DISUSUN OLEH :
2020
BAB I
Pengertian Nilai menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sifat-sifat (hal-hal)
yang penting atau berguna bagi kemanusiaan dan/atau sesuatu yang menyempurnakan
manusia sesuai dengan hakikatnya
Nilai Secara etimologi nilai berasal dari kata value (Inggris) yang berasal dari kata valere
(Latin) yang berarti : kuat, baik, dan berharga. Dengan demikian secara sederhana, nilai (value )
adalah sesuatu yang berguna. Menurut Djahiri (1999), nilai adalah harga, makna, isi dan pesan,
semangat, atau jiwa yang tersurat dan tersirat dalam fakta, konsep, dan teori, sehingga
bermakna secara fungsional. Disini, nilai difungsikan untuk mengarahkan, mengendalikan, dan
menentukan kelakuan seseorang, karena nilai dijadikan standar perilaku. Sedangkan menurut
Dictionary dalam Winataputra (1989), nilai adalah harga atau kualitas sesuatu. Artinya, sesuatu
dianggap memiliki nilai apabila sesuatu tersebut secara instrinsik memang berharga. Contoh :
Nilai benda kayu jati dianggap tinggi, sehingga kayu jati memiliki nilai jual lebih mahal
kualitas yang baik, tangguh, tidak mudah kropos, dan lebih kuat daripada jenis kayu yang lain
seperti kamper. Oleh karena itu, sudah sewajarnya jika kayu jati, menurut pandangan
masyarakat khususnya pemborong, nilainya mahal. Berdasarkan uraian di tersebut dapat
disimpulkan bahwa pengertian dan makna nilai adalah suatu bobot/kualitas perbuatan kebaikan
yang mendapat dalam berbagai hal yang dianggap sebagai sesesuatu yang berharga, berguna,
dan memiliki manfaat. Dalam pembelajaran, nilai sangat penting untuk ditanamkan sejak dini
karena nilai bermanfaat sebagai standar pegangan hidup.
Secara umum, nilai adalah konsep yang menunjuk pada hal hal yang dianggap
berharga dalam kehidupan manusia, yaitu tentang apa yang dianggap baik, layak,
pantas, benar, penting, indah, dan dikehendaki oleh masyarakat dalam kehidupannya.
Sebaliknya, hal-hal yang dianggap tidak pantas, buruk, salah dan tidak indah dianggap
sebagai sesuatu yang tidak bernilai. Sesuatu dikatakan mempunyai nilai, apabila
mempunyai kegunaan, kebenaran, kebaikan dan keindahan. Contohnya emas dianggap
bernilai karena ia bermanfaat, berguna serta berharga. Sedangkan limbah dianggap
tidak bernilai karena sifatnya buruk, jelek dan merugikan.
Dengan begitu, maka nilai adalah konsep umum tentang sesuatu yang dianggap baik
dimana keberadaannya dicita citakan, diinginkan, dihayati, dan dilaksanakan dalam
kehidupan sehari hari dan menjadi tujuan kehidupan bersama di dalam kelompok
masyarakat tersebut, mulai dari unit kesatuan sosial terkecil hingga yang terbesar, mulai
dari lingkup suku, bangsa, hingga masyarakat internasional.
Dari pengalaman hidupnya, bangsa Indonesia memperoleh suatu nilai yang kemudian
dijadikan kesepakatan bersama (consensus) yang kemudian dikenal dengan nilai-nilai
kebangsaan. Nilai-nilai kebangsaan tersebut adalah nilai dasar yang bersumber dari nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila, Sebagai dasar Negara; Undang-undang dasar
1945, sebagai konstitusi; Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai sasanti
pemersatu; Bhineka Tunggal Ika. Nilai-nilai dasar tersebut dicerminkan dalam sikap dan
perilaku Warga Negara Indonesia, yang mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa,
kesatuan wilayah yang terdiri dari pulau-pulau dai dalam kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa.
Ada beberapa pengertian tentang bangsa dan kebangasaan yang berkembang. Ernest
Renan menyatakan bahwa bangsa adalah; bukan suatu ras, bukan orang,-orang yang
mempunyai kepentingan yang sama, bukan pula dibatasi oleh batas-batas geografis atau
batas alamiah. Nation (bangsa) adalah suatu solidaritas, suatu jiwa, suatu asa apiritual,
suatu solidaritas yang dapat tercipta oleh perasaan pengirbanan yang telah lampaudan
bersedia dibuat di masa yang akan datang.
Nation memiliki masa lampau tetapi berlanjut masa kini dalam suatu realita yang jelas
melalui kesepakatan dan keinginan untuk hidup bersama (le desire d’enter ensemble).
Nation tidak terkait oleh Negara karena Negara berdasarkan hukum. Menurutnya,
wilayah dan ras bukan penyebab timbulnya bangsa. Bagi rakyat Negara yang akan
dikuasai ras lain (negara jajahan), para pemimpin pergerakan/kemerdekaan mengobarkan
semangat nasionalisme berdasarkan teori Renan. Oleh karena itu tidak mengherankan
bahwa pada negara nasional baru (dikenal pula sebagai negara dunia ketiga) jiwa
nasionalisme tumbuh seperti terori dari Ernest Renan.
Hans Kohn adalah seorang ahli antropologi etnis, dia mengemukakan teorinya tentang
bangsa bahwa bangsa itu terbentuk karena persamaan bahasa, ras, agama, peradaban,
wilayah, Negara dan kewarganegaraan. Suatu bangsa juga tumbuh dan berkembang dari
anasir – anasir serta akar – akar yang terbentuk melalui suatu proses sejarah.
Selain itu juga Ernest Renan mengatakan bahwa kejayaan dimasa lampau, suatu
keinginan hidup bersama baik dimasa sekarang dan dimasa yang akan datang serta
penderitaan – penderitaan bersama adalah factor yang membentuk jiwa bangsa.
Teori yang mengungkapkan hubungan antara wilayah geografi dengan bangsa. Teori
tersebut dikembangkan oleh Frederich Ratzel dalam bukunya yang berjudul “Political
Geography“ (1987). Dimana teori tersebut menyatakan bahwa Negara merupakan suatu
organisme yang hidup. Suatu bangsa dapat tetap berdiri kokoh, maka Negara tersebut
memerlukan suatu ruangan untuk hidup. Menurut Ratzel, Negara – Negara besar
memiliki semangat ekspansi, militerisme dan optimisme.
BAB II
Nilai kebangsaan merupakan komponen penting yang harus diingat semua masyarakat
Indonesia. Nilai kebangsaan bisa menjadi sumber untuk membentuk rasa kebangsaan
yang bisa mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia, Nilai ini bersumber dari budaya yang
dimiliki Indonesia.
Nilai-nilai kebangsaan tersebut menjadi wujud sikap dan perilaku yang akan
Masyarakat lakukan dan tunjukkan sebagai warga negara Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam bersikap, Masyarakat harus tahu
bagaimana Masyarakat bersikap dan berperilaku dalam kumpulan masyarakat dan
berperilaku sebagai warga negara Indonesia.
Kedua, mengembangkan ragam seni budaya lewat kegiatan pertunjukan sebagai rasa
syukur kita akan perjuangan yang telah dilakukan para leluhur.
Nilai-nilai kebangsaan harus tetap tertanam di dalam diri kaum muda masa kini dan
generasi masa depan sehingga nasionalisme dan patriotisme terhadap bangsa dan negara
menjadi nilai yang terpatri dalam kehidupan mereka. Guru, orangtua, dan masyarakat
memiliki peran yang sama pentingnya dalam mempromosikan, menjalankan, dan
mempertahankan nilai kebangsaan agar tetap tumbuh, berkembang, dan berkelanjutan.
BAB III
Nilai kebangsaan merupakan komponen penting yang harus diingat semua masyarakat
Indonesia. Nilai kebangsaan bisa menjadi sumber untuk membentuk rasa kebangsaan
yang bisa mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia. Ada empat macam Konsensus
Indonesia yang masing-masing memiliki nilai kebangsaan didalamnya antara lain;
Dalam memorandum DPRGR 9 Juli 1966, yang disahkan oleh MPRS dengan
ketetapannya Nomor XX/MPRS/1966, Pancasila adalah pandangan hidup bangsa
Indonesia yang telah dimurnikan dan dipadatkan menjadi dasar falsafah negara RI.
Pandangan hidup yaitu pandangan dunia atau way of life, yaitu bagaimana cara
menjalani kehidupan.
Pancasila sebagai falsafah hidup dan cita-cita moral bangsa Indonesia merupakan inti
semangat bersama dari berbagai moral yang secara nyata terdapat di Indonesia. Seperti
diketahui, di tanah air kita terdapat berbagai ajaran moral sesuai dengan adanya berbagai
agama dan kepercayaan serta adat istiadat. Setiap moral itu mempunyai corak sendiri ,
berbeda satu sama lain, dan hanya berlaku pada umatnya yang bersangkutan. Namun,
dalam moral-moral itu terdapat unsur bersama yang bersifat umum dan mengatasi segala
paham golongan. Moral Pancasila mampu mengatasi segala golongan dan bersifat
nasional.
Akan tetapi, hal tersebut tidak berarti bahwa semua norma moral harus dijadikan
norma yuridis. Norma moral ditetapkan menjadi norma hukum positif selama norma itu
mengatur tindakan-tindakan lahiriah yang menyangkut masyarakat. Sementara itu,
masalah yang semata-mata batiniah merupakan urusan pribadi warga negara. Hal ini
harus senantiasa diperhatikan dalam pelaksanaan pembinaan dan pengaturan negara
terhadap peri kehidupan bangsa.
Oleh karena itu, tampaklah bahwa materi perundang-undangan terbatas pada moral
bersama rakyat. Sehubungan dengan pengamalan Pancasila dalam konteks moral
perorangan, negara wajib menciptakan suasana yang mampu memupuk budi pekerti
luhur dengan baik. Dalam penjelasan umum UUD 1945 dengan tepat ditandaskan bahwa
“undang-undang dasar harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan
penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan
memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
Pembukaan UUD 1945 memiliki kedudukan penting dalam hukum dasar tertulis
negara kesatuan Republik Indonesia. Pembukaan UUD’45 dapat diibaratkan sebagai
abstrak dari sebuah karya ilmiah atau pendahuluan dalam sebuah buku yang berisi hal-
hal yang sangat mendasar atau inti sari dari keseluruhan isi sebuah karya ilmiah atau
buku.
a. Dasar tujuan negara baik tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum
terdapat dalam” ... ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Tujuan umum menyangkut hubungan antar
bangsa (pergaulan masyarakat internasionl) Tujuan umum inilah yang merupakan
dasar politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif. Tujuan khusus ada dalam
“ ........melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa........” Tujuan ini
meliputi tujuan nasional yaitu sebagai tujuan bersama bangsa Indonesia dalam
membntuk 6 negara untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur,
material spiritual.
c. Bentuk Negara Pernyataan ini tersimpul dalam kalimat: “...yang terbentuk dalam
suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat”. d. Dasar
filsafat negara (asas kerohanian negara) Pernyataan ini tersimpul dalam kalimat:
“... dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil
dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Bangsa Indonesia adalah bangsa baru yang sangat majemuk. Lahir melalui Sumpah
Pemuda 28 Oktober 1928, bangsa muda ini berhasil meraih kemerdekaan pada 17
Agustus 1945. Bangsa baru ini, yang berdiam dalam wilayah kepulauan yang sangat
luas, diperhadapkan dengan kemajemukan yang sudah lama. Pada masa penjajahan,
Belanda dan Jepang, keragaman itu dipersatukan dengan paksa oleh kekuatan penjajah
yang memiliki kekuatan organisasi pemerintahan, kekuatan teknologi militer, dan
melalui politik divide‐et‐impera serta dengan mengeksploitasi kelemahan kerajaan‐
kerajaan Nusantara pada waktu itu.
Dalam era kemerdekaan, persatuan itu kokoh berdiri ditegakkan oleh cara pandang
bangsa Indonesia (wawasan kebangsaan bhinneka‐tunggal‐ika) dan kehendak bersama
untuk mewujudkan cita‐cita kemerdekaan dalam satu negara kesatuan berbentuk
republik, milik bersama bangsa, yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945.
Ditempa oleh sejarah perjuangan nasional yang panjang, dengan bimbingan para tokoh
perjuangan pendiri bangsa, ikatan batin bangsa Indonesia telah tumbuh kuat. Sejarah
pergerakan nasional yang panjang itu mengukuhkan bangsa Indonesia sebagai bangsa
pejuang. Pada dasarnya orang Indonesia yang berbeda‐beda itu memandang dirinya
(national insight) sebagai satu kesatuan dan seluruh wilayah Indonesia adalah tanah air
dan tumpah darahnya.
Namun, sejarah juga mencatat ada masanya ketika pemerintahan negara kesatuan
dijalankan dengan sangat sentralistik dan mengabaikan keragaman dan kebersamaan
seluruh daerah. Cara pandang kebangsaan yang bhinneka‐tunggal‐ika dikesampingkan.
Penguasa sangat menekankan ke‐tunggal‐an (persatuan) dan sangat tidak memberi
tempat bagi ke‐bhinneka‐an (keberagaman). Berbagai kebijakan untuk menyeragamkan
segala sesuatu dijalankan. Kekayaan sumber daya alam di daerah dieksploitiasi dan
dipergunakan dengan mengabaikan rasa keadilan terhadap daerah. Kepala daerah sering
ditunjuk dari Pusat dengan mengabaikan faktor objektif daerah. Kesenjangan kemajuan
antar‐daerah sangat meningkat.
NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) adalah negara kesatuan yang berupa
republik dengan sistem desentralisasi, yang mana pemerintah daerah menjalankan
otonomi dengan luas pada bidang pemerintahan, yang sudah ditentukan oleh undang-
undang yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Berdasarkan UUD 1945 Pasal 1 ayat 1 NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)
adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik. Ketetapan ini sudah disusun dalam
pasan 18 UUD 1945 ayat (1) yang menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik
Indonesia terbagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu terbadi atas kota
dan kabupaten yang masing-masing kota, kabupaten dan provinsi tersebut memilki
pemerintahan daerah yang diatur dengan Undang-Undang.
Pasal 18 UUD 1945 menjelaskan dengan detail NKRI adalah berikut ini:
Negara Kesatuan Republik Indonesia terbagi atas daerah provinsi dan daerah
provinsi tersebut terbagi atas kabupaten dan kota, yang setiap provinsi,
kabupaten serta kota tersebut memiliki pemerintahan daerah yang diatur dalam
Undang-Undang.
Pemerintahan Daerah Provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dengan
menjalankan sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas
pembantuan
Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten serta kota mempunyai DPRD
yang anggotanya dipilih dari pemilihan umum (Pemilu)
Gubernur, Bupati dan Walikota adalah kepala pemerintahan masing-masing
daerah provinsi, kabupaten dan kota yang dipilih dengan cara demokrasi
Pemerintahan dearah menjalankan otonomi dengan seluasnya kecuali bidang
pemerintahan yang oleh undang-undang ditetapkan menjadi bidang
pemerintah pusat
Pemerintah daerah memiliki hak menentukan peraturn daerah dan peraturan-
peraturan lain untuk menjalankan otonomi dan tugas pembantuan
Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam
Undang-Undang.
Secara etimologi atau asal-usul bahasa, kata-kata Bhinneka Tunggal Ika berasal dari
bahasa Jawa Kuno yang bila dipisahkan menjadi Bhinneka = beragam atau beraneka,
Tunggal = satu, dan Ika = itu. Artinya, secara harfiah, jika diartikan menjadi beraneka
satu itu. Maknanya, bisa dikatakan bahwa beraneka ragam tetapi masih satu jua.
Semoboyan ini diambil dari kitab atau kakawin Sutasoma karangan Empu Tantular, yang
hidup pada masa Kerajaan majapahit sekitar abad ke-14 M.
Hal ini menunjukkan persatuan dan kesatuan yang terjadi diwilayah Indonesia, dengan
keberagaman penduduk Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku, bahasa
daerah, ras, agama, dan kepercayaan, lantas tidak membuat Indonesia menjadi terpecah-
belah. Melalui semboyan ini, Indonesia bisa dipersatukan dan semua keberagaman
tersebut menjadi satu bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sejak Negara Republik Indonesia ini merdeka, para pendiri bangsa mencantumkan
kalimat Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan pada lambang negara Garuda
Pancasila. Kalimat itu sendiri diambil dari falsafah Nusantara yang sejak jaman Kerajaan
Majapahit yang juga sudah dipakai sebagai motto pemersatu Nusantara, yang diikrarkan
oleh Patih Gajah
bhinnêka tunggal ika tan hana dharmma mangrwa (Pupuh 139: 5).
Terjemahan:
Konon dikatakan bahwa Wujud Buddha dan Siwa itu berbeda. Mereka memang
pandang? Karena kebenaran yang diajarkan Buddha dan Siwa itu sesungguhnya satu jua.
Mereka memang berbeda-beda, namun hakikatnya sama. Karena tidak ada kebenaran
yang mendua. (Bhineka Tunggal ika tan Hana Dharma Mangrwa).
Frasa tersebut berasal dari bahasa Jawa Kuna dan diterjemahkan dengan kalimat
berbeda-beda tetapi tetap satu. Kemudian terbentuklah Bhineka Tunggal Ika menjadi jati
diri bangsa Indonesia. Ini artinya, bahwa sudah sejak dulu hingga saat ini kesadaran akan
hidup bersama di dalam keberagaman sudah tumbuh dan menjadi jiwa serta semangat
bangsa di negeri ini. Munandar (2004:24) dalam Tjahjopurnomo S.J. mengungkapkan
bahwa sumpah palapa secara esensial, isinya mengandung makna tentang upaya untuk
mempersatukan nusantara. Sumpah Palapa Gajah Mada hingga kini tetap menjadi acuan,
sebab Sumpah Palapa itu bukan hanya berkenaan dengan diri seseorang, namun
berkenaan dengan kejayaan eksistensi suatu kerajaan. Oleh karena itu, sumpah palapa
merupakan aspek penting dalam pembentukan Jati Diri Bangsa Indonesia.
palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring
Terjemahan:
Kemudian dilanjutkan dengan adanya Sumpah Pemuda yang tidak kalah penting dalam
sejarah perkembangan pembentukan Jati Diri Bangsa ini. Tjahjopurnomo (2004)
menyatakan bahwa Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada 28 Oktober 1928 secara
historis merupakan rangkaian kesinambungan dari Sumpah Palapa yang terkenal itu,
karena pada intinya berkenaan dengan persatuan, dan hal ini disadari oleh para pemuda
yang mengucapkan ikrar tersebut, yakni terdapatnya kata sejarah dalam isi putusan
Kongres Pemuda Kedua.
Sumpah Pemuda merupakan peristiwa yang maha penting bagi bangsa Indonesia,
setelah Sumpah Palapa. Para pemuda pada waktu itu dengan tidak memperhatikan latar
kesukuannya dan budaya sukunya berkemauan dan berkesungguhan hati merasa
memiliki bangsa yang satu, bangsa Indonesia. Ini menandakan bukti tentang kearifan
para pemuda pada waktu itu. Dengan dikumandangkannya Sumpah Pemuda, maka sudah
tidak ada lagi ide kesukuan atau ide kepulauan, atau ide propinsialisme atau ide
federaslisme. Daerah-daerah adalah bagian yang tidak bisa dipisah-pisahkan dari satu
tubuh, yaitu tanah Air Indonesia, bangsa Indonesia, dan bahasa Indonesia. Sumpah
Pemuda adalah ide kebangsaan Indonesia yang bulat dan bersatu, serta telah
mengantarkan kita ke alam kemerdekaan, yang pada intinya didorong oleh kekuatan
persatuan Indonesia yang bulat dan bersatu itu.
Dan dikuatkan dengan pilar Sumpah Palapa diikuti oleh Sumpah Pemuda yang
mengikrarkan persatuan dan kesatuan Nusantara / bangsa Indonesia, serta proklamasi
kemerdekaan dalam kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia yang utuh dan
menyeluruh. Hal itu tidak terlepas dari pembentukan jati diri daerah sebagai dasar
pembentuk jati diri bangsa.
BAB IV
WAWASAN KEBANGSAAN
Istilah Wawasan Kebangsaan terdiri dari 2 kata yaitu “Wawasan” dan “Kebangsaan”.
Wawasan artinya meninjau atau pandangan. Sedangkan Kebangsaan adalah kumpulan
masyarakat yang keturunan, adat, budaya, bahasa dan sejarahnya sama. Wawasan
Kebangsaan berarti cara pandang yang dilandasi oleh pemikiran warga dari suatu negara
tentang lingkungannya sendiri dalam kehidupan bernegara.
Demikian pula hasil penelitian selama 30 tahun Prof. Arysio Santos dari Brazil yang
akhirnya dapat menemukan Benua Atlantis yang hilang, dan dengan sangat berani serta
yakin berkesimpulan bahwa Benua Atlantis yang tenggelam tersebut adalah Indonesia.
Apakah hal ini juga hanya dipandang sebagai “masa lalu” bagi bangsa Indonesia ? Jika
demikian halnya maka sebenarnya bangsa Indonesia sungguh “sangat miskin” terhadap
nilai-nilai kebangsaan.
Keris dan kemudian wayang yang dinyatakan oleh UNESCO sebagai warisan dunia
(world heritage) ditanggapi adem ayem saja oleh bangsa Indonesia. Tidak ada pihak
yang berusaha menyosialisasikan keris dan wayang agar dikenal lebih dalam oleh
bangsa Indonesia sendiri. Karena bangsa Indonesia, sekali lagi, miskin terhadap nilai-
nilai kebangsaan.
Pancasila yang menjadi dasar negara dan ideologi bangsa yang mampu merekat
keaneka ragaman dan kemajemukan bangsa, hanya dipandang sebagai masa lalu dan
kuno. Baik pemerintah maupun para elit politik hanya menjadikan Pancasila sebagai
wacana seremonial dalam upacara-upacara kenegaraan dan dalam “upacara” peringatan
hari lahirnya Pancasila. Sesudah upacara, perduli amat ! Tanpa tindak lanjut yang
berarti.
Karena dipandang sebagai masa lalu maka sejarah kebangsaan tidak pernah dijadikan
mata pelajaran utama atau mata kuliah utama, baik di sekolah maupun di perguruan
tinggi. Kalau ditanya, siapa Bung Karno dan siapa Bung Hatta ? Jawabanya: “Oh, itu
Sukarno-Hatta nama lapangan terbang internasional di Cengkareng ! Mereka juga tidak
tahu bahkan tidak perduli, siapa para Bapak Pendiri Bangsa dan Negara Indonesia !
Terdapat beberapa tujuan dari wawasan kebangsaan. Yang pertama adalah
terbentuknya bangsa yang kuat, kukuh bersatu, berdaya saing tinggi, dan sejahtera.
Selain itu, wawasan kebangsaan juga menjaga sejarah kebangsaan Indonesia &
kecintaan akan NKRI. Tujuan lain dari wawasan kebangsaan adalah revitalisasi dan
reaktualisasi nilai-nilai Pancasila, serta secara khusus meredam berkembangnya
penonjolan primordialisme sempit, kesukuan, kedaerahan, dan mencegah disintegrasi
bangsa. Terakhir, wawasan kebangsaan dapat meningkatkan kualitas penangkal maya
demi lestarinya bangsa.
Menggugah semangat kebangsaan. Bung Karno dan Bung Hatta sebagai bapak bangsa
senantiasa menggelorakan semangat kebangsaan bangsa Indonesia dengan menanamkan
sejarah kebangsaan. Bung Karno selalu menanamkan kejayaan dan kebesaran bangsa
Indonesia melalui pemahaman sejarah kebangsaan. Bangsa yang tidak memahami
sejarah kebangsaannya bagaikan wayang kulit yang tiada gagangnya. Ia akan lemas,
lunglai dan tidak mampu berdiri tegak dengan gagahnya. Bangsa yang tidak menghayati
sejarah kebangsaannya tidak akan mampu menyerap nilai-nilai kebangsaan yang
diwariskan dari satu generasi ke generasi bangsa berikutnya.
Nilai-nilai dasar kebangsaan bersumber dari nilai-nilai budaya yang dimiliki bangsa
itu. Nilai-nilai dasar kebangsaan mengalir dari sumbernya mengarungi bukit, lereng,
jurang dan lembah menjadi aliran semangat kebangsaan yang dahsyat, yang mampu
menembus dan menggerus bebatuan yang menghalangi cita-cita kebangsaan yang
hendak diraih oleh bangsa Indonesia.
Semangat kebangsaan adalah penggerak nilai-nilai yang terdapat di dalam jiwa dan
menjadi ruh bangsa Indonesia. Nilai dasar kebangsaan itu statik, sedangkan nilai
yang bergerak terus yang menjadi pendorong semangat kebangsaan adalah nilai
instrumental atau nilai praksis yang senantiasa dapat disesuaikan dengan konteks dan
situasi yang dihadapi oleh bangsa Indonesia setiap saat. Oleh sebab itu semangat
kebangsaan inilah yang senantiasa harus terus menerus digugah, didorong dan
dibangkitkan, agar terus menerus bergejolak di dalam hati setiap bangsa Indonesia.
Bangsa tidak dapat terwujud dengan sendirinya, melainkan harus diusahakan. Seperti
bangsa Indonesia, dibangkitkan sejak awal permulaan abad ke 20 (KebangMasyarakatn
Nasional 1908), dibangun atau diwujudkan sejak awal pertengahan abad ke 20 (Sumpah
Pemuda 1928) dan bangsa Indonesia menegara sejak pertengahan abad ke 20
(Proklamasi
Namun usaha menjalin persatuan bangsa Indonesia waktu itu masih dalam proses,
karena nilai-nilai kebangsaan yang membingkai persatuan menjadi satu bangsa masih
dalam proses penanaman atau inplantasi melalui pendidikan. Upaya penanaman
tersebut ternyata memerlukan waktu satu generasi. Setelah satu generasi, generasi
berikutnya inilah yang mewujudkan nilai-nilai kebangsaan dalam bentuk wujud nyata
bangsa Indonesia. Walaupun bangsa Indonesia yang diikrarkan itu masih dalam
kekuasaan penjajahan bangsa asing atau bangsa lain, namun kesepakatan menjadi
bangsa Indonesia tidak dapat dibatasi atau dihambat oleh penjajahan bangsa lain.
Bangsa Indonesia secara nyata (de facto) telah ada sejak 28 Oktober 1928. Usaha
memerdekan bangsa Indonesia yang terjajah merupakan perjuangan tersendiri.
Dalam kurun waktu satu generasi pula kemudian bangsa Indonesia menyatakan diri
kemerdekaannya melalui Prolamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945. Sejak itulah bangsa Indonesia benar-benar
bersatu, merdeka.dan berdaulat. Dengan kemerdekaan kebangsaan itulah bangsa
Indonesia mendirikan negara bangsa Republik Indonesia.
BAB V
KESIMPULAN
Kerukunan dalam kehidupan dapat mencakup 4 hal, yaitu: Kerukunan dalam rumah
tangga, kerukunan dalam beragama, kerukunan dalam mayarakat, dan kerukunan dalam
berbudaya. Indonesia yang sangat luas ini terdiri dari berbagai macam suku, ras, dan
agama serta sangat rawan akan terjadinya konflik pertikaian jika seandainya saja setiap
pribadi tidak mau saling bertoleransi.
Dengan demikian masyarakat Indonesia dituntut untuk hidup rukun yang berpusat
pada Nilai-nilai Kebangsaan. Bayangkan bagaimana bisa sekumpulan Warga Negara
hidup tanpa adanya pedoman Nilai-nilai kebangsaan? Bagaimana seorang remaja dapat
menghafalkan Lagu Kebangsaan jika tidak diajarkan ketika Ia duduk dibangku Sekolah
Dasar.
https://nusantaranews.co/nilai-nilai-kebangsaan-adalah-masa-kini-dan-masa-depan-bangsa/
https://prezi.com/n5dy_h-m1faf/nilai-nilai-kebangsaan-indonesia/
https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/19/070000569/pengertian-4-pilar-kebangsaan-
dan-tujuannya?page=all
http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/ahkam/article/view/1461
https://media.neliti.com/media/publications/28564-ID-eksistensi-nilai-nilai-filosofi-
kebangsaan-dalam-kepemimpinan-nasional.pdf
https://www.kompasiana.com/fajararianto/54f85bf8a33311fa7d8b4794/filsafat-pancasila-
dan-perkembangan-ilmu-pengetahuan
https://sinergibangsa.org/makna-pancasila-sebagai-falsafah-hidup-bangsa/
https://www.warganegara.org/blog/negara-kesatuan-republik-indonesia/
https://www.kompasiana.com/poerdiepew/5c0e2c62677ffb5d5b70bf03/makna-bhineka-
tunggal-ika-bagi-bangsa-dan-negara?page=all
https://www.warganegara.org/blog/negara-kesatuan-republik-indonesia/
https://ngada.org/uud01-1945pjl.htm
Winataputra, U.S. dan Dasim Budimansyah. 2007. Civic Education, Konteks, Landasan,
Bahan Ajar dan Kultur Kelas. UPI: Bandung.
Maskan, Akan, Dkk. 2004. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta ; PT. Gramedia Pustaka
Utama.