Anda di halaman 1dari 3

Menurut (KBBI), toleransi berasal dari kata toleran, yang artinya batas

ukur yang masih diperbolehkan. Menurut istilahnya, toleransi ini diartikan


sebagai sikap menghargai pendirian seseorang, baik itu pendapat,
pandangan, kepercayaan, yang bertentangan dengan pendiriannya.

Nah kalo, menurut pengertian yang lebih luas, toleransi ini didefinisikan
sebagai perilaku seseorang di mana orang tersebut itu selalu berusaha untuk
menghormati serta menghargai setiap tindakan yang dilakukan oleh orang
lain.

Selanjutnya untuk toleransi politik, Gibson & Bingham mengartikannya


sebagai tidak adanya keinginan untuk mempertahan hak dan juga
kebebasannya untuk kepentingan 1 golongan saja, tetapi memperbolehkan
bagi khalayak untuk mendapatkan kebebasan berpolitik dan terbuka demi
terjalinnya pembedaan politik.

Jadi maksudnya toleransi politik itu, keinginan untuk mendapatkan hak-


hak dasar dan kebebasan bagi semua individu ataupun bagi semua
golongan.

Nah jadi, nilai dalam toleransi politik itu adalah mengahargai pendapat
orang lain, kebebasan berekspresi dan tidak mengahalangi orang lain dalam
menentukan pilihan politiknya. Hal ini selaras dengan pendefinisian dari
Bohman, yang mengatakan toleransi sebagai suatu hal yang dapat
memberikan hak individu, termasuk hak untuk mengekspresikan diri.
Toleransi juga sangat dibutuhkan dalam terjalinnya proses kemasyarakatan.
Dalam diskursus toleransi ada tiga aspek penting, yakni aspek personal
(individual), aspek sosial dan aspek politis.

Toleransi personal atau individual berarti bahwa setiap warga negara


wajib menghargai setiap orang yang menganut agama, konfensi, pandangan
hidup dan keyakinan politik tertentu. Toleransi ini bisa dipengaruhi oleh
kepribadian seseorang. Jadi ada korelasi antara indikasi psikologis dengan
sikap toleransi politik seseorang.
Yang kedua, toleransi sosial itu terungkap dalam situasi masyarakat
yang menciptakan ruang bebas bagi setiap orang untuk meyakini atau tidak
meyakini sesuatu dan mengembangkan diri dalam ideologi atau pandangan
hidup yang disukainya. Aspek-aspek sosial dapat memengaruhi toleransi ini,
contohnya usia dapat mengukur sikap toleransi politik seseorang. Orang
yang usianya lebih muda menunjukkan toleransi politik yang lebih tinggi dari
pada orang tua.
Dalam toleransi politik, toleransi dipandang sebagai prinsip hukum dan
prinsip hidup bernegara. Secara politis toleransi dirumuskan dalam konstitusi
negara-negara dan kebebasan dijadikan sebagai hak asasi manusia. Pada
toleransi ini, aspek politis memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
toleransi politik seseorang atau masyarakat. Contohnya, ideologi yang
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan toleransi politik.

A. Toleransi dan Demokrasi

Toleransi menjadi sangat penting dalam berpolitik. Mulyana bependapat bahwa adanya
toleransi politik sangat dibutuhkan antara pihak legislatif dan eksekutif. Toleransi tersebut
diperlukan untuk menghindari pertentangan-pertentangan ataupun benturan-benturan kepentingan
yang semakin tajam di antara kedua pihak. Dalam hal ini,berarti bahwa dalam menjalankan
aktivitas politik sangat berkaitan erat dengan toleransi politik, dengan adanya toleransi politik akan
menghindari perselisian dari masing-masing kelompok yang tergabung pada badan eksekutif
maupun legislatif negara.
Gaffar menyebutkan lima indikator bagi sistem pemerintahan yang demokratis, yaitu:
Akuntabilitas, rotasi kekuasaan, rekrutmen politik yang terbuka, pemilihan umum, dan menikmati
hak-hak dasar.
Poin ke lima, yakni menikmati hak-hak dasar adalah bagian dari toleransi politik yang
termasuk dalam salah satu indikator sistem pemerintahan demokratis yang telah dipaparkan Gafar
dapat diartikan juga sebagai toleransi, sebab Raphael Cogen dan Almagor, menyebutkan bahwa
kebebasan berekspresi merupakan salah satu bagian dari toleransi politik, dan menikmati hak – hak
dasar merupakan kebebasan berekspresi bagi tiap individu.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ebrahim Fakir, dalam seminar afesis-corplan yang kedua,
menyatakan bahwa setiap warga negara termasuk pemimpin politik, harus mempunyai rasa
tanggung jawab akan berlangsungnya toleransi politik baik dalam perkataan dan juga perbuatan.
Seraya menolak pada suatu hal yaitu “kekuatan adalah kebenaran” (might make right), toleransi
politik adalah kunci dari demokrasi. Toleransi membantu stabilitas masyarakat, yang pada
gilirannya memperkuat demokrasi. Sebaliknya intoleransi membuat demokrasi sulit bertahan.
Sebuah demokrasi yang berjalan dengan baik mensyaratkan budaya tertentu, yaitu
penerimaan warga negara dan para elite politik atas prinsip-prinsip yang mendasari kebebasan
berbicara, berserikat, beragama, dan lain-lain. Kebebasan ini akan bisa terjamin jika warga negara
toleran terhadap kepercayaan yang berbeda-beda yang dianut warga negara lain dan kepentingan
yang hendak diraih oleh warga negara lainnya. Dalam demokrasi, setiap warga secara normatif
harus memiliki kesempatan yang sama untuk meraih tujuan masing-masing sesuai dengan latar
belakang sosial, budaya, dan kepentingan ekonomi-politiknya. Perbedaan-perbedaan tersebut akan
menjadi problematis jika tidak ada toleransi.
Demokrasi dibangun di atas kenyataan konflik kepentingan di antara warga negara.
Aransemen demokrasi memeratai konflik tersebut secara damai, tanpa harus menghilangkan
perbedaan yang menjadi sumber konflik tersebut. Aransemen ini mengisyaratkan bahwa para
partisipan bersikap toleran terhadap perbedaan dan setuju untuk tidak setuju. Warga negara boleh
membenci satu sama lain selama sikap itu tidak menghalangi hak orang lain.
Toleransi tidak identik dengan demokrasi, tetapi toleransi dipercaya sebagai faktor penting
untuk membuat demokrasi bekerja. Stabilitas demokrasi merupakan fenomena yang kompleks, dan
budaya politik merupakan salah satu unsur penting yang menentukan stabilitas tersebut. Unsur
esensial dari budaya politik yang dibutuhkan bagi stabilitas demokrasi adalah toleransi politik

Anda mungkin juga menyukai