Anda di halaman 1dari 12

Vol.3 No.

1 Juni 2022 4333


……………………………………………………………………………………………………...
PEMANFAATAN KOMUNITAS VIRTUAL DALAM KOMUNIKASI PEMBANGUNAN

Oleh
Herna
Jurusan Komunikasi, Universitas Gunadarma
E-mail: hernamasya@gmail.com

Abstrak
Latar belakang penelitian ini mencakup prevalensi autis secara global, terutama di Indonesia,
stigmatisasi orang dengan autis dan keluarga mereka, dan perilaku anak-anak dengan autis. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi pemanfaatan komunitas virtual untuk komunikasi
pembangunan dengan mengamati interaksi orang tua yang memiliki anak dengan autis di media
sosial WhatsApp. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi
virtual dalam sistem media sosial online. Hasil penelitian menjelaskan bahwa komunitas virtual
memberi manfaat dalam komunikasi pembangunan dalam hal dukungan informasi pada intervensi
dini untuk anak-anak dengan autis. Komunitas virtual adalah tempat untuk berbagi informasi
pribadi, berbagi konten informatif, dan tempat untuk berdiskusi. Selain menerima dukungan
informasi, anggota juga mendapatkan dukungan emosional yang baik dari anggota lain.
Banyaknya informasi yang tersedia dalam komunitas tentang autis terdapat potensi besar untuk
menggunakan komunitas media sosial sebagai sumber penambangan data bagi pemerintah sebagai
landasan dalam untuk upaya pencegahan dan pengembangan intervensi dini pada anak autis
sebagai bentuk dari komunikasi pembangunan khususnya komunikasi kesehatan.
Kata Kunci: Autis, Komunitas Virtual, Komunikasi Pembangunan; Media Sosial, Whatsapp

PENDAHULUAN Association (2017) tentang Diagnostic and


Gangguan autis mengalami peningkatan Statistical Manual of Mental Disorders ke-5
di dunia setiap tahunnya, demikian halnya juga (DSM-5) mulai dari yang ringan (high function
di Indonesia. Pada tahun 2016 dilaporkan 1 dari autis) yaitu Attention Deficit Hyperactivity
54 anak mengalami gangguan autis di dunia Disorder (ADHD) dan Pervasive Development
dengan jumlah anak-anak laki-laki lebih tinggi Disorder (PDD), hingga berat (low function
daripada anak perempuan [1]. Meskipun data autis) yaitu Autis Spectrum Disorder (ASD)
anak dengan gangguan autis di Indonesia belum atau yang dikenal dengan autis yang ditandai
pasti, tetapi berdasarkan data Biro Pusat dengan ketidakmampuan dalam berbicara (non
Statistik (BPS) jumlah penduduk Indonesia verbal). Gangguan autis membutuhkan waktu
dengan tingkat pertumbuhan 1,14 persen dapat yang panjang, biaya perawatan yang mahal,
diprediksi penderita autis di Indonesia berkisar perawatan yang tidak memberikan jaminan
2,4 juta orang dengan peningkatan 500 orang kesembuhan karena tidak ada obat untuk
per tahun [2]. Autis adalah gangguan gangguan tersebut, perjalanan klinis yang tidak
perkembangan saraf yang ditandai dengan pasti, dan tidak ada kepastian masa depan [5].
gangguan yang meluas dalam komunikasi Prevalansi yang tinggi di Indonesia tidak
sosial, keterampilan sosial, pola-pola yang berbanding dengan pemahaman tentang autis
terbatas, perilaku yang menantang misalnya: khususnya bagi orang mereka yang tinggal di
emosi yang tak terkendali (tantrum), hyperaktif, pedesaan. Persepsi yang dipahami masyarakat
stimming, dan lain-lain [3]. Diagnosa pada tentang penyebab autis berkaitan dengan
spektrum ini mempunyai berbagai tingkatan kepercayaan budaya tradisional tentang
seperti dinyatakan oleh American Psychiatric perilaku yang melanggar aturan selama

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
4334 Vol.3 No.1 Juni 2022
………………………………………………………………………………………………………
kehamilan, karma, dan rencana Tuhan. khalayak pada era digitalisasi saat ini,
Persepsi tersebut menyebabkan penyandang khususnya pada komunikasi kesehatan dan
autis dan keluarganya distigmatisasi baik oleh gangguan autis. Dalam komunikasi kesehatan,
keluarga dan lingkungan [6]. Orang tua anak penggunaan Teknologi, Informasi, dan
yang didiagnosis autis mengalami stigmatisasi Komunikasi (TIK) menurut jenis teknologinya
karena perilaku anak-anak mereka yang tidak dibagi atas penggunaan internet secara umum
pantas secara social [7]. Pelanggaran norma- seperti online forum dan website, yang kedua
norma sosial dalam situasi sosial dapat secara khusus penggunaan TIK berbentuk
menyebabkan perasaan malu dan penghinaan, media sosial [14]–[16]. Sedangkan Internet
serta pengucilan dari kegiatan sosial, enggan maupun media sosial itu digunakan untuk tiga
berinteraksi dengan lingkungannya Akses fungsi: 1) informasi, 2) dukungan sosial, 3)
pendidikan juga sering ditolak karena stigma kurasi. Fungsi Teknologi Informasi dan
dan berbeda dengan anak lain. Komunikasi yang pertama adalah sebagai
Sebuah penelitian menyatakan bahwa media diseminasi informasi kesehatan.
orang tua anak yang didiagnosis autis Informasi kesehatan diperoleh melalui situs
mempunyai stres yang lebih besar pencari untuk masyarakat mendapatkan link ke
dibandingkan anak-anak normal [8], bahkan website, forum atau situs berbasis media sosial
memiliki tingkat yang lebih tinggi seperti Blog, YouTube, Twitter, Instagram,
dibandingkan dengan orang tua yang memiliki Whatsapp, dan Facebook [14], [17]. Fungsi
anak disabilitas lainnya [9]. Ibu dengan anak yang kedua adalah pertukaran dukungan sosial
autis menghadapi tingkat stres yang tinggi [10], yang dimediasi oleh forum online maupun situs
sehingga untuk dapat mengasuh secara positif, jejaring sosial seperti Facebook [18]. .
bisa menjadi sulit ketika orang tua sedang stres Sedangkan fungsi yang ketiga adalah kurasi,
[11]. Kompleksnya permasalahan yang yaitu berkaitan dengan mengumpulkan dan
dihadapi orang tua dengan anak didiagnosa menyimpan informasi yang diperoleh dari
autis, membuat mencari dukungan sosial baik Internet maupun dokumentasi pribadi terkait
secara offline dan secara online. Dukungan kesehatan [19].
sosial (social support) bermanfaat bagi orang Tren penggunaan internet dan
tua anak autis dan membantu mereka dalam smartphone terbukti efektif meningkatkan
menangani dan merawat anaknya. Kehadiran status kesehatan masyarakat. Akses internet
sebuah komunitas online (virtual) pada media memudahkan masyarakat untuk mencari
sosial dapat menjawab kebutuhan dari informasi dan pembelajaran spesifik.
penyandang autis dan keluarganya. Anggota Pencarian informasi didominasi oleh
dapat berinteraksi secara timbal balik dan pemanfatan internet melalui
memperoleh informasi tentang autis dan media smartphone menjadi peluang bagi
penanganannya [12]. Penelitian-penelitian komunikasi kesehatan untuk menyampaikan
tentang komunitas virtual banyak dilakukan. informasi kesehatan dengan media sosial
Komunitas virtual pada Facebook memiliki [20]. Internet dan aktivitas online berfungsi
kontribusi dalam memberikan dukungan sebagai sumber penting bagi dukungan
informasi pada orang tua [13]. Dukungan dari emosional dan informasi bagi orang tua [21].
keluarga, orang lain, teman, atau professional Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu
ditemukan terkait dengan stigma dan belum ada penelitian yang dipublikasi tentang
kesejahteraan psikologis. Kebutuhan yang tidak komunitas virtual orang tua yang memiliki anak
terpenuhi secara offline menyebabkan orang tua autis pada media sosial WhatsApp dengan
mencari informasi secara online melalui menggunakan teori komunikasi interpersonal.
internet/media sosial yang banyak digunakan Kebaruan dari penelitian ini berusaha
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.3 No.1 Juni 2022 4335
……………………………………………………………………………………………………...
mengungkapkan pemanfaatan komunitas Setelah memilih kelompok, peneliti
virtual dalam komunikasi pembangunan meminta izin kepada founder yang merangkap
dengan mengamati interaksi-interaksi yang admin dan juga mengumumkan pada grup
terjadi dalam komunitas virtual pada media dalam bentuk teks bahwa sedang melakukan
sosial WhatsApp sebagai dukungan informasi penelitian tetapi karena grup memiliki banyak
dan dukungan emosi. Jika ditelaah lebih jauh anggota aktif (236 anggota), maka tidak
maka hasil penelitian dapat digunakan sebagai mungkin untuk mengumpulkan persetujuan
landasan pemerintah dalam membuat kebijakan dari semua anggota individu. Beberapa anggota
terkait komunikasi pembangunan khususnya merespon pengumuman dan menyambut baik
komunikasi kesehatan niat tersebut dan akan membantu apabila
diperlukan. Namun karena beberapa anggota
METODE PENELITIAN baru banyak yang bergabung setelah peneliti
Penelitian ini menggunakan pendekatan mem-posting izin, maka tidak semua anggota
kualitatif dan pengumpulan data menggunakan menyadari bahwa mereka merupakan bagian
metode indepth interview dan etnografi visual. dari penelitian, jika ada kutipan langsung yang
Wawancara mendalam digunakan untuk akan dimuat maka kami memghubungi secara
mengumpulkan data tentang pemanfaatan pribadi orang tua tersrebut untuk menjunjung
komunitas virtual dalam komunikasi tinggi etika penelitian. Langkah selanjutnya
pembangunan. Secara umum, etnografi terdiri kami melakukan observasi dan pengumpulan
dari seorang peneliti yang menghabiskan waktu data, pada tahap ini kami tidak hanya bertukar
yang lama dan terbenam dalam penelitian di informasi sebagai peneliti tetapi juga
lapangan, dengan mempertimbangkan berinteraksi langsung, memberi komentar,
hubungan, kegiatan, dan pemahaman orang- semangat, dan lain-lain. Selain itu peneliti juga
orang yang berpartisipasi dalam proses-proses melakukan wawancara dengan 10 anggota
itu [22]. Mengenai praktik yang dilakukan oleh komunitas “Anak Istimewa” untuk melengkapi
seorang etnografer, mereka menggabungkan hasil observasi yang dilakukan pada Januari
metode elisitasi (seperti wawancara dan 2020 sd Juni 2020.
kelompok fokus) dengan observasi partisipan Analisis data dalam penelitian ini tidak
[23]. Metode yang tidak ditentukan elisitasi dilakukan pada saat penelitian berakhir,
memungkinkan peneliti untuk mempelajari melainkan telah berjalan saat penelitian
perbedaan antara apa yang orang katakan dan berlangsung. Analisis data pada saat penelitian
apa yang mereka lakukan. berlangsung, memungkinkan atau membuka
Studi etnografi biasanya didasarkan peluang untuk melahirkan pertanyaan-
pada sampel kecil dan analisis mendalam pertanyaan lanjutan, dan observasi yang
daripada dangkal analisis sampel spontan tanpa harus terikat ruang dan waktu
besar. Namun, sampel tidak dapat dikumpulkan pada saat penelitian. Data selanjutnya diolah
tanpa observasi, karena itu penting memahami dengan menggunakan Nvivo 12 dengan
lingkungan umum tempat sampel dapat menggunakan coding dengan berbagai tema
ditemukan. Berbasis pada konsep awal kami, dan subtema.
kami dapat memilih komunitas dan peserta
yang relevan, dipandu oleh enam persyaratan HASIL DAN PEMBAHASAN
antara lain: harus relevan, aktif, interaktif, Perkembangan teknologi komunikasi
substansial, heterogen dan kaya data memberikan alternatif bagi individu untuk
[24]. Mengikuti pedoman tersebut, peneliti mengembangkan ruang komunikasi sebagai
memilih WAG “Anak Istimewa”. sarana berinteraksi dan berkomunikasi. Salah
satunya adalah media sosial WhatsApp yang

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
4336 Vol.3 No.1 Juni 2022
………………………………………………………………………………………………………
memfasilitasi terbentuknya komunitas virtual. dari kenyataan dan melepaskan diri dari
Komunitas virtual digunakan untuk berbagai tekanan dunia nyata. Hal ini sejalan dengan
tujuan bagi para anggotanya seperti sarana penelitian yang menyatakan bahwa individu
hiburan dan gaya hidup tertentu. Selain itu berpartisipasi dalam komunitas online merasa
komunitas virtual dibentuk karena kesamaan distigmatisasi karena masalah kesehatan yang
minat atau tujuan anggotanya dalam masalah mereka hadapi [26].
kesehatan. Media memiliki kesempatan untuk Hal lain yang dikeluhkan orang tua dalam
menciptakan kelompok atau komunitas untuk komunitas adalah kurangnya dukungan dari
berbagi pengalaman dalam bidang kesehatan professional. Seorang Ibu menceritakan
[25]. Pembahasan akan difokuskan pada kebingungannya pada hasil diagnosa yang
beberapa tema dari hasil penelitian antara lain: berubah-ubah dari dokter tumbuh kembang.
alasan bergabung dengan komunitas virtual, Diagnosa awal keterlambatan bicara (speech
persepsi anggota tentang penyebab autis, delay), berubah menjadi Attention Deficit
anggota komunitas memberikan informasi Hyperactivity Disorder (ADHD), lalu berubah
pribadi, dan ahli membagikan konten lagi menjadi autis. Hasil diagnosa yang
informatif. berubah-ubah berakibat pada keterlambatan
Alasan bergabung dengan komunitas virtual intervensi pada anaknya. Ibu lain
Ketertarikan individu untuk bergabung menceritakan saran dari dokter tumbuh
dengan sebuah komunitas virtual pada dasarnya kembang tentang treatment yang dilakukan
didasari oleh kesamaan minat dan keinginan dengan menggunakan obat-obatan dan
bersosialisasi dengan pengguna sosial media. mempertanyakan efek samping bila digunakan
Komunitas virtual WhatsApp atau lebih sering dalam waktu yang lama. Sementara yang lain
disebut dengan WhatsApp grup (WAG) menyatakan ia harus melakukan serangkaian
menjadi wadah bagi mereka untuk lebih bisa tes yang harus dijalani yang biayanya begitu
menggali informasi dan menjalin hubungan besar. Ibu yang tinggal di wilayah perdesaan
dengan orang yang belum dikenal sebelumnya. menyatakan untuk menempuh perjalanan ke
Komunitas memberikan dukungan sosial yang kota berkonsultasi dengan dokter tumbuh
tidak mereka terima dari professional (dokter, kembang memerlukan perjalanan 4 jam padahal
psikolog, dan terapis), lingkungan, bahkan ia sangat stress menghadapi tantangan terhadap
keluarga. Permasalahan-permasalahan yang perilaku anak selama dalam perjalanan
didapatkan dalam komunitas adalah keluh demikian juga fasilitas terapi yang hanya
kesah anggota seperti: seorang Ibu tersedia di pusat-pusat pemerintahan. Keluh
menceritakan tentang bagaimana autis kesah juga dikemukakan seorang Ibu tentang
mempengaruhi kehidupannya. Sikap kurangnya dukungan dari keluarga dan
menyangkal (denial) adalah respon awal pada lingkungan karena masih awam terhadap
saat diagnosa ditegakkan. Orang tua gangguan ini. Ketika menceritakan tantangan
menyatakan sulit menerima kenyataan anak kepada keluarga banyak mitos-mitos yang
mereka berbeda. Selain penyangkalan orang muncul seperti: “anak laki-laki lebih lambat
tua aktif berinteraksi dalam komunitas online bicaranya”, “kalau gigi dan jalan duluan
karena kerap distigmatisasi oleh masyarakat, biasanya bicaranya belakangan”, Cerita lain
lingkungan bahkan keluarga mereka. Stigma dari seorang ibu yang bertanya di tempat terapi
“anak nakal”, “aneh”, salah pola asuh”, justru membuatnya stres berikut petikan
“karma” bahkan kata “gila” kerap diterima wawancaranya:
orang tua dari lingkungan dan masyarakat. “Saya bertanya dengan orang tua lain di
Seorang informan menyebutkan bagaimana tempat terapi soal ciri-ciri, karena nanyanya di
komunitas WAG membantunya melarikan diri tempat terapi semua orang tua di sana punya
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.3 No.1 Juni 2022 4337
……………………………………………………………………………………………………...
anak ABK dengan berbagai diagnosa, memberikan semangat dan penguatan bagi
bukannya solusi yang saya dapat tapi curhat- anggota lain yang masih dalam tahap
curhat semua. Saya makin stres dan menangis penyangkalan. Postingan seorang ibu yang
terus” (SRI). menguatkan anggota lain, demikian
Keluh kesah para anggota menunjukkan petikannya:
bahwa mereka bergabung pada komunitas “Bukan hanya anak yang istimewa, orang
virtual (WAG) karena kurangnya dukungan tuanya pun istimewa. Kenapa kita yang diberi
dari dunia nyata. Hal ini sejalan dengan cobaan ini. Padahal orang lain mungkin jauh
penelitian yang menyatakan penggunaan media lebih mampu secara finansial. Lebih pintar
sosial sebagai upaya mencari bentuk dukungan secara knowledge. Itu hanya dugaan kita. Allah
sosial [27]. yang lebih tau seperti apa kita. Kita punya
Persepsi anggota tentang penyebab autis kesabaran jauh lebih banyak dari mereka. Kita
Hasil penelitian yang dilakukan pada ibu- punya kasih sayang jauh lebih besar dari pada
ibu bukan orang tua anak autis menjelaskan mereka. Dan kita punya kelembutan hati yang
bahwa penyebab autis menurut persepsi mereka jauh lebih luas daripada mereka. Jadi kalo
adalah berdasarkan kepercayaan tradisional Allah yakin kita bisa, cobalah untuk lebih
seperti melanggar aturan selama kehamilan, percaya diri” (ID).
karma, dan rencana Tuhan [6]. Sementara pada Anggota komunitas memberikan informasi
penelitian ini, orang tua dengan anak autis pribadi
menyatakan autis disebabkan karena polusi dari Beberapa penelitian mengungkapkan
bahan-bahan makanan yang tercemar mercury, bahwa individu nyaman berinteraksi secara
obat-obatan antibiotik yang dikonsumsi saat online karena dapat menyembunyikan identitas
kehamilan, stres pada masa kehamilan, dan diri. Pernyataan tersebut berbeda pada
anugerah Tuhan. Sebagian besar unggahan komunitas orang tua “Anak Istimewa”. Mereka
yang dibagikan pada komunitas didominasi yang bergabung dalam komunitas diharuskan
bahwa autis adalah anugerah Tuhan yang perlu membuka identitas diri seperti yang
disyukuri. Berikut beberapa unggahan anggota diisyaratkan oleh admin. Hal ini dimaksudkan
grup yang menuliskan kalimat-kalimat seperti: agar diskusi dalam komunitas berlangsung
“Tuhan memberi anak istimewa pada orang tua kondusif. Selain menyebutkan nama, asal
yang istimewa”, Tuhan tidak akan menguji tempat tinggal, usia anak, dan diagnosa, mereka
manusia di luar batas kemampuan, Insya Allah juga menceritakanperilaku anak dan
balasannya surga”, “Pasti ada hikmah dibalik perkembangan anak. Mereka menceritakan hal
rencana Tuhan menitipkan anak istimewa”. negatif yang terjadi baik dalam bentuk teks,
Sehingga dapat dikatakan bahwa secara umum foto, gambar, dan video dengan narasi yang
anggota dalam kelompok percaya bahwa bernada emosi tanpa takut dihakimi oleh
memiliki anak autis merupakan takdir Tuhan anggota lain. Hal ini karena semua anggota
yang harus mereka terima dengan lapang dada. memiliki masalah dan pengalaman yang sama.
Bentuk dari penerimaan adalah menjaga dan Informasi pribadi yang juga dibagikan orang
merawat dengan baik amanah dari Tuhan. tua menyangkut perilaku yang berbeda
Pencarian informasi yang dilakukan merupakan dibandingkan dengan anak tipikal, misalnya:
salah satu upaya untuk merawat anak autis “anak saya kalau nangis ga berhenti-berhenti”;
secara optimal. Kepercayaan bahwa memiliki “sering tertawa-tawa sendiri”, “tidak ada
keyakinan bahwa Tuhan memberikan anak kontak mata”, “tidak ada pemahaman”, sering
istimewa untuk orang tua yang istimewa, dan menjejer-jejerkan barang”, “sering mencubit
jika mereka memperlakukan dengan baik maka dan menggigi saya”, sering menyakiti diri
Tuhan akan memberikan balasan surga, mampu sendiri”, dipanggil tidak menoleh, “belum

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
4338 Vol.3 No.1 Juni 2022
………………………………………………………………………………………………………
verbal”, tidak ada pemahaman”, “belum Istimewa” membagikan konten informatif
mengerti perintah”, dan lain-lain. Mereka juga tentang diet yang perlu diterapkan pada anak
membagikan kendala yang dihadapi terkait autis sebagai pondasi perkembangan dengan
pelayanan kesehatan yang belum memadai menambahkan narasi pada kalimatnya “sekedar
seperti: “pakai BPJS hanya di rumah sakit ide”, “referensi”, dan “saran”. Konten
tertentu dan antrinya bisa seharian”, “harus informatif yang dibagikan adalah intervensi
menempuh perjalanan hampir 4 jam untuk pola makan (diet) secara tradisional. Pola
terapi, sampai di sana anaknya nangis terus”, makan tinggi nutrisi yang bahannya terdiri dari:
“sudah terapi 5 bulan perkembangan belum kaldu, sayur, dan daging; (kalsada) yang
kelihatan, capek di jalan aja”, “biaya terapi diadopsi dari Gut and Pscyhology Syndrome
mahal”, dan lain-lain. Penolakan sekolah juga diet (GAPS diet) [28]. Diet dengan makanan
menjadi topik yang cukup sering dibicarakan tinggi nutrisi telah terbukti memperbaiki pola
pada grup. Hal ini dapat dikatakan bahwa tidur anak autis, perilaku yang agresif menjadi
melalui komunitas individu membuka lebih tenang, meningkatkan pemahaman, dan
kesempatan bagi orang lain yang belum merangsang verbal [29].
dikenalnya dapat menjalin sebuah hubungan Ketika konten informatif dibagikan
sosial. Keluh kesah semacam ini mendapat dalam grup, interaksi-interaksi terjadi dalam
respon dari anggota lain berupa empati, grup baik antaranggota maupun anggota
semangat, saran, dan motivasi dari anggota lain dengan ahli. Interaksi anggota dengan ahli
dengan menceritakan pengalaman saat seperti bertanya tentang tata cara diet, kendala,
menghadapi tantangan yang sama. bahan-bahan yang digunakan, penyajian, cara
Komunitas virtual menciptakan tempat memasak, dan lain-lain. Selain pertanyaan
yang nyaman untuk berbagi informasi pribadi respon anggota lain adalah menceritakan
dan mereka mendapat dukungan emosi. pengalaman dietnya terdahulu dan
Dengan bergabung dalam komunitas autis pada perkembangan anaknya. Tindakan komunikasi
WhatsApp, orang tua anak didiagnosa autis ahli selanjutnya adalah menjawab semua
mendapatkan rasa persaudaraan, rasa memiliki, pertanyaan dan memberi arahan penerapan diet
merasa bahwa anggota penting bagi satu sama berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya
lain dan bagi kelompok (mereka seperti mensupervisi diet kalsada pada banyak anak
menemukan keluarga baru) dan memiliki autis. Kejelasan informasi dan arahan dari
keyakinan bersama akan memenuhi kebutuhan komunikator yang memiliki kredibilitas
mereka. mampu mempersuasi orang tua untuk
Ahli membagikan konten informatif menerapkan diet. Dalam proses penerapannya
Selain sisi positif, perkembangan ahli menghimbau orang tua untuk mengisi
teknologi yang demikian pesat juga memiliki jurnal yang berisi aktivitas diet sehari-hari dan
sisi negatif karena menghadirkan begitu banyak perkembangan perilaku. Jurnal membantu
informasi yang belum tentu diyakini memetakan makanan yang perlu dieliminasi
kebenarannya, apalagi menyangkut intervensi ketika menimbulkan alergi (intoleransi) dengan
kesehatan pada anak-anak. Orang tua dituntut cara merotasi makanan setiap harinya. Orang
memutuskan berhati-hati dalam menerapkan tua juga membagikan perkembangan positif
sebuah informasi. Kehadiran praktisi (ahli) anaknya setelah melakukan diet seperti:
yang memiliki kredibilitas yang tinggi dalam “perilaku anak menjadi lebih tenang”, anak
bidang keilmuan dan berpengalaman dalam menjadi paham perintah” “anak menjadi
menangani anak autis merupakan sumberdaya fokus”, “sudah ada kontak mata”, bahkan anak
yang sangat berharga dalam sebuah komunitas. sudah dapat mengeluarkan kata-kata (verbal).
Ahli yang bergabung dalam komunitas “Anak Selain diet, konten informatif lain yang
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.3 No.1 Juni 2022 4339
……………………………………………………………………………………………………...
dibagikan oleh ahli adalah tentang terapi. Diet menyatakan bahwa ragam penyandang
disertai terapi merupakan intervensi dini agar disabilitas terdiri dari penyandang disabilitas
perkembangan anak menjadi optimal. Terapi fisik, disabilitas intelektual, disabilitas mental
yang disosialisasikan adalah terapi yang bisa dan/atau disabilitas sensorik. Selain Undang-
dilakukan di rumah dengan cara melibatkan Undang, pemerintah juga melengkapinya
anak dalam kegiatan sehari-hari, melatih dengan Peraturan Menteri Pemberdayaan
keseimbangan dan merangsang anak untuk Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
berbicara. Informasi tentang terapi menjawab Indonesia (Permen PPPA RI) Nomor 4 Tahun
keluh kesah mengenai fasilitas terapi yang 2017 Tentang Perlindungan Khusus Bagi Anak
jaraknya jauh dan biaya terapi yang tidak Penyandang Disabilitas.
terjangkau. Cara melakukan terapi juga Hasil penelitian mengungkapkan bahwa
dibagikan dalam bentuk teks, foto, video, dan anggota komunitas secara terbuka berbagi
link. Pada proses penerapannya orang tua juga informasi pribadi karena mereka merasa
mendapat dukungan emosi berupa motivasi, komunitas adalah wadah tempat berdiskusi.
semangat, empati, dan doa dari anggota lain. Mereka bergabung dengan komunitas karena
Keberhasilan beberapa orang tua dalam memiliki minat, pengalaman, tantangan, dan
menerapkan diet yang dibagikan ke dalam grup kebutuhan yang sama. Anggota berbagai
mampu menginspirasi anggota lain juga untuk informasi pribadi, berkeluh kesah, menyatakan
menerapakan diet pada anaknya. persepsi tentang autis, dan kendala-kendala
Informasi mengenai diet dan terapi yang yang dihadapi terkait anak autis. Orang tua anak
disosialisasikan pada komunitas virtual autis menggunakan komunitas media sosial
berguna untuk meningkatkan kesadaran dan WhatsApp sebagai tempat berbagi pendapat,
pengetahuan orang tua akan pentingnya mencari informasi, dan berbagi pengalaman
intervensi dini pada anak autis. Penerapan mereka. Selain itu media sosial adalah tempat
informasi dilakukan secara konsisten dengan untuk mendapatkan saran dari anggota lain
supervisi ahli dan didukung secara emosi oleh yang mengalami masalah yang sama.
anggota grup menimbulkan rasa optimis Komunitas pada media sosial
terhadap perkembangan anaknya. Sejalan WhatsApp mencerminkan berbagai konfigurasi
dengan sebuah studi yang menyatakan bahwa komunikasi yang bentuknya bervariasi dan
internet dan aktivitas online berfungsi sebagai mengungkapkan hubungan antara karakteristik
sumber penting bagi dukungan emosional dan komunikasi interpersonal. Media sosial
informasi bagi orang tua [21]. WhatsApp memiliki berbagai keunggulan
seperti akses yang luas tanpa terkendala
DISKUSI geografis dan waktu serta biaya yang lebih
Seperti dikemukakan pada latar efisien yang bisa menjangkau batasan spasial.
belakang bahwa prevalensi autis yang semakin Interaksi untuk mendapatkan informasi dalam
meningkat di Indonesia mengindikasikan komunitas online cenderung berurusan dengan
bahwa penanganan autis perlu mendapat berbagi pengalaman negatif atau positif dan
perhatian dari berbagai pihak. Perhatian pencarian dukungan pada grup yang kondusif.
tersebut bukan hanya dari keluarga sebagai Informasi ahli tentang intervensi dini yang
organisasi terkecil, tetapi juga masyarakat, para perlu dilakukan orang tua memiliki potensi
pemangku kepentingan di segala sektor, dan untuk membantu orang tua dalam
Pemerintah. Dalam konteks kebijakan, meningkatkan perawatan anak mereka. Konten
Pemerintah telah mengeluarkan Undang- informatif yang dibagikan memengaruhi
Undang tentang Disabilitas yaitu UU No. 8 perilaku individu dan nilai-nilai komunitas
Tahun 2016 yang salah satu pasalnya yang turut mendukung lingkungan dan

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
4340 Vol.3 No.1 Juni 2022
………………………………………………………………………………………………………
individu. Perubahan dalam masyarakat melakukan edukasi kepada calon ibu maupun
sebagian besar disebabkan oleh bagaimana ibu hamil agar menghindari stres,
informasi ditransmisikan, dengan orang-orang memperhatikan asupan gizi, dan menghindari
yang selalu terhubung dan terus menerus makanan yang terpapar polutan, meskipun
mendapat informasi tentang apa yang terjadi penyebab autis masih banyak dalam
dalam kehidupan seseorang atau apa yang perdebatan. Dalam kegiatan pengobatan
terjadi pada masyarakat. (kuratif) menurut hasil penelitian dapat
Dengan begitu banyak informasi yang dilakukan intervensi dini dengan menerapkan
tersedia dalam komunitas tentang autis terdapat diet yang diikuti dengan terapi yang dapat
potensi besar untuk menggunakan komunitas dilakukan oleh keluarga. Simpang siurnya
media sosial sebagai sumber penambangan data informasi seringkali membuat intervensi
untuk upaya pencegahan dan pengembangan menjadi terlambat ataupun kalau dilakukan
intervensi dini pada anak autis. Media sosial pelaksanaanya tidak tepat. Mengingat
bahkan dapat digunakan untuk melacak spektrum autis sangat luas dan kondisi anak
persepsi publik misalnya terkait autis. Persepsi berbeda-beda, maka intervensi dini seperti diet
masyarakat tentang autis akan mengalami dan terapi tentunya memerlukan perhatian
perubahan apabila sebuah informasi khusus bagi orang tua pada khususnya dan
disosialisasikan secara terus menerus yang pada masyarakat pada umumnya. Beberapa
akhirnya dapat meminimalisir stigma pada penelitian mengungkapkan pelaksanaan diet
autis. Demikian juga pola pencegahan dan yang tepat dapat membawa perubahan positif
intervensi dini pada anak autis. Pemerintah serta signifikan pada anak autis. Sedangkan
dapat bekerjasama dengan profesional, pada kegiatan rehabilitatif, Pemerintah perlu
berbagai komunitas peduli autis baik secara menyediakan sekolah umum inklusi baik
online maupun offline. Pemerintah dapat formal maupun non formal agar anak bisa lebih
melakukan tindakan berdasarkan informasi dapat memiliki kemampuan untuk
yang didapatkan dari komunitas media sosial. mengembangkan diri dan dapat mandiri.
Misalnya perlu menyediakan banyak tempat
terapi yang tersebar baik perdesaan maupun PENUTUP
perkotaan, mengedukasi komunitas-komunitas Kesimpulan
media sosial lainnya melalui kerjasama dengan Komunitas virtual memberi manfaat
beberapa praktisi atau ahli. dalam komunikasi pembangunan dalam hal
Melalui Undang-Undang tentang dukungan informasi intervensi dini untuk anak
Disabilitas No. 8 Tahun 2016 dan Permen autis. Komunitas virtual pada media sosial
PPPA RI Nomor 4 Tahun 2017, sejatinya WhatsApp Grup sebagai tempat berbagi
pemerintah lebih peduli dalam mengatasi angka informasi pribadi, membagikan konten
pertumbuhan jumlah anak autis di Indonesia informatif, dan sebagai wadah untuk
dengan perencanaan yang terkoordinir. berdiskusi. Selain mendapat dukungan
Kegiatan promotif dapat dilakukan dengan informasi, anggota juga mendapat dukungan
memsosialisasikan tentang autis. Tujuannya emosi baik dari anggota lain. Konten informatif
untuk mengedukasi dan mengubah persepsi dari ahli/praktisi tentang diet disertai terapi
masyarakat terkait autis sehingga diskriminasi merupakan sosialisasi yang dilakukan oleh ahli
terhadap penyandang autis dapat dihilangkan, dalam grup. Sosialisasi tersebut mampu
yang pada akhirnya masyarakat dapat mempersuasi anggota komunitas melalui
memberikan dukungan pada penyandang autis interaksi-interaksi berupa komunikai
dan keluarganya. Kegiatan pencegahan interpersoanal antaranggota maupun ahli.
(preventif) dapat dilakukan dengan cara Kesaksian dari orang tua tentang
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.3 No.1 Juni 2022 4341
……………………………………………………………………………………………………...
perkembangan anak setelah melakukan diet [4] American Psychiatric Association,
menumbuhkan motivasi anggota lain untuk “DSM-5 Update,” Diagnostic Stat. Man.
melakukan intervensi dini. Dengan begitu Ment. Disord., 2017.
banyak informasi yang tersedia dalam [5] K. Ilias, K. Cornish, A. S. Kummar, M. S.
komunitas tentang autis terdapat potensi besar A. Park, and K. J. Golden, “Parenting
untuk menggunakan komunitas media sosial stress and resilience in parents of
sebagai sumber penambangan data bagi children with autism spectrum disorder
pemerintah sebagai landasan dalam untuk (ASD) in Southeast Asia: A systematic
upaya pencegahan dan pengembangan review,” Frontiers in Psychology. 2018,
intervensi dini pada anak autis sebagai bentuk doi: 10.3389/fpsyg.2018.00280.
dari komunikasi pemabngunan khususnya [6] Y. E. Riany, M. Cuskelly, and P.
komunikasi kesehatan. Meredith, “Cultural Beliefs about Autism
Saran in Indonesia,” Int. J. Disabil. Dev. Educ.,
Mengingat komunitas media sosial 2016, doi:
dapat dimanfaatkan untuk memenuhi 10.1080/1034912X.2016.1142069.
kebutuhan informasi dan emosi maka menjadi [7] D. E. Gray, "Everybody just freezes.
masukan bagi Pemerintah melalui Kementerian Everybody is just embarrassed’: Felt and
Kesehatan untuk melibatkan berbagai pihak enacted stigma among parents of
dalam penanganan anak autis. Orang tua dan children with high functioning autism,”
masyarakat memerlukan edukasi terkait dengan Sociol. Heal. Illn., 2002, doi:
persepsi tentang autis, pencegahan dan 10.1111/1467-9566.00316.
intervensi dini. [8] T. A. Pepperell, J. Paynter, and L.
Gilmore, “Social support and coping
DAFTAR PUSTAKA strategies of parents raising a child with
[1] M. J. Maenner et al., “Prevalence of autism spectrum disorder,” Early Child
autism spectrum disorder among children Dev. Care, 2018, doi:
aged 8 Years-Autism and developmental 10.1080/03004430.2016.1261338.
disabilities monitoring network", 11 [9] M. M. H. Amireh, “Stress Levels and
Sites, United States, 2016,” 2020. Coping Strategies among Parents of
[Online]. Available: Children with Autism and Down
https://www.cdc.gov/mmwr/volumes/69/ Syndrome : The Effect of Demographic
ss/ss6904a1.htm?s_cid=ss6904a1_w. Variables on Levels of Stress,” Child
[2] KPPPA RI, “Hari Peduli Autisme Care Pract., vol. 0, no. 0, pp. 1–11, 2018,
Sedunia: Kenali Gejalanya, Pahami doi: 10.1080/13575279.2018.1446907.
Keadaannya,” Kementerian [10] P. T. M. Gomes, L. H. L. Lima, M. K. G.
Pemberdayaan Perempuan dan Bueno, L. A. Araújo, and N. M. Souza,
Perlindungan Anak Republik Indonesia, “Autism in Brazil: a systematic review of
2018. family challenges and coping strategies,”
https://www.kemenpppa.go.id/index.php J. Pediatr. (Versão em Port., 2015, doi:
/page/read/24/1011/pembangunan- 10.1016/j.jpedp.2015.01.005.
manusia-berbasis-gender-tahun-2012. [11] D. Antunes and A. Dhoest, “Autism and
[3] M. Achkova and H. Manolova, social media: The case of Brazil,”
“Diagnosis Autism - from Kanner and Observatorio, 2018, doi:
Asperger to DSM-5,” J. Intellect. Disabil. 10.15847/obsobs12420181298.
- Diagnosis Treat., 2014, doi: [12] L. L. McIntyre and M. Brown,
10.6000/2292-2598.2014.02.02.4. “Examining the utilisation and usefulness

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
4342 Vol.3 No.1 Juni 2022
………………………………………………………………………………………………………
of social support for mothers with young [20] L. Laranjo et al., “The influence of social
children with autism spectrum disorder,” networking sites on health behavior
J. Intellect. Dev. Disabil., 2018, doi: change: A systematic review and meta-
10.3109/13668250.2016.1262534. analysis,” Journal of the American
[13] E. A. Gage-Bouchard, “Social support, Medical Informatics Association. 2014,
flexible resources, and health care doi: 10.1136/amiajnl-2014-002841.
navigation,” Soc. Sci. Med., 2017, doi: [21] J. S. Reinke and C. A. Solheim, “Online
10.1016/j.socscimed.2017.08.015. Social Support Experiences of Mothers of
[14] S. A. Moorhead, D. E. Hazlett, L. Children with Autism Spectrum
Harrison, J. K. Carroll, A. Irwin, and C. Disorder,” J. Child Fam. Stud., 2015, doi:
Hoving, “A new dimension of health 10.1007/s10826-014-0039-9.
care: Systematic review of the uses, [22] C. Hine, Virtual Ethnography. London
benefits, and limitations of social media (UK): SAGE Publication Ltd, 2012.
for health communication,” Journal of [23] T. Boellstorff, B. Nardi, C. Pearce, and T.
Medical Internet Research. 2013, doi: L. Taylor, Ethnography and virtual
10.2196/jmir.1933. worlds: A handbook of method. United
[15] P. Balatsoukas, C. M. Kennedy, I. Kingdom: Princeton University Press,
Buchan, J. Powell, and J. Ainsworth, 2012.
“The role of social network technologies [24] R. V. Kozinets, “Netnography,” Int.
in online health promotion: A narrative Encycl. Digit. Commun. Soc., pp. 1–8,
review of theoretical and empirical 2015, doi:
factors influencing intervention 10.1002/9781118767771.wbiedcs067.
effectiveness,” J. Med. Internet Res., [25] R. Schiavo, Health Communication from
2015, doi: 10.2196/jmir.3662. Theory to Practice. San Fransisco (US):
[16] M. Thirumalai and A. Ramaprasad, Jossey-Bass, 2014.
“Ontological analysis of the research on [26] J. Faith, S. Thorburn, and T. H. Sinky,
the use of social media for health “Exploring healthcare experiences
behavior change,” in Proceedings of the among online interactive weight loss
Annual Hawaii International Conference forum users,” Comput. Human Behav.,
on System Sciences, 2015, doi: 2016, doi: 10.1016/j.chb.2015.12.048.
10.1109/HICSS.2015.103. [27] L. Cole, Y. Kharwa, N. Khumalo, J. S.
[17] A. Saha and N. Agarwal, “Modeling Reinke, and S. B. S. Karrim, “Caregivers
social support in autism community on of School-aged Children with Autism:
social media,” Netw. Model. Anal. Heal. Social Media as a Source of Support,” J.
Informatics Bioinforma., 2016, doi: Child Fam. Stud., 2017, doi:
10.1007/s13721-016-0115-8. 10.1007/s10826-017-0855-9.
[18] H. J. Oh, C. Lauckner, J. Boehmer, R. [28] N. Campbell-McBride, Gut and
Fewins-Bliss, and K. Li, “Facebooking Psychology Syndrome: Natural
for health: An examination into the Treatment for Autism, Dyspraxia, A.D.D.,
solicitation and effects of health-related Dyslexia, A.D.H.D., Depression,
social support on social networking Schizophrenia. United Kingdom:
sites,” Comput. Human Behav., 2013, Medinform Publishing, 2010.
doi: 10.1016/j.chb.2013.04.017. [29] H. Cekici and N. Sanlier, “Current
[19] J. D. S. Johnson et al., “Social Media nutritional approaches in managing
during Emergencies,” J. Mark. Res., autism spectrum disorder: A review,”
2017. Nutr. Neurosci., vol. 22, no. 3, pp. 145–
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.3 No.1 Juni 2022 4343
……………………………………………………………………………………………………...
155, 2019, doi:
10.1080/1028415X.2017.1358481.

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
4344 Vol.3 No.1 Juni 2022
………………………………………………………………………………………………………

HALAMAN INI SENGAJA


DIKOSONGKAN

………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)

Anda mungkin juga menyukai