Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TAFSIR AYAT QAUNIYAH


“LAUT"

Disusun oleh:

Putri Yayang Sarmila

DOSEN PEMBIMBING : ABDUL RASYID Lc, MA

SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QUR’AN KEPULAUAN RIAU

(STIQ KEPRI)

FAKULTAS USULUDIN
Al-Quran merupakan mukjizat terbesar yang telah diturunkan oleh Allah
SWT yang berfungsi sebagai petunjuk bagi umat manusia (Huudan Lin Naas)
sekaligus pemberi kabar peringatan bagi umat manusia yang ingkar terhadap
kebenaran Al-Quran.

Dari sisi keilmuan,bukti bahwa tidak ditemukan satupun keraguan (Laa


Roiba Fiihi) di dalam Al-Quran semakin terkuak dari hari ke hari seiring dengan
kemajuan ilmu teknologi yang dikuasai oleh umat manusia. Salah satu sisi
keakurasian Al-Quran dalam berbicara mengenai laut dan samudra terlihat juga
dari perbandingan jumlah ayat.

Dalam Al-Quran terdapat 32 ayat yang menyebut kata 'laut'. Sedang kata
'darat' terkandung dalam 13 ayat Al-Quran. Jika dijumlahkan, keduanya menjadi
45 ayat. Angka 32 itu sama dengan 71,11 persen dari 45. Sedang 13 itu identik
dengan 28,22 persen dari 45. Berdasarkan ilmu hitungan sains, ternyata memang
71,11 persen bumi ini berupa lautan dan 28,88 persen berupa daratan.

Mustahil bagi Rasulullah SAW, yang tak bisa baca-tulis dan tinggal di
daerah padang pasir yang tandus mampu menciptakan sendiri ayat-ayat Al-Quran
dengan komposisi seperti itu. Perbandingan soal ayat soal laut dan ayat soal darat
yang ternyata sama dengan perbandingan laut dan darat di bumi itu jelas sengaja
diciptakan Allah SWT. Hal ini menjadi bukti kuat bagi keaslian Al-Quran.

Temuan-temuan sains tentang lautan, ternyata telah diungkapkan di Al-


Quran sejak 15 abad yang lalu. Simaklah Surat An Nahl (16) ayat 14. Ayat tersebut
berbunyi: “wahuwa alladzii sakhkhara albahra litak kuluu minhu lahman thariyyan
watastakhrijuu minhu hilyatan talbasuunahaa wataraa alfulka mawaakhira fiihi
walitabtaghuu min fadhlihi wala'allakum tasykuruuna”

"Dan Dialah Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat
memakan daripadanya daging yang segar, dan kamu mengeluarkan dari lautan
perhiasan yang kami pakai. Kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya
kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya supaya kamu bersyukur."
Atau Q.S. Fatir(35) ayat 12 berikut:
“wamaa yastawii albahraani haadzaa 'adzbun furaatun saa-ighun syaraabuhu
wahaadzaa milhun ujaajun wamin kullin ta/kuluuna lahman thariyyan
watastakhrijuuna hilyatan talbasuunahaa wataraa alfulka fiihi mawaakhira
litabtaghuu min fadhlihi wala'allakum tasykuruuna”

"Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan
yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan
daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya,
dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat
mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur."

Atau Q.S Almaidah ayat 96

“uhilla lakum shaydu albahri watha'aamuhu mataa'an lakum walilssayyaarati


wahurrima 'alaykum shaydu albarri maa dumtum huruman waittaquu allaaha
alladzii ilayhi tuhsyaruuna”

"Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari
laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam
perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama
kamu dalam ihram. Dan bertakwalah kepada Allah Yang kepada-Nyalah kamu
akan dikumpulkan."

Sejak 15 abad yang lalu Al-Quran berbicara soal manfaat laut bagi peningkatan
taraf hidup manusia. Kini terbukti, negara-negara yang pandai memanfaatkan
potensi lautnya, bakal mendapat kekayaan yang sangat berlimpah.

Selain mengandung banyak makanan, dan perhiasan, laut juga bisa menyimpan
banyak bahan tambang, bisa menjadi jalur transportasi yang murah, dan
sebagainya.

Selain menjadi bukti kuat bagi keaslian Al-Quran, laut juga menjadi sumber
penghidupan yang sangat kaya. Keberadaan wilayah laut, bisa menjadi salah satu
penentu tingkat ekonomi sebuah negara.
Seharusnya Indonesia sebagai negara kepulauan jangan pernah menyia-nyiakan
sumberdaya lautnya. Allah telah memerintahkan kita untuk mencari (keuntungan)
dari karunia-Nya yang berupa lautan dan segala sumberdayanya ini, baik itu ikan,
perhiasan (mutiara, kerang-kerangan, dll), dan bahkan memanfaatkan laut untuk
transportasi.

Ayat ini seharusnya dibaca dan diresapi maknanya secara mendalam oleh seenap
bangsa Indonesia dalam membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia ini
dengan mengedepankan pengelolaan sumberdaya kelautan sebagai tiang utama
perekonomian Indonesia.

Satu lagi fenomena kelautan yang diungkapkan oleh Allah dalam Al-Quran
mengenai laut dalam. Laut dalam (deep sea) adalah bagian dari laut yang sangat
gelap. Hingga saat ini, laut dalam masih merupakan misteri bagi manusia.
Penelitian di laut dalam sendiri hingga saat ini masih sangat terbatas.

Tahun 2010 para peneliti Indonesia dan Amerika bekerja sama sama dalam
mengungkap misteri laut dalam di perairan Sangihe Talaud. Ekspedisi ini dikenal
sebagai INDEX SATAL 2010. Ekspedisi ini telah mengungkap tentang lapisan
kegelapan di laut dalam, kehidupan hewan dan tumbuhan di dalam kegelapan di
bawah laut dan gunung-gunung api yang menyemburkan panasnya. Keberadaan
gunung api ini diduga merupakan sumber mineral dan sumber energi baru di masa
depan.

Hal yang menarik adalah ketika kita coba membuka Al-Quran surat An-Nur (surat
ke-24) ayat 40, yang berbunyi:

aw kazhulumaatin fii bahrin lujjiyyin yaghsyaahu mawjun min fawqihi mawjun


min fawqihi sahaabun zhulumaatun ba'dhuhaa fawqa ba'dhin idzaa akhraja yadahu
lam yakad yaraahaa waman lam yaj'ali allaahu lahu nuuran famaa lahu min nuurin
(An-Nuur (24):40)

"Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di
atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih,
apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan)
barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia
mempunyai cahaya sedikitpun." (An-Nuur (24):40)
Kegelapan dalam lautan dan samudra yang dalam dijumpai pada kedalaman 200
meter atau lebih. Pada kedalaman ini, hampir tidak dijumpai cahaya. Di bawah
kedalaman 1.000 meter, tidak terdapat cahaya sama sekali. (Elder, Danny; and
John Pernetta, 1991, Oceans, London, Mitchell Beazley Publishers, s. 27)

Kini, kita telah mengetahui tentang keadaan umum lautan tersebut, ciri-ciri
makhluk hidup yang ada di dalamnya, kadar garamnya, serta jumlah air, luas
permukaan dan kedalamannya. Manusia tak mampu menyelam pada kedalaman di
bawah 40 meter tanpa bantuan peralatan khusus. Mereka tak mampu bertahan
hidup di bagian samudra yang dalam nan gelap, seperti pada kedalaman 200 meter.

Karena alasan inilah, para ilmuwan hanya baru-baru ini saja mampu menemukan
informasi sangat rinci tersebut tentang kelautan. Namun, pernyataan "gelap gulita
di lautan yang dalam" digunakan dalam surat An Nuur 1400 tahun lalu. Ini sudah
pasti salah satu keajaiban Al-Quran, sebab infomasi ini dinyatakan di saat belum
ada perangkat yang memungkinkan manusia untuk menyelam di kedalaman
samudra.

Di kedalaman lebih dari 1.000 meter, ada beberapa binatang yang memiliki fungsi
penglihatan yang mampu mendeteksi bioluminescence (emisi cahaya oleh
organisme hidup).

Makhluk laut yang mampu membuat cahaya terdapat di mana-mana.


Bioluminescence sendiri merupakan hal yang lumrah karena ia memberikan
kemampuan untuk mempertahankan diri yang sangat berarti bagi binatang yang
bersangkutan. Di darat kita mengenal fenomena ini pada kunang-kunang. Cahaya
ini membantu binatang untuk mencari makanan, menarik perhatian pasangannya
dan mempertahankan diri dari serangan pemangsanya.

Selain itu, pernyataan di ayat ke-40 surat An Nuur "Atau seperti gelap gulita di
lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di
atasnya (lagi) awan." mengarahkan perhatian kita pada satu keajaiban Al-Quran
yang lain.
Para ilmuwan pada masa sekarang telah menemukan adanya ombak dalam
(internal waves) yang "terjadi pada pertemuan antara lapisan-lapisan air laut yang
memiliki kerapatan atau massa jenis yang berbeda."

Gelombang yang dinamakan gelombang internal ini meliputi wilayah perairan di


kedalaman lautan dan samudra dikarenakan pada kedalaman ini air laut memiliki
massa jenis lebih tinggi dibanding lapisan air di atasnya. Gelombang internal
memiliki sifat seperti gelombang permukaan. Gelombang ini dapat pecah, persis
sebagaimana gelombang permukaan.

Gelombang internal tidak dapat dilihat oleh mata manusia, tapi keberadaannya
hanya bisa dideteksi melalui peralatan canggih dengan mempelajari suhu atau
perubahan kadar garam di tempat-tempat tertentu. (Gross, M. Grant; 1993,
Oceanography, a View of Earth, 6. edition, Englewood Cliffs, Prentice-Hall Inc., s.
205). Hal tersebut juga telah dipelajari oleh peneliti kita pada ekspedisi INSTANT.

Pernyataan-pernyataan dalam Al-Quran benar-benar bersesuaian dengan


penjelasan di atas. Tanpa adanya penelitian, seseorang hanya mampu melihat
gelombang di permukaan laut. Mustahil seseorang mampu mengamati keberadaan
gelombang internal di dasar laut. Akan tetapi, dalam surat An Nuur, Allah
mengarahkan perhatian kita pada jenis gelombang yang terdapat di kedalaman
samudra. Sungguh, fakta yang baru saja diketemukan para ilmuwan ini
memperlihatkan sekali lagi bahwa Al-Quran adalah kalam Allah.

Fenomena lain yang menunjukkan kebenaran Al-Quran merupakan firman Allah


adalah fenomena gunung bawah laut. Allah berfirman dalam surat Ath-Thuur
[52]:6 berbunyi:

waalbahri almasjuuri

"dan laut yang di dalam tanahnya ada api." (QS 52:6)

Juga Hadits nabi yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya pada kitab
Al-Jihad, dengan redaksi sebagai berikut.
Kami mendapat hadis dari Sa’id bin Manshur; tuturnya: Kami mendapat hadis dari
Isma’il bin Zakariyya; dari Mutharrif; dari Bisyr Abu Abdullah; dari Basyir bin
Muslim; dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash; tuturnya:

Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan ada yang mengarungi lautan kecuali orang
yang berhaji, berumrah atau orang yang berjuang di jalan Allah. Sesungguhnya di
bawah lautan terdapat api dan di bawah api terdapat lautan.”

Baru-baru ini muncul sebuah fenomena retakan di dasar lautan yang mengeluarkan
lava, dan lava ini menyebabkan air mendidih hingga suhunya lebih dari seribu
derajat celcius. Meskipun suhu lava tersebut luar biasa tingginya, ia tidak bisa
membuat air laut menguap, dan walaupun air laut ini berlimpah-luah, ia tidak bisa
memadamkan api.

Bangsa Arab, pada waktu diturunkannya Al-Quran tidak mampu menangkap dan
memahami isyarat sumpah Allah SWT demi lautan yang di dalam tanahnya ada api
ini. Karena bangsa Arab (kala itu) hanya mengenal makna “sajara” sebagai
menyalakan tungku pembakaran hingga membuatnya panas atau mendidih.
Sehingga dalam persepsi mereka, panas dan air adalah sesuatu yang bertentangan.
Air mematikan panas sedangkan panas itu menguapkan air. Lalu bagaimana
mungkin dua hal yang berlawanan dapat hidup berdampingan dalam sebuah ikatan
yang kuat tanpa ada yang rusak salah satunya?

…tampak jelas bahwa gunung-gunung tengah samudra tersebut sebagian besar


terdiri dari bebatuan berapi (volcanic rocks) yang dapat meledak layaknya ledakan
gunung berapi yang dahsyat.

Persepsi demikian mendorong mereka untuk menisbatkan kejadian ini sebagai


peristiwa di akhirat (bukan di dunia nyata). Apalagi didukung dengan firman Allah
SWT:

wa-idzaa albihaaru sujjirath

“Dan apabila lautan dipanaskan” (QS. At-Takwir [81]:6).


Memang, ayat-ayat pada permulaan Surah At-Takwir mengisyaratkan peristiwa-
peristiwa futuristik yang akan terjadi di akhirat kelak, namun sumpah Allah SWT
dalam Surah Ath-Thur semuanya menggunakan sarana-sarana empirik yang benar-
benar ada dan dapat ditemukan dalam hidup kita (di dunia).

Maka setelah kita membahas Al-Quran berbicara mengenai kelautan dan samudra,
mari kita renungkan dengan hati yang jernih.

Masih adakah keraguan kita pada kebenaran Al-Quran?

Masih pantaskah bagi kita kaum muslimin untuk mendustakan dan mengingkari
nikmat-nikmat yang telah Allah curahkan kepada kita?

Masih pantaskah kita mengabaikan perintah-perintah Allah dan mengabaikan


larangan-Nya?

Maka pantaslah pada Surat Ar-Rohmaan (55) Allah selalu mengulang-ulang ayat:

fabi-ayyi aalaa-i rabbikumaa tukadzdzibaani

“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

Tercatat Allah mengulangnya sebanyak 32 kali pada surat Ar-Rohman,


menunjukkan pentingnya keimanan setelah mengkaji ayat-ayat Allah baik ayat-
ayat qauliyah maupun ayat-ayat kauniyah.

Allah telah memberikan petunjuk yang nyata dalam Al-Quran, banyak


perumpamaan dan fenomena alam yang telah Allah terangkan dengan sangat
indah. Sekarang tergantung kepada kita kaum muslimin apakah akan mengambil
jalan keimanan ataupun jalan kekufuran.

Marilah kita yang mempunyai pengetahuan dan berkecimpung pada masalah ayat-
ayat kauniah khususnya yang berkaitan dengan kelautan dan perikanan ini untuk
menjadi hamba-Nya yang beriman dan bersyukur dan tidak menjadi hamba-Nya
yang kafir dan kufur.

Beriman dengan cara mengabdi pada Allah dengan menjalankan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya dan Bersyukur dengan cara mengerahkan segala daya
upaya untuk membangun kelautan dan perikanan ini sehingga kemakmuran bangsa
Indonesia dapat dicapai.
Mudah-mudahan kita kaum muslimin, selalu diberi Allah petunjuk untuk
mengerjakan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya dan berbuat
yang terbaik untuk kepentingan bangsa dan Negara Indonesia yang kita cintai ini.
KATA PENGANTAR

Puji Syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Shalawat beserta salam
semoga selalu terlimpah kepada suri tauladan kita Nabi besar Muhammad SAW,
yang membawa umat manusia dari alam kegelapan menuju alam terang benderang
melalui risalahnya.

Makalah ini dibuat guna untuk memenuhi mata kuliah kitab tafsir qauniyah.
Kami mencoba menyampaikan informasi tentang laut dari tafsir ayat
qauniyah.harapan kami makalah ini dapat digunakan sebagai sarana untuk
menambah ilmu pengetahuan wawasan, serta Bahan-Bahan pembelajaran dalam
mempelajari macam-macam tafsir ayat qauniyah.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karna itu kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman yang bersifat
membangun guna kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya hanya kepada Allah kami senantiasa memohon curahn rahmat dan
berkah-Nya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, aamiin

Batam, 3 Juli 2021

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

PENDAHULUAN...................................................................................

KATA PENGANTAR ............................................................................

BAB I

PENDAHULUAN...................................................................................

BAB II

ISI............................................................................................................

BAB III

PENUTUP...............................................................................................

KESIMPULAN.......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................

Anda mungkin juga menyukai