Liberal
Srikandi Rahayu
Add Comment
Demokrasi, pemerintah, Politik, seputar politik, Sistem
Pengertian Sistem Pemerintahan Demokrasi Liberal. Semasa perang dingin istilah
Demokrasi Liberal sangat bertolak belakang dengan Komunisme. Demokrasi Liberal lebih
menekankan pada pengakuan terhadap hak-hak warga negara, baik sebagai individu maupun
masyarakat. Dan karenanya lebih bertujuan menjaga tingkat representasi warga negara dan
melindunginya dari tindakan kelompok atau negara lain.
Amerika adalah salah satu negara yang menganut sistem demokrasi liberal dengan konstitusi
yang dipakai berupa republik. Amerika serikat sering dijadikan acuan keberhasilan demokrasi
liberal oleh Negara-negara barat maupun Negara dunia ketiga seperti Indonesia salah
satunya.Demokrasi liberal cukup berhasil di amerika serikat dimana kebebasan individu
mendapat tempat yang tinggi di Negara tersebut.Negara tidak berhak mengatur dan membatasi
kebebasan
individu
yang
telah
dilindungi
oleh
konstitusi.
Baca Juga Seputar Pengertian Demokrasi
Dalam system kepartaian Amerika menganut dwi partai atau hanya ada dua partai di Negara
tersebut yaitu partai republic dan democrat. Hal ini memberikan rakyatnya kebebasan memilih
pemimpin sesuai kepentingan politiknya baik yang berhaluan konservatif maupun yang liberal.
Berikut adalah beberapa pengertian tentang sistem pemerintahan Demokrasi liberal.
Demokrasi liberal (atau demokrasi konstitusional) adalah sistem politik yang melindungi secara
konstitusional hak hak individu dari kekuasaan pemerintah Dalam demokrasi liberal,
keputusan keputusan mayoritas (dari proses perwakilan atau langsung) diberlakukan pada
sebagian besar bidang bidang kebijakan pemerintah yang tunduk pada pembatasanpembatasan
agar keputusan pemerintah tidak melanggar kemerdekaan dan hak hak individu seperti
tercantum
dalam
konstitusi
Baca Juga Seputar Pengertian Kabinet Pemerintahan
Demokrasi liberal pertama kali dikemukakan pada Abad Pencerahan oleh penggagas teori
kontrak sosial seperti Thomas Hobbes, John Locke, dan Jean Jackques Rousseau. Semasa Perang
Dingin, istilah demokrasi liberal bertolak belakang dengan komunisme ala Republik Rakyat.
Pada zaman sekaran demokrasi konstitusional umumnya dibandingbandingkan dengan
demokrasi langsung atau demokrasi partisipasi.
Demokrasi liberal dipakai untuk menjelaskan sistem politik dan demokrasi barat di Amerika
Serikat, Britania Raya, Kanada. Konstitusi yang dipakai dapat berupa republik (Amerika, India,
Perancis) atau monarki konstitusional (Britania Raya dan Spanyol). Demokrasi liberal dipakai
oleh negara yang menganut sistem presiedensial (AS), sistem parlementer (sistem westminster :
Britania Raya dan Negara negara persemakmurannya) atau sistem semi presidensial (Perancis).
Baca Juga Seputar Pengertian Sistem Pemerintahan Parlementer
Demokrsi liberal adalah suatu demokrasi yang menempatkan kedudukan badan legislatif lebih
tinggi daripada badan eksekutif. Kepala pemerintahan dipimpin oleh seorang Perdana Menteri.
Perdana Menteri dan menteri menteri dalam kabinet diangkat dan diberhentikan oleh parlemen.
Dalam demokrasi parlementer Presiden menjabat sebagai kepala negara. Demokrasi liberal
sering
disebut
sebagai
demokrasi
parlementer.
Baca Juga :
1. Pengertian Sistem Pemerintahan Semi Presidensial
2. Pengertian Sistem Pemerintahan Presidensial
Di Indonesia, demokrasi ini dilaksanakan setelah keluarnya maklumat pemerintah No. 14 Nov.
1945. Menteri bertanggung jawab kepada parlemen. Demokrasi liberal lebih menekankan pada
pengakuan terhadap hak hak warga negara, baik sebagai individu ataupun masyarakat.
Ciri-ciri Demokrasi Liberal :
1. Kontrol terhadap negara, alokasi sumber daya alam dan manusia dapat terkontrol
2. Kekuasaan eksekutif dibatasi secara konstitusional
3. Kekuasaan eksekutif dibatasi oleh peraturan perundangan
4. Kelompok minoritas (agama,etnis) boleh berjuang untuk memperjuangkan dirinya
Sumber
www.academia.edu
Artikel Pada Blog ini kami kutip dari berbagai sumber. Semoga Artikel Tentang Pengertian
Sistem Pemerintahan Demokrasi Liberal Dapat Bermanfaat Dan Apabila artikel ini berguna
untuk anda silahkan copy paste dengan menyertakan Sumbernya. Kami Mohon maaf yang
sebesar-besarnya jika ada Kesalahan Dan Kekurangan Pada penulisan Artikel ini. Terima kasih
atas perhatiannya.
Pengertian Pakar
Pengertian Demokrasi Liberal adalah suatu sistem politik yang menganut sistem kebebasan
individu. Demokrasi liberal ini memberikan kebebasan penuh kepada individu. Dalam demokrasi
liberal, keputusan dari mayoritas (dari perwakilan atau langsung) diberlakukan untuk sebagian
besar bidang-bidang kebijakan pemerintah yang patuh pada pembatasan pembatasan supaya
keputusan pemerintah tidak melanggar kemerdekaan dan hak dari individu seperti yang
tercantum dalam konstitusi. Demokrasi liberal ini dipakai dalam menjelaskan sistem politik dan
demokrasi barat di Amerika Serikat, Kanada, Britania Raya. Konstitusi yang dipergunakan dapat
berupa republik, sistem parlementer atau sistem semipresidensial.
Sistem Demokrasi liberal yaitu sistem lembaga dalam pemerintahan (presiden ditambah dengan
DPR) yang mengutamakan kebebasan berpendapat atau berargumen dalam menentukan
kebijakan publik untuk kepentingan publik tanpa memandang nilai nilai atau norma norma
budaya atau moral dan agama atau secara modern.
Demokrasi liberal atau demokrasi barat dianggap sebagai antitesis demokrasi komunis. Asumsi
itu ada benarnya paling tidak dari sisi berikut :
1. Secara teoritis kedua bentuk demokrasi ini memiliki asumsi, pola-pola kekauasaan, teori,
pandangan hidup dan bentuk bentuk lembaga sosial politik yang tidak hanya berbeda namun
bertentangan satu sama lain.
2. Terjadinya pertikaian, rivalitas dan kompetisi terus-menerus antara kedua sistem kenegaraan
tersebut terutama saat Perang Dunia 1 hingga terjadinya disintegrasi Uni Soviet pada dekade
1980. Pertikaian itu terjadi misalnya antara Amerika Serikat dan negara negara Eropa Barat yang
menganggap diri mereka sebagai pembela gigih demokrasi liberal dengan Uni Soviet serta
negara negara Eropa Timur yang mengklaim diri mereka sebagai pembela demokrasi komunis.
Demokrasi liberal atau demokrasi barat memiiki akar akar doktrinal dalam Liberalisme John
Locke, Rousseau, John Stuarl Mill, Montesquieu, Jeremy Bentham dan lain lain. Oleh karena itu,
untuk memahami pengertian demokrasi liberal diperlukan pemahaman terhadap liberalisme,
prinsip prinsip serta kehidupan politik. Kriteria itu merupakan kriteria atau prinsip prinsip pokok
demokrasi liberal.
Demokrasi liberal terkait erat dengan perkembangan kapitalisme. Demokrasi liberal menurut
Macpherson hanya akan tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat yang tingkat
perkembangan kapitalismenya relatif sangat tinggi. Dengan kata lain perkembangan demokrasi
liberal paralel dengan perkembangan kapitalisme. Hanya dalam masyarakat kapitalisah
demokrasi liberal bisa diwujudkan dalam makna yang sesungguhnya. Macpherson mengatakan :
Demokrasi liberal hanya ditemui pada negara negara yang sistem ekonominya seluruhnya atau
didominasi oleh usaha kapitalis, dan dengan beberapa pengecualian yang biasanya bersifat
sementara, setiap negara kapitalis memiliki sistem politik demokrasi liberal
Demokrasi liberal menurut Macpherson didasarkan pada liberalisme. Jadi, suatu negara yang
mengklaim sebagai negara demokrasi liberal harus bersifat liberal pada mulanya, baru kemudian
demokratis. Karena menurut Macpherson, negara negara demokrasi liberal barat telah
mengalami proses liberalisasi dulu baru kemudian mengalami demokratisasi. Nilai nilai
liberalisme telah dianut lebih dulu sebelum nilai nilai demokrasi dianut masyarakat.
Demokrasi liberal pertama kali dikemukakan oleh penggagas teori kontrak sosial
seperti Thomas Hobbes, John Locke, dan Jean-Jacques Rousseau pada Abad
Pencerahan.
formasinya di mana tokoh tokoh terkenal duduk di dalamnya, seperti Sri Sultan
Hamengkubuwono IX,Mr.Asaat,Ir.Djuanda, dan Prof Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo.
1.
2.
3.
4.
5.
5. Di bidang hukum, menyiapkan undang undang tentang pengakuan serikat buruh, perjanjian
kerja sama,penetapan upah minimum,dan penyelesaian pertikaian buruh.
Terjadi perubahan skala prioritas dalam pelaksanaan programnya, seperti awalnya
program menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman selanjutnya diprioritaskan untuk
menjamin keamanan dan ketentraman. Kendala/Masalah yang dihadapi oleh kabinet ini yaitu
adanya Pertukaran Nota Keuangan antara Mentri Luar Negeri Indonesia Soebardjo dengan Duta
Besar Amerika Serikat Merle Cochran. Mengenai pemberian bantuan ekonomi dan militer dari
pemerintah Amerika kepada Indonesia berdasarkan ikatan Mutual Security Act (MSA). Dimana
dalam MSA terdapat pembatasan kebebasan politik luar negeri RI karena RI diwajibkan
memperhatiakan kepentingan Amerika. Tindakan Sukiman tersebut dipandang telah melanggar
politik luar negara Indonesia yang bebas aktif karena lebih condong ke blok barat bahkan dinilai
telah memasukkan Indonesia ke dalam blok barat. Adanya krisis moral yaitu korupsi yang terjadi
pada setiap lembaga pemerintahan dan kegemaran akan barang-barang mewah. Hubungan
Sukiman dengan militer kurang baik karena kurang tegasnya tindakan pemerintah menghadapi
pemberontakan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan. DPR akhirnya menggugat
Sukiman dan terpaksa Sukiman harus mengembalikan mandatnya kepada presiden karena
adanya pertentangan dari Masyumi dan PNI.
c.
1.
keamanan.
Program luar negeri : Penyelesaian masalah hubungan Indonesia-Belanda,Pengembalian Irian
Barat ke pangkuan Indonesia, serta menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif.
Banyak sekali kendala yang muncul antara lain sebagai berikut; adanya kondisi krisis
ekonomi, terjadi defisit kas negara, munculnya gerakan sparatisme dan sikap provinsialisme
yang mengancam keutuhan bangsa, terjadi peristiwa 17 Oktober 1952 yang menempatkan TNI
sebagai alat sipil, munculnya masalah intern dalam TNI sendiri. Konflik semakin diperparah
dengan adanya surat yang menjelekkan kebijakan Kolonel Gatot Subroto dalam memulihkan
keamanana di Sulawesi Selatan.Munculnya peristiwa Tanjung Morawa mengenai persoalan
tanah perkebunan di Sumatera Timur (Deli), peristiwa Tanjung Morawa merupakan peristiwa
bentrokan antara aparat kepolisian dengan para petani liar mengenai persoalan tanah perkebunan
di Sumatera Timur (Deli).Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya dari
Serikat Tani Indonesia terhadap kabinet Wilopo. Sehingga Wilopo harus mengembalikan
mandatnya pada presiden pada tanggal 2 Juni 1953.
d.
Persiapan Pemilihan Umum untuk memilih anggota parlemen yang akan diselenggarakan pada
29 September 1955, menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 dan memiliki
pengaruh dan arti penting dagi solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa bangsa Asia
Afrika dan juga membawa akibat yang lain, seperti :
a. Berkurangnya ketegangan dunia.
b. Australia dan Amerika mulai berusaha menghapuskan politik rasdiskriminasi di negaranya.
c. Belanda mulai repot menghadapi blok afro- asia di PBB, karena belanda masih bertahan di
Irian Barat.
Kendala/
Masalah
yang
dihadapi
oleh
kabinet
ini
sebagai
berikut.
Menghadapi masalah keamanan di daerah yang belum juga dapat terselesaikan, seperti DI/TII di
Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh.Terjadi peristiwa 27 Juni 1955 suatu peristiwa yang
menunjukkan adanya kemelut dalam tubuh TNI-AD. Keadaan ekonomi yang semakin
memburuk,
maraknya
korupsi,
dan
inflasi
yang
menunjukkan
gejala
berasal
dari
Masyumi.,
sedangkan
PNI
membentuk
oposisi.
banyaknya
mutasi
dalam
lingkungan
pemerintahan
dianggap
menimbulkan
ketidaktenangan. Dengan berakhirnya pemilu maka tugas kabinet Burhanuddin dianggap selesai.
Pemilu tidak menghasilkan dukungan yang cukup terhadap kabinet sehingga kabinetpun jatuh.
Akan dibentuk kabinet baru yang harus bertanggungjawab pada parlemen yang baru pula.
f.
baru pada tanggal 20 Maret 1956. Kabinet ini merupakan hasil koalisi 3 partai yaitu PNI,
Masyumi, dan NU.
Program pokok dari Kabinet Ali Sastroamijoyo II adalah Program kabinet ini disebut
Rencana Pembangunan Lima Tahun yang memuat program jangka panjang, sebagai berikut.
1.
2.
DPRD.
3.
Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.
4.
Menyehatkan perimbangan keuangan negara.
5. Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan
kepentingan rakyat.
Selain itu program pokoknya adalah,
Pembatalan KMB
Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun, menjalankan politik luar negeri
bebas aktif
Melaksanakan keputusan KAA.
Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet Ali Sastroamijoyo II adalah kabinet
ini mendapat dukungan penuh dari presiden dan dianggap sebagai titik tolak dari periode
planning and investment, hasilnya adalah Pembatalan seluruh perjanjian KMB. Kendala/
Masalah yang dihadapi oleh kabinet ini sebagai berikut. Berkobarnya semangat anti Cina di
masyarakat. Muncul pergolakan / kekacauan di daerah yang semakin menguat dan mengarah
pada gerakan sparatisme dengan pembentukan dewan militer Memuncaknya krisis di berbagai
daerah karena pemerintah pusat dianggap mengabaikan pembangunan di daerahnya. Pembatalan
KMB oleh presiden menimbulkan masalah baru khususnya mengenai nasib modal pengusaha
Belanda di Indonesia. Timbulnya perpecahan antara Masyumi dan PNI. Mundurnya sejumlah
menteri dari Masyumi membuat kabinet hasil Pemilu I ini jatuh dan menyerahkan mandatnya
pada presiden.
G. KABINET DJUANDA ( 9 April 1957- 5 Juli 1959)
Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar yang ahli
dalam bidangnya. Dipimpin oleh Ir.Juanda. Program pokok dari Kabinet Djuanda adalah
Programnya disebut Panca Karya yaitu:
atau
prestasi
yang
berhasil
dicapai
oleh
Kabinet
Djuanda
yaitu.
Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi Djuanda, Mengadakan
Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan di berbagai daerah. Kendala/
Masalah
yang
dihadapi
oleh
kabinet
ini
sebagai
berikut.
Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, bangsa Indonesia
menanggung beban ekonomi dan keuangan seperti yang telah ditetapkan dalam KMB. Beban
tersebut berupa hutang luar negeri sebesar 1,5 Triliun rupiah dan utang dalam negeri sejumlah
perekonomian Indonesia.
Politik keuangan Pemerintah Indonesia tidak di buat di Indonesia melainkan dirancang oleh
Belanda.
Pemerintah Belanda tidak mewarisi nilai-nilai yang cukup untuk mengubah sistem ekonomi
konstituante).
Pembatalan seluruh perjanjian KMB. KMB
Indonesia dapat mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi Djuanda
Pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia.
Masa ini bisa dikatakan sebagai masa paling demokratis selama republik ini berdiri.
Kegagalan dari pelaksanaan Demokrasi Liberal yaitu;
Instabilitas Negara karena terlalu sering terjadi pergantian kabinet. Hal ini menjadikan
pemerintah tidak berjalan secara efisien sehingga perekonomian Indonesia sering jatuh dan
terinflasi.
Timbul berbagai masalah keamanan
Sering terjadi konflik dengan pihak militer seperti pada peristwa 17 Oktober 1952.
Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah akibat lemahnya sistem pemerintahan.
Sering terjadi konflik antar partai politik dalam pemerintahan untuk mendapatkan kekuasaan.
Praktik korupsi meluas.
Kesejahteraan rakyat terbengkalai karena pemerintah hanya terfokus pada pengembangan bidang
tidak akan menghadiri siding konstituante lagi. Sampai tahun 1959 Konstituante tidak pernah
berhasil merumuskan UUD baru. Keadaan itu semakin mengguncang situasi politik Indonesia
saat
itu.
Dalam situasi dan kondisi seperti itu, beberapa partai politik mengajukan usul kepada Presiden
Soekarno agar mendekritkan berlakunya kembali UUD 1945 dan pembubaran Konstituante.
Oleh karena itu pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit yang berisi
sebagai berikut;
Pembubaran Konstituante.
Berlakunya kembali UUD 1945.
Tidak berlakunya UUDS 1950.
Pembentukan MPRS dan DPAS.
Setelah keluarnya dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan tidak diberlakukannya lagi UUDS 1950, maka
secara otomatis sistem pemerintahan Demokrasi Liberal tidak berlaku lagi di Indonesia.
Daftar Pustaka
Nasution, Adnan Buyung. (2001). Aspirasi Pemerintahan Konstitusional di Indonesia: Studi Sosio-Legal
atas Konstituante 1956-1959 (second ed.). Jakarta; Grafiti.
Crouch, Herbert, (2001). Militer & Politik di Indonesia, Jakarta: Sinar Harapan.
Karim, Rusli. (1993). Perjalanan Partai Politik Di Indonesia: Sebuah Potret Pasang-Surut, Jakarta:
Rajawali Pers.
Marwati Djoened Poesponegoro dkk (1993). Sejarah Nasional Indonesia jilid VI, Jakarta: DepdikbudBalai Pustaka.
http://209.85.175.104/search?
q=cache:S3YhgBx1fgJ:avaproletar.blogspot.com/2007/12/indonesiautopiademokrasi.html+siste
m+pemerintahan+setelah+proklamasi&hl=id&ct=clnk&cd=2&gl=id&xclient=firefox-a (13
November 2011)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak munculnya konsep demokrasi yang bermula pada zaman Yunani kuno,
konsep demokrasi tidak pernah ada habisnya dibahas. Perkembangan konsepkonsep demokrasi terus tumbuh dan menggelinding demikian pula teori-teori
demokrasi,
baik
klasik
maupun
kontemporer,
terus
menjadi
kajian
dan
Demokrasi
Rakyat,
Demokrasi
Soviet,
Demokrasi
Nasional,
dan
sebagainya. Semua konsep ini memakai istilah demokrasi yang menurut kata
berarti rakyat berkuasa atau government by the people (kata Yunani demos berarti
rakyat,
kratos/kratein
berarti
kekuasaan/berkuasa)2[2].
Dalam
kepustakaan,
demokrasi memiliki dua makna: formal, yakni bersifat sempit dan substansial, yakni
bersifat luas. Dalam banyak hal, dua makna tersebut digabung. Dalam makna
formal, demokrasi dapat didefenisikan sebagai suatu system politk yang memiliki
banyak partai, yang satu sama lain saling berkompetensi dengan prosedur yang
bebas dan jauh dari manipulasi suara, serta memiliki system mekanisme pemilihan
yang menjamin kebebasan dan terlaksananya hak-hak asasi manusia, guna
menentukan pimpinan negara. Artinya, demokrasi formal menekankan bagaimana
proses demokrasi tersebut berjalan. Sebaliknya, makna substansia menekankan
pada keputusan apa yang telah diambil. Artinya, apa yang dilakukan oleh kelompok
mayoritas yang telah memenangkan suara rakyat3[3].
Di dunia Barat, demokrasi berkembang didalam suatu system masyarakat yang
liberal (bebas/merdeke). Oleh karena itu, lahirlah suatu bentuk demokrasi yang
1
2
3
liberal
tidak
bisa
dilepaskan
oleh
konsep
liberalisme,
yakni
system
multi
partai
yang
dianut,
maka
partai-partai
inilah
yang
4
5
B.
1.
2.
3.
Rumusan Masalah
Pengertian demokrasi liberal (Parlementer)?
Sejarah singkat masuknya pemikiran liberal serta perkembangannya di Indonesia?
Optimalisasi eksekutif, legislative, dan yudikatif pada era tersebut 6[6]?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
6
7
silih
berganti
memegang
kekuasaan
dalam
memimpin
kabinet.
Pendeknya usia kabinet menyebabkan programnya tidak bisa berjalan dengan baik
dan ini akan menimbulkan ketidakstabilan dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan
keamanan.
2.
Prinsip sekular dapat ditelusuri pula dari rekomendasi Snouck Hurgronje kepada
pemerintah kolonial untuk melakukan Islam Politiek, yaitu kebijakan pemerintah
kolonial dalam menangani masalah Islam di Indonesia. Kebijakan ini menindas Islam
sebagai ekspresi politik. Inti Islam Politiek adalah :
(1). Dalam bidang ibadah murni, pemerintah hendaknya memberi kebebasan,
sepanjang tidak mengganggu kekuasaan pemerintah Belanda;
(2). Dalam bidang kemasyarakatan, pemerintah hendaknya memanfaatkan adat
kebiasaan masyarakat agar rakyat mendekati Belanda;
(3).Dalam bidang politik atau kenegaraan, pemerintah harus mencegah setiap upaya
yang akan membawa rakyat pada fanatisme dan ide Pan Islam.
Politik Etis yang dijalankan penjajah Belanda di awal abad XX semakin
menancapkan liberalisme di Indonesia. Salah satu bentuk kebijakan itu disebut
unifikasi, yaitu upaya mengikat negeri jajahan dengan penjajahnya dengan
menyampaikan
kebudayaan
Barat
kepada
orang
Indonesia.
Pendidikan,
Politik
Politik sebagai Panglima merupakan semboyan partai-partai pada umumnya,
sehingga berlomba-lombalah para partai politik untuk memperebutkan posisi
panglima ini. Lembaga seperti DPR dan Konstituante hasil PEMILU merupakan forum
utama politik, sehingga persoalan ekonomi kurang mendapat perhatian.
Pemilihan umum merupakan salah satu program beberapa kabinet, tetapi karena
umur kabinet pada umumnya singkat program itu sulit dilakukan. Setelah Peristiwa
17 Oktober 1952, pemerintah berusaha keras untuk melaksanakannya. Dalam
suasana liberal, PEMILU diikuti oleh puluha partai, organisasi maupun perorangan.
Anggota ABRI pun ikut serta sebagai pemilih.
10
11
Pada tanggal 15 Desember 1955 pemilihan dilaksanakan dengan tenang dan tertib.
Ada empat partai yang memenangkan Pemilu, yaitu Masyumi, PNI, Nahdatul Ulama,
dan PKI. Namun pada prakteknya, kedua lembaga (DPR dan Konstituante) tidak
memberikan hasil seperti yang diharapkan. DPR tetap sebagai tempat perebutan
pengaruh dan kursi pemerintahan, sedangkan konstituante setelah lebih dari dua
tahun belum juga dapat menghasilkan UUD baru untuk menggantikan UUDS.
Politik Luar Negeri Indonesia semakin mantap setelah diterima sebagai anggota
PBB ke-60 (27 Desember 1950). Cara-cara damai yang dilakukan pemerintah
Indonesia terhadap Pemerintah Belanda tentang Irian Jaya ( Papua ) tidak
memperoleh penyelesaian yang memuaskan, seperti telah tercantum dalam
persetujuan KMB, sehingga secara sepihak Pemerintah Indonesia membatalkan
perjanjian tersebut dengan UU No. 13 Tahun 1956. Sumbangan positif Indonesia
dalam dunia Internasional adalah dikirimkannya tentara Indonesia dalam United
Nations Amergency Forces (UNEF) untuk menjaga perdamaian di Timur Tengah.
Pasukan ini diberi nama Garuda I dan diberangkatkan Januari 1957.
b.
Ekonomi
Untuk menyehatkan perekonomian, dilakukan penyehatan keuangan dengan
mengadakan sanering yang dikenal dengan Gunting Syafrudin (19 Maret 1950).
Uang Rp. 5,00 ke atas dinyatakan hanya bernilai setengahnya, sedangkan
setengahnya lagi merupakan obligasi. Bari tindakan tersebut Pemerintah dapat
menarik peredaran uang sebanyak Rp. 1,5 milyar untuk menekan inflasi.
Pemerintah juga mengeluarkan peraturan tentang Bukti Eksport (BE) untuk
mengimbangi import. Eksportir yang telah mengeksport kemudian memperoleh BE
yang
dapat
diperjualbelikan.
Harga
BE
meningkat,
sehingga
pemerintah
c.
Sosial
Partai Politik menggalakkan masyarakat dengan membentuk organisasi massa
(ormas), khususnya dalam menghadapi Pemilu tahun 1955. Keadaan sosial-ekonomi
yang kian merosot menguntungkan partai-partai kiri yang tidak duduk dalam
pemerintahan karena dapat menguasai massa. PKI makin berkembang, dalam
Pemilu tahun 1955 dapat merupakan salah satu dari empat besar dan kegiatannya
ditingkatkan yang mengarah pada perebutan kekuasaan (1965).
d.
Budaya
Meskipun banyak kesulitan yang dihadapi, Pemerintah dianggap berhasil dalam
bidang budaya ini. Untuk mencukupi tenaga terdidik dari perguruan tinggi,
Pemerintah membuka banyak universitas yang disebarkan di daerah.
Prestasi lain adalah dalam bidang olah raga. Dalam perebutan Piala Thomas
(Thomas
Cup)
Indonesia
yang
baru
pertama
kali
mengikuti
kejuaraan
ini
berhasilmemperoleh piala tersebut (Juni 1958). Selain itu juga Indonesia berhasil
menyelenggarakan Konfrensi Asia-Afrika dengan sukses.
Karena wilayah Indonesia berupa kepualauan, maka Pemerintah mengubah
peraturan dari pemerintah kolonial Belanda, yaitu Peraturan Wilayah Laut dan
Lingkungan Maritim Tahun 1939, yang menyebutkan wilayah teritorial HindiaBelanda dihitung tiga mil laut diukur dari garis rendah pulau-pulau dan bagian pulau
yang merupakan wilayah daratannya. Peraturan ini dinilai sangat merugikan bangsa
Indonesia. Karena itu Pemerintah Indonesia mengeluarkan Deklarasi 13 Desember
1957 yang juga disebut sebagai Deklarasi Juanda tentang Wilayah Perairan
Indonesia. Indonesia juga membuat peraturan tentang landas kontinen, yaitu
peraturan tentang batas wilayah perairan yang boleh diambil kekayaannya.
Peraturan ini tertuang dalam Pengumuman Pemerintah tentang Landas Kontinen
tanggal 17 Februari 1969. Pemerintah Indonesia mengadakan perjanjian dengan
negara-negara tetangga tentang batas-batas Landas Kontinen agar kelak tidak
terjadi kesalah pahaman.
Di Indonesia, system politik liberal berjalan kurang lebih 9 (sembilan) tahun
sekitar 17 Agustus 1950-5 Juli 1959. Akan tetapi pada waktu yang singkat itu
Indonesia telah 7 (tujuh) kali pergantian cabinet yang memerintah antara lain :
a.
b.
c.
Wilopo.
d. Kabinet Ali- Wongso (31 Juli1953-12 Agustus 1955)
Merupakan koalisi antara PNI dan NU yang dipimpin oleh Mr. Ali Sastroamijoyo.
e. Kabinet Burhaduddin Harahap (12 Agustus 1955-3 Maret 1956)
Dipimpin oleh Burhanuddin Harahap dari Masyumi.
f. Kabinet Ali Satromidjojo II (20 Maret- 4 Maret 1957)
Merupakan hasi koalisi 3 (tiga) partai yakni, PNI, MASYUMI, dan NU yang dipimpin
oleh Ali Sastroamijoyo.
g. Kabinet Djuanda/ Kabinet Karya (9 April 1957-5 Juli 1959)
Kabinet ini meupakan cabinet yang terdiri dari para pakar yang ahli dalam
bidangnya yang dipimpin langsung oleh Ir. Djuanda.
3.
telah
mengabaikan
peran
besar
hasrat
dan
keyakinan
yang
dapat
ancaman
demokrasi
yang
berasal
dari
perusahaan-perusahaan
12
13
b.
berlaku
dan
menentukan
apakah
sebuah
undang-undang
bersifat
konstitusional/tidak.
Pada saat tahun 1950-1959 dimana tahun tersebut Indonesia yang menerapkan
system parlementer mengalami kerancauan/kekacauan dimana parlemen memiliki
kekuasaan atas negara sehingga apa yang dikehendaki oleh parlemen harus
diwujudkan walaupun rakyatlah yang dikorbankan. Eksekutif dalam hal ini presiden
tidak dapat berbuat banyak karena adanya pembatasan gerak oleh sebuah system.
Eksekutif yang seharusnya sebagai kepala negara yang memiliki otoritas atas
negara terkalahkan karena alasan system, oleh karena itu system ini tidak dapat di
terapkan di Indonesia sehingga pada tanggal 5 Juli 1959 dikeluarkanlah dekret
Presiden untuk menyelamatkan negara dari bencana perpecahan, maka pada saat
itu Indonesia memakai system politik terpimpin.
DAFTAR PUSTAKA
menunjuk seseorang ( umumnya ketua partai ) untuk membentuk kabinet, kemudian setelah
berhasil pembentukannya, maka kabinet dilantik oleh Presiden.
Suatu kabinet dapat berfungsi bila memperoleh kepercayaan dari parlemen, dengan kata lain ia
memperoleh mosi percaya. Sebaliknya, apabila ada sekelompok anggota parlemen kurang setuju
ia akan mengajukan mosi tidak percaya yang dapat berakibat krisis kabinet. Selama sepuluh
tahun (1950-1959) ada tujuh kabinet, sehingga rata-rata satu kabinet hanya berumur satu
setengah tahun. Kabinet-kabinet pada masa Demokrasi Parlementer adalah :
a. Kabinet Natsir (7 September 1950-21 Maret 1951)
b. Kabinet Soekiman (27 April 1951-23 Februari 1952)
c. Kabinet Wilopo (3 April 1952-3 Juni 1953)
d. Kabinet Ali-Wongso ( 1 Agustus 1953-24 Juli 1955 )
e. Kabinet Burhanudin Harahap
f. Kabinet Ali II (24 Maret 1957)
g. Kabinet Djuanda ( 9 April 1957-10 Juli 1959 )
Program kabinet pada umumnya tidak dapat diselesaikan. Mosi yang diajukan untuk
menjatuhkan kabinet lebih mengutamakan merebut kedudukan partai daripada menyelamatkan
rakyat.
Sementara para elit politik sibung dengan kursi kekuasaan, rakyat mengalami kesulitan karena
adanya berbagai gangguan keamanan dan beratnya perekonomian ysng menimbulkan labilnya
sosial-ekonomi. Adapun gangguan-gangguan keamanan tersebut antara lain :
a. Pemberontakan Kahar Muzakar
Kahar Muzakar adalah putra Sulawesi yang pada zaman perang kemerdekaan berjuang di Jawa.
Setelah kembali ke Sulawesi bergabung dengan Komando Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) dan
pada tahun 1950 menuntut agar pasukannya masuk APRIS. Tuntutannya ditolak tetapi kepada
anggotanya yang memenuhi syarat diperbolehkan masuk, sedangkan sisanya dimasukkan ke
dalam Corps Cadangan Nasional. Kahar akan diberikan pangkat letkol, tetapi saat pelantikan,
tanggal 17 Agustus 1951, ia bersama anak buahnya melarikan diri ke hutan dan mengacau.
Januari 1952 menyatakan diri ikut sebagai bagian anggota Kartosuwiryo. Selama empat belas
tahun memberontak, namun akhirnya berhasi dilumpuhkan setelah salah seorang anak buahnya,
yaitu Bahar Matiliu menyerahkan diri. Ia berhasil ditembak oleh pasukan Divisi Siliwangi pada
bulan Februari 1965.
b. Pemberontakan di Jawa Tengah
Pengaruh DI meluas di Jawa Tengah, yaitu di daerah Brebes, Tegal, dan Pekalongan yang
dihadapi pemerintah dengan operasi-operasi militer. Di Kebumen pemberontakan dilakukan oleh
Angkatan Umat Islam (AUI) di bawah pimpinan Kyai Somalangu, yang setelah intinya dapat
ditumpas, sisanya bergabung dengan DI/TII. Di lingkunganAngkatan Darat juga terjadi
perembesan pemberontakan ini, sehingga Batalyon 426 di Kudus dan Magelang juga
memberontak dan bergabung dengan DI/TII (Desember 1951). Sebagian dari mereka
mengadakan gerilya di Merbabu-Merapi Complex (MMC). Untuk menghadapi mereka,
pemerintah membentuk pasukan khusus yang diberi namaBanteng Raiders. Juni 1954 kekuatan
mereka bisa dipatahkan.
c. Pemberontakan di Aceh
Pengikut DI di Aceh memproklamirkan daerahnya sebagai bagian dari NII pada tanggal 20
September 1953. Pemimpinnya adalah Daud Beureueh, seorang ulama dan pejuang kemerdekaan
yang pernah menjabat gubernur Militer Daerah Aceh tahun 1947. Pada mulanya mereka dapat
menguasai sebagian besar daerah Aceh termasuk kota-kotanya. Setelah pemerintah mengadakan
operasi, mereka menyingkir ke hutan. Panglima Kodam I/Iskandar Muda, Kol. M. Jasin
mengambil prakarsa mengadakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh yang berhasil
mengembalikan Daud Beureueh ke masyarakat (Desember 1962).
d. Peristiwa 17 Oktober 1952
Peristiwa ini bersumber pada kericuhan yang terjadi di lingkungan Angkatan Darat. Kol.
Bambang Supeno tidak menyetujui kebijaksanaan Kol. A.H. Nasution selaku KSAD. Ia
mengajukan surat kepada Mentri Pertahanan dan Presiden dengan tembusan kepada parlemen
berisi soal tersebut dan meminta agar Kol. A.H. Nasution diganti. Manai Sophian selaku anggota
parlemen mengajukan mosi agar pemerintah segera membentuk panitia untuk mempelajari
masalahnya dan mengajukan pemecahannya. Hal ini dianggap usaha campur tangan parlemen
terhadap tubuh Angkatan Darat. Pimpinan AD mendesak kepada Presiden untuk membubarkan
Parlemen. Desakan ini jugas dilakukan oleh rakyat dengan mengadakan demonstrasi ke gedung
parlemen dan Istana Merdeka. Presiden menolak tuntutan ini dewngan alasan tidak ingin menjadi
seorang diktator, tetapi akan berusaha segera mempercepat pemilu. Kol. A.H. Nasution akhirnya
mengundurkan diri, diikuti oleh Mayjen T.B. Simatupang. Jabatan ini akhirnya digantikan oleh
Kol. Bambang Sugeng.
e. Peristiwa 27 Juni 1955
Peristiwa ini merupakan lanjutan peristiwa sebelumnya. Karena dianggap bahwa pemerintah
belum mampu menyelesaiakan persolan tersebut. Bambang Sugeng mengundurkan diri dari
jabatannya. Sementara belum terpilih KSAD yang baru, pimpinan KSAD dipegang oleh Wakil
KSAD yaitu Kol. Zulkifli Lubis. Kemudian pemerintah mengangkat Kol. Bambang Utoyo
sebagai KSAD yang baru, tetapi pada saat pelantikannya, 27 Juni 1955, tidak ada satupun
perwira AD yang hadir. Peristiwa ini menyebabkan kabinet Ali-Wongso jatuh. Kemudian pada
masa Kabinet Burhanudin Harahap, bekas KSAD yang lama, yaitu Kol. A.H. Nasution, kembali
diangkat menjadi KSAD (7 November 1955). Peristiwa di Angkatan Perang yang bersifat liberal
juga terjadi pada tanggal 14 Desember 1955. Yaitu ketika Komodor Udara Hubertus Suyono
dilantik menjadi Staf Angkatan Udara di Pangkalan Udara Cililitan (Halim Perdanakusuma),
segerombolan prajurit pasukan kehormatan maju dan menolak pelantikan tersebut. Kemudian
mereka meninggalkan barisdan diikuti oleh pasukan pembawa panji-panji Angkatan Udara,
sehingga upacara batal.
f. Dewan-dewan Daerah
Diawali dengan pembentukan Bewan Banteng oleh Kol (pensiun) Ismail Lengah di Padang (20
November 1956), dengan ketuanya Ahmad Husein, Komandan Resimen IV Tentara Teritorium
(TT) I di Padang. Mereka mengajukan tuntutan kepada pemerintah pusat tentang otonomi
daerah. Larangan KSAD agar tentara tidak berpolitik tidak dihiraukan. Mereka malah
mengambil alaih pemerintahan daerah Sumatra Tengah dari Gubernur Ruslan Mulyodiharjo (20
Desember 1956).
Tindakan tersebut diikuti oleh daerah-daerah lain seperti pembentukan Dewan Gajah di Sumatra
Utara (Kol. M. Simbolon), Dewan Garuda di Sumatra Selatan (Kol. Barlian), dan Dewan
Manguni di Sulawesi Utara (Letkol. H.N.V. Samual). Peristiwa-peristiwa ini dilatarbelakangi
oleh karena pembangunan yang tidak merata, padahal daerah-daerah tersebut telah memberikan
devisa bagi negara.
Pemerintah berusaha mengatasi masalah tersebut dengan mengadakan perundingan dan janji
pemerataan pembangunan. Namun usaha tersebut tidak berhasil. Akhirnya operasi militerpun
dilancarkan (17 Desember 1957).
g. Usaha Pembunuhan terhadap Kepala Negara
Rasa tidak puas golongan ekstrim kanan memuncak dan dilampiaskan dalam bentuk usaha
pembunuhan terhadap Presiden Soekarno di Perguruan Cikini Jakarta (30 November 1957).
Usaha tersebut gagal, tetapi menimbulkan banyak korban. Para pelaku dapat ditangkap, dan
dijatuhi hukuman mati.
Usaha kedua terjadi pada saat Idhul Adha di halaman Istana Jakarta. Kemudian terjadi lagi.
Pelakunya Letnan Udara II D.A. Maukar dengan mempergunakan pesawat Mig 17. Istana
Merdeka dan Bogor ditembakinya dari udara (9 Maret 1960). Dilakukan Maukar bersama
kelompoknya, Manguni, dengan tujuan agar pemerintah mau berunding dengan PRRI dan
Permesta. Usaha tersebut sia-sia.
h. Pemberontakan PRRI dan Permesta
Akhmad Husein, beserta para tokoh Masyumi dan dewan daerah mengadakan rapat di Sungai
Dareh, Sumatra Barat (9 Januari 1958). Keesokan harinya pada saat rapat akbar di Padang,
Akhmad Husein mengultimatum pemerintah agar Kabinet Juanda dalam waktu 524 jam
menyerahkan mandat kepada Drs. Moh. Hatta dan Sultan Hamengku Buwono IX agar
membentuk zaken kabinet dan agar Presiden kembali sebagai Presiden Konstitusional.
Ultimatum tersebut ditolak oleh Pemerintah. Akhirnya Husein membentuk Pemerintahan
Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) berikut pembentukan kabinetnya dengan Syafrudin
Prawiranegara sebaga Perdana Mentri (15 Februari 1958). Hal tersebut diikuti oleh Sulawesi
Utara di bawah pimpinan Letkol D.J. Somba yang membentuk Gerakan Piagam Perjuangan
Semerta (Permesta). Pemberontakan ini ditumpas dengaan operasi militer selama beberapa
tahun.
Selain gangguan keamanan, kesulitan juga dialami oleh Pemerintah dalam beberapa bidang.
Sehingga pada akhir Demokrasi Liberal terasa terjadi kemunduran. Kesulitan-kesulitan tersebut
antara lain dalam bidang:
a. Politik
Politik sebagai Panglima merupakan semboyan partai-partai pada umumnya, sehingga berlombalombalah para partai politik untuk memperebutkan posisi panglima ini. Lembaga seperti DPR
dan Konstituante hasil PEMILU merupakan forum utama politik, sehingga persoalan ekonomi
kurang mendapat perhatian.
Pemilihan umum merupakan salah satu program beberapa kabinet, tetapi karena umur kabinet
pada umumnya singkat program itu sulit dilakukan. Setelah Peristiwa 17 Oktober 1952,
pemerintah berusaha keras untuk melaksanakannya. Dalam suasana liberal, PEMILU diikuti oleh
puluha partai, organisasi maupun perorangan. Anggota ABRI pun ikut serta sebagai pemilih.
Pada tanggal 15 Desember 1955 pemilihan dilaksanakan dengan tenang dan tertib. Ada empat
partai yang memenangkan Pemilu, yaitu Masyumi, PNI, Nahdatul Ulama, dan PKI.
Namun pada prakteknya, kedua lembaga (DPR dan Konstituante) tidak memberikan hasil seperti
yang diharapkan. DPR tetap sebagai tempat perebutan pengaruh dan kursi pemerintahan,
sedangkan konstituante setelah lebih dari dua tahun belum juga dapat menghasilkan UUD baru
untuk menggantikan UUDS.
Politik Luar Negeri Indonesia semakin mantap setelah diterima sebagai anggota PBB ke-60 (27
Desember 1950). Cara-cara damai yang dilakukan pemerintah Indonesia terhadap Pemerintah
Belanda tentang Irian Jaya ( Papua ) tidak memperoleh penyelesaian yang memuaskan, seperti
telah tercantum dalam persetujuan KMB, sehingga secara sepihak Pemerintah Indonesia
membatalkan perjanjian tersebut dengan UU No. 13 Tahun 1956. Sumbangan positif Indonesia
dalam dunia Internasional adalah dikirimkannya tentara Indonesia dalam United Nations
Amergency Forces (UNEF) untuk menjaga perdamaian di Timur Tengah. Pasukan ini diberi
nama Garuda I dan diberangkatkan Januari 1957.
b. Ekonomi
Untuk menyehatkan perekonomian, dilakukan penyehatan keuangan dengan mengadakan
sanering yang dikenal dengan Gunting Syafrudin (19 Maret 1950). Uang Rp. 5,00 ke atas
dinyatakan hanya bernilai setengahnya, sedangkan setengahnya lagi merupakan obligasi. Bari
tindakan tersebut Pemerintah dapat menarik peredaran uang sebanyak Rp. 1,5 milyar untuk
menekan inflasi.
Pemerintah juga mengeluarkan peraturan tentang Bukti Eksport (BE) untuk mengimbangi
import. Eksportir yang telah mengeksport kemudian memperoleh BE yang dapat
diperjualbelikan. Harga BE meningkat, sehingga pemerintah membatasinya sampai 32,5%.
Karena ternyats BE tidak berhasil meningkatkan perekonomian, akhirnya peraturan tersebut
dihapuskan (1959).
Pemerintah kemudian membentuk Dewan Perancang Nasional (Depernas) yang bertugas
menyusun rencana pembangunan Nasional untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur
(1959). Tetapi peningkatan belum juga terjadi, karena labilnya politik dan inflasi yang
mengganas. Pemerintah juga cenderung bersikap konsumtif. Jaminan emas menurun , sehingga
rupiah merosot.
c. Sosial
Partai Politik menggalakkan masyarakat dengan membentuk organisasi massa (ormas),
khususnya dalam menghadapi Pemilu tahun 1955. Keadaan sosial-ekonomi yang kian merosot
menguntungkan partai-partai kiri yang tidak duduk dalam pemerintahan karena dapat menguasai
massa. PKI makin berkembang, dalam Pemilu tahun 1955 dapat merupakan salah satu dari
empat besar dan kegiatannya ditingkatkan yang mengarah pada perebutan kekuasaan (1965).
d. Budaya
Meskipun banyak kesulitan yang dihadapi, Pemerintah dianggap berhasil dalam bidang budaya
ini. Untuk mencukupi tenaga terdidik dari perguruan tinggi, Pemerintah membuka banyak
universitas yang disebarkan di daerah.
Prestasi lain adalah dalam bidang olah raga. Dalam perebutan Piala Thomas (Thomas Cup)
Indonesia yang baru pertama kali mengikuti kejuaraan ini berhasilmemperoleh piala tersebut
(Juni 1958). Selain itu juga Indonesia berhasil menyelenggarakan Konfrensi Asia-Afrika dengan
sukses.
Karena wilayah Indonesia berupa kepualauan, maka Pemerintah mengubah peraturan dari
pemerintah kolonial Belanda, yaitu Peraturan Wilayah Laut dan Lingkungan Maritim Tahun
1939, yang menyebutkan wilayah teritorial Hindia-Belanda dihitung tiga mil laut diukur dari
garis rendah pulau-pulau dan bagian pulau yang merupakan wilayah daratannya. Peraturan ini
dinilai sangat merugikan bangsa Indonesia. Karena itu Pemerintah Indonesia mengeluarkan
Deklarasi 13 Desember 1957 yang juga disebut sebagai Deklarasi Juanda tentang Wilayah
Perairan Indonesia.
Indonesia juga membuat peraturan tentang landas kontinen, yaitu peraturan tentang batas
wilayah perairan yang boleh diambil kekayaannya. Peraturan ini tertuang dalam Pengumuman
Pemerintah tentang Landas Kontinen tanggal 17 Februari 1969. Pemerintah Indonesia
mengadakan perjanjian dengan negara-negara tetangga tentang batas-batas Landas Kontinen agar
kelak tidak terjadi kesalahpahaman.
SUMBER PUSTAKA
1. Dasar Ilmu Politik
2. Sejarah Nasional Indonesia dan Sejarah Dunia. Kelas 3 SMA. 1992
PELAKSANAAN DEMOKRASI LIBERAL DI INDONESIA
A.Pengertian Liberalisme
Kata Liberalisme berasal dari kata libre yang berarti bebas dari perbudakan,
perkosaan, dan penganiyaan.
B. Ciri-ciri Sistem Politik Liberalisme
Sistem politik liberalisme memiliki beberapa ciri, yaitu:
a. Sangat menekankan kebebasan/kemerdekaan individu.
b. Sangat menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia yang utama seperti hak
hidup,hak kemerdekaan, hak mengejar kebahagiaan, dan lain-lain.
Kata Liberalisme berasal dari kata libre yang berarti bebas dari perbudakan,
c. Dalam sistem pemerintahan, terbagi atas beberapa kekuasaan, yaitu kekuasaan
legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
d. Menganggap sistem demokrasi sebagai sistem politik yang paling tepat untuk
suatu negara karena hak-hak asasi manusia itu terlindungi.
e. Infra struktur/struktur sosial selalu berusaha untuk mewujudkan tegaknya
demokrasi dan tumbangnya sistem kediktatoran.
f. Adanya homo seksual dan lesbianisme yang disebabkan penekanan kepada
kebebasan individu.
kabinet yang pragmatik, sedang kapabilitas simbolik lebih diutamakan oleh kabinet
ideologik. Keadilan mendapat perhatian kabinet ideologik, sedang kemakmuran oleh
kabinet pragmatik.
4. Integrasi Vertikal
Terjadi hubungan antara elit dengan massa berdasarkan pola integrasi aliran.
Integrasi ini tidak selalu berarti prosesnya dari atas (elit) ke bawah (massa) saja,
melainkan juga dari massa ke kalangan elit berdasarkan pola paternalistik.
5. Integrasi Horisontal
Antara elit politik tidak terjalin integrasi yang dapat dibanggakan. Walaupun
pernah terjalin integrasi kejiwaan antarelit, tetapi akhirnya berproses ke arah
disintegrasi. Di lain pihak, pertentangan antar elit itu bersifat menajam dan
terbuka. Kategori elit Indonesia yang disebut penghimpun solidaritas (solidarity
makers) lebih menampak dalam periode demokrasi liberal. Walaupun demikian,
waktu itu terlihat pula munculnya kabinet-kabinet yang terbentuk dalam suasana
keselangselingan pergantian kepemimpinan seperti kelompok administrators yang
dapat memegang peranan.
6. Gaya Politik
Bersifat idiologis yang berarti lebih menitikberatkan faktor pembeda. Karena
ideologi cenderung bersifat kaku dan tidak kompromistik atau reformistik.
Adanya kelompok-kelompok yang mengukuhi ideologi secara berlainan, bahkan
bertentangan, berkulminasi pada saat berhadapan dengan penetapan dasar negara
pada sidang Konstituante. Gaya politik yang ideologik dalam Konstituante ini oleh
elitnya masing-masing dibawa ke tengah rakyat, sehingga timbul ketegangan dan
perpecahan dalam masyarakat.
7. Kepemimpinan
Berasal dari angkatan Sumpah Pemuda pada tahun 1928 yang lebih cenderung,
belum permisif untuk meninggalkan pikiran-pikiran paternal, primordial terhadap
aliran, agama, suku, atau kedaerahan.
8. Perimbangan Partisipasi Politik dengan Kelembagaan
a) Massa
Partisipasi massa sangat tinggi, sampai-sampai tumbuh anggapan bahwa seluruh
lapisan rakyat telah berbudaya politik partisipasi.
b) Veteran dan Militer
Adanya pengaruh demokrasi barat yang lebih dominan, maka keterlibatan militer
dalam dunia politik tidak terlalu terlihat, sehingga supremasi sipil yang lebih
menonjol.
9. Pola Pembangunan Aparatur Negara
Berlangsung dengan pola bebas, artinya ditolerir adanya ikatan dengan
kekuatankekuatan politik yang berbeda secara ideologis. Akibatnya, fungsi aparatur
negara yang semestinya melayani kepentingan umum tanpa pengecualian, menjadi
cenderung melayani kepentingan golongan menurut ikatan primordial.
10. Tingkat Stabilitas
Terjadi instabilitas politik yang berakibat negatif bagi usaha-usaha pembangunan.
D. Pelaksanaan Demokrasi Liberal
Demokrasi liberal (atau demokrasi konstitusional) adalah sistem politik yang
melindungi secara konstitusional hak-hak individu dari kekuasaan pemerintah.
seperti :
a. Berkurangnya ketegangan dunia.
b. Australia dan Amerika mulai berusaha menghapuskan politik rasdiskriminasi
dinegaranya.
c. Belanda mulai repot menghadapi blok afro- asia di PBB, karena belanda masih
bertahan di Irian Barat. Konferensi Asia Afrika I ini menghasikan beberapa
kesepakatan yaitu : Basic peper on Racial Discrimination dan basic peper on Radio
Activity. Kesepakatan yang lain terkenal dengan dasa sila bandung, dengan
terlaksananya Konferensi Asia Afrika I merupakan prestasi tersendiri bagi bangsa
indonesia.
B. Kondisi Ekonomi pada Masa Demokrasi Liberal
Meskipun Indonesia telah merdeka tetapi Kondisi Ekonomi Indonesia masih
sangat buruk. Upaya untuk mengubah stuktur ekonomi kolonial ke ekonomi
nasional yang sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia berjalan tersendat-sendat.
Faktor yang menyebabkan keadaan ekonomi tersendat adalah sebagai berikut.
1. Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tanggal 27 Desember 1949,
bangsa Indonesia menanggung beban ekonomi dan keuangan seperti yang telah
ditetapkan dalam KMB. Beban tersebut berupa hutang luar negeri sebesar 1,5
Triliun rupiah dan utang dalam negeri sejumlah 2,8 Triliun rupiah.
2. Defisit yang harus ditanggung oleh Pemerintah pada waktu itu sebesar 5,1
Miliar.
3. Indonesia hanya mengandalkan satu jenis ekspor terutama hasil bumi yaitu
pertanian dan perkebunan sehingga apabila permintaan ekspor dari sektor itu
berkurang akan memukul perekonomian Indonesia.
4. Politik keuangan Pemerintah Indonesia tidak di buat di Indonesia melainkan
dirancang oleh Belanda.
5. Pemerintah Belanda tidak mewarisi nilai-nilai yang cukup untuk mengubah
sistem ekonomi kolonial menjadi sistem ekonomi nasional.
6. Belum memiliki pengalaman untuk menata ekonomi secara baik, belum
memiliki tenaga ahli dan dana yang diperlukan secara memadai.
7. Situasi keamanan dalam negeri yang tidak menguntungkan berhubung
banyaknya pemberontakan dan gerakan sparatisisme di berbagai daerah di
wilayah Indonesia.
8. Tidak stabilnya situasi politik dalam negeri mengakibatkan pengeluaran
pemerintah untuk operasi-operasi keamanan semakin meningkat.
9. Kabinet terlalu sering berganti menyebabakan program-program kabinet yang
telah direncanakan tidak dapat dilaksanakan, sementara program baru mulai
dirancang.
10. Angka pertumbuhan jumlah penduduk yang besar.
Masalah jangka pendek yang harus dihadapi pemerintah adalah :
1. Mengurangi jumlah uang yang beredar
2. Mengatasi Kenaikan biaya hidup.
Sementara masalah jangka panjang yang harus dihadapi adalah :
1. Pertambahan penduduk dan tingkat kesejahteraan penduduk yang rendah.
Kekurangan Demokrasi Liberal :
1. Multipartai, yang mengakibatkan aspirasi yang belum tersalurkan
seluruhnya dengan baik.
1.
2.
3.
4.
5.
Hasil
Upaya memperjuangkan masalah Irian Barat dengan Belanda mengalami jalan buntu
(kegagalan).
Timbul masalah keamanan dalam negeri yaitu terjadi pemberontakan hampir di seluruh
wilayah Indonesia, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis, Gerakan APRA, Gerakan RMS.
Berakhirnya kekuasaan kabinet
Adanya mosi tidak percaya dari PNI menyangkut pencabutan Peraturan Pemerintah mengenai
DPRD dan DPRDS. PNI menganggap peraturan pemerintah No. 39 th 1950 mengenai DPRD
terlalu menguntungkan Masyumi. Mosi tersebut disetujui parlemen sehingga Natsir harus
mengembalikan mandatnya kepada Presiden.
b. KABINET SUKIMAN (27 April 1951 3 April 1952)
Merupakan kabinet koalisi antara Masyumi dan PNI.
Dipimpin Oleh: Sukiman Wiryosanjoyo
Program
Tidak terlalu berarti sebab programnya melanjtkan program Natsir hanya saja terjadi perubahan
skala prioritas dalam pelaksanaan programnya, seperti awalnya program Menggiatkan usaha
keamanan dan ketentraman selanjutnya diprioritaskan untuk menjamin keamanan dan
ketentraman
Kendala/ Masalah yang dihadapi
Adanya Pertukaran Nota Keuangan antara Mentri Luar Negeri Indonesia Soebardjo
dengan Duta Besar Amerika Serikat Merle Cochran. Mengenai pemberian bantuan
ekonomi dan militer dari pemerintah Amerika kepada Indonesia berdasarkan ikatan
Mutual Security Act (MSA). Dimana dalam MSA terdapat pembatasan kebebasan politik
luar negeri RI karena RI diwajibkan memperhatiakan kepentingan Amerika.
Tindakan Sukiman tersebut dipandang telah melanggar politik luar negara Indonesia yang bebas
aktif karena lebih condong ke blok barat bahkan dinilai telah memasukkan Indonesia ke dalam
blok barat.
Adanya krisis moral yang ditandai dengan munculnya korupsi yang terjadi pada setiap
lembaga pemerintahan dan kegemaran akan barang-barang mewah.
Hubungan Sukiman dengan militer kurang baik tampak dengan kurang tegasnya tindakan
pemerintah menghadapi pemberontakan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan.
Muncul pertentangan dari Masyumi dan PNI atas tindakan Sukiman sehingga mereka menarik
dukungannya pada kabinet tersebut. DPR akhirnya menggugat Sukiman dan terpaksa Sukiman
harus mengembalikan mandatnya kepada presiden.
c. KABINET WILOPO (3 April 1952 3 Juni 1953)
Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar yang ahli dalam
biangnya.
Adanya kondisi krisis ekonomi yang disebabkan karena jatuhnya harga barang-barang
eksport Indonesia sementara kebutuhan impor terus meningkat.
Terjadi defisit kas negara karena penerimaan negara yang berkurang banyak terlebih
setelah terjadi penurunana hasil panen sehingga membutuhkan biaya besar untuk
mengimport beras.
Intinya peristiwa Tanjung Morawa merupakan peristiwa bentrokan antara aparat kepolisian
dengan para petani liar mengenai persoalan tanah perkebunan di Sumatera Timur (Deli).
Berakhirnya kekuasaan kabinet :
Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya dari Serikat Tani Indonesia
terhadap kabinet Wilopo. Sehingga Wilopo harus mengembalikan mandatnya pada presiden.
d. KABINET ALI SASTROAMIJOYO I (31 Juli 1953 12 Agustus 1955)
Kabinet ini merupakan koalisi antara PNI dan NU.
Dipimpin Oleh : Mr. Ali Sastroamijoyo
Program
Persiapan Pemilihan Umum untuk memilih anggota parlemen yang akan diselenggarakan
pada 29 September 1955.
Menghadapi masalah keamanan di daerah yang belum juga dapat terselesaikan, seperti
DI/TII di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh.
Terjadi peristiwa 27 Juni 1955 suatu peristiwa yang menunjukkan adanya kemelut
dalam tubuh TNI-AD. Masalah TNI AD yang merupakan kelanjutan dari Peristiwa 17
Oktober 1952. Bambang Sugeng sebagai Kepala Staf AD mengajukan permohonan
berhenti dan disetujui oleh kabinet. Sebagai gantinya mentri pertahanan menunjuk
Kolonel Bambang Utoyo tetapi panglima AD menolak pemimpin baru tersebut karena
proses pengangkatannya dianggap tidak menghiraukan norma-norma yang berlaku di
lingkungan TNI-AD. Bahkan ketika terjadi upacara pelantikan pada 27 Juni 1955 tidak
seorangpun panglima tinggi yang hadir meskipun mereka berada di Jakarta. Wakil
KSAD-pun menolak melakukan serah terima dengan KSAD baru.
Keadaan ekonomi yang semakin memburuk, maraknya korupsi, dan inflasi yang
menunjukkan gejala membahayakan.
: Burhanuddin Harahap
Program
:
Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September 1955 (memilih
anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih konstituante). Terdapat 70 partai politik
yang mendaftar tetapi hanya 27 partai yang lolos seleksi. Menghasilkan 4 partai politik
besar yang memperoleh suara terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI.
Pemberantasan korupsi dengan menangkap para pejabat tinggi yang dilakukan oleh polisi
militer.
Dengan berakhirnya pemilu maka tugas kabinet Burhanuddin dianggap selesai. Pemilu tidak
menghasilkan dukungan yang cukup terhadap kabinet sehingga kabinetpun jatuh. Akan dibentuk
kabinet baru yang harus bertanggungjawab pada parlemen yang baru pula.
f. KABINET ALI SASTROAMIJOYO II (20 Maret 1956 4 Maret 1957)
Kabinet ini merupakan hasil koalisi 3 partai yaitu PNI, Masyumi, dan NU.
Dipimpin Oleh : Ali Sastroamijoyo
Program
Program kabinet ini disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun yang memuat program
jangka panjang, sebagai berikut.
1. Perjuangan pengembalian Irian Barat
2. Pembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya anggota-anggota
DPRD.
3. Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.
4. Menyehatkan perimbangan keuangan negara.
5. Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan
kepentingan rakyat.
Pembatalan KMB,
Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun, menjalankan politik luar
negeri bebas aktif,
Hasil
Mendapat dukungan penuh dari presiden dan dianggap sebagai titik tolak dari periode planning
and investment, hasilnya adalah Pembatalan seluruh perjanjian KMB.
Kendala/ Masalah yang dihadapi
Pembatalan KMB oleh presiden menimbulkan masalah baru khususnya mengenai nasib
modal pengusaha Belanda di Indonesia. Banyak pengusaha Belanda yang menjual
perusahaannya pada orang Cina karena memang merekalah yang kuat ekonominya.
Muncullah peraturan yang dapat melindungi pengusaha nasional.
Timbulnya perpecahan antara Masyumi dan PNI. Masyumi menghendaki agar Ali
Sastroamijoyo menyerahkan mandatnya sesuai tuntutan daerah, sedangkan PNI
berpendapat bahwa mengembalikan mandat berarti meninggalkan asas demokrasi dan
parlementer.
Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi membuat kabinet hasil Pemilu I ini jatuh dan
menyerahkan mandatnya pada presiden.
g. KABINET DJUANDA ( 9 April 1957- 5 Juli 1959)
Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar yang ahli dalam
bidangnya. Dibentuk karena Kegagalan konstituante dalam menyusun Undang-undang Dasar
pengganti UUDS 1950. Serta terjadinya perebutan kekuasaan antara partai politik.
Dipimpin Oleh : Ir. Juanda
Program
Programnya disebut Panca Karya sehingga sering juga disebut sebagai Kabinet Karya,
programnya yaitu :
Semua itu dilakukan untuk menghadapi pergolakan yang terjadi di daerah, perjuangan
pengembalian Irian Barat, menghadapi masalah ekonomi serta keuangan yang sangat buruk.
Hasil
Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi Djuanda, yang
mengatur mengenai laut pedalaman dan laut teritorial. Melalui deklarasi ini menunjukkan
telah terciptanya Kesatuan Wilayah Indonesia dimana lautan dan daratan merupakan satu
kesatuan yang utuh dan bulat.
Kegagalan Menghadapi pergolakan di daerah sebab pergolakan di daerah semakin
meningkat. Hal ini menyebabkan hubungan pusat dan daerah menjadi terhambat. Munculnya
pemberontakan seperti PRRI/Permesta.
Keadaan ekonomi dan keuangan yang semakin buruk sehingga program pemerintah sulit
dilaksanakan. Krisis demokrasi liberal mencapai puncaknya.
Berakhir saat presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan mulailah babak
baru sejarah RI yaitu Demokrasi Terpimpin.
B. KEADAAN EKONOMI INDONESIA MASA LIBERAL
Meskipun Indonesia telah merdeka tetapi Kondisi Ekonomi Indonesia masih sangat buruk.
Upaya untuk mengubah stuktur ekonomi kolonial ke ekonomi nasional yang sesuai dengan jiwa
bangsa Indonesia berjalan tersendat-sendat.
Faktor yang menyebabkan keadaan ekonomi tersendat adalah sebagai berikut.
1. Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, bangsa
Indonesia menanggung beban ekonomi dan keuangan seperti yang telah ditetapkan dalam
KMB. Beban tersebut berupa hutang luar negeri sebesar 1,5 Triliun rupiah dan utang
dalam negeri sejumlah 2,8 Triliun rupiah.
2. Defisit yang harus ditanggung oleh Pemerintah pada waktu itu sebesar 5,1 Miliar.
3. 3.
Indonesia hanya mengandalkan satu jenis ekspor terutama hasil bumi yaitu
pertanian dan perkebunan sehingga apabila permintaan ekspor dari sektor itu berkurang
akan memukul perekonomian Indonesia.
4. Politik keuangan Pemerintah Indonesia tidak di buat di Indonesia melainkan dirancang
oleh Belanda.
5. Pemerintah Belanda tidak mewarisi nilai-nilai yang cukup untuk mengubah sistem
ekonomi kolonial menjadi sistem ekonomi nasional.
6. Belum memiliki pengalaman untuk menata ekonomi secara baik, belum memiliki tenaga
ahli dan dana yang diperlukan secara memadai.
2.
Sistem ekonomi Gerakan Benteng merupakan usaha pemerintah Republik Indonesia untuk
mengubah struktur ekonomi yang berat sebelah yang dilakukan pada masa Kabinet Natsir yang
direncanakan oleh Sumitro Joyohadikusumo (menteri perdagangan). Program ini bertujuan untuk
mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional (pembangunan ekonomi
Indonesia). Programnya :
Menumbuhkan kelas pengusaha dikalangan bangsa Indonesia.
Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu diberi kesempatan untuk berpartisipasi
dalam pembangunan ekonomi nasional.
Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu dibimbing dan diberikan bantuan kredit.
Para pengusaha pribumi diharapkan secara bertahap akan berkembang menjadi maju.
Gagasan Sumitro ini dituangkan dalam program Kabinet Natsir dan Program Gerakan Benteng
dimulai pada April 1950. Hasilnya selama 3 tahun (1950-1953) lebih kurang 700 perusahaan
bangsa Indonesia menerima bantuan kredit dari program ini. Tetapi tujuan program ini tidak
dapat tercapai dengan baik meskipun beban keuangan pemerintah semakin besar. Kegagalan
program ini disebabkan karena :
1. Para pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan pengusaha non pribumi dalam
kerangka sistem ekonomi liberal.
2. Para pengusaha pribumi memiliki mentalitas yang cenderung konsumtif.
3. Para pengusaha pribumi sangat tergantung pada pemerintah.
4. Para pengusaha kurang mandiri untuk mengembangkan usahanya.
5. Para pengusaha ingin cepat mendapatkan keuntungan besar dan menikmati cara hidup
mewah.
6. Para pengusaha menyalahgunakan kebijakan dengan mencari keuntungan secara cepat
dari kredit yang mereka peroleh.
Dampaknya program ini menjadi salah satu sumber defisit keuangan. Beban defisit anggaran
Belanja pada 1952 sebanyak 3 Miliar rupiah ditambah sisa defisit anggaran tahun sebelumnya
sebesar 1,7 miliar rupiah. Sehingga menteri keuangan Jusuf Wibisono memberikan bantuan
kredit khususnya pada pengusaha dan pedagang nasional dari golongan ekonomi lemah sehingga
masih terdapat para pengusaha pribumi sebagai produsen yang dapat menghemat devisa dengan
mengurangi volume impor.
3. Nasionalisasi De Javasche Bank
Seiring meningkatnya rasa nasionalisme maka pada akhir tahun 1951 pemerintah Indonesia
melakukan nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia. Awalnya terdapat peraturan
bahwa mengenai pemberian kredi tharus dikonsultasikan pada pemerintah Belanda. Hal ini
menghambat pemerintah dalam menjalankan kebijakan ekonomi dan moneter.
Tujuannya adalah untuk menaikkan pendapatan dan menurunkan biaya ekspor, serta melakukan
penghematan secara drastis.
Perubahan mengenai nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia sebagai bank
sentral dan bank sirkulasi diumumkan pada tanggal 15 Desember 1951 berdasarkan Undangundang No. 24 tahun 1951.
4. Sistem Ekonomi Ali-Baba
Sistem ekonomi Ali-Baba diprakarsai oleh Iskaq Tjokrohadisurjo (mentri perekonomian kabinet
Ali I). Tujuan dari program ini adalah
Memajukan ekonomi Indonesia perlu adanya kerjasama antara pengusaha pribumi dan
non pribumi.
Ali digambarkan sebagai pengusaha pribumi sedangkan Baba digambarkan sebagai pengusaha
non pribumi khususnya Cina.
Pelaksanaan kebijakan Ali-Baba,
1. Pengusaha pribumi diwajibkan untuk memberikan latihan-latihan dan tanggung jawab
kepada tenaga-tenaga bangsa Indonesia agar dapat menduduki jabatan-jabatan staf.
2. Pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional
3. Pemerintah memberikan perlindungan agar mampu bersaing dengan perusahaanperusahaan asing yang ada.
Program ini tidak dapat berjalan dengan baik sebab:
Pengusaha pribumi kurang pengalaman sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan
bantuan kredit dari pemerintah. Sedangkan pengusaha non pribumi lebih berpengalaman dalam
memperoleh bantuan kredit.
Adanya depresi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa Barat pada akhir tahun 1957 dan awal
tahun 1958 mengakibatkan ekspor dan pendapatan negara merosot.
Perjuangan pembebasan Irian Barat dengan melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan
Belanda di Indonesia menimbulkan gejolak ekonomi.
Adanya ketegangan antara pusat dan daerah sehingga banyak daerah yang melaksanakan
kebijakan ekonominya masing-masing.
7. Musyawarah Nasional Pembangunan
Masa kabinet Juanda terjadi ketegangan hubungan antara pusat dan daerah. Masalah tersebut
untuk sementara waktu dapat teratasi dengan Musayawaraah Nasional Pembangunan (Munap).
Tujuan diadakan Munap adalah untuk mengubah rencana pembangunan agar dapat dihasilkan
rencana pembangunan yang menyeluruh untuk jangka panjang. Tetapi tetap saja rencana
pembangunan tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan baik karena :
1. Adanya kesulitan dalam menentukan skala prioritas.
2. Terjadi ketegangan politik yang tak dapat diredakan.
3. Timbul pemberontakan PRRI/Permesta.
4. Membutuhkan biaya besar untuk menumpas pemberontakan PRRI/ Permesta sehingga
meningkatkan defisit Indonesia.
5. Memuncaknya ketegangan politik Indonesia- Belanda menyangkut masalah Irian Barat
mencapai konfrontasi bersenjata.
DEMOKRASI LIBERAL
Menurut bang Wikipedia, demokrasi liberal (atau demokrasi konstitusional) itu adalah sistem
politik yang ngelindungi secara konstitusional hak-hak individu dari kekuasaan pemerintah.
Dalam demokrasi liberal, keputusan-keputusan mayoritas (dari proses perwakilan atau langsung)
diberlakuin pada sebagian besar bidang-bidang kebijakan pemerintah yang tunduk pada
pembatasan-pembatasan agar keputusan pemerintah nggak melanggar kemerdekaan dan hak-hak
individu seperti tercantum dalam konstitusi.
Demokrasi liberal pertama kali dikemukain pas Abad Pencerahan sama penggagas teori kontrak
sosial kayakl Thomas Hobbes, John Locke, dan Jean-Jacques Rousseau. Semasa Perang Dingin,
istilah demokrasi liberal bertolak belakang dengan komunisme ala Republik Rakyat. Di zaman
sekarang demokrasi konstitusional umumnya dibanding-bandingin dengan demokrasi langsung
atau demokrasi partisipasi.
Demokrasi liberal dipake tuk ngejelasin sistem politik dan demokrasi barat di Amerika Serikat,
Britania Raya, Kanada. Konstitusi yang dipake bisat berupa republik (Amerika Serikat, India,
Perancis) atau juga bisa monarki konstitusional (Britania Raya, Spanyol). Demokrasi liberal
dipake sama negara yang nganut sistem presidensial (Amerika Serikat), sistem parlementer
(sistem Westminster: Britania Raya dan Negara-Negara Persemakmuran) atau sistem
semipresidensial (Perancis).
Dampak Demokrasi Liberal pada Pemerintahan Indonesia
1. Karena kabinet mengalami perubahan yang sering, maka pembangunan tidak berjalan lancar.
Pada akhirnya masing-masing partai lebih memperhatikan kepentingan partai atau golongan.
2. Tidak memunculkan partai yang dominan, sehingga presiden bersikap di antara banyak partai
pula.
3. Dengan banyaknya partai, tidak ada badan yudikatif dan eksekutif yang kuat.
Dampak Demokrasi Liberal pada Masyarakat
1. Memunculkan pemberontakan di berbagai daerah (APRA, RMS, DI/TII).
2. Krisis kepercayaan rakyat pada pemerintahan.
Berbagai Daftar Kabinet yang Ada pada Masa Demokrasi Liberal di Indonesia
1. Kabinet Natsir (September 1950 Maret 1951)
2. Kabinet Sukiman (April 1951 April 1952)
3. Kabinet Wilopo (April 1952 Juni 1953)
4. Kabinet Ali Sastroamijoyo 1 (Juli 1953 Agustus 1955)
5. Kabinet Burhanuddin Harahap (Agustus 1955 Maret 1956)
Karena kebijakan-kebijakan yang dalam pandangan parlementer tidak menguntungkan Indonesia
dan tidak mampu menangani pemberontakan-pemberontakan yang terjadi dibeberapa daerah,
mengakibatkan kabinet-kabinet jatuh bangun. Akibat situasi dan kondisi pemerintahan dan
negara yang mengalami gejolak pada waktu itu, maka presiden mengeluarkan dekrit mengenai
pembubaran konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak diberlakukannya UUDS
(Undang Undang Dasar Sementara) 1950.
Demokrasi Liberal
SISTEM POLITIK
(DEMOKRASI LIBERAL)
I. Pengertian Sistem Politik
A. Pengertian sistem:
a. Menurut Prajudi, Suatu jaringan daripada prosedur-prosedur yang berhubungan satu
sama lain menurut skema atau pola yang bulat untuk menggerakan suatu fungsi yang
utama dari suatu usaha atau urusan.
b. Menurut Musanef, Suatu sarana yang menguasai keadaan dan pekerjaan agar dalam
menjalankan tugas dapat teratur.
Jadi, menurut kedua ahli tersebut kita dapat mengetahui bahawa sistem itu adalah
kesatuan yang utuh dari sesuatu rangkaian, yang kait mengkait satu sama lain, bagian atau
anak cabang dari suatu sistem, menjadi induk dari rangkaian selanjutnya.
B. Pengertian politik:
Asal mula kata politik berasal dari kata polis yang berarti negara kota, adapun politik berarti
ada hubungan khusus antara manusia yang hidup bersama, dalam hubungan itu timbul aturan,
kewenangan, kelakuan pejabat, legalitas keabsahan, dan akhirnya kekuasaan. Tetapi politik
juga dapat dikatakan sebagai kebijaksanaan, kekuatan, kekuasaan pemerintahan, pengaturan
konflik yang menjadi konsensus nasional, serta kemudian kekuatan masa rakyat.
Pendapat G.A. Jacobsen dan W.H. Lipman, dikatakan bahwa ilmu politik adalah ilmu tentang
negara. Hal itu bertalian dengan:
1. Hubungan-hubungan antara individu dengan individu satu sama lain, yang diatur oleh
negara dengan undang-undang.
2. Hubungan antara individu individu atau kelompok orang-orang dengan negara.
3. Hubungan antara negara dengan negara.
Sedangkan George Simpsons menyebutkan, Ilmu politik bertalian dengan bentuk-bentuk
kekuasaan, cara memperoleh kekuasaan, studi tentang lembaga-lembaga kekuasaan dan
perbandingan sistim kekuasaan yang berbeda.
muka hukum), dan protection of human right (perlindungan terhadap hak-hak asasi
manusia).
g. Adanya pers yang bebas untuk melindungi kepentingan-kepentingan rakyat, baik
kepentingan politik, sosial, ekonomi, budaya, maupun kepentingan yang bertalian
dengan hak-hak asasi manusia.
h. Adanya social control (kontrol masyarakat) yang dilakukan oleh supra struktur maupun
infra struktur terhadap pemerintah/partai yang memerintah untuk selalu menaati UUD
dan UU sehingga pemerintah itu tetap korektif, kreatif, produktif, dan inovatif serta
memihak keadilan bagi seluruh rakyat.
sifat instabilitas politik setelah berlaku sistem parlementer dalam naungan UUD 1945 periode
pertama.
Demokrasi liberal dikenal juga sebagai demokrasi parlementer, karena berlangsung dalam
sistem pemerintahan parlementer ketika berlakunya UUD 1945 periode pertama, Konstitusi RIS,
dan UUDS 1950. Dengan demikian demokrasi liberal secara formal berakhir pada tanggal 5 Juli
1959, sedang secara material berakhir pada saat gagasan Demokrasi Terpimpin dilaksanakan.
Dalam periode demokrasi liberal terdapat beberapa hal yang secara pasti dapat dikatakan
telah melekat dan mewarnai prosesnya, yaitu:
a. Penyaluran Tuntutan
Tuntutan terlihat sangat intens (frekuensinya maupun volumenya tinggi) dan melebihi
kapasitas sistem yang hidup, terutama kapasitas atau kemampuan mesin politik resmi.
Melalui sistem multi-partai yang berlebihan, penyaluran input sangat beasr, namun
kesiapan kelembagaan belum seimbang untuk menampungnya. Timbullah krisis akibat
meningkatnya partisipasi dalam wujud labilitas pemerintahan/politik.
Selektor dan penyaring aneka warna tuntutan itu kurang efektif berfungsi, karena
gatekeeper (elit politik) belum mempunyai konsensus untuk bekerja sama, atau pola
kerjasama belum cukup tersedia.
a. Pemeliharaan dan Kontinuitas Nilai
Keyakinan atas Hak Asasi Manusia yang demikian tingginya, sehingga menumbuhkan
kesempatan dan kebebasan luas dengan segala eksesnya. Ideologisme atau aliran
pemikiran ideologis bertarung dengan aliran pemikiran pragmatik. Aliran pragmatik
diilhami oleh paham sosial-demokrat melalui PSI, sedangkan yang beraliran ideologik
diilhami oleh nasionalisme-radikal melalui PNI.
a. Kapabilitas
Pengolahan potensi ekstraktif dan distributif menurut ekonomi bebas dilakukan oleh
kabinet yang pragmatik, sedang kapabilitas simbolik lebih diutamakan oleh kabinet
ideologik. Keadilan mendapat perhatian kabinet ideologik, sedang kemakmuran oleh
kabinet pragmatik.
a. Integrasi Vertikal
Terjadi hubungan antara elit dengan massa berdasarkan pola integrasi aliran. Integrasi ini
tidak selalu berarti prosesnya dari atas (elit) ke bawah (massa) saja, melainkan juga dari
massa ke kalangan elit berdasarkan pola paternalistik.
a. Integrasi Horisontal
Antara elit politik tidak terjalin integrasi yang dapat dibanggakan. Walaupun pernah
terjalin integrasi kejiwaan antarelit, tetapi akhirnya berproses ke arah disintegrasi. Di lain
pihak, pertentangan antar elit itu bersifat menajam dan terbuka.
Kategori elit Indonesia yang disebut penghimpun solidaritas (solidarity makers) lebih
menampak dalam periode demokrasi liberal. Walaupun demikian, waktu itu terlihat pula
munculnya kabinet-kabinet yang terbentuk dalam suasana keselang-selingan pergantian
kepemimpinan seperti kelompok administrators yang dapat memegang peranan.
a. Gaya Politik
Bersifat idiologis yang berarti lebih menitikberatkan faktor pembeda. Karena ideologi
cenderung bersifat kaku dan tidak kompromistik atau reformistik.
Adanya kelompok-kelompok yang mengukuhi ideologi secara berlainan, bahkan
bertentangan, berkulminasi pada saat berhadapan dengan penetapan dasar negara pada
sidang Konstituante.
Gaya politik yang ideologik dalam Konstituante ini oleh elitnya masing-masing dibawa
ke tengah rakyat, sehingga timbul ketegangan dan perpecahan dalam masyarakat.
a. Kepemimpinan
Berasal dari angkatan Sumpah Pemuda pada tahun 1928 yang lebih cenderung, belum
permisif untuk meninggalkan pikiran-pikiran paternal, primordial terhadap aliran, agama,
suku, atau kedaerahan.
a. Perimbangan Partisipasi Politik dengan Kelembagaan
a) Massa
Partisipasi massa sangat tinggi, sampai-sampai tumbuh anggapan bahwa seluruh
lapisan rakyat telah berbudaya politik partisipasi.
b) Veteran dan Militer
Adanya pengaruh demokrasi barat yang lebih dominan, maka keterlibatan militer
dalam dunia politik tidak terlalu terlihat, sehingga supremasi sipil yang lebih
menonjol.
a. Pola Pembangunan Aparatur Negara
Berlangsung dengan pola bebas, artinya ditolerir adanya ikatan dengan kekuatankekuatan politik yang berbeda secara ideologis. Akibatnya, fungsi aparatur negara yang
semestinya melayani kepentingan umum tanpa pengecualian, menjadi cenderung
melayani kepentingan golongan menurut ikatan primordial.
a. Tingkat Stabilitas
Terjadi instabilitas politik yang berakibat negatif bagi usaha-usaha pembangunan.
Sistem Pemerintahan di Indonesia :
1. Presidensial (19451950)
PM : Sutan Syahir
Juni 9, 2013
CONTOH DEMOKRASI DAN PELAKSANAANNYA DI INDONESIA
Contoh Demokrasi dan Pelaksanaanya di Indonesia
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya
mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas dasar negara untuk dijalankan
oleh pemerintah negara tersebut. atau dengan kata lain, Demokrasi dapat dikatakan sebagai
kekuasaan atau pemerintah rakyat, yaitu kekuasaan yang berasal dari rakyat, oleh rakya, dan
untuk rakyat.
Macam-macam Demokrasi :
1. Demokrasi sederhana (terdapat di desa)
2. Demokrasi Barat (Kontinen dan Amerika, terdapat di barat)
3. Demokrasi Kapitalis
4. Demokrasi Timur
5. Demokrasi Tengah ( Dianut saat Jerman pada masa Hitler)
6. Demokrasi Parlementer
7. Demokrasi sistem Pemisahan
8. Demokrasi Sistem referendum
Model Demokrasi :
1. Model Demokrasi berwawasan radikal (radical democracy) adalah demokrasi yang di tandai
dengan kuatnya pandangan bahwa hak-hak setiap warga negara dilindungi dengan prinsip
persamaan di depan hukum.
2. Model Demokrasi berwawsan Liberal Merupakan demokrasi yang lebih menekankan pada
pengakuan terhadap hak-hak warga negara, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat.
3. Model Demokrasi Klasik Athena.
4. Model Demokrasi Republikanisme Protektif dan republika-nisme perkembangan.
5. Model Demokrasi Protektif dan Demokrasi Fundamental.
6. Model Demokrasi Langsung, yang menempatkan tiap individu memilih dan merealisasikan
keinginan sesuai dengan apa yang mereka butuhkan.
7. Model Demokrasi Kompetisi Elit, yang berisi metode pemilihan elite politik yang mampu
mengambil keputusan yang diperlukan.
8. Model Pluralisme, yaitu mementingkan kebebasan politik bagi minoritas.
9. Model Demokrasi Legal, yang mementingkan prinsip mayoritas yang mampu berfungsi
dengan pantas dan bijak.
10. Model Demokrasi Partisipatif .
11. Model emokrasi Deliberatif.
12. Model Otonomi demokrasi dan demo-krasi kosmopoliyan, yaitu demokrasi yang
mementingkan kesetaraan dalam sebuah komunitas nasib yang saling melengkapi.
Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
* Bubarkan konstituante
* Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950
* Pembentukan MPRS dan DPAS
b. Masa demokrasi Terpimpin 1959 1966
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang berintikan
musyawarah untuk mufakat secara gotong royong diantara semua kekuatan nasional yang
progresif revolusioner dengan berporoskan nasakom dengan ciri:
1. Dominasi Presiden
2. Terbatasnya peran partai politik
3. Berkembangnya pengaruh PKI
Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:
1. Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang dipenjarakan
2. Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan presiden membentuk
DPRGR
3. Jaminan HAM lemah
4. Terjadi sentralisasi kekuasaan
5. Terbatasnya peranan pers
6. Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur)
Akhirnya terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh PKI.
3. Pelaksanaan demokrasi Orde Baru 1966 1998
Pelaksanaan demokrasi orde baru ditandai dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966, Orde
Baru bertekad akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen. Awal
Orde baru memberi harapan baru pada rakyat pembangunan disegala bidang melalui Pelita I, II,
III, IV, V dan pada masa orde baru berhasil menyelenggarakan Pemilihan Umum tahun 1971,
1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.
Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini dianggap gagal sebab:
1. Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada
2. Rekrutmen politik yang tertutup
3. Pemilu yang jauh dari semangat demokratis
4. Pengakuan HAM yang terbatas
5. Tumbuhnya KKN yang merajalela.
Sebab jatuhnya Orde Baru:
1. Hancurnya ekonomi nasional ( krisis ekonomi )
2. Terjadinya krisis politik
3. TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba
4. Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto untuk turun jadi
Presiden
5. Pelaksanaan demokrasi pada masa Reformasi 1998 s/d sekarang.
Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan dari Presiden Soeharto ke
Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.
Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara lain:
1. Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi
2. Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang Referandum
3. Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bebas dari KKN
4. Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil
Presiden RI
5. Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV
Pada Masa Reformasi berhasil menyelenggarakan pemiluhan umum sudah dua kali yaitu tahun
1999 dan tahun 2004
d. Periode Berlakunya Demokrasi dalam Era Reformasi (1998-Sekarang)
Runtuhnya Orde Baru ditandai dengan adanya krisis kepercayaan yang direspon oleh kelompok
penekan (pressure group) dengan mengadakan berbagai macam demonstrasi yang dipelopori
oleh mahasiswa, pelajar, LSM, politisi, maupun masyarakat.
Runtuhnya kekuasaan rezim orde baru telah memberikan harapan baru bagi tumbuhnya
demokrasi di Indonesia. Masa peralihan demokrasi ini merupakan masa yang sangat rumit dan
kritis karena pada masa ini akan ditentukan kearah mana demokrasi akan dibangun. Keberhasilan
dan kegagalan suatu transisi demokrasi sangat bergantung pada empat faktor, yaitu:
1) komposisi elite polit
2) desain institusi politik
3) kultur politik atau perubahan sikap terhadap politik dikalangan elite
dan non elite politik
4) peran masyarakat madani.
Keempat faktor tersebut harus berjalan sinergis sebagai modal untuk mengkonsolidasikan
demokrasi. Sedangkan Azyumardi Azra menyatakan langkah yang harus dilakukan dalam
transisi Indonesia menuju demokrasi sekurang-kurangnya mencakup reformasi dalam tiga bidang
besar, yaitu:
1) reformasi konstitusional (constitutional reform) yang menyangkutperumusan kembali
falsafah, kerangka dasar, dan perangkat legal sistem politik.
2) reformasi kelembagaan (institutional reform and empowerment),yang menyangkut
pengembangan dan pemberdayaan lembaga politik;
3) pengembangan kultur atau budaya politik (political culture) yanglebih demokratis.
Sedangkan dinamika demokrasi pada masa reformasi dapat dilihat berdasarkan aktifitas
kenegaraan sebagai berikut.
1) Dikeluarkanya Undang-Undang No. 31 tahun 2002 tentang Partai Politik, memberikan ruang
dan gerak lebih luas untuk mendirikan partai politik yang memungkinkan berkembangnya
multipartai. Hal ini dapat dilihat dalam Undang-Undang No. 31 Tabun 2002 Pasal 2 ayat 1 yang
menyatakan partai politik didirikan dan dibentuk oleh sekurang-kurangnya 50 orang warga
negara Indonesia yang telah
berusia 21 tahun dengan akta notaris.
2) Undang-Undang No.12 tahun 2003 tentang Pemilu memberikan kebebasan kepada warga
negara untuk menggunakan hak pilihnya secara langsung untuk memilih anggota DPR, DPRD
provinsi, DPRD kabupaten/kota maupun DPD. Bahkan pemilihan presiden dan wakilnya juga
dilaksanakan secara langsung.
3) Upaya untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dari KKN, berwibawa dan bertanggung
jawab dibuktikan dengan keluarnya ketetapan MPR No.IX/MPR/1998 dan ditindak lanjuti
dengan Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang pembentukan Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi dan sebagainya.
4) Lembaga legislatif dan organisasi sosial politik sudah mempunyai keberanian untuk
melakukan fungsi kontrol terhadap ekskutif, sehingga terjadi check and balance.
5) Lembaga tertinngi negara MPR berani mengambil langkah-langkah politik dengan adanya
sidang tahunan dan menuntut kepada pemerintah dan lembaga negara lain untuk menyampaikan
laporan kemajuan (progress report).
6) Adanya kebebasan media massa tanpa ada rasa takut untuk dicabut surat ijin penerbitannya.
7) Adanya pembatasan masa jabatan presiden, yaitu jabatan presiden paling lama adalah 2
periode masa kepemimpinan.
Referensi :
[1] Pelaksanaan demokrasi di indonesia. http://www.edupkn.smansarbg.com/ pelakdemo.html
DEMOKRASI LIBERAL
Mula-mula harus dipahami bahwa demokrasi yang berjalan di Indonesia saat ini adalah
DEMOKRASI LIBERAL, bahkan mungkin ultra liberal. Di negara-negara Amerika dan Eropa,
yang katanya dianggap Mbah-nya demokrasi, situasinya tidak seliberal kondisi demokrasi di
Indonesia saat ini.
Indikasi sistem demokrasi liberal di Indonesia antara lain sebagai berikut:
[1] Pemilu multi partai yang diikuti oleh sangat banyak partai. Paling sedikit sejak reformasi,
Pemilu diikuti oleh 24 partai (Pemilu 2004), paling banyak 48 Partai (Pemilu 1999). Pemilu
bebas berdiri sesuka hati, asal memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan KPU. Kalau semua partai
diijinkan ikut Pemilu, bisa muncul ratusan sampai ribuan partai.
[2] Pemilu selain memilih anggota dewan (DPR/DPRD), juga memilih anggota DPD (senat).
Selain anggota DPD ini nyaris tidak ada guna dan kerjanya, hal itu juga mencontoh sistem di
Amerika yang mengenal kedudukan para anggota senat (senator).
[3] Pemilihan Presiden secara langsung sejak 2004. Bukan hanya sosok presiden, tetapi juga
wakil presidennya. Untuk Pilpres ini, mekanisme nyaris serupa dengan pemilu partai, hanya
obyek yang dipilih berupa pasangan calon. Kadang, kalau dalam sekali Pilpres tidak diperoleh
pemenang mutlak, dilakukan pemilu putaran kedua, untuk mendapatkan legitimasi suara yang
kuat.
[4] Pemilihan pejabat-pejabat birokrasi secara langsung (Pilkada), yaitu pilkada gubernur,
walikota, dan bupati. Lagi-lagi polanya persis seperti pemilu Partai atau pemilu Presiden. Hanya
sosok yang dipilih dan level jabatannya berbeda. Disana ada penjaringan calon, kampanye,
proses pemilihan, dsb.
[5] Adanya badan khusus penyelenggara Pemilu, yaitu KPU sebagai panitia, dan Panwaslu
sebagai pengawas proses pemilu. Belum lagi tim pengamat independen yang dibentuk secara
swadaya. Disini dibutuhkan birokrasi tersendiri untuk menyelenggarakan Pemilu, meskipun pada
dasarnya birokrasi itu masih bergantung kepada Pemerintah juga.
[6] Adanya lembaga surve, lembaga pooling, lembaga riset, dll. yang aktif melakukan riset
seputar perilaku pemilih atau calon pemilih dalam Pemilu. Termasuk adanya media-media yang
aktif melakukan pemantauan proses pemilu, pra pelaksanaan, saat pelaksanaan, maupun paca
pelaksanaan.
[7] Demokrasi di Indonesia amat sangat membutuhkan modal (duit). Banyak sekali biaya yang
dibutuhkan untuk memenangkan Pemilu. Konsekuensinya, pihak-pihak yang berkantong tebal,
mereka lebih berpeluang memenangkan Pemilu, daripada orang-orang idealis, tetapi miskin
harta.Akhirnya, hitam-putihnya politik tergantung kepada tebal-tipisnya kantong para politisi.
Semua ini dan indikasi-indikasi lainnya telah terlembagakan secara kuat dengan payung UU
Politik yang direvisi setiap 5 tahunan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem demikian telah
menjadi realitas politik legal dan memiliki posisi sangat kuat dalam kehidupan politik nasional.
SISTEM BERBAHAYA
Harus diingat, sistem demokrasi liberal itu sangat berbahaya. Ia bisa menghancurkan bangsa
Indonesia secara cepat. Lihatlah kebobrokan bangsa ini selama 10 tahun terakhir, sejak
Reformasi!!! Kalau kebobrokan ini terus berjalan, dalam masa 15 tahun atau 20 tahun ke depan,
saya yakin negara ini akan bubar atau terpecah-belah.
Namanya juga demokrasi liberal. Ia tidak punya komitmen terhadap KEPENTINGAN
INTERNAL. Komitmen dia hanyalah pada pasar alias market. Negara manapun yang diserahkan
ke market, lama-lama akan bubar. Eropa saja sangat protektif dengan EURO-nya. Sementara di
Indonesia, proteksi dilarang karena dianggap tidak demokratis. Aneh bin ajaib!
Sebenarnya, tidak ada suatu masalah dalam kehidupan ini yang tidak terpecahkan. Segala sesuatu
ada solusinya. Seperti yang dikatakan oleh Nabi Saw, Tidaklah Allah menurunkan penyakit,
melainkan Dia juga menurunkan obatnya. (HR. Bukhari). Dapat dikiaskan, bahwa segala
masalah yang kita hadapi ada solusinya. Hanya saja, maukah kita mencari solusi itu? Atau, kalau
sudah ada solusinya, maukah kita mengamalkannya?
Dalam soal demokrasi liberal, sebenarnya bukan tidak ada solusi, hanya kita malas untuk
menggalinya. Kalaupun sudah menemukan solusi, tidak ada kemauan untuk menjalankannya.
Jadi, jangan salahkan solusi, tetapi salahkan diri sendiri yang mau dikurung oleh pemikiranpemikiran sempit.
Kalau mau jujur, siapa sangka kita akan mendapati demokrasi liberal seperti saat ini, padahal
dulu selama puluhan tahun dalam kungkungan regim otoriter Soeharto? Tetapi karena ada
kemauan kuat, dan ada kesediaan berkorban, akhirnya sistem itu kan berubah juga. Iya kan?
Disini saya akan sebutkan beberapa model SOLUSI yang bisa ditempuh Ummat Islam untuk
memecahkan kebuntuan politik liberal selama ini. Saya mulai dari solusi yang lebih praktis dan
tingkat kesulitannya lebih rendah.
Apakah untuk perbaikan disebut tidak relevan, sementara untuk kebobrokan ada
segunung alasan untuk membenarkananya? Sangat ironis dong!
Wallahu alam bisshawaab.
Bandung, 27 Maret 2009.
AM. Waskito.
1.
2.
3.
4.
5.
Hasil
di seluruh wilayah Indonesia, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis, Gerakan
APRA, Gerakan RMS.
Berakhirnya kekuasaan kabinet
hanya saja terjadi perubahan skala prioritas dalam pelaksanaan programnya, seperti
awalnya program Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman selanjutnya
diprioritaskan untuk menjamin keamanan dan ketentraman
Kendala/ Masalah yang dihadapi
Adanya krisis moral yang ditandai dengan munculnya korupsi yang terjadi
pada setiap lembaga pemerintahan dan kegemaran akan barang-barang
mewah.
Muncul pertentangan dari Masyumi dan PNI atas tindakan Sukiman sehingga
mereka menarik dukungannya pada kabinet tersebut. DPR akhirnya menggugat
Sukiman dan terpaksa Sukiman harus mengembalikan mandatnya kepada presiden.
c. KABINET WILOPO (3 April 1952 3 Juni 1953)
Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar
yang ahli dalam biangnya.
Dipimpin Oleh : Mr. Wilopo
Program :
1. Program dalam negeri
Terjadi defisit kas negara karena penerimaan negara yang berkurang banyak
terlebih setelah terjadi penurunana hasil panen sehingga membutuhkan biaya
besar untuk mengimport beras.
mau pergi sebab telah dihasut oleh PKI. Akibatnya terjadi bentrokan senjata
dan beberapa petani terbunuh.
Intinya peristiwa Tanjung Morawa merupakan peristiwa bentrokan antara aparat
kepolisian dengan para petani liar mengenai persoalan tanah perkebunan di
Sumatera Timur (Deli).
Berakhirnya kekuasaan kabinet :
Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya dari Serikat Tani
Indonesia terhadap kabinet Wilopo. Sehingga Wilopo harus mengembalikan
mandatnya pada presiden.
d. KABINET ALI SASTROAMIJOYO I (31 Juli 1953 12 Agustus 1955)
Kabinet ini merupakan koalisi antara PNI dan NU.
Dipimpin Oleh : Mr. Ali Sastroamijoyo
Program
:
Persiapan Pemilihan Umum untuk memilih anggota parlemen yang akan
diselenggarakan pada 29 September 1955.
: Burhanuddin Harahap
Program
:
Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September 1955
(memilih anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih konstituante).
Terdapat 70 partai politik yang mendaftar tetapi hanya 27 partai yang lolos
seleksi. Menghasilkan 4 partai politik besar yang memperoleh suara
terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI.
Program kabinet ini disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun yang memuat
program jangka panjang, sebagai berikut.
1. Perjuangan pengembalian Irian Barat
2. Pembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya anggotaanggota DPRD.
3. Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.
4. Menyehatkan perimbangan keuangan negara.
5. Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan
kepentingan rakyat.
Selain itu program pokoknya adalah,
Pembatalan KMB,
Hasil
titik tolak dari periode planning and investment, hasilnya adalah Pembatalan
seluruh perjanjian KMB.
Kendala/ Masalah yang dihadapi
Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi membuat kabinet hasil Pemilu I ini
jatuh dan menyerahkan mandatnya pada presiden.
g. KABINET DJUANDA ( 9 April 1957- 5 Juli 1959)
Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar
yang ahli dalam bidangnya. Dibentuk karena Kegagalan konstituante dalam
menyusun Undang-undang Dasar pengganti UUDS 1950. Serta terjadinya
perebutan kekuasaan antara partai politik.
Dipimpin Oleh : Ir. Juanda
Program
:
Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi
Djuanda, yang mengatur mengenai laut pedalaman dan laut teritorial.
semakin meningkat. Hal ini menyebabkan hubungan pusat dan daerah menjadi
terhambat. Munculnya pemberontakan seperti PRRI/Permesta.
-
Presiden Sukarno di depan Perguruan Cikini saat sedang menghadir pesta sekolah
tempat putra-purinya bersekolah pada tanggal 30 November 1957. Peristiwa ini
menyebabkan keadaan negara semakin memburuk karena mengancam kesatuan
negara.
Berakhir saat presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan
mulailah babak baru sejarah RI yaitu Demokrasi Terpimpin.
B. KEADAAN EKONOMI INDONESIA MASA LIBERAL
Meskipun Indonesia telah merdeka tetapi Kondisi Ekonomi Indonesia masih sangat
buruk. Upaya untuk mengubah stuktur ekonomi kolonial ke ekonomi nasional yang
sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia berjalan tersendat-sendat.
Faktor yang menyebabkan keadaan ekonomi tersendat adalah sebagai
berikut.
1. Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tanggal 27 Desember 1949,
bangsa Indonesia menanggung beban ekonomi dan keuangan seperti yang telah
ditetapkan dalam KMB. Beban tersebut berupa hutang luar negeri sebesar 1,5
Triliun rupiah dan utang dalam negeri sejumlah 2,8 Triliun rupiah.
2. Defisit yang harus ditanggung oleh Pemerintah pada waktu itu sebesar 5,1 Miliar.
3. 3.
Indonesia hanya mengandalkan satu jenis ekspor terutama hasil bumi yaitu
pertanian dan perkebunan sehingga apabila permintaan ekspor dari sektor itu
berkurang akan memukul perekonomian Indonesia.
4. Politik keuangan Pemerintah Indonesia tidak di buat di Indonesia melainkan
dirancang oleh Belanda.
5. Pemerintah Belanda tidak mewarisi nilai-nilai yang cukup untuk mengubah sistem
ekonomi kolonial menjadi sistem ekonomi nasional.
6. Belum memiliki pengalaman untuk menata ekonomi secara baik, belum memiliki
tenaga ahli dan dana yang diperlukan secara memadai.
7. Situasi keamanan dalam negeri yang tidak menguntungkan berhubung banyaknya
pemberontakan dan gerakan sparatisisme di berbagai daerah di wilayah Indonesia.
2.
Dampaknya rakyat kecil tidak dirugikan karena yang memiliki uang Rp. 2,50 ke
atas hanya orang-orang kelas menengah dan kelas atas. Dengan kebijakan ini dapat
mengurangi jumlah uang yang beredar dan pemerintah mendapat kepercayaan dari
pemerintah Belanda dengan mendapat pinjaman sebesar Rp. 200 juta.
2. Sistem Ekonomi Gerakan Benteng
Sistem ekonomi Gerakan Benteng merupakan usaha pemerintah Republik
Indonesia untuk mengubah struktur ekonomi yang berat sebelah yang dilakukan
pada masa Kabinet Natsir yang direncanakan oleh Sumitro Joyohadikusumo
(menteri perdagangan). Program ini bertujuan untuk mengubah struktur ekonomi
kolonial menjadi struktur ekonomi nasional (pembangunan ekonomi Indonesia).
Programnya :
Menumbuhkan kelas pengusaha dikalangan bangsa Indonesia.
Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu diberi kesempatan untuk
berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional.
Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu dibimbing dan diberikan
bantuan kredit.
Para pengusaha pribumi diharapkan secara bertahap akan berkembang menjadi
maju.
Gagasan Sumitro ini dituangkan dalam program Kabinet Natsir dan Program
Gerakan Benteng dimulai pada April 1950. Hasilnya selama 3 tahun (1950-1953)
lebih kurang 700 perusahaan bangsa Indonesia menerima bantuan kredit dari
program ini. Tetapi tujuan program ini tidak dapat tercapai dengan baik meskipun
beban keuangan pemerintah semakin besar. Kegagalan program ini disebabkan
karena :
Para pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan pengusaha non pribumi
dalam kerangka sistem ekonomi liberal.
Para pengusaha pribumi memiliki mentalitas yang cenderung konsumtif.
Para pengusaha pribumi sangat tergantung pada pemerintah.
Para pengusaha kurang mandiri untuk mengembangkan usahanya.
Para pengusaha ingin cepat mendapatkan keuntungan besar dan menikmati cara
hidup mewah.
Para pengusaha menyalahgunakan kebijakan dengan mencari keuntungan secara
cepat dari kredit yang mereka peroleh.
Dampaknya program ini menjadi salah satu sumber defisit keuangan. Beban
defisit anggaran Belanja pada 1952 sebanyak 3 Miliar rupiah ditambah sisa defisit
anggaran tahun sebelumnya sebesar 1,7 miliar rupiah. Sehingga menteri keuangan
Jusuf Wibisono memberikan bantuan kredit khususnya pada pengusaha dan
pedagang nasional dari golongan ekonomi lemah sehingga masih terdapat para
pengusaha pribumi sebagai produsen yang dapat menghemat devisa dengan
mengurangi volume impor.
3. Nasionalisasi De Javasche Bank
Seiring meningkatnya rasa nasionalisme maka pada akhir tahun 1951
pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank
Indonesia. Awalnya terdapat peraturan bahwa mengenai pemberian kredi tharus
dikonsultasikan pada pemerintah Belanda. Hal ini menghambat pemerintah dalam
menjalankan kebijakan ekonomi dan moneter.
Tujuannya adalah untuk menaikkan pendapatan dan menurunkan biaya ekspor,
serta melakukan penghematan secara drastis.
Masa kabinet Juanda terjadi ketegangan hubungan antara pusat dan daerah.
Masalah tersebut untuk sementara waktu dapat teratasi dengan Musayawaraah
Nasional Pembangunan (Munap). Tujuandiadakan Munap adalah untuk mengubah
rencana pembangunan agar dapat dihasilkan rencana pembangunan yang
menyeluruh untuk jangka panjang. Tetapi tetap saja rencana pembangunan
tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan baik karena :
Adanya kesulitan dalam menentukan skala prioritas.
Terjadi ketegangan politik yang tak dapat diredakan.
Timbul pemberontakan PRRI/Permesta.
Membutuhkan biaya besar untuk menumpas pemberontakan PRRI/ Permesta
sehingga meningkatkan defisit Indonesia.
Memuncaknya ketegangan politik Indonesia- Belanda menyangkut masalah Irian
Barat mencapai konfrontasi bersenjata.
dan perubahan struktur ekonomi akan tercapai. Namun pada kenyataannya, bantuan
kredit ini tidak efektif sehingga program pemerintah tidak berhasil dan justru menjadi
salah satu sumber defisit.
Masalah perekonomian yang muncul ini pun akhirnya menimbulkan berbagai upaya
pemerintah indonesia untuk mengatasinya. Upaya-upaya tersebut antaralain adalah
sebagai berikut.
a. Gunting Syafruddin
Kebijakan ini adalah pemotongan nilai uang (sanering). Caranya memotong semua
uang yang bernilai Rp2,50 ke atas hingga nilainya tinggal setengahnya. Kebijakan ini
dilakuakan oleh Menteri Keuangan Syarifuddin Prawiranegara pada masa
pemerintahan RIS. Tindakan ini dilakukan pada tanggal 20 Maret 1950 untuk
menanggulangi defisit anggaran. Melalui kebijakan ini uang yang beredar dapat
dikurangi.
Baca juga: 6 Lembaga keuangan bukan bank
b. Sistem Ekonomi Gerakan Benteng
Sistem Ekonomi Gerakan Benteng merupakan usaha pemerintah untuk mengubah
struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional (pembangunan ekonomi
Indonesia). Sistem Ekonomi Gerakan Benteng memiliki tujuan antara lain sebagai
berikut.
1. Menumbuhkan kelas pengusaha di kalangan bangsa Indonesia. Para pengusaha
Indonesia yang bermodal lemah diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam
pembangunan ekonomi nasional.
2. Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu dibimbing dan diberikan
bantuan kredit.
3. Para pengusaha pribumi diharapkan secara bertahap akan berkembang menjadi
maju.
Gerakan benteng dimulai pada bulan april 1950. Hasilnya selama 3 tahuan (1950-1953)
kurang lebih 700 perusahaan bangsa Indonesia menerima bantuan kredit dari program
ini. Tetapi, tujuan program ini tidak dapat tercapai dengan baik dan mengakibatkan
beban keuangan pemerintah makin besar.
Kegagalan Gerakan Banteng disebabkan oleh hal-hal berikut.
1). Para pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan pengusaha nonpribumi dalam
kerangka sistem ekonomi liberal.
2). Para pengusaha pribumi memiliki mentalitas yang cenderung konsumtif
3). Para pengusaha pribumi sangat bergantung pada pemerintah.
4). Para pengusaha kurang mandiri untuk mengembangkan usahanya.
5). Para pengusaha ingin cepat mendapatkan keuntungan besar dan menikmati cara
hidup mewah.
6). Para pengusaha menyalahgunakan kebijakan dengan mencari keuntungan secara
cepat dari kredit yang mereka peroleh.
c. Nasionalisasi De Javasche Bank
Pada akhir tahun 1951, pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi De Javasche
Bank menjadi Bank Indonesia. Awalnya, terdapat peraturan bahwa mengenai
pemberian kredit harus dikonsultasikan pada pemerintah Belanda. Hal ini menghambat
pemerintah dalam menjalankan kebijakan ekonomi dan moneter. Tujuan nasionalisasi
De Javasche Bank adalah untuk menaikkan pendapatan dan menurunkan biaya ekspor,
serta melakukan penghematan.
d. Sistem Ekonomi Ali-Baba
Pada pemerintahan Kabinet Ali Sastroamidjojo I (Agustus 1954-Agustus 1955), Menteri
Perekonomian Mr. Iskaq Tjokroadisurjo memprakarsai sistem ekonomi yang dikenal
dengan nama Sistem Ali-Baba. Sistem ini merupakan bentuk kerja sama ekonomi
antara pengusaha pribumi yang diidentikkan dengan Ali dan pengusaha nonpribumi
(khususnya China) yang diidentikkan dengan Baba. Sistem ekonomi ini bertujuan
mendorong tumbuh dan berkembangnya pengusaha-pengusaha swasta nasional
pribumi. Dalam pelaksanaannya, sistem ekonomi Ali-Baba tidak berjalan seperti yang
diharapkan. Hal ini disebabkan para pengusaha nonpribumi lebih berpengalaman
daripada pengusaha pribumi. Akibatnya, para pengusaha pribumi hanya dijadikan
sebagai alat bagi para pengusaha nonpribumi untuk mendapatkan kredit dari
pemerintah.
e. Devaluasi Mata Uang Rupiah
Dalam usaha memperbaiki kondisi ekonomi, pada tanggal 24 Agustus 1959, pemerintah
mendevaluasi mata uang Rp1.000 dan Rp500 menjadi Rp100 dan Rp50. Pemerintah
juga melakukan pembekuan terhadap semua simpanan di bank-bank yang melebihi
jumlah Rp25.000. Tujuan kebijakan devaluasi ini adalah untuk meningkatkan nilai
rupiah dan rakyat kecil tidak dirugikan. Namun, kebijakan pemerintah ini ternyata tidak
dapat mengatasi kemunduran ekonomi secara keseluruhan.
f. Mengeluarkan Deklarasi Ekonomi
Deklarasi Ekonomi (Dekon) dikeluarkan pada tanggal 26 Mei 1963. Pemerintah
menganggap bahwa untuk menanggulangi kesulitan ekonomi, satu-satunya jalan
adalah dengan sistem Ekonomi Terpimpin. Namun, dalam pelaksanaan Ekonomi
Terpimpin, pemerintah lebih menonjolkan unsur terpimpinnya daripada unsur ekonomi
efisien. Sektor ekonomi ditangani langsung oleh Presiden. Akibatnya, kegiatan
ekonomi sangat bergantung pada pemerintah pusat dan kegiatan ekonomi pun
mengalami penurunan. Meski berbagai upaya perbaikan ekonomi telah dilakukan,
pendapatan perintah tetap menurun karena saat itu Indonesia tidak memiliki ekspor
kecuali hasil perkebunan. Selain itu, adanya pemberontakan dan gerakan separatis di
berbagai daerah di Indonesia dan tidak stabilnya situasi politik dalam negeri
mengakibatkan pengeluaran pemerintah untuk operasi-operasi keamanan makin
meningkat. berbagai daerah di Indonesia dan tidak stabilnya situasi politik dalam negeri
mengakibatkan pengeluaran pemerintah untuk operasi-operasi keamanan makin
meningkat.
Demikian artikel saya tentang Masalah Ekonomi Masa Demokrasi Liberal dan
Terpimpin Serta Upaya Mengatasinya semoga bermanfaat bagi agan sekalian yang
sedang mencari informasi seputar hal tersebut.
http://awalilmu.blogspot.co.id/2015/12/masalah-ekonomi-masa-demokrasi-liberalterpimpin-upaya-mengatasi.html
Oleh :
Angger Cahyaning Tyas Asih
20110510223
Kelas C
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Berbicara mengenai demokrasi liberal memang tak kunjung habis. Mulai dari
yang pro maupun yang kontra. Ada yang berpendapat bahwa sistem demokrasi di
Indonesia sudah on the track dan tinggal menyempurnakan. Ada pula yang
berpendapat sebaliknya bahwa demokrasi di Indonesia telah gagal karena tidak
mampu menghadirkan kesejahteraan dan keadilan. 14[1] Secara definisi demokrasi
adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya
mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk
dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Maksud dari mewujudkan kedaulatan
rakyat sendiri yaitu melindungi secara konstitusional hak-hak individu dari
kekuasaan pemerintah. Karena, dalam demokrasi liberal keputusan-keputusan
mayoritas (dari proses perwakilan atau langsung) diberlakukan pada sebagian besar
bidang-bidang kebijakan pemerintah.
Namun, sebenarnya demokrasi tidak sesederhana itu. Demokrasi harus
dipahami dari dua dimensi, yaitu: dimensi normatif dan dimensi empirik. Dimensi
pertama mengajarkan kepada kita apa yang seharusnya secara idiil dari demokrasi.
Kedaulatan ada di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Mejelis
Permusyawaratan Rakyat, kata Undang-Undang Dasar 1945. Tetapi, benarkah
demikian? Kenyataannya, selama 32 tahun di bawah pemerintahan Orde Baru, jauh
panggang dari api. Rakyat hanya dijadikan pemanis dalam kehidupan politik agar
segala sesuatunya nampak indah.15[2]
14[1] http://www.unisosdem.org/article_detail.php?
aid=11737&coid=3&caid=31&gid=2
15[2] Affan Gaffar, Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi, Yogyakarta, Pustaka
Pelajar, 2000.
16[3] Affan Gaffar, Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi, Yogyakarta, Pustaka
Pelajar, 2000.
17[4] http://alhakiki.wordpress.com/2010/01/08/pemerintahan-pada-masademokrasi-liberal-dan-terpimpin/
B.
Rumusan Masalah
1.
2.
KERANGKA TEORI
A. Demokrasi Liberal
Berbicara mengenai demokrasi liberal banyak definisi yang berusaha
mengartikan apa itu demokrasi liberal. Demokrasi liberal adalah suatu demokrasi
yang menempatkan kedudukan badan legislatif lebih tinggi dari pada badan
eksekutif. Kepala pemerintahan dipimpin oleh seorang Perdana Mentri. Perdana
Mentri dan mentri-mentri dalam kabinet diangkat dan diberhentikan oleh parlemen.
Dalam demokrasi parlementer Presiden menjabat sebagai kepala negara.
Demokrasi liberal merupakan sistem politik yang melindungi secara konstitusional
hak-hak individu dari kekuasaan pemerintah. Dalam demokrasi liberal, keputusankeputusan mayoritas baik itu dari proses perwakilan atau langsung diberlakukan
pada sebagian besar bidang-bidang kebijakan pemerintah yang tunduk pada
pembatasan-pembatasan agar keputusan pemerintah tidak melanggar
kemerdekaan dan hak-hak individu seperti tercantum dalam konstitusi negara yang
menganut demokrasi liberal itu sendiri.
2.
3.
4.
dirinya
A.
sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945. Akhirnya Presiden menganggap bahwa
keadaan ketatanegaraan Indonesia membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa
dan negara serta merintangi pembangunan dalam mencapai masyarakat yang adil
dan makmur; sehingga pada tanggal 5 Juli 1959 mengumumkan dekrit mengenai
pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945 serta tidak berlakunya
UUDS 1950.
B. Pembahasan
Demokrasi liberal tidak berumur panjang, yaitu hanya antara tahun 19501959, ketika soekarno menjabat sebagai presiden dan mengeluarkan dekrit pada 5
juli 1959 yang membubarkan konstituante dan menyarakan kembali ke UUD 1945.
Karena ciri utama masa Demokrasi Liberal adalah sering bergantinya kabinet. Maka
hal ini menyebabkan jumlah partai yang cukup banyak, tetapi tidak ada partai yang
memiliki mayoritas mutlak. Setiap kabinet terpaksa didukung oleh sejumlah partai
berdasarkan hasil usaha pembentukan partai ( kabinet formatur ). Bila dalam
perjalanannya kemudian salah satu partai pendukung mengundurkan diri dari
kabinet, maka kabinet akan mengalami krisis kabinet. Presiden hanya menunjuk
seseorang ( umumnya ketua partai ) untuk membentuk kabinet, kemudian setelah
berhasil pembentukannya, maka kabinet dilantik oleh Presiden.
Suatu kabinet dapat berfungsi bila memperoleh kepercayaan dari parlemen,
dengan kata lain ia memperoleh mosi percaya. Sebaliknya, apabila ada sekelompok
anggota parlemen kurang setuju ia akan mengajukan mosi tidak percaya yang
dapat berakibat krisis kabinet. Selama sepuluh tahun (1950-1959) ada tujuh
kabinet, sehingga rata-rata satu kabinet hanya berumur satu setengah tahun. Dan
pada umumnya program kabinet tidak dapat diselesaikan. Mosi yang diajukan untuk
menjatuhkan kabinet lebih mengutamakan merebut kedudukan partai daripada
menyelamatkan rakyat. Sementara para elit politik sibung dengan kursi kekuasaan,
rakyat mengalami kesulitan karena adanya berbagai gangguan keamanan dan
beratnya perekonomian ysng menimbulkan labilnya sosial-ekonomi.
Menurut pendapat Affan Gaffar dalam bukunya yang berjudul Politik
Indonesia kegagalan Demokrasi Liberal di Indonesia disebabkan oleh :
1. Dominannya politik aliran sehingga membawa konsekuensi terhadap
pengelolaan konflik.
Pemilahan sosial yang terjadi dalam masyarakat pasca kemerdekaan boleh
dikatakan sangat tajam. Pemilahan tresebut bersumber dari agama, etnisitas,
kedaerahaan dan lain sebagainya. Pemilahan tersebut merupakan sumber
pengelompokan politik yang disebut dengan politik aliran, yang merupakan ciri
pokok perpolitikan pada masa pasca kemerdekaan. Proses pengelompokan politik
seperti ini sebenarnya diwariskan dari pengalaman politik belanda, karena sebagian
kalangan elit politik kita sangat dipengaruhi oleh sistem kepartaiian yang ada di
Belanda. Sebagaimana kehidupan politik di belanda masyarakat dikelompokkan
kedalam beberapa pilar atau aliran yang sesuai dengan latar belakang mereka yang
kemudian dijadikan partai politik. Hal itu tercermin pada sistem kepartaian di
indonesia yang terbagi dalam 5 kelompok besar yaitu: islam, java tradisionalis,
demokratik sosialis, radikal nasionalis dan komunis.
Dampak adanya beberapa aliran yang mewarnai kehidupan politik di
indonesia adalah : petama, konflik yang cenderung meluas melewati batas wilayah,
akibatnya sulit diatasi, dan akhirnya akan membawa dampak yang sangat negatif
terhadap stabilitas politik. Kedua, koalisi antara kekuatan politik yang ada terutama
dalam membentuk eksekutif menjadi sangat lemah. Satu kekuatan politik hampir
tidak dapat memberikan kesempatan agar kekuatan politik lainnya mempunyai
kesempatan untuk membentuk eksekutif dan menjalankan progaram
pemerintahannya. Sementara itu koalisi baru akan dapat terwujud apabila
memenuhi dua syarat utama, yaitu adanya kompabilitas kepemimpinan diantara
para tokoh partai dan kedekatan ideologi antara partai yang berkoalisi. 19[6]
Ciri utama masa Demokrasi Liberal adalah sering bergantinya kabinet. Hal ini
disebabkan karena jumlah partai yang cukup banyak, tetapi tidak ada partai yang
memiliki mayoritas mutlak. Setiap kabinet terpaksa didukung oleh sejumlah partai
berdasarkan hasil usaha pembentukan partai ( kabinet formatur ). Bila dalam
perjalanannya kemudian salah satu partai pendukung mengundurkan diri dari
kabinet, maka kabinet akan mengalami krisis kabinet. Suatu kabinet dapat
berfungsi bila memperoleh kepercayaan dari parlemen, dengan kata lain ia
memperoleh mosi percaya. Sebaliknya, apabila ada sekelompok anggota parlemen
kurang setuju ia akan mengajukan mosi tidak percaya yang dapat berakibat krisis
kabinet dan stabilitas politikpun menjadi sangat rendah. 20[7]
2. Basis sosial ekonomi yang masih sangat lemah.
Sudah tidak heran kalau demokrasi liberal mengalami kegagalan dalam
memperlihatkan kinerjanya dengan baik, karena pada waktu itu tingkat pendapatan
perkapita masyarakat kita masih sangat rendah. Untuk menyehatkan
perekonomian, dilakukan penyehatan keuangan dengan mengadakan sanering yang
dikenal dengan Gunting Syafrudin (19 Maret 1950). Uang Rp. 5,00 ke atas
dinyatakan hanya bernilai setengahnya, sedangkan setengahnya lagi merupakan
obligasi. Bari tindakan tersebut Pemerintah dapat menarik peredaran uang
sebanyak Rp. 1,5 milyar untuk menekan inflasi.
Pemerintah juga mengeluarkan peraturan tentang Bukti Eksport (BE) untuk
mengimbangi import. Eksportir yang telah mengeksport kemudian memperoleh BE
19[6] Affan Gaffar, Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi, Yogyakarta, Pustaka
Pelajar, 2000.
20[7] http://abigdream.wordpress.com/2010/04/01/indonesia-pada-masa-demokrasiliberal-1950-1959/
21[8] Affan Gaffar, Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi, Yogyakarta, Pustaka
Pelajar, 2000.
B.
Saran
Demokrasi Liberal saat itu hendaknya dijadikan pembelajaran dan acuan bagi
demokrasi saat ini. Dimana ini sangat berguna agar kejadian yang tidak diinginkan
tidak terulang kembali. Seperti masalah krisis ekonomi yang terjadi saat itu yang
menyebabkan kesejahteraan rakyat terabaikan. Untuk itu kita harus dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi kita di berbagai sektor. Khususnya sektor
lokal yang dapat membantu perekonomian rakyat. Dan juga hindarilah pergantian
kabinet karena itu dapat mengakibatkan instabilitas ekonomi.
REFERENSI
http://www.unisosdem.org/article_detail.php?
aid=11737&coid=3&caid=31&gid=2
http://alhakiki.wordpress.com/2010/01/08/pemerintahan-padamasa-demokrasi-liberal-dan-terpimpin/
http://abigdream.wordpress.com/2010/04/01/indonesia-padamasa-demokrasi-liberal-1950-1959/