Anda di halaman 1dari 29

Oleh:

H. Mahfuz Nur, S.Sos.I, M.Si


Siapa yang tidak kenal dengan laut? Tentunya semua orang
tahu mengenai air yang terasa asin ini. Dari lautanlah
kebutuhan sebagian manusia terpenuhi. Baik itu mengenai
ikan-ikan yang dikonsumsi atau dijadikan obat, penghasil
garam sebagai penyedap masakan atau sebagai tempat
dieksplorasinya minyak bumi, dan lain sebaginya. Namun,
tahukah bahwa ternyata di lautan yang sangat luas itu terdapat
dua lautan yang di antara lautan itu ada batas yang tidak akan
dilewati oleh masing-masing lautan? Namun kali ini akan
menguraikan bahwa pendapat akan keberadaan dua lautan ini
berdasarkan al-Qur’an yang kemudian dibuktikan dengan ilmu
pengetahuan modern.
Fenomena alam yang terjadi di pertemuan laut
Mediterania dengan Lautan Atlantik di selat Gibraltar
(selat Jabal Thariq)
Seorang Oceanografer berkebangsaan Prancis, Jaques
Yves Cousteau, telah mengungkap pertemuan dua laut
yang tidak bercampur. Ia meneliti pertemuan Samudra
Atlantik dan Mediterania yang tidak bercampur satu
dengan yang lain.
Penelitian ini dilakukannya ketika melakukan eksplorasi
di bawah laut. Ia menemui kumpulan mata air tawar
yang tidak bercampur dengan air laut. ''Seolah-olah ada
dinding yang membatasi kedua aliran air itu,'' ujarnya
Cousteau.
Sang ilmuwan pun mencoba mempelajari ilmu
kelautan untuk memecahkan misteri tentang
fenomena ganjil tersebut, namun tak pernah
membuahkan hasil. Ia pun menceritakan hal
ganjil itu kepada seorang profesor Muslim.
Terkejutlah Cousteau ketika sang profesor
Muslim menceritakan bahwa fenomena itu telah
dijelaskan Alquran 14 abad silam.
ِ َ‫َم َر َج ٱ ْلبَ ْح َر ْي ِن يَ ْلتَقِي‬
ِ َ‫ان بَ ْينَ ُه َما بَ ْر َز ٌۭخ اَّل يَ ْب ِغي‬
‫ان‬
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya
kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang
tidak dilampaui masing-masing.” (Ar-Rahman:19-20)
Di antara ahli tafsir ada yang berpendapat bahwa la
yabghiyan Maksudnya masing-masingnya tidak
menghendaki. Maksudnya ialah bahwa ada dua laut yang
keduanya tercerai karena dibatasi oleh tanah genting, tetapi
tanah genting itu tidaklah dikehendaki (tidak diperlukan)
Maka pada akhirnya, tanah genting itu dibuang (digali
untuk keperluan lalu lintas), Maka bertemulah dua lautan
itu. seperti terusan Suez dan terusan Panama.
Sumber lain bahwa dalam kata “Barzakh” adalah
mengadung arti pembatas atau pemisah. Hal ini bukan
berarti pembatas secara fisik. Kata “Maraja” secara
harfiah berarti “saling bertemu” dan bercampur.
Dalam firman-Nya tersebut Allah SWT menjelaskan
bahwa meskipun kedua lautan tersebut sama-sama
mengalir, berwujud air dan sama-sama asin, tetapi
antara keduanya tidak dapat bercampur satu sama lain
seolah-olah ada batas yang tak akan terlampaui. Dalam
penelitian modern bidang oseanografi ternyata
membuktikan bahwa batas yang menghalangi kedua
laut tersebut tak dapat bercampur adalah karena adanya
perbedaan salinitas (kadar garam), densitas (kepadatan)
dan suhu dari keduanya.
Laut Mediterania mempunyai suhu 11,5 derajat
C, salinitas > 36,5 per mil, dan kepadatan yang
tinggi. Sedangkan Lautan Atlantik memiliki suhu
10 derajat C, salinitas < 36 per mil, dengan
kepadatan lebih rendah dari Laut Mediterania.
Dari ketiga sebab tersebut, yang paling dominan
adalah karena salinitasnya. Karena itu batas
tersebut, oleh para ilmuwan disebut
sebagai HALOCLINE.
Halocline adalah layer/lapisan yang memisahkan air
yang mempunyai salinitas yang berbeda. Laut
Mediterania (Laut Tengah) mempunyai salinitas,
kepadatan air dan suhu yang lebih tinggi dibandingkan
Lautan Atlantik. Ketika air dari Laut Tengah memasuki
Lautan Atlantik melalui Selat Jibraltar, air tersebut
mengalir beberapa ratus kilometer ke Samudera Atlantik
di kedalaman sekitar 1000 meter dengan membawa
sifatnya sendiri yang suhunya, salinitas dan
kepadatannya yang lebih tinggi. Pada kedalaman ini air
dari Laut Tengah tersebut diam tidak bergerak
Suatu hari, seorang ahli kelautan bernama Jacques Yves Costeau
melakukan penelitian di dasar laut untuk Discovery Channel. Ia
menelurusi fenomena bawah laut di Cenota Angelita, Mexico.
Saat melakukan penyelaman, ia dikejutkan dengan sebuah
fenomena alam yang luar biasa. Dia menemukan air tawar di
antara air laut yang asin. Penemuan itu membuatnya takjub. 
Bagaimana mungkin air tawar bisa berada terpisah dalam air laut
yang asin? Tetapi itulah kenyataan yang dia temukan di dalam
laut.
Rasa ingin tahunya yang besar membuat Costeau kembali
menyelam lebih dalam lagi. Ia menyaksikan fenomena alam yang
lebih mengejutkan lagi. Betapa tidak. Ia melihat ada sungai di
dasar lautan.
Sungai di bawah laut itu ditumbuhi daun-daunan
dan pohon. Para peneliti menyebut fenomena itu
sebagai lapisan Hidrogen Sulfida. Tapi tampak
seperti sungai ? Yang menjadi tanda tanya para
ahli, mengapa air yang mengalir di sungai bawah
laut itu rasanya tawar?
Sesungguhnya, sekitar 14 abad lalu, Alquran
telah menjelaskan fenomena itu. 
)‫ات َو ٰ َه َذا ِم ْل ٌح‬ )ٌۭ ‫ب فُ َر‬)ٌۭ ‫َو ُه َو ٱلَّ ِذى َم َر َج) ٱ ْلبَ ْح َر ْي ِن) ٰ َه َذا َع ْذ‬
ٌۭ ‫ُأ َج‬
‫اج َو َج َع َل بَ ْينَ ُه َما بَ ْر َز ۭ ًخا َو ِح ْج ۭ ًرا َّم ْح ُجو ۭ ًرا‬
‘”Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir
(berdampingan); yang ini tawar dan segar dan yang
lain sangat asin lagi pahit; dan Dia Jadikan antara
keduanya dinding dan barat yang tidak tembus” (Al-
Furqan ; 53)
Dalam redaksionalnya, Allah menggunakan kata yang
berbeda yaitu adanya dinding dan batas yang menghalangi.
Ternyata ada sedikit perbedaan prinsip di zona pertemuan
air laut dan air tawar ini bila dibandingkan dengan
pertemuan dua lautan yang berbeda salinitasnya tersebut di
atas.
Mengapa Al Qur’an menyebut “penghalang” ketika
berbicara mengenai pemisah antara air tawar dan air asin,
tetapi tidak menyebutkan hal itu ketika berbicara mengenai
pemisah kedua air laut? Para ilmuwan oseanografi
menjelaskan bahwa di muara, tempat bertemunya air tawar
(segar) dengan air asin, ditemukan situasi yang berbeda
dengan yang terdapat pada tempat bertemunya dua air laut
Penemuan menunjukkan bahwa yang memisahkan air
tawar dari air laut di muara adalah zona
PYCNOCLINE yang ditandai oleh adanya perbedaan
salinitas dan kepadatan yang bertahap dan jelas
memisahkan kedua lapisan air tersebut.
Pycnocline adalah layer/lapisan yang memisahkan air yang
mempunyai kepadatan yang berbeda
Penghalang (zona pemisah) ini memiliki tingkat kepadatan
dan keasinan yang berbeda dari air tawar ke air laut dan
sebaliknya. Seperti kita ketahui, bahwa air tawar bertemu
air asin melalui beberapa tahapan perubahan, dari air tawar
berubah payau hingga kemudian air laut yang asin.
Kesimpulan:
Terdapat hal menarik bahwa al-Qur’an menginformasikan
mengenai fenomena alam ini sejak 1400 tahun yang lalu,
ketika segalanya masih sangat terbatas termasuk dalam hal
ilmu pengetahuan, namun baru diketahui fakta atau
kebenarannya pada masa kini. Mungkinkah seorang Rasul
Muhammad saw sempat menimba ilmu kelautan? Atau
menjadi professor geologi? Tentu tidak. Beliau tetaplah
seorang Rasul yang menyampaikan wahyu kepada
umatnya. Ketika masa itu belum berkembang ilmu
pengetahuan yang pesat seperti sekarang ini, maka Allah
sebagai pencipta alam semesta ini tentulah Maha
Mengetahui atas apapun yang terjadi di muka bumi dan
informasi ini tentulah bukan dari seorang manusia,
melainkan dari Allah, Tuhan semesta alam.
Setelah Perang Dunia II, para peneliti turun dan menyelam ke
dasar laut dan samudera dalam rangka mencari alternatif berbagai
barang tambang yang sudah nyaris habis cadangannya di daratan
akibat konsumerisme budaya materialistik yang dijalani manusia
sekarang ini. Mereka dikejutkan dengan rangkaian gunung berapi
(volcanic mountain chain) yang membentang berpuluh-puluh ribu
kilometer di tengah-tengah seluruh samudera bumi yang kemudian
mereka sebut sebagai 'gunung-gunung tengah samudera..Dengan
mengkaji rangkaian gunung-gunung tengah samudera ini tampak
jelas bahwa gunung-gunung tengah samudera tersebut sebagian
besar terdiri dari bebatuan berapi (volcanic rocks) yang dapat
meledak layaknya ledakan gunung berapi yang dahsyat melalui
sebuah jaring retak yang sangat besar.
Dua ahli geologi berkebangsaan  Rusia, Anatol Sbagovich dan
Yuri Bagdanov bersama rekannya ilmuwan Amerika Serikat
(AS), Rona Clint pernah meneliti tentang kerak bumi dan
patahannya di dasar laut. Para ilmuwan tersebut, menyelam ke
dasar laut sedalam 1.750 kilometer di lepas pantai Miami.
Sbagovich bersama kedua rekannya menggunakan kapal
selam canggih yang kemudian beristirahat di batu karang
dasar laut. Di dasar laut itulah, mereka dikejutkan dengan
fenomena aliran air yang sangat panas mengalir ke arah
retakan batu.
Kemudian aliran air itu disertai dengan semburan lava cair
panas menyembur layaknya api didaratan, dan disertai dengan
debu vulkanik layaknya asap kebakaran di daratan. Tidak
tanggung-tanggung panasnya suhu api vulkanis didalam air
tersebut ternyata mencapai 231 derajat celcius.
ْ ‫َوا ْلبَ ْح ِر ا ْل َم‬
‫س ُجو ِر‬
"Ada laut yang di dalam tanahnya ada api" (Ath-Thur 6).

Nabi SAW bersabda: "Tidak ada yang mengarungi lautan


kecuali orang yang berhaji, berumrah atau orang yang
berperang di jalan Allah. Sesungguhnya di bawah
lautan terdapat api dan di bawah api terdapat lautan."
Salah satu fenomena yang mencengangkan para
ilmuwan saat ini adalah bahwa meskipun sebegitu
banyak, air laut atau samudera tetap tidak mampu
memadamkan bara api magma tersebut. Dan magma
yang sangat panas pun tidak mampu memanaskan air
laut dan samudera. Keseimbangan dua hal yang
berlawanan: air dan api di atas dasar samudera bumi,
termasuk di dalamnya Samudera Antartika Utara dan
Selatan, dan dasar sejumlah lautan seperti Laut Merah
merupakan saksi hidup dan bukti nyata atas kekuasaan
Allah SWT yang tiada batas
Seperti yang sudah diketahui berdasarkan ilmu
pengetahuan yang ada dan yang dipelajari, ikan
adalah hewan yang hidup di air. Air adalah
kehidupan bagi ikan. Tanpa air ikan akan mati
dan punah. Namun, ternyata ada fakta
mengejutkan bahwa ditemukan ikan yang bisa
hidup di darat, bahkan dalam kurun waktu yang
lama mencapai hitungan tahun. Ikan hidup tanpa
air, inikah ikan yang diceritakan dalam surah Al-
Kahfi?
Sulit rasanya berpikir dengan logika bagaimana
ikan bisa hidup tanpa air. Karena pada dasarnya,
habitat ikan adalah air. Ikan Lungfish
(Protopterus Sp), adalah ikan yang diakui bisa
hidup berhibernasi di darat, hidup tanpa air.
Lalu, inikah sosok ikan itu? Inikah ikan yang
diceritakan dalam surah Al-Kahfi?
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai