Anda di halaman 1dari 23

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas teori-teori yang digunakan sebagai dasar permasalahan dan
pembahasan dari penelitian, yang terdiri dari literatur mengenai perencanaan partisipatif,
rencana pembangunan desa, serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
(RPJMDes).

2.1. Kesesuaian Perencanaan Partisipatif Terhadap Rencana Pembangunan Desa


dalam Tinjauan Pustaka

Menurut KBBI, kesesuaian adalah perihal sesuai; keselarasan (tentang pendapat, paham,
dan sebagainya); maupun terkait kecocokan. Sedangkan Perencanaan partisipatif menurut
Smith, R W (1973) diartikan sebagai sebuah paradigma perencanaan kota yang menekankan
pelibatan seluruh masyarakat dalam proses strategis dan manajemen perencanaan kota, tingkat
masyarakat, atau pedesaan. Hal ini sering dianggap sebagai bagian dari pengembangan
masyarakat. Perencanaan partisipatif bertujuan untuk menyelaraskan pandangan di antara
semua pesertanya serta mencegah konflik antara pihak yang berseberangan. Selain itu,
kelompok marjinal memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan.
Selaras dengan hal tersebut, menurut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (1996), perencanaan
partisipatif adalah proses perencanaan yang diwujudkan dalam musyawarah, bahwa sebuah
rancangan rencana dibahas dan dikembangkan bersama semua pelaku pembangunan
(stakeholders). Perencanaan partisipatif juga diartikan sebagai perencanaan yang dalam
tujuannya melibatkan masyarakat, dan dalam prosesnya melibatkan masyarakat (Abe, 2002)
sehingga dapat dimaknai sebagai serangkaian tahapan yang melibatkan dan mengikutsertakan
masyarakat mulai dari identifikasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi hingga
menentukan strategi prioritas rencana-rencana yang akan dilakukan, dan membuat keputusan
bersama (Wibowo, 2010) dengan melibatkan adanya peran organisasi sektor publik yang
terlibat dalam perencanaan partisipatif (de Roux, dalam Nieras, 2002).

Oleh karena itu, kesesuaian perencanaan partisipatif terhadap rencana pembangunan


desa adalah suatu proses menilai kriteria-kriteria perencanaan partisipatif untuk mengetahui
kecocokannya dalam praktik rencana pembangunan desa khusunya RPJMDes. Perencanaan
partisipatif ini merupakan serangkaian tahapan/ proses perencanaan yang melibatkan
masyarakat dan seluruh pelaku pembangunan desa (stakeholders) mulai dari tahap identifikasi

27
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

potensi dan masalah hingga menentukan strategi prioritas rencana berdasarkan keputusan
bersana melalui musyawarah dengan tujuan untuk kepentingan masyarakat. Kesesuaian
perencanaan partisipatif terhadap rencana pembangunan desa akan membangun sinergi yang
positif dan konsolidasi sumber daya yang ada di masyarakat desa dan terutama di lingkungan
permukiman setempat, dalam rangka membangun kesadaran, pola pikir, sikap dan perilaku
masyarakat untuk mewujudkan peningkatan kualitas pembangunan dan kehidupan yang lebih
baik.
2.1.1 Perencanaan Partisipatif
Teori Habermas tentang rasionalitas komunikatif menjadi dasar munculnya perencanaan
partisipatif. Perencanaan partisipatif dinilai sebagai suatu “Proses sosial yang dinegosiasikan”.
Menurut de Roux, fokus utama Perencanaan partisipatif adalah menciptakan forum-forum
dialog antar berbagai pihak terkait yang mewakili berbagai keinginan sudut pandang,
interpretasi berkenaan dengan permasalahan, dan isu-isu yang dibahas bersama. Dalam
perencanaan partisipatif juga melibatkan proses sosial bahwa masyarakat perlu ikut serta
untuk memudahkan analisis kolektif tentang persoalan masyarakat dan mencapai prioritas
berdasarkan kesepakatan yang rumit dan tidak pasti. Perencanaan perlu dipahami sebagai
bersifat hati-hati, iteratif, dan fleksibel. Perencanaan juga menawarkan suatu kesempatan unik
bagi teknisi dan anggota masyarakat untuk berinteraksi dengan menghubungkan pengetahuan
(de Roux, dalam Nieras, 2002). Oleh karena itu, dalam perencanaan partisipatif masyarakat
memiliki peran yang sangat besar dalam berbagai rangkaian proses pengambilan keputusan
pembangunan yang berkaitan dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat.

Dalam filosofi perencanaan kota, diketahui bahwa keterlibatan dan peran masyarakat
pada setiap proses-proses penyusunan rencana bukan lagi hanya sebuah paradigma. Hal
tersebut dikarenakan mulai terjadi peningkatan dalam pemberdayaan peran masyarakat.
Keterlibatan peran masyarakat ini memiliki maksud untuk memenuhi kebutuhan dan harapan
masyarakat itu sendiri.

Selanjutnya, perencanaan partisipatif menurut Abe (2008) adalah perencanaan yang


dalam tujuannya melibatkan masyarakat, dan dalam prosesnya melibatkan masyarakat (baik
secara langsung maupun tidak langsung). Sehingga, menurut Wibowo, perencanaan
partisipatif dapat dimaknai sebagai serangkaian tahapan yang melibatkan dan
mengikutsertakan masyarakat mulai dari identifikasi permasalahan-permasalahan yang
dihadapi hingga menentukan strategi prioritas rencana-rencana yang akan dilakukan, dan
membuat keputusan bersama (Wibowo, 2010).

28
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Perencanaan partisipatif memiliki fokus utama pada hal-hal yang menyangkut


kepentingan warga dan mengacu pada masalah maupun hal-hal yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Kebutuhan dan permasalahan masyarakat dapat diketahui dengan cara menggali,
mengkaji, pendataan dan pengumpulan masalah, kondisi, kebutuhan-kebutuhan setempat.
Menurut, Wicaksono dan Sugiarto perencanaan partisipatif diartikan sebagai upaya
masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada sesuai dengan kondisi
yang telah ada untuk mencapai kondisi yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri (Wicaksono dan Sugiarto dalam
Wijaya, 2001). Sehingga, indikator-indikator perencanaan partisipatif diantaranya yaitu:

1. Perencanaan memiliki prioritas dan fokus terhadap kebutuhan dan permasalahan-


permasalahan yang dihadapi sesuai dengan usulan masyarakat secara terbuka dan saling
percaya.
2. Perencanaan melibatkan partisipasi masyarakat secara adil untuk memberikan usulan
dan opini.
3. Perencanaan dilaksanakan secara dinamis dan mengutamakan kebutuhan maupun
kepentingan seluruh stakeholder yang terkait, serta dilaksanakan secara aktif dan
berkesinambungan.
4. Perencanaan menjamin keterlibatan seluruh pihak sehingga terjadi sinergitas.
5. Perencanaan memiliki legalitas hukum karena telah mengacu kepada peraturan-
peraturan yang berlaku sebelumnya/ di atasnya.
6. Perencanaan dilakukan secara jelas, detail, mempertimbangkan waktu dan terukur.

Selaras dengan hal tersebut, menurut Wicaksono dan Sugiarto, tujuan dari kegiatan
perencanaan partisipatif (Wicaksono dan Sugiarto, 2001) antara lain meliputi:

a. Masyarakat berperan dalam menyusun tujuan dan rencana pembangunan.


b. Masyarakat berperan dalam mengidentifikasi, memberikan informasi, dan ususlan terkait
program-program yang akan dijalankan sesuai dengan kebutuhan maupun potensi yang
dimiliki.
c. Masyarakat berperan dalam menyusun rencana pembangunan.
Perencanaan partisipatif merupakan salah satu proses pembelajaran yang penting bagi
masyarakat. Pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan di desa dapat dilihat salah
satunya melalui mekanisme Musrenbangdes. Dalam tahapan tersebut dapat dilihat apakah
usulan perencanaan yang diajukan oleh masyarakat terakomodir di dalam RPJMDes atau
tidak. Hal tersebut sesuai dengan tujuan dari perencanaan partisipatif ini adalah untuk
29
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

melibatkan kepentingan masyarakat, dan dalam prosesnya melibatkan masyarakat baik


langsung maupun tidak langsung. Perencanaan partisipatif artinya menekankan partisipasi
luas dari semua stakeholders dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan dalam
pembangunan, (Suratman, 2008).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kelembagaan merupakan sistem


badan sosial atau organisasi yang melakukan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu.
Lebih lanjut, menurut Yasmil Anwar dan Adang, mengartikan kelembagaan sebagai suatu
wadah komunikasi dan jaringan dengan berbagai tugas, fungsi, dan peranannya pada
masyarakat secara berkali-kali dan berkelanjutan (Yasmil Anwar dan Adang, 2013). Fungsi
kelembagaan disusun untuk digunakan sebagai pedoman utama bagi lembaga itu sendiri
dalam melaksanakan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan yang menjadi kesepakatan
bersama (Muammar Himawan, 2004). Oleh karena itu, kondisi kualitas dan kompetensi
Sumber Daya Manusia (SDM) desa menunjukkan peran dari kelembagaan sangatlah krusial
dan dibutuhkan bagi perencanaan di desa.

Perencanaan partisipatif ini juga turut dipengaruhi oleh tingkat partisipasi masyarakat di
dalamnya. Menurut UU Nomor 26 Tahun 2007 pasal 65 ayat 2, masyarakat memiliki peran
untuk berpartisipasi dalam penyusunan, pemanfaatan, dan pengendalian tata ruang. Namun
demikian,, pembangunan masyarakat di desa juga masih belum optimal. Padahal semestinya,
masyarakat diharapkan dapat berlomba-lomba memberikan kontribusi dalam peningkatan
kualitas perencanaan desa, pengumpulan data, penemuan potensi, masalah, gagasan,
pendampingan, pengawasan, dan perbaikan kualitas perencanaan di desa.

Menurut Keputusan Menteri dalam Negeri Nomor: 050- 187/kep/Bangda/2007 Tentang


Pedoman Penilaian dan Evaluasi Pelaksanaan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan
Pembangunann (Musrenbang) Mendorong pelibatan para pemangku kepentingan dalam
proses pengambilan keputusan perencanaan (RKPD), hal-hal yang dapat dilihat untuk menilai
pelaksanaan perencanaan partisipatid dalam Musrenbangdes diantaranya sebagai berikut:

1. Mampu mengidentifikasi dan membahas isu-isu dan permasalahan pembangunan dan


pencapaian kesepakatan prioritas pembangunan daerah yang akan dilaksanakan pada
tahun rencana
2. Mampu melakukan optimalisasi pemanfaatan dana yang tersedia terhadap kebutuhan
pembangunan
3. Mampu menfasilitasi pertukaran (sharing) informasi, pengembangan konsensus dan
kesepakatan atas penanganan masalah pembangunan daerah
30
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Mampu menyepakati mekanisme untuk mengembangkan kerangka kelembagaan,


menguatkan proses, menggalang sumber daya yang diperlukan untuk mengatasi issu dan
permasalahan prioritas pembangunan daerah
5. Mampu menggalang dukungan dan komitmen politik dan sosial untuk penanganan issu
dan permasalahan prioritas pembangunan daerah
Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua
pihak yang berkepentingan (stakeholder) terhadap pembangunan. Pelibatan mereka adalah
untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki. Agar hal tersebut dapat
terlaksana dengan baik diperlukan platform yang dapat menjadi wadah dialog dan diskusi
antar warga masyarakat (horisontal) dan dengan pihak pemerintahan (vertikal) dalam
merumuskan pola pembangunan yang diperlukan. Wadah ini menjalankan proses
pemberdayaan oleh, dari dan bagi masyarakat sebagai bagian dari pelaksanaan pembangunan
yang bertumpu pada masyarakat. Oleh karena itu, perencanaan partisipatif erat kaitannya
dengan kapasitas kelembagaan sebagai wadah tersebut dan tingkat partisipasi masyarakat
sebagai pelaku pelaksanaan.

Menurut Ach. Wazir, partisipasi bisa diartikan sebagai keikutsertaan atau keterlibatan
masyarakat baik secara sadar maupun tidak ke dalam proses sosial tertentu. Sehingga,
masyarakat dapat turut serta ke dalam berbagai kegiatan yang memunculkan sikap tunduk
patuh, memperoleh nilai, perasaan, tradisi, kesetiaan, kepatuhan dan rasa bertanggungjawab
bersama (Ach. Wazir Ws., et al., 1999). Partisipasi masyarakat menurut Isbandi adalah
keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di
masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani
masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses
mengevaluasi perubahan yang terjadi (Isbandi, 2007).
Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa partisipasi merupakan keterlibatan masyarakat
secara aktif secara sadar untuk berkontribusi dalam pembangunan mulai dari identifikasi
potensi dan masalah, perumusan rencana hingga pengambilan keputusan dan penentuan
prioritas.
Menurut Arnstein (1969), terdapat delapan tingkatan dalam partisipasi masyarakat.
Berikut merupakan gambar dan penjabaran tingkat partisipasi pada masyarakat.

a) Manipulation; Merupakan tingkatan partisipasi yang paling rendah karena masyarakat


hanya dipakai namanya saja dan tidak tercatat sebagai anggota dalam berbagai bahan

31
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

penasehat. Tidak ada peran yang nyata, karena hanya diselewengkan sebagai publikasi
oleh pihak penguasa.
b) Therapy; Pada tingkatan ini, Masyarakat terlibat dalam banyak kegiatan dengan
perintah-perintah.
c) Informing; Merupakan tahap pemberian informasi kepada masyarakat tentang hak-hak,
tanggung jawab dan berbagai pilihan. Biasanya hanya diberikan secara satu arah melalui
media berita, pamflet, poster clan tanggapan atas pertanyaan.
d) Consultation; Pada tahap ini masyarakat telah mampu untuk terlibat dalam pengajuan
gagasan maupun informasi.
e) Placation; Pada tahap ini masyarakat telah mampu untuk terlibat dan memberikan
pengaruh, namun dominasinya masih sedikit.
f) Partnership; Pada tingkat ini, atas kesepakatan bersama, kekuasaan dalam berbagai hal
dibagi antara masyarakat dengan pihak penguasa. Disepakati juga pembagian tanggung
jawab dalam perencanaan, pengendalian keputusan, penyusunan kebijaksanaan dan
pemecahan berbagai permasalahan yang dihadapi.
g) Delegated Power; Pada tingkat ini masyarakat diberi limpahan kewenangan untuk
membuat keputusan pada rencana atau program tertentu. Masyarakat berhak
menentukan program yang bermanfaat bagi mereka.
h) Citizen Control; Pada tingkat ini masyarakat mempunyai kekuatan untuk mengatur
program atau kelembagaan yang berkaitan dengan kepentingan mereka. Masyarakat
mempunyai kewenangan penuh di bidang kebijaksanaan, aspek-aspek pengelolaan dan
dapat mengadakan negosiasi dengan "pihak-pihak luar" yang hendak melakukan
perubahan.
Sedangkan menurut Samuel Paul (1987), untuk mencapai tujuan partisipasti harus
menggunakan tahapan pelaksanaan partisipasi masyarakat sebagai berikut:

1. Information sharing, adalah berbagi informasi antara penerima manfaat dengan


perancang dan manajer proyek untuk menfasilitasi tindakan kolektif atau individu.
Dalam hal ini adalah untuk memberikan pemahaman tentang proyek kepada
penerima manfaat untuk melakukan tugasnya lebih baik.

2. Consultation, adalah proses yang memberikan kesempatan pada penerima manfaat


untuk berinteraksi dan memberikan umpan balik kepada agen proyek, yang dapat
menjadi bahan pertimbangan dalam disain dan tahapan selanjutnya.

32
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Decision making, adalah pengambilan keputusan bersama menunjukkan adanya


control penerima manfaat terhadap proyek yang dilaksanakan.

4. Initiating action, adalah inisiatif untuk menunjukkan kapasitas proaktif dan


kepercayaan diri dari penerima manfaat untuk bertindak sendiri.

Sedangkan tingkat partisipasi masyarakat menurut Isbandi, dapat dilihat dari


keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di
masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani
masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses
mengevaluasi perubahan yang terjadi (Isbandi, 2007). Selaras dengan hal tersebut, menurut
Mardikanto partisipasi masyarakat juga dapat dilihat dari keterlibatannya dalam dalam
pengambilan keputusan, pelaksanaan kegiatan, pemantauan dan evaluasi pembangunan, serta
partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan (Mardikanto, 2013). Sedangkan menurut
Marschall, tingkat partisipasi masyarakat juga dinilai dari ada atau tidaknya forum untuk
menampung partisipasi masyarakat, kemampuan masyarakat terlibat dalam proses serta ada
atau tidaknya akses bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapat dalam proses
pengambilan keputusan (Marschall, 2006).
Spektrum Partisipasi Publik juga dikembangkan oleh International Association of
Public Participation (IAP2) untuk membantu memperjelas peran publik (atau komunitas)
dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, dan seberapa besar pengaruh komunitas
terhadap proses perencanaan atau pengambilan keputusan. Spektrum ini mengidentifikasi
lima tingkat partisipasi publik (atau keterlibatan masyarakat). Semakin jauh ke kanan pada
Spektrum, semakin besar pengaruh komunitas terhadap keputusan, dan setiap level dapat
sesuai tergantung pada konteksnya. Oleh karena itu, penting untuk mengenali bahwa
Partisipasi Publik memiliki level dan bukan langkah. Untuk setiap level/tingkatan dapat
mengartikan partisipasi publik. Berikut merupakan gambar spektrum Partisipasi Publik yang
dikembangkan oleh International Association of Public Participation (IAP2).

33
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2. 1 Spektrum Partisipasi Publik


Sumber: International Association of Public Participation (IAP2), 2000

34
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2. 2 Skema Tahapan Pembangunan Partisipatif


Sumber: UN-Habitat
2.1.2 Rencana Pembangunan Desa
Menurut UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa, Desa adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang
diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Perencanaan desa merupakan suatu kegiatan merencanakan pemanfaatan potensi dan ruang
serta pengembangan infrastruktur pendukung yang dibutuhkan untuk mengakomodasi
kegiatan sosial dan ekonomi yang diinginkan. Perencanaan desa merupakan proses tahapan
kegiatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa dengan melibatkan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dan unsur masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan

35
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pengalokasian sumber daya desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa yang
berkelanjutan (PERMENDAGRI Nomor 114 Tahun 2014).
Sesuai dengan UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 79 bahwa Pemerintah
Desa menyusun perencanaan Pembangunan Desa sesuai dengan kewenangannya secara
berjangka meliputi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) untuk
jangka waktu 6 (enam) tahun dan Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut
Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. RPJM Desa
maupun RKP Desa, keduanya ditetapkan dengan Peraturan Desa, yang merupakan satu-
satunya dokumen perencanaan dan menjadi dasar pedoman dalam penyusunan APB Desa.
RKP dan APBDesa merupakan penjabaran dari RPJMDesa. Sehingga, dalam penelitian ini
akan berfokus pada perencanaan desa berupa RPJMDesa. RPJM Desa ini memuat visi dan
misi Kepala Desa, arah kebijakan pembangunan desa, serta rencana kegiatan yang meliputi
Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa,
Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa.

Dalam menyusun perencanaan desa wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan desa


dan pemuka masyarakat secara individu. Perencanaan Desa dilaksanakan dengan sistem
Perencanaan partisipatif berdasarkan pada asas umum penyelenggaraan negara, dan
mempunyai keterkaitan serta tidak terpisahkan dari sistem perencanaan daerah.
Dalam menyusun rencana pembangunan, desa harus mengacu kepada peraturan-
peraturan yang telah berlaku sebelumnya. Perencanaan desa ini disusun bersama oleh
masyarakat dan Pemerintah Desa. Hal tersebut mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor
43 Tahun 2014 mengenai kewenangan desa menyusun perencanaan desa.
UU nomor 6 tahun 2014 pada pasal 69 ayat (4) menegaskan bahwa peraturan desa
tentang RPJMDes dan RKPDes sebagai produk (output) perencanaan menjadi satu-satunya
dokumen perencanaan di desa. Pihak lain diluar pemerintahan desa yang hendak menawarkan
kerjasama ataupun memberikan bantuan program pembangunan harus mempedomani kedua
produk perencanaan desa tersebut. RPJMDes sebagai suatu rencana pembangunan desa harus
melibatkan segenap komponen masyarakat desa didalam penyusunan, pelaksanaan dan
pengawasannya. Masyarakat juga berperan menyepakati urutan daftar masalah berdasarkan
penelaahan berat ringannya masalah dan sesuai kemampuan dan kondisi masyarakat. Rencana
pembangunan desa dikatakan berhasil sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ditetapkan
apabila melibatkan masyarakat dalam setiap proses tahapan-tahapannya. Rencana
pembangunan desa dilakukan dengan diawali kajian dan analisis kondisi desa, menentukan

36
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

prioritas masalah dan kebutuhan, lalu menyusun fokus dan prioritas rencana-rencana yang
akan dilaksanakan.
Pendekatan dan metode untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dalam proses
pembangunan dan yang dapat memberi ruang bagi kepentingan dan inisiatif pembangunan
yang bersumber dari masyarakat perlu dikembangkan dan dibina terus menerus. Dengan
penerapan partisipasi masyarakat dalam rencana pembangunan desa diharapkan dapat menjadi
wadah pertukaran informasi, dan pengetahuan masyarakat terkait dengan permasalahan-
permasalahan yang ada sesuai dengan kondisi sebenarnya serta kemampuan yang ada untuk
kemudian menyusun secara bersama rencana-rencana pembangunan berdasarkan kebutuhan
prioritas dan kondisi desa ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
(RPJMDes).

2.1.3 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes)


Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) bertujuan
sebagai pedoman utama yang memiliki legalitas dan untuk kemudian membuat Rencana Kerja
Pembangunan Desa (RKPDes) dan APBDes bagi Pemerintah Desa. Penyusunan RPJMDes
juga menjadi dasar dalam menentukan rencana-rencana program prioritas oleh Pemerintah
Daerah melalui tahapan proses musyawarah secara bertahap. Dokumen RPJMDes tersebut
dapat digunakan sebagai landasan perencanaan operasional Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kecamatan dan merupakan bahan reverensi bagi Dinas/Instansi maupun swasta.
Sehingga, tujuan dari penyusunan RPJMDes diantaranya yaitu:
a. Menjadi acuan dan pedoman yang memiliki legalitas oleh Pemerintah Desa
maupun kelembagaan desa lainnya untuk menyusun rencana-rencana prioritas
b. Menjadi acuan dan pedoman untuk melakukan penilaian terkait
pelaksanaan pemerintahan desa
c. Memberikan gambaran awal terkait dengan potensi, masalah dan keadaan desa
d. Menjadi pedoman dan acuan yang memudahkan pemerintah desa serta
kelembagaan desa secara lebih terarah
e. Menjadi pedoman dan acuan yang memudahkan pemerintah desa serta
kelembagaan desa untuk melakukan penilaian dan memahami terkait rencana-
rencana yang telah disusun secara berjangka
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pembangunan Desa, Rancangan RPJM Desa memuat visi dan misi kepala Desa,
arah kebijakan pembangunan Desa, serta rencana kegiatan yang meliputi bidang
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan
37
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. Selain itu, pengertian RPJM Desa
juga terdapat pada Pasal 1 angka 16 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 17 Tahun 2019 tentang Pedoman Umum Pembangunan
dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (“Permendes 17/2019”) adalah dokumen perencanaan
kegiatan pembangunan desa periode 6 tahun.
Selaras dengan teori terkait dengan perencanaan partisipatif, menurut Permendes Nomor
17 Tahun 2019 Pasal 3, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat desa bertujuan antara
lain sebagai berikut:
a. Mengembangkan prakarsa dan aspirasi masyarakat dalam Pembangunan Desa;
b. Meningkatkan swadaya dan gotong royong masyarakat;
c. Mengkonsolidasikan kepentingan bersama;
d. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa;
e. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;
f. Meningkatkan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa sesuai
kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa.
Kemudian, menurut Permendes Nomor 17 Tahun 2019 Pasal 4 disebutkan bahwa
prinsip Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat desa antara lain sebagai berikut:
a. keadilan;
b. Kebutuhan prioritas;
c. Terfokus;
d. Kewenangan Desa;
e. Swakelola;
f. Berdikari;
g. Berbasis sumber daya Desa;
h. Tipologi Desa;
i. Kesetaraan.
Dalam penyusunan RPJMDes juga dilakukan pengkajian keadaan desa dalam rangka
mempertimbangkan kondisi objektif Desa. Hal penting yang perlu dilakukan dalam rangka
menyiapkan dokumen RPJM Desa yang mampu menyajikan data/informasi yang logis dengan
perencanaan desa adalah melakukan kajian desa secara partisipatif. Selanjutnya, dilakukan
pengkajian tindakan masalah dengan menguraikan masalah untuk mencari penyebab-
penyebabnya, menguraikan potensi-potensi yang ada, serta menentukan kegiatan yang

38
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dianggap paling prioritas. Untuk menentukan urutan peringkat tindakan perlu didukung
dengan kriteria yang dapat membantu untuk memperkuat kesepakatan yang partisipatif.
Berdasarkan Permendes Nomor 17 Tahun 2019 Pasal 11 ayat 2, Penyusunan RPJM
Desa dilakukan dengan kegiatan yang paling sedikit sebagai berikut:
a. penyelenggaraan musyawarah desa tentang perencanaan desa;
b. pembentukan tim penyusun RPJM Desa;
c. penyelarasan arah kebijakan perencanaan pembangunan desa dengan arah
kebijakan pembangunan pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan
pemerintah daerah kabupaten/ kota;
d. pengkajian keadaan desa;
• pemetaan Aset dan Potensi Aset Desa; dan
• perencanaan pengembangan, pemeliharaan,
• pelestarian Aset dan Potensi Aset Desa.
• pemutakhiran data informasi pembangunan Desa.
• penggalian gagasan dusun atau kelompok.
e. penyusunan rancangan RPJM Desa;
f. penyelenggaraan musyawarah perencanaan pembangunan desa yang membahas
rancangan RPJM Desa;
g. penyelenggaraan musyawarah desa untuk membahas dan menyepakati RPJM
Desa;
h. penyelenggaraan musyawarah Badan Permusyawaratan Desa (“BPD”) untuk
membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa tentang RPJM Desa; dan
i. penyelenggaraan sosialisasi RPJM Desa kepada masyarakat oleh pemerintah desa
melalui media dan forum-forum pertemuan desa.
Sedangkan untuk usulan rencana kegiatan meliputi penyelenggaraan pemerintahan
Desa, pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat
Desa. Penggalian gagasan dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh unsur
masyarakat Desa sebagai sumber data dan informasi. Unsur masyarakat antara lain:
a. tokoh adat;
b. tokoh agama;
c. tokoh masyarakat;
d. tokoh pendidikan;
e. kelompok tani;
f. kelompok nelayan;
39
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

g. kelompok perajin;
h. kelompok perempuan;
i. kelompok pemerhati dan pelindungan anak;
j. kelompok masyarakat miskin; dan
k. kelompok masyarakat lain sesuai kondisi sosial budaya masyarakat
Selanjutnya, tim sebelas yang membuat RPJM Desa bertanggung jawab pula untuk
membuat laporan terkait hasil kajian dan analisis kondisi di desa lalu menyerahkannya kepada
Kepala Desa. Kemudian, laporan hasil kajian dan analisis desa tersebut diberika kepada BPD
untuk membuat rencana pembangunan melalui musyawarah bersama-sama. Penyelenggaraan
musyawarah oleh BPD dilaksanakan berdasarkan hasil kajian dan analisis kondisi desa.
Musyawarah Desa membahas dan menyepakati substansi utama RPJMDes sebagai berikut:
a. kondisi umum desa;
b. visi dan misi kepala desa;
c. arah kebijakan perencanaan pembangunan desa; dan
d. matriks rencana program dan/atau kegiatan desa meliputi bidang penyelenggaraan
pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan
desa dan pemberdayaan masyarakat desa.
Lebih lanjut, tim penyusun RPJM Desa terdiri atas:
a. pembina yang dijabat oleh kepala desa;
b. ketua yang dipilih oleh kepala desa dengan mempertimbangkan kemampuan dan
keahlian;
c. sekretaris yang ditunjuk oleh ketua tim; dan
d. anggota yang berasal dari perangkat desa, kader pemberdayaan masyarakat desa,
dan unsur masyarakat desa lainnya.
Tim penyusun RPJM Desa berjumlah ganjil dan paling sedikit 7 orang yang ditetapkan
dengan keputusan kepala desa. Tim penyusun RPJM Desa bertugas:
a. membantu kepala desa dalam penyusunan RPJM Desa;
b. memfasilitasi kegiatan pengkajian keadaan desa;
c. menyusun laporan hasil pengkajian keadaan desa;
d. menyiapkan rancangan RPJM Desa; dan
e. memfasilitasi musrenbang desa dalam rangka pembahasan rancangan RPJM Desa.
Keterlibatan kelembagaan merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan perencanaan
pembangunan desa khususnya RPJMDes. Menurut Permendes Nomor 17 Tahun 2019 Pasal
81 disebutkan bahwa pengorganisasian masyarakat dilaksanakan untuk membangun
40
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kesadaran kritis, meningkatkan kemampuan dan keberanian masyarakat dalam


mengembangkan tata kelola Desa yang baik. Pengorganisasian sebagaimana yang dimaksud
meliputi:
a. Identifikasi pelaku dan kepentingan yang ada terlibat dalam kehidupan berdesa;
b. Meningkatkan kesadaran kritis yang mendorong perubahan pola pikir dan
tindakan masyarakat Desa, dalam mengartikulasikan diri dan/atau kelompok
untuk memperkuat nilai tawar dalam memperjuangkan kepentingan atau kehendak
bersama serta penyelesaian konflik;
c. Meningkatkan partisipasi seluruh unsur masyarakat dalam pengambilan keputusan
musyawarah untuk mufakat;
d. Mengembangkan jejaring antar pelaku dan/atau kelompok kepentingan;
e. Meningkatkan peran kelompok adat dan/atau kelembagaan tradisional
Pemberdayaan Masyarakat Desa sebagaimana dimaksud pada Permendes Nomor 17
Tahun 2019 Pasal 85 dilakukan dengan beberapa hal berikut:
a. Mendorong partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan Pembangunan Desa
yang dilaksanakan secara swakelola oleh Desa;
b. Mengembangkan program dan kegiatan Pembangunan Desa secara berkelanjutan
dengan mendayagunakan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada
di Desa;
c. Menyusun Perencanaan Pembangunan Desa sesuai dengan prioritas, potensi, dan
nilai kearifan lokal;
d. Menyusun perencanaan dan penganggaran yang berpihak kepada kepentingan
warga miskin, warga disabilitas, perempuan, anak, kelompok marginal, dan
kelompok masyarakat rentan lainnya;
e. Mengembangkan sistem transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa dan Pembangunan Desa;
f. mendayagunakan Lembaga Kemasyarakatan Desa dan lembaga adat;
g. mendorong partisipasi masyarakat dalam penyusunan kebijakan Desa yang
dilakukan melalui Musyawarah Desa;
h. menyelenggarakan peningkatan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia
masyarakat Desa;
i. melakukan Pendampingan Masyarakat Desa yang berkelanjutan;
j. Melakukan pengawasan dan pemantauan penyelenggaraan Pemerintahan Desa
dan Pembangunan Desa yang dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat Desa.
41
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Forum musyawarah juga merupakan hal yang penting dalam penyusunan RPJMDes.
Partisipasi masyarakat dalam penyusunan rencana pembangunan desa dilaksanakan melalui
musyawarah desa. Penyelenggaraan musyawarah tersebut dilakukan oleh Kepala Desa dalam
rangka mendiskusikan, berdialog, dan kemudian menghasilkan kesepakatan bersama terkait
RPJMDes. Musyawarah tersebut harus melibatkan masyarakat, BPD, kelembagaan, dan
Pemerintah Desa. Apabila rencana pembangunan desa telah dibahas bersama dan
menghasilkan kesepakata bersama pula, maka selanjutnya rencana-rencana tersebut
ditetapkan menjadi Peraturan Desa tentang RPJM Desa oleh kepala desa dan BPD.
Menurut Permendes Nomor 17 Tahun 2019 Pasal 20, Musrenbang Desa dilaksanakan
untuk membahas dan menyepakati rancangan RPJM Desa. Pembahasan sebagaimana
dimaksud dilakukan melalui diskusi kelompok secara terarah, yang dibagi berdasarkan bidang
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa,
dan Pemberdayaan Masyarakat Desa.
2.2. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah kemampuan peneliti untuk mengaplikasikan pola berpikirnya


dalam menyusun secara sistematis teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan yang ada
di dalam penelitian. Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti perlu menyusun suatu
kerangka teori terlebih dahulu. Disusunnya kerangka teori bertujuan sebagai landasan cara
berpikir peneliti untuk menyelesaikan masalah (Effendy, 2004).

Perencanaan Partisipatif Rencana Pembangunan Desa

Definisi & Ciri-Ciri Rencana Pembangunan Jangka


Menengah Desa (RJMDes)

Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perencanaan Substansi Tahapan
Partisipatif RPJMDes RPJMDes

Variabel Kesesuaian Perencanaan Partisipatif Terhadap Rencana Pembangunan


Desa
Partisipasi Kapasitas Forum
Masyarakat Kelembagaan Musyawarah

Indikator Kesesuaian Perencanaan Partisipatif Terhadap Rencana Pembangunan


Desa
Gambar 2. 3 Kerangka Teori
Sumber: Peneliti, 2021
42
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.3. Penyusunan Variabel

Kesesuaian perencanaan partisipatif terhadap rencana pembangunan desa dilihat


melalui beberapa variabel. Dalam rencana pembangunan desa, kesesuaian terkait perencanaan
partisipatif dapat menghasilkan kondisi serta strategi untuk mengoptimalkannya.

Berdasarkan sintesis variabel diatas menurut teori-teori yang sudah ada, maka variabel
kesesuaian perencanaan partisipatif terhadap rencana pembangunan desa juga dikaitkan
dengan ranah keilmuan Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) terutama dalam hal ini yaitu
rencana pembangunan desa berupa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
(RPJMDes). Sehingga diperoleh variabel kesesuaian perencanaan partisipatif terhadap
rencana pembangunan desa dengan penjabaran sebagai berikut:
a. Variabel Partisipasi Masyarakat
Pada perencanaan partisipatif terhadap rencana pembangunan desa, diperlukan adanya
partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat yang berkaitan dengan rencana
pembangunan desa berupa keterlibatan baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam penggalian masalah, cara mengatasi menentukan prioritas, membuat keputusan
bersama berdasarkan harapan, kebutuhan, dan kemampuan. Partisipasi ini diharapkan
berlangsung secara terbuka, adanya sinergitas, berkelanjutan dan proaktif.
b. Variabel Kapasitas Kelembagaan
Pada perencanaan partisipatif terhadap rencana pembangunan desa, diperlukan adanya
kapasitas kelembagaan. Kapasitas kelembagaan yang berkaitan dengan rencana
pembangunan desa berupa peran organisasi sektor publik yang terlibat dalam
menekankan partisipasi dan menfasilitasi seluruh stakeholder terkait dalam pengambilan
keputusan.
c. Variabel Forum Musyawarah
Pada perencanaan partisipatif terhadap rencana pembangunan desa, diperlukan adanya
forum musyawarah. Forum musyawarah yang berkaitan dengan rencana pembangunan
desa berupa adanya wadah dialog antar berbagai stakeholder yang membahas bersama
potensi, masalah, rencana, pertukaran informasi, dan pengetahuan dan pencapaian
kesepakatan bersama.
Dari penjabaran diatas kemudian didapatkan variabel dan sub variabel seperti yang
digambarkan dibawah ini. Berikut merupakan tabel sintesis variabel kesesuaian perencanaan
partisipatif terhadap rencana pembangunan desa yang diperoleh melalui sintesis teori-teori
yang sudah ada.

43
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 2. 1 Variabel Analisis Kesesuaian Perencanaan Partisipatif Terhadap Rencana Pembangunan Desa

SINTESIS DEFINISI VARIABEL SUB VARIABEL


BAHASAN LITERATUR TEORI
VARIABEL
de Roux (2002), 1. Adanya dialog antar berbagai stakeholder
Wicaksono dan yang membahas bersama potensi, masalah,
Sugiarto (2001) dan rencana.
2. Adanya partisipasi masyarakat terkait
penggalian masalah, menentukan prioritas
dan membuat kesepakatan.
3. Adanya peran organisasi sektor publik yang
terlibat. Partisipasi Masyarakat
4. Adanya tukar informasi, dan pengetahuan. Partisipasi masyarakat yang dalam setiap tahapan
5. Fokus pada masalah, kebutuhan semua berkaitan dengan rencana pelaksanaan
pihak, dan aspirasi yang bersifat terbuka pembangunan desa berupa perencanaan
dan dinamis keterlibatan baik secara partisipatif RPJMDes
6. Adanya partisipasi masyarakat langsung maupun tidak
7. Prosesnya berlangsung secara berkelanjutan langsung dalam penggalian
Variabel dan proaktif masalah, cara mengatasi
Perencanaan partisipatif adalah perencanaan yang Partisipasi menentukan prioritas,
Kesesuaian
dalam tujuannya melibatkan masyarakat, dan Masyarakat membuat keputusan bersama
Perencanaan Abe (2008)
Partisipatif dalam prosesnya melibatkan masyarakat (baik berdasarkan harapan,
secara langsung maupun tidak langsung). kebutuhan, dan kemampuan.
Wijaya (2001) Adanya keterlibatan masyarakat dalam Partisipasi ini berlangsung
memecahkan masalah berdasarkan harapan, secara terbuka, adanya
kebutuhan, dan kemampuan. sinergitas, berkelanjutan dan
proaktif.
Adanya kesepakatan bersama, dalam berbagai hal Partisipasi Masyarakat
antara masyarakat dengan pihak penguasa, dalam setiap substansi
Arnstein (1969) proses perencanaan
sehingga disepakati juga pembagian tanggung
jawab dalam perencanaan partisipatif RPJMDes

Wibowo (2010) Adanya partisipasi masyarakat dalam proses


meliputi analisis masalah, cara mengatasi, dan
membuat keputusan untuk memecahkan masalah.

44
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Partisipasi bisa diartikan sebagai keikutsertaan


atau keterlibatan masyarakat baik secara sadar
maupun tidak ke dalam proses sosial tertentu.
Ach. Wazir Sehingga, masyarakat dapat turut serta ke dalam
Ws., et al. (1999) berbagai kegiatan yang memunculkan sikap
tunduk patuh, memperoleh nilai, perasaan, tradisi,
kesetiaan, kepatuhan dan rasa bertanggungjawab
bersama
Partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan
masyarakat dalam proses pengidentifikasian
masalah dan potensi yang ada di masyarakat,
pemilihan dan pengambilan keputusan tentang
Isbandi (2007)
alternatif solusi untuk menangani masalah,
pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan
keterlibatan masyarakat dalam proses
mengevaluasi perubahan yang terjadi.
Pembangunan Partisipatif adalah suatu sistem
pengelolaan pembangunan di desa dan Kawasan
Permendes Nomor Perdesaan yang dikoordinasikan oleh kepala Desa
17 Tahun 2019 dengan mengedepankan kebersamaan,
Pasal 1 kekeluargaan, dan kegotong royongan guna
mewujudkan pengarusutamaan perdamaian dan
keadilan sosial.
de Roux (2002), 1. Adanya partisipasi dalam penentuan arah Kapasitas kelembagaan yang
Wicaksono dan dan tujuan perencanaan berkaitan dengan rencana
Kapasitas
Sugiarto (2001) 2. Teridentifikasinya usulan dan rencana sesuai pembangunan desa berupa
Kelembagaan dalam
kebutuhan dan potensi peran organisasi sektor
Kapasitas setiap tahapan
3. Teridentifikasinya rencana program publik yang terlibat dalam
Kelembagaan pelaksanaan
masyarakat menekankan partisipasi dan
perencanaan
4. Adanya sinergitas yang menjamin menfasilitasi seluruh
partisipatif RPJMDes
keterlibatan dan kerjasama semua pihak stakeholder terkait dalam
pengambilan keputusan

45
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

de Roux, dalam Adanya peran organisasi sektor publik yang


Nieras (2002) terlibat dalam perencanaan partisipatif
Kapasitas
Kelembagaan dalam
setiap substansi proses
Pengorganisasian masyarakat dilaksanakan untuk perencanaan
Permendes Nomor membangun kesadaran kritis, meningkatkan partisipatif RPJMDes
17 Tahun 2019 kemampuan dan keberanian masyarakat dalam
Pasal 81 mengembangkan tata kelola Desa yang baik

Suratman (2008) 1. Adanya partisipasi masyarakat dalam


prosesnya baik langsung maupun tidak.
Menekankan partisipasi seluruh stakeholder Forum Musyawarah
terkait dalam pengambilan keputusan dalam setiap tahapan
Wrihatnolo dan Perencanaan partisipatif adalah pelaksanaan
Dwidjowijoto proses perencanaan yang diwujudkan dalam perencanaan
(1996) musyawarah, bahwa sebuah rancangan partisipatif RPJMDes
rencana dibahas dan dikembangkan bersama Forum musyawarah yang
semua pelaku pembangunan (stakeholders). berkaitan dengan rencana
Keputusan 1. Adanya keterlibatan seluruh stakeholder pembangunan desa berupa
Menteri dalam dalam pengambilan keputusan adanya wadah dialog antar
Forum berbagai stakeholder yang
Negeri Nomor : 2. Adanya identifikasi isu, permasalahan, dan
Musyawarah membahas bersama potensi,
050- kesepakatan prioritas
187/kep/Bangda/2 3. Adanya optimalisasi pemanfaatan dana sesuai masalah, rencana, dan
007 Tentang kebutuhan pencapaian kesepakatan
Forum Musyawarah
Pedoman 4. Adanya ruang diskusi untuk pertukaran bersama
dalam setiap substansi
Penilaian dan informasi, dan pencapaian kesepatan bersama proses perencanaan
Evaluasi 5. Adanya kesepakatan bersama mengenai partisipatif RPJMDes
Pelaksanaan kerangka kelembagaan
Penyelenggaraan 6. Adanya dukungan dan komitmen politik dan
Musyawarah sosial
Perencanaan 7. Adanya legalitas perencanaan yang mengacu
Pembangunann dengan peraturan yang berlaku
(Musrenbang), Bersifat spesifik, terukur dan mempertimbangkan
46
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Wicaksono dan waktu


Sugiarto (2001)

Fokus utama Perencanaan partisipatif adalah


menciptakan forum-forum dialog antar berbagai
pihak terkait yang mewakili berbagai keinginan
sudut pandang, interpretasi berkenaan dengan
de Roux, dalam
permasalahan, dan isu-isu yang dibahas bersama.
Nieras (2002)
Dalam perencanaan partisipatif juga melibatkan
proses sosial bahwa masyarakat perlu ikut serta
untuk memudahkan analisis kolektif tentang
persoalan masyarakat dan mencapai prioritas

Perencanaan partisipatif menawarkan suatu


de Roux, dalam kesempatan unik bagi teknisi dan anggota
Nieras (2002) masyarakat untuk berinteraksi dengan
menghubungkan pengetahuan

Permendes Nomor Partisipasi masyarakat dalam penyusunan


17 Tahun 2019 kebijakan Desa yang dilakukan melalui
Pasal 85 Musyawarah Desa

Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2021

47
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.4. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang
dapat diobservasi. Penegasan batasan atau pengertian yang operasional ini bertujuan untuk
menghindari salah tafsir dan menuntun peneliti menangani rangkaian proses penelitian secara
konsisten (Sekaringtyas, 2010).

Definisi operasional dilakukan untuk dapat mengartikan variabel dan sub variabel yang
masih bersifat abstrak menjadi operasional sehingga dapat memudahkan peneliti dalam proses
pengukuran variabel. Definisi operasional dapat memberikan sebuah pengertian atau
pemahaman sehingga mampu dijadikan pedoman atau dasar sebelum melakukan
pengumpulan data. Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut:

Tabel 2. 2 Definisi Operasional Kesesuaian Perencanaan Partisipatif Terhadap Rencana


Pembangunan Desa

Aspek yang Variabel


Definisi Operasional Sub Variabel Sumber
Dilihat Penelitian

Partisipasi masyarakat
yang berkaitan dengan Partisipasi
rencana pembangunan Masyarakat dalam
desa berupa setiap tahapan
keterlibatan baik pelaksanaan
secara langsung perencanaan
partisipatif RPJMDes de Roux (2002);
maupun tidak langsung
Wicaksono dan
dalam penggalian
Sugiarto (2001); Abe
masalah, cara
(2008); Wijaya (2001);
mengatasi menentukan
Partisipasi Arnstein (1969);
prioritas, membuat
Masyarakat Wibowo (2010); Ach.
keputusan bersama
Wazir Ws., et al.
berdasarkan harapan, Partisipasi
Masyarakat dalam (1999); Isbandi (2007);
kebutuhan, dan
Perencanaan setiap substansi Permendes Nomor 17
kemampuan.
Partisipatif Tahun 2019
Partisipasi ini proses perencanaan
Terhadap partisipatif RPJMDes
berlangsung secara
Rencana
terbuka, adanya
Pembangunan
sinergitas,
Desa
berkelanjutan dan
proaktif.
Kapasitas Kapasitas
kelembagaan yang Kelembagaan dalam
berkaitan dengan setiap tahapan
rencana pembangunan pelaksanaan
de Roux (2002);
desa berupa peran perencanaan
Wicaksono dan
Kapasitas organisasi sektor partisipatif RPJMDes
Sugiarto (2001);
Kelembagaan publik yang terlibat
Kapasitas Permendes Nomor 17
dalam menekankan
Kelembagaan dalam Tahun 2019
partisipasi dan
setiap substansi
menfasilitasi seluruh
proses perencanaan
stakeholder terkait
partisipatif RPJMDes
dalam pengambilan

48
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

keputusan.

Forum Musyawarah
Forum musyawarah dalam setiap tahapan
yang berkaitan dengan pelaksanaan
rencana pembangunan perencanaan Suratman (2008);
desa berupa adanya partisipatif RPJMDes Keputusan Menteri
wadah dialog antar dalam Negeri Nomor :
Forum berbagai stakeholder 050-
Musyawarah yang membahas Forum Musyawarah 187/kep/Bangda/2007;
bersama potensi, dalam setiap de Roux (2002);
masalah, rencana, substansi proses Permendes Nomor 17
pertukaran informasi, perencanaan Tahun 2019
dan pengetahuan dan partisipatif RPJMDes
pencapaian
kesepakatan bersama
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2021

49

Anda mungkin juga menyukai