Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PSIKOLOGI KEPEMIMPINAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas :


Psikologi Kepemimpinan
Dosen Pengampu:
Rahma Afwina, S.Psi, M.Psi

Disusun Oleh:
Kelompok 6

Nadya Adinda (218600391)


Radia Nurhuda Sirait (218600216)
Umaira Muthia Inayah (218600224)
Lilis Pardede (218600143)
Widya Lestari (218600143)
Ananda Eka Pratiwi (218600186)
Putri Khairi Firdaus Sembiring (218600151)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MEDAN AREA
TA. 2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
menyertai dan memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok pada matakuliah
Psikologi Kepemimpinan yang berjudul “Kepemimpinan dan Kekuasaan”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada dosen matakuliah
Psikologi Kepemimpinan yang telah memberikan tugas ini kepada kami, sehingga kami
bisa memiliki serta membagikan wawasan mengenai Kepemimpinan dan Kekuasaan.
Kami juga ingin mengucapkan terimakasih kepada anggota kelompok yang turut
berpartisipasi dalam pengerjaan tugas ini sehingga tugas ini bisa terselesaikan tepat
pada waktunya.
Kami juga menyadari bahwa makalah masih memiliki banyak kekurangan
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca mengenai judul terkait.

20 Juni 2023

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ..i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ .ii
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................................... .1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2
1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN .......................................................................................................... .3
2.1 Defenisi Kepemimpinan ............................................................................................... 3
2.2 Teori-teori kepemimpinan.......................................................................................... ...5
2.3 Tipe Kepemimpinan ................................................................................................... ...7
2.4 Gaya Kepemimpinan.................................................................................................. ...9
2.5 Penemuan-penemuan Klasik tentang Kepemimpinan................................................ .12
2.6 Psikologi Kepemimpinan ........................................................................................... .16
2.7 Hubungan Kepemimpinan dan Kekuasaan ................................................................ .18
BAB III. PENUTUP ............................................................................................................... .20
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. .20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. .21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Soerjono Soekanto I (1982), di dalam masyarakat manapun selalu dan


pasti mempunyai sesuatu untuk dihargai. Sesuatu yang dihargai di masyarakat
bisaberupa kekuasaan, harta kekayaan, ilmu pengetahuan, status haji, status darah biru
atau keturunan dari keluarga tertentu yang terhormat atau apapun yang bernilai
ekonomis. Di berbagai masyarakat, sesuatu yang dihargai tidaklah selalu sama. Di
lingkungan masyarakat pedesaan, tanah sewa dan ternak seringkali dianggap jauh lebih
berharga daripada gelar akademis, misalnya. Sementara itu, dilingkungan masyarakat
kota yang modern, yang terjadi seringkali sebaliknya. Sebagian pakar meyakini bahwa
pelapisan dalam masyarakat sesungguhnya sudah mulai ada sejak masyarakat mengenal
kehidupan bersama.

Dalam masyarakat yang sederhana, lapisan-lapisan dalam masyarakat pada


awalnya di dasarkan pada perbedaan antara pemimpin dengan yang dipimpin,
perbedaan umur, bahkan perbedaan yang berdasar pada kekayaan. Pada masyarakat
yang demikian, perbedaan kedudukan dan peran masih bersifat sementara, mengingat
warganya masih sedikit dan mereka yang mempunyai kedudukan tinggi pun tidak
banyak jumlahnya. Sebaliknya, semakin kompleks suatu masyarakat, semakin
kompleks pula lapisan-lapisan dalam masyarakat. Bentuk konkret lapisan-lapisan
dalam masyarakat tersebut bermacam- macam, namun pada prinsipnya bentuk-bentuk
tersebut dapat diklasifikasikan menjadi: 1) Kelas yang didasarkan pada faktor ekonomis
dan, 2) Kelas yang didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat.

Dalam sistem lapisan masyarakat yang sengaja disusun untuk mencapai tujuan
tertentu biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi
dalam organisasi formal, seperti pemerintahan, perusahaan, partai politik,kelas, yaitu :
politis angkatan bersenjata dan sebagainya. Kekuasaan dan wewenang itu merupakan
suatu unsur khusus dalam sistem pelapisan masyarakat yang mempunyai sifat khusus

1
lain daripada tanah, uang dan benda ekonomis lainnya, ilmu pengetahuan dan
sebagainya. Hal ini disebabkan uang, tanah dan sejenisnya dapat dibagi secara bebas
dalam masyarakat tanpa merusak keutuhan masyarakat.

Namun demikian, apabila suatu masyarakat hendak hidup teratur dan keutuhan
masyarakat tetap terjaga, maka kekuasaan dan wewenang harus dibagi-bagi secara
teratur, sehingga setiap orang akan jelas dimana kekuasaan dan wewenangnya dalam
organisasi baik secara horizontal maupun vertikal. Kekuasaan merupakan unsur penting
dalam kehidupan masyarakat karena peranannya dapat menentukan nasib berjuta-juta
orang. Kekuasaan senantiasa ada dalam masyarakat, baik masih sederhana maupun
masyarakat besar yang kompleks. Adapu keberadaan kekuasaan tergantung pada sifat
hubungan antara yang berkuasa (pemimpin) dan yang terpaksa. Ada pemimpin disatu
bidang tertentu, ada pula pemimpin dalam banyak segi kehidupan. Ada pemimpin yang
mencari pengikutnya dan ada yang justru dicari pengikutnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari kepemimpinan?


2. Apa saja teori-teori kepemimpinan?
3. Apa saja tipe dan gaya kepemimpinan?
4. Bagaimana penemuan-penemuan klasik mengenai kepemimpinan?
5. Bagaimana sudut pandang psikologi mengenai kepemimpinan?
6. Bagaimana hubungan antara kepemimpinan dan kekuasaan?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian tentang kepemimpinan.


2. Untuk mengetahui tentang teori-teori kepemimpinan.
3. Untuk mengetahui tipe dan gaya kepemimpinan.
4. Untuk mengetahui penemuan-penemuan klasik mengenai kepemimpinan.
5. Untuk mengetahui sudut pandang psikologi mengenai kepemimpinan.
6. Untuk mengetahui hubungan antara kepemimpinan dan kekuasaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain untuk memahami


mengenai hal yang perlu dilakukan mulai dari metode pelaksanaan dan proses untuk
memfasilitasi individu maupun kolektif untuk mencapai tujuan yang sama. (Yuki,
2013). Sedangkan menurut Griffin dan Ebert (1999) kepemimpinan (leadership) adalah
proses memotivasi orang lain untuk mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.

Selain itu menurut Jono (2018) kepemimpinan merupakan suatu usaha dari
seorang untuk dapat merealisasikan tujuan individu ataupun tujuan organisasi. Secara
umum kepemimpinan meliputi prose mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memberikan motivasi perilaku untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk
memperbaiki individu, kelompok dan budayanya. Selain itu, mempengaruhi interpretasi
mengenai peristiwa yang dialami memelihara hubungan kerja sama dalam kelompok
ataupun luar kelompok.

1. Sebagai Peran Khusus atau Proses Pengaruh Bersama

Jika ada permasalahan maka peran kepemimpinan dipandang sebagai peran


khusus atau proses pengaruh bersama. Jika kepemimpinan sebagai peran orang dengan
tanggung jawab utama untuk melakukan peran kepemimpinan khusus disebu
"pemimpin", sedangkan anggota lainnya disebut "pengikut"'. Contohnya perilaku
manajer perusahaan yang dapat mempengaruhi para karyawan perusahaan tersebut. Jika
kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi yang terjadi secara alami dalam sistem
sosial dan tersebar diantara anggotanya. Contohnya, fungsi kepemimpinan dapat
dijalankan oleh berbagai pihak yang dapat mempengaruhi apa yang dilakukan

3
kelompok, bagaimana hal itu dilakukan, dan cara orang berhubungan dalam kelompok.

2. Jenis Proses Mempengaruh

Definisi kepemimpinan tidak hanya melibatkan siapa yang menjalankan


pengaruh, tetapi iuga ienis pengaruh apa yang dilakukan dan hasilnya. Kepemimpinan
dapat mempengaruhi dan menghasilkan komitmen antusias para pengikut (anggota).
Jenis proses mempengaruhi yaitu;
a. pemimpinan yang tidak etis yaitu pemimpin menggunakan kontrol kekuasaan Untuk
memaksa pengikutnya;
b. Pemimpin yang menggunakan kekuasaan secara etis. tapi semua ini tergantung oleh
metode dan jenis usaha yang digu sehingga akan menghasilkan hasil yang berbeda
tergantung pada situasi.

3. Tujuan untuk Mempengaruhi

Kepemimpinan terjadi jika orang yang dipengaruhi untuk melakukan apa yang
etis dan bermanfaat bagi organisasi dan diri mereka sendiri, bukan upaya yang tidak
relevan atau merugikan pengikut. Dengan demikian, domain proses kepemimpinan
tidak boleh dibatasi oleh tujuan yang dimaksudkan pemimpin.

4. Pengaruh Berdasarkan Nalar atau Emosi

Secara umum kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi pengikutnya. Tetap


ada beberapa konsep kepemimpinan para pemimpin mengakui pentingnya emosi
sebagai dasar mempengaruhi. Selain itu, baru-baru ini konsep kepemimpinan
menekankan pada aspek pengaruh emosional, yaitu pemimpin menginspirasi pengikut
untuk rela mengorbankan egoisnya (kepentingan pribadi, untuk tujuan yang akan
dicapai. Misalnya pemimpin memotivasi tentara untuk mempertahankan hidupnya
untuk misi penting.

4
5. Kepemimpinan Langsung dan Tidak Langsung

Bentuk kepemimpinan langsung melibatkan upaya untuk mempengaruhi


pengikut ketika berinteraksi dengan mereka atau menggunakan media komunikasi
untuk mengirim pesan kepada mereka. Contohnya pengiriman memo atau laporan
kepada karyawan, mengirim email, mengadakan pertemuan dengan karyawan.
Kepemimpinan tidak langsung telah digunakan untuk menggambarkan bagaimana
seorang pemimpin mempengaruhi orang di tingkat yang lebih rendah dalam organisasi
yang tidak berinteraksi langsung dengan (Bass,Waldman, Avolio, & Bebb, 1987;
Waldman & Yammarino,CEO ditransmisikan 1999; Yammarino, pemimpin.1994).

Contoh kepemimpinan tidak langsung yaitu pengaruh menuruni hierarki otoritas


organisasi dari CEO ke manajer menengah, ke leve bawah manajer, hingga karyawan
biasa. Pengaruh tersebut dapat melibatkan perubahan sikap karyawan, keyakinan, nilai
atau perilaku. Bentuk lain dari kepemimpinan tidak langsung melibatkan pengaruh
dalam program formal, manajemen sistem dan bentuk struktural (Hunt, 1991; Lord &
Maher,1991; Yukl & Lepsinger,2004). Contohnya program seleksiperekrutan karyawan
dan promosi karyawan Bentuk struktural dan berbagai jenis program dapat digunakan
untuk meningkatkan kontrol, koordinasi, efisiensi dan inovasi. Bentuk kepemimpinan
tidak langsung melibatkan pengaruh pemimpin atas budaya organisasi yang
didefinisikan sebagai keyakinan dan nilai bersama anggota. Ada banyak cara bagi
pemimpin untuk mempengaruhi budaya organisai yaitu mengomunikasikan visi yang
menarik, memimpin dengan memberi contoh. perubahan struktur organisasi, sistem
penghargaan dan program manajemen.

2.2 Teori-teori Kepemimpinan

Menurut Yuki (2013) Teori-teori kepemimpinan sebagai berikut:

1. Proses Intra Individual


Proses intra individual berfokus kepada pemimpin yang melibatkan proses
pengaruh antar individu, menggambarkan atribut pemimpin yang jarang terjadi,

5
melibatkan teori psikologis tentang ciri-ciri kepribadian, nilai, keterampilan, asi dan
pengetahuan untuk menjelaskan keputusan dan perilaku individu.

2. Proses Dua Unsur (Dyadic)


dekatan dua unsur berfokus pada hubungan antara seorang individu lainnya
yang biasanya merupakan bawahan atau pengikut bawahan langsung Kebutuhan untuk
mempengaruhi dari kepala eksekutif hingga manajer dibagikan oleh para pemimpin di
semua tingkat otoritas departemen dan supervisor karyawan kerja. Penjelasan pengaruh
pemimpin biasanya dalam hal bagaimana pemimpin menyebabkan bawahan menjadi
lebih termotivasi dan lebih mampu menyelesaikan tugas-tugas.

3. Proses Kelompok
Kepemimpinan dilihat dari perspektif tingkat kelompok yaitu berfokus pada
pengaruh pemimpin pada proses kolektif yang menentukan kinerja tim, Proses
pengaruh melibatkan efektivitas pemimpin dan semua anggota tim. Contohnya
komitmen untuk menjalankan peran kerja Kelebihan anggota teori proses kelompok
yaitu memberikan hasil yang jauh lebih baik mereka secara efektif. Dengan
kepemimpinan efektif dalam Kelemahannya yaitu tidak memasukkan yang perencanaan
untuk menjelaskan anggota. proses psikologis proses mempengaruhi.

4. Proses Organisasi
Menurut Fleishman dalam Yuki (2013) tingkat analisis organisasi
menggambarkan kepemimpinan sebagai proses yang terjadi dalam "sistemterbuka"
yang lebih besar dimana kelompok-kelompoknya adalah sub sistem. Faktor yang
mempengarhi keberlangsungan hidup satu orang, yaitu :
- Adaptasi terhadap lingkungan dan sumber daya yang diperlukan. Misalnya
mengantisipasi kebutuhan konsumen dan mengevaluasi kendala yang dialami.
- Efisiensi oleh organisasi proses transformasi untuk menghasilkan produk dan jasa.
Misalnya, merancang struktur yang sesuai, yang digunakan menentukan hubungan
otoritas dan memanfaatkan teknologi, sumber daya dan personel yang tersedia.

6
5. Teori Bertingkat
Teori multi-level atau bertingkat mempunyai kedudukan variabel yang berbeda.
Misalnya, variabel independen dan dependen berada pada variabel konseptualisasi yang
sama, tetapi variabel moderator berada pada level yang berbeda. Dan bahkan tipe multi-
level yang lebih kompleks termasuk pengaruh pemimpin pada proses penjelasan lebih
dari satu level dan kausalitas timbal balik di antara beberapa variabel. Toeri multi-level
kepemimpinan yang efektif dapat menyediakan cara untuk mengatasii keterbatasan
teori level tunggal, tetapi sangat sulit untuk mengembangkan teori multi-level yang
sedikit dan mudah diaplikasikan. Tingkat konseptualisasi berimplikasi untuk ukuran
dan metode analisis yang digunakan untuk menguji suatu materi.

2.3 Tipe Kepemimpinan

Dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan maka akan berlangsung


aktivitas kepemimpianan. Apabila aktivitas tersebut dipilah-pilah maka akan terlihat
gaya kepemimpinan tersebut merupakan dasar dalam mengklasifikasikan tipe
kepemimpinan. Gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar, yaitu :

a. Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan pelaksanaan tugas


b. Gaya kepemimpinan yang berpola pada pelaksanaan hubungan kerja sama
c. Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan hasil yang dicapai.

Berdasarkan ketiga pola dasar tersebut, maka terbentuk perilaku kepemimpinan


yang berwujud pada kategori kepemimpinan yang terdiri dari tiga tipe pokok
kepemimpinan, yaitu :

a. Tipe kepemimpinan otoriter

Tipe kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di tangan satu orang.


Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Kedudukan dan tugas anak buah

7
semata-mata hanya sebagai pelaksana keputusan, perintah, dan bahkan kehendak
pimpinan. Pimpinan memandang dirinya lebih dalam segala hal, selalu dipandang
rendah, sehingga tidak dianggap mampu berbuat sessuatu tanpa perintah. Untuk
mendukung kemampuan organisasi, sangat bergantung pada struktur otoritas yang
terdapat di dalam organisasi, karena otoritas merupakan dasar dalam setiap
pengambilan keputusan. Lebih lanjut Weber menyatakan bahwa terdapat tigas jenis
otoritas yang berpengaruh terhadap pola kepemimpinan maupun kegiatan pengambilan
keputusan dalam suatu organisasi, yaitu :

1. Otoritas rasional legal

Otoritas yang muncul karena kepercayaan karyawan terhadap legalitas aturan,


pembagian kerja dan hak dari orang yang ditempatkan sebagai pemimpin untuk
memberikan perintah. Merupakan dasar bagi organisasi pemerintahan.

2. Otoritas tradisional
Otoritas yang muncul karena kepercayaan orang kepada tradisi termasuk status
seseorang yang karena tradisi mempunyai hak untuk memerintah, otoritas tradisional
merupakan dasar bagi organisasi gereja dan kerajaan.

3. Otoritas karismatik
Otoritas yang muncul pada diri sesorang yang mempunyai karismatik pribadi
yang luar biasa, yang menyebabkan orang tersebut dianggap mempunyai hak untuk
memerintah oleh orang lain.

b. Tipe kepemimpinan bebas

Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe kepemimpinan otoriter.


Pemimpin berkedudukan sebagai simbol. Kepemimpinan dijalankan dengan
memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan
dan melakukan kegiatan mengatur kehendak dari kepentingan masing-masing, baik

8
secara perorang maupun kelompok-kelompok kecil. Pemimpin hanya mengfungsikan
dirinya sebagai penasehat.

c. Tipe kepemimpinan demokratis

Tipe kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor utama dan


terpenting dalam setiap kelompok/organisasi. Pemimpin memandang dan menempatkan
orang-orang yang dipimpinnya sebagai subyek yang memiliki kepribadian dengan
aspeknya, seperti dirinya juga. Kemauan, kehendak, kemampuan, buah pikiran,
pendapat, kreativitas, inisiatif yang berbeda-beda dan dihargai disalurkan secara wajar.
Tipe pemimpin ini selalu berusaha untuk memanfaatkan setiap orang yang dipimpin.
Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis, dan terarah.
Kepemimpinan tipe ini dalam mengambil keputusan sangat mementingkan
musyawarah, yang diwujudkan pada setiap jenjang dan didalam unit masing-masing.
Ketiga tipe kepemimpinan di atas dalam prakteknya saling isi mengisi atau saling
menunjang secara bervariasi, yang disesuaikan dengan situasinya sehingga akan
menghasilkan kepemimpinan yang efektif.

2.4 Gaya Kepemimpinan

Berbicara tentang gaya kepemimpinan sesungguhnya berbicara mengenai


"modalitas" dalam kepemimpinan. Modalitas berarti mendalami cara-cara yang
disenangi dan digunakan oleh seseorang sebagai wahana untuk menjalankan
kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan pada dasarnya dapat dilihat dari bermacam-
macam sudut pandangan. Bila kita lihat dari sudut perilaku pemimpin, maka apa yang
dikemukakan oleh Tannembaum dan Schmidt adalah yang umum dipakai sebagai
model. Kedua pakar ini menyatakan bahwa perilaku pemimpin membentuk suatu
kontinum dari sifat otokratik sampai demoratik oleh intensitas penggunaan kekuasaan
oleh pemimpin dan penggunaan kebebasan oleh prengikut. Kombinasi dari kedua
faktor inilah yang menentukan pada tingkat mana seorang pemimpin mempraktekan
perilaku kepemimpinannya.

9
Gaya artinya sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak gerik yang
baik, kekuatan, kesanggupan untuk berbuat yang lebih baik. Gaya kepemimpinan
adalah sekumpulan ciri yang digunakan pemimpin untuk mempengaruhi bawahan agar
sasaran tercapai atau gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai
dan sering diterapkan seorang pemimpin.

Gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin,


yang tampak dan yang tidak tampak oleh bawahannya. Gaya kepemimpinan
mggambarkan kombinasi yang konsisten dari falsafah, keterampilan, sifat dan sikap
yang mendasari perilaku seseorang. Gaya kepemimpinan yang menunjukkan seampuan
cara langsung maupun tidak langsung tentang keyakinan pimpinan terhadap
kemampuan bawahannya. Artinya gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi
sebagai hasil dari falsafah, keterampilan dan sikap yang sering diterapkan pemimpin
ketika mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya.

Gaya kepemimpinan yang paling tepat adalah gaya yang dapat memaksimalkan
produktivitas, kepuasan kerja, pertumbuhan dan mudah menyesuaikan dengan segala
situasi. Gaya kepemimpinan merupakan dasar dalam mengklasifikasikan tipe
kepemimpinan. Ada empat gaya dasar kepemimpinan yakni :

a. Gaya manajemen tugas, menunjukkan dimana pemimpin menunjukkan perhatian


yang besar terhadap produksi tetapi perhatian rendah terhadap manusia
b. Gaya manajemen country club, dimana pemimpin memperlihatkan perhatian tinggi
terhadap manusia tetapi perhatian rendah terhadap produksi.
c. Gaya manajemen miskin, dimana pemimpin tidak terlalu menunjukkan perhatian
baik terhadap tim, produksi maupun manusia.
d. Gaya manajemen tim, dimana pemimpin menunjukkan perhatian tinggi baik terhadap
produksi maupun manusia.

10
Disamping itu, masih ada beberapa pendapat tentang gaya kepemimpinan yang
diajukan oleh para pakar yang kesemuanya dapat ditelusuri dalam beberapa literatur
kepemimpinan, organisasi dan manajemen. Studi dari Ohio State University atau
Michigan misalnya, mengemukakan dua orientasi utama pemimpin dan orientasi pada
hubungan kemanusiaan dan orientasi pada struktur tugas. Dari kedua macam orientasi
ini, bila divisualisasikan ke dalam gambar bujur sangkar yang berkuadran empat, akan
didapatkan empat macam kombinasi gaya, yaitu: Hubungan rendah, tugas rendah (kiri
bawah), Hubungan rendah, tugas tinggi (kanan bawah), Hubungan tinggi, tugas rendah
(kiri atas) dan hubungan tinggi, tugas tinggi (kanan atas).

Hal yang mirip juga dikemukakan oleh Blake dan Mouton dengan teori
managerial Gridnya. Gaya kepemimpinan menurut Rivai (2003:60) adalah sekumpulan
ciri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi
tercapai atau dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan
strategi yang di sukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin. Dari sudut
pandang pendekatan perilaku, gaya kepemimpinan adalah pola penyeluruh dari
tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh
bawahannya.

Gaya kepemimpinan menggambarkan kombinasi yang konsisten dari falsafah


keterampilan, sifat dan sikap yang mendasari perilaku seseorang. Gaya kepemimpinan
yang menunjukkan, secara langsung maupun tidak, tentang keyakinan seseorang
pimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah,
keterampilan, sifat, sikap yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba
mempengaruhi kinerja bawahannya. Sehingga kepemimpinan yang paling tepat adalah
gaya yang dapat memaksimumkan produktivitas, kepuasan kerja, pertumbuhan, dan
mudah menyesuaikan dengan segala situasi. Dengan demikian gaya kepemimpinan
yang paling tepat pada dasarnya gaya kepemimpinan yang dapat memenuhi kebutuhan
pada situasi tertentu.

Gaya kepemimpinan merupakan dasar dalam mengklasifikasikan tipe


kepemimpinan. Gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar yaitu mementingkan

11
pelaksanaan tugas, yang mementingkan hubungan kerjasama, dan yang mementingkan
hasil yang dicapai. Ketiga pola tersebut tidak terpisah satu sama lain, saling
mendukung, namun kecederungan atau titik beratnya berbeda, sehingga kombinasi dari
ketiga pola dasar tersebut akan menghasilkan tiga tipe utama, yaitu:

1) Kepemimpinan otokratis menggunakan metode pendekatan kekuasaaan dalam


mencapai keputusan dan pengembangan struktur, sehingga kekuasaanlah yang paling
diuntungkan dalam organisasi.
2) Kepemimpinan yang demokratis ditandai adanya suatu struktur yang
pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif.
Di bawah kepemimpinan demokratis, bawahan cenderung bermoral tinggi dapat
bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.
3) Kepemimpinan kendali bebas memberikan kekuasaan penuh pada bawahan, struktur
organisasi bersifat longgar, pemimpin yang bersifat pasif, Peran utama pemimpin
adalah menyediakan materi pendukung dan berpartisipasi jika diminta bawahan.

2.5 Penemuan-Penemuan Klasik Tentang Kepemimpinan

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya "pemimpin" bisa didefinisikan


sebagai seseorang yang terus menerus membuktikan bahwa ia mampu mempengaruhi
sikap dan tingkah laku orang lain, lebih dari kemampuan mereka (orang lain)
mempengaruhi dirinya. Dengan demikian pemimpin itu merupakan seorang yang
memiliki kelebihan, sehingga mereka memiliki kekuasaan dan kewajiban untuk
mengarahkan dan membimbing bawahan juga mendapat pengakuan serta dukungan
dari bawahannya, sehingga dapat menggerakkan mereka ke arah pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan.

Sedangkan kepemimpinan adalah sebuah konsep yang merangkum berbagai


segi dari interaksi pengaruh antara pemimpin dengan pengikut dalam mengejar tujuan
bersama. Di sini diasumsikan bahwa suasana kepemimpinan hanya mungkin terbentuk
dalam suatu lingkungan yang secara dinamis melibatkan hubungan diantara sejumlah
orang. Konkritnya, seseorang hanya bisa mengklaim dirinya sebagai pemimpin jika ia

12
memiliki sejumlah pengikut. Selanjutnya antara pemimpin dan para pengikut terjalin
ikatan emosional dan rasional menyangkut kesamaan nilai yang ingin disebar dan
ditanam serta kesamaan tujuan yang ingin dicapai.

Walapun dalam realitasnya sang pemimpinlah yang biasanya memperkenalkan


atau bahkan merumuskan nilai, dan tujuan, suasana kepemimpnan hanya terbangun
melalui ikatan hubungan yang timbal balik antara pemimpin dengan para pengikut.
Maksudnya, sekalipun seorang pemimpin, karena kelebihan-kelebihan yang
dimilikinya, cenderung menjadi panutan para pengikut, ia hakekatnya tidak mungkin
untuk secara total membentuk perilaku pengikut. Dalam studi kepemimpinan terdapat
dua pendekatan untuk menjelaskan proses kelahiran pemimpin yang secara dominan
mempengaruhi perkembangan teori di bidang ini. Bagian ini akan melihat
perkembangan studi klasik dari kepemimpinan sebagai berikut:

a. Studi Lowa.

Usaha untuk mempelajari kepemimpinan pada mulanya dilakukan pada tahun


1930 oleh Ronaltd Lippit dan Ralp K. White di bawah pengarahan Kurt Lewin di
Universitas Iowa. Dalam penelitian ini klub hobi dari anak-anak umur 10 tahun
dibentuk. Setiap klub diminta memainkan tiga style kepemimpinan, yakni otokratis,
demokratis, dan semaunya sendiri Laissez faire. Pemimpin yang otoriter bertindak
sangat direktif, selalu memberikan pengarahan dan tidak memberikan kesempatan
timbulnya partisipasi.

Kepemimpinan seperti ini cenderung memberikan perhatian individual ketika


memberikan pujian dan kritik. Tetapi berusaha untuk bersikap inpersonal dan berkawan
dibandingkan dengan bermusuhan secara terbuka. Pemimpin yang demokratis
mendorong kelompok diskusi dan pembuat keputusan, pemimpin ini mencoba untuk
bersikap obyektif di dalam memberikan pujian atau kritik, dan menjadi satu dalam
kelompok dalam hal memberikan spirit. Adapun pemimpin semaunya sendiri laissez
faire memberikan semacam ini pada hakekatnya tidak memberikan contoh-contoh
kepemimpinan.

13
b. Penemuan Ohio

Dalam tahun (1945), biro penelitian bisnis dari Universitas Negeri Ohio
melakukan serangkaian penemuan dalam bidang kepemimpinan. Suatu riset
interdisipliner mulai dari ahli psikologi, sosiologi dan ekonomi mengembangkan dan
mempergunakan kuesioner deskripsi perilaku pemimpin. Untuk menganalisa
kepemimpinan dalam berebagai tipe kelompok dan situasi. Penelitian ini dilakukan atas
beberapa komandan angkatan udara dan anggota-anggota pasukan pengebom, pejabat-
pejabat sipil, pengawas-pengawasan dalam pabrik, administrator-administrator
perguruan tinggi dan kelompok sipil lainnya.

Studi Ohio memulai dengan premis bahwa tidak ada kepuasan atas rumusan
atau definisi kepemimpinan yang ada. Mereka juga mengetahui bahwa hasil kerja yang
terdahulu darinya adalah terlalu banyak berasumsi bahwa kepemimpinan itu selalu
diartikan sama dengan kepemimpinan yang baik. Tim peneliti Ohio telah menetapkan
mempelajari kepemimpinan dengan tidak memperdulikan rumusan-rumusan yang ada
atau apakah hal tersebut efektif atau tidak efektif. Di dalam menelaah perilaku
pemimpin ini, dari Universitas Ohio menemukan bahwa kedua perilaku struktur
inisiatif dan perhatian tersebut sangat berbeda dan terpisah satu sama lain. Nilai yang
tinggi pada satu dimensi tidaklah mesti diikuti rendahnya nilai dari dimensi yang lain.
Perilaku pemimpin dapat pula merupakan kombinasi dari dua dimensi perilaku tersebut
dirancang pada sumbu yang terpisah.

c. Gaya Kepemimpinan Model Taylor

Taylor (1911), seorang ahli teknik mesin sekaligus Bapak Manajemen Ilmiah
menemukan gaya kepemipinannya dalam memimpin perusahaan sebagi berikut:

1. Cara terbaik untuk meningkatkan hasil kerja ialah dengan meningkatkan teknik atau
metode kerja, akibatnya manusia dianggap sebagai mesin.
2. Manusia untuk manajemen bukan manajemen untuk manusia.

14
3.Fungsi pemimpin menurut teori manajemen keilmuan (teori klasik) adalah
menetapkan dan menerapkan criteria prestasi untuk mencapai tujuan.
4. Fokus pemimpin adalah pada kebutuhan organisasi.

d. Gaya Kepemimpinan Model Mayo

Gaya kepemimpinan Mayo (1920) yang terkenal dengan gerakan hubungan


manusiawi merupakan reaksi dan revisi dari gaya kepemimpinan Taylor yang
memperlakukan manusia seperti mesin. Akibatnya, banyak pegawai yang sakit, banyak
pegawai yang kacau balau karena hidupnya hanya untuk bekerja, lupa makan dan
keluarga. Mayo berpendapat bahwa dalam memimpin selain mencari teknik atau
metode kerja yang terbaik, juga harus memperhatikan perasaan dan hubungan
manusiawi yang baik, pusat-pusat kekuasaan adalah hubungan pribadi dalam unit-unit
kerja, serta fungsi pemimpin adalah memudahkan pencapaian tujuan anggota secara
kooperatif dan mengembangkan kepribadiannya.

e. Studi Michigan

Kantor Riset Angkatan Laut mengadakan kontrak kerjasama dengan Pusat Riset
Survei Universitas Michigan untuk mengadakan penelitian. Tujuan kerjasama ini
adalah untuk meneliti prinsip-prinsip produktivitas kelompok dan kepuasan anggota
kelompok yang diperoleh dari partisipasi mereka. Untuk mencapai tujuan ini, maka
pada tahun 1947 dilakukan penelitian di Newark, New Jersey pada perusahaan asuransi
Prudential. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengawasan pada seksi produksi lebih
menyukai:

1) Menerima pengawasan dari pengawas-pengawas mereka yang bersifat terbuka


dibandingkan yang terlalu ketat.
2) Sejumlah otoritas dan tanggungjawab yang ada dalam pekerjaan mereka.
3) Memberikan pengawasan terbuka kepada bawahannya dibandingkan pengawasan
yang ketat.

15
4) Berorientasi pada pekerja daripada produksi. (Likert, 1962). Penelitian
mengidentifikasikan dua konsep gaya kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan
dan berorientasi pada produksi.

2.6 Psikologi Kepemimpinan

Setidak-tidaknya ada dua teori atau pendekatan penting yang relevan dengan
pembicaraan tentang psikologi kepemimpinan. Yang pertama adalah teori tingkat
kebutuhan Maslow, dan kedua teori kekuasaan Frenc dan Reven. Abraham Maslow
mengemukakan bahwa kebutuhan manusia dalam lima tingkatan dalam hal urutan
pemenuhannya, yaitu (1) kebutuhan fisik, (2) kebutuhan akan keamanan, (3) kebutuhan
sosial, (4) kebutuhan akan penghargaan dan (5) kebutuhan aktualisasi diri.

Kebutuhan fisik adalah kebutuhan yang berkenaan dengan kelangsungan hidup


seseorang, seperti makan, minum, pakaian dan tempat tinggal. Sedangkan kebutuhan
keamanan berkenaan dengan kebutuhan seseorang akan perlindungan dari bahaya dan
ancaman kaamanan baik fisik maupun non fisik. Kebutuhan sosial bersangkutan
dengan kebutuhan seseorang untuk bersosialisasi dan berhubungan dengan orang lain di
dalam masyarakatnya. Sedangkan kebutuhan akan penghargaan adalah kebutuhan
orang akan pengakuan dan penghargaan atas apa yang ada padanya seperti kemampuan,
potensi, prestasi dan sebagainya. Selanjutnya, kebutuhan aktualisasi diri adalah
kebutuhan seseorang untuk menampilkan diri pada tingkat yang terbaik sesuai dengan
potensinya. Misalnya menjadi pekerja yang baik, olah ragawan berprestasi dan lain-
lain. Meskipun banyak kritik yang ditujukan kepada teori tingkat kebutuhan ada lima
sumber utama dengan mana seseorang mendapatkan kekuasaan.

Kelima sumber kekuasaan itu adalah: (1) kekuasaan paksaan, (2) kekuasaan
imbalan, (3) kekuasaan legitimasi, (4) kekuasaan keahlian, (5) kekuasaan referensi.

Kekuasaan paksaan adalah kekuasaan yang didapat seseorang dengan


menggunakan ancaman untuk mempengaruhi perilaku pengikutnya bila apa yang
dikehendakinya tidak dilaksanakan. Kekuasaan imbalan adalah kebalikannya, yaitu

16
kekuasaan yang ada pada seseorang untuk mempengaruhi orang lain karena
kemampuannya memberi imbalan atas apa yang dilakukannya. Kekuasaan legitimasi
adalah kekuasan yang didapat seseorang secara formal ditinjau dari struktur organisasi.
Selanjutnya, kekuasaan keahlian, yaitu kekuasaan yang ada pada seseorang karena
keahliannya di bidang tertentu, sehingga dengan kealhiannya itu ia memiliki pengaruh
atas orang lain. Kekuasaan referensi adalah kekuasaan yang menggambarkan adanya
referensi atau rujukan pada tokoh tertentu yang berpengaruh. Kekuasaan paksaan,
imbalan dan ligitimasi pada dasarnya dinyatakan secara tegas oleh posisi seseorang
dalam organisasi. Orang-orang yang ada pada level organisasi yang lebih rendah pula
dibandingkan dengan mereka yang memiliki posisi yang lebih tinggi, dilain pihak
kekuasaan keahlian dan referensi tidak sealalu berkaitan dengan posisi seseorang dalam
organisasi. Proposisi psikologi kepemimpinan atau kepemimpinan, dari sudut
pandangan psikologi menyatakan bahwa fungsi utama seorang pemimpin adalah
mengembangkan sistem motivasi yang efektif.

Dalam hal ini pemimpin harus mampu melakukan stimulasi terhadap bawahan
atau pengikutnya sedemikian rupa agar dapat memberikan sumbangan positif bagi
tujuan-tujuan organisasi, disamping memuaskan kebutuhan-kebutuhan pribadinya.
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, maka teori tingkat kebutuhan ynag
dikemukakan oleh Abraham Maslow (fisiologis, keamanan, sosial, penghargaan, dan
aktualisasi diri dapat mejadi model atau pedoman bagi pemimpin dalam
mengembangkan sistem motivasi yang paling efektif. Seorang pemimpin, dengan
pemahaman yang dalam bahwa seseorang tak hidup hanya dengan makan saja, tetapi
juga memerlukan pertumbuhan psikologi, akan tetapi mengembangkan berbagai
program yang mampu menghasilkan kontribusi optimal dari bawahannya. Tegasnya
suatu program yang memfokuskan diri pada semua sisi kebutuhan yang disebut di atas
(fisiologis, keamanan, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri) dianggap memiliki
probabilitas yang tinggi lebih tinggi dalam memotivasi dari pada program yang bersifat
parsial.

17
2.7 Hubungan Kepemimpinan dan Kekuasaan

Sejarah kepemimpinan ternyata bahwa gejala tersebut banyak ditentukan oleh


penerimaan masyarakat terhadap konsepsi kekuasaan yang diterima dan dipergunakan
di dalam kurun waktu tertentu. Maksudnya ialah bahwa pada suatu periode tertentu
orang mengatakan seseorang telah dapat menjalankan fungsi kepemimpinan dengan
baik dan berhasil; akan tetapi dalam periode atau kurun waktu selanjut nya ia tidak
lebih hanya dipandang sebagai seorang diktator yang haus kekuasaan belaka. Jelaslah
bahwa masalah kepemimpinan dan kekuasaan merupakan gejala dalam masyarakat
yang tidak pernah berkembang seirama dan seragam. Berbagai macam kekuasaan dan
kepemimpinan timbul dalam masyarakat pada suatu kurun waktu tertentu. Orang hanya
dapat memberikan nilai yang tepat dan arti sebenarnya atas gejala tersebut jika mereka
mendasarkan diri pada ukuran-ukuran nilai-nilai budaya yang sedang berlaku. pada saat
itu. Tetapi satu hal yang orang tidak dapat menyangkal, ialah bahwa memang selalu
terdapat hubungan an tara kepemimpinan dan kekuasaan itu sepanjang masa.

Jika kita amati hal-hal yang telah saya sebutkan di dalam bagian terdahulu,
maka titik-penghubung antara kepemimpinan dan kekuasaan itu adalah sangsi-sangsi
ethis yang diperhatikan oleh pemegang peran kepemimpinan dan kekua saan tersebut;
di samping itu juga unsur kemanfaatan umum yang dapat diraih dari fungsi-fungsi
kedua gejala tersebut. Dengan kedua titik penghubung tersebut, apakah seorang yang
sedang memegang kekuasaan dapat tetap memperhatikan nilai-nilai baik dan buruk
bagi kemanfaatan umum tujuan kekuasaan yang akan mereka capai, atau sebaliknya
apakah seorang yang berperan dalam kepemimpinan tetap memperhitungkan nilai-nilai
baik dan buruk pada waktu akan menggunakan unsur kekuasaan guna meluruskan
gerak kepemimpinan mencapai tujuan bersama; semua itu merupakan daerah lingkup
pemikiran pemegang kekuasaan atau kepemimpinan. Pemegang peran kepemimpinan
yang tetap di atas garis fungsi kepemimpinan akan selalu menggunakan kekuasaan
sejauh hal itu tidak bertentangan dengan sangsi-ethis, agar tujuan bersama tetap dapat
tercapai. Pemegang kekuasaan yang masih mempunyai rasa tanggung jawab selalu

18
harus mempertimbangkan kemanfaat tujuan dari kekuasaannya itu sesuai dengan nilai-
nilai ethis dengan segala sangsi-sangsinya.

Bentuk-bentuk kekuasaan yang terdapat dalam hidup. bermasyarakat hanya


mungkin dapat difahami jika dilihat dalam kaitannya dengan sifat keseluruhan tertib
sosial sebagai wadah proses kekuasaan itu terjadi. Oleh karena itu, dalam hubungannya
dengan fungsi kepemimpinan agar berhasil- guna, seharusnya dapat dilaksanakan
dalam kaitannya dengan sistem kekuasaan tertentu. Sebab tidak hanya kepemimpinan
saja yang secara obyektif dibatasi oleh suatu pola kekuasaan. akan tetapi juga kemauan
untuk memimpin dapat saja dirusak oleh kemauan untuk berkuasa sebagai hal yang
sebenarnya tidak patut untuk diteruskan. Seorang pemimpin ingin mencapai tujuannya
melalui tindak sosialnya. Tetapi sebagai perorangan ia diikat oleh pengikutnya. Bila inti
kepemimpinannya mengalami erosi karena desakan kekuasaan, bila pembenaran
etisnya mulai berantakan, maka tehnik manipulasi akan menonjol, dan stabilitas
hubungan sosialnya akan ikut menderita. Titik penghubung obyektif tersebut di atas
sebenarnya memang belum memberikan jaminan yang mantap bagi penggunaan
kekuasaan dan kepemimpinan dalam hubungan yang saling membutuhkan.

Dapatlah disimpulkan bahwa hubungan antara kepemimpinan dan kekuasaan


adalah terletak pada manusia yang menggunakan manfaat dari fungsi kekuasaan dalam
menjalankan peran kepemimpinannya yang harus sesuai dan memperhatikan nilai-nilai
ethis di dalam usaha melaksanakan fungsi kepemimpinannya itu agar tujuan yang akan
dica- painya memberikan kemanfaatan umum yang sebesar-besarnya, dan tidak sampai
mengalami erosi kepemimpinan akibat desakan kekuasaan.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain untuk memahami


mengenai hal yang perlu dilakukan mulai dari metode pelaksanaan dan proses untuk
memfasilitasi individu maupun kolektif untuk mencapai tujuan yang sama. (Yuki,
2013). Sedangkan menurut Griffin dan Ebert (1999) kepemimpinan (leadership) adalah
proses memotivasi orang lain untuk mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.

Selain itu menurut Jono (2018) kepemimpinan merupakan suatu usaha dari
seorang untuk dapat merealisasikan tujuan individu ataupun tujuan organisasi. Secara
umum kepemimpinan meliputi prose mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memberikan motivasi perilaku untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk
memperbaiki individu, kelompok dan budayanya. Selain itu, mempengaruhi interpretasi
mengenai peristiwa yang dialami memelihara hubungan kerja sama dalam kelompok
ataupun luar kelompok.

Setidak-tidaknya ada dua teori atau pendekatan penting yang relevan dengan
pembicaraan tentang psikologi kepemimpinan. Yang pertama adalah teori tingkat
kebutuhan Maslow, dan kedua teori kekuasaan Frenc dan Reven. Abraham Maslow
mengemukakan bahwa kebutuhan manusia dalam lima tingkatan dalam hal urutan
pemenuhannya, yaitu (1) kebutuhan fisik, (2) kebutuhan akan keamanan, (3) kebutuhan
sosial, (4) kebutuhan akan penghargaan dan (5) kebutuhan aktualisasi diri.

20
DAFTAR PUSTAKA

Hutahayan, B. (2020). Kepemimpinan: Teori dan Praktik. Deepublish: Yogyakarta.

Jarmanto. (1983). Kepemimpinan Sebagai Ilmu dan Seni. Liberty: Yogyakarta.

Mustapa, Z., Maryadi. (2018). Kepemimpinan Pelayanan: Dimensi Baru dalam


Kepemimpinan. Celebes Media Perkasa: Makassar.

21

Anda mungkin juga menyukai