Anda di halaman 1dari 2

DONGENG TENTANG TRANSISI DARI AIR KE DARAT

Evolusionis mengasumsikan invertebrata laut yang muncul pada periode Kambrium berevolusi menjadi
ikan dalam waktu puluhan juta tahun. Tetapi sebagaimana invertebrata-invertebrata Kambrium tidak
memiliki nenek moyang, juga tidak ditemukan mata rantai transisi yang menunjukkan bahwa evolusi
terjadi antara jenis-jenis invertebrata ini dengan ikan.

Invertebrata sendiri merupakan makhluk hidup yang memiliki jaringan keras di luar tubuh mereka,
sedangk an ikan adalah vertebrata dengan jaringan keras di dalam tubuh. “Evolusi” sebesar itu tentu akan
melalui miliaran tahap, dan seharusnya ada miliaran bentuk transisi yang menunjukkan tahapan-tahapan
tersebut.

Evolusionis telah menggali lapisan-lapisan fosil selama kurang lebih 140 tahun untuk mencari bentuk-
bentuk hipotetis tersebut. Mereka telah menemukan jutaan fosil invertebrata dan jutaan fosil ikan; tetapi
tidak pernah menemukan satu bentuk peralihan pun antara invertebrata dan ikan.

Menurut skenario hipotesis “ dari laut ke darat “, ini dikarenakan pada masa itu kadar oksigen di darat
sangat lah rendah yaitu hanya sekitar 13% , level oksigen di laut selalu lebih rendah dri pd level oksigen
di darat sehingga beberapa group ikan harus naik ke daratan untuk mengambil oksigen, lalu sejumlah
ikan pemangsa merasa perlu meninggalkan laut menuju daratan karna masalah makanan. Lalu seiring
berjalannya waktu sekelompok ikan tersebut kehilangan ingsang nya dan berubah menjadi paru2

Skenario evolusi beranjak selangkah lebih jauh dan menyatakan bahwa ikan, yang berevolusi dari
invertebrata, kemudian berubah menjadi amfibi. Akan tetapi, skenario ini juga tidak memiliki bukti.
Tidak ada satu fosil pun yang menunjukkan bahwa pernah terdapat makhluk separu ikan –separu amfibi.
Sampai sekitar 50 tahun yang lalu, evolusionis meyakini bahwa makhluk semacam ini benar benar pernah
ada. Ikan ini disebut 'Coelacanth' dan diperkirakan berumur 410 juta tahun. Coelacanth diajukan sebagai
bentuk transisi dengan paru-paru primitif, otak yang telah berkembang, sistem pencernaan dan peredaran
darah yang siap untuk berfungsi di darat, dan bahkan mekanisme berjalan yang primitif

Namun pada tanggal 22 Desember 1938, terjadi sebuah penemuan yang sangat menarik di Samudera
Hindia. Di sana berhasil ditangkap hidup-hidup salah satu anggota famili Coelacanth, yang sebelumnya
diajukan sebagai bentuk transisi yang telah punah 70 juta tahun lalu Bukti Coelacanth hidup
memperlihatkan sejauh mana evolusionis dapat mengarang skenario khayalan mereka. Bertentangan
dengan klaim mereka, Coelacanth ternyata tidak memiliki paru-paru primitif dan tidak pula otak yang
besar. Organ yang dianggap oleh peneliti evolusionis sebagai paru paru primitif ternyata hanya kantong
lemak. Terlebih lagi, Coelacanth yang dikatakan sebagai “calon reptil yang sedang bersiap meninggalkan
laut menuju daratan”, pada kenyataannya adalah ikan yang hidup di dasar samudra dan tidak pernah
mendekati kurang dari 180 meter di bawah permukaan laut.
Mengapa Transisi dari Air ke Darat Tidak Mungkin

Evolusionis menyatakan bahwa suatu ketika, spesies yang hidup di air naik ke darat dan berubah

menjadi spesies darat. Ada sejumlah fakta yang sangat jelas menunjukkan kemustahilan transisi

seperti itu:

1.Keharusan membawa beban tubuh: makhluk penghuni air membawa be-ban tubuh mereka tanpa
masalah. Tetapi, bagi sebagian besar binatang darat, 40% energi mereka habis hanya untuk membawa
beban tubuh me-reka. Makhluk hidup yang berpindah dari air ke darat harus mengembang-kan sistem otot
dan kerangka baru secara bersamaan agar dapat memenuhi kebutuhan energi ini. Suatu hal yang tidak
mungkin terjadi melalui mutasi kebetulan.

2.Daya tahan terhadap panas: suhu daratan dapat berubah dengan cepat dan naik-turun dalam rentang
yang lebar. Makhluk hidup di darat memiliki mekanisme tubuh yang dapat menahan perubahan-
perubahan suhu yang besar itu. Akan tetapi, suhu lautan berubah secara perlahan dan perubahan tersebut
tidak terjadi dalam rentang yang terlalu lebar. Organisme laut hidup dengan sistem tubuh sesuai
temperatur laut yang konstan akan membutuhkan suatu sistem perlindungan agar perubahan suhu di darat
tidak akan membahayakan. Sangat tidak masuk akal bahwa ikan mendapatkan sistem tersebut melalui
mutasi acak segera setelah mereka naik ke darat.

3.Penggunaan air: air dan kelembaban yang penting untuk metabolisme harus digunakan sehemat
mungkin karena kelangkaan sumber air di darat. Sebagai contoh, kulit harus dirancang agar dapat
mengeluarkan air sejumlah tertentu, sekaligus mencegah penguapan berlebihan. Karenanya, makhluk
hidup di darat memiliki rasa haus karakteristik yang tidak dimiliki organisme air. Di samping itu, kulit
tubuh hewan air tidak sesuai untuk habitat non-air

4.Ginjal: organisme air dapat dengan mudah membuang zat-zat sisa dalam tubuh mereka (terutama
amonia) dengan penyaringan, karena banyaknya air dalam habitat mereka. Di darat, air harus digunakan
sehemat mungkin. Itulah sebabnya hewan darat memiliki sistem ginjal. Berkat ginjal, amonia disimpan
dengan cara mengubahnya menjadi urea dan hanya membutuhkan sejumlah kecil air untuk
membuangnya. Di samping itu, beberapa sistem baru dibutuhkan untuk membuat ginjal berfungsi.
Singkatnya, agar perpindahan dari air ke darat dapat terjadi, ikan harus membentuk sistem ginjal secara
tiba-tiba.

5.Sistem pernapasan: ikan “bernapas” dengan mengambil oksigen yang terlarut dalam air yang mereka
alirkan melewati insang. Mereka tidak mampu hidup lebih dari beberapa menit di luar air. Agar mampu
hidup di darat, ikan harus mendapatkan sistem paru-paru yang sempurna secara tiba-tiba.

Tentu saja mustahil bahwa semua perubahan fisiologis yang dramatis ini dapat terjadi pada organisme
yang sama, pada saat bersamaan, dan secara kebetulan.

Anda mungkin juga menyukai