Perubahan Sosial
Perubahan Sosial
disusun oleh :
Aldi Pramudita 222103038
Neng Nenis 222103004
Risma Hilmalia 222103022
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pengaruh Globalisasi terhadap Keluarga”
ini tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-Nya, tentu saja penulis tidak dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat beserta salam semoga tercurah limpahkan
kepada baginda tercinta kita Nabi Muhammad saw.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Pendidikan Keluarga. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Globalisasi pada Keluarga.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak H. Adang Danial., Drs., M.Kes.
selaku dosen pengampu mata kuliah Perubahan Sosial yang telah memberikan tugas ini,
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Kami
menyadari, makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
i
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
A. Kelompok-Kelompok dan Pemimpin-Pemimpin...................................................3
1. Beberapa jenis dasar dari kelompok-kelompok.............................................................3
2. Pemimpin solidaris, pemimpin resmi, pemimpin konsultan..........................................8
3. Pemimpin yang berhasil...............................................................................................10
4. Bermacam-macam fungsi dalam kelompok.................................................................12
5. Apakah pertentangan membahayakan kesatuan dan prestasi kelompok atau
masyarakat?......................................................................................................................14
BAB III....................................................................................................................................19
PENUTUP...............................................................................................................................19
A. SIMPULAN..............................................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Deddy Mulyana, 2005 Kelompok adalah sekelompok orang yang memiliki
tujuan bersama dan saling berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama, mengenal dan
melihat satu sama lain sebagai bagian dari suatu kelompok. Kelompok ini bisa berupa
keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau badan yang berkumpul
untuk mengambil keputusan. Kelompok membutuhkan komunikasi untuk mendukung
kekompakan kelompok. komunikasi kelompok penting dalam kehidupan manusia, karena
kelompok merupakan bagian integral dari aktivitas kita sehari-hari. Selain itu, grup memberi
kami kesempatan untuk berbagi informasi, pengalaman, dan pengetahuan dengan anggota
lain. Kelompok ini terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder.
Kelompok primer adalah kelompok utama atau kelompok yang berhubungan langsung
dengan orang lain. Keluarga merupakan kelompok primer atau utama karena berhubungan
langsung dengan individu sejak kelahirannya yang pertama. Untuk pertama kalinya, keluarga
mengajarkan tentang kelompok, interaksi, komunikasi, berbicara, menolak berbicara, dan
konvensi kelompok lainnya. Kelompok sekunder adalah kelompok yang dapat memenuhi
kepentingannya, misalnya sekolah, lembaga keagamaan, tempat kerja dan lain-lain.
Seorang pemimpin adalah orang yang memiliki keterampilan dan kekuatan, terutama
keterampilan di bidang tertentu, untuk secara kolektif menggerakkan orang lain melakukan
kegiatan tertentu untuk mencapai satu atau beberapa tujuan. Seorang pemimpin adalah
seseorang yang memiliki satu atau lebih kelebihan seperti disposisi (bakat bawaan) dan
merupakan kebutuhan situasi/zaman untuk memiliki kekuasaan dan wewenang untuk
memimpin dan mengarahkan bawahan. Pemimpin bertindak sebagai pemimpin untuk
berkolaborasi dengan anggotanya dalam merencanakan dan memecahkan masalah yang
dihadapi organisasi, menciptakan persatuan tanpa menghilangkan perbedaan antara individu
dan kelompok dalam organisasi atau lembaga pendidikan dan untuk meningkatkan
kebersamaan, moral, kreativitas dan kepercayaan diri. Di lembaga pendidikan,
pemimpin memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat tinggi, yaitu sebagai komponen
terdepan yang berperan langsung. Seorang pemimpin dapat menentukan bagaimana
mengarahkan bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan yang dimaksudkan menuju tujuan
dan sasaran yang diinginkan.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu kelompok-kelompok?
2. Apa itu jenis kepemimpinan dalam suatu kelompok?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu kelompok-kelompok.
2. Untuk mengetahui jenis kepemimpinan dalam suatu kelompok.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Jika kita dalam hal ini membicarakan tentang kelompok (bahasa Inggris: group), kita
tidak berpendapat hanya kelompok-kelompok kerja dari bab II, melainkan seluruh kumpulan
orang-orang, seperti perusahaan-perusahaan, organisasi-organisasi, masyarakat di satu desa
sampai negara-negara sebagai kumpulan orang-orang.
a. Sistim otoriter
Dalam kelompok yang memakai sistim otoriter, terdapat dua tingkatan, yaitu tingkat
atasan dan tingkat bawahan. Orang yang termasuk atasan, menganggap dirinya "elite", yang
bertugas membina dan menguasai yang lain dan tidak menghiraukan, apakah yang lain dalam
hatinya setuju atau tidak setuju. Bawahan hanya mempunyai fungsi menyetujui dan
melaksanakan perintah atasan. Apakah seseorang termasuk golongan atasan atau bawah- an,
ditentukan oleh keturunan, kekayaan, umur, pendidikan, kedudukan ataupun kemampuan.
Kebanyakan, bawahan dibina seperti anak-anak. Dari mereka tidak diharapkan sumbangan
pikiran yang berharga, tetapi diharapkan bahwa mereka ikut dan percaya kepada pemimpin-
pemimpin. Mereka tidak diharapkan campur tangan dan mereka menyerahkan
pertanggungan-jawab kepada atasan, sebab "ayah-ayah di atas bermaksud baik", dan "tahu
lebih banyak".
Terdapat dua cara dari sistim kelompok otoriter. Atasan memberi juga satu kekuasaan
terbatas kepada tingkat- ingkat yang lebih bawah atau memutuskan semua hal sendiri saja.
Contoh untuk sistim terakhir Raja dari kerajaan Aztek 400 tahun yang lampau di Amerika
Selatan. Setelah ia dibunuh oleh Cortez, jenderal Sepanyol, Cortez dapat dengan mudah
3
menduduki tempat raja Aztek dan menguasai masyarakat tanpa kesulitan, sebab mereka telah
biasa menerima semua perintah-perintah dari atasan tanpa pertanyaan.
b. Sistim demokrasi
Pemimpin berfungsi sebagai nomor 1 di antara yang sama. Kekuasaan selalu dapat ditarik
kembali oleh kelompok, jikalau kelompok berpendapat bahwa kekuasaan itu disalahgunakan.
Tetapi dapat juga kelompok mengganti pemimpin, walaupun dia berjasa dan tidak membuat
kesalahan melainkan karena kelompok mau memberi kesempatan memimpin kepada anggota
lain. Atau pemimpin yang sudah lama mempunyai kekuasaan supaya tidak menjadi terlalu
kuat.
Satu contoh yang menarik dari Inggris sesudah Perang Dunia ke-II (1945). Pemimpin
Churchill dalam pemilihan umum telah gagal, walaupun pada waktu perang seluruh rakyat
menaruh Selatan. Setelah ia dibunuh oleh Cortez, jenderal Sepanyol, Cortez dapat dengan
mudah menduduki tempat raja Aztek dan menguasai masyarakat tanpa kesulitan, sebab
mereka telah biasa menerima semua perintah-perintah dari atasan tanpa pertanyaan. b. Sistim
demokrasi
Pemimpin berfungsi sebagai nomor 1 di antara yang sama. Kekuasaan selalu dapat ditarik
kembali oleh kelompok, jikalau kelompok berpendapat bahwa kekuasaan itu disalahgunakan.
4
Tetapi dapat juga kelompok mengganti pemimpin, walaupun dia berjasa dan tidak membuat
kesalahan melainkan karena kelompok mau memberi kesempatan memimpin kepada anggota
lain. Atau pemimpin yang sudah lama mempunyai kekuasaan supaya tidak menjadi terlalu
kuat.
Satu contoh yang menarik dari Inggris sesudah Perang Dunia ke-II (1945). Pemimpin
Churchill dalam pemilihan umum telah gagal, walaupun pada waktu perang seluruh rakyat
menaruh anggota kelompok kritis dan mampu memimpin diri sendiri, mereka akan memilih
seorang pemimpin yang demokratis atau memaksa seorang pemimpin yang otoriter untuk
merubah cara kepemimpinan nya. Sebuah kelompok "biarkan saja" menganut azas biarkan
saja, tidaklah hanya karena pemimpinnya membiarkan saja, melainkan juga karena mereka
sama sekali tidak mengharapkan, bahwa ia memimpin dan mengkoordinasi,
Pemimpin ini yakin, bahwa ia harus memerintah dan mengua sai seluruh anggota
kelompok (atau seluruh pegawai) dalam semua masalah. Dia berpendapat, bahwa tanpa
instruksi dan perintah- perintah langsung yang harus dilaksanakan, tidak akan ada efisiensi
kerja. Ia tidak memuji hasil dari anggotanya, karena ia takut, bahwa para bawahannya akan
menjadi sombong dan malas. ia beranggapan tidak penting, bahwa perintahnya dimengerti,
pertanyaan-pertanyaan jugs tidak berguna. Ia hanya mengharap pelaksanaan yang tepat. Cara
dari pemimpin ini tidak memberikan kepercayaannya kepada bawahannya. Ia beranggapan,
bahwa me- reka tidak mampu mengembangkan inisiatif.
Pemimpin masyarakat yang memakai sistem otoriter ini bia- sanya takut, bahwa
kekuasaannya akan hilang atau dikurangi oleh orang lain, yang barangkali lebih mampu, atau
dikurangi oleh masyarakat karena adanya perubahan. Untuk mencegah perubahan, dia akan
berusaha untuk mencegah perubahan dan dia akan beru- saha untuk memperkuat
kedudukannya. Seorang pemimpin otori ter, selalu akan berusaha menunjukkan kebesarannya
kepada pengikutnya. Jika ia merasa, bahwa pengaruh dan kedudukannya berkurang, maka ia
berusaha untuk mempererat kembali ikatan dengan anak buahnya dengan cara mengobarkan
kebencian anak buahnya kepada seorang musuh di luar.
Reaksi-reaksi dari kelompok: Orang tunduk kepada pemimpin otoriter, meskipun dalam
hatinya ia tidak merasa puas dan mempunyai kecenderungan untuk mogok, misalnya dengan
tidak mengambil bagian. Dalam perusaha- an-perusahaan tidak ada seorangpun yang
mengambil tanggung ja- wab dan tugas-tugas selain daripada yang diharuskan. Di antara para
5
pegawai juga terdapat perasaan kurang percaya. Jika seorang disa- lahkan, maka ia akan
mengalihkan kesalahan itu kepada seorang yang lain.
Di dalam masyarakat yang dipimpin menurut sistem otoriter ada suatu ketakutan. Mereka
sebagai bawahan takut kehilangan simpati dari atasan ("ayah-ayah di atas"). Oleh karena itu
"anak- anak" tidak berani bicara yang sebenarnya atau mengucapkan sesuatu yang tidak
menyenangkan telinga atasan. Dengan demiki- an, hanya laporan-laporan yang
bagus(sukses)-lah yang disampai- kan dari bawah ke atas.
Seorang pemimpin otoriter berhati baik akan kaget, belajar bahwa metode yang dia pakai
adalah otoriter. Berbeda dengan pemimpin otoriter yang keras, maka dia berminat untuk
mening- katkan kesejahteraan pegawainya atau bawahannya dan berusaha supaya mereka
merasa senang dalam kelompok atau dalam perusa- haannya. Ia juga sering memberi pujian-
pujian di samping kritik- kritik. Ia jarang bertindak keras dan menganggap telah membentuk
kelompok kekeluargaan yang bahagia. Dia mendorong orang-orang bawahan, agar mereka
mengemukakan masalah-masalah mereka. Ia juga memberi simpati kepada bawahan dengan
harapan bahwa ini dibalas dengan loyalitas yang penuh. Kesalahannya adalah, bahwa ia
memakai satu cara memimpin yang mengakibatkan, bahwa orang lain tidak dapat berdikari,
tidak menjadi dewasa atau mampu dalam pikiran dan perbuatannya. Ini berarti, bahwa
menurut jenis kepemimpinan ini, anggota-anggota kelompok (atau masyarakat atau pegawai-
pegawai) terlalu tergantung pada dia. Dia berkata: "Itulah jalan yang saya sukai".. "Saya
senang, bahwa engkau melakukan dengan jalan ini" atau "Ini bukan jalan yang telah
kuceritakan kepadamu".
Dengan demikian ia menguasai yang lain dengan membuat diri sendiri sebagai sumber
semua norma, sumber seluruh pengeta huan dan kebenaran. Dia tidak sungguh-sungguh mau
tahu atau belajar sesuatu dari orang lain, misalnya dari anggota-anggota kelompok lainnya.
Semua inisiatif, idee-idee, rencana-rencana datang dari dia sendiri saja. Cara berfikir sendiri
dari orang lain tidak dipujinya, melainkan dianggap kurang ramah dan menyingung
perasaannya. Reaksi-reaksi dari kelompok:
6
ada inisiatif. Jikalau ada ide baru, ini harus cepat dibenarkan oleh pemimpin. Anggota-
anggota (masyarakat, pegawai-pegawai) tidak mau diserahi tang- gung jawab. Jarang mereka
berpikir bagaimana cara bekerja mereka dapat diperbaiki, dapat menjadi lebih effisten. Para
anggota tun- duk kepada pimpinan dan tidak memperlihatkan suatu pemba- ngunan
kepribadian. Mereka tidak menjadi anggota dewasa dan pemimpin potensiil 1). Effisiensi
kerja cukup baik, asal ada pemimpin yang memberi petunjuk dan mendorong pekerjaan.
Ciri-ciri khususnya: Pemimpin yang demokratis sedapat mungkin berusaha mem- beri
kesempatan kepada kelompok untuk ikut serta dalam me- ngambil keputusan-keputusan dan
dalam membuat rencana-renca- na. Jikalau satu waktu dia harus mengambil keputusan sendiri
(misalnya dalam satu perusahaan), maka dia berusaha agar kelom- pok dapat betul-betul
mengerti dasar keputusan tadi. Dia berusaha untuk menimbulkan sebanyak mungkin
partisipasi, inisiatif dan rasa tanggung jawab dalam anggota kelompok (masyarakat). la
memberi kesempatan kepada para bawahan untuk belajar dari pengalamannya sendiri.
Dengan cara ini dan melalui pendidikan ia mau membangun manusia. Dia memberi
kesempatan kepada semua anggota supaya dapat menjadi aktif dan mendapat sukses sesuai
dengan kemampuan mereka masing-masing.
Kritik dan pujian selalu diarahkan pada pekerjaan dengan cara yang obyektif, tidak
menurut keinginan hatinya, mana yang ia senangi dan mana yang tidak ia senangi. Dia
membuat yang lain menjadi berani untuk mengajukan saran-saran guna perbaikan cara
bekerja kelompok.
Kelompok mengembangkan semangat yang relatif tinggi dalam pekerjaan. Mereka bekerja
lebih effisien dibandingkan dengan semua sistem kelompok dan cara memimpin lainnya.
Kerja sama (team-work) antara anggota kelompok (perusahaan, masyarakat) lebih lancar.
Kemampuan bertanggung jawab mereka makin lama makin bertambah. Mereka lebih sering
mendapat perasaan, bahwa mereka berhasil, sebab anggota-anggota kelompok lainnya lebih
bisa menilai kinerja mereka dengan objektif.
1) Pemimpin potensi orang yang bukan pemimpin, tetapi dapat menjadikan pemimpin,
sebab dia mampu memimpin, sering pula bersedia memberi pujian-pujian kepada
sesamanya. Setiap orang merasa, bahwa dia dihargai dan mempunyai hak-hak azasi
7
yang sama dengan yang lain. Keseimbangan antara kewajiban- kewajiban terhadap
kelompok dan kebebasan pribadi menimbul kan rasa tenang hubungan antar manusia
yang baik dan motivasi kerja.
Akibat bagi pemimpin, adalah bahwa dia tidak begitu banyak memperoleh kesulitan
dan lebih bebas untuk tugas merencanakan dan berpikir secara konstruktip.
Pemimpin yang "biarkan saja" adalah tidak mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri
akan kepemimpinannya atau terlalu sibuk dengan pekerjaan administrasi atau yang malas.
Akibatnya dia kurang berhubungan dengan anggota kelompok (pegawai, masyarakat).
Barangkali dia percaya, bahwa supaya dia dianggap "orang baik", maka dia tidak boleh
mengganggu anggota kelompok (pegawai, masyarakat). Dia memberi terlalu banyak.
kemungkinan bebas kepada mereka, walaupun kemampuan tang- gung jawab mereka belum
cukup dikembangkan. Dia tidak mem- peringatkan kepada tujuan kelompok. Dia tidak
mencoba mem- perbaiki prestasi dan effisiensi kerja. Dia tidak mampu mengambil keputusan
(dalam perusahaan) atau tidak mampu menolong ma- syarakat, untuk dapat mengambil suatu
keputusan.
a. Pemimpin solidaris Dia termasuk golongan sama dengan anggota-anggota kelom- pok.
Dia menjelmakan sikap-sikap dan keinginan-keinginan kelom- poknya dalam dirinya sendiri.
Contoh: seorang pemuda yang menjadi pemimpin orang-orang muda. Atau seorang ibu yang
8
menjadi pemimpin (ketua) kumpulan ibu-ibu. Atau seorang buruh yang menjadi pemimpin
suatu cabang perserikatan buruh-buruh. Atau seorang warga desa, yang menjadi lurah dalam
desanya. Seorang Jepang misalnya, tidak dapat menjadi pemimpin solidaris dari satu
kelompok pengusaha-pengusaha Tionghoa. Seorang bapak yang sudah tua tidak dapat
menjadi pemimpin solidaris dari organisasi muda-mudi. Sebab pemimpin solidaris diambil
dari golongan yang sama dengan anggotanya. Setiap kelompok yang sungguh-sungguh hidup,
mempunyai keinginan memilih salah se- orang di antara mereka untuk dijadikan pemimpin
(solidaris) kelompok. Ini merupakan hak azasi semua kelompok.. Pemimpin resmi
b. Dia tidak secara langsung solidaris dengan kelompok. Te- tapi sebagai unsur dari
atasan resmi, dia berhak dan berwajib membina kelompok (atau organisasi atau masyarakat).
Seorang dari pemerintah daerah adalah pemimpin resmi untuk masyarakat desa. Seorang pak
Lurah mempunyai peranan resmi dalam pengawasan organisasi-organisasi dan kelompok
yang ada di desa- nya. Seorang pengusaha atau kepala bagian dalam administrasi adalah
pemimpin resmi untuk pegawai-pegawai yang kerja di sana. Legitimasi untuk kepemimpinan
ini terletak dalam pemilihan umum yang menentukan pemerintah atau dalam perjanjian ker-
ja yang diakui secara bebas oleh seorang pegawai.
9
d. Kesimpulan
Baik pemimpin solidaris maupun pemimpin resmi dan pe- mimpin konsultan, dapat
melakukan peranannya menurut salah satu dari ke empat cara memimpin yang telah kita
uraikan:
a. otoriter keras
b. otoriter berhati baik – demokratis
c. biarkan saja
Kita sudah melihat, bahwa ada perbedaan besar antara ke- empat cara ini dan juga
perbedaan dalam hasil kerja kelompok. Oleh karena itu pentinglah untuk ketiga kedudukan
pemimpin ini, bahwa mereka menilai cara memimpin mereka sendiri untuk kemudian
menyesuaikan caranya dengan sistem kelompok dan cara memimpin yang demokratis. Di
samping ini, untuk seorang pemimpin solidaritas adalah mutlak, bahwa dia tidak pernah me
lepaskan diri dari kelompok di mana dia bertugas. Juga bahwa dia berfungsi sebagai suara
dari kelompok kepada instansi-instansi di luar kelompok.
Untuk seorang pemimpin resmi, adalah mutlak bahwa dia sebanyak mungkin memakai
metode diskusi, meyakinkan, walau- pun dia berhak dan kadang-kadang juga wajib
mengeluarkan perintah. Untuk dia juga penting, bahwa dia memelihara saluran informasi dua
jurusan. Ini berarti, bahwa di samping jurusan yang biasanya dari atas ke bawah, juga jurusan
dari bawah ke atas, dengan mendukung laporan-laporan realistis dari bawahan.
Untuk seorang pemimpin konsultan, adalah mutlak bahwa dia hanya berfungsi dalam
kesempatan dan bidang yang diinginkan oleh kelompok (masyarakat, organisasi), bahwa dia
tidak masuk kompetensi pemimpin lain, bahwa dia harus dapat menawarkan nasehat dan
pengetahuan yang berharga. Akhirnya yang paling penting, bahwa dia juga bersedia untuk
menarik diri kembali dan menyerahkan tanggung jawab penuh kepada kelompok sendiri. Dia
harus terus berusaha agar dia dalam waktu depan tidak diper- lukan lagi oleh kelompok atau
organisasi ini. Dia tidak boleh ber- kecenderungan memakai cara memimpin otoriter
bermaksud baik dan menganggap dirinya sebagai "ayah" yang lebih pandai.
10
a. Apakah seseorang menjadi pemimpin yang berhasil karena bakat dari lahir ataukah hal
ini harus dilatih? Pemimpin yang berhasil, tidak dikarenakan bakat dari lahir, tetapi juga tidak
dapat dilatih dalam kursus-kursus saja. Hubungan kerja sama dengan masyarakat dan
kelompok-kelompoklah yang dapat membuat dan melatih seseorang menjadi pemimpin yang
berhasil.
b. Apakah kita dapat menentukan sifat-sifat pribadi manakah yang menjamin orang
menjadi pemimpin yang berhasil? Banyak penyelidikan dengan kelompok-kelompok dan
pemimpin- pemimpin telah menghasilkan, bahwa tidak ada satu kepribadian tertentu yang
menjamin seseorang berhasil sebagai pemimpin di mana-mana. Begitu pula tidak ada satu
kepribadian tertentu yang menjamin seseorang bahwa dia tidak menjadi pemimpin yang
berhasil.
Pemimpin tidak boleh kelihatan dan dinilai (apakah cocok atau tidak) terlepas dari
kelompok yang akan dipimpin oleh dia. Kita ambil contoh misalnya seseorang yang
mempunyai sifat-sifat pribadi yang umumnya dianggap dapat menjamin kesuksesan dalam
kepemimpinan. Dia dinamis, cepat, tepat, berpendidikan baik, berbicara lancar dan jelas,
selalu menguasai diri sendiri, punya kepercayaan terhadap diri sendiri. Tetapi, sebab dia dari
golongan lain dari pada anggota-anggota kelompok yang dipimpin- nya, dia tidak dapat
mengerti cara hidup dan berfikir temannya sekelompok. Dia tidak dapat memenuhi
kebutuhan para anggota kelompok untuk mengembangkan pribadi masing-masing dan
kebutulian untuk merasa diterima pribadinya oleh orang lain.
Mungkin seseorang cocok sekali sebagai kepala keluarga, tetapi kurang baik sebagai
ketua RK (RW). Seorang pemimpin yang berhasil dengan pemuda dengan baik sekali, belum
pasti berhasil dengan orang dewasa. Seseorang yang berhasil sebagai pemimpin pramuka di
kota, belum pasti berhasil juga dengan pramuka di desa. Seorang lurah yang berhasil dalam
tugasnya, belum pasti adalah pemimpin yang baik untuk satu organisasi lah123 raga di cesa.
Jadi kepribadian yang mana yang paling berhasil sebagai pemimpin, tidak dapat
ditentukan secara umum untuk semua kelompok di mana-mana di dunia. Semua ini
tergantung pada kepribadian kelompok, tugas dan situasinya.
c. Dapatkah kita sebutkan beberapa sifat yang biasanya menolong seseorang agar menjadi
pemimpin yang berhasil dalam tugasnya ? Ya. Berikut ini kami tuliskan sifat-sifat yang
melancarkan fungsinya:
11
- Kemauan kuat dan konsekwen (tetap) dalam mencapai tujuan kelompok.
- Dia harus memiliki pengetahuan dan penilaian mengenai dirinya sendiri, termasuk
motivasinya. Kelemahan-kelemahan dan ke kuatan-kekuatan dalam kepribadiannya. Dia
harus mencoba mengerti effek dari kepribadian, perkataan, perbuatannya terhadap orang lain.
Dia harus menerima dirinya sendiri sebelum mengharapkan orang lain menerima
kepribadiannya. Walaupun harus diakui, bahwa untuk kaum muda kadang- kadang masih
sukar untuk menerima pribadinya sendiri. Jiwa yang kuat menguntungkan seseorang untuk
menjadikan ia pemimpin. Bersedia dan mampu memakai cara memimpin yang demokratis
Usul-usul dan sumbangan-sumbangannya harus matang, ini (lihat bagian no. 2) berarti
didahului oleh pemikiran yang mendalam.
- Terus belajar sepanjang masa. Dia harus sadar bahwa pengetahuannya selalu belum cukup.
- Memberi sebanyak mungkin kesempatan partisipasi dalam segala fungsi kepada anggota-
anggota kelompok. -Mau menerima penilaian, kritik dan usul-usul perbaikan mengenai
pekerjaannya. Dalam krisis, dia tetap dingin.
- Dalam situasi yang memerlukan keberanian, ia harus tetap berpegang teguh pada
kepribadiannya terhadap tugas dan anggo ta-anggota kelompok. Namun dia juga harus
bijaksana sesuai dengan situasi yang ada.
12
kepemimpinan. Jelas bahwa pembagian fungsi antar anggota tidak ditentukan secara resmi,
tetapi harus timbul sendiri dan menjadi kebiasaan. Setiap orang mempunyai kemampuan
sendiri-sendiri. Kemampuan ini harus dimanfaatkan. Ini berarti, bahwa satu kemampuan
pribadi dari seorang anggota dapat diberi kesempatan oleh pemimpin supaya kemampuan ini
dihayati sebagai fungsi tetap dalam kelompok.
13
- Anggota yang berusaha untuk menarik partisipasi (misalnya sumbangan diskusi) dari
anggota yang pasif. Anggota yang berusaha untuk membatasi pengaruh dan waktu
bicara dari anggota-anggota (termasuk pemimpin) yang kuat dalam kelompok.
- Anggota yang memberi komentar mengenai suasana dalam kelompok.
- Anggota yang memperhatikan masalah-masalah dan kebutuhan-kebutuhan pribadi
dari anggota lain.
Kita juga harus sadar, bahwa anggota-anggota satu kelompok kadang-kadang memegang
fungsi-fungsi yang negatif dan destruktif. c. Fungsi-fungsi yang destruktif yang mempunyai
hubungan dengan kelemahan dari kepribadian anggota.
Anggota yang agresif, yang menjelekkan anggota lain atau tujuan kelompok atau nilai-
nilai yang berlaku dalam kelompok. Atau ia mentertawakan orang lain dan sumbangan-
sumbangan diskusi mereka.
Anggota yang main "playboy" (hanya mau main-main saja), tidak bekerja dengan serius,
tidak mau terima tanggungjawab. Dia hanya mengkritik tanpa bersedia ikut sendiri dalam
perbaikan.
53/123 Anggota yang mencoba menguasai orang lain. Anggota yang selalu mencari
pertolongan simpati dari yang la secara ekstrim. (Barangkali untuk memenuhi kebunannya,
sebab dia mengalami kesulitan dalam kepribadiannya.)
14
bertindak lain daripada kebanyakan orang, dianggap jelek, sebab dia menimbulkan kesulitan-
kesulitan dan pertentangan- pertentangan. Setiap orang yang menolak mengakui tingkah laku
yang biasa atau umum, dicurigai dan dianggap musuh masyarakat. Semua orang lain
berusaha atau memaksa dia supaya dia secepat mungkin kembali ke "jalan yang benar"
(sebab jalan yang biasalah yang dianggap benar). Jikalau dalam musyawarah desa ada dua
pendapat yang bertentangan, maka biasanya hal ini dianggap sebagai bencana alam. Semua
kegiatan berhenti sampai kesepakatan tercapai lagi. Penilaian negatif terhadap perbedaan
pendapat, pertentangan dan orang yang tidak mau ikut cara bertindak dari kebanyakan orang,
berlaku di mana-mana secara luas.
Banyak ahli ilmu jiwa telah mendukung penilaian ini. Mereka menuntut dari pasien-
pasien, bahwa mereka harus menyesuaikan diri kepada kenyataan, norma-norma dan nilai-
nilai dalam ma- syarakat. Untuk seorang pasien penyakit jiwa, hal ini memang betul. Ini juga
betul pada banyak situasi-situasi lain, tetapi tidak pada semua situasi. Juga tidak betul,
apabila pendapat ini ditinjau dari semua segi.
Seorang anak harus menyesuaikan diri kepada dunia orang dewasa. Tetapi seorang
pemuda/pemudi tidak harus menyesuai kan diri kepada masyarakat secara 100%. Sebab
jikalau semua orang muda ikut kebiasaan orang tua secara 100%, maka tidak akan ada
pembaharuan di dunia, tidak ada kemajuan dan kita masih hidup dari buah-buahan liar dan
tinggal di gua-gua, betul, bahwa negara yang sedang berkembang harus menye suaikan diri
kepada negara yang sudah maju, tetapi ini bukan ber- arti, bahwa mereka harus ikut
mengulangi semua kesalahan- kesalahan mereka.
Kita melihat, bahwa suatu penyesuaian diri pada lingkungan sering baik sekali, tetapi
tidak selalu. Jikalau seorang sarjana muda pulang ke desanya untuk bekerja sebagai petani di
sana (jarang, tetapi mungkin terjadi), haruskah ia menyesuaikan diri kepada cara berfikir dan
praktek yang kuno? Jikalau dia tidak menyesuaikan dini kepada masyarakat setempat, maka
timbullah perbedaan. pendapai dan pertentangan-pertentangan. Tetapi pertentangan ini adalah
demi kemajuan. Kita semua ingin agar pertentangan terbatas dan tidak merugikan siapapun
juga. Kita berusaha agar orang tidak bingung dengan perubahan sosial dan pertentangan..
Kita harus mencoba sedapat mungkin, agar keamanan tidak dibahayakan.Tetapi sebuah
pertentangan dalam bentuk perbedaan pendapat yang kadang-kadang dapat secara mendalam,
adalah syarat untuk setiap kemajuan di dunia.
15
Apabila kita meninjau akan hidup orang-orang besar dalam sejarah, seperti penemu-
penemu ilmu baru, orang-orang yang mengadakan pembaharuan dan orang-orang yang
memperjuang kan perikemanusiaan, maka sebagian besar dari mereka kerap kali disalah
mengertikan, dimusuhi dan dicurigai. Mereka sebenarnya juga telah menyesuaikan diri, tetapi
tidak dengan masyarakat pada zaman mereka, melainkan dengan norma-norma, etika-etika
dan pengetahuan masyarakat pada zaman yang kemudian. Hanya melalui cara inilah mereka
dapat menolong menciptakan masyara kat di kemudian hari.
e. Pertentangan dapat positif dan negatif Kita tidak mengikuti prasangka, bahwa
pertentangan itu selalu negatif. Pertentangan berarti, bahwa hubungan antar manu- sla
menjadi luar biasa intensifnya. Kita menilai positif apabila itu berguna, kita menilai negatif
apabila itu merugikan. Sebuah pertentangan kita nilai sebagai hal yang berguna dan positif,
apabila itu:
- dilakukan demi suatu hal yang penting dan - - dilakukan secara sportif dan tanpa
kekerasan.
Sebuah pertentangan kita nilai sebagai hal yang merugikan dan negatif, apabila itu:
16
pertentangan-pertentangan diberi kesempatan dan suasana dibuat sedemikian rupa, sehingga
orang dapat ber diskusi dengan bebas, bahkan apabila perlu dengan penuh sema- ngat dan
gairah.
Tetapi harus diperhatikan: Tidak setiap masalah dan tidak setiap perbedaan pendapat atau
pertentangan dapat dipecahkan hanya dengan satu rapat saja. Kita tidak boleh mencoba
menyele saikan pertentangan-pertentangan dan konflik-konflik secara dang kal kelihatan dari
luar seolah-olah sudah selesai - sedangkan sebetulnya di belakang masih ada pertentangan
atau konflik. Seringkali tidak ada jalan lain daripada hidup bersama-sama pertentangan dan
konflik-konflik ini. Seringkali perkembangan di kemudian harilah yang baru dapat
menyelesaikannya.
Orang- orang yang matang pikirannya dan yang sportif, dapat hidup bersama dan bekerja
bersama dengan orang lain walaupun ada pertentangan. Kita harus mempunyai anggapan,
bahwa kita tidak memusuhi orang lain secara pribadi, melainkan hanya mempunyai
pandangan lain terhadap putusan-putusan, kegiatan, tingkah laku, etika, dan metode orang
lain. Kita harus belajar memperhatikan pendapat-pendapat yang berlawanan dengan
pendapat-pandapat kita. Kita harus belajar hidup bersama dan bekerja sama dengan orang-
orang yang mempunyai pendapat-pendapat yang berlawan- an. Dalam masyarakat desa,
dalam kelompok kerja dan di mana- mana kita harus melatih sikap ini.
Bila dalam sebuah masyarakat atau kelompok sama sekali tidak ada konflik dan
pertentangan, maka hal ini lebih bahaya dibandingkan dengan apabila ada konflik dan
pertentangan yang didiskusikan secara bebas. Sebuah masyarakat tanpa konflik berarti:
- Tidak ada perkembangan, tidak ada kemajuan, tidak ada pembangunan masyarakat;
- atau konflik-konflik ditekan ke bawah secara otoriter dan membahayakan.
Kita harus sadar, bahwa dalam satu masyarakat yang modern, tidak ada kesepakatan
dengan maksud persamaan adat, persamaan tingkah laku dan persamaan pendapat. Tetapi
dalam setiap masyarakat yang modern selalu terdapat bermacam-macam pen- dapat, norma
dan kebiasaan yang semuanya diakui atau ditoleransi. Toleransi pada setiap perbedaan
merupakan dasar daripada masya- rakat yang modern. Orang harus puas dengan persamaan
yang minimum.
17
Kesatuan negara Republik Indonesiapun mengenal toleransi pada perbedaan-perbedaan.
Kesatuan ini dijamin oleh nilai-nilai tertinggi yang ada pada Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945 dan oleh perasaan terikat kepada pemerintah, hal mana merupakan persamaan
minimum. Di samping ini ada banyak kemungkinan- kemungkinan pendapat-pendapat dan
tingkah laku yang berbeda.
g. Kesimpulan
Pokoknya, kita tidak takut akan pertentangan dan konflik. Ini tidak dapat dihilangkan dalam
satu kelompok atau masyarakat yang hidup, yang sedang merubah diri dan yang akan maju.
Kita mencari jalan untuk menyalurkan konflik-konflik ini supaya tidak merugikan
masyarakat. Kita mencoba memanfaatkan kon- flik untuk menambah pengetahuan kita,
memperdalam diskusi kita, memeriksa kembali rencana kita, memberanikan diri, sebagai
dinamika pembangunan.
18
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
19