Gambar 10.4 Possitive estuary (estuaria positif) (McLusky and Elliot, 2004)
2. Negative estuary (estuaria negatif). Di mana terjadi kondisi yang berlawanan denga tipe
posstive estuary, yang penguapan dari permukaan air melebihiair tawar dari run-off dan
hujan yang masuk ke estuaria (Gambar 10.5). tipe estuaria ini banyak dijumpai di daerah
tropis, terutama pada daerah di mana pemasukan air tawar sangat terbatas. Penguapan
menyebabkan salinitas permukaan naik menyebabkan massa air bagian permukaan lebih
berat daripada yang ada dibawah. Setelah terjadi penguapan dan percampuran massa air
tersebut keluar melalui dasar perairan.
Siklus nitrogen pada wilayah estuaria terutama dijumpai dalam bentuk amonifikasi
(mineralisasi dan denitrifikasi) dan nitrifikais, dan keduanya terjadi secara terus-menerus yang
lajunya bergantung pada faktor-faktor abiotik (suhu, lingkungan, Ph dan oksigen terlarut) dan
faktor mikrobiologis (Gambar 10.8).
Nitroogen dalam perairan berupa nitrogen organikdan anorganik. Nitrogen anorganik terdiri
atas amonia (NH3), amonium (NH4+) , nitrit
(NO2-), nitrat (NO3-), dan molekul nitrogen
(N2) dalam bentuk gas. Nitrogen sangat
mudah larut dalam air dan bersifat stabil,
dihasilkan dari proses oksidasi sempurna
nitrogen di perairan. Sumber utama nitrat
berasal dari erosi tanah, limpasan dari daratan
termasuk pupuk dan buangan limbah. Selain
itu, nitrat berasal dari permukaan air selama
produktivitas primer, ketika tumbuhan mati,
terdekomposisi kemudian nitrat teregenerasi
ke kolom air.
Konsentrasi nitrat di suatu perairan diatur
dalam proses oksidasi senyawa kimia dalam
kondisi anaerob oleh bakteri autotrof yang
melalui proses mikrobiologi menjadi nitrat.
Proses nitrifikasi terdiri dari dua tahap yaitu
mengubah amonia (NH3) menjadi nitrit (NO2-
) dan mengubah nitrit (NO2-) menjadi nitrat
(NO3-). Jenis bakteri yang berperan dalam
taham pertama adalah bakteri Nitrosomonas
sedangkan pada tahap kedua adalah bakteri
Nitrobacter (Gambar 10.8).
Gambar 10.8. Transformasi siklus nitrogen di
peprairan estuari (Day et al., 1989)
Organisme yang hidup di perairan estuaria sangat dipengaruhi oleh proses sedimentasi dan
variasi salinitas yang besar. Salinitas air pada perairan estuaria tergantung pada pasang surut air
laut, jumlah aliran air tawar dan arus, serta bentuk topografi wilayah. Variasi salinitas
mengharuskan organisme melakukan adaptasi atau penyesuaian secara fisiologis dengan
lingkungannya.
Secara umum terdapat tiga tipe adaptasi organisme pada perairan estuaria (Bengen, 2002),
yaitu :
1. Adaptasi morfologis, yang memiliki rambut-rambut halus (setae) untuk menghambat
penyumbatan permukaan ruang pernapasan oleh partikel lumpur.
2. Adapttasi fisiologis, yang berhubungan dengan mekanisme fisiologis untuk
mempertahankan keseimbangan ion cairan tubuh (osmoregulasi) dalam menghadapi
fluktuasi salinitas eksternal.
3. Adaptasi tingkah laku, pembuatan lubang ke dalam lumpur (substrat dasar perairan)
karena kurangnya kemampuan melakukan osmoregulasi dan untuk menghindari
pemangsaan.
Organisme yang dapat bertahan hidup di perairan estuaria yang selalu mengalami fluktuasi
harian salinitas yang dapat mempegaruhi fluktuasi parameter lingkungan lainnya adalah
organisme yang dapat melakukan strategi adaptasi. Dengan demikian, secara umum tingkat
keanekaragaman organisme penghuni estuaria lebih rendah dibandingkan perairan tawar dan
laut.
Dua alasan mendasar yang meyebabkan keanekaragaman organisme estuaria rendah, yaitu:
1. Ketidakmampuan organisme air tawar menoleransi kenaikan salinitas dan organisme air
laut menoleransi penurunan salinitas.
2. Hanya organisme tertentu yang mampu bertahan hidup di perairan estuaria karena
memiliki kemampuan/strategi untuk bertahan hidup pada lingkungan yang berfluktuatif.
Sedikitnya, jumlah spesies tersebut terutama disebabkan oleh fluktuasi kondisi lingkungan
sehingga hanya spesies yang memiliki kekhususan fisiologisyang mampu bertahan hidup di
estuaria. Selain miskin dalam jumlah spesies fauna, esuaria juga miskin akan flora.
Fauna pada perairan estuaria yang mampu terdistribusi dengan luas adalah ikan karena
mobilitas yang tinggi sehingga mampu berpindah untuk menyesuaikan dengan kondisi salinitas
yang selalu berfluktuasi setiap saat. Umumnya, 16 famili ikan tercatat pada perairan estuaria di
Indonesia (Whiten et al., 1988 dalam Goltenboth et al.,2012) (Tabel 10.1).
Tabel 10.1. Status ekologi beberapa spesies ikan yang hidup di perairan estuaria (Whiten et al.,
1988).
Besarnya peranan Ekologi perairan estuaria menyebabkan kawasan ini kaya akan potensi
sumberdaya hayati perairan yang sangat bermanfaat dan mendukung kehidupan manusia tetapi
karena letaknya yang berada pada kawasan pesisir dengan aktivitas antropogenik yang tinggi
baik langsung maupun tidak langsung dapat menyebabkan degradasi ekosistem perairan estuaria,
dan pada akhirnya mengancam kelestarian sumber daya hayati perairan yang hidup berasosiasi
pada perairan estuaria. untuk itu diperlukan proses perencanaan pembangunan yang terintegratif
antara darat dan laut untuk dapat menyelamatkan ekosistem perairan estuaria dari aktivitas
antropogenik yang merusak.