id
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas teori-teori yang digunakan sebagai dasar permasalahan dan
pembahasan dari penelitian, yang terdiri dari literatur mengenai perencanaan partisipatif,
rencana pembangunan desa, serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
(RPJMDes).
Menurut KBBI, kesesuaian adalah perihal sesuai; keselarasan (tentang pendapat, paham,
dan sebagainya); maupun terkait kecocokan. Sedangkan Perencanaan partisipatif menurut
Smith, R W (1973) diartikan sebagai sebuah paradigma perencanaan kota yang menekankan
pelibatan seluruh masyarakat dalam proses strategis dan manajemen perencanaan kota, tingkat
masyarakat, atau pedesaan. Hal ini sering dianggap sebagai bagian dari pengembangan
masyarakat. Perencanaan partisipatif bertujuan untuk menyelaraskan pandangan di antara
semua pesertanya serta mencegah konflik antara pihak yang berseberangan. Selain itu,
kelompok marjinal memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan.
Selaras dengan hal tersebut, menurut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (1996), perencanaan
partisipatif adalah proses perencanaan yang diwujudkan dalam musyawarah, bahwa sebuah
rancangan rencana dibahas dan dikembangkan bersama semua pelaku pembangunan
(stakeholders). Perencanaan partisipatif juga diartikan sebagai perencanaan yang dalam
tujuannya melibatkan masyarakat, dan dalam prosesnya melibatkan masyarakat (Abe, 2002)
sehingga dapat dimaknai sebagai serangkaian tahapan yang melibatkan dan mengikutsertakan
masyarakat mulai dari identifikasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi hingga
menentukan strategi prioritas rencana-rencana yang akan dilakukan, dan membuat keputusan
bersama (Wibowo, 2010) dengan melibatkan adanya peran organisasi sektor publik yang
terlibat dalam perencanaan partisipatif (de Roux, dalam Nieras, 2002).
27
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
potensi dan masalah hingga menentukan strategi prioritas rencana berdasarkan keputusan
bersana melalui musyawarah dengan tujuan untuk kepentingan masyarakat. Kesesuaian
perencanaan partisipatif terhadap rencana pembangunan desa akan membangun sinergi yang
positif dan konsolidasi sumber daya yang ada di masyarakat desa dan terutama di lingkungan
permukiman setempat, dalam rangka membangun kesadaran, pola pikir, sikap dan perilaku
masyarakat untuk mewujudkan peningkatan kualitas pembangunan dan kehidupan yang lebih
baik.
2.1.1 Perencanaan Partisipatif
Teori Habermas tentang rasionalitas komunikatif menjadi dasar munculnya perencanaan
partisipatif. Perencanaan partisipatif dinilai sebagai suatu “Proses sosial yang dinegosiasikan”.
Menurut de Roux, fokus utama Perencanaan partisipatif adalah menciptakan forum-forum
dialog antar berbagai pihak terkait yang mewakili berbagai keinginan sudut pandang,
interpretasi berkenaan dengan permasalahan, dan isu-isu yang dibahas bersama. Dalam
perencanaan partisipatif juga melibatkan proses sosial bahwa masyarakat perlu ikut serta
untuk memudahkan analisis kolektif tentang persoalan masyarakat dan mencapai prioritas
berdasarkan kesepakatan yang rumit dan tidak pasti. Perencanaan perlu dipahami sebagai
bersifat hati-hati, iteratif, dan fleksibel. Perencanaan juga menawarkan suatu kesempatan unik
bagi teknisi dan anggota masyarakat untuk berinteraksi dengan menghubungkan pengetahuan
(de Roux, dalam Nieras, 2002). Oleh karena itu, dalam perencanaan partisipatif masyarakat
memiliki peran yang sangat besar dalam berbagai rangkaian proses pengambilan keputusan
pembangunan yang berkaitan dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat.
Dalam filosofi perencanaan kota, diketahui bahwa keterlibatan dan peran masyarakat
pada setiap proses-proses penyusunan rencana bukan lagi hanya sebuah paradigma. Hal
tersebut dikarenakan mulai terjadi peningkatan dalam pemberdayaan peran masyarakat.
Keterlibatan peran masyarakat ini memiliki maksud untuk memenuhi kebutuhan dan harapan
masyarakat itu sendiri.
28
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Selaras dengan hal tersebut, menurut Wicaksono dan Sugiarto, tujuan dari kegiatan
perencanaan partisipatif (Wicaksono dan Sugiarto, 2001) antara lain meliputi:
Perencanaan partisipatif ini juga turut dipengaruhi oleh tingkat partisipasi masyarakat di
dalamnya. Menurut UU Nomor 26 Tahun 2007 pasal 65 ayat 2, masyarakat memiliki peran
untuk berpartisipasi dalam penyusunan, pemanfaatan, dan pengendalian tata ruang. Namun
demikian,, pembangunan masyarakat di desa juga masih belum optimal. Padahal semestinya,
masyarakat diharapkan dapat berlomba-lomba memberikan kontribusi dalam peningkatan
kualitas perencanaan desa, pengumpulan data, penemuan potensi, masalah, gagasan,
pendampingan, pengawasan, dan perbaikan kualitas perencanaan di desa.
Menurut Ach. Wazir, partisipasi bisa diartikan sebagai keikutsertaan atau keterlibatan
masyarakat baik secara sadar maupun tidak ke dalam proses sosial tertentu. Sehingga,
masyarakat dapat turut serta ke dalam berbagai kegiatan yang memunculkan sikap tunduk
patuh, memperoleh nilai, perasaan, tradisi, kesetiaan, kepatuhan dan rasa bertanggungjawab
bersama (Ach. Wazir Ws., et al., 1999). Partisipasi masyarakat menurut Isbandi adalah
keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di
masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani
masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses
mengevaluasi perubahan yang terjadi (Isbandi, 2007).
Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa partisipasi merupakan keterlibatan masyarakat
secara aktif secara sadar untuk berkontribusi dalam pembangunan mulai dari identifikasi
potensi dan masalah, perumusan rencana hingga pengambilan keputusan dan penentuan
prioritas.
Menurut Arnstein (1969), terdapat delapan tingkatan dalam partisipasi masyarakat.
Berikut merupakan gambar dan penjabaran tingkat partisipasi pada masyarakat.
31
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
penasehat. Tidak ada peran yang nyata, karena hanya diselewengkan sebagai publikasi
oleh pihak penguasa.
b) Therapy; Pada tingkatan ini, Masyarakat terlibat dalam banyak kegiatan dengan
perintah-perintah.
c) Informing; Merupakan tahap pemberian informasi kepada masyarakat tentang hak-hak,
tanggung jawab dan berbagai pilihan. Biasanya hanya diberikan secara satu arah melalui
media berita, pamflet, poster clan tanggapan atas pertanyaan.
d) Consultation; Pada tahap ini masyarakat telah mampu untuk terlibat dalam pengajuan
gagasan maupun informasi.
e) Placation; Pada tahap ini masyarakat telah mampu untuk terlibat dan memberikan
pengaruh, namun dominasinya masih sedikit.
f) Partnership; Pada tingkat ini, atas kesepakatan bersama, kekuasaan dalam berbagai hal
dibagi antara masyarakat dengan pihak penguasa. Disepakati juga pembagian tanggung
jawab dalam perencanaan, pengendalian keputusan, penyusunan kebijaksanaan dan
pemecahan berbagai permasalahan yang dihadapi.
g) Delegated Power; Pada tingkat ini masyarakat diberi limpahan kewenangan untuk
membuat keputusan pada rencana atau program tertentu. Masyarakat berhak
menentukan program yang bermanfaat bagi mereka.
h) Citizen Control; Pada tingkat ini masyarakat mempunyai kekuatan untuk mengatur
program atau kelembagaan yang berkaitan dengan kepentingan mereka. Masyarakat
mempunyai kewenangan penuh di bidang kebijaksanaan, aspek-aspek pengelolaan dan
dapat mengadakan negosiasi dengan "pihak-pihak luar" yang hendak melakukan
perubahan.
Sedangkan menurut Samuel Paul (1987), untuk mencapai tujuan partisipasti harus
menggunakan tahapan pelaksanaan partisipasi masyarakat sebagai berikut:
32
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pengalokasian sumber daya desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa yang
berkelanjutan (PERMENDAGRI Nomor 114 Tahun 2014).
Sesuai dengan UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 79 bahwa Pemerintah
Desa menyusun perencanaan Pembangunan Desa sesuai dengan kewenangannya secara
berjangka meliputi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) untuk
jangka waktu 6 (enam) tahun dan Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut
Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. RPJM Desa
maupun RKP Desa, keduanya ditetapkan dengan Peraturan Desa, yang merupakan satu-
satunya dokumen perencanaan dan menjadi dasar pedoman dalam penyusunan APB Desa.
RKP dan APBDesa merupakan penjabaran dari RPJMDesa. Sehingga, dalam penelitian ini
akan berfokus pada perencanaan desa berupa RPJMDesa. RPJM Desa ini memuat visi dan
misi Kepala Desa, arah kebijakan pembangunan desa, serta rencana kegiatan yang meliputi
Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa,
Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa.
36
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
prioritas masalah dan kebutuhan, lalu menyusun fokus dan prioritas rencana-rencana yang
akan dilaksanakan.
Pendekatan dan metode untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dalam proses
pembangunan dan yang dapat memberi ruang bagi kepentingan dan inisiatif pembangunan
yang bersumber dari masyarakat perlu dikembangkan dan dibina terus menerus. Dengan
penerapan partisipasi masyarakat dalam rencana pembangunan desa diharapkan dapat menjadi
wadah pertukaran informasi, dan pengetahuan masyarakat terkait dengan permasalahan-
permasalahan yang ada sesuai dengan kondisi sebenarnya serta kemampuan yang ada untuk
kemudian menyusun secara bersama rencana-rencana pembangunan berdasarkan kebutuhan
prioritas dan kondisi desa ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
(RPJMDes).
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. Selain itu, pengertian RPJM Desa
juga terdapat pada Pasal 1 angka 16 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 17 Tahun 2019 tentang Pedoman Umum Pembangunan
dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (“Permendes 17/2019”) adalah dokumen perencanaan
kegiatan pembangunan desa periode 6 tahun.
Selaras dengan teori terkait dengan perencanaan partisipatif, menurut Permendes Nomor
17 Tahun 2019 Pasal 3, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat desa bertujuan antara
lain sebagai berikut:
a. Mengembangkan prakarsa dan aspirasi masyarakat dalam Pembangunan Desa;
b. Meningkatkan swadaya dan gotong royong masyarakat;
c. Mengkonsolidasikan kepentingan bersama;
d. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa;
e. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;
f. Meningkatkan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa sesuai
kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa.
Kemudian, menurut Permendes Nomor 17 Tahun 2019 Pasal 4 disebutkan bahwa
prinsip Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat desa antara lain sebagai berikut:
a. keadilan;
b. Kebutuhan prioritas;
c. Terfokus;
d. Kewenangan Desa;
e. Swakelola;
f. Berdikari;
g. Berbasis sumber daya Desa;
h. Tipologi Desa;
i. Kesetaraan.
Dalam penyusunan RPJMDes juga dilakukan pengkajian keadaan desa dalam rangka
mempertimbangkan kondisi objektif Desa. Hal penting yang perlu dilakukan dalam rangka
menyiapkan dokumen RPJM Desa yang mampu menyajikan data/informasi yang logis dengan
perencanaan desa adalah melakukan kajian desa secara partisipatif. Selanjutnya, dilakukan
pengkajian tindakan masalah dengan menguraikan masalah untuk mencari penyebab-
penyebabnya, menguraikan potensi-potensi yang ada, serta menentukan kegiatan yang
38
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dianggap paling prioritas. Untuk menentukan urutan peringkat tindakan perlu didukung
dengan kriteria yang dapat membantu untuk memperkuat kesepakatan yang partisipatif.
Berdasarkan Permendes Nomor 17 Tahun 2019 Pasal 11 ayat 2, Penyusunan RPJM
Desa dilakukan dengan kegiatan yang paling sedikit sebagai berikut:
a. penyelenggaraan musyawarah desa tentang perencanaan desa;
b. pembentukan tim penyusun RPJM Desa;
c. penyelarasan arah kebijakan perencanaan pembangunan desa dengan arah
kebijakan pembangunan pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan
pemerintah daerah kabupaten/ kota;
d. pengkajian keadaan desa;
• pemetaan Aset dan Potensi Aset Desa; dan
• perencanaan pengembangan, pemeliharaan,
• pelestarian Aset dan Potensi Aset Desa.
• pemutakhiran data informasi pembangunan Desa.
• penggalian gagasan dusun atau kelompok.
e. penyusunan rancangan RPJM Desa;
f. penyelenggaraan musyawarah perencanaan pembangunan desa yang membahas
rancangan RPJM Desa;
g. penyelenggaraan musyawarah desa untuk membahas dan menyepakati RPJM
Desa;
h. penyelenggaraan musyawarah Badan Permusyawaratan Desa (“BPD”) untuk
membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa tentang RPJM Desa; dan
i. penyelenggaraan sosialisasi RPJM Desa kepada masyarakat oleh pemerintah desa
melalui media dan forum-forum pertemuan desa.
Sedangkan untuk usulan rencana kegiatan meliputi penyelenggaraan pemerintahan
Desa, pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat
Desa. Penggalian gagasan dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh unsur
masyarakat Desa sebagai sumber data dan informasi. Unsur masyarakat antara lain:
a. tokoh adat;
b. tokoh agama;
c. tokoh masyarakat;
d. tokoh pendidikan;
e. kelompok tani;
f. kelompok nelayan;
39
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
g. kelompok perajin;
h. kelompok perempuan;
i. kelompok pemerhati dan pelindungan anak;
j. kelompok masyarakat miskin; dan
k. kelompok masyarakat lain sesuai kondisi sosial budaya masyarakat
Selanjutnya, tim sebelas yang membuat RPJM Desa bertanggung jawab pula untuk
membuat laporan terkait hasil kajian dan analisis kondisi di desa lalu menyerahkannya kepada
Kepala Desa. Kemudian, laporan hasil kajian dan analisis desa tersebut diberika kepada BPD
untuk membuat rencana pembangunan melalui musyawarah bersama-sama. Penyelenggaraan
musyawarah oleh BPD dilaksanakan berdasarkan hasil kajian dan analisis kondisi desa.
Musyawarah Desa membahas dan menyepakati substansi utama RPJMDes sebagai berikut:
a. kondisi umum desa;
b. visi dan misi kepala desa;
c. arah kebijakan perencanaan pembangunan desa; dan
d. matriks rencana program dan/atau kegiatan desa meliputi bidang penyelenggaraan
pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan
desa dan pemberdayaan masyarakat desa.
Lebih lanjut, tim penyusun RPJM Desa terdiri atas:
a. pembina yang dijabat oleh kepala desa;
b. ketua yang dipilih oleh kepala desa dengan mempertimbangkan kemampuan dan
keahlian;
c. sekretaris yang ditunjuk oleh ketua tim; dan
d. anggota yang berasal dari perangkat desa, kader pemberdayaan masyarakat desa,
dan unsur masyarakat desa lainnya.
Tim penyusun RPJM Desa berjumlah ganjil dan paling sedikit 7 orang yang ditetapkan
dengan keputusan kepala desa. Tim penyusun RPJM Desa bertugas:
a. membantu kepala desa dalam penyusunan RPJM Desa;
b. memfasilitasi kegiatan pengkajian keadaan desa;
c. menyusun laporan hasil pengkajian keadaan desa;
d. menyiapkan rancangan RPJM Desa; dan
e. memfasilitasi musrenbang desa dalam rangka pembahasan rancangan RPJM Desa.
Keterlibatan kelembagaan merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan perencanaan
pembangunan desa khususnya RPJMDes. Menurut Permendes Nomor 17 Tahun 2019 Pasal
81 disebutkan bahwa pengorganisasian masyarakat dilaksanakan untuk membangun
40
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Forum musyawarah juga merupakan hal yang penting dalam penyusunan RPJMDes.
Partisipasi masyarakat dalam penyusunan rencana pembangunan desa dilaksanakan melalui
musyawarah desa. Penyelenggaraan musyawarah tersebut dilakukan oleh Kepala Desa dalam
rangka mendiskusikan, berdialog, dan kemudian menghasilkan kesepakatan bersama terkait
RPJMDes. Musyawarah tersebut harus melibatkan masyarakat, BPD, kelembagaan, dan
Pemerintah Desa. Apabila rencana pembangunan desa telah dibahas bersama dan
menghasilkan kesepakata bersama pula, maka selanjutnya rencana-rencana tersebut
ditetapkan menjadi Peraturan Desa tentang RPJM Desa oleh kepala desa dan BPD.
Menurut Permendes Nomor 17 Tahun 2019 Pasal 20, Musrenbang Desa dilaksanakan
untuk membahas dan menyepakati rancangan RPJM Desa. Pembahasan sebagaimana
dimaksud dilakukan melalui diskusi kelompok secara terarah, yang dibagi berdasarkan bidang
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa,
dan Pemberdayaan Masyarakat Desa.
2.2. Kerangka Teori
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perencanaan Substansi Tahapan
Partisipatif RPJMDes RPJMDes
Berdasarkan sintesis variabel diatas menurut teori-teori yang sudah ada, maka variabel
kesesuaian perencanaan partisipatif terhadap rencana pembangunan desa juga dikaitkan
dengan ranah keilmuan Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) terutama dalam hal ini yaitu
rencana pembangunan desa berupa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
(RPJMDes). Sehingga diperoleh variabel kesesuaian perencanaan partisipatif terhadap
rencana pembangunan desa dengan penjabaran sebagai berikut:
a. Variabel Partisipasi Masyarakat
Pada perencanaan partisipatif terhadap rencana pembangunan desa, diperlukan adanya
partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat yang berkaitan dengan rencana
pembangunan desa berupa keterlibatan baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam penggalian masalah, cara mengatasi menentukan prioritas, membuat keputusan
bersama berdasarkan harapan, kebutuhan, dan kemampuan. Partisipasi ini diharapkan
berlangsung secara terbuka, adanya sinergitas, berkelanjutan dan proaktif.
b. Variabel Kapasitas Kelembagaan
Pada perencanaan partisipatif terhadap rencana pembangunan desa, diperlukan adanya
kapasitas kelembagaan. Kapasitas kelembagaan yang berkaitan dengan rencana
pembangunan desa berupa peran organisasi sektor publik yang terlibat dalam
menekankan partisipasi dan menfasilitasi seluruh stakeholder terkait dalam pengambilan
keputusan.
c. Variabel Forum Musyawarah
Pada perencanaan partisipatif terhadap rencana pembangunan desa, diperlukan adanya
forum musyawarah. Forum musyawarah yang berkaitan dengan rencana pembangunan
desa berupa adanya wadah dialog antar berbagai stakeholder yang membahas bersama
potensi, masalah, rencana, pertukaran informasi, dan pengetahuan dan pencapaian
kesepakatan bersama.
Dari penjabaran diatas kemudian didapatkan variabel dan sub variabel seperti yang
digambarkan dibawah ini. Berikut merupakan tabel sintesis variabel kesesuaian perencanaan
partisipatif terhadap rencana pembangunan desa yang diperoleh melalui sintesis teori-teori
yang sudah ada.
43
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 2. 1 Variabel Analisis Kesesuaian Perencanaan Partisipatif Terhadap Rencana Pembangunan Desa
44
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Definisi operasional adalah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang
dapat diobservasi. Penegasan batasan atau pengertian yang operasional ini bertujuan untuk
menghindari salah tafsir dan menuntun peneliti menangani rangkaian proses penelitian secara
konsisten (Sekaringtyas, 2010).
Definisi operasional dilakukan untuk dapat mengartikan variabel dan sub variabel yang
masih bersifat abstrak menjadi operasional sehingga dapat memudahkan peneliti dalam proses
pengukuran variabel. Definisi operasional dapat memberikan sebuah pengertian atau
pemahaman sehingga mampu dijadikan pedoman atau dasar sebelum melakukan
pengumpulan data. Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
Partisipasi masyarakat
yang berkaitan dengan Partisipasi
rencana pembangunan Masyarakat dalam
desa berupa setiap tahapan
keterlibatan baik pelaksanaan
secara langsung perencanaan
partisipatif RPJMDes de Roux (2002);
maupun tidak langsung
Wicaksono dan
dalam penggalian
Sugiarto (2001); Abe
masalah, cara
(2008); Wijaya (2001);
mengatasi menentukan
Partisipasi Arnstein (1969);
prioritas, membuat
Masyarakat Wibowo (2010); Ach.
keputusan bersama
Wazir Ws., et al.
berdasarkan harapan, Partisipasi
Masyarakat dalam (1999); Isbandi (2007);
kebutuhan, dan
Perencanaan setiap substansi Permendes Nomor 17
kemampuan.
Partisipatif Tahun 2019
Partisipasi ini proses perencanaan
Terhadap partisipatif RPJMDes
berlangsung secara
Rencana
terbuka, adanya
Pembangunan
sinergitas,
Desa
berkelanjutan dan
proaktif.
Kapasitas Kapasitas
kelembagaan yang Kelembagaan dalam
berkaitan dengan setiap tahapan
rencana pembangunan pelaksanaan
de Roux (2002);
desa berupa peran perencanaan
Wicaksono dan
Kapasitas organisasi sektor partisipatif RPJMDes
Sugiarto (2001);
Kelembagaan publik yang terlibat
Kapasitas Permendes Nomor 17
dalam menekankan
Kelembagaan dalam Tahun 2019
partisipasi dan
setiap substansi
menfasilitasi seluruh
proses perencanaan
stakeholder terkait
partisipatif RPJMDes
dalam pengambilan
48
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
keputusan.
Forum Musyawarah
Forum musyawarah dalam setiap tahapan
yang berkaitan dengan pelaksanaan
rencana pembangunan perencanaan Suratman (2008);
desa berupa adanya partisipatif RPJMDes Keputusan Menteri
wadah dialog antar dalam Negeri Nomor :
Forum berbagai stakeholder 050-
Musyawarah yang membahas Forum Musyawarah 187/kep/Bangda/2007;
bersama potensi, dalam setiap de Roux (2002);
masalah, rencana, substansi proses Permendes Nomor 17
pertukaran informasi, perencanaan Tahun 2019
dan pengetahuan dan partisipatif RPJMDes
pencapaian
kesepakatan bersama
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2021
49