahan dan keajegan yang diperlukan dalam suatu
penelitian pendekatan kualitatif. Empat hal tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Triangulasi Sumber
Menguji keabsahan data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber, data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga
menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan
(member check) dengan beberapa sumber tersebut.
b.
Triangulasi Teknik
Teknik untuk menguji data dengan cara mengecek data kepada sumber
yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh
32
Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dilakukan
dengan teknik wawancara maupun observasi maka hasilnya akan berbeda,
untuk itu dalam rangka pengujian keabsahan data dapat dilakukan dengan
cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknk lain
dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data
yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai
ditemukan kepastian datanya.
2.
3.
4.
Keajegan (Reabilitas)
Keajegan merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh
penelitian berikutnya akan mencapai hasil yang sama apabila mengulang
penelitian yang sama, sekali lagi.
Dalam penelitian ini, keajegan mengacu pada kemungkinan peneliti
selanjutnya memeperoleh hasil yang sama apabila penelitian dilakukan sekali lagi
dengan subjek yang sama. Hal ini menujukan bahwa konsep keajegan penelitian
33
kualitatif selain menekankan pada desain penelitian, juga pada cara pengumpulan
data dan pengolahan data.
G. Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen dalam Lexy J. Moleong
(2005: 248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasi data, memilih-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting
dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang akan diceritakan kepada orang
lain.
Selanjutnya menurut Janice McDrury dalamLexy J. Moleong (2005: 248)
tahapan analisi data kalitatif adalah sebagai berikut.
1) Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan
yang ada dalam data,
2) Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang
bersal dari data.
3) Menuliskan model yang ditemukan.
4) Koding yang telah dilakukan
Analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang
ditemukan di lapangan dan kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis atau
teori.
H. Prosedur Penelitian
penelitian kualitatif ini meliputibeberapa tahapan diantaranya yaitu tahappra
lapangan, tahappekerjaan lapangan, tahap analisis data dan terakhir tahap
penyusunan laporan. Berikut ini bagan prosedur penelitian,
Tahap Pra-lapangan
Tahap Penyusunan
Lapaoran
Tahap Pekerjaan
Tahapmemasuk
HLapangan
ilapangan
Tahap
analisis Data
Tahapanalisis
data
Tahap Pra-Lapangan
34
a.
35
c.
3.
Mengorganisasikan Data
Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara
mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut direkam dengan tape
recoeder dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan transkipnya
dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk
tertulis secara verbatim. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang
agar penulis mengerti benar data atau hasil yang telah di dapatkan.
b.
36
d.
e.
37
interprestasi
secara
keseluruhan,
dimana
di
dalamnya
DAFTAR PUSTAKA
https://drive.google.com/file/d/0B8x5i8HaBJlOVTE0aWlKeHdrUFE/edit
https://drive.google.com/file/d/0B8x5i8HaBJlOZW9tM0hfWmZ2RzQ/edit
https://drive.google.com/file/d/0B8x5i8HaBJlOMUtNYU5kMFVsN0k/edit
38