Siapa yang tidak kenal dengan laut? Tentunya semua orang tahu mengenai air yang terasa asin ini. Dari lautanlah kebutuhan sebagian manusia terpenuhi. Baik itu mengenai ikan-ikan yang dikonsumsi atau dijadikan obat, penghasil garam sebagai penyedap masakan atau sebagai tempat dieksplorasinya minyak bumi, dan lain sebaginya. Namun, tahukah bahwa ternyata di lautan yang sangat luas itu terdapat dua lautan yang di antara lautan itu ada batas yang tidak akan dilewati oleh masing-masing lautan? Namun kali ini akan menguraikan bahwa pendapat akan keberadaan dua lautan ini berdasarkan al-Qur’an yang kemudian dibuktikan dengan ilmu pengetahuan modern. Fenomena alam yang terjadi di pertemuan laut Mediterania dengan Lautan Atlantik di selat Gibraltar (selat Jabal Thariq) Seorang Oceanografer berkebangsaan Prancis, Jaques Yves Cousteau, telah mengungkap pertemuan dua laut yang tidak bercampur. Ia meneliti pertemuan Samudra Atlantik dan Mediterania yang tidak bercampur satu dengan yang lain. Penelitian ini dilakukannya ketika melakukan eksplorasi di bawah laut. Ia menemui kumpulan mata air tawar yang tidak bercampur dengan air laut. ''Seolah-olah ada dinding yang membatasi kedua aliran air itu,'' ujarnya Cousteau. Sang ilmuwan pun mencoba mempelajari ilmu kelautan untuk memecahkan misteri tentang fenomena ganjil tersebut, namun tak pernah membuahkan hasil. Ia pun menceritakan hal ganjil itu kepada seorang profesor Muslim. Terkejutlah Cousteau ketika sang profesor Muslim menceritakan bahwa fenomena itu telah dijelaskan Alquran 14 abad silam. ِ ََم َر َج ٱ ْلبَ ْح َر ْي ِن يَ ْلتَقِي ِ َان بَ ْينَ ُه َما بَ ْر َز ٌۭخ اَّل يَ ْب ِغي ان “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.” (Ar-Rahman:19-20) Di antara ahli tafsir ada yang berpendapat bahwa la yabghiyan Maksudnya masing-masingnya tidak menghendaki. Maksudnya ialah bahwa ada dua laut yang keduanya tercerai karena dibatasi oleh tanah genting, tetapi tanah genting itu tidaklah dikehendaki (tidak diperlukan) Maka pada akhirnya, tanah genting itu dibuang (digali untuk keperluan lalu lintas), Maka bertemulah dua lautan itu. seperti terusan Suez dan terusan Panama. Sumber lain bahwa dalam kata “Barzakh” adalah mengadung arti pembatas atau pemisah. Hal ini bukan berarti pembatas secara fisik. Kata “Maraja” secara harfiah berarti “saling bertemu” dan bercampur. Dalam firman-Nya tersebut Allah SWT menjelaskan bahwa meskipun kedua lautan tersebut sama-sama mengalir, berwujud air dan sama-sama asin, tetapi antara keduanya tidak dapat bercampur satu sama lain seolah-olah ada batas yang tak akan terlampaui. Dalam penelitian modern bidang oseanografi ternyata membuktikan bahwa batas yang menghalangi kedua laut tersebut tak dapat bercampur adalah karena adanya perbedaan salinitas (kadar garam), densitas (kepadatan) dan suhu dari keduanya. Laut Mediterania mempunyai suhu 11,5 derajat C, salinitas > 36,5 per mil, dan kepadatan yang tinggi. Sedangkan Lautan Atlantik memiliki suhu 10 derajat C, salinitas < 36 per mil, dengan kepadatan lebih rendah dari Laut Mediterania. Dari ketiga sebab tersebut, yang paling dominan adalah karena salinitasnya. Karena itu batas tersebut, oleh para ilmuwan disebut sebagai HALOCLINE. Halocline adalah layer/lapisan yang memisahkan air yang mempunyai salinitas yang berbeda. Laut Mediterania (Laut Tengah) mempunyai salinitas, kepadatan air dan suhu yang lebih tinggi dibandingkan Lautan Atlantik. Ketika air dari Laut Tengah memasuki Lautan Atlantik melalui Selat Jibraltar, air tersebut mengalir beberapa ratus kilometer ke Samudera Atlantik di kedalaman sekitar 1000 meter dengan membawa sifatnya sendiri yang suhunya, salinitas dan kepadatannya yang lebih tinggi. Pada kedalaman ini air dari Laut Tengah tersebut diam tidak bergerak Suatu hari, seorang ahli kelautan bernama Jacques Yves Costeau melakukan penelitian di dasar laut untuk Discovery Channel. Ia menelurusi fenomena bawah laut di Cenota Angelita, Mexico. Saat melakukan penyelaman, ia dikejutkan dengan sebuah fenomena alam yang luar biasa. Dia menemukan air tawar di antara air laut yang asin. Penemuan itu membuatnya takjub. Bagaimana mungkin air tawar bisa berada terpisah dalam air laut yang asin? Tetapi itulah kenyataan yang dia temukan di dalam laut. Rasa ingin tahunya yang besar membuat Costeau kembali menyelam lebih dalam lagi. Ia menyaksikan fenomena alam yang lebih mengejutkan lagi. Betapa tidak. Ia melihat ada sungai di dasar lautan. Sungai di bawah laut itu ditumbuhi daun-daunan dan pohon. Para peneliti menyebut fenomena itu sebagai lapisan Hidrogen Sulfida. Tapi tampak seperti sungai ? Yang menjadi tanda tanya para ahli, mengapa air yang mengalir di sungai bawah laut itu rasanya tawar? Sesungguhnya, sekitar 14 abad lalu, Alquran telah menjelaskan fenomena itu. )ات َو ٰ َه َذا ِم ْل ٌح )ٌۭ ب فُ َر)ٌۭ َو ُه َو ٱلَّ ِذى َم َر َج) ٱ ْلبَ ْح َر ْي ِن) ٰ َه َذا َع ْذ ٌۭ ُأ َج اج َو َج َع َل بَ ْينَ ُه َما بَ ْر َز ۭ ًخا َو ِح ْج ۭ ًرا َّم ْح ُجو ۭ ًرا ‘”Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar dan segar dan yang lain sangat asin lagi pahit; dan Dia Jadikan antara keduanya dinding dan barat yang tidak tembus” (Al- Furqan ; 53) Dalam redaksionalnya, Allah menggunakan kata yang berbeda yaitu adanya dinding dan batas yang menghalangi. Ternyata ada sedikit perbedaan prinsip di zona pertemuan air laut dan air tawar ini bila dibandingkan dengan pertemuan dua lautan yang berbeda salinitasnya tersebut di atas. Mengapa Al Qur’an menyebut “penghalang” ketika berbicara mengenai pemisah antara air tawar dan air asin, tetapi tidak menyebutkan hal itu ketika berbicara mengenai pemisah kedua air laut? Para ilmuwan oseanografi menjelaskan bahwa di muara, tempat bertemunya air tawar (segar) dengan air asin, ditemukan situasi yang berbeda dengan yang terdapat pada tempat bertemunya dua air laut Penemuan menunjukkan bahwa yang memisahkan air tawar dari air laut di muara adalah zona PYCNOCLINE yang ditandai oleh adanya perbedaan salinitas dan kepadatan yang bertahap dan jelas memisahkan kedua lapisan air tersebut. Pycnocline adalah layer/lapisan yang memisahkan air yang mempunyai kepadatan yang berbeda Penghalang (zona pemisah) ini memiliki tingkat kepadatan dan keasinan yang berbeda dari air tawar ke air laut dan sebaliknya. Seperti kita ketahui, bahwa air tawar bertemu air asin melalui beberapa tahapan perubahan, dari air tawar berubah payau hingga kemudian air laut yang asin. Kesimpulan: Terdapat hal menarik bahwa al-Qur’an menginformasikan mengenai fenomena alam ini sejak 1400 tahun yang lalu, ketika segalanya masih sangat terbatas termasuk dalam hal ilmu pengetahuan, namun baru diketahui fakta atau kebenarannya pada masa kini. Mungkinkah seorang Rasul Muhammad saw sempat menimba ilmu kelautan? Atau menjadi professor geologi? Tentu tidak. Beliau tetaplah seorang Rasul yang menyampaikan wahyu kepada umatnya. Ketika masa itu belum berkembang ilmu pengetahuan yang pesat seperti sekarang ini, maka Allah sebagai pencipta alam semesta ini tentulah Maha Mengetahui atas apapun yang terjadi di muka bumi dan informasi ini tentulah bukan dari seorang manusia, melainkan dari Allah, Tuhan semesta alam. Setelah Perang Dunia II, para peneliti turun dan menyelam ke dasar laut dan samudera dalam rangka mencari alternatif berbagai barang tambang yang sudah nyaris habis cadangannya di daratan akibat konsumerisme budaya materialistik yang dijalani manusia sekarang ini. Mereka dikejutkan dengan rangkaian gunung berapi (volcanic mountain chain) yang membentang berpuluh-puluh ribu kilometer di tengah-tengah seluruh samudera bumi yang kemudian mereka sebut sebagai 'gunung-gunung tengah samudera..Dengan mengkaji rangkaian gunung-gunung tengah samudera ini tampak jelas bahwa gunung-gunung tengah samudera tersebut sebagian besar terdiri dari bebatuan berapi (volcanic rocks) yang dapat meledak layaknya ledakan gunung berapi yang dahsyat melalui sebuah jaring retak yang sangat besar. Dua ahli geologi berkebangsaan Rusia, Anatol Sbagovich dan Yuri Bagdanov bersama rekannya ilmuwan Amerika Serikat (AS), Rona Clint pernah meneliti tentang kerak bumi dan patahannya di dasar laut. Para ilmuwan tersebut, menyelam ke dasar laut sedalam 1.750 kilometer di lepas pantai Miami. Sbagovich bersama kedua rekannya menggunakan kapal selam canggih yang kemudian beristirahat di batu karang dasar laut. Di dasar laut itulah, mereka dikejutkan dengan fenomena aliran air yang sangat panas mengalir ke arah retakan batu. Kemudian aliran air itu disertai dengan semburan lava cair panas menyembur layaknya api didaratan, dan disertai dengan debu vulkanik layaknya asap kebakaran di daratan. Tidak tanggung-tanggung panasnya suhu api vulkanis didalam air tersebut ternyata mencapai 231 derajat celcius. ْ َوا ْلبَ ْح ِر ا ْل َم س ُجو ِر "Ada laut yang di dalam tanahnya ada api" (Ath-Thur 6).
Nabi SAW bersabda: "Tidak ada yang mengarungi lautan
kecuali orang yang berhaji, berumrah atau orang yang berperang di jalan Allah. Sesungguhnya di bawah lautan terdapat api dan di bawah api terdapat lautan." Salah satu fenomena yang mencengangkan para ilmuwan saat ini adalah bahwa meskipun sebegitu banyak, air laut atau samudera tetap tidak mampu memadamkan bara api magma tersebut. Dan magma yang sangat panas pun tidak mampu memanaskan air laut dan samudera. Keseimbangan dua hal yang berlawanan: air dan api di atas dasar samudera bumi, termasuk di dalamnya Samudera Antartika Utara dan Selatan, dan dasar sejumlah lautan seperti Laut Merah merupakan saksi hidup dan bukti nyata atas kekuasaan Allah SWT yang tiada batas Seperti yang sudah diketahui berdasarkan ilmu pengetahuan yang ada dan yang dipelajari, ikan adalah hewan yang hidup di air. Air adalah kehidupan bagi ikan. Tanpa air ikan akan mati dan punah. Namun, ternyata ada fakta mengejutkan bahwa ditemukan ikan yang bisa hidup di darat, bahkan dalam kurun waktu yang lama mencapai hitungan tahun. Ikan hidup tanpa air, inikah ikan yang diceritakan dalam surah Al- Kahfi? Sulit rasanya berpikir dengan logika bagaimana ikan bisa hidup tanpa air. Karena pada dasarnya, habitat ikan adalah air. Ikan Lungfish (Protopterus Sp), adalah ikan yang diakui bisa hidup berhibernasi di darat, hidup tanpa air. Lalu, inikah sosok ikan itu? Inikah ikan yang diceritakan dalam surah Al-Kahfi? TERIMA KASIH