Anda di halaman 1dari 2

Democracy, Representation and the Public Interest

Sejak awal kemunculan pemikiran politik, banyak perdebatan yang membahas tentang siapa
sosok yang harus memerintah suatu negara. Memasuki awal abad ke-20, pertanyaan tersebut memiliki
jawaban yang hampir selalu sama yaitu rakyat yang harus menjalankan pemerintahan. Muncul gagasan
mengenai demokrasi sebagai satu-satunya gagasan politik yang diterima dan bahkan diperlakukan dengan
hormat oleh masyarakat. Politisi di mana pun baik yang mengikuti aliran liberal, konservatif, sosialis,
komunis, atau bahkan fasis saling berlomba-lomba untuk menunjukkan betapa demokratisnya mereka dan
seberapa besar mereka percaya pada cita-cita demokrasi. Popularitas demokrasi tersebut pada akhirnya
memunculkan berbagai jenis demokrasi yang tumbuh pada waktu yang berbeda dalam sejarah dan di
berbagai belahan dunia. Misalnya kini dikenal istilah demokrasi langsung, demokrasi tidak langsung,
demokrasi politik, demokrasi sosial, demokrasi pluralis, dan demokrasi totaliter. Semua gagasan tentang
demokrasi didasarkan, setidaknya sebagian, pada gagasan bahwa pemerintah dapat dan memang
bertindak demi kepentingan umum, atau kepentingan masyarakat secara keseluruhan.

Dari beragamnya jenis demokrasi tersebut, perlu diketahui terlebih dahulu bahwa terdapat
perbedaan tujuan dari demokrasi langsung dengan demokrasi perwakilan. Dalam demokrasi langsung,
rakyat secara harfiah dapat mengatur diri mereka sendiri dimana pemerintahan berasal dari rakyat. Lalu
pada demokrasi perwakilan yang lebih modern, politisi professional memiliki wewenang untuk
memerintah atas nama rakyat yang berarti pemerintahan untuk rakyat. Kemudian dikenal juga demokrasi
liberal sebagai jenis demokrasi yang dianggap paling berhasil karena diadasarkan pada dua gagasan
pemerintahan terbatas dan persetujuan rakyat yang terwujud melalui adanya pemilihan umum. Demokrasi
liberal dianggap stabil karena pemerintah dapat menjamin kebebasan individu dalam memberikan hak
suaranya dalam pemilu. Melalui demokrasi maka pemilih memberikan mandat kepada perwakilan untuk
menepati janji yang mereka buat selama pemilihan sehingga perwakilan harus terlihat seperti atau berasal
dari kelompok yang ingin mereka wakili.

Freedom, Toleration and Liberation

Gagasan kebebasan (freedom) umumnya digunakan oleh para politisi untuk merujuk pada tingkat
penghormatan yang mendekati ketaatan beragama. Pada tingkat paling dasar, kebebasan berarti tidak ada
batasan atau aturan. Kebebasan terbagi menjadi dua yaitu kebebasan negatif dan positif. Kebebasan
negatif berarti tidak menghalangi atau tidak memiliki batasan di luar yang berarti tidak ada hukum atau
batasan fisik lain yang membatasi. Lalu kebebasan positif diartikan sebagai penguasaan diri, pertumbuhan
pribadi, atau semacam kebebasan moral atau "batin". Kebebasan juga sering dikaitkan dengan sejumlah
kata lain seperti toleransi dan pembebasan yang terkadang dapat menimbulkan bias definisi. Apabila
ditinjau maka istilah toleransi memiliki makna yang berbeda dengan kebebasan, tetapi toleransi dapat
dianggap sebagai ciri-ciri dari kebebasan. Toleransi didefinisikan sebagai kesediaan untuk menerima
tindakan atau gagasan yang mungkin tidak kita setujui. Melalui toleransi maka dapat memberi orang lebih
banyak kebebasan untuk melakukan apa yang mereka inginkan atau pilih. Dengan ini dapat disimpulkan
bahwa toleransi merupakan bagian penting dari keharmonisan dan stabilitas sosial karena dapat menjamin
manusia untuk hidup bersama tanpa melewati hak dan kebebasan masing-masing.

Kemudian juga dikenal istilah pembebasan (liberation) yang berkembang pesat pada abad ke-20
sebagai cara baru untuk mengungkapkan mengenai kebebasan. Melalui istilah pembebasan maka topik
yang dibahas yaitu terkait pembebasan nasional, pembebasan perempuan, pembebasan seksual, dan
sebagainya. Diksi "pembebasan" tampak menjanjikan pemenuhan kebebasan yang lebih lengkap dan
menjangkau batin dibandingkan kata-kata seperti "kebebasan" dan "emansipasi". Pembebasan dianggap
sebagai gagasan kebebasan yang sifatnya radikal dan dakhir dari sistem penindasan yang mencakup
segalanya yang memberi orang kesempatan untuk bahagia sepenuhnya. Pada abad ke-20, gerakan
pembebasan berjuang melawan pemerintahan kolonial, penindasan seksual dan rasial, dan apa yang
mereka anggap sebagai manipulasi luas dalam masyarakat industri maju.

Equality, Social Justice and Welfare

Aspek terpenting lain dari pemikiran politik modern adalah gagasan kesetaraan dimana semua
orang memiliki nilai moral yang sama. Komitmen terhadap kesetaraan dapat diketahui melalui dua hal
yang berbeda yaitu kesetaraan formal, kesetaraan sosial dan kesetaraan sosial. Kesetaraan formal atau
juga disebut dengan kesetaraan dasar menunjukkan bahwa semua orang memiliki nilai moral yang sama
melalui kesetaraan hukum dan politik. Lalu kesetaraan sosial menunjukkan bahwa setiap orang memiliki
awal yang sama dalam hidup sehingga kesetaraan ini didasarkan pada kemampuan individu seperti bakat
dan kemauan untuk bekerja. Kesetaraan sosial mencoba memastikan bahwa setiap orang memiliki
keadaan hidup yang sama atau setidaknya serupa. Beberapa orang berpikir bahwa cara terbaik untuk
mencapai tujuan ini adalah agar setiap orang mandiri dan bekerja keras, atau menerapkan sistem amal
pribadi. Dengan adanya kesetaraan maka akan memunculkan kesejahteraan yang tentunya akan
meningkatkan efisiensi nasional, membantu orang bergaul satu sama lain, membantu orang mencapai
potensi penuh mereka, dan cenderung meminimalisir kesenjangan sosial.

Anda mungkin juga menyukai